Dania Tika Prasetia-205331480066-Pendidikan Kimia
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan sains memiliki potensi yang besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia dalam rangka menyongsong abad 21 yang dikenal dengan istilah era globalisasi dan industrialisasi. Peran strategis dalam menyiapkan SDM semakin dirasakan seiring dengan pesatnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Oleh karena itu pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan dalam memasuki dunia teknologi dan informasi. Persiapan SDM yang baik dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya, memiliki kemampuan berpikir yang logis, kritis dan kreatif terhadap perubahan dan perkembangan teknologi, serta berani mengemukakan pendapat dan dipertanggung jawabkan. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional, salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum (Nurhadi, 2003). Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk merespon tuntutan terhadap kehidupan globalisasi, perkembangan informasi, IPTEK, serta untuk mempersiapkan siswa menjadi subyek yang makin berperan dalam menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan profesional sesuai dengan standart mutu nasional dan internasional. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1
2
(KTSP). Pelaksanaan KTSP pada prinsipnya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk menyiapkan siswa agar memiliki kompetensi dasar di setiap jenjang pendidikan. Dalam KTSP, pelajaran kimia termasuk dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi yang harus ditempuh siswa sampai tuntas. Ketuntasan yang disyaratkan oleh KTSP adalah ketercapaian indikator yang telah disusun minimal 75%. Kimia adalah salah satu ilmu sains yang lahir dari sebuah eksperimen dan pemikiran yang kritis sehingga siswa harus terjun langsung ke lapangan untuk dapat meningkatkan pemahamannya. Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi praktikan PPL di SMA “ISLAM” Malang diketahui bahwa meskipun sudah menggunakan KTSP, namun proses pembelajaran cenderung didominasi oleh guru sehingga siswa bersikap pasif sebagai pendengar, padahal para siswa akan lebih antusias jika proses pembelajaran dilakukan di luar kelas, misalnya di laboratorium, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Penggunaan strategi pembelajaran yang langsung melibatkan siswa juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru adalah meningkatkan profesionalisme guru dan menerapkan model-model pembelajaran yang bersifat kontruktivistik antara lain learning cycle (LC), cooperative learning (CL), contextual teaching and learning (CTL), serta problem based learning (PBL). Cooperative learning yang merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan kecil yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang heterogen. Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, antara lain: Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Teams Games Tournaments
3
(TGT), Sains, Environment, Technologi, Society (SETS)/SALINGTEMAS (Iskandar. 2004). Penelitian menggunakan strategi pembelajaran yang dipakai untuk menyongsong era globalisasi dan industrialisasi, yakni strategi SALINGTEMAS (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) dan strategi Jigsaw. Titik penekanannya yakni mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Strategi SALINGTEMAS memberikan wadah lebih luas, oleh karena itu hendaknya dapat dimanfaatkan sejak siswa duduk di SD terutama menekankan pada masalah berpikir kreatif, perasaan, dan penilaian serta pemanfaatan dan penerapan. Melalui ranah afektif, kognitif, dan kooperatif, siswa menggunakan pengetahuan dan ketrampilan IPA yang dimiliki untuk mengklasifikasikan dan mengutamakan nilai-nilai mereka dan kemudian menerapkannya dalam tindakan sehari-hari sebagai warga negara yang bertangung jawab terhadap apa yang diperbuatnya. Perbedaan strategi SALINGTEMAS dengan strategi yang lain yakni, strategi SALINGTEMAS mengambil konsep dengan cara mengidentifikasi masalah-masalah sosial, menggunakan kegiatan laboratorium yang berasal dari sumber lokal untuk memecahkan masalah, siswa aktif mencari info yang diperlukan, menekankan ketrampilan proses yang dapat digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi sejauh mana sains dan teknologi berdampak dimasa yang akan datang. Salah satu isu yang tengah marak terjadi saat ini dan layak menurut peneliti untuk dijadikan topik pembelajaran dengan strategi SALINGTEMAS adalah penggunaan dari zat-zat aditif (pewarna, pemutih, pemanis, anti oksidan , dan pengawet) pada bahan makanan yang ada di masyarakat. Zat aditif disamping
4
dapat meningkatkan siswa untuk tanggap terhadap isu-isu sosial yang terjadi saat ini juga bisa dikaitkan dengan materi pembelajaran di SMP Kelas VIII tentang pokok bahasan zat aditif makanan. Selain strategi SALINGTEMAS, peneliti juga mengembangkan strategi Jigsaw yang dapat menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu sesama teman dalam hal positif. Strategi Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Arinson merupakan salah satu cara yang tepat bagi siswa, mereka tidak hanya bekerja bersama-sama dalam memahami konsep, tetapi juga melatih kebersamaan, menerapkan ketrampilan dan tak kalah penting melatih tanggung jawab siswa secara pribadi maupun kelompok. Dalam kelompok yang berjumlah 4-5, siswa diharapkan mampu menguasai sub topik yang harus mereka pelajari melalui diskusi dalam ketrampilan proses kelompok. Guru berfungsi sebagai administrator, fasilitator, komunikator serta evaluator. Untuk pelaksanaannya guru hanya mengatur pembagian tugas, mengatur pembagian materi pelajaran, memberi petunjuk dan menjelaskan tujuan pelajaran yang hendak dicapai. Kelompok diskusi dibentuk dengan secara heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Dalam belajar kimia siswa akan dihadapkan dalam suatu pemecahan masalah, oleh karena itu diskusi kelompok dengan teman sebaya akan mendapat kejelasan terhadap apa yang sedang dipelajari dan akan lebih mudah dipahami karena mereka biasanya menggunakan bahasa-bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama. Strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw pada materi zat aditif pada siswa SMP kelas VIII, diharapkan dapat mengembangkan sikap siswa terhadap
5
pembelajaran kimia yang berlangsung dan seterusnya, sehingga para siswa lebih menyenangi materi kimia dan bersungguh-sungguh untuk memperlajari ilmu kimia lebih dalam lagi ditingkat yang lebih tinggi. Selain itu diharapkan dengan adanya strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw yang dianggap baru, siswa lebih bisa mencapai prestasi yang lebih tinggi seperti yang dicita-citakan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka judul yang diambil pada penelitian adalah”Penerapan Strategi SALINGTEMAS dan Jigsaw pada Materi Zat Aditif Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi dan Sikap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Pasuruan”.
B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah. 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar menggunakan strategi SALINGTEMAS dengan strategi Jigsaw? 2. Bagaimanakah sikap siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Pasuruan terhadap penerapan strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw terhadap materi zat aditif?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui. 1.
Perbedaan hasil belajar pada penerapan strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw pada materi zat aditif dengan ditandai peningkatan prestasi siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Pasuruan,
6
2.
Sikap siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Pasuruan terhadap penerapan strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw pada materi zat aditif
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka hipotesis penelitian adalah. H1: 1.
Terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan strategi SALINGTEMAS dengan siswa yang diajar menggunakan strategi Jigsaw.
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah. 1.
Bagi peneliti, sebagai pengalaman belajar dalam mengekspresikan atau mengungkapkan permasalahan belajar dan memecahkan permasalahan dalam mengajar.
2.
Bagi siswa, penerapan strategi dapat memupuk percaya diri, kemandirian, kreativitas, memecahkan masalah kerjasama, dan bertanggung jawab terhadap dirinya, lingkungan dan masyarakat.
3.
Bagi guru mata pelajaran, dapat menambah pengetahuan mengenai strategistrategi pembelajaran baru dalam berbagai materi pembelajaran.
4.
Bagi sekolah tempat penelitian, dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan prestasi sekolah.
7
F. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII (2 kelas eksperimen) SMP Negeri 8 Pasuruan semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 yang mempunyai kemampuan awal sama.
2.
Materi yang diuji cobakan tentang pokok bahasan zat aditif (zat pewarna, zat pengawet, zat anti oksidan, zat pemanis, dan zat penyedap).
3.
Studi pada penelitian meliputi prestasi belajar siswa berupa hasil tes siswa (pre test, post test, dan tugas) dan sikap siswa pada penerapan strategi SALINGTEMAS dan strategi Jigsaw pada materi zat aditif.
G. Asumsi Penelitian Adapun beberapa asumsi dalam penelitian, yaitu. 1.
Kemampuan awal siswa sama.
2.
Semua subyek langsung tanggap dengan masalah-masalah lingkungan disekitar.
3.
Semua subyek penelitian mengikuti perlakuan yang diberikan secara sungguh-sungguh.
4.
Kedua kelompok eksperimen dengan strategi berbeda terjadi interaksi, baik itu interaksi individu maupun kelompok ataupun dengan guru dalam mempelajari pokok bahasan zat aditif.
8
H. Penegasan Istilah Adapun penegasan istilah dari penelitian adalah. 1.
Strategi SALINGTEMAS adalah proses belajar sains untuk menghasilkan teknologi disertai dengan pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan dampak negatif yang mungkin timbul dari munculnya produk teknologi ini terhadap lingkungan dan masyarakat (Iskandar. 2004).
2.
Strategi Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuannya adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian (Nurhadi. 2003).
3.
Hasil Belajar Siswa dalam penelitian didefinisikan sebagai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran yang dilihat dari nilai tes akhir khusunya (Ridwan. 2008).
4.
Sikap adalah hal positif atau negatif yang ditunjukkan siswa setelah memperoleh tindakan (Marmotji. 2008).
5.
Zat Aditif adalah suatu zat kimia yang ditambahkan ke dalam makanan agar makanan terlihat lebih menarik dan memiliki rasa enak (Purba. 2007).