BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan perusahaan dalam suatu kondisi perekonomian yang kompetitif adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dalam usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerjanya. Untuk mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya, disusunlah strategi-strategi sebagai petunjuk didalam mencapai tujuannya. Untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses yang disebut dengan pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan menggunakan anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan suatu pengarahan perhatian, karena membantu para manajer untuk memusatkan perhatian pada masalah operasional atau keuangan pada waktu yang lebih awal untuk pengendalian yang lebih efektif. Oleh karena itu, haruslah disusun anggaran untuk tiap-tiap tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban,
1
serta laporan anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggugjawaban. Menurut Kholmi (2010: 82) Akuntansi Pertanggungjawaban terjadi akibat adanya wewenang yang diberikan atasan ke bawahan dan bawahan mempertanggungjawabkan dalam suatu bentuk laporan tertulis dan digunakan sebagai evaluasi kinerja dari masing-masing departemen atau pusat pertanggungjawaban. Pusat Pertanggungjawaban (Responsibility Center) merupakan suatu segmen bisnis yang manajernya bertanggung jawab terhadap pengaturan kegiatan-kegiatan tertentu. Akuntansi pertanggungjawaban merupakan sistem akuntansi yang mengakui berbagai pusat pertanggungjawaban pada keseluruhan perusahaan yang mencerminkan rencana dan tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan
menetapkan
pendapatan
dan
biaya
tertentu.
Akuntansi
pertanggungjawaban sebenarnya timbul sebagai akibat adanya wewenang yang diberikan dan bagaimana mempertanggungjawabkan dalam bentuk suatu laporan
tertulis.
Akuntansi
pertanggungjawaban
yang
baik,
dalam
penerapannya harus menetapkan atau memberi wewenang secara tegas, karena dari wewenang ini akan menimbulkan adanya tanggung jawab. Dengan wewenang dan tanggung jawab tersebut akan memudahkan pengendalian terhadap penyimpangan yang terjadi. Menurut Hall (2011: 579) Pusat biaya merupakan unit organisasional dengan tanggung jawab terhadap manajemen biaya dalam batas-batas anggaran. Hal ini terjadi ketika departemen produksi dapat bertanggungjawab
2
untuk memenuhi kewajiban produksi sambil tetap mempertahankan biaya produksi (tenaga kerja, bahan baku, dan overhead) dalam jumlah anggaran. Akuntansi pertanggungjawaban banyak dipakai oleh perusahaan dan badan usaha lainnya karena memungkinkan perusahaan untuk merekam seluruh aktivitas usahanya, kemudian mengetahui unit yang bertanggungjawab atas aktivitas tersebut, dan menentukan unit usaha mana yang tidak berjalan secara efisien. Dengan diterapkannya sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik akan menyebabkan terciptanya suatu pengendalian dan pengukuran prestasi kerja manajer. Akuntansi
pertanggungjawaban
juga
sebagai
sarana
untuk
mengevaluasi kemampuan setiap manajer, sehingga akan dibentuk landasan terciptanya suatu sistem pengukuran prestasi kerja manajer. Menurut Hall (2011: 570) evaluasi kinerja dapat dilakukan dengan cara membandingkan kinerja operasional yang dipertanyakan dengan standar yang ada. Perbedaan diantara dua hal ini disebut varian (variance). Misalnya, varian harga untuk suatu item persediaan merupakan selisih antara harga yang diharapkan (standar) dengan harga sebenarnya yang dibayarkan. Jika harga aktual lebih besar dari standar, varian dikatakan tidak menguntungkan (unfavorable). Jika harga aktual kurang dari standar, variannya dikatakan menguntungkan (favorable). Menurut Kholmi (2010: 88) penilaian Kinerja (performance appraisal) merupakan teknik yang digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kinerja karyawannya, memotivasi, mengembangkan kemampuan pribadi dan
3
meningkatkan kemampuan dimasa mendatang yang dipengaruhi oleh umpan balik (feed back) mengenai kinerja masa lalu dan pengembangannya. Penilaian prestasi seorang manajer sangatlah penting, karena dengan demikian pimpinan dapat mengetahui sejauh mana manajer berusaha untuk mencapai tujuan perusahaan, dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan perbaikan dimasa mendatang, serta seorang manajer akan merasa terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, bila perlu untuk memotivasi kerja seorang manajer, manajemen atasan memberikan penghargaan (reward) yang berprestasi, dan jika wanprestasi mendapat hukman (punishment) Laporan pertanggungjawaban dapat dipergunakan sebagai dasar untuk membuat analisis yang bertujuan untuk
setiap
pusat
untuk mengukur prestasi kerja manajer
pertanggungjawaban.
Sistem
akuntansi
pertanggungjawaban merupakan metode pengendalian biaya. Biaya dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang untuk mengkonsumsi sumber daya, karena sumber daya yang digunakan harus dinyatakan dalam satuan uang dan itu merupakan biaya, maka sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan satu metode pengendalian biaya yang memungkinkan manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya. Laporan biaya akuntansi pertanggungjawaban merupakan umpan balik dari wewenang yang dilimpahkan, yaitu dari laporan manajer level bawah ke manajer level lebih atas. Adapun isi laporan pertanggungjawaban biaya disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Tujuan
4
utama dari suatu laporan adalah untuk mengomunikasikan informasi yang dibutuhkan
manajemen
serta
untuk
mengendalikan
kegiatan
yang
dilaksanakan. Pabrik Gula Ngadirejo merupakan salah satu Bagian Usaha dari PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) yang bergerak dibidang usaha mengelola bahan baku tebu menjadi produksi utama gula pasir dengan hasil samping tetes yang digunakan sebagai bahan baku Alkohol, Spiritus untuk keperluan medis. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk memilih judul penelitian mengenai “Analisis Akuntansi Pertanggungjawaban Bagian Produksi Sebagai Alat Untuk Menilai Kinerja Manajer Produksi (Studi Kasus Pada PG Ngadirejo Kediri)”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja manajer produksi dilihat dari akuntansi pertanggungjawaban.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana
kinerja
manajer
produksi
pertanggungjawaban.
5
dilihat
dari
akuntansi
D. Manfaat Penelitian a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menjadi sumber masukan bagi manajemen perusahaan mengenai kinerja manjer
yang seharusnya dilakukan sehingga dapat
memberikan kontribusi yang optimal. b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang sejenis.
6