BAB I Pendahuluan
I.1 Alasan Pemilihan Judul Pengasuhan, perlindungan dan pendidikan bagi anak usia dini merupakan kebutuhan mendasar yang perlu diperhatiakan. Usia dini merupakan masa emas dalam perkembangan manusia, karena pada masa ini terjadi perkembangan yang paling cepat dan mendasar dalam aspek fisik, mental, sosial, maupun spiritual. Pemberian stimulasi dan pola asuh yang baik memberikan peranan yang sangat besar pada masa ini. Kegagalan dalam pengasuhan, perlindungan dan pendidikan menyebabkan terhambatnya proses tumbuh kembang anak sehingga akan menurunkan kualitas sumber daya manusia sebagai aset dan potensi kesejahteraan bangsa di masa depan. Seiring perkembangan waktu terjadinya perubahan sosial budaya dalam masyarakat menyebabkan terjadi pergeseran pola pikir perilaku termasuk pada kalangan wanita yang tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga tetapi juga sebagai pekerja. Ibu tidak lagi berfungsi sebagai pendamping suami dan pengasuh anak, tetapi juga berfungsi sebagai pencari nafkah. Hal tersebut menyebabkan kurangnya perkembangan bagi anak jika orang tua tidak memberikan stimulasi dan pola asuh yang baik, maka dari itu diperlukan lembaga yang dapat memberikan pelayanan yang bersifat comprehensif dan holistik. Lembaga pendidikan bagi usia dini ini di bentuk untuk memberikan pelayanan bagi anak usia dini yang mencakup interaksi sosial, perawatan, pengasuhan, pelayanan
1
kesehatan, nutrisi stimulasi interaktif edukatif dan bimbingan pengasuhan anak bagi orang tua/good parenting. Pembentukan lembaga pendidikan ini diharapkan masyarakat mampu juga membentuk lembaga tersebut bukan hanya pihak swasta saja yang dapat membentuk lembaga ini. Berkenaan dengan latar belakang pemikiran tersebut peneliti memilih judul: Pemberdayaan Anggota Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Melalui Pengelolaan Pendidikan Anak Usia Dini Teratai
1.
Aspek Aktualitas Permasalahan yang ada di masyarakat Indonesia adalah pendidikan.Kurangnya
pendidikan bisa menyebabkan penurunan SDM (Sumber Daya Manusia) bagi bangsa ini. Maka dari itu pendidikan merupakan pilar utama untuk memajukan bangsa dan bersaing dengan bangsa lainnya. Pendidikan lebih baik diterapkan di usia dini, karena pada masa keemasan Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya terjadi bersamaan dengan masa kepekaan anak tersebut. Masa usia emas merupakan waktu paling tepat untuk memberikan bekal yang kuat kepada anak. Artinya, masa usia emas merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya 1. Oleh karena itu perlunya pendidikan dan pelayanan yang tepat bagi perkembangan usia dini. Faktor tersebut memberikan perhatian bagi lembaga masyarakat yaitu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) untuk mendirikan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perhatian dari anggota PKK didukung oleh dinas setempat agar 1
Suyanto S. halaman 6. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
2
PKK berdaya dengan adanya program tersebut. Selain itu masyarakat juga sadar akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Pengelolaan PAUD oleh PKK juga harus diperhatikan agar program ini berjalan dalam jangka panjang. 2.
Aspek Orisinalitas Sebuah penelitian dikatakan orisinil atau asli apabila fokus permasalahan atau
fenomena yang diteliti belum pernah dibahas atau diteliti oleh orang lain, kalaupun pernah harus dijelaskan secara tegas mengenai perbedaanya. Penelitian ini belum pernah dilakukan, penelitian yang pernah dilakukan. Berjudul sebagai berikut “Pemberdayaan Perempuan di Desa Widodaren-Ngawi” yang dilakukan oleh Isti dalam skripsinya di program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada tahun 2007. Penelitian tersebut lebih memfokuskan pada pemberdayaan perempuan dalam meningkatkan kinerja pemberdayaan sedangkan dalam penelitian ini lebih menekankan pada Pemberdayaan Ibu anggota PKK RW 22 dalam Mengelola PAUD Teratai Perumnas Condong Catur Sleman Yogyakarta.
3.
Relevansi dengan Ilmu Psdk Ilmu PSdK (Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan) memiliki tiga konsentrasi
yakni, kebijakan sosial (social policy), pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Melalui konsentrasi tersebut, diharapkan dapat menyampaikan gagasan agar masyarakat Indonesia dapat meningkatkan standar kehidupan mereka. Konsentrasi yang pertama menganalisis berbagai usaha yang dilakukan dalam memecahkan masalah-masalah sosial dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosial. Konsentrasi kedua mengelaborasi 3
konsep dan pendekatan-pendekatan dalam program-program yang bermaksud untuk melakukan pengembangan kapasitas untuk masyarakat sehingga mereka dapat mengelola lembaga lokal dan sumber daya secara mandiri. Konsentrasi ketiga merupakan respon lembaga atas berkembangnya komitmen swasta untuk terlibat aktif dalam menciptakan kesejahteraan. Komitmen swasta yang terwujud dalam tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) telah mendasari berbagai kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraa masyarakat. Fokus penelitian ini mengacu pada konsentrasi kedua yaitu pemberdayaan masyarakat dimana peran lembaga dalam memberdayaakan melalui program pendirian PAUD yang memiliki manfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar terutama dibidang pendidikan.Pemberdayaan yang dilakukan oleh PKK menciptakan dampak yang positif bagi dunia pendidikan dan pemberdayaan ibu-ibu setempat.
I.2
Latar Belakang Masalah Pemberdayaan terhadap masyarakat sangat penting dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Pendidikan adalah salah satu pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan bangsa bisa diketahui melalui sejauh mana komitmen masyarakat, dalam mengembangkan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan menjadi faktor utama atau penentu bagi masa depan suatu bangsa 2. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan non formal dirasa kurang dikembangkan. Kurangnya perhatian masyarakat dalam pendidikan nonformal di 2
Mu’arif, Wacana Pendidikan Kritis Menelanjangi Problematika Meretas Masa Depan Pendidikan Kita (Yogyakarta: IRCiSoD, 2005), hal 89.
4
sekitar lingkungan memberikan dampak memprihatinkan bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu munculah kesadaran masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan non formal di sekitar lingkungan masyarakat. Berbagai macam pendidikan non formal di masyarakat yang telah berkembang di lingkungan sekitar. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu pendidikan nonformal bagi anak usia di bawah lima tahun. PAUD merupakan pendidikan yang sangat penting bagi masyarakat bagi anak, agar anak usia dini siap memasuki jenjang pendidikan formal kelak. Selain itu untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal dalam memasuki pendidikan dasar. Tahun 2005 UNESCO mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara yang angka partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terendah di ASEAN, baru sebesar 20%, ini masih lebih rendah dari Fhilipina (27%), bahkan negara yang baru saja merdeka Vietnam (43%), Thailand (86%), dan Malaysia (89%). Kesemunya ini semakin tampak dengan Human Development Index (HDI) Indonesia yang juga lebih rendah diantara negara-negara tersebut.Ini membuktikan bahwa pembangunan PAUD berbanding lurus dengan mutu dari sebuah negara yang terdiskripsikan dalam HDI3. Anak Usia Dini (AUD) merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya terjadi bersamaan dengan masa kepekaan anak tersebut. Masa usia emas merupakan waktu paling tepat untuk
3
Dikutip dalam http://raanakshaleh.blogdetik.com/2008/10/09/dilema-tumbuh-kembang-paud-di-indonesia/ tanggal 16 Oktober 2014
5
memberikan bekal yang kuat kepada anak. Artinya, masa usia emas merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya 4. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur dasar kepribadian yang dibangun untuksepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlunya pendidikan dan pelayanan yang tepat bagi perkembangan usia dini. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan dan akan mempengaruhi sikap maupun perilaku anak sepanjanghidupnya, disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif5. Anak Usia Dini (AUD) merupakan generasi muda yang akan memimpin bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang berkembang bahkan maju. Oleh karena itu sejak dini AUD di arahkan dalam perkembangan yang positif. Pendidikan merupakan hal yang positif bagi perkembangan AUD tersebut karena pada masa usia emas tersebut tingkat kecerdasan dan perilaku dapat dibentuk sejak dini. Bihler & Snowman mengatakan bahwa “Anak usia dini adalah anak usia 2,5 tahun sampai dengan usia 6 tahun”dalam konteks Indonesia, anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun6. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah,dinyatakan bahwa pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu 4
5 6
Suyanto, 2003 hlm 6. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Hibana S. Rahman, Op.Cit, hlm.30. Harianti,1996
6
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselengarakan di jalur sekolah atau pendidikan luar sekolah. Dasar hukum bagi pendidikan anak usia dini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pasal 28 ayat (1) butir 14 menyebutkan: “Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam yang dilakukan melalui pemberiaan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”7. Pentingnya pendidikan PAUD ini menggerakan pemberdayaan masyarakat di sekitar terutama bagi organisasi masyarakat dalam memperhatiakan pendidikan bagi anak. Pemberdayaan ini berupa peningkatan peran masyarakat untuk ikut mengambil keputusan, mengontrol sumber-sumber daya, dan lembaga yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka8. Peran masyarakat tersebut tercontoh oleh organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang memperhatikan pendidikan anak di sekitar lingkungan untuk kemajuan kehidupan anak disekitar. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat juga agar mampu memecahkan permasalahan pendidikan yang rendah di Indonesia. Seperti masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang percaya atas kemampuan para anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat yang menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat 7 8
Dokumen PAUD TERATAI, halaman 1 (Kindervatter,1979: VII)
7
dimana kondisi pemberdayaan akan terwujud apabila anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya. Dalam mencapai kondisi tersebut dibutuhkan adanya dari pihak luar dalam hal ini petugas pendidikan nonformal untuk membantu melihat potensi
atau
kemampuan
yang
dimiliki
masyarakat
sehingga
mereka
dapat
memberdayakan dirinya. Pemberdayaan PKK RW 22 di Perumnas Ngringin Condongcatur bertujuan agar para anggotanya menciptakan kehidupan yang lebih baik dengan cara pemberdayaan PAUD di lingkungan mereka. Kemampuan pendirian PAUD ini didukung oleh dinas setempat dalam memberikan dana, pelatihan, dan pengelolaan, maupun manajemen PAUD. Bantuan selain dana meliputi juga pelatihan bagi anggota-anggota PKK yang akan membentuk PAUD. Melalui pelatihan ini memberikan dampak positif bagi penyelenggara PAUD Teratai. PAUD tidak hanya dikelola seadanya, melainkan juga harus berkualitas baik. Agar menjadikan PAUD berkualitas maka peran tenaga pendidiknya menjadi penentu. Selain itu, manajemen pengelolaan PAUD memiliki kualitas yang baik. Maka untuk, meningkatkan mutu dan kualfcitas PAUD, pengelolanya melaksanakan manajemen terarah. Melalui manajemen yang terarah dengan perencanaan, pengorganisaian, pelaksanaan dan pengontrolan PAUD akan berkembang.
Dengan manajemen terarah, memiliki pembukuan yang jelas, keuangan yang jelas dan tenaga pendidik yang jelas pula maka dapat di ciptakan kelembagaan itu menjadi lembaga PAUD dengan kualitas baik. Manajemen terarah ini dapat fokus dalam masingmasing bidang pengelolaaan agar dapat memberikan pendidikan yang berkualitas bagi
8
peserta didik. Selain itu, melalui manajemen pengelolaan PAUD yang berkualitas, dapat memenuhi standar penyelenggaraan PAUD.
Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata management sendiri sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti sama dengan istilah “pengelolaan”, yakni sebagai proses mengoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efisien dan efektif 9. Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu10. Sedangkan menurut G.R Terry manajemen adalah suatu proses yang khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakuakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya. 11 Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan12. Dewasa ini manajemen sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh sekelompok individu,
9
Rita Mariyana, Ali Nugraha Dan Yeni Rachmawati, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm.16
10
Malayu Hasibuan, Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm.2-3.
11
Malayu Hasibuan, Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm.2-3.
12
3M. Manulang , Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2008 ), hlm.5.
9
kelompok maupun organisasi, karena suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama diperlukan manajemen yang baik dan benar. Pemberdayaan dalam pengelolaan yang baik dan benar ini dirasa belum tercermin dalam PAUD Teratai karena PAUD yang dibentuk pada bulan Oktober tahun 2006 ini kurang berkembang. Perkembangan yang berjalan ditempat ini harus diperhatikan. Walaupun PAUD Teratai ini sudah berdiri 6 tahun tetapi pelaksanaan pembelajaran yang diadakan masih satu minggu dua kali, selain itu tempat untuk melaksanakan pendidikan ini masih meminjam balai RW setempat. Para pendidik mengeluhkan pengelolaan PAUD yang masih belum maksimal. Seperti para pendidik mengurus sendiri program PAUD dan bertanggung jawab dengan orang tua wali murid yang seharusnya tanggung jawabnya pendiri, yaitu PKK. Terkadang pendidik masih kualahan dalam mengurus murid di PAUD karena jumlah murid yang lebih dibandingkan dengan jumlah gurunya. Selain itu, adanya penurunan pemberdayaan terhadap PAUD ini terkadang memberikan dampak yang kurang baik terhadap PAUD. Jumlah murid terus berkurang dari 50 menjadi 30 dalam tahun ajaran ini dikarenakan kurikulum yang kurang berkembang. Pendidik mengeluhkan kurangnya kontrol kepengurusan dalam kurikulum karena tidak ada periode penerimaan murid baru. Selain itu, masih adanya campur tangan dari orang tua yang menunggu anak mereka mengakibatkan proses belajar mengajar yang kurang efektif di PAUD Teratai. Permasalahan yang timbul didalam PAUD ini semakin kompleks. PKK merupakan pendiri sekolah non formal yang mendapat dukungan dari dinas dan kelurahan setempat mempunyai tanggung jawab penuh dalam PAUD. Maka dari itu
10
adanya tanggung jawab dari pihak-pihak tertentu terkadang memberikan beban pada pengelola PAUD. Beban ini sering menjadi acuan bagi pengelola dalam keaktifan kegiatan pemberdayaan di PAUD. Tetapi seiring waktu, pemberdayaan yang dilakukan oleh pengelola ini memiliki manfaat sedikit dan yang di dapat terkadang menyita waktu mereka untuk melakukan kegiatan sosial. Dampaknya anggota pengelola semakin lama berkurang jumlah mereka dan terkadang kurang aktif dalam melakukan pemberdayaan. Selain itu permasalahan yang sering timbul kurangnya keseriusan PKK bagi PAUD. Mayoritas anggota PKK ini adalah pensiunan maka dari itu tenaga mereka terkadang paspasan13 dalam kegiatan PAUD. Peran PKK dalam hal ini haruslah serius untuk mempertahankan sekolah non formal yang didirikannya. Keseriusan PKK ini bisa dilihat dari intensitas jadwal pengajaran PAUD yang terkadang PAUD diadakan jika cuacanya mendukung saja. Pemberdayaan yang terjadi didalam pengelolaan PAUD menjadi tantangan tersendiri oleh PKK karena mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Terkadang latar belakang yang bermacam-macam ini sering menjadi hambatan dalam meluangkan waktu dan tenaga untuk kegiatan pemberdayaan. Maka dari itu proses pemberdayaan terkadang tidak berjalan dengan kompak. Karena menginggat kesibukan masing-masing individu maka dari itu yang bisa hadir atau meluangkan waktu saja yang ikut dalam kegiatan. Fasilitas
juga
merupakan
komponen
pendukung
dalam
keberhasilan
pemberdayaan pengelolaan. Usaha PKK dalam menyediakan fasilitas yang baik dan memadai untuk proses kegiatan PAUD merupakan tanggung jawab pengelola. Bisa dilihat fasilitas tempat yang masih seadanya selain itu media bermain dan belajar anak 13
Apa adanya. Sesuai dengan tenaga individu
11
yang dibilang masih kurang ini belum bisa dikatakan pemberdayaan berhasil. Sejauh mana usaha PKK dalam memberikan fasilitas yang baik terhadap sekolah non formal yang mereka dirikan dan kelola. Permasalahan dalam pemberdayaan anggota PKK RW 22 melalui pengelolaan PAUD Teratai merupakan hal yang baru dan menarik untuk diteliti. Karena latar belakang anggota PKK rata-rata ibu rumah tangga, selain itu PAUD yang mereka dirikan dapat bertahan sampai sekarang. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui bagaimana pemberdayaan yang terjadi melalui pengelolaan PAUD. Selain itu berbagai macam persoalan yang belum teratasi menarik peneliti untuk memecahkan masalah tersebut.
1.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana pemberdayaan anggota PKK RW 22 melalui pengelolaan PAUD Teratai Perumnas Condongcatur ?
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.
Mendeskripsikan pemberdayaan ibu anggota PKK RW 22 di PAUD Teratai.
2.
Mendeskripsikan manajemen pengelolaan PAUD oleh anggota PKK RW 22.
3.
Mengetahui pemberdayaan ibu anggota PKK RW 22 dalam pengelolaan PAUD agar pengelolaan PAUD Teratai lebih maju.
12
1.5 Manfaat Penelitian a.
Bagi PKK dan PAUD : 1. Dengan adanya hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi acuan bagi anggoya PKK dalam pengelolaan PAUD. 2. Hasil karya ilmiah dapat memberikan manfaat bagi PAUD dalam kinerja anggota PKK untuk lebih berdaya dalam pengelolaan PAUD Teratai.
b.
Bagi peneliti : 1. Peneliti dapat menerapkan pengetahuan dan teori yang diperoleh dari bangku kuliah. 2. Dapat memperkaya wawasan dan wacana keilmuan tentang pemberdayaan dan partisipasi dalam pembentukan dan pengelolaan suatu institusi atau pun organisasi kemasyarakatan.
c. Bagi Masyarakat : 1. Sebagai hasil karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian-penelitian serupa dengan tema atau subyek yang sama, serta memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan pada khususnya dan penegmbangan ilmu sosial pada umumnya. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran serta tambahan referensi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan oleh pemerintah serta intansi-intansi terkait.
13
1.6 Tinjauan Pustaka a. Pemberdayaan Pemberdayaan mempunyai makna harfiah membuat (seseorang) berdaya. Istilah lain untuk pemberdayaan adalah penguatan (empowerment). Pemberdayaan pada intinya adalah pemanusiaan, dalam arti mendorong orang untuk menampilkan dan merasakan hakhak asasinya. Didalam pemberdayaan terkandung unsur pengakuan dan penguatan posisi seseorang melalaui penegasan terhadap hak dan kewajiban yang dimiliki dalam seluruh tatanan kehidupan. Pemberdayaan mengutamakan usaha sendiri dari orang yang diberdayakan untuk meraih keberdayaanya. Oleh karena itu pemberdayaan sangat jauh dari konotasi ketergantungan14. Sedangkan menurut Soetomo pemberdayaan adalah proses menyeluruh: sesuatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, ketrampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses system sumberdaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat15. Secara etimologis, pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan merupakan suatu proses, yaitu proses dimana sekelompok orang, biasanya satu orang atau masyarakat memiliki kekuasaan atas masalah yang dihadapi16.
14
Indrasari Tjandraningsih dkk. 1996. Dehumnisasi Anak Marjinal. Yayasan Akatiga. Bandung. Hal 3. Soetomo, Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006. Hal 25. 16 Owin jamasi. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan.Belantika. Jakarta. 15
14
Pemberdayaan atau (empowerment) dapat juga dimaknai sebagai upaya memberi power kepada yang powerless, yaitu masyarakat marjinal. Power diartikan kekuasaan dan kekuatan, sehingga dalam kegiatan pemberdayaan terkandung dua makna ini, yaitu : a.
Suatu proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan dan kekuatan dari yang powerfull ke yang powerless.
b.
Suatu proses memotivasi individu atau masyarakat agar memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya 17. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan
adalah
memampukan
dan
memandirikan
masyarakat.
Proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment dalam bahasa inggris. Menurut
Pranarka dan Moeljarto pemberdayaan disebutkan sebagai upaya
menghormati kebhinekaan, kekhasan lokal, desentralisasi kekuatan dan peningkatan kemandirian, lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan berarti pembagian kekuasaan 17
Prijono, Onny dkk, 1996.Pemberdayaan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. CSIS. Jakarta. Hal 56-57
15
yang adil (equitable sharing of power) sehingga meningkatkan kesadaran politis dan kekuasaan kelompok yang lemah serta mempebesar pengaruh mereka terhadap “proses dan hasil pembangunan”18. Pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan “keharusan” untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal19. Sedangkan proses pemberdayaan dalam konteks aktualisasi diri berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan individu dengan menggali segala potensi yang dimiliki oleh individu tersebut baik menurut kemampuan keahlian (skill) ataupun pengetahuan (knowledge). Seseorang tokoh pendidikan Paulo Freire, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya dapat memberdayakan dan membebaskan para peserta didiknya, karena dapat mendengarkan suara dari peserta didik, yang dimaksud suara adalah segala aspirasi maupun segala potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut. Menurut
Moh. Ali Aziz, dkk. “Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu
proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya
pembangunan,
didorong
untuk
meningkatkan
kemandiriannya
di
dalam
mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan
18 19
Pranarka dan Moeljarto (1996:63) Payne 1997
16
proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. Jadi, pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses”20. Selanjutnya pemaknaan pemberdayaan masyarakat menurut Madekhan Ali yang mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai berikut ini : “Pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk partisipasi untuk membebaskan diri mereka sendiri dari ketergantungan mental maupun fisik. Partisipasi masyarakat menjadi satu elemen pokok dalam strategi pemberdayaan dan pembangunan masyarakat, dengan alasan; pertama, partisipasi masyarakat merupakan satu perangkat ampuh untuk memobilisasi sumber daya lokal, mengorganisir serta membuka tenaga, kearifan, dan kreativitas masyarakat. Kedua, partisipasi masyarakat juga membantu upaya identifikasi dini terhadap kebutuhan masyarakat”. Dari berbagai definisi tentang pemberdayaan yang telah dikemukakan oleh berbagai pakar seperti yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah diberdayakannya individu atau kelompok dalam memberikan atau menciptakan program untuk pembangunan masyarakat. Kelompok atau organisasi ini mendorong anggota untuk menampilkan dan mengembangkan potensi yang ada didalam masyarakat, untuk kepentingan anggota maupun masyarakat sekitar. PAUD merupakan program organisasi PKK yang memberikan dampak positif bagi pembangunan masyarakat. PAUD memberikan kemampuan kepada PKK agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi
anggota
agar
mempunyai
kemampuan
atau
keberdayaan
dalam
mengembangkan pendidikan usia dini. 20
Moh. Ali Aziz, dkk (2005 : 136)
17
b. Organisasi Organisasi terbentuk apabila dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk bekerjasama melalui struktur tertentu dalam mencapai tujuan (goals) atau sekumpulan tujuan (a set of goals) yang telah disepakati bersama. Tujuan atau sekumpulan tujuan ini selanjutnya menjadi elemen dasar (fundamental elements) dalam penenetuan kegiatan dan kegiatan operasional lain. Organisasi dapat berbentuk formal dan informal.Organisasi bersifat formal apabila organisasi tersebut memiliki struktur organisasi dan system pengambilan keputusan tertentu dalam menjalankan kegiatannya. Organisasi disebut informal apabila dalam organisasi tersebut terbentuk jejaring (network) dan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain secara spontan. Keanggotaan seseorang dalam kelompok dan organisasi informal bersifat sukarela dan ditentukan oleh anggota-anggota organisasi informal21. Untuk mengelola sebuah organisasi diperlukan cara pengelolaaan tertentu yang disebut dengan manajemen. Manajemen merupakan proses yang dilakukan organisasi untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan mengendalikan seluruh kegiatan anggota organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RW 22 yang terbentuk jejaring dan hubungan sosial antara seseorang dengan orang lain secara spontan. Organisasi tersebut bersifat sukarela dan mengelola organisasi PKK diperlukan manajemen sehingga PKK RW 22 dapat bertahan hingga sekarang. 21
Manajemen pengantar halaman 4
18
c. Manajemen Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan22. Banyak orang yang mengartikan manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan organisasi dengan manajemen selalu dikaitkan dengan cara atau metode sistematis melalui proses merencanakan (planning), mengeorganisasikan (organizing), mengarahkan (leading), dan mengendalikan (controlling) berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota organisasi dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh organisasi. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan proses manajemen ini adalah pencapaian atau pemenuhan tujuan yang telah ditetapkan. Berikut akan diuraikan proses-proses tersebut untuk memberikan gambaran makna setiap proses dalam pengambilan keputusan. a) Perencanaan Perencanaan adalah proses menetapkan tujuan melalui cara atau metode yang tepat dan sistematis untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan. Melalui perencanaan ini, organisasi dapat menyusun prosedur atau metode terbaik dalam menjalankan kegiatan. Rencana yang dihasilkan juga berfungsi sebagai pedoman bagi organisasi dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki, merancang kegiatan bagi anggota22
Arikunto,Suharsimi, 1993,Prosedur Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta
19
anggotanya dan merancang sistem pengendalian serta tindakan perbaikan apabila terjadi penyimpangan. Tahap awal dalam perencanaan adalah menyusun tujuan. Tujuan disusun secara obyektif dengan memperhatikan kemampuan, keahlian, dan tingkat penerimaan (acceptability) anggota organisasi. Selanjutnya seluruh program kegiatan yang akan dilaksanakan harus diarahkan kepada tujuan ini. Perencanaan memiliki jangka waktu (time frame) tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Perencanaan dapat bersifat jangka pendek (short term), dan jangka panjang (long term). Baik tujuan jangka pendek dan jangka panjang, kesemuanya itu dihasilkan oleh manajemen puncak sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada organisasi secara keseluruhan. b) Pengorganisasian Pengorganisasian adalah proses membentuk kerjasama antara dua individu atau lebih dalam sebuah struktur tertentu untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan. Tujuan yang berbeda memerlukan struktur yang berbeda, sehingga diperlukan upaya penyusunan struktur organisasi melalui suatu desain organisasional. Melalui struktur organisasi, organisasi mengatur berbagai hubungan antar individu sehingga kerjasama yang diinginkan dapat terjalin. Jalinan kerjasama yang kuat antara individu dapat menciptakan sinergi bagi pengembangan organisasi dimasa mendatang. c) Pelaksanaan Pelaksanaan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi anggota organisasi secara individual maupun keseluruhan dalam melaksanakan berbagai kegiatan untuk
20
mencapai tujuan atau seperangkat tujuan. Dalam proses ini, manajer memotivasi anggota dengan model kepemimpinan yang ia bawakan dalam organisasi. Dengan menciptakan susasana yang kondusif dan pola kepemimpinan yang tepat, maka ketua dapat mendorong anggota untuk mengerjakan pekerjaannya yang terbaik (do their best). d) Pengendalian Pengendalian adalah proses menjamin/memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau seperangkat tujuan sesuai dengan perencanaannya. Tiga unsure penting dalam pengendalian adalah satandar kerja, pengukuran kerja yang telah dilaksanakan, dan perbandingan anatra kinerja yang dilaksanakan dengan standar kinerja. Apabila ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan, maka manajer dapat menempuh tindakan perbaikan (corrective action) guna mengurangi atau menghilangkan penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah mengendalikan kualitas secara meneyeluruh, dari masukan (input), proses produksi hingga keluaran (output). Salah satu pendekatan popular dalam pengendalian kualitas Total Quality Management (TQM). TQM berfokus pada peningkatkan kualitas seluruh kegiatan operasional, fungsi, dan proses kerja secara berkelanjutan, agar mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Keberhasilan TQM sangat tergantung pada budaya yang berlaku dalam sebuah organisasi, misalnya: budaya peningkatan kualitas berkelanjutan, eksperimen, dan lain-lain. Menurut Henry Fayol, bahwa praktik manajemen dapat dipelajari dengan membentuk suatu pola yang kemudian diidentifikasiakn dan dianalisis. Fayol memandang organisasi secara keseluruhan dan memfokuskan teorinya pada teori
21
manajemen yang terkait dengan kegiatan operasional suatu organisasi. Kegiatan operasional tersebut dijabarkan dalam 14 prinsip manajemen yaitu : 1.
Pembagian kerja: prinsip pembagian kerja diarahkan pada usaha spesialisasi pekerjaan untuk setiap pekerja.
2.
Wewenang: ketua memberi wewenang kepada anggota yang berada dibawah pengendaliannya untuk melakaukan suatu pekerjaan.
3.
Disiplin: setiap individu di suatu organisasi hendaknya dapat mematuhi setiap aturan yang telah ditetapkan oleh organisasinya.
4.
Kesatuan Komando: setiap pekerja seharusnya hanya memperoleh perintah dari seorang atasan.
5.
Kesatuan pengarahan: setiap kegiatan operasional organisasi seharusnya di bawah pengarahan seorang ketua
6.
Bawahan atau anggotalebih tertarik pada hal-hal yang secara umum dianggap baik.
7.
Remunerasi: kompensasi hendaknya diberikan secara adil disetiap anggota atau karyawan.
8.
Sentralisasi: proses pengambilan keputusan terpusat.
9.
Adannya tingkatan-tingkatan wewenang dalam suatu organisasi.
10.
Ketetapan pengadaan sumberdaya: bahan baku dan karyawan atau anggota hendaknya tersedia saat dibutuhkan.
11.
Keadilan: atasan hendaknya bersikap adil kepada setiap bawahan.
12.
Keseimbangan tenaga kerja: organisasi akan lebih baik bila mampu memelihara anggotanya agar tetep bekerja di organisasinya.
22
13.
Inisiatif: para anggota seharusnya diberi kebebasan untuk menyusun rencana kerja mereka.
14.
Esprit de Corp: setiap anggota organisasi hendaknya diperlakukan sebagai suatu tim sehingga mereka merasa menjadi anggota sebuah kesatuan.
Dari berbagai definisi tentang manajemen pengelolaan yang telah dikemukakan oleh berbagai pakar seperti yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen pengelolaan adalah rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Tujuan ini untuk mengelola PAUD Teratai agar menjadi lembaga yang berkualitas. Manajemen pengelolaan tersebut memiliki cara yang baik dan benar dengan cara yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organising), pemimpin (leading), dan pengawasan (controlling) yang telah diterangkan di atas.
d.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan yang tumbuh dari bawah
dengan wanita sebagai motor/ penggeraknya untuk membangun keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat (Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKKKB-Kesehatan: 5). Pengertian ini secara lengkap telah termaksut dalam buku pintar PKK yang bunyinya sebagai berikut: “PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan,
23
menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera”.23 Paradigma kelembagaan PKK: sebagai mitra kerja pemerintah, bottom up, organisai mandiri anggota laki-laki dan perempuan, istri presiden dan wakil presiden sebagai pelindung utama,adanya dewan penyantun, Mendagri sebagai dewan penyantun pusat, kesetaraan dan keadilan gender, istri Gubernur, Bupati/Walikota, camat, lurah otomatis menjadi ketua PKK, tidak ada kewajiban bagi suami untuk menjadi ketua PKK apabila istri menjadi pejabat pemerintahan, dll. Handayani mendekonstruksi paradigma kelembagaan dengan menampilkan PKK paradigma baru (dengan menampilkan kosep-konsep baru), karena PKK diprediksi sebagai subordinasi kekuasaan, top down, anggotanya hanya perempuan, tanpa pelindung, tidak perlu dewan penyantun, belum terjadi kesetaraan dan keadilan gender, istri pejabat pemerintah tidak otomatis menjadi ketua PKK, tidak ada kewajiban bagi suami dan istri untuk menjadi ketua PKK. PKK RW 22 merupakan kelembagaan yang beranggotakan ibu-ibu yaitu perempuan di dalamnya terjadi kesetaraan dan keadilan gender, selain itu untuk menjadi ketua PKK ini tidak harus memiliki kedudukan atau jabatan seperti pejabat pemerintah, presiden maupun wakil presiden. Ketua PKK semua orang berhak menduduki jabatan sebagai ketua hanya saja dengan menjadi atau mengikuti kelembagaan PKK ini.
23
Sumber : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/pembinaan-kesejahteraan-keluarga-pkkdi.html#ixzz3Gdb8UDZ9
24
e. Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan bagi anak usia 0-6 tahun dimana pada tahun tersebut anak memiliki kecerdasan yang mudah dibentuk mulai dari kecil. Maka dari itu pendidikan merupakan pilihan yang tepat untuk membentuk perkembangan kecerdasan anak di bidang yang positif.
Mengingat bahwa anak usia dini itu unik, keunikannya itu dapat berupa potensi, perkembangan kognitif, sosial-emosional, kreativitas, bahasa, dan komunikasi. Sehingga dibutuhkan adanya pendidikan untuk memberikan wadah terhadap pelayanan untuk anak usia dini, dan PAUD lah wadah yang tepat bagi anak usia dini. Maka ada beberapa tokoh yang mengemukakan pendapatnya tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Para tokoh tersebut diantaranya :
1. Martin Luther, menunjukan akan pentingnya sekolah untuk anak usia dini. Ia menekan kan bahwa sekolah digunakan sebagai sebagai sarana untuk mengajar anak membaca. Ia juga berpendapat bahwa keluarga merupakan institusi penting bagi anak dalam hal pendidikan yang akan ia peroleh untuk pertama kalinnya. 2. John Locke, terkenal dengan teori nya “Tabula Rasa”. Teori ini memandang bahwa anak itu di ibarat kan seperti kertas putih, ketika ia lahir ia tidak berdaya dan tidak memiliki apa-apa. Ini berarti lingkungan lah yang akan berperan penting dalam memproses pembentukan dirinya. Kenapa lingkungan? karena lingkungan itu di ibaratkan seperti warna dan isi untuk mengisi kertas putih itu. Dimana ketika kertas itu sudah tergores dengan warna dan isi maka kertas itu akan terlihat lebih bermakna. Begitu pula pada anak, untuk membentuk dirinya menjadi sesuatu itu 25
tergantung dari pengaruh yang ia peroleh dalam lingkungannya. Dalam lingkungan, anak akan diproses untuk menentukan bagaimana pola pikir anak dan sifat yang alami atau karakter anak. 3. John Bowbly, terkenal dengan teori kedekatan (attachment). Mengemukakan pendapatnya dalam hal pendidikan anak usia dini, lebih menekankan pada perkembangan aspek psikososial. Secara genetis anak akan dekat dengan ibunya. Anak juga dapat dekat dengan orang-orang yang dapat membuatnya nyaman dan membantunya untuk bertahan hidup. Misalnya pengasuh anak. Kenapa? karena jika ada orang dewasa yang mengerti terhadap sinyal bayi, seperti menangkap arti suara tangis, senyuman, tatapan bahasa tubuh ditampilkan anak, dan lainnya. Maka anak tersebut akan menjadi dekat dengan orang tersebut. Ini berarti bahwa anak dapat bekerja sama dengan orang lain. Dan pendidikan dalam pandangan Bowlby yakni melatih anak untuk bekerja sama dengan orang-orang disekitar anak24.
Dari berbagai pandangan para tokoh diatas menerangkan pentingnya pendidikan anak usia dini, karena untuk membentuk karakter anak di hal yang positif, pendidikanlah yang paling tepat. Maka dari itu PAUD Teratai merupakan pendidikan yang tepat bagi anak-anak di sekitar wilayah Perumnas Condongcatur.
24
parasaty.wordpress.com/2013/01/03/tugas-kuliah-konsep-dasar-paud/
26