BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok oleh 5 negara pendiri, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada perkembangan selanjutnya, negara di Asia Tenggara lain bergabung dalam organisasi ini. Brunei Darussalam bergabung pada tanggal 7 Januari 1984, Vietnam tanggal 28 Juli 1995, Laos dan Myanmar tanggal 23 Juli 1997, dan Kamboja tanggal 30 April 1999, menjadikan ASEAN terdiri dari 10 negara anggota saat ini. Kerjasama diantara negara anggota diantaranya memacu akselerasi dalam pertumbuhan ekonomi, pembangunan sosial dan budaya, serta menjaga stabilitas dan perdamaian di Asia Tenggara. Sepanjang berdirinya, ASEAN telah mendorong kerja sama yang lebih luas antara negara anggotanya, diantaranya traktat persahabatan dan kerjasama di Asia Tenggara tahun 1976, traktat zona bebas nuklir Asia Tenggara tahun 1995, serta berperan serta dalam meredam konflik di wilayah Indocina, diantaranya perang sipil Kamboja tahun 1991. ASEAN mendorong pula dialog antara para pemimpin negara serta memperluas kerjasama dengan negara diluar negara anggota. Perdamaian dan keamanan yang ada membuka jalan bagi pertumbuhan ekonomi di regional Asia Tenggara.
1
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. Pada awalnya kerjasama ekonomi difokuskan
pada
program-program
pemberian
preferensi
perdagangan
(preferential trade), usaha patungan (joint ventures), dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti ASEAN Industrial Projects Plan (1976), Preferential Trading Arrangement (1977), ASEAN Industrial Complementation scheme (1981), ASEAN Industrial Joint-Ventures scheme (1983), dan Enhanced Preferential Trading arrangement (1987). Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Keragaman dalam negara ASEAN telah menciptakan sinergi dan kesempatan yang sepenuhnya belum direlalisasikan (Ping, 2011). Sebagai contoh, upah buruh yang murah di Indonesia dan Filipina menjadi keunggulan kedua negara tersebut. Di lain pihak, Malaysia dan Thailand mempunyai keunggulan komparatif dalam industri elektronik dan otomotif, sementara Singapura menjadi hub regional bagi pusat finansial Asia Tenggara karena kualitas infrastruktur dan tata pemerintahan yang kuat (John, 1995).
2
Gambar 1.1. Arus Masuk FDI ke Negara-Negara ASEAN, 2000-2012 120000
9 8
100000
7
80000
6 5
60000
4
40000
3 2
20000
1
0
0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 ASEAN Total FDI (Million US$)
% of World FDI
Sumber: ASEAN FDI Statistics dan UNCTAD Pasca krisis finansial 1998, sistem ekonomi negara-negara Asia Tenggara semakin menguat. Hal ini berdampak pada meningkatnya Foreign Direct Investment yang masuk ke negara- negara Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara ASEAN telah mengalami peningkatan yang cukup besar dalam aliran masuk FDI, terutama meningkat lebih dari 50 persen dari tahun 2005 sampai tahun 2007. Akibatnya, dalam porsinya terhadap FDI dunia, aliran yang masuk ke ASEAN meningkat dari 1,6 persen pada tahun 2000 menjadi 8,3 persen pada 2012. Beberapa negara juga menjadi penerima FDI terbesar, yaitu Indonesia, Filipina, dan Vietnam, yang dimana aliran masuk FDI ke negara-negara tersebut meningkat tiga kali lipat antara 2004 dan 2007. 1.2. Rumusan Masalah Disparitas yang lebar dalam pendapatan per kapita masih menjadi hambatan utama dalam integrasi ekonomi yang lebih luas diantara negara-negara
3
Asia Tenggara. Hal ini dapat tergambar dari disparitas pendapatan antara Singapura dan negara ASEAN lainnya. Singapura merupakan negara ASEAN pertama yang mencapai status sebagai negara industri baru, sedangkan negara ASEAN lain masih dalam tahap pembangunan ekonomi. Menurut klasifikasi World Bank, Singapura dan Brunei Darussalam merupakan negara berpendapatan tinggi, Malaysia negara berpendapatan menengah atas, Thailand, Filipina dan Indonesia berpendapatan menengah Bawah, dan Myanmar, Vietnam, Kamboja, serta Laos merupakan negara berpandapatan rendah.
Nominal GDP per Capita ('000 US$
Gambar 1.2. GDP Per kapita Nominal Negara-Negara ASEAN 1985-2012 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Lao P.D.R.
Malaysia
Myanmar
Philippines
Singapore
Thailand
Vietnam
Sumber: IMF, World Economic Outlook Database Secara teroritis, negara yang lebih miskin dengan pendapatan awal dan produktivitas yang rendah cenderung untuk tumbuh lebih cepat dengan menyalin teknologi dari negara maju. Apakah hal ini terjadi di ASEAN? Perbedaan yang besar antara pendapatan riil antara negara ASEAN menunjukkan adanya masalah ketidakseimbangan regional. Hal ini menjadi penting untuk mengetahu apakah 4
negara-negara ASEAN yang masih miskin, dengan pendapatan per kapita yang masih rendah, menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat daripada negara yang lebih kaya, dengan pendapatan per kapita yang lebih tinggi. Dalam kasus ini, jika perekonomian yang miskin tumbuh lebih cepat daripada negara yang lebih kaya, hal ini menunjukkan adanya terjadi catching up antara negara miskin dengan negara kaya. Dari uraian diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang diteliti yaitu : 1. Apakah terjadi konvergensi ekonomi antara negara yang masih miskin dan dengan negara yang kaya diantara negara-negara anggota ASEAN sebelum dan sesudah krisis finansial 1998 2. Apakah negara yang lebih miskin cenderung mempunyai pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang lebih makmur 3. Bagaimana dampak terjadinya krisis ekonomi Asia 1998 terhadap proses konvergensi diantara negara-negara ASEAN 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis terjadinya konvergensi pendapatan per kapita antara negaranegara ASEAN. 2. Menganalisis kecenderungan negara yang lebih miskin untuk tumbuh lebih tinggi daripada negara yang lebih makmur
5
3. Menganalisis dampak terjadinya krisis ekonomi Asia 1998 terhadap laju konvergensi antara negara-negara ASEAN 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara umum adalah untuk memberikan bukti secara secara empiris bagaimana terjadinya konvergensi pendapatan per kapita antara negara-negara di ASEAN, dan dengan menganalisis bagaimana pengaruh krisis ekonomi Asia 1998 terhadap laju konvergensi negara-negara ASEAN. Sedangkan untuk manfaat khusus yang diperoleh antara lain : 1. Bagi
Pemerintah,
sebagai
rujukan
dalam
pembuatan
kebijakan
makroekonomi terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita 2. Bagi pelaku pasar, termasuk pengusaha, investor, dan pebisnis dalam melihat pertumbuhan ekonomi dan peluang pasar di negara-negara anggota ASEAN 3. Bagi penulis dan peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah wawasan dan informasi dalam menganalisis rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini dan dapat digunakan sebagai rujukan peneliti selanjutnya khususnya dalam topik tentang teori konvergensi
6
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terbatas pada teori konvergensi antara negara-negara ASEAN dengan melihat terhadap pendapatan per kapita serta pertumbuhan ekonomi dan pengaruh krisis ekonomi Asia 1998 terhadap laju konvergensi antara negara-negara ASEAN. Penelitian ini akan membahas mengenai dua analisis. Analisis yang pertama adalah
konvergensi sigma (σ) dimana menganalisis apakah terjadi
konvergensi pendapatan per kapita antara negara-negara ASEAN. Analisis kedua adalah konvergensi beta (β) dimana dalam konvergensi beta (β) kondisional menggunakan enam variabel independen yaitu dalam mempengaruhi laju konvergensi antara negara-negara ASEAN. Analisis dibagi dalam dua fase, yaitu sebelum krisis ekonomi 1998 dan setelah krisis ekonomi 1998. Negara ASEAN yang diteliti diantaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam, dan Thailand. 1.6. Metodologi Penelitian Penelitian ini membahas mengenai 2 analisis untuk mengetahui apakah negara-negara ASEAN mengalami konvergensi. Analisis yang pertama adalah analisis konvergensi sigma (σ) terhadap negara-negara ASEAN dan analisis yang kedua adalah analisis konvergensi beta (β) terhadap negara-negara ASEAN. Analisis
pertama
menggunakan
konvergensi
sigma
(σ),
yang
dikembangkan oleh Barro dan Sala-i-Martin (1995)
7
SDt =√ ∑
̅̅̅
(1.1)
dimana: SDt
= Standar Deviasi pada periode t
Ln ̃ t = logaritma dari rara-rata PDB per kapita antara negara-negara ASEAN pada periode t Ln yit = logaritma PDB per kapita wilayah i pada periode t n
= jumlah negara yang diteliti Konvergensi sigma (σ) terjadi apabila dispersi dari PDB per kapita antara
negara-negara yang diteliti cenderung menurun antara waktu (Barro dan Sala-iMartin, 2004). Analisis konvergensi yang digunakan kedua adalah konvergensi beta (β), yang terdiri dari konvergensi beta (β) absolut dan konvergensi beta (β) kondisional. konvergensi beta (β) absolut dapat dihitung dengan mengaplikasikan model sebagai berikut: (1.2) dimana = tingkat pertumbuhan di wilayah i sepanjang t tahun = PDB per kapita awal di wilayah i = intersep = koefisien estimasi dari
8
Untuk mengidentifikasi apakah negara-negara ASEAN memiliki fundamental yang berbeda yang dalam hal ini konvergensi hanya terjadi pada ranah kondisional, maka penelitian ini akan mengontrol beberapa variabel yang dilakukan oleh Mathur (1998):
it
(1.4) dimana: = rata-rata pertumbuhan tahunan PDB per kapita it
= PDB per kapita pada tingkat awal = rata-rata rasio tingkat tabungan domestik bruto tahunan terhadap PDB =
pertumbuhan
populasi+tingkat
(diasumsikan konstan 3%)+
pertumbuhan
teknologi
tingkat depresiasi (diasumsikan
konstan 2%) = tingkat harapan hidup pada tahun awal = rata-rata rasio tahunan keterbukaan perdagangan terhadap PDB = rata- rata rasion tahunan nilai tambah industri dalam PDB
1.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian konvergensi beta (β) kondisional menguji apakah b1<0 dalam persamaan yang telah dijabarkan diatas, sehingga akan menolak hipotesis nol b1=0. Nilai negatif dari tingkat awal log PDB per kapita akan menunjukkan bukti bahwa terjadinya konvergensi kondisional.
9
a.
Tingkat tabungan domestik dihipotesiskan mempunyai dampak positif pada tingkat pertumbuhan PDB per kapita. Peneliti akan menguji apakah b2=0
atau b2>0 dalam persamaan. Tabungan yang lebih tinggi
mengimplikasikan bahwa tersedianya lebih banyak sumber daya untuk investasi dan pertumbuhan. b.
Pertumbuhan penduduk dihipotesiskan memiliki dampak negatif terhadap tingkat pertumbuhan PDB per kapita. Peneliti akan menguji apakah b3=0 atau b3>0 dalam persamaan. Tingkat populasi yang lebih tinggi berarti bahwa kurangnya sumber daya untuk tabungan dan konsumsi yang terus bertambah, berkurangnya sumber daya untuk tabungan mengakibatkan investasi dan pertumbuhan yang lebih rendah.
c.
Tingkat harapan hidup di tahun awal berarti bahwa perekonomian mempunyai angkatan kerja yang sehat (kualitas sumber daya manusia yang lebih tinggi) pada proses awal pertumbuhan yang akan bertumbuh pada tingkat yang tinggi. Peneliti akan menguji apakah b5=0 atau b5>0 dalam persamaan.
d.
Nilai tambah industri yang lebih besar dalam PDB, maka pertumbuhan PDB per kapita pun akan semakin tinggi pula. Dihipotesiskan bahwa b6 =0 atau b6>0 dalam persamaan.
1.8. Sistematika Penulisan Bagian utama dari penulisan ini disusun dengan mempergunakan sistematika sebagai berikut :
10
Bab I
Pendahuluan dipaparkan uraian terkait dengan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Landasan teori dan metodologi dipaparkan uraian terkait dengan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian, model, hipotesis penelitian, dan alat analisis
Bab III
Hasil dan pembahasan dipaparkan uraian terkait dengan statistik deskriptif, tahap analisis, hasil dan temuan, dan pembahasan hasil penelitian.
Bab IV
Kesimpulan dan saran merangkum hasil penelitian secara keseluruhan serta rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi pengambil kebijakan terkait dengan hasil penelitian.
11