BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan
hidup di dunia ini. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. Melalui komunikasi pula, segala aspek kehidupan manusia di dunia tersentuh. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi adalah proses memberi dan menerima dari pihak yang satu kepada pihak lain. Komunikasi dapat digunakan untuk membentuk saling pengertian sehingga menumbuhkan tali persahabatan, menyampaikan informasi, mengungkapkan perasaan kasih sayang, dan untuk melestarikan peradaban manusia. Beragam komunikasi yang diciptakan oleh manusia. Pada umumnya manusia normal akan berkomunikasi dengan indra yang mereka miliki secara utuh, mata dianggap memiliki peran strategis dalam komunikasi manusia, tapi bagaimana dengan komunikasi orang buta (tuna netra)?. Kajian atau studi-studi komunikasi tentang realitas komunikasi penyandang cacat sangat jarang dilakukan khususnya penyandang cacat tunanetra. Komunikasi yang dipelajari oleh
1
mahasiswa selama ini adalah teori komunikasi untuk orang normal (awas mata), dalam hal ini peneliti ingin mengkaji komunikasi tunanetra pada usia dewasa. Apabila orang telah mengalami tunanetra pada usia sejak lahir, mereka lebih dapat menerima dan terbiasa dengan keadaannya dibandingkan dengan tunanetra yang mengalami kebutaannya pada usia dewasa dapat mengalami dampak psikologis tertentu, bila kebutaan tersebut terjadi pada ego mulai berkembang, maka pengalaman traumatik tidak dapat dihindarinya, orang itu akan mengalami shock kemudian depresi lalu menghindari kontak sosial, ini akan mengakibatkan pada perubahan kesadaran (transformasi identitas), pada umumnya keadaan yang dia rasakan membuat mereka menjadi merasa minder atau tidak percaya diri, dan ini akan mempengaruhi pola komunikasi dan psikology konsep dirinya. Mata memiliki fungsi strategis dalam proses komunikasi manusia, maka bagaimana dengan orang yang mengalami
ketidakfungsian mata seperti
tunanetra? Bagaimana tunanetra mengkonstruksi realitas komunikasinya kepada masyarakat?. Perubahan fisik (kebutaan) yang dialami tunanetra khususnya usia dewasa membuat mereka berpikir kembali mengenai keberadaan atau eksistensi dirinya. Tunanetra sangatlah membutuhkan dukungan moril dari sisi keluarga dan lingkungan sekitar agar dia merasakan kenyamanan dan diakui eksistensinya dimata masyarakat. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan tunanetra dewasa adalah orang yang menjadi tunanetra sesudah menginjak usia dewasa. Bila seorang individu normal kemudian tiba-tiba menjadi tunanetra, dia akan melewati suatu masa syok karena menyadari bahwa hidupnya akan berubah secara radikal.
2
Karena kehilangan penglihatan mempengaruhi individu pada berbagai level sekaligus, yang menuntut individu itu untuk mengubah caranya berpersepsi, berperilaku, berpikir, berkomunikasi dan merasakan berbagai hal maka penyesuaian dirinya dapat merupakan proses yang panjang, dan mungkin harus dilakukan melalui beberapa macam cara, tergantung pada temperamen individu itu, pengalamannya terdahulu, dan caranya mengatasi krisis1. Mengatasi kehilangan penglihatan harus dilakukan pada level emosi, persepsi, kognitif, dan perilaku, dan ini semua saling terkait. Ketunanetraan yang terjadi tiba-tiba pada usia dewasa dapat mengakibatkan depresi, persepsi diri yang tidak tepat, sangat menurunnya tingkat motivasi dan rendanya harga diri. Ditengah minimnya penelitian-penelitian mengenai tunanetra, peneliti ini semakin dibutuhkan, karena sikap dan pandangan negatif masyarakat pada penyandang cacat disebabkan minimnya pengetahuan mereka (masyarakat) tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyandang cacat itu sendiri. Dengan adanya hal ini penulis ingin mendalami atau membahas mengenai komunikasi antarpribadi yang menyangkut tentang konsep diri, cara komunikasi dan perubahan komunikasi pada penyandang tuna netra usia dewasa sehingga kita dapat mengetahui setiap pemikiran dan perubahan-perubahan yang terjadi pada pola hidupnya. Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Jl. Dewi Sartika No.200, Cawang, Jakarta Timur. Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin berdiri kurang lebih sejak 20 tahun yang lalu (1980an), didirikan oleh Pemerintah. 1
Dodds, 1991, dalam Didi, Tarsidi, Konseling untuk Penyesuaian Psikologis terhadap Kehilangan Penglihatan pada Individu Tunanetra Dewasa, 6 Agustus 2007
3
Keluarga para tunanetra sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun, semua sudah disediakan untuk tidur, makan, minum, pendidikan. Pendidikan di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin mengikuti pendidikan SD (Sekolah Dasar), bedanya disana lebih khusus untuk Tunanetra. Kurang lebih ada 40 (empat puluh) orang tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin
yang terdiri dari
perempuan dan laki-laki berusia 15 tahun sampai dengan 35 tahun dengan berbagai kasus yang mengakibatkan ketunanetraannya. Alasan ingin melakukan penelitian tunanetra usia dewasa, karena ingin mengetahui fenomena transformasi komunikasi dari tunanetra dan alasan ingin melakukan penelitian di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Jl. Dewi Sartika No.200, Cawang, Jakarta Timur karena tuna netra yang ada di panti tersebut dari beragam kasus yang mengakibatkan kebutaan, sangat membantu sekali dalam penelitian ini, untuk meneliti kebutaan usia dewasa yang dialami oleh tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, dengan begitu peneliti lebih mudah mencari data-data yang dibutuhkan. Penelitian ini juga diharapkan bermakna positif bagi para aktifis sosial khususnya dipemerintahan untuk lebih memperhatikan keberadaan tunanetra dipanti-panti tunanetra khususnya di Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin.
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui :
1.2.1 Bagaimana transformasi identitas para tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta? 1.2.2 Bagaimana pola komunikasi tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui proses transformasi identitas para tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta 1.3.2. Untuk mengetahui pola komunikasi tunanetra penghuni Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin, Cawang, Jakarta
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan mahasiswa atau akademisi dapat mengetahui realitas komunikasi yang terjadi pada penyandang cacat tunanetra. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan juga bermanfaat bagi pemerintah dan lembaga-lembaga sosial, khususnya lembaga-lembaga sosial tunanetra, agar lebih memperhatikan keberadaan tunanetra dalam menunjang komunikasi.
5