BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Simanjuntak:1987:157). Ketika anak memperoleh bahasa pertamanya, ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Proses kompentensi ini menjadi syarat untuk proses performansi. Kompetensi itu meliputi komponen fonologi, komponen sintaksis dan komponen semantis, yang tidak berdiri terpisah, tetapi berlangsung secara beriringan sesuai dengan perkembangan usia anak (Pateda,1990:21). Sesuai dengan pemikiran tersebut, dapatlah dikatakan bahwa dalam perkembangan usianya dalam memperoleh kemampuaan berbahasanya, anak melampaui tahap-tahap; yang masing-masing tahapan meliputi ketiga komponen tersebut. Selanjutnya, proses performasi sendiri memiliki dua tahap, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitan atau proses menghasilkan kalimat-kalimat. Pada proses pemahaman melibatkan kemampuan mempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan dalam proses penerbitan melibatkan kemampuan mengeluarkan atau menerbitkan kalimat-kalimat itu sendiri. Kedua proses ini selanjutnya menjadi kompentensi linguistik kanak-kanak (Chaer 2003: 168). Anak-anak menggunakan bahasa yang telah diperolehnya melalui interaksi dengan orang lain, baik dengan anak sebaya, anak-anak yang lebih muda atau
Universitas Sumatera Utara
dengan orang dewasa di sekitarnya. 1
Dalam penggunaannya, secara tidak
langsung anak-anak juga mempelajari norma dan budaya yang berlaku di sekitarnya dalam menggunakan bahasa tersebut. Dardjowijoyo (2000:275) menyebutnya
dengan pemakaian bahasa (language usage) dan penggunaan
bahasa (language use). Dengan demikian, anak-anak juga harus menguasai kemampuan pragmatik. Dalam kajian pragmatik yang dipelopori Austin (1969) disebutkan bahwa ketika seseorang berbicara, ia tidak hanya mengucapkan sebuah ujaran saja, tetapi ia juga melakukan tindakan dengan ujarannya tersebut. Pandangan ini disebut dengan Speech Act ( tindak tutur/tindak ujar) yang terdiri atas lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketika seseorang berujar atau mengeluarkan ujaran (speech), ia memiliki maksud-maksud tertentu yang berdampak pada lawan tuturnya. Selanjutnya Searle (murid Austin) mengklasifikasikan tindak tutur di atas menjadi lima jenis tindak tutur: representatives, directives, expressives, commisives, dan declaration. Kaitannya dengan anak-anak, mitra tutur adalah hubungan antara ia dengan orang lain, yang berinteraksi dan berkomunikasi dengannya. Di samping itu, tujuan kanak-kanak sebagai tujuan tutur terjadi saat mengucapkan sesuatu dan tindak tutur adalah produk ujaran yang diproduksi oleh kanak-kanak. Pada masa ini, mereka sudah dapat membuat pernyataan (kalimat tanya, kalimat berita) dan berbagai bentuk kalimat atau konstruksi lain. 2
1
Lihat Dardjowidjojo(2000:275) Sebagian dari norma-norma ini tertanam dalam bahasa sehingga kompetensi anak tidak hanya terbatas pada apa yang saya namakan pemakaian bahasa (language usage) tetapi juga penggunaan bahasa (language use). Dengan kata lain anak harus pula menguasai kemampuan pragmatik. 2 Baca Chaer(2005;238). Ketika memasuki taman kanak-kanak, anak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain.
Universitas Sumatera Utara
Ketika memasuki taman kanak-kanak, anak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Mereka juga memiliki perbendaharaan kata atau memahami kosakata lebih banyak lagi. Mereka pun sudah dapat menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang bermacam-macam. Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan teman-teman sebayanya dan berbicara dengan santun kepada orang tua dan guru mereka. Pada anak usia prasekolah (3-6 tahun), kompetensi dan performansinya terhadap tindak tutur tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Perkembangan pemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolah berlangsung seiring dengan perkembangan pralinguistiknya. Dardjowijoyo (2005:57) menambahkan bahwa anak memiliki tahapan-tahapan tersendiri dalam memeroleh bahasanya, termasuk di dalamnya kemampuan pragmatik (tentu saja dengan tindak tuturnya). Perkembangan linguistiknya ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orang tua, khususnya ibu dan anak. Dalam masa perkembangan linguistiknya, anak mengembangkan konsep dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek, dan tindakan pada tahap satu kata, anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama-nama benda dan orang yang dijumpai. Hal itu menjadi perbendaharaan kata mereka
interogatif/pertanyaan, perkembangan
penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi. Jadi, melalui kompetensi dan perfomansinya anak-anak telah memeroleh kemampuan pragmatik melalui tuturan. Masa kanak-kanak adalah usia yang paling tepat untuk mengembangkan bahasa. Masa ini sering juga disebut masa golden age. Pada usia itu, anak sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan aspek fisik
Universitas Sumatera Utara
motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. 3 Perkembangan awal lebih penting daripada perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman. Peran guru sangat dibutuhkan dalam mengembangkan bahasa anak terutama di Taman Kanak-Kanak (TK). Mengingat hal tersebut, guru berusaha mengembangkan bahasa anak melalui bercerita, bernyanyi, dan berdialog. Diharapkan dengan bercerita , berdialog, dan bernyanyi akan menambah kosa kata anak yang dapat digunakan dalam mengembangkan bahasa mereka untuk berkomunikasi. Anak-anak Taman Kanak-Kanak Galilea Hosana Kids, Medan (TK GHK Medan) yang berusia 4-5 tahun telah mampu mengembangkan ketrampilan berbicara melalui percakapan sederhana yang dapat memikat orang lain. Tanpa pengembangan bahasa, anak prasekolah di TK GHK Medan akan sulit untuk menerima
materi
pelajaran
yang
diberikan
gurunya,
termasuk
mengkomunikasikan bahasa dengan lingkungan di sekitarnya. Biasanya mereka menggunakan bahasa melalui berbagai cara, seperti bernyanyi, bertanya, atau kegiatan interaksi lainnya (seperti dialog dengan guru maupun teman-temannya). Hal ini mengisyaratkan bahwa anak TK GHK Medan telah menggunakan bahasa sebagai alat penghubung sosial yang sangat dibutuhkan dalam pergaulan untuk merapatkan hubungan seseorang dengan orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut maka kajian ini beranggapan bahwa penelitian “Fungsi Tindak Tutur Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak
3
Wardoyo(2007),h.4.”Mendidik anak Bermental Juara”. Jika seseorang (anak) hidup dalam suasana kebahagiaan dan harmonis, jaringan saraf area korteks prefrontal kiri mengalami pertumbuhan cepat: anak hidup dalam suasana eufori, gembira, bersemangat sehingga anak jadi lebih mudah mencerna dan mengingat pelajaran.
Universitas Sumatera Utara
Galilea Hosana Kids Medan” menarik untuk diteliti secara mendalam sehingga lebih komprehensibilitas (Darjowijojo,2000:6). 4 Apalagi : 1. anak TK GHK Medan secara umum dapat dikelompokkan sebagai komunitas pengguna bahasa yang aktif dan produktif; 2. perkembangan bahasa anak usia prasekolah akan berkembang secara optimal melalui interaksi dan kontak dengan lingkungan di sekitarnya, termasuk di lingkungan TK GHK Medan. Setiap kajian bahasa didasarkan pada suatu pendekatan (approach). Ini berarti tidak ada kajian bahasa yang bebas dari nilai atau anggapan dasar (Halliday, 1994;xvii dalam Saragih hal 1). Dengan kata lain, bahasa tidak terlepas dari konteks sosial. Bahasa dalam interaksi sosial terdiri atas arti, bentuk dan ekpresi. Hubungan ketiganya ini dapat dinyatakan sebagai arti yang direalisasikan dalam bentuk hingga akhirnya dikodekan dengan ekspresi. Dengan kata lain, bahasa dalam sistematik terdiri dari semantik, tata bahasa, dan fonologi/grafologi. Kerelevanan tatabahasa berdasarkan sistemik, secara spesifik menurut Halliday salah satunya adalah memahami perkembangan bahasa anak dan perkembangan bahasa manusia (Saragih, 2010:7-8). Tindak tutur anak di sekolah ini merupakan bagian dari perilaku berbahasa yang diamati dalam penelitian anak usia prasekolah di taman kanak-kanak ini dalam mengembangkan kemampuan tindak tuturnya. Dalam menuturkan pengalamannya, anak usia prasekolah di TK GHK Medan menggunakan fungsi ujar dalam tindak tutur
ilokusinya yang berbentuk pertanyaan, pernyataan,
perintah. Melalui komunikasi dalam percakapan pada tingkat tatabahasanya, 4
Lihat Dardjowidjojo(2000:6) Komprehensibilitas, artinya suatu elemen yang diujarkan anak, saya anggap sebagai refleksi kompetensi bila elemen yang dia pakai dalam produksi itu telah menunjukkan adanya koherensi semantik dengan elemen-elemen lain dalam kalimat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
secara teknik linguistik disebut mood/mode. Mood inilah yang kelak disebut modus. 5 Berkaitan dengan anak-anak di TK GHK Medan, berdasarkan sistem pilihan peran itulah, mereka membedakan kalimat menurut modusnya. Misalnya saja deklaratif (yang mengacu ke kalimat pernyataan), interogatif (yang mengacu ke kalimat pertanyaan), dan imperative (yang mengacu ke kalimat perintah). Kalimat
deklaratif direalisasikan dengan suara datar, sedangkan kalimat
interogatif diujudkan oleh suara (sedikit) naik. Dan yang terakhir, imperative ditunjukkan oleh suara datar dengan suara tinggi di awal klausa. Jadi, suara penutur dapat bervariasi dalam menggunakan fungsi ujar apakah dengan intonasi datar, naik, turun, naik-turun, turun-naik dan lain sebagainya, seperti percakapan anak tersebut berikut. 1. Miss Ina sudah datang.(intonasi turun) 2. Minta sama Miss Ina! (intonasi naik turun) 3. Datangkah Miss Ina? (intonasi turun naik) Ketika tindak ujar terjadi, anak usia prasekolah di taman kanak-kanak bertindak sebagai penutur dan petutur diposisikan sebagai peran pembicara yang berbeda melalui penggunaan modus: apakah memberikan informasi atau menanyakan informasi; modus tuturan yang diproduksi anak di taman kanakkanak apakah sudah meliputi (1) modus berita, (2) modus bertanya, (3) modus perintah. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan pemerolehan pragmatik anak usia prasekolah memerlukan waktu yang lama dan panjang serta melalui fase-fase yang memiliki ciri-ciri tersendiri. Pertumbuhan dan perkembangan
5
Kridalaksana. Kamus Linguistik ,2008), h.156
Universitas Sumatera Utara
merupakan fase yang memerlukan perhatian. Inilah sebabnya fase prasekolah merupakan awal penting bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia pada fase selanjutnya. Ada berbagai aspek pendidikan bahasa yang sangat mendesak untuk mendapat perhatian. Salah satunya adalah pemerolehan pragmatik anak usia prasekolah. Karena penelitian pragmatik anak usia prasekolah masih minim hingga saat ini teori-teori yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa dan pragmatik masih menggunakan teori-teori yang dikemukakan para ahli yang berasal dari barat. Maka, penelitian tentang pemerolehan bahasa anak secara longitudinal telah dilakukan oleh Dardjowidjojo 6
perlu diterapkan dalam
penelitian ini dengan waktu yang digunakan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, penelitian fungsi tindak tutur pada anak usia prasekolah tentang pertumbuhan dan perkembangan awal merupakan fase yang perlu mendapat perhatian. Apalagi subjek penelitiannya adalah anak taman kanak-kanak yang berusia 4-5 tahun dapat diidentifikasikan dan dirumuskan. 1.2 Identifikasi Masalah Merujuk pada uraian di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. a. tindak tutur yang direalisasikan dalam modus oleh anak usia taman kanakkanak; b. tindak tutur anak usia taman kanak-kanak dapat dikaji berdasarkan jenis dan fungsi tindak tutur, yang dilakukan secara longitudinal. 7
6
op.cit:6 Dardjowidjojo,op.cit,p.14.
7
http://webcace.googleusercontent.com/Penelitian yang dilakukan dengan ciri:waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relative besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertetu dan dipusatkan pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
c. alasaan tindak tutur anak usia kanak-kanak dapat direalisasikan dalam modus.
1.3 Rumusan Masalah Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Bagaimanakah tindak tutur direalisasikan dalam modus oleh anak usia taman kanak-kanak? 2. Jenis tindak tutur apakah yang terjadi pada anak usia taman kanak-kanak? 3. Mengapa tindak tutur direalisasikan dalam modus itu?
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi dan rumusan masalah penelitian yang telah diungkapkan, kajian ini bertujuan memperoleh pemerian yang sahih dan objektif berdasarkan empiris. Melalui pengamatan langsung terhadap tindak tutur anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Galilea Hosana Kids, Jalan Bunga Terompet Raya No. 30, PB Selayang II Medan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: a. tindak tutur direalisasikan dalam modus oleh anak usia taman kanak-kanak ; b. jenis tindak tutur yang terjadi pada anak usia taman kanak-kanak ; c. alasan tindak tutur direalisasikan dalam modus itu.
1.4.2 Manfaat Penelitian Setiap penelitian pasti mempunyai maksud atau harapan agar hasil penelitiannya bermanfaaat bagi orang lain atau untuk perkembangan ilmu
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan itu sendiri. Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi: a. Manfaat Teoretis 1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah khasanah pengetahuan dalam ilmu bahasa, khususnya kajian pragmatik 2. Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi peneliti yang lain apabila ingin meneliti pemerolehan bahasa anak . b. Manfaat Praktis 1. Memberika masukan bagi para orang tua terhadap perkembangan tindak tutur anak usia prasekolah yang diperolehnya selama di taman kanak-kanak ; 2. Dengan adanya penelitian ini, kajian diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pendidik atau pengasuh dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) sehingga dapat melakukan strategi-strategi yang mudah dicerna dan dipahami oleh anak usia prasekolah di taman kanak-kanak dalam
mengembangkan
kemampuan
berbahasa,
khususnya
dalam
pemerolehan dan kemampuan tindak tutur ; 3. Penelitian yang relevan dapat mendukung usaha Pemerintah dalam menggalakkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merujuk pada anak yang berkomunikasi dengan guru atau teman dalam satu sekolah menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama merupakan media yang dapat dipergunakan sang anak untuk memperoleh nilai- nilai lainnnya dari masyarakat Indonesia. Namun, sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan globalisasi zaman, PBM di dalam lingkungan sekolah telah disisipi bahasa asing (Inggris) untuk menambah pengetahuan anak. Adapun penelitian ini juga memiliki ruang lingkup yang terbatas. a. Penelitian dibatasi pada anak Taman Kanak-Kanak Galilea Hosana Kids, Jalan Bunga Terompet No. 30, Kelurahan PB Selayang II, Medan; b. Fokus penelitian hanya pada modus, jenis dan fungsi tindak tutur pada anak usia taman kanak-kanak; c. Usia 4 – 5 tahun; d. Tidak meneliti bahasa apa yang mereka peroleh sebelumnya; e. Terbatas pada komunikasi lisan.
Universitas Sumatera Utara