BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang martabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab. Berdasarkan pasal tersebut sistem pendidikan nasional dituntut
untuk
mampu
mencerdaskan
sekaligus
membentuk
sikap
kemandirian siswa, sehingga menghasilkan generasi muda mandiri dalam menjalankan kehidupan dimasa yang akan datang. Menurut Desmita (2009) kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Kurangnya kemandirian siswa dalam belajar terlihat dari masih banyaknya siswa yang minta bantuan teman atau orang lain dalam mengerjakan tugas sekolah maupun tugas di rumah. Kemandirian merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi secara maksimal. Kemandirian diperlukan siswa sebagai arahan dan pengendalikan diri sendiri untuk berpikir
1 Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016
2
dan bertindak serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Selain kemandirian belajar, siswa harus memiliki kemampuan komunikasi
matematis.
Kemampuan
komunikasi
matematis
adalah
kemampuan siswa dalam menggunakan matematika sebagai alat komunikasi untuk mnyampaikan ide-ide atau gagasan melalui grafik, tabel, diagram dan media
lainnya
untuk
memperjelas
suatu
permasalahan.
Pada
saat
pembelajaran di kelas komunikasi terjadi antara guru dan siswa, antara siswa dengan siswa, juga antara siswa dengan sumber belajar lainnya, seperti buku dan media pembelajaran. Namun demikian dalam pembelajaran matematika yang berlangsung selama ini, tidak menunjukkan adanya peluang untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Pengembangan kemampuan komunikasi matematis dikalangan siswa tidak akan optimal jika tidak difasilitasi dengan pembelajaran yang menunjang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMK Negeri 1 Kalibagor diperoleh informasi bahwa kelas XI Agrobisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Peternakan (APHPP) 1 kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis rendah dibandingkan kelas lainnya pada saat kegiatan belajar mengajar. Rendahnya kemandirian belajar berdasarkan observasi terlihat masih banyaknya siswa hanya duduk diam mencatat dan mendengarkan guru saat
Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016
3
proses pembelajaran berlangsung, jika guru bertanya siswa tidak mau menjawab cenderung menunggu jawaban dari guru kemudian mencatatnya, siswa masih menyalin atau menyontek jawaban teman, siswa masih suka mengobrol dengan temannya, siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru dan tidak mencari atau menggunakan sumber lain untuk belajar. Diperkuat dengan hasil angket kemandirian belajar, yang disebarkan pada 32 siswa kelas XI APHPP 1. Dengan rata-rata angket kemandirian belajar siswa kelas XI APHPP adalah 53,34 % dengan kriteria cukup. Rendahnya
kemampuan
komunikasi
matematis
berdasarkan
wawancara dengan guru diperoleh bahwa siswa di kelas XI APHPP 1 belum mampu untuk menyajikan penyelesaian dengan benar dan jelas tentang soalsoal yang mereka jawab pada soal yang berbentuk cerita untuk soal cerita, siswa kurang bisa berargumen dengan ide yang dimilikinya. Diperkuat dengan hasil tes awal kemampuan komunikasi matematis menunjukan bahwa rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI APHPP 1 adalah 48,6 dengan kriteria cukup Berdasarkan permasalahan yang muncul pada saat proses kegiatan belajar mengajar yaitu kurangnya kemandirian belajar dan kemampuan komunikassi matematis siswa kelas XI APHPP SMK N 1 Kalibagor. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis adalah melalui model PBL (Problem Based Learning) dengan setting kooperatif tipe TS-TS ( Two Stay Two Stray). Pembelajaran menggunakan sintak Problem Based Learning, dan
Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016
4
pada
saat
membimbing
kelompok
dalam
menyelesaikan
masalah
menggunakan setting kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Dengan adanya setting kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray), memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mendiskusikan permasalahan dalam kelompok, selanjutnya aktif sebagai tamu dan tuan rumah untuk menyampaikan informasi antar kelompok. Melalui PBL (Problem Based Learning) dengan setting kooperatif tipe TS-TS (Two Stay Two Stray) siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMK Negeri 1 Kalibagor dengan judul “Meningkatkan Kemandirian Belajar dan Kemampuan Komunikasi Matematis Melalui Problem Based Learning Dengan Setting Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Siswa Kelas XI APHPP 1 SMK Negeri 1 Kalibagor”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Problem Based Learning dengan setting Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI APHPP 1 SMK Negeri 1 Kalibagor? 2. Apakah Problem Based Learning dengan setting Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI APHPP 1 SMK Negeri 1 Kalibagor?
Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016
5
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan kemandirian belajar siswa XI APHPP 1 SMK Negeri 1 Kalibagor melalui Problem Based Learning dengan setting Kooperatif tipe Two Stay Two Stray. 2. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI APHPP 1 SMK Negeri 1 Kalibagor melalui Problem Based Learning dengan setting Kooperatif tipe Two Stay Two Stray. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan permasalahan yang dihadapi guru di Sekolah terutama tentang kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis. 2. Bagi Sekolah Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran SMK Negeri 1 Kalibagor dengan meningkatkan kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui Problem Based Learning (PBL) dengan setting kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS). 3. Bagi Guru Memberikan alternatife pembelajaran sebagai peningkatan kemandirian belajar dan kemampuan komunikasi matematis. Dapat menambah pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran.
Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016
6
4. Bagi Siswa Siswa akan memperoleh kemandirian belajar yang lebih dalam belajar sehingga akan mendapat kemampuan komunikasi mamematis yang baik.
Meningkatkan Kemandirian Belajar..., Tri Wahyu Utomo, FKIP, UMP, 2016