BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, intelektualitas, dan produktivitas yang tinggi. Ketiga hal ini sangat dipengaruhi oleh status gizi (Kemenkes, 2013). Status gizi pada anak-anak secara langsung dipengaruhi oleh kecukupan asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, status infeksi, dan pola asuh. Pola asuh yang baik akan memberikan asupan gizi yang cukup dan memberikan pencegahan terjadinya penyakit infeksi (UNICEF, 1998). Menurut Kemenkes (2013) dewasa ini, Indonesia sudah dihadapkan pada beban ganda masalah gizi, yaitu masalah kekurangan gizi (under-nutrition) dan masalah kelebihan gizi (over-nutrition). Menurut Riskesdas (2007 dan 2010) data prevalensi masalah gizi untuk anak umur 6 – 12 tahun berdasarkan jenis kelaminnya, dari tahun 2007 hingga 2010
menjelaskan
bahwa, prevalensi anak umur 6 – 12 tahun yang mengalami gizi kurang (kurus) pada laki-laki, turun dari 13,3% (2007) menjadi 13,2% (tahun 2010). Sedangkan prevalensi anak umur 6 – 12 tahun yang mengalami gizi kurang (kurus) pada perempuan, meningkat dari 10,9% (2007) menjadi 11,2% (2010). Di sisi lain, prevalensi anak 6 – 12 tahun yang mengalami gizi berlebih (kegemukan) pada laki-laki, meningkat dari 9,7% (tahun 2007) menjadi 10,7% (tahun 2010). Sedangkan prevalensi anak 6 – 12 tahun yang mengalami gizi berlebih (kegemukan) pada perempuan, meningkat dari 6,4% (tahun 2007) menjadi 7,7% (tahun 2010).
1
2
Timbulnya masalah kekurangan dan kelebihan gizi disebabkan oleh pola makan yang kurang baik, hidangan sehari-hari tidak berpola makan yang mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Prinsip Gizi Seimbang (PGS) ini, mencakup bukan hanya aspek kebutuhan gizi saja (melalui makanan yang beragam, seimbang, dan cukup jumlahnya), namun juga mencakup keamanan makanan, kebersihan diri, aktivitas fisik dan mengontrol berat badan ideal. Asupan gizi yang kurang dari standar/kebutuhan dapat berdampak pada munculnya masalah kekurangan gizi. Sebaliknya, bila asupan melebihi standar/kebutuhan, maka akan berdampak pada timbulnya masalah kelebihan gizi (Kemenkes, 2013). Selain itu, penyebab munculnya masalah kekurangan dan kelebihan pada anak-anak disebabkan oleh tidak atau kurang mampunya anak-anak untuk mengerti dan memahami mengenai manfaat dan peranan zat gizi yang terkandung dalam makanan bagi kesehatan tubuh. Hal ini dikarenakan anakanak masih berada dalam tahap tumbuh kembang dan belum memiliki pengetahuan secara mendalam mengenai peranan gizi dalam kehidupan. Sebanyak 52,7% anak sekolah dasar memiliki pengetahuan mengenai gizi yang masih kurang (Zulaekah 2007). Menurut Manios et al. (2002) salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan memberikan pembelajaran mengenai gizi. Pembelajaran mengenai gizi bermanfaat untuk menjadikan anak-anak memiliki gaya hidup yang lebih sehat dan dapat mengurangi resiko munculnya masalah kesehatan lainnya (penyakit kronis). Menurut Kawuryan (2010) pembelajaran mengenai gizi, khususnya tentang pola makan dan pengenalan mengenai berbagai macam jenis zat gizi
3
dapat dilakukan sejak dini. Usia awal sekolah dasar (6-9 tahun) merupakan usia ideal untuk memulai pembelajaran. Pada rentang usia tersebut, anakanak mulai memunculkan rasa ingin tahu serta adanya rasa ketertarikan untuk mempelajari hal-hal baru di sekitarnya. Pembelajaran
mengenai
gizi
dapat
memberikan
informasi
dan
pengetahuan bagi anak-anak, hal ini akan membuat anak-anak dapat memahami dan menerapkan pentingnya memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, sehingga dapat meminimalisir resiko untuk mengalami masalah kesehatan. Materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada anak-anak sebaiknya disampaikan semenarik mungkin dalam kondisi dan suasana yang menyenangkan dengan media pembelajaran yang mudah untuk diserap (Adhistiana et al. 2009). Lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi untuk penelitian ini adalah SD Negeri Nogopuro, SD Negeri Gambiranom, dan SD Negeri Deresan. Secara keseluruhan, ketiga SD Negeri ini memiliki status akreditasi A yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan masing-masing SDN ini sama-sama memiliki dua kelas untuk setiap tingkatnya (III A dan III B). Pemilihan lokasi penelitian pada ketiga SDN ini, didasarkan pada belum pernah diadakannya penelitian tentang pengetahuan gizi seimbang dan juga belum ada penyuluhan secara khusus oleh guru atau pihak sekolah tentang gizi seimbang, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SDN ini. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa sekolah dasar tentang gizi seimbang melalui pembelajaran gizi seimbang yang menggunakan media
4
audiovisual, metode ceramah dengan alat bantu, dan metode ceramah tanpa alat bantu, sehingga anak-anak dapat memahami setiap materi yang disampaikan melalui media tersebut secara lebih mudah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimanakah kefektifan pemberian pembelajaran mengenai gizi seimbang melalui media audiovisual (MAV), metode ceramah dengan alat bantu (CDAB), dan metode ceramah tanpa alat bantu (CTAB) pada pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai gizi seimbang pada siswa sekolah dasar”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kefektifan pemberian pembelajaran mengenai gizi seimbang melalui metode MAV, metode CDAB, dan CTAB terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai gizi seimbang pada siswa sekolah dasar. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SD kelas tiga mengenai gizi seimbang sebelum dan sesudah menggunakan MAV. 2. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SD kelas tiga mengenai gizi seimbang sebelum dan sesudah menggunakan metode CDAB.
5
3. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa SD kelas tiga mengenai gizi seimbang sebelum dan sesudah menggunakan metode CTAB. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada institusi pendidikan tentang metode pendidikan gizi seimbang melalui MAV, metode CDAB, atau metode CTAB pada anak-anak secara dini, yang dapat dimulai di sekolah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku tentang gizi seimbang pada siswa sekolah dasar. Bila terbukti sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap serta perilaku, melalui media audiovisual, metode ceramah dengan alat bantu, atau metode ceramah tanpa alat bantu pada pendidikan gizi seimbang untuk anak-anak di sekolah, maka hasil ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan untuk meningkatkan frekuensi pendidikan gizi seimbang pada anak-anak sekolah dasar melalui metode/ media tersebut.
6
E. Keaslian Penelitian Menurut sepengetahuan penulis, penelitian ini belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang terkait : 1. Hendriani (2012) dalam penelitian berjudul “Media Pembelajaran tentang Pola Makan Seimbang bagi Anak-Anak Usia 4-6 Tahun Melalui Permainan” a. Penelitian ini bertujuan untuk mengajarkan anak-anak tentang makanan sehat yang seharusnya dikonsumsi oleh anak-anak sejak dini dalam masa pertumbuhannya dan tentunya dengan cara yang lebih menyenangkan. b. Peneliti menciptakan inovasi baru mengenai pengembangan media pembelajaran berupa permainan Board Game yang terdiri dari papan permainan yang dibagi menjadi 8 potong puzzle, replika 44 jenis makanan sehat, buku petunjuk permainan, dan 8 tempat permainan logika. c. Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, menggunakan subyek anak-anak dan pemberian materi mengenai gizi seimbang yang mengarah pada pola makan seimbang bagi anak-anak. d. Perbedaan pada penelitian ini yaitu pada lokasi tempat penelitian, metode penelitian, dan media yang digunakan. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Surabaya, metode penelitian menggunakan metode observasi dengan metode wawancara, dan media yang digunakan berupa alat permainan berupa Board Game. Sedangkan, penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, metode
7
penelitian menggunakan quasi experimental dimana bentuk desain yang dipakai adalah desain one group pre test – post test, dan media yang
akan
digunakan
berupa
media
audiovisual,
metode
ceramahdenganalat bantu dan metode ceramahtanpaalat bantu. 2. Setiyowati (2011) dalam penelitian berjudul “Efektifitas Media Audiovisual Pada Pendidikan Personal Hygiene Terhadap Pengetahuan dan Sikap Siswa
SD
Negeri
Pusmalang,
Wukirsari,
Cangkringan,
Sleman,
Yogyakarta”. a. Jenis penelitian ini menggunakan metode pra-eksperimen dengan one group pretest-posttest. b. Penelitian ini bertujuan untuk kesehatan
dengan
media
mengetahui pengaruh pendidikan audiovisual
dalam
meningkatkan
pengetahuan dan sikap tentang personal hygiene serta mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap anak tentang personal hygiene sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audiovisual
pada
siswa
SD
Negeri
Pusmalang,
Wukirsari,
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. c. Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu,
menggunakan
subyek
anak
SD,
metode
penelitian
menggunakan quasi experimental dimana bentuk desain yang dipakai adalah desain one group pre test – post test, media yang digunakan berupa media audiovisual, dan variabel terikat berupa pengetahuan dan sikap siswa SD. d. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada lokasi tempat penelitian dan materi pembelajaran yang
8
diberikan. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di SD Negeri Pusmalang, Wukirsari, Cangktringan, Sleman, Yogyakarta, materi pembelajaran mengenai personal
hygiene. Sedangkan, penulis
memilih lokasi penelitian di SD Negeri Nogopuro, SD Negeri Gambiranom, dan SD Negeri Deresan, ketiga SD Negeri ini berada di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 3. Abdullah (2007) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang / Buruk Di Kabupaten Kota Waringin Barat Propoinsi Kalimantan Tengah” a. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan melakukan pre test – post test, dengan kontrol dan group design (random allocation). b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita yang mengikuti penyuluhan dengan media audiovisual, modul, dan kontrol dan mengetahui tingkat perbedaan peningkatan tersebut antara sebelum dan sesudah intervensi. c. Persamaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, menggunakan metode penelitian quasi experimental dimana bentuk desain yang dipakai adalah desain one group pre test – post test, media yang digunakan berupa media audiovisual, dan variabel terikat berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku. d. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada lokasi tempat penelitian, subyek penelitian, dan materi
9
penyuluhan yang diberikan. Lokasi pada penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kotawaringin Barat Propinsi Kalimantan Tengah, subyek penelitian yang digunakan merupakan ibu balita dengan gizi kurang dan buruk, materi penyuluhan mengenai gizi untuk menangani gizi kurang dan buruk. Sedangkan, penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, subyek penelitian adalah siswa sekolah dasar, dan materi yang diberikan mengenai gizi seimbang.