perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah utama yang menjadi fokus penelitian dalam tesis ini adalah berbicara. Masalah ini dipandang penting untuk dikaji karena salah satu standar kompetensi yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia adalah kompetensi berbicara. Dalam pelajaran bahasa Indonesia , keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek yang sangat vital dalam
pembelajaran
bahasa.
Karenanya
keterampilan
berbicara
perlu
dikembangkan dalam keterampilan berbahasa siswa. Keterampilan berbicara penting sekali untuk dikuasai siswa.Hal ini senada dengan pendapat Muammar (dalam Efendi, 2008: 318). Fakta menunjukkan bahwa pada umumnya kompetensi berbicara siswa sangat rendah. Siswa belum mampu berbicara di depan kelas dengan baik. Rendahnya kompetensi berbicara siswa disebabkan oleh beberapa faktor: faktor teoritis, rendahnya keterampilan berbicara siswa tidak terlepas dari pembelajaran berbahasa di kelas cenderung mengajarkan siswa menulis, membaca, sedangkan keterampilan menyimak dan berbicara agak terabaikan.Hal ini senada dengan pendapat Hidayat (dalam Efendi, 2003); penyebab rendahnya keterampilan berbicara selain metode pembelajaran yang kurang tepat, antara lain dikarenakan pembelajaran berbicara yang terabaikan di tingkat SD berdampak pada pembelajaran berbicara di tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini senada dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pendapat Muammar (dalam Efendi, 2008: 318). Faktor faktual, rendahnya keterampilan berbicara siswa disebabkan kecenderungan guru menggunakan metode konvensional. Dalam hal ini guru merupakan penyebab utama rendahnya kompetensi berbicara. Penyebab lain rendahnya kompetensi berbicara siswa adalah faktor motivasi belajar. Namun hal tersebut hanyalah dugaan, kebenaran empiris diperlukan kajian secara ilmiah. Dari faktor guru, kiranya kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran memiliki pengaruh signifikan.terhadap tingkat keberhasilan
pembelajaran
keterampilan
berbicara.
Sejauh
ini
proses
pembelajaran berbicara lebih menekankan teori-teori dari pada praktik. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) dari pada melatih (using language). Berkaitan dengan hal itu Sanjaya mengatakan bahwa pembelajaran bahasa belum diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, karena yang dipelajari lebih banyak bahasa sebagai ilmu bukan sebagai alat komunikasi (Sanjaya, 2008: 1). Guru belum memiliki obsesi terencana dalam mengarahkan siswa mengembangkan terwujudnya kerja sama antar siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Guru sekadar menugasi siswa tampil berbicara di depan kelas tanpa indikator yang jelas. Sementara siswa lain hanya menyaksikan penampilan siswa lain. Faktor kerja sama antar siswa dalam kelompok-kelompok kecil sering diabaikan guru. Hal ini senada dengan pendapat Atmojo Heri (dalam Priyadi, 2010: 71). Dalam proses pembelajaran berbicara, guru juga belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi keterampilan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
optimal. Siswa masih jarang berkesempatan untuk berdiskusi, berpresentasi, berkreasi, bernalar, berkomunkasi, memecahkan masalah, dan berkolaborasi. Pola pembelajaran yang dilakukan guru adalah mengajar, bukan membelajarkan siswa (Suherman, 2007: 16). Berdasarkan fakta di atas, perlu dilakukan upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran berbicara secara efektif oleh guru. Pembelajan efektif ditandai dengan sifat pembelajaran yang menekankan pemberdayaan siswa secara aktif. Guru harus lebih banyak memberikan kesempatan dan memberikan bimbingan kepada siswa untuk berlatih berbicara. Latihan yang dilakukan berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran keterampilan , termasuk keterampilan berbicara. Hal ini senada dengan pendapat Satrio (dalam Tri Priyadi, 2010: 2). Oleh karena itu pengajaran bahasa Indonesia di SMA bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis (Depdiknas, 2007: 11). Seseorang dianggap memiliki kemampuan berbicara selama ia mampu berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Wassid dan Sunendar dalam bukunya Strategi Pembelajaran Bahasa menyatakan bahwa seseorang dianggap terampil berbicara mensyaratkan pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk sebuah kalimat. Sebuah kalimat, betapapun kecilnya, memiliki sebuah struktur dasar yang saling bertemali sehingga mampu menyajikan sebuah makna (Wassid dan Sunendar, 2008: 239). Berpijak dari pernyataan-pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa apabila guru selalu menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran berbicara, bukan tidak mungkin para siswa akan terus menerus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara lancar. Keterampilan berbicara siswa akan berada pada tingkat rendah. Oleh karena itu, metode ceramah kurang cocok untuk mengajarkan keterampilanketerampilan, bahkan sebaliknya, mengarahkan dan mendorong siswa menghafal teori-teori. Hal ini senada dengan pendapat Arsjad dan Mukti (dalam Priyadi, 2010: 3). Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan Strategi Pembelajaran yang paling tepat dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara. Perlunya Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah didasarkan pada kenyataan bahwa, (1) pada dasarnya berpikir terjadi dalam konteks menyelesaikan masalah; (2) seseorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila berada dalam ruang lingkup atau berkaitan dengan masalah yang dihadapinya, demikian pula dengan belajar; (3) pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa sebenarnya manfaat mempelajarinya, dan masalah apa sajakah yang dapat dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu; dan (4) sebuah kompetensi paling efektif dapat dicapai oleh siswa apabila melalui serangkaian pengalaman menyelesaikan masalah. Hal ini senada dengan pendapat Suci (dalam Priyadi, 2010: 5). Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah juga mengarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal: (1) berpikir secara kritis dan dapat menganalisis, memecahkan masalah kompleks, yaitu masalah dunia nyata, (2) menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan sumber belajar yang tepat, (3) bekerja secara kelompok di dalam tim atau kelompok kecil, (4) menunjukkan kemampuannya dalam berbagai hal, memiliki kemampuan komunikasi efektif, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dan (5) menggunakan pengetahuan yang diperolehnya menjadi pelajar cerdas.Hal ini senada dengan pendapat Duch, Susan, dan Allen (dalam Priyadi, 2010: 5). Guru bahasa Indonesia sebagai ujung tombak dalam pengajaran harus mampu memberikan motivasi berdasarkan pernyataan di atas. Guru harus dapat menjadi instruktur dalam proses pembelajaran secara baik dan inovatif. Karena guru
memiliki peran sebagai fasilitator dan mediator, mereka harus dapat
menggunakan strategi pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Memilih strategi pembelajaran yang inovatif sangat penting untuk menghindari gaya lama yaitu metode ceramah. Dalam metode ceramah siswa dipaksa harus dapat menguasai teori-teori bahasa bukan bagaimana siswa mampu menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Berpijak dari hal tersebut kondisi awal hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 5 tahun pembelajaran 2013/2014 perlu diupayakan peningkatannya, baik dari segi proses maupun hasil. Salah satu upaya peningkatan proses dan hasil pembelajaran itu perlu diimplementasikan. Sebuah strategi pembelajaran aktif, inovatif, komunikatif dan menyenangkan yaitu Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL). Perlunya strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) didasarkan pada kenyataan dari tujuan strategi pembelajaran berbasis masalah yaitu meningkatkan keterampilan intelektual dan investigatif memahami peran orang dewasa dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri. Selain hal tersebut, strategi pembelajaran berbasis masalah mengarahkan agar siswa memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut atas dasar tujuan, (a) menginvestigasi berbagai permasalahan penting dan menjadi pelajar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
yang mandiri, dapat menemukan sendiri makna berbagai hal, (b) permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasikan tidak memiliki jawaban mutlak “benar” dan sebagian besar permasalahan kompleks memiliki banyak solusi yang kadangkadang saling bertentangan, (c) fase investigasi/pelajaran mendorong untuk melontarkan pertanyaan dan mencari informasi, (d) selama fase analisis dan pelajaran, siswa akan didorong untuk mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka, semua siswa diberi kesempatan untuk berkontribusi dalam investigasi dan untuk mengekspresikan ide-idenya. ( Arends 2008: 56) Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dan Kompetensi Lulusan SMA / MA disebutkan kompetensi dasar berbicara siswa kelas XII semester I adalah: a). Menyampaikan gagasan dan tanggapan dengan alasan yang logis dalam diskusi. b). Menyampaikan intisari buku non fiksi dengan menggunakan bahasa yang efektif dalam diskusi. (Depdiknas 2006: 114). Dalam penelitian ini, pembahasan difokuskan pada peningkatan proses dan hasil pembelajaran berbicara siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati dengan materi, Mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah diharapkan keterampilan mengungkapkan gagasan, tanggapan , dan informasi dalam diskusi siswa SMA Negeri 1 Pati kelas XII IPA 5 tahun pembelajaran 2013/2014 meningkat baik dari segi proses maupun hasil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
Berpijak dari situasi di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam hal ini penulis akan mencoba untuk mengaitkan penelitian ini dengan pengajaran keterampilan berbicara (berdialog) dengan memfokuskan pada penampilan vokal ketika siswa berdialog memecahkan masalah dengan Strategi Pembelajaran berbasis masalah, kegiatan pembelajaran dapat menggunakan diskusi atau debat. Untuk itu judul penelitian ini adalah Peningkatan
Keterampilan
Berbicara dengan
Strategi
Pembelajaran
Berbasis Masalah pada Siswa Kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati. Hal ini terinspirasi dari kekurang berhasilan dalam pembelajaran keterampilan berbicara, khususnya mengungkapkan gagasan, tanggapan, dan informasi dalam diskusi. Pada kegiatan pembelajaran khususnya dikelas XII IPA 5 terbukti pada pra tindakan, 2 kelompok diskusi pada sesi pertama dan sesi kedua hanya 40 % siswa yang aktif berargumentasi dalam diskusi yang membicarakan permasalahan yang bertemakan Pengamen Badut dan keabsahan karaoke di kota Pati. Kekurang percayaan diri menjadi kendala bagi kurang lebih 40% siswa kelas XII pada umumnya, siswa mengalami kesulitan penyajian gagasan yang runtut, penggunaan bahasa yang sistematis dan pengekspresian yang kurang percaya diri sehingga berpengaruh terhadap penguasaan materi diskusi. Hal ini tentunya mempengaruhi daya tarik dalam penampilan diskusi. Harapan peneliti dengan strategi pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Realitasnya siswa dapat berbicara atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
berkomunikasi dengan komunikatif, sehingga siswa mampu menghadapi besarnya gelombang globalisasi sesuai dengan perkembangan informasi di dunia saat ini.
B. Perumusan Masalah Berpijak dari latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati? 2. Apakah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan kualitas hasil keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: 1. Kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati. 2. Keterampilan berbicara siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 1 Pati.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a) Dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai acuan yang dapat dipertimbangkan dalam usaha meningkatkan kualitas berbicara. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
b) Dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran keterampilan berbicara. 2. Manfaat Praktis a). Manfaat bagi siswa 1). Melalui
strategi
pembelajaran
berbasis
masalah,
kemampuan
berbicara siswa lebih meningkat. 2). Hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, karena pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student center). 3). Pengalaman dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menjadi lebih banyak. b). Manfaat bagi guru 1). Guru mendapatkan pengetahuan lebih konkrit mengenai penerapan managemen perangkat pembelajaran. 2). Kemampuan
guru
dalam
menerapkan
pembelajaran
inovatif
khususnya pembelajaran berbicara meningkat. 3). Dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan, melakukan, dan mengevaluasi pembelajaran bahasa Indonesia. c). Manfaat bagi sekolah Menjadi kontribusi yang positif dan efektif bagi sekolah dalam mengembangkan model pembelajaran.
commit to user