BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah amanah dari Allāh SWT untuk dijaga dan dirawat. Anak juga merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa ini akan menjadi baik apabila generasi-generasi bangsa ini terbina dengan baik. Tapi pada kenyataanya di Indonesia ini perlindungan terhadap anak belum sepenuhnya dijalankan dengan baik. Terbukti masih banyaknya permasalahan anak jalanan. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa permasalahan anak jalanan ini terus berkembang. Di antaranya semakin berkembangnya zaman, berkembang pula strata kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik, juga budaya. Tak dapat dimungkiri dengan adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih, pemenuhan kebutuhan manusia yang semakin banyakpun dapat mengakibatkan kesenjangan pada kehidupan masyarakat itu sendiri. Hal tersebut terlihat dari banyaknya orang yang berbondong membangun gedunggedung yang mewah, sedangkan di sisi lain terdapat orang-orang yang tinggal di daerah kumuh dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Tekanan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan akibat kemiskinan membuat orang tua mengharuskan anak-anak turun menanggung beban keluarga (Subhansyah, tt: 14). Sehingga banyak anak yang terjun ke jalan dengan tujun untuk mencari nafkah. Faktor penyebab lainnya, adalah karena adanya konflik yang terjadi pada keluarganya, sehingga mereka bosan dengan suasana di rumah (broken home). Peraturan serba ketat tanpa memberi peluang kepada anak untuk mengutarakan keinginannya, sering juga terjadi tindakan kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga sebagaimana yang sering kita saksikan pada media massa akhirakhir ini. Hal ini membuat anak merasa tertekan dan tidak nyaman lagi dalam memasuki dunia pendidikan. Sehingga sebagian dari mereka memilih jalanan sebagai tempat yang menurut mereka lebih nyaman dan bebas. Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan ini ditegasakan oleh Direktur Jenderal
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial Makmur Sunusi pekan lalu menyatakan, “akar dari terus meningkatnya jumlah anak jalanan terutama karena kemiskinan, perceraian orang tua, serta kemalasan dan kurang tanggung jawab orang tua sehingga menjadikan anak sebagai pencari nafkah bagi keluarga” (Wulan, 2010: th.) Akibatnya ketika mereka hidup di jalan kekerasan menghampiri mereka, penindasan, perampasan barang, pelecehan seksual bahkan penyimpanganpenyimpangan yang lainnya teralami oleh mereka. Susilo (2005: 5-6) mengatakan bahwa: Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. Tidak jarang anak jalanan menghadapi resiko kecelakaan lalu lintas, pemerasan, perkelahian, dan kekerasan lain. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan khususnya seks bebas dan penyalagunaan obat. Lebih memprihatinkan lagi, lingkungan akan mendorong anak jalanan menjadi obyek pelampiasan seksual. Dengan kejadian itu dapat merubah karakter mereka menjadi anak yang berperilaku tidak baik, mereka berusaha mencari uang dengan cara apa saja, termasuk mencopet, menjambret. Mereka juga rawan terhadap obat-obatan terlarang, minuman keras dan zat-zat adiktif lainnya bahkan resiko terhadap IMS termasuk HIV/AIDS karena munculnya perilaku tak terkendali anak jalanan untuk melakukan seks bebas.. Mira (2012: ) mengatakan: Di bypas Buah batu - Soekarno Hatta banyak anjal (anak jalanan) yang dibawah umur dan resah karean mengkonsumsi / suka ngelem aibon. Saya selalu lewat jalur itu setiap hari merasa prihatin. Seharusnya dari pihak Dinsos, Dinkes dan satpol PP koordinasi dan kerjasamalah. Juga kepada polisi yang suka bertugas disana harusnya bisa kasih teguran, kan sayang sekali mereka adalah penerus bangsa. Dengan sikap yang seperti itu dapat membuat pandangan masyarakat terhadap mereka menjadi buruk, bahkan enggan untuk mendekati, tak jarang pula mereka menganggap anak-anak jalanan sebagai sampah masyarakat karena banyak diantara mereka yang meresahkan orang-orang disekitarnya.
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3
Sementara itu menurut Manning dan Van Diermen, (Wong, 2009: 191) pandangan-pandangan masyarakat terhadap anak jalanan adalah: Akademis lebih memosisikan anak jalanan sebagai objek, organisasi sosial menjadikan menjadikan objek karikatif, dan polisi melihatnya sebagai objek kriminal kajian kriminal. Sedangkan media massa selalu memuat anak jalanan sebagai objek penerbitan dan kaum agamawan memerlukannya sebagai objek ibadah. Perlakuan semacam itu akan semakin menyingkirkan mereka karena mereka semakin dikukuhkan sebagai manusia yang tak layak dan menyandang citra buruk. Jika permasalahan anak jalanan ini tidak ditanggulangi maka akan berdampak buruk baik itu terhadap anak-anak jalanan maupun pada lingkungan disekitarnya. Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi diantaranya akan menyebabkan kematian dini dan sekalipun bisa bertahan hidup maka masa depan mereka teramat suram. Selain itu sangat mungkin kelak setelah dewasa mereka akan menjadi warga masyarakat yang menyusahkan orang lain bahkan bisa merugikan orang lain. Nugroho (2012: th.) mengatakan bahwa untuk mengatasi problem anak jalanan tersebut. Secara umum ada tiga pendekatan yang di tawarkan. Pertama pendekatan Penghapusan (Abolition), yang berupaya menghapus gejala anak jalanan secara radikal dan menyeluruh. Kedua, Pendekatan Perlindungan (Protection) yang berupaya melindungi hak-hak anak jalanan seperti juga hak-hak anak lainnya dengan tidak berpotensi menghapus anak jalanan. Dari pernyataan tersebut, pendekatan yang kedua dirasa bisa lebih efektif dalam penanganan permasalahan anak jalanan ini. Seperti tertera dalam UUD 1945 (2009: 29) bahwa, “anak terlantar itu dipelihara oleh negara”. Artinya pemerintah mempunyai tanggung jawab terhadap pemeliharaan dan pembinaan anak-anak terlantar, termasuk anak jalanan. Hak-hak asasi anak terlantar dan anak jalanan, pada hakekatnya sama dengan hak-hak asasi manusia pada umumnya, seperti halnya tercantum dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (2007: 25), dan Keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1990 tentang pengesahan Convention on the Right of the Child (Konvensi tentang hak-hak Anak).
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4
Mereka perlu mendapatkan hak-haknya secara normal sebagaimana layaknya anak, yaitu hak sipil dan kemerdekaan (civil righ and freedoms), lingkungan keluarga dan pilihan pemeliharaan (family envionment and alternative care), kesehatan dasar dan kesejahteraan (basic health and welfare), pendidikan, rekreasi dan budaya (education, laisure and culture activites), dan perlindungan khusus (special protection). "Pemerintah memandang penting penanganan anak jalanan. Mereka adalah penerus bangsa ini," kata Menteri Sosial Salim Segaf al Jufri dalam Seminar Pendidikan dan Praktik Sosial di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung, Jumat (Herlambang, 2010: th.). Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri dalam kompas.com (Indra, 2012: th.) juga mengatakan bahwa : Saat ini dari data yang kami miliki, ada lebih 230-an ribu anak jalanan di Indonesia, dan kami pun berterimakasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang hingga saat ini terus memperhatikan anak jalanan. Terbukti dengan jumlahnya yang cukup detail, yaitu 4.951 anak jalanan. Semoga (anak jalanan, red) dapat difasilitasi, dilayani, dan diberdayakan agar tidak lagi turun ke jalan. harap Salim. Untuk menangani permasalahan anak jalanan ini pemerintah berusaha menanganinya dengan berbagai cara. Diantaranya memeberikan fasilitas bagi anak jalanan baik itu dalam pendidikan dan pembinaan-pembinaan lain melalui Rumah Perlindungan Anak. Meski begitu penanggulangan anak jalanan di Indonesia belum menyentuh akar permasalahan, dimana pendekatan yang selama ini dilakukan adalah pendekatan”Kriminal” seperti yang tertera dalam Perda no 11 tahun 1998 dimana dalam Perda itu anak jalanan diposisikan sebagai perusak keindahan kota dan pengganggu ketertiban umum. Perda tersebut memandang anak jalanan sebagai pendekatan Kriminal. Untuk menjaga dan memelihara anak jalanan dari berbagai tindakantindakan yang menyimpang yang dapat membuat kesan buruk bagi masyarakat, diperlukan adanya pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli terhadap anak jalanan. Di antara pembinaan tersebut adalah pembinaan akhlak. Menurut Anis (Nata, 2003: 3) „Akhlak adalah merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan‟.
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5
Pembinaan akhlak ini sangat penting bagi setiap anak termasuk anak jalanan, untuk mengarahkan agar senantiasa menghasilkan akhlak yang baik atau untuk membentuk pribadi-pribadi yang mulia yang juga merupakan tujuan umum dari pendidikan. Al Gazali dalam Psikologi perkembangan Anak & Remaja (Yusuf LN, 2010: 10) berpendapat bahwa: Anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat. Kedua orang tuanyalah yang memberikan agama kepada mereka. demikian pula anak dapat terpengaruh oleh sifat-sifat yang buruk. Ia mempelajari sifatsifat yang buruk dari lingkungan yang dihidupinya, dari corak hidup yang memberikan peranan kepadanya dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukannya. Oleh karena itu pembinaan pribadi-pribadi ini adalah hal yang terpenting dalam masyarakat Islām, terutama pembinaan akhlak pada usia anak. Mengingat betapa pentingnya pendidikan Akhlak sejak dini bagi anak maka perlu adanya penanaman nilai-nilai keagamaan semenjak anak-anak, dengan ajaran yang benar sesuai dengan tuntunan agama yaitu al Qur`ān dan sunnah Nabi. Sarana yang paling tepat untuk pembinaan dan pembentukan kepribadian manusia adalah melakukan pendidikan. Sayangnya tidak semua anak mampu mengenyam dunia pendidikan secara penuh. Banyak faktor yang menyebabkan anak tidak dapat menikmati dunia pendidikan sebagaimana mestinya. Padahal seharusnya pendidikan menjadi hak setiap manusia untuk menjadi lebih baik. Bisa menyukseskan dirinya, orang lain, keluarga, agama, dan bangsanya. Tidak boleh ada pilih kasih dalam memberikan pendidikan maupun pengajaran. Bahkan, untuk anak-anak jalanan sekalipun. Kehidupan jalanan yang keras tercermin pada tampang sangar, acak-acakan bahkan kumuh yang melekat pada tubuh mereka. Pandangan negatif menambah gambaran kelam keberadaan mereka di tengah hiruk pikuk ramainya kota. Namun dibalik tampang sangar, acak-acakan dan kumuh itu, tersimpan sebuah fenomena menarik yang layak untuk kita kaji. Diantara sekian banyak anak jalanan yang terkesan semaunya sendiri, ugalugalan, sulit diatur dan kurang beruntung untuk mendapatkan pendidikan,
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
6
ternyata masih ada yang mau dibina, dibimbing dan dididik. Perlindungan, pembinaan dan pendidikan ini ada dalam sebuah wadah bernama Rumah Perlindungan Anak Sahaja. Keberadaaan mereka berbeda dengan anak-anak jalanan yang lainnya, mereka terlihat lebih memiliki akhlak yang baik diabandingkan dengan anak-anak jalanan yang lain. Karena itu peneliti di sini tertarik ingin mengadakan penelitian tentang bagaimana “PEMBINAAN AKHLAK BAGI ANAK-ANAK JALANAN DI RUMAH PERLINDUNGAN ANAK SAHAJA CIMAHI” B. Rumusan Masalah Secara lebih umum, permasalahan tersebut dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: -
Bagaimana pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi tahun 2013?
Secara lebih khusus, permasalahan tersebut dapat dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana Latar Belakang anak-anak jalanan yanga ada di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi? 2. Bagaimana proses pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi? 3. Bagaimana hasil pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi? Adapun definisi operasional dari setiap variabel penelitian adalah: Pembinaan Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa pembinaan adalah “proses, cara perbuatan pembina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik” (Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 152).
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
7
Konsep Akhlak Akhlāq atau khulũq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru‟ah atau segala sesuatu yang telah menjadi tabi‟at (Nata, 2003: 2). Konsep Anak jalanan Bisri (Purwanto, 2010: 57) mengatakan Menurut UNICEF anak jalanan adalah: „mereka yang telah meninggalkan rumah, sekolah dan komunitasnya dengan usia di bawah umur 16 tahun telah terbawa ke dalam kehidupan jalanan (nomaden) yang dapat dikatakan sebagai anak jalanan‟. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI (Tranquilina, 2009: th.), pengertian tentang anak jalanan adalah “anak-anak di bawah usia 18 tahun yang karena berbagai faktor, seperti ekonomi, konflik keluarga hingga faktor budaya yang membuat mereka turun ke jalan”. C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah: - Untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi tahun 2013. Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah: 1. Untuk mengetahui latar belakang anak-anak jalanan yanga ada di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi. 2. Untuk mengetahui proses pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi. 3. Untuk mengetahui hasil pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi. D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini akan dapat memberi sumbangan yang berarti serta dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian selanjutnya.
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
8
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang khasanah ilmu pengetahuan tentang pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan selanjutnya dalam membina akhlak bagi anak jalanan dalam lembaga-lembaga sosial. 4. Hasil penelitian ini akan memberi manfaat yang sangat berharga berupa pengalaman praktis dalam penelitian ilmiah. Sekaligus dapat dijadikan referensi ketika mengamalkan ilmu terutama di lembaga pendidikan. E. Struktur Organisasi Dalam penulisan penelitian deskriptif kualitatif tentang Pembinaan Akhlak Bagi Anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anakini terdiri dari lima Bab. Dengan penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah yang disertai dengan definisi setiap variabel, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Uraian dalam bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang keseluruhan tulisan serta batasan masalah yang diuraikan oleh penulis pembahasannya. Dalam Bab II diuraikan tentang teori pengembangan dari berbagai variabel penelitian yang diteliti dengan sub bab sebagai berikut: A. Konsep Pembinaan, B. Konsep Akhlak, C. Konsep Anak Jalanan. Dengan penjelasan yang rinci. Bab III membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakkan penelitian kualitatif deskriptif dengan susunan penulisannya meliputi Lokasi penelitian, populasi dan Sample penelitian, desain penelitian yang digunakan, metode penelitian, definisi operasional, Instrumen penelitian, proses pengembangan Instrumen yaitu uji validitas, dan tentang teknik pengolahan data dan analisis data. Dalam Bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan. Bab hasil penelitian dan pembahasan ini terdiri dari dua hal utama, yakni:
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
9
1. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penenlitian yaitu tentang proses pembinaan akhlak bagi anak-anak jalanan di Rumah Perlindungan Anak Sahaja. 2. Pembahasan atau analisis dari data yang dihasilkan dari lapangan dengan mendeskripsikan. Sedangkan dalam Bab terakhir yaitu Bab V tentang kesimpulan dan saran. Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian. Penulisannya dengan cara uraian padat. Saran atau rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan ditujukan kepada para pembuat kebijakan, para pengguna hasil penelitian ini, kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang sama.
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Novi Samiasih, 2013 Pembinaan Akhlak Bagi Anak-Anak Jalanan Di Rumah Perlindungan Anak Sahaja Cimahi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu