BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa
merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik
lisan maupun tulisan. Sebagai alat untuk berkomunikasi, bahasa mempunyai peranan penting untuk menyampaikan informasi, maksud, ide, atau pendapat dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat di Indonesia selain menggunakan bahasa Indonesia juga menggunakan bahasa daerah sebagai alat untuk berkomunikasi. Misalnya, masyarakat Pesisir Batahan di Kabupaten Mandailing Natal menggunakan bahasa Pesisir Batahan untuk berkomunikasi dalam kehidupan
sehari-hari.
Ibu
kota
Kabupaten
Mandailing
Natal
adalah
Panyabungan. Luas : 6.620,70 km2 atau 662,070 hektar, penduduknya berjumlah sekitar 369,691 jiwa. Kabupaten Mandailing Natal kini memiliki 23 kecamatan dangan jumlah desa sebanyak 353 desa dan kelurahan sebanyak 32 kelurahan. Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari beberapa suku dan bahasa. Suku-suku tersebut dapat dibagi atas suku Batak, Melayu, Minangkabau, Jawa, Aceh dan Nias. Bahasa yang dipakai juga bermacam-macam sesuai dengan banyaknya suku yang terdapat di daerah pesisir Batahan. Dari sekian banyak bahasa tersebut, terdapat satu bahasa yaitu bahasa Pesisir Batahan. Bahasa
Pesisir
Batahan
berasal
dari
(http://profil_daerah_kecamatan-natal.html/5/5/10).
bahasa
Bahasa
Minangkabau
Pesisir
merupakan alat komunikasi yang digunakan masyarakat Pesisir
Batahan dalam
menyampaikan maksud dan tujuan, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa
Universitas Sumatera Utara
Pesisir ini dipergunakan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari di tengah masyarakat, seperti di pasar, pada upacara adat dan upacara keagamaan. Penduduk asli Kabupaten Mandailing Natal terdiri dari dua etnis yaitu masyarakat etnis Mandailing dan masyarakat etnis Pesisir, etnis Mandailing 80% dan etnis Melayu Pesisir 70%. Etnis Mandailing sebagian besar mendiami daerah Mandailing, sedangkan etnis Melayu Pesisir dan Minangkabau mendiami daerah Pantai Barat, ada empat variasi logat dalam bahasa Pesisir di Kabupaten Mandailing Natal yaitu: bahasa Pesisir logat Batahan, bahasa Pesisir logat Natal, bahasa Pesisir logat
Pulopadang,
dan
bahasa
Pesisir
logat
Tapus
(http://amrulfahmi.blogspot.com/15/6/2010). Pronomina yang dipakai harus disesuaikan dengan siapa kita berbicara (lawan bicara), situasi dan lingkungan pembicaraan agar tidak terjadi salah paham antara pembicara dan lawan bicara yang bisa mengakibatkan terganggunya komunikasi. Inilah alasan peneliti memilih judul Pronomina Bahasa Pesisir Batahan, karena pronomina persona wa’ang: kamu, hanya digunakan untuk laki-laki, sedangkan pronomina kau: kamu, hanya digunakan untuk perempuan. Penelitian tentang pronomina bahasa Pesisir Batahan belum pernah diteliti. Hal tersebutlah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti pronomina persona bahasa Pesisir Batahan. Beberapa contoh pronomina yang digunakan dalam bahasa Pesisir Batahan adalah sebagai berikut : •
Pronomina persona -
wa’ang
: kamu (laki-laki)
-
Ambo
: saya
Universitas Sumatera Utara
-
Kito
: kita
-
Inyo
: dia
-
Kau
: kamu ( perempuan)
-
Awak
: aku
Penggunaan pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan tidak dapat dilakukan sembarangan. Lebih jelasnya, penggunaan pronomina persona untuk menyapa seseorang dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti usia, status sosial, dan tingkat keakraban. Selain dari ketiga variabel tersebut, untuk menentukan pemakaian pronomina persona juga dipengaruhi oleh unsur-unsur hormat. Penggunaan bahasa dalam bahasa Pesisir Batahan harus disesuaikan dengan situasi dan lingkungan tempat komunikasi itu berlangsung. Jika situasinya santai maka bahasa yang digunakan adalah bahasa yang santai. Misalnya : Ronal :”Ondak ka mano wa’ang moncik?” ‘Mau ke mana kamu tikus ?’ Arnol :’Ka sinin’. ‘ke sana.’ Pemakaian
pronomina
moncik
‘tikus’
menunjukkan
hubungan
persahabatan antara Ronol dan Arnol sudah sangat akrab. Jadi, dalam bahasa Pesisir Batahan pemakaian pronomina persona yang menggunakan nama hewan seperti yang tertulis di atas tidak menimbulkan permasalahan antara dua orang tersebut karena digunakan dalam situasi santai, tetapi jika pronomina moncik digunakan dilingkungan sekolah ketika seorang guru berkomunikasi dengan muridnya maka pemakaian pronomina tersebut menyalahi tata krama dan sopan
Universitas Sumatera Utara
santun karena pembicaraan antara guru dan murid di lingkungan sekolah merupakan pembicaraan yang sangat formal. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa buku referensi, seperti buku karangan Hasan Alwi dkk. yang berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Dalam bukunya tersebut dinyatakan bahwa pronomina dibagi menjadi tiga jenis seperti berikut: pronomina persona, pronomina penunjuk, pronomina penanya.
1.2 Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah jenis-jenis pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan ? 2. Bagaimanakah fungsi pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan?
1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada bahasa Pesisir Batahan yang digunakan masyarakat penutur bahasa Pesisir Batahan di Desa Kuala Batahan Kecamatan Batahan Kabupaten Mandailing Natal.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan jenis-jenis pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan. 2. Mendeskripsikan fungsi pronomina dalam bahasa Pesisir Batahan.
1.4.2 Manfaat penelitian Manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Menjadi bahan inventarisasi dalam usaha pelestarian bahasa daerah. 2. Menjadi sumber rujukan terhadap penelitian sejenis untuk bahasa daerah lainnya. 3. Menambah pengetahuan tentang bentuk, fungsi dan makna pronomina persona dalam bahasa Pesisir Batahan.
Universitas Sumatera Utara