BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Wilson menyatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan tentang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercemin dalam tindakan (act) dan benda-benda hasil karya manusia (artifact) (Sibarani, 2004: 2). Bahasa berperan sebagai alat atau sarana kebudayaan, baik untuk perkembangan, transmisi maupun penginventarisannya. Hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat, diciptakan normanorma yang dikenal dengan cara (usage), kebiasaan (folkways,), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custome) (Suryani, 1988: 115). Norma-norma tersebut merupakan salah satu aspek dari pandangan hidup yang dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat, bahkan semua bangsa di muka bumi ini. Pola hidup, tingkah laku, adat istiadat, cara berpakaian dan unsur-unsur kebudayaan lainnya hanya bisa disampaikan, diterangkan atau ditransmisi melalui bahasa. Dalam konteks kehidupan masyarakat, adanya nama-nama batik yang khas juga menyiratkan hubungan antara bahasa dan kebudayaan terhadap ranah pengetahuan tertentu, yaitu etnolinguistik. Bahasa merupakan hasil kebudayaan yang dipergunakan atau diucapakan oleh suatu kelompok masyarakat adalah refleksi atau cermin keseluruhan kebudayaan masyarakat tersebut (Levi-strauss, 1972: 68). Batik merupakan warisan leluhur yang tidak terpisahkan dari budaya bangsa Indonesia. Batik memberi makna yang sarat akan seni dan representasi budaya dari masing-masing daerah tanah air. Tiap daerah memiliki ciri motif dan cara pembuatan batik yang berbeda-beda. Salah satu karya tersebut adalah batik trusmi. Perkembangan batik di daerah dengan latar belakang budaya yang berbeda tentu akan memberikan pengaruh terhadap batik itu sendiri serta leksikon yang menyertainya. Seperti diketahui, Cirebon merupakan salah satu kota budaya di Pulau Jawa yang terletak di sebelah utara ujung paling timur Provinsi Jawa Barat.
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Batik trusmi sangat kental dengan makna simbolis yang berkaitan dengan kosmologi Cirebon. Leksikon batik Cirebon umumnya menyampaikan sebuah kearifan lokal, yakni sistem nilai masyarakat keraton pada masa itu. Beberapa leksikon batik Cirebon yang tergolong ke dalam batik keraton Cirebon di antaranya adalah Taman Arum Sunyaragi, Patran Kangkung, Mega Mendung, Ayam Alas, Supit Urang, Taman Teratai, Paksinaga Liman, Singa Payung, Singa Barong, Sawat Penganten, Wadasan, dan Simbar Menjangan. Jenis leksikon batik Pesisiran Cirebon antara lain leksikon motif Kapal Kompeni, Putri Cina, Parang, Kawung, Kapal Keruk,dan Kapal Kandas. Batik sebagai salah satu warisan budaya memerlukan pemaknaan ulang untuk ditransformasikan kepada generasi muda. Batik tidak cukup hanya dihadirkan secara fisik atau material sehingga dapat dijumpai di mana-mana karena dipakai oleh semua kalangan masyarakat. Namun, yang tidak kalah penting adalah menggali dan menilik nilai-nilai filosofis atau nonmaterial yang terkandung di dalamnya untuk dimanfaatkan bagi kehidupan masyarakat. Menurut Rohaedi (1986: 28), kearifan lokal adalah adanya unsur-unsur atau ciri-ciri tradisional yang mampu bertahan dan bahkan memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan unsur-unsur budaya dari luar serta mengintegrasikannya dalam kebudayaan asli. Kandungan nilai kearifan lokal yang terdapat dalam leksikon batik trusmi di antaranya terdapat pada motif taman arum sunyaragi yang menunjukkan tradisi rekreatif sekaligus spiritual dari keluarga sultan yang disimbolkan ke dalam keharuman taman. Menurut sejarahnya, para keluarga keraton Cirebon senang membuat taman sebagai media untuk mendekatkan diri kepada sang Khalik atau disebut Manunggaling Kawulo Gusti. Taman ini sering kali dijadikan tempat menyepi serta semedi bagi para sultan keraton. Leksikon batik trusmi taman arum sunyarangi memiliki dimensi yang mencerminkan kearifan lokal terhadap hubungan vertikal manusia dengan Tuhan. Pada kedudukannnya Tuhan berada pada peringkat paling tinggi, dan semua manusia yang ada di dunia, termasuk raja harus berbakti kepada-Nya (Warnaen, 1987). Dari pernyataan itu, tersirat bahwa Tuhan itu adalah Zat yang harus diberi Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
pembaktian atau pengabdian oleh semua manusia. Tegasnya, kepada Tuhanlah manusia harus memiliki kekuasaan yang mutlak, karena Dia dapat melihat segala perbuatan manusia di dunia. Selain pada motif mega mendung yang biasanya berupa gambar awan berarak-arak. Motif ini secara visual memiliki kedekatan dengan motif awan pada ragam hias Cina. Hal ini membuktikan bahwa dalam kebudayaan Cirebon terdapat pula perbauran budaya dengan kebudayaan Cina. Salah satunya ditunjukkan dengan bukti pernikahan Sunan Gunung Jati dengan salah satu putri Cina bernama Ong Tien Nio dari Negeri Tar-Tar (Cina) Pada leksikon batik mega mendung memiliki dimensi cerminan kearifan lokal yang berhubungan vertikal antara manusia dan Tuhan dengan adanya peralihan agama, dari Hindu ke Islam (Warnaen, 1987: 185), semata-mata harus dilihat dari segi sikap hidup masyarakat yang konsisten terhadap adanya kekuasaan Tuhan yang mahakuasa dan pada leksikon batik mega mendung ini juga terkandung dimensi cerminan kearifan lokal hubungan horizontal manusia dengan manusia bahwa tatacara mengambil perempuan untuk dijadikan istri harus dijalankan
dengan
sebaik-baiknya,
bahwa
suami
harus
memiliki
rasa
tanggungjawab terhadap istrinya (Warnaen, 1987: 171). Masuknya syiar islam dan berakulturasi dengan kebudayaan Cirebon diwakilkan dengan motif ayam alas (Sawung galing) yakni motif ayam jago sedang berkokok. Motif ini merupakan simbol sikap keberanian. Leksikon ayam alas memiliki dimensi yang mencerminkan hubungan horizontal antara manusia dan manusia ini sudah mempunyai aturan yang harus dijalankan oleh semua anggota masyarakat (Warnaen, 1987: 174). Amat kentara pula, betapa besar peranan raja dan pemuka agama terhadap rakyat pada saat itu. Sementara itu, sikap kepasrahan pada sang Khalik yang juga ditemukan dalam ajaran meditasi zikir khas Cirebon, dapat dilihat dalam motif patran kangkung. Leksikon ini memiliki dimensi yang mencerminkan hubungan vertikal antara manusia dan Tuhan. Kepercayaan akan keesaan Tuhan pada leksikon patran kangkung bercampur dengan kepercayaan bahwa manifestasi kekuatan Tuhan itu terdapat pada benda-benda atau tempat-tempat yang kongkret, sehingga Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
kesan adanya pantheisme terasa sekali. Berdasarkan hal tersebut, terlihat dalam leksikon di atas mempunyai suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkan. Penelitian tentang batik telah dilakukan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah kajian tentang perwujudan budaya belajar seni rupa masyarakat Jawa Barat oleh Suryatna (2010). Dalam penelitian tersebut, diungkap studi perwujudan budaya belajar seni gambar entitas masyarakat Jelekong-Bandung, seni batik Trusmi-Cirebon, dan seni keramik Anjun-Purwakarta. Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) gejala perwujudan budaya belajar tiga entitas masyarakat tersebut memiliki lingkungan yang berbeda, baik alam, sosial, budaya maupun pembelajarannya; (2) budaya belajar diwujudkan karena memiliki kepentingan yang sama, yakni tetap terpiliharanya keteraturan dan keseimbangan kehidupan bersama. Berdasarkan uraian di atas, banyak hal yang dapat diamati dari keberadaan leksikon batik trusmi, khususnya dari sudut pandang kajian seni rupa. Akan tetapi, kajian tentang batik trusmi yang menggunakan pendekatan etnolinguistik belum dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian, kajian tersebut sangat menantang untuk dilakukan. Melalui studi etnolinguistik, ada beberapa hal penting yang dapat diungkap berkenaan dengan leksikon batik trusmi: klasifikasi dan deskripsi leksikon batik trusmi, dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan; dimensi nilai kearifan lokal yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan manusia; dan dimensi nilai kearifan lokal yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan alam. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat Trusmi akan pentingnya nilai-nilai yang terdapat dalam leksikon batik trusmi. Inilah yang menjadikan topik ini menarik dan penting untuk diteliti.
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
B. Masalah Pada bagian masalah ini dibahas identifikasi masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Semua hal itu dipaparkan sebagai berikut.
1. Identifikasi Masalah Masalah dari penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1) Batik merupakan kebudayaan Indonesia yang terancam eksistensinya karena adanya klaim dari pihak asing. 2) Khazanah ilmu pengetahuan tentang batik tersimpan dalam leksikon perbatikan karena tersimpan ilmu pengetahuan atau kearifan lokal yang melekat pada leksikon perbatikan tersebut. 3) Leksikon batik trusmi merupakan identitas dan jatidiri masyarakatnya sehingga masing-masing individu dapat melekatkan diri dengan batik sebagai simbol kultural dan bahkan dalam skala nasional akan memupuk rasa nasionalisme dalam diri setiap masyarakat. 4) Nilai-nilai budaya dalam leksikon batik trusmi yang ada di masyarakat Trusmi sudah bergeser.
2. Pembatasan Masalah Agar masalah dapat terfokus dan tidak melebar, penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut ini. 1) Kandungan nilai pada leksikon batik trusmi yang menjadi fokus penelitian ini berlokasi di Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon. 2) Penelitian ini menganalisis klasifikasi dan deskripsi leksikon batik trusmi, dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan, dimensi kearifan lokal yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan manusia, dan dimensi kearifan lokal yang mencerminkan hubungan manusia dengan alam.
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
3) Sumber data akan diperoleh dari berbagai referensi yang berkaitan dengan leksikon batik trusmi dan narasumber yang bisa memberikan keterangan tentang berbagai leksikon yang digunakan dalam bidang batik di Trusmi. 4) Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi komunikasi kajian etnolinguistik.
3. Perumusan Masalah Penelitian ini akan difokuskan pada berbagai kandungan nilai kearifan lokal dalam leksikon batik trusmi. Masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam rumusan masalah sebagai berikut. 1) Bagaimana klasifikasi dan deskripsi leksikon batik trusmi? 2) Bagaimana dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan? 3) Bagaimana dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan manusia? 4) Bagaimana dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan alam?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1) klasifikasi dan deskripsi leksikon batik trusmi; 2) dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan; 3) dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan manusia; 4) dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan alam.
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut. 1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan disiplin ilmu etnolinguistik. 2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a) sebagai salah satu usaha pelestarian bahasa dan budaya yang merupakan identitas budaya yang dimiliki oleh Cirebon; b) sebagai salah satu upaya untuk memberikan kemudahan kepada produsen dan konsumen batik dalam memahami istilah perbatikan.
E. Sistematik Penulisan Hasil penelitian ini dilaporkan dalam bentuk skripsi sehingga tata tulisnya harus mengikuti sistematik penulisan yang standar. Adapun sistematik penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah sebagai berikut. Pada Bab I diuraikan latar belakang munculnya permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II memaparkan tinjauan pustaka dan kerangka teori, yaitu mencakup teori-teori yang digunakan untuk membedah permasalahan yang ada. Selanjutnya, pada Bab III dijelaskan metode penelitian yang meliputi pendekatan penelitian yang memaparkan metode yang digunakan dalam penelitian dan penentuan lokasi penelitian, definisi operasional, kemudian, dipaparkan data, serta strategi pengumpulan data, teknik seleksi data,dan instrumen penelitian. Pada Bab IV dibahas klasifikasi dan deskripsi pada leksikon batik trusmi, dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan vertikal manusia dengan Tuhan, dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan manusia, dan dimensi nilai kearifan lokal pada leksikon batik trusmi yang
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
mencerminkan hubungan horizontal manusia dengan alam. Adapun Bab V terdiri dari simpulan dan saran.
Novi Pamelasari, 2013 Kandungan Nilai Kearifan Lokal Dalam Leksikon Batik Trusmi (Kajian Etnolinguistik) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu