1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asupan nutrisi yang cukup merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan anak dalam siklus kehidupannya untuk perkembangan dan menjaga fungsi tubuh (Orem, et al., 2001). Keadekuatan asupan nutrisi pada anak dapat dinilai dengan status gizi. Permasalahan tentang gizi anak masih menjadi masalah di negara-negara berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2008; Lutter et al., 2011). Masalah gizi cenderung bertambah berat dengan terjadinya permasalahan ganda karena kekurangan gizi belum teratasi, pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Masalah gizi pada anak memerlukan perhatian khusus karena akan dapat menyebabkan peningkatan kesakitan, kematian, mempengaruhi kecerdasan serta hambatan pertumbuhan dan perkembangan (Lutter et al., 2011; WHO, 2009). Masalah gizi anak di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi balita kurus dan sangat kurus di Indonesia sebesar 12,1% dan prevelensi gemuk sebesar 11,9% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, 2013). Pada tahun 2012 prevelensi balita kurus dan sangat kurus di Jawa Timur sebesar 12,4% dan prevalensi balita gemuk sebesar 10,6% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013). Lima tahun pertama kehidupan anak terjadi pertumbuhan dan perubahan fisik yang pesat dan merupakan periode perilaku makan yang sebagai dasar pola
1
2
makan yang akan datang (Savage et al., 2007). Anak usia 2-5 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah penurunan status gizi kerena pada usia ini anak sudah tidak mendapat ASI sehingga pemenuhan zat gizi di dapat dari asupan makanan harian. Apabila makanan yang dikonsumsi belum mencukupi kebutuhan gizi yang semakin meningkat maka dapat menyebabkan masalah kurang gizi pada anak usia 2-5 tahun (Ernawati, 2006; Santi et al., 2012; Sunarti & Nugrohowati, 2014). Selain menyebabkan masalah kurang gizi, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan keluarga dapat mempengaruhi dalam keseimbangan diet anak sehingga menyebabkan berat badan yang berlebihan sampai obesitas pada anak (Mulder et al., 2009; Moore et al., 2012) Asupan makanan anak dan kondisi kesehatan merupakan faktor yang langsung mempengaruhi status gizi. Asupan makanan dan kondisi kesehatan dipengaruhi oleh perawatan yang dilakukan oleh orang tua termasuk didalamnya perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak (UNICEF, 1992). Perilaku pemberian makan yang dilakukan orang tua berperan penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak (Rodgers et al., 2013;
Loth & Maclehose, 2013;
Murashima et al., 2012). Orang tua bertanggung jawab terhadap pengasuhan anak termasuk memenuhi kebutuhan nutrisinya bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Hockenberry & Wilson, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai masalah perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak. Orang tua sering menggunakan makanan manis sebagai hadiah untuk mengontrol anak dan tidak ada kontrol dalam pemilihan makanan anak (Kolopaking et al. 2011). Orang tua
3
tidak menentukan makanan yang sebaiknya dimakan anak tetapi cenderung menuruti keinginan makan anak tanpa ada upaya untuk memberi makanan yang tidak disukai sebelumnya (Chaidez et al., 2011). Penelitian Jansen et al., (2012) menyebutkan bahwa orang tua memberikan tekanan pada saat anak makan dengan memaksa anak untuk tetap makan meskipun anak sudah tidak mau. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 3 Maret 2014 di Posyandu Sedap Malam Surabaya, dari 10 anak usia 2-5 tahun yang ditimbang, dua anak mengalami berat badan kurang, tujuh anak berat badannya normal dan satu anak mengalami berat badan berlebihan. Berdasarkan wawancara dengan 5 orang ibu, tiga orang mengungkapkan cenderung menuruti keinginan makan anak dan dua orang mengungkapkan lebih sering memaksa anaknya agar mau makan karena takut anaknya kurus. Promosi kesehatan merupakkan salah satu peran perawat termasuk tentang perilaku pemberian makan yang baik. Perawat berperan mempromosikan perilaku makan yang baik kepada orang tua agar asupan gizi balita dapat terpenuhi dengan baik sehingga status gizinya normal. Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan dalam menilai status gizi anak secara akurat, membantu anak dan keluarga mengatasi masalah yang berkaitan dengan nutrisi dan mempromosikan kegiaatan yang berkaitan dengan pemberian makanan bagi anak yang efektif (Burns et al. 2012; WHO, 2009). Agar perawat dapat melakukan promosi yang berkaitan dengan nutrisi dan pola pemberian makan secara efektif maka perlu dilakukan penilaian yang tepat mengenai asupan makanan dan minuman anak, perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak. Informasi ini dapat digunakan
4
perawat dalam memberikan bimbingan antisipasi kepada orang tua, merencanakan intervensi untuk mengatasi permasalahan gizi pada anak dan melakukan evaluasi terhadap keefektifan program-program intervensi yang berkaitan dengan masalah nutrisi. (Burns et al. 2012; Hockenberry & Wilson, 2011). Penelitian yang berkaitan dengan status gizi anak pernah dilakukan terutama dihubungkan dengan dengan faktor sosial ekonomi, sanitasi lingkungan, infeksi, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu tentang gizi (Ernawati, 2006; Santi et al., 2012; Risma, 2009) tetapi penelitian tentang status gizi yang dihubungkan dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak usia 2-5 tahun masih terbatas terutama yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat membantu perawat komunitas dalam mempromosikan perilaku pemberian makan yang baik sehingga dapat memenuhi nutrisi yang adekuat bagi anak usai 2-5 tahun. B. Perumusan Masalah Permasalahan gizi anak di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup serius dengan adanya permasalahan ganda karena masalah gizi kurang yang belum teratasi pada saat yang sama masalah kelebihan gizi makin meningkat. Orang tua bertanggung jawab dalam memenuhi asupan nutrisi yang seimbang bagi anak. Fenomena yang terjadi bahwa masih ada perilaku orang tua yang tidak tepat dalam pemberian makan pada anak. Perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi asupan nutrisi anak. Berdasarkan hal tersebut diatas maka rumusan masalah penelitian adalah apakah ada hubungan antara perilaku orang tua dalam
5
pemberian makan dan status gizi anak usia 2-5 tahun di Posyandu binaan Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya? C. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi hubungan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan dan status gizi anak usia 2-5 tahun. Secara khusus, aktivitas orangtua untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi anaknya yang dinilai adalah aspek mengontrol
perilaku makan anak, menggunakan makanan untuk mengatur emosi anak, mendorong asupan makanan seimbang dan bervariasi, menyediakan lingkungan dengan makanan sehat di rumah, menggunakan makanan sebagai hadiah, melibatkan anak dalam perencanaan dan persiapan makan, memantau asupan makanan, memberikan contoh makan yang sehat, memberikan tekanan saat makan, pembatasan asupan makanan untuk kesehatan, pembatasan asupan makanan untuk mengontrol berat badan dan pengajaran tentang gizi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan antara perilaku orang tua dalam pemberian makanan dengan status gizi pada anak usia 2-5 tahun. 2. Manfaat praktis a. Bagi orang tua yang mempunyai anak usia 2-5 tahun Penelitian ini diharapakan menjadi bahan informasi bagi orang tua mengenai perilaku orang tua yang tepat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak usia 2-5 tahun.
6
b. Manfaat bagi puskesmas Hasil
penelitian
ini
diharapkan
sebagai
masukan
dalam
upaya
meningkatkan derajat kesehatan melalui penyuluhan tentang perilaku orang tua dalam pemberian makanan pada anak usia 2-5 tahun. c. Manfaat bagi Perawat Menambah pengetahuan khususnya perawat anak dan perawat komunitas tentang perilaku orang tua dalam pemberian makan dan hubungannya dengan status gizi anak sehingga dapat dijadikan dasar untuk memberikan intervensi keperawatan.
7 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang perilaku pemberian makan dan status gizi sudah pernah dilakukan. Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain: Tabel 1 Keaslian penelitian Penulis Judul (tahun) Rusmimpong Faktor yang (2007) berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan gizi seimbang pada balita di wilayah Puskesmas Kenali Besar Kota Jambi Jansen et al. Children's (2012) eating behavior, feeding practices of parents and
Tujuan
Metode
Hasil
Perbedaan
Mengetahui hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, motivasi, dukungan sosial dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan gizi seimbang
Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah ibu yang mempunyai anak balita.
Ada hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, motivasi, dukungan sosial dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan gizi seimbang.
Menilai perilaku makan anak dan praktik orang tua dalam pemberian makan pada anak yang diakaitkan
Desain penelitian cross sectional Subjek penelitian orang tua dengan anak prasekolah Intrumen penelitian:
Perilaku pembatasan makan berhubungan dengan rata-rata indeks masa tubuh yang tinggi pada anak usia prasekolah. Tekanan
Variabel penelitian: pada penelitian yang akan dilakukan perilaku orang tua dalam pemberian makan sebagai variabel bebas Subjek penelitian: pada penelitian ini adalah anak usia 2-5 tahun. Instrumen penilaian perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak Variabel penelitian, penelitian yang akan dilakukan perilaku orang tua dalam pemberian makan dihubungkan dengan status gizi anak.
7
8 Tabel 1 lanjutan Penulis (tahun)
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Perbedaan
weight problems in early childhood: results from the populationbased Generation R Study
dengan indeks massa tubuh (BMI) dan status berat badan termask kurus, berat badan berlebihan dan obesitas pada populasi anak usia prasekolah.
Child Eating Behaviour Questionnaire, Child Feeding Questionnaire Indikator status gizi: pengukuran indeks masa tubuh. Aspek perilaku pemberian makan yang dinilai adalah pengawasan, pembatasan dan tekanan untuk makan.
untuk makan yang dilakukan orang tua berhubungan negatif dengan indeks masa tubuh anak.
Indikator penilaian status gizi, pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan BB/TB Instrumen untuk mengukur perilaku orang tua dalam pemberian makan Aspek penilaian perilaku orang tua dalam pemberian makan.
Moore et al. Maternal– (2012) Child Nutrition Practices and Pediatric Overweight/O besity in the United States and Chile: A Comparative Study
Membandingkan praktik pemberian makan yang dilakukan ibu dan anak usia sekolah dan indeks masa tubuh di Amerika Serikat dan Chili.
Metode penelitan cross sectional, perbandingan pada 2 Negara. Subjek penelitian: orang tua dan anak usia 9-12 tahun. Penilaian praktik pemberian nutrisi yang dilakukan ibu menggunakan Moore Index of Nutrition-Parent Indikator obesitas dinilai dengan indeks masa tubuh.
Terdapat hubungan yang signifikan antara praktik pemberian makan orang dan anak yang berat badan berlebihan/obesitas.
Rancangan penelitian Subjek penelitian Instrumen untuk mengukur perilaku orang tua dalam pemberian makan, pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan Comprehe-nsive Feeding Practices Questionnaire (CFPQ) Aspek penilaian perilaku orang tua dalam pemberian makan pada anak.
8
9 Tabel 1 lanjutan Penulis Judul (tahun) Santi et al. Hubungan (2012) Antara Kondisi Sosial Ekonomi dan Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kecamata Seginim Kabupaten Bengkulu Selatan
Tujuan
Metode
Hasil
Perbedaan
Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi dan hygiene sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 25 tahun
Desain cross sectional. Subjek penelitian: ibu yang mempunyai anak usai 2-5 tahun berdasarkan hasil pemantauan Status gizi. Variabel bebas penelitian: pendidikan ibu, tingkat pendapatan perkapiota, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, tingkat hygiene sanitas lingkungan. Variabel terikat status gizi. Indikator penilaiai status gizi: skor Z indeks berat badan menurut umur.
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan pendapatan kelaurga dengan status gizi balita. Terdapat hubungan yang negative antara tingkat pengetahuan ibu dan hygiene sanitasi lingkungan dengan status gizi anak.
Variabel penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan variabel bebas adalah perilaku ornag tua dalam pemberian makan dan variabel terikat adalah status gizi Indikator penilaian status gizi: pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan Berat badan menurut tinggi badan berdasarkan Z-score
Sunarti & Korelasi Mengetahui Nugrohowati Status Gizi, korelasi antara (2014) Asupan Zat nilai status gizi Besi dengan dengan Kadar Feritin menggunakan pada Anak indeks BB/U dan
Desain penelitian cross sectional Subjek penelitian anak umur 2-5 tahun Status gizi dinilai dengan indeks BB/U.
Tidak ada korelasi nilai z score (BB/U) dengan kadar feritin anak usia 2-5 tahun. Ada korelasi asupan Fe dengan kadar feritin
Variabel penelitian. Indikator untuk menilai sataus gizi, pada penelitian yang akan dilakukan dengan berat badan menurut tinggi badan berdasarkan Z-score
9
10 Tabel 1 lanjutan Penulis (tahun)
Risma (2009)
Judul Usia 2-5 Tahun di Kelurahan Semanggi Surakarta Hubungan antara Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi dan Perkembangan Anak Usia 1-3 Tahun di Kecamatan Kadia Kota Kendari
Tujuan asupan zat besi terhadap kadar feritin anak usia 2-5 tahun. Mengetahui hubungan status pekerjaan ibu dengan status gizi dan perkembangan anak usia 1-3 tahun
Metode
Hasil
Asupan Fe dihitung menggunakan metode food recall 24 jam dan kadar feritin diukur dengan menggunaan metode Ellisa. Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian: anak balita usia 1-3 tahun. Indikator staus gizi BB/TB berdasarkan Z-score
anak usia 2-5 tahun. Kontribusi asupan Fe menyumbang 1.747 terhadap kadar feritin anak usia 2-5 tahun. Status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi anak usia 1-3 tahun. Status pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan perkemba-ngan anak usia 1-3 tahun. Status pekerjaan ibu berhubungan denga pola asuh makan anak usia 1-3 tahun. Pola asuh makan berhubungan dengan status gizi anak usia 1-3 tahun.
Perbedaan
Subjek penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan anak usia 2-5 tahun. Varibel penelitian pada penelitian yang akan dilakukan status gizi anak dihubungan dengan perilaku orang tua dalam pemberian makan
10
11
Tabel 1 lanjutan Penulis Judul (tahun) De Lauzon- Parental Guillain, et al. Feeding (2009) Practices in the United States and in France: Relationships with Child’s Characteristic s and Parent’s Eating Behavior
Tujuan Menggali beberapa potensi yang mendorong praktik pemberian makanan yang dilakukan orang tua untuk anak seperti persepsi orang tua tentang berat badan anak atau perilaku makan orang tua pada sampel orang Amerika dan Perancis.
Metode
Hasil
Perbedaan
Desain penelitian cross sectional pada kontek dua budaya yaitu Amerika dan Prancis. Varibel penelitian yang diukur: perilaku makan orang tua, praktik orang tua dalam pemberian makan pada anak, persepsi orang tua terhadap berat badan anak, persepsi orang tua berkaitan tanggung jawab atas makan anak. Subjek penelitian: orang tua dengan anak usia sekolah Data antropometri diukur adalah berat badan yang dihitung dalam indeks masa tubuh. Praktik orang tua dalam pemberian makan dinilai menggunakan Comprehensive Feeding Practices Questionnaire
Pembatasan asupan makan untuk alasan berat badan anak lebih umum dilakukan pada orang tua di Perancis.
Varibel penelitian. Aspek perilaku orang tua dalam pemberian makan, penelitian yang akan dilakukan menilai 12 aspek berdasarkan Comprehensive Feeding Practices Questionnaire. Indikator status gizi anak pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan BB/TB berdasarakn Zscore.
Menggunakan makanan untuk mengatur emosi dan sebagai hadiah lebih umum dilakukan oleh orang tua di Amerika Serikat Tanggung jawab yang dirasakan orang tua terkait makan pada anak sangat erat berhubungan dengan kontrol makan anak, pengajaran tentang gizi, mendoroang asupan makanan yang seimbang dan bervariasi serta model makan yang sehat.
11