BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah satu pemeriksaan penunjang di bidang radiologi. Di bidang ini pemeriksaan tersebut hanya menyumbang sekitar 6% dari seluruh pemeriksaan, tapi memberikan sekitar 41% dari seluruh dosis radiasi yang diterima. Besarnya dosis tersebut akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pemakaian modalitas (Buls et al., 2006). Di seluruh dunia, pemakaian CT scan meningkat sekitar 39%, bahkan di Kanada, dalam kurun waktu 10 tahun (1991-2002),
peningkatan ini hampir
mencapai 3 kali lipat. Dalam kurun waktu tersebut, dosis radiasi sinar-X yang diterima pasien, juga meningkat sekitar dua kali lipat (3,3 mSv pada tahun 1991, menjadi 6 mSv pada tahun 2002) (Aldrich & Williams, 1991). Terbatasnya penelitian mengakibatkan rendahnya data angka kejadian kanker akibat sinar-X yang diketahui. Salah satu penelitian yang ada menyatakan bahwa di 15 negara berkembang angka kejadian kanker akibat paparan radiasi sinar-X pada orang di atas usia 75 tahun sebanyak 0,6%-1,8%, di Kanada 1,1%, sedangkan di Jepang angka ini sedikit lebih tinggi yaitu sekitar 3% (Berrington & Darby, 2004). Dewasa ini, dengan ditemukannya Multi Slice Computed Tomography Scan (MSCT scan), angka tersebut sebetulnya terlalu underestimate. Salah satu MSCT yang sering dipakai yaitu MSCT 64 slice. MSCT ini mengeluarkan radiasi 1
sinar-X 35% lebih banyak daripada Single Slice Computed Tomography Scan (SSCT Scan) (Brixt et al., 2003; Yates et al., 2004). Menurut penelitian Shrimpton et al, tahun 1991, dosis radiasi hambur sinar –X yang diterima tiroid pada pemeriksaan CT scan kepala adalah 1,9 mGy, CT Scan leher 44 mGy dan yang paling rendah adalah CT scan pelvis, yaitu kurang dari 0,005 mGy (Rehinan et al., 2000) Beberapa penelitian yang menggunakan MSCT 64 slice, menunjukan bahwa dosis radiasi yang diterima tiroid adalah 0,04 cGy (0,4 mGy) - 0,12 cGy (1,2 mGy). Penelitian tersebut menggunakan MSCT 64 slice merk GE healthcare dan Siemens healthcare (Jaffe et al., 2010). Kedua penelitian tersebut, baik yang dilakukan Shrimpton et al dan Jaffe et al menunjukan bahwa dosis radiasi yang diterima tiroid pada pemeriksaan CT, melebihi dosis ambang yang ditentukan Cohnen et al, yaitu sebesar 1,1 mGy. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Indonesia yang sudah menggunakan MSCT 64 slice. Namun demikian, belum ada penelitian yang menunjukan berapa besarnya frekwensi pemakaian maupun besarnya dosis radiasi sinar-X yang diterima pasien akibat pemakaian MSCT 64 slice tersebut. Begitu pula di seluruh Indonesia, sepengetahuan penulis belum ada penelitian semacam itu. Pemakaian shielding/apron merupakan salah satu cara untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien pada saat pemeriksaan MSCT. Ada beberapa macam shielding/lead apron yang tersedia dewasa ini. Pada umumnya
2
shielding/ apron ini mempunyai ketebalan timbal antara 0,25 mm, 0,35 mm dan 0,50 mm. Kemampuan shielding dalam mengurangi paparan radiasi tergantung pada keadaan fisik shielding tersebut, seperti kondisi shielding dan ketebalan timbal serta besarnya energi yang dikeluarkan sumber radiasi ( kilo Voltage/kVp) (Short et al., 2008; Baconsvield et al., 1998). Tiroid bersama organ genital merupakan organ yang bersifat radiosensitif. Radiasi yang melebihi dosis pada kedua organ tersebut dalam jangka waktu lama bisa menimbulkan terjadinya keganasan. Standar dosis efektif radiasi sinar-X yang boleh diterima organ tiroid menurut Cohnen et al adalah 1,1 mGy. Shielding yang sering digunakan adalah shielding dengan ketebalan Pb 0,5 mm.
Penelitian yang ada secara umum menilai efektifitas shielding tanpa
menyebutkan ketebalan tertentu. Sepengetahuan penulis belum ada penelitian baik di Indonesia maupun di Yogyakarta yang menilai besarnya penurunan dosis radiasi yang diterima tiroid dengan pemakaian shielding tiroid 0,5 mm. Hal tersebut menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini. B. Perumusan Masalah 1. MSCT merupakan salah satu pemeriksaan radiologi yang mengeluarkan radiasi sinar-X paling besar, sehingga kemungkinan bisa menyebabkan timbulnya kanker tiroid. 2. Dosis radiasi yang mengenai organ tersebut harus dipastikan cukup aman atau tidak melebihi dosis yang diperbolehkan, sehingga diperlukan pengukuran yang akurat. 3
3. Shielding yang digunakan untuk mengurangi dosis radiasi, harus diketahui kemampuanya/efektifitasnya, sehingga memberikan keyakinan pada klinisi. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Berapakah dosis radiasi hambur yang diterima tiroid pada saat pemeriksaan Head MSCT 64 slice, apakah melebihi dosis efektif standar pemeriksaan CT ? 2. Apakah shielding tiroid 0,5 mm dapat menurunkan dosis radiasi sama dengan standar atau bahkan lebih baik ? D. Keaslian Penelitian Penelitian yang menilai kemampuan shielding tiroid 0,5 mm dalam menurunkan dosis radiasi hambur pada pemeriksaan Head MSCT 64 slice menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di RSUP Dr. sardjito Yogyakarta dan sejauh penelusuran kami, penelitian serupa belum pernah dilakukan di Indonesia. Penulis menemukan laporan penelitian (tabel 1) yang berkaitan dengan pemeriksaan efektifitas shielding tiroid dalam mengurangi dosis hambur yang diterima tiroid pada pemeriksaan Head MSCT. Penelitian-penelitian tersebut juga menjadi bahan referensi pada penelitian ini.
4
Tabel 1. Data Keaslian Penelitian Peneliti
sampel
Topik
hasil
William et Aldersonal., 2005 Rando antrophometric Phantom
Pemeriksaan CT Scan kepala:studi eksperimental untuk menilai efektifitas shielding pada Head CT Scan 3 protokol
Efektifitas shielding tergantung pada protokol yang dipakai. Pada pemeriksaan spiral (MSCT), shielding tiroid dapat mengurangi dosis permukaan sebesar 46%58%, dan dosis kedalaman 1 cm 37%-44%.
Qu et al., Alderson2011 Rando antrophometric Phantom
Paparan dosis radiasi tiroid pada pemeriksaan Cone Beam CT daerah mulut dan maksila, tanpa dan dengan shielding. Paparan radiasi pada pasien stroke akut, pemeriksaan komprehensif CT Scan Kepala
Shielding tiroid dapat mengurangi dosis sebesar 18%, 40%, 38% pada lapangan besar, sedang dan kecil.
Dosis radiasi hambur yang diterima tiroid dan penurunan dosis tersebut dengan pemakaian shielding tiroid 0,5 mm, pada pemeriksaan Head MSCT
Dosis radiasi hambur yang diterima tiroid bisa lebih besar atau kurang dari 1,1 mSv, dan shielding tiroid 0,5 mampu menurunkan dosis radiasi > /= dengan 58%
Cohnen
et AldersonRando al., 2006 antrophometric Phantom
Peneliti
Pasien yang menjalani pemeriksaan Head MSCT di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakata
Dosis radiasi yang diterima kepala mencapai > 9,5 mSv, dengan kemungkinan dosis lokal 490 mGy. Walaupun dosis kritis untuk tercapai kerusakan organ tidak terpenuhi, dokter harus tetap waspada terhadap kerusakan, terutama pada pemakaian berulang.
E. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui besarnya dosis radiasi hambur yang diterima tiroid pada pemeriksaan
Head MSCT 64 slice tanpa shielding dan penurunan dosis
tersebut dengan pemakaian shielding tiroid 0,5 mm.
5
2. Mengetahui perbandingan dosis radiasi hambur yang diterima tiroid pada pemeriksaan Head MSCT 64 slice tanpa shielding tiroid 0,5 mm dengan dosis radiasi hambur yang diterima dengan pemakaian shielding tiroid 0,5 mm. 3. Mengetahui hubungan antara dosis radiasi hambur yang diterima tiroid pada pemeriksaan Head MSCT tanpa shielding dengan besarnya lingkar leher dan jarak tiroid –ujung kepala. F. Manfaat Penelitian 1. Dari segi pelayanan rumah sakit, hasil penelitian dapat dipakai untuk melengakapi protap, bahwa setiap pemeriksaan Head MSCT 64 slice, pasien harus memakai shielding tiroid 0,5 mm. 2. Dari segi pasien, pasien mengetahui dosis radiasi sinar-X yang diterima tiroid dan manfaat pemakaian shielding tiroid 0,5 mm. 3. Dari segi pendidikan, melatih peserta pendidikan dalam berfikir dan meneliti, sehingga akan terpacu dalam mengembangkan penelitian yang lebih lanjut. 4. Dari segi penelitian, agar dapat menjadi dasar penelitian bagi penelitian berikutnya, sehingga menjadi suatu karya yang benar-benar bermanfaat.
6