BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan. Konsep tersebut muncul dari harapan masyarakat terhadap peran perusahaan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu munculnya tuntutan masyarakat dikarenakan terjadi rangkaian tragedi lingkungan dan kemanusiaan seperti kasus yang terjadi pada PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Tragedi- tragedi tersebut menjadi bukti ketidak tanggung jawaban perusahaan atas aktivitas operasinya. Perusahaan hanya berorientasi pada maksimalisasi laba dan mengabaikan dampak lingkungan dan sosial yang terjadi di masyarakat. Tragedi tersebut juga membuat masyarakat semakin sadar bahwa terdapat sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Seiring berjalannya waktu jumlah sumber daya tersebut akan semakin terbatas. Kesadaran masyarakat tersebut mengingatkan perusahaan dalam pengelolaan sumber daya alam yang ada. Pemerintah juga telah menerbitkan UU no mor 40 tahun 2007 mengenai pengelolaan sumber daya. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), yang disahkan pada 20 Juli 2007. Pasal 74 UndangUndang Perseroan Terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya undang-undang ini, perusahaan khususnya perseroaan terbatas yang bergerak di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Pengelolaan sumber daya memerlukan ketepatan cara agar dapat memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Salah satu cara yang digunakan perusahaan dalam pengelolaan sumber daya adalah mengurangi dampak lingkungan dari operasional bisnis perusahaan dan meminimalkan baik sumber daya yang digunakan dan limbah yang muncul. Hal ini sesuai dengan konsep eccoeffisiensi. Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia menjelaskan ecoeffisiensi sebagai suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air dan energi serta dampak lingkungan perunit produk. Konsep eccoeffisiensi berkembang seiring dengan berkembangnya isu tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Perkembangan konsep eccoeffisiensi mengarahkan
perusahaan
untuk
menggunakan
konsep
tersebut
dalam
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta keberlanjutan perusahaan. Eccoeffisiensi merupakan pelengkap dan pendukung pengembangan yang berkelanjutan (sustainability development) (Hansen dan Mowen, 2009).
Perusahaan dalam mencapai sustainability development diperlukan sebuah kerangka global dengan bahasa yang konsisten dan dapat diukur dengan tujuan agar lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Di Indonesia, praktik CSR telah mendapat perhatian yang cukup besar. Hal ini di latarbelakangi oleh berbagai kasus yang terjadi seperti penggundulan hutan, meningkatnya polusi dan limbah, buruknya kualitas dan keamanan produk, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, penyalahgunaan investasi dan lainlain. Pemilihan sampel perusahaan manufaktur oleh peneliti dikarenakan pelaksanaan CSR pada perusahaan manufaktur lebih banyak memberikan pengaruh atau dampak terhadap lingkungan di sekitarnya akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan dan memenuhi segala aspek pada tema pengungkapan CSR. Perusahaan manufaktur dipercaya membutuhkan image yang lebih baik dari masyarakat karena rentan terhadap pengaruh politik dan kritikan dari aktivisaktivis sosial, maka diasumsikan bahwa perusahaan manufaktur akan memberikan pengungkapan corporate social responsibility yang lebih luas daripada perusahaan non manufaktur. Dalam menjaga eksistensinya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan masyarakat. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi terhadap keduanya akan menentukan keberhasilan pembangunan bangsa dan negara. Dua aspek penting harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya
sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan kearah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Dari aspek ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan dari aspek sosial, selain itu perusahaan harus bisa memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat. Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab dalam perolehan keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Jika masyarakat menganggap perusahaan tidak memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya serta tidak merasakan kontribusi secara langsung bahkan merasakan dampak negatif dari beroperasinya sebuah perusahaan maka kondisi itu akan menimbulkan resistensi masyarakat. Komitmen perusahaan untuk
berkontribusi dalam
pembangunan bangsa dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (triple bottom line) itulah yang menjadi isu utama dari konsep Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Ide tanggung jawab sosial pada dasarnya adalah bagaimana perusahaan memberikan perhatian kepada lingkungannya, terhadap dampak yang terjadi akibat kegiatan operasional perusahaan. Menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) dalam Moir (2001) mendefinisikan CSR sebagai : “…CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the
quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large.” Dari definisi tersebut disimpulkan bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi, beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para stakeholder. Tanggung jawab sosial dari perusahaan (Corporate Social Responsibility) merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Global Compact Initiative (2002) menyebut pemahaman ini dengan 3P (profit, people, planet), yaitu tujuan bisnis tidak hanya mencari laba (profit), tetapi juga mensejahterakan orang (people), dan menjamin keberlanjutan hidup planet ini (Nugroho, 2007 dalam Kusumadilaga, 2010). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), outreach, beasiswa dan sebagainya. Masyarakat sekarang lebih pintar dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi. Masyarakat cenderung untuk memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan yang melaksanakan CSR. Survei yang dilakukan oleh Sutopoyudo (2009) dalam Kusumadilaga (2010) menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra buruk atau diberitakan negatif. Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanan corporate social responsibility, antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Corporate social responsibility dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan secara berkelanjutan. Untuk melaksanakan CSR berarti perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya. Biaya pada akhirnya akan menjadi beban yang mengurangi pendapatan sehingga tingkat profit perusahaan akan turun. Akan tetapi dengan melaksanakan CSR, citra perusahaan akan semakin baik sehingga loyalitas konsumen akan semakin tinggi. Seiring meningkatnya loyalitas konsumen dalam waktu yang lama, maka penjualan perusahaan akan semakin membaik dan pada akhirnya dengan pelaksanaan CSR, diharapkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Oleh karena itu, CSR berperan penting dalam meningkatkan nilai perusahaan sebagai hasil dari peningkatan penjualan perusahaan dengan cara melakukan berbagai aktivitas sosial di lingkungan sekitarnya. Selain itu, alasan pengungkapan CSR oleh perusahaan adalah untuk memperoleh keunggulan kompetitif, untuk memenuhi ketentuan kontrak pinjaman dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan, dan untuk menarik investor. CSR dipandang dapat membantu perusahaan memperbaiki kinerja keuangan dan akses pada modal, meningkatkan brand image dan penjualan, memelihara kualitas kekuatan kerja, memperbaiki pembuatan keputusan pada isu-isu kritis, menangani resiko secara lebih efisien dan mengurangi cost jangka panjang.
Dalam upaya meningkatkan daya saing melalui peningkatan transparansi dan akuntabilitas, Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). ISRA adalah penghargaan yang diberikan kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri, baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan (annual report). Dampak dari aktivitas sosial perusahaan yang berbeda-beda tergantung pada jenis atau karakteristik perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi pula. Diantara faktor- faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah Profitabilitas, Likuiditas dan leverage. Profitabilitas menurut Sudarmadji dan Suharto (2007) dalam Wardani (2013) dimana dikatakan bahwa suatu perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan melakukan pengungkapan yang lebih luas sebagai salah satu upaya untuk meyakinkan pihak eksternal bahwa perusahaan berada dalam persaingan yang kuat dan juga memperlihatkan kinerja perusahaan yang baik pada saat itu. Menurut penelitian Sari dan Kholisoh (2009) dalam Wardani (2013) menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan Sitepu dan Hasan (2009) dalam Wardani (2013) profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Simanjuntak dan
Widiastuti (2004) dalam Wardani (2013), juga membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Leverage adalah perbandingan antara dana yang diperoleh dari ekstern perusahaan dengan dana yang dimiliki oleh perusahaan. Leverage memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu utang. Scott (2000) dalam Wardani (2013) menyampaikan pendapat yang mengatakan bahwa semakin tinggi leverage kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba dimasa depan. Perusahaan yang memiliki rasio leverage tinggi akan lebih sedikit mengungkapkan CSR supaya dapat melaporkan laba sekarang yag lebih tinggi. Hubungan leverage dengan cosporate social responsibilty yaitu jika perusahaan memiliki leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan yang dilakukan (Jensen dan Meckling, 1976). Penelitian yang dilakukan Simanjuntak dan Widiastuti (2004) dalam Wardani (2013), mereka menemukan hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut. Penelitian lain juga diungkapkan oleh Sembiring (2005) menunjukan tidak ada hubungan antara leverage dengan CSR. Hubungan Likuiditas dengan Tanggung jawab sosial perusahaan yaitu perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tinggi merupakan gambaran keberhasilan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban-kewajiban
jangka
pendeknya tepat waktu. Hal ini tentunya menunjukkan kemampuan perusahaan yang kredibel sehingga menciptakan image positif dan kuat melekat pada perusahaan. Image positif tersebut semakin memungkinkan pihak stakeholders untuk selalu ada pada pihak perusahaan atau mendukung perusahaan tersebut. Dari penelitian yang dilakukan oleh Suryono dan Prastiwi (2011) likuiditas memberikan pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR menunjukkan hasil yang berbedabeda. Pertentangan hasil penelitian tersebut dapat terjadi karena beberapa alasan seperti: perbedaan periode waktu penelitian, interpretasi peneliti terhadap laporan keuangan perusahaan atas variabel yang digunakan maupun perbedaan metode pengujian yang ditempuh oleh peneliti. Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena untuk memverifikasi ulang hasil penelitian terdahulu te ntang faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi praktek pengungkapan informasi pertanggung jawaban sosial perusahaan. Penelitian ini akan menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan studi e mpiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 2. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 3. Apakah leverage berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
likuiditas
terhadap
leverage
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Untuk
mengetahui
dan
menganalisis
pengaruh
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan kontribusi pada pengembangan akuntansi keuangan, terutama mengenai bagaimana kinerja keuangan perusahaan dapat mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu akuntansi manajemen, terutama mengenai bagaimana pertanggungjawaban sosial yang dilakukan perusahaan yang kemudian diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. 3. Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pada akuntansi keprilakuan, terutama mengenai faktor apa yang mendorong perilaku perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Memberikan kontribusi praktis bagi manajemen perusahaan terutama sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan sehubungan dengan penerapan CSR dalam operasional perusahaan dan penungkapannya dalam laporan perusahaan.
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian merupakan pembatasan atas suatu permasalahan. Agar penulisan skripsi dapat mudah dipahami oleh pembaca, maka peneliti hanya membahas tentang analisis pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan leverage terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2009 - 2012.