1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki Undang-Undang yang mengatur pendidikan, yaitu Undang-Undang No. 20 tahun 2003 yang berisi bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan,
keterampilan,
kesehatan
jasmani
dan
rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Melalui pendidikan nasional diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia, sehingga pendidikan nasional menghasilkan manusia yang terdidik, beriman, berpengetahuan, berketerampilan, dan memiliki rasa tanggung jawab (Depdiknas, 2003). Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan,
keterampilan,
kesehatan
jasmani
dan
rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan juga merupakan salah satu tujuan pendidikan yang sedang diterapkan oleh pemerintah Propinsi Jawa Tengah dalam Keputusan Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah Nomor: 067/103/M/1999 tanggal 12 Februari 1999 yang berisi bahwa pada sekolah-sekolah harus dimasukkan materi budaya lokal kedalam kurikulum
1
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
2
sebagai pembelajaran di sekolah-sekolah. Perwujudan masyarakat yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, dan berkualitas maka harus dibarengi dengan mempersiapkan peserta didik yang tangguh dan nantinya dapat berperan menampilkan keunggulan dirinya. Masuknya budaya asing di era globalisasi saat ini terasa semakin kuat pengaruhnya terhadap budaya yang kita miliki, sehingga diperlukan adanya antisipatif untuk mengurangi dampak tersebut. Besarnya pengaruh era globalisasi itu dikuatirkan akan melunturkan nilai-nilai budaya dan keunikan-keunikannya, oleh karena itu diperlukan adanya kesadaran bersama untuk melakukan tindakan-tindakan antisipatif, agar dampak negatif dan rusaknya budaya yang ada dilingkungan kita tidak menjadi kenyataan. Mempertahankan kebudayaan adalah wajib bagi seluruh warga negara Indonesia, mulai dari anak-anak sampai orang yang sudah tua harus dapat mempertahankan kebudayaan yang sudah dimiliki. Mencintai dan mempertahankan kebudayaan sama halnya dengan mencintai diri sendiri. Hal inilah yang menjadi landasan pemerintah kabupaten Banyumas melalui Dinas Pendidikan Banyumas mencanangkan peraturan baru bahwa di setiap sekolah dasar harus mengajarkan kebubayaan, yang disebut mata pelajaran muatan lokal Budaya Banyumas. Sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Nomor: 420/1763/2007 pada tanggal 16 April 2007 yang berisikan bahwa Budaya Banyumasan mencakup seluruh kebudayaan yang ada di Banyumas, yang harus dikuasai oleh anak
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
3
sekolah dasar yaitu dimulai pada kelas 3 dengan materi Tata Krama I, Tata Krama II, dan III, Babad Purwokerto, Babad Baturaden, Babad Ajibarang. Materi kelas IV mencakup Tata Krama I dan II, makanan khas Banyumas I dan II. Pada kelas V materi mencakup Tata Krama sekolah, tata krama di Lingkungan Masyarakat, makanan khas yang berasal dari ketela, mendoan, dan kripik, dan materi kelas VI mencakup tata karma I dan II, Pewayangan dan cerita rakyat, serta makanan khas yaitu nopia/mino dan soto sokaraja. Melalui materi-materi tersebut nantinya diharapkan mereka dapat memahami dan mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan di Indonesia khususnya Budaya Banyumasan, yaitu kebudayaan disekitar mereka tinggal. Dari hasil wawancara sementara dengan pakar Budayawan Banyumas bapak Bambang Wadoro bahwa saat ini kebudayaan memang harus diajarkan di sekolah dasar dengan tujuan agar Budaya Banyumas dapat dipahami oleh seluruh kalangan dari anak-anak sampai dewasa. Menurut pemaparan beliau, dalam pembelajaran di sekolah dasar tidak hanya mengajarkan tentang legenda di Banyumas namun juga mencakup tata krama atau unggah-ungguh dan juga makanan khas yang berasal dari Banyumas asli. Dalam hal ini setiap guru harus benar-benar memahami apa itu Budaya Banyumasan agar nantinya dalam mengajarkannyapun dapat dengan baik. Dari wawancara di atas dapat diasumsikan bahwa guru harus dapat mengajarkan dengan baik walaupun Budaya Banyumasan hanya mata pelajaran muatan lokal, dan bukan mata pelajaran yang dicanangkan langsung dari Kementrian dan Kebudayaan, sehingga nantinya akan berdampak besar pada
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
4
Budaya Banyumas itu sendiri, karena mengetahui kebudayaan maka akan berdampak pada rasa cinta yang tertanam pada dirinya. Rasa cinta dan sayang dengan kebudayaan maka akan menjadikan kebudayaan akan tetap ada dan tidak terkikis oleh zaman. Bertitik tolak dari maksud dan tujuan baik dari pemerintah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan budaya di Jawa Tengah khususnya kabupaten Banyumas sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas Nomor: 420/1763/2007 pada tanggal 16 April 2007 yang berisikan bahwa Budaya Banyumasan mencakup seluruh kebudayaan yang ada di Banyumas dengan yang menuntut adanya kemampuan dari pihak guru dan sekolah untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran budaya Banyumas, dan metode yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat masalah tersebut dan nantinya dapat mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan di Sekolah Dasar UPK Kalibagor. Bagi peneliti ini penting dilakukan karena dengan diadakan penelitian maka dapat diketahui tingkat pentingnya pendidikan budaya Banyumasan menurut para guru dan tingkat penguasaan materi serta kesiapan materi dalam mengajarkan Budaya Banyumasan yang hanya masuk dalam muatan lokal, sehingga nantinya dapat menjadi referensi bagi Dinas Pendidikan setempat dan menambah informasi tentang kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Adapun judul yang diambil peneliti adalah “Implementasi
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
5
Pembelajaran Muatan Lokal (Mulok) Budaya Banyumasan Di Sekolah Dasar Kelas III Unit Pendidikan Kecamatan Kalibagor”.
B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, peneliti memfokuskan penelitian pada hal-hal berikut: seberapa pentingnya pendidikan budaya Banyumasan guru, bagaimana penguasaan materi serta kesiapan materi dalam mengajarkan Budaya Banyumasan yang hanya masuk kedalam muatan lokal diantaranya adalah Pengembangan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Fokus penelitian diperlukan agar penelitian tidak menyimpang dan merupakan pembatasan masalah. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, tepatnya di tiga Sekolah Dasar yaitu SD Negeri 2 KLB, SD Negeri KDP dan SD Negeri 2 SWT. Ketiga SD tersebut menurut peneliti telah memenuhi syarat untuk dilaksanakan penelitian karena sesuai dengan hasil rekomendasi dari kepala Unit Pendidikan Kecamatan (UPK).
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
6
C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana strategi pembelajaran Muatan Lokal Budaya Banyumasan? 2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Banyumasan di UPK Kalibagor? 3. Apakah dampak pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan terhadap sikap cinta budaya lokal bagi siswa?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui strategi pembelajaran Muatan Lokal Budaya Banyumasan . 2. Mengetahui
pelaksanaan
Pembelajaran
Muatan
Lokal
Budaya
Banyumasan di UPK Kalibagor. 3. Mengetahui dampak pembelajaran Mulok Budaya Banyumasan terhadap sikap cinta budaya lokal bagi siswa.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014
7
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Secara teoretis penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan pelaksanaan Muatan Lokal Budaya Banyumasan di UPK Kalibagor. b. Dapat menambah pemahaman dan wawasan mengenai pembelajaran Budaya Banyumasan di Sekolah Dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi untuk: 1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajarmengajar Budaya Banyumasan. 2) Memantau dalam pencapaian tujuan Muatan Lokal Budaya Banumasan. 3) Mengetahui strategi, pendekatan, dan proses pembelajaran yang berhasil. b. Bagi Siswa Dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai Budaya Banyumasan, meningkatkan minat belajar Budaya Banyumasan serta meningkatkan kepekaan untuk mempertahankan dan melestarikan Budaya Banyumasan.
Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal..., Umi Nurjanah, FKIP UMP, 2014