BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian
Indonesia.
Banyak
penduduk
yang
hidup
dengan
mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet tak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal mencapai ratusan ribu hektar seperti PTPN V, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Total luas perkebunan karet di Indonesia mencapai 3 Juta hektar lebih, terluas di Dunia. Malaysia dan Thailand yang merupakan pesaing utama Indonesia memiliki luas lahan yang jauh dibawah jumlah tersebut. Sayangnya lahan karet yang luas di Indonesia tidak diimbangi dengan pengelolaan yang memadai. Hanya beberapa perkebunan besar milik negara dan beberapa perkebunan swasta saja yang pengelolaannya sudah lumayan. Sedangkan kebanyakan perkebunan karet milik rakyat dikelola seadanya, bahkan ada yang tidak dirawat dan hanya mengandalkan pertumbuhan alami. Akibatnya, produktivitas karet menjadi rendah. Bahkan, produksi karet alam Indonesiapertahunnya di bawah Malaysia dan Thailand yang memiliki luas lahan jauh lebih sedikit.1
1
Nazarudin dan Farry B. Paimin. Seri Agribisnis Karet, Tim Penulis PS (Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1992) hal. 1
1
2
Menurut
peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
38/Permentan/OT.140/8/2008 Tentang Pedoman Pengolahan Dan Pemasaran Bahan OlahKaret (BOKAR) Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Menteri Pertanian,
Menimbang
:
a.
bahwakomoditaskaretmerupakansalahsatukomoditiunggulanperkebunan yang mampumenghasilkandevisabaginegara, menyediakanlapangankerjabagimasyarakatdanmembantupelestarianfungsiling kunganhidup;
b.
bahwauntukmeningkatkanperanandandayasaingkomoditaskaretsalahsatuupay adilakukanmelaluiperbaikanmutubahanolahkaret;
c.
bahwaatasdasarhal-
haltersebut diatasdansesuaidenganamanatPasal 28 Undang-undangNomor 18 Tahun
2004
tentang
Perkebunan,
dipandangperlumenetapkanpedomanpengolahandanpemasaranbahanolahkaret (BOKAR ).2
Karet merupakan komoditi Ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 2.0 juta ton pada tahun 2005.
2
http://id.Google.Permentan/.../ Tentang Perkebunan Karet, (Diakses pada Tanggal 07 Desember 2011, Pukul 20.00 wib).
3
Pendapatan devisa dari komoditi ini pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2.0 milyar, dan diperkirakan nilai Ekspor karet pada tahun 2006 akan mencapai US $ 4,2 milyar (Kompas, 2006).3 Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area Perkebunan karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan Perkebunan karet milik rakyat, dan hanya 7% Perkebunan besar negara serta 8% Perkebunan besar milik swasta. Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan dan memberdayakan lahanlahan pertanian milik petani serta lahan kosong tidak produktif yang sesuai untuk Perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai pembangunan Kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
3
Kompas-artikel-Pendapatan Negara dari Perkebunan Karet-info-com. (Jakarta : Kompas 2006, Diakses Tanggal 07 Desember 2011, Pukul 21.30)
4
Tanaman
karet
(Hevea
brasiliensis)
termasuk
dalam
famili
Euphorbiacea, disebut dengan nama lain rambung, getah, gota, kejai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu komoditas Perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Upaya peningkatan produktivitas tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan pasca panen. Agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Apabila tanaman karet ditanam pada lahan yang tidak sesuai dengan habitatnya maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah. Sesuai habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di Indonesia, yang sebagian besar ditanam di Sumatera Utara dan Kalimantan. Luas areal Perkebunan karet tahun 2008 tercatat mencapai lebih dari 3,5 juta hektar yang sebagian besar yaitu 85% merupakan Perkebunan karet rakyat dan hanya 8% Perkebunan besar milik swasta serta 7% Perkebunan besar milik negara termasuk karet alam merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
5
Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi sebagai bahan baku Industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Karet merupakan komoditi Ekspor yang mampu memberikan kontribusi didalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 2 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. 4 Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% (lima persen) dari pendapatan devisa nonmigas. Pertumbuhan ekonomi dunia yang pesat pada sepuluh tahun terakhir, terutama China dan beberapa Negara kawasan Asia-Pasifik dan Amerika Latin seperti India, Korea Selatan dan Brazil. Memberi dampak pertumbuhan permintaan karet alam yang cukup tinggi, walaupun
pertumbuhan
permintaan karet di Negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa Barat dan Jepang relatif stagnan. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatakan
4
pendapatan petani melalui
http://id.Google.Permentan/.../ Tentang Perkebunan Karet,( Diakses pada Tanggal 10 Desember 2011, Pukul 13.15 wib).
6
perluasan tanaman karet dan peremajaaan Kebun, dan teknologi pengolahan pasca panen merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan. Menurut perkiraan International Rubber Study Group (IRSG), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade kedepan. Hal ini menjadi kekuatiran pihak konsumen, terutama pabrik-pabrik ban seperti Bridgestone, Goodyear dan Michellin. Sehingga pada tahun 2004, IRSG membentuk Task Force Rubber Eco Project (REP) untuk melakukan studi tentang permintaan dan penawaran karet sampai dengan tahun 2035. Hasil studi REP menyatakan bahwa permintaan karet alam dan sintetik dunia pada tahun 2035 adalah sebesar 31.3 juta ton untuk industri ban dan non ban, dan 15 juta ton diantaranya adalah karet alam.5 Produksi karet alam pada tahun 2005 diperkirakan 8.5 juta ton. Dari studi ini diproyeksikan pertumbuhan produksi Indonesia akan mencapai 3% per tahun, sedangkan Thailand hanya 1% dan Malaysia -2%. Pertumbuhan produksi untuk Indonesia dapat dicapai melalui peremajaan atau penaman baru karet yang cukup besar, dengan perkiraan produksi pada tahun 2020 sebesar 3.5 juta ton dan tahun 2035 sebesar 5.1 juta ton. Sejak dekade 1980 hingga saat ini tahun 2010, permasalahan karet Indonesia adalah rendahnya produktivitas dan mutu karet yang dihasilkan, khususnya oleh petani karet rakyat. Sebagai gambaran produksi karet rakyat hanya 600 - 650 kg KK/ha/thn. Meskipun demikian, peranan Indonesia sebagai produsen karet
5
http://id.Google.IRSG/.../ Tentang Tingkatan Kegunaan Komodity Karet Internasional,( Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011, Pukul 16.20 wib).
7
alam dunia masih dapat diraih kembali dengan memperbaiki teknik budidaya pasca panen dan pengolahan, sehingga produktivitas dan kualitasnya dapat ditingkatkan secara optimal. Secara umum ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Didalam Al-Qur’an Allah menyebutkan tentang masalah mencari rezeki, beberapa pokok yang harus ditepati demi suksesnya bercocok tanam itu, diantaranya:Pertama, Allah menyebutkan bahwa Bumi ini disediakan Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tunbuhan dan memproduksinya. Untuk itu, Allah jadikan bumi ini serba mudah dan dihamparkan sebagai suatu nikmat yang harus diingat dan disyukuri,6 seperti Firman AllahQS. Nuh [71] : 19-20
Artinya : “Dan Allah menjadikan Bumi untukmu sebagai hamparan. Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di Bumi itu”.7 Selanjutnya dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir. Dan Allah menjadikan Bumi untukmu sebagai hamparan, yaitu menghamparkan, membentangkan, mengukuhkan, dan mengokohkan Bumi dengan gununggunung yang tinggi dan menjulang supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di Bumi itu. Yaitu, Dia telah menciptakannya sedemikian rupa bagi kamu agar dapat menetapkan padanya dan jalan-jalan dipelosoknya sekehendak kamu.8
6
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj. (Surabaya : PT. Bina Ilmu,2007)
hal. 171 7
Mahmud Yunus, Terjemah Al- Qur’an Al- Karim, (Singapore : Alharamain PTE LTD, 1968) hal. 515 8 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4 (Jakarta: Gema Insani,2000) hal. 818
8
Demikian hal sama juga Allah sebutkan dalam QS. Ar-Rahman [55] : 10-13, sebagai berikut:
Artinya :“Dan Allah telah meratakan Bumi untuk makhluknya. Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang.Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya.Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.”9 Kedua, Allah menyebutkan tentang air dimana Ia mudahkannya dengan menurunkan hujan dan mengalir disungai-sungai, kemudian dengan air itu dihidupkanlah Bumi yang tadinya mati10, seperti Firman Allah Qs. AlAn’am: 99:
Artinya :“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan. Maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
9
Ibid, hal. 479 Yusuf Qardhawi, Op. Cit, hal. 172
10
9
yang banyak dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya diwaktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yangdemikian itu ada tandatanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.11 Selanjutnya dijelaskan kembali dalam Tafsir Ibnu Katsir. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langitdengan kadar tertentu sebagai berkah rezeki bagi hamba, dan untuk menghidupkan dan menyirami berbagai makhluk sebagai rahmat dari Allah untuk makhluknya. Lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, seperti firman Allah Ta’ala, dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijauberupa tanaman dan pepohonan yang menghijau. Kemudian kami menciptakan biji dan buah pada pohon itu. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang bersusun satu sama lain sebagai tandan.Dan dari mayang kurma berjuntailah tangkai-tangkai yang menjulai. Qinwaan jamak dari Qanwun yang berarti tandan kurma yang pendek sehingga tandannya menyentuh tanah. Firman Allah Ta’ala, “Dan kebunkebun anggur. Kurma dan anggur merupakan dua jenis buah yang paling berharga bagi penduduk Hijaj dan barangkali merupakan dua jenis buah terpilih di dunia. Firman Allah Ta’ala, “Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa daun dan bentuknya namun mirip antara satu dengan yang lain atau berbeda bentuk dan rasanya.” Firman Allah Ta’ala, “Perhatikanlah buahnya diwaktu ia berbuah dan kematangannya.Yakni, renungkanlah kekuasaan zat yang menciptakan sesuatu dari yang tiada menjadi ada. Sebelumnya ia berupa suluh, kemudian menjadi anggur, kurma, dan buah lainnya yang diciptakan Allah Ta’ala, “Dan di Bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Oleh karena itu Allah berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu”, wahai manusia. “terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beriman”, yang membenarkannya, dan mengikuti para Rasul-Nya.12 Demikian juga Firman Allah dalam QS. ‘Abasa [80] : 24-28, sebagai berikut:
11
Mahmud Yunus, Op. Cit, hal. 127 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Kemudahan Dari Allah Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2 (Jakarta: Gema Insani1999) hal. 255 12
10
Artinya :“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit). Kemudian kami belah bumi dengan sebaik-baiknya. Lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu. Anggur dan sayursayuran.13Selanjutnya tentang angin yang dilepas Allah dengan membawa kegembiraan, diantaranya dapat menggiring awan dan mengawinkan tumbuh-tumbuhan.”14 Semua ayat itu merupakan peringatan Allah kepada umat manusia tentang nikmatnya bercocok tanam serta mudahnya jalan-jalan bercocok tanam itu. Yusuf Qardhawi menyebutkan bahwa para ulama berpendapat bahwa dalam keleluasaan kemurahan Allah. Ia memberi pahala sesudah seseorang itu meninggal dunia sebagaimana waktu dia masih hidup. Yaitu, berlaku pada enam golongan : sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak saleh yang mau mendo’akan orang tuanya, tanaman, biji yang ditaburkan, dan binatang (kendaraan) yang disediakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.Beliau mengutip riwayat tentang seorang laki-laki bertemu Abu Darda’ yang sedang menanam: “ Hai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini padahal engkau sudah sangat tua, sedang pohon ini tidak akan berbuah, kecuali sekian tahun lamanya”. Maka, Abu Darda’ menjawab, “ Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?”.15
13
Mahmud Yunus, Op. Cit, hal. 528. Banyak ayat-ayat lain dalam al Quran yang berbicara mengenai tumbuh-tumbuhan, diantaranya lihat: QS. Al-Hijr [15] : 19-22, dan lainnya. 14 Qardhawi, Op. Cit, hal. 173 15 Lihat: Qardhawi, ibid. hal. 175
11
Yusuf Qardhawi menambahkan bahwa para penyelidik dan pentashih mengatakan seharusnya kesemuanya itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan. Kalau masalah bahan makanan yang memang sangat dibutuhkan, maka bercocok tanam adalah pekerjaaan yang lebih utama karena dapat membantu orang banyak. Kalau yang sangat dibutuhkan itu barangbarang perdagangan karena terputusnya jalan-jalan misalnya, maka berdagang adalah yang lebih utama. Dan, kalau yang dibutuhkan itu soal-soal kerajinan atau pekerjaan tangan maka pekerjaan tangan itu adalah lebih utama.Perincian terakhir ini kiranya selaras dengan keutamaan pengetahuan Ekonomi moderen.16 Praktek tanam-menanam yang secara normatif disebutkan pada ayatayat sebelumnya telah banyak dilakukan oleh manusia dimuka Bumi ini, termasuk di Kota Madya Pekanbaru, tepatnya Kecamatan Rumbai Pesisir. Secara demografi Kecamatan ini merupakan bagian dari Kota Madya Pekanbaru dengan luas wilayah ± 632,26 Km2. Sebahagian penduduk di wilayah ini bermata pencaharianpetani karet.17 Banyak masyarakat yang memiliki Perkebunan yang didapat dari orang tuanya atau turun temurun. Dan ada yang bekerja sebagai penggarap di kebun orang lain untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Sementara bila dilihat dari segi pendidikannya, warga sekitar tidak mengenyam pendidikan
16
Qardhawi, Ibid. Sumber data, BAPPEDA Kota Pekanbaru,tahun 2010
17
12
wajib belajar sembilan tahun yang telah disosialisasikan dan diwujudkan pemerintah dalam mendorong tingkat pendidikan yang lebih layak.18 Hasil wawancara dengan Bapak A. Halim Yatimar, salah seorang pemilik kebun karet. Diperoleh informasi, bahwa beliau miliki kebun seluas 5 Ha, yang seluruhnya ditanami bibit pohon karet IRR dan PB 260 daun 5 yang berkediaman yang terletak di Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir. Beliau menjelaskan bahwa dari awal kebun tersebut dimulai dari pembersihan, penanaman, dan pemupukan. Beliau memperkerjakan beberapa pemuda yang berdomisili disekitar kebun tersebut dengan upah harian. Selama kebun karet belum menghasilkan, pekerja harian kebun tersebut diupah sebanyak Rp. 70.000,-/orang dalam satu hari kerja. Setelah kebun karet menghasilkan dan bisa disadap setelah berumur 5 tahun barulah kebun tersebut dipanen dengan manajemen perkebunan yang memakai sistem bagi hasil, dimana dalam konsep Ekonomi Islam dikenal dengan istilahMuzara’ah.Sistem bagi hasil yang diterapkan pemilik kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir adalah pembagian sistem bagi dua, yakni 50% (lima puluh persen) untuk pemilik kebun dan 50% (lima puluh persen) lagi untuk penggarap yang diberikan pada saat penjualan hasil panen. Dalam sistem pengelolaan kebun karet ini telah terjadi kerjasama dan kesepakatan diantara pemilik lahan dan penggarap kebun. Kewajiban pemilik kebun adalah menyediakan kebun karet yang telah bisa disadap dan
18
Sizai Candra (50), Wawancara, 17 Desember 2011
13
memberikan 50% (lima puluh persen) hasil penjualannya kepada penggarap kebun. Sedangkan kewajiban penggarap kebun adalah
menyadap karet
dengan baik sesuai ketentuan, pemupukan dan perawatan kebun. Sistem manajemen seperti ini digunakan pemilik kebun supaya penggarap merasa kebun tersebut bukan hanya milik orang lain tetapi seperti miliknya sendiri dan tidak ada perbedaan antara pemilik kebun dan penggarap. Namun dalam pelaksanaanya di Kecamatan Rumbai Pesisir, banyak penggarap kebun karet yang tidak melaksanakan kewajibannya, seperti tidak merawat tanaman karet, pemupukan dan memanen kebun tersebut dengan baik. Bahkan ada yang melepaskan tanggung jawabnya.19 Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Dirhamsyah, beliau salah seorang pemilik kebun karet. Diperoleh informasi, bahwa beliau miliki kebun seluas 4 Ha, yang seluruhnya ditanami bibit pohon karet daun 5 yang juga berkediaman di Tebing Tinggi Okura Kecamatan Rumbai Pesisir. Dalam sistem pengelolaan kebun karet ini juga telah terjadi kerjasama dan kesepakatan diantara pemilik lahan dan penggarap kebun. Kewajiban pemilik kebun adalah menyediakan kebun karet yang telah bisa disadap dan memberikan 40% (empat puluh persen) hasil penjualannya kepada penggarap kebun. Sedangkan kewajiban penggarap kebun adalah menyadap karet dengan baik sesuai ketentuan, pemupukan dan perawatan kebun. Sistem manajemen seperti ini digunakan pemilik kebun supaya penggarap merasa kebun tersebut bukan hanya milik orang lain tetapi seperti
19
A. Halim Yatimar (52), Wawancara, 08 Januari 2012.
14
miliknya sendiri dan tidak ada perbedaan antara pemilik kebun dan penggarap. Namun dalam pelaksanaanya pun penggarap kebun karet yang tidak melaksanakan
kewajibannya,
seperti
tidak
merawat
tanaman
karet,
pemupukan dan memanen kebun tersebut dengan baik. Bahkan ada yang melepaskan tanggung jawabnya20. Menurut hemat penulis perbuatan di atas bertentangan dengan konsep Muzara’ah yang dipraktekan dalam Ekonomi Islam. Muzara’ahdipahami sebagai suatu kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.21 seperti skema berikut:
Skema Muzara’ah. I.1
PERJANJIAN BAGI HASIL
PENGGARAP LAHAN
PEMILIK LAHAN
Lahan
Benih
Pupuk
Dsb
LAHAN PERTANIAN
HASIL PANEN
20
Dhyrhamsyah (46), Wawancara, 09 Januari 2012 Muhammad Syafi’i Antonio, Op. Cit, hal. 99
21
Keahlian
Tenaga
Waktu
15
Dari skema diatas penulis memberikan penjelasan bahwa pemilik lahan melakukan kerja sama dengan penggarap lahan dalam sebuah perjanjian bagi hasil untuk menggarap lahan pertanian. Kemudian dari kerjasama itu menghasilkan hasil dari lahan garapan tersebut dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah pihak. Dimana dalam hal ini, lahan, benih, pupuk dan sebagainya berasal dari pemilik lahan. Sedangkan keahlian, tenaga dan waku berasal dari penggarap.
Muzara’ah seringkali diidentikkan dengan Mukhabarah. Diantara keduanya terdapat sedikit perbedaan. Bila Muzara’ahbenihnya dari pemilik lahan, sedangkan Mukhabarah benihnya dari penggarap22. Muzara’ah memberikan penjelasan tentang kewajiban yang sama antara pemilik kebun dan pengelola kebun terhadap lahan perkebunan tersebut dengan sistem bagi hasil menurut Islam, sesuai dengan Firman Allah Qs. AlBaqarah [2] : 233
Artinya : “Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
22
Muhammad Syafi’i Antonio, Ibid
16
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”23 Fenomena pelaksanaan kerjasama bagi hasil antara pemilik dan penggarap kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir di atas, yang secara pelaksanaan bertentangan dengan konsep-konsepMuzara’ah, penulis
tertarik
untuk
melakukan
penelitian
dengan
“IMPLEMENTASI MUZARA’AHTERHADAPPENGELOLAAN
membuat judul: KONSEP
KEBUN
KARET
DI
KECAMATAN RUMBAI PESISIR MENURUT EKONOMI ISLAM”.
B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini pada pelaksanaan kewajiban pengelola kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir dengan konsep Muzara’ah dan Implementasinya menurut Ekonomi Islam. C. RumusanMasalah Berdasarkanbatasandiatas, penulisdapatmerumuskanmasalahdalampenelitianinisebagaiberikut: 1.
Bagaimana sistem pengelolaan kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir?
2.
23
Bagaimana pelaksanaan kewajiban pemilik lahan dan penggarap
Mahmud Yunus, Op. Cit, hal. 23
17
kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir? 3.
Bagaimana Implementasi konsep Muzara’ahterhadap pengelolaan kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir menurut Ekonomi Islam?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjaditujuanpenelitianiniadalah : a.
Untuk menjelaskan sistem pengelolaan kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir.
b.
Untuk menjelaskan pelaksanaan kewajiban pemilik lahan dan penggarap kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir.
c.
Untuk menjelaskan Implementasi konsep Muzara’ahterhadap pengelolaan kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir menurut Ekonomi Islam.
2. Manfaat Penelitian Sedangkanmanfaatdaripenelitianiniadalah : a.
Sebagaipengaplikasianilmu yang diperolehselamaperkuliahan.
b.
Memberikan informasi atau sumbanganpemikiran dan gambaran bagi masyarakat tentang pelaksanaan kewajiban pengelola kebun karet dengan konsep Muzara’ah dan Implementasinya menurut Ekonomi Islam.
18
c.
Sebagai karya tulis dalam memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy) pada Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum UIN SUSKA RIAU.
E. Metode Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan.Lokasi penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.Diantara alasan penulis menjadikan Kecamatan Rumbai Pesisir sebagai lokasi penelitian ini karena penulis melihat bahwa antara pemilik lahan dan pengelola kebun di lokasi ini masih banyak melakukan kerjasama secara tradisional. Dalam artian secara lisan, sehingga dalam pelaksanaan kewajiban masing-masing pihak tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Disamping itu Pekanbaru yang selama ini dikenal sebagai Kota perdagangan dan jasa ternyata masih terdapat perkebunan yang menunjang pendapatan dan perekonomian Kota Pekanbaru khususnya dan Provinsi Riau pada umumnya. 2.
Subjek dan Objek Penelitian Subjekpenelitianiniadalahpemilik lahan kebun karet di Kecamatan
Rumbai Pesisir. SedangkanobjekpenelitianiniadalahImplementasikewajiban pengelola kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir menurut Ekonomi Islam. 3.
Populasi dan Sample Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik lahan dan pengelola
kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir sebanyak 50 orang. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan untuk menjangkau seluruh populasi,
19
maka penulis mengambil sampel dalam penelitian ini sebanyak 40% atau 20 orang dari 50 orang yaitu 3 orang dari pemuka masyarakat dan tokoh masyarakat 7 orang pemilik kebun dan 10 orang penggarap kebun di Kecamatan
Rumbai
Pesisir
Samplingatau
dengan
menggunakan
secara
metode
acak
Random yaitu
setiapanggotadaripopulasimemilikikesempatandanpeluang
yang
samauntukdipilihsebagaisampel dan dianggap dapat memberikan informasi yang penulis inginkan. 4.
Sumber Data a.
Data
primer
yaitu
diperolehlangsungdaritempatpenelitianyaitudi
data Kecamatan
yang Rumbai
Pesisir. b.
Data
Sekunderyaitu
data
diperolehdaririsetperpustakaandandokumen-dokumen
yang yang
berhubungandenganpenelitian. 5.
Teknik Pengumpulan Data Teknik
yang
digunakanpenulisdalammengumpulkan
data
adalahsebagaiberikut: a.
Observasi Penulismelakukanpengamatanlangsung dilapanganuntukmendapatkangambaransecaranyatabaikterhadapsubje kmaupunobjekpenelitian.
b.
Wawancara
20
Peneliti
melakukan
pengelola
kebun
tanyajawablangsungterhadap karet
di
Kecamatan
pemilik
Rumbai
dan
Pesisirdan
respontambahan lainnyauntukmemperolehinformasisesuaidengan data yang diperlukan. 6.
Teknik Analisa Data Metodeanalisa
disesuaikandengan
data data
yang
digunakanadalahmetode
deskriptifkualitatif,
yaitudimanasetelah
yang data
dikumpulkankemudiandilakukanpenganalisaansecarakualitatiflaludigambarka ndalambentukuraian tentang masalah yang akan diteliti. 7.
Metode Penelitian a.
Deduktif,
yaitumengumpulkanfakta-
faktaumumkemudiandianalisisdandiuraikansecarakhusus. b.
Induktif,
yaitumengumpulkanfakta-
faktakhususkemudiandianalisisdandiuraikansecaraumum. c.
Deskriptif,
yaitumengungkapuraianatasfakta
yang
diambildarilokasipenelitian. F. Sistematika Penulisan Penulisaninipadagarisbesarnyaterdiridarilimababdansetiapbabterdirida ribeberapabagiandenganpenulisansebagaiberikut: BAB I
:PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
21
BAB II
:GAMBARAN UMUM PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran umum lokasi penelitian yang terdiri dari Letak dan Sejarah Geografis,Demografis, Kependudukan, Agama, Pekerjaan, Ekonomi, Pendidikan dan Sosial Budaya Masyarakat Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Riau.
BAB III
:TINJAUAN TEORITIS TENTANG MUZARA’AH Bab ini mengemukakan teori-teori melalui telaah pustaka yang mengemukakan tentang. Pengertian Muzara’ah, Dasar Hukum Muzara’ah, Syarat dan Rukun Muzara’ah, Hikmah dan Tujuan Muzara’ah, Tidak Syah dan Berakhirnya Muzara’ah.
BAB IV
: HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang, bagaimana sistem pengelolaan kebun karet
di
Kecamatan
Rumbai
Pesisir,
bagaimana
pelaksanaan kewajiban pemilik lahan dan penggarap kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir, Implementasi konsep Muzara’ah terhadap pengelolaan kebun karet di Kecamatan Rumbai Pesisir menurut Ekonomi Islam. BAB V
:KESIMPULAN DAN SARAN
22
Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan Saran.