BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi perubahan struktur sosial, perubahan kelembagaan (institusi) dan perubahan dalam sikap hidup masyarakat. Dalam hal ini pembangunan juga meliputi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan pengentasan kemiskinan. Dalam mencapai sasaran yang terkandung dalam konsep pembangunan, maka pembangunan Negara diarahkan dari tiga hal pokok yaitu peningkatan distribusi dan ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat, peningkatan standar hidup masyarakat dalam kehidupannya serta
masyarakat
mampu
meningkatkan
kemampuanannya
untuk
mengakses kegiatan ekonomi maupun sosial. (Todaro, 2004:21) Tujuan Pembangunan ekonomi suatu Negara ialah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam mewujudkan tujuan dari pembangunan tersebut, maka dapat dilakukan dengan pembangunan ekonomi. Perlu perhatian khusus jika ingin mewujudkan pembangunan khususnya di Negara yang sedang berkembang (NSB). Untuk dapat mengukur pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dapat digunakan data PDRB dengan mengetahui laju atau dinamika pertumbuhan atas dasar harga konstan (Masli, 2008). Permasalahan yang sering terjadi dalam pembangunan ekonomi yaitu pemerataan dan ketimpangan. Korelasi positif antara laju pertumbuhan ekonomi dengan tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yaitu semakin tinggi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) semakin besar perbedaan antara rakyat miskin dan kaya. Konsep entropi yang dikenal dengan nama indeks entropi Theil merupakan suatu aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur kesenjangan ekonomi dan konsentrasi industri. Studi empiris yang dilakukan Theil dengan menggunakan indeks entropi memberikan pandangan yang tajam mengenai pendapatan regional per kapita dan kesenjangan pendapatan, kesenjangan internasional serta distribusi produk domestik bruto dunia. Dalam mengukur ketimpangan pendapatan regional 1
bruto Provinsi, Ying menggunakan indeks entropi Theil yang kemudian dibagi 2 sub indikasi yaitu kesenjangan antardaerah dan kesenjangan dalam satu daerah. Indeks entropi Theil dapat digunakan untuk membuat perbandingan dengan kurun waktu tertentu dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur ketimpangan secara rinci mengenai ketimpangan spasial. Jika nilai indeks entropi Theil besar, maka ketimpangan yang terjadi juga semakin besar, demikian juga jika nilai indeks semakin kecil, maka ketimpangan yang terjadi juga semakin kecil. Fenomena ketimpangan banyak terjadi pada Negara-Negara yang berstatus sedang berkembang. Menurut World Development Report dalam Todaro (2004). Pada umumnya Negara yang sedang berkembang memiliki karakter sebagai berikut; (1) memiliki kondisi standar hidup yang relatif rendah, hal tersebut terlihat dari kondisi pendapatan yang rendah, ketimpangan yang sangat besar terjadi antar wilayah, tingkat kesehatan yang relatif rendah, dan yang mementingkan pendidikan hanya sebagian orang saja, (2) produktifitas rendah, (3) peningkatan pendapatan sangat bergantung pada sektor pertanian dan bahan-bahan ekspor, (4) Peningkatan pertumbuhan penduduk diikuti peningkatan beban ketergantungan (5) ketergantungan pada hampir semua aspek terhadap hubungan internasional, (6) keterbatasan informasi dan kebijakan pasar yang kurang mendukung kebutuhan masyarakat. Secara geografis Indonesia terbagi menjadi 5 pulau besar serta belasan ribu pulau kecil. Awalnya Negara ini terdiri dari 27 Provinsi dan menjadi 33 Provinsi dengan memiliki perbedaan karakteristik pada masing-masing daerahnya. Perbedaan karakteristik dapat dilihat dari kondisi alam, sosial, ekonomi dan sumber daya manusia sekaligus penyebarannya pada masingmasing
Provinsi
menimbulkan
di
Indonesia.
kesulitan
dalam
Perbedaan rangka
karakteristik
mewujudkan
tersebut
pemerataan
pembangunan ekonomi nasional. Provinsi yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dapat melakukan peningkatan ekonomi secara optimal, namun pada kenyataannya sumberdaya alam yang melimpah tidak dimiliki oleh seluruh Provinsi yang ada di Indonesia. Hal tersebut 2
diduga akan memberikan ancaman antarwilayah yang ada di Indonesia dengan munculnya ketimpangan ekonomi. Ketimpangan antar daerah penting untuk diteliti karena gravitasi aktivitas ekonomi Indonesia masih cenderung terkonsentrasi secara geografis ke arah kawasan barat Indonesia selama lebih dari lima dasawarsa terakhir (Kuncoro, 2013). Selain itu informasi mengenai posisi daya saing ekonomi global (Global Competitiveness Index) Indonesia naik 14 peringkat sejak tahun 2007. Dari peringkat 54 menjadi peringkat 40. (World Economic Report, 2013) hal ini merupakan prestasi yang baik bagi Indonesia, namun jika dilihat berdasarkan kenyataannya masih banyak wilayah-wilayah yang belum merasakan dampak akan perolehan prestasi tersebut. Berdasarkan data BPS hingga triwulan IV tahun 2012 menunjukkan, struktur perekonomian Indonesia masih didominasi di pulau Jawa dengan kontribusi sekitar 57,5%, diikuti pulau Sumatera sekitar 23,9% dan kawasan timur Indonesia hanya sebagian sisanya yakni 18,6%. Dari data tersebut terlihat jelas ketimpangan antar wilayah masih terus terjadi. (Kuncoro, 2013). Berdasarkan data BPS yang telah diolah terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami angka yang fluktuatif. Pada tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 3,71% dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 6,82%. Adanya peningkatan perekonomian tersebut tentunya sangat berbeda dengan kondisi ketimpangan yang ada di Indonesia yang semakin melebar. Pada tahun 2001 rata-rata ketimpangan mencapai angka 1,9 walaupun mengalami penurunan di tahun 2010 menjadi 1,8. Penurunan angka ketimpangan tersebut tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Hal tersebut secara kasat mata mengindikasikan bahwa ada hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan ekonomi di Indonesia. Semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi, maka akan semakin memperlebar jurang ketimpangan perekonomian di Indonesia. Ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia biasanya diindikasikan dengan adanya ketidakmerataan pendapatan masing-masing daerah. Ketidakmerataan pendapatan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan 3
analisis tipologi Klassen. Analisis Tipologi Klassen merupakan analisis yang berisikan gambaran dan pola struktur pertumbuhan pada masingmasing wilayah yang mempresentasikan kesejahteraan masyarakatnya. Adapun analisis tipologi Klassen didasarkan pada 2 indikator utama yaitu pertumbuhan atau perkembangan wilayah dan pendapatan per kapita masing-masing daerah. Analsis ini dilakukan dengan cara menentukan PDRB per kapita yang dijadikan sebagai sumbu horizontal dan laju pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal. Kemudian dibuat beberapa tipe yang dapat menggambarkan kondisi laju pertumbuhan ekonomi dan besar pendapatan per kapita disetiap daerahnya (Kuncoro, 2002). Adapun klasifikasi tipologi klasen sebagai berikut : 1. Wilayah yang cepat maju dan cepat tumbuh 2. Wilayah yang maju tapi tertekan 3. Wilayah yang berkembang cepat dan, 4. Wilayah yang relatif tertinggal
Ketimpangan memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari ketimpangan ialah mendorong wilayah lain yang kurang maju dan berkembang sehingga dapat bersaing serta dapat meningkatkan
pertumbuhan
perekonomiannya
guna
mencapai
kesejahteraan. Dampak negatif juga muncul akibat adanya ketimpangan ekonomi wilayah yakni terjadinya inefisiensi pada pertumbuhan ekonomi yang mengakibatkan kondisi stabilitas sosial dan solidaritas melemah serta keadaan ketimpangan yang semakin tinggi. Ketimpangan ekonomi di suatu negara akan dipandang tidak adil dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya (Todaro, 2004). Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yaitu pertumbuhan ekonomi. Wilayah yang pertumbuhan ekonominya tinggi dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut berstatus maju. Todaro (2004) mengemukakan 4 karakter pertumbuhan ekonomi yang terdapat di Negara-Negara maju yakni sebagai berikut :
4
1) tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi 2) tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi 3) tingkat kenaikan produktifitas faktor total yang tinggi 4) adanya kecenderungan Negara-Negara yang mulai atau yang telah maju perekonomiannya untuk berusaha merambah bagian-bagian dunia sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengangkat topik dalam penelitian ini dengan judul “Identifikasi Pertumbuhan dan Ketimpangan Ekonomi antar-Provinsi di Indonesia”. 1.2
Rumusan Masalah Perbedaan pertumbuhan ekonomi yang dilihat berdasarkan pada besaran nilai pendapatan per kapita diduga dapat menimbulkan ketimpangan antar-Provinsi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dalam kurun waktu 4 tahun digambarkan pada lampiran 3. Pertumbuhan ekonomi diikuti dengan ketimpangan ekonomi wilayah yang merupakan permasalahan dalam pembangunan, sehingga diperlukan penelitian mengenai identifikasi pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi antarwilayah di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan yang akan diteliti yang dirumuskan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika pertumbuhan ekonomi di Indonesia Tahun 20012010 ? 2. Bagaimana ketimpangan ekonomi antar-Provinsi di Indonesia Tahun 2001-2010? 3. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi wilayah dengan ketimpangan ekonomi wilayah ?
5
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain : 1. Mengidentifikasi dinamika pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia ? 2. Mengidentifikasi ketimpangan ekonomi wilayah di Indonesia ? 3. Menganalisis hubungan pertumbuhan ekonomi wilayah dengan ketimpangan ekonomi wilayah
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Pengembangan ilmu pengetahuan mengembangkan metode untuk penelitian yang terkait dengan pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi wilayah di Indonesia sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti lain yang ingin mengembangkan keilmuan terkait ekonomi spasial
2. Implementasi kebijakan hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah dalam mengambil suatu kebijakan dalam rangka melakukan peningkatan perekonomian dan pemerataan ketimpangan di Indonesia parameter yang digunakan dan metode bisa diimplemetasikan serta diadopsi oleh pemerintah untuk melakukan kajian sekaligus pengambilan kebijakan dalam rangka melakukan peningkatan dan pemerataan ekonomi di Indonesia
6
1.5
Keaslian Penelitian Sebagai perbandingan dan rujukan, penelitian ini menggunakan beberapa skripsi dan jurnal dari beberapa multidisiplin ilmu. Secara umum penelitian ini mengambil tema hubungan antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. Terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut diantaranya, penelitian ini lebih menitikberatkan untuk mencari dinamika pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi berdasarkan pembagian koridor ekonomi yang ada di Indonesia. Selain itu dilakukan analisis pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi antar-Provinsi serta mencari hubungan antara pertumbuhan dan ketimpangan ekonomi untuk mendapatkan analisis yang lebih detail. Penelitian ini juga ingin memperbaharui hasil penelitianpenelitian sebelumnya dan mencoba memperbaharui data untuk dijadikan refrensi dalam keilmuan ekonomi regional.
7
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No 1.
Peneliti Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah Indonesia Bagian Barat Tahun 1997. (Syafrizal, 1997)
Variabel Penelitian
Model
PDRB PDRB Per kapita Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan ekonomi
Tipologi Klassen Indeks Williamson
Hasil Dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara generalisasi angka ketimpangan regional di wilayah Indonesia bagian barat lebih rendah dibandingkan dengan angka ketimpangan Indonesia Dari Tipologi Klassen yang termasuk daerah maju dan cepat tumbuh adalah Sumatera Utara, Riau dan Kalimantan Barat. Daerah berkembangcepat adalah Lampung. Daerah maju tapi tertekan adalah Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Untuk daerah yang relatif tertinggal adalah Jambi dan Bengkulu
2.
3.
Analisis Pertumbuhan ekonomi dan Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah Kecamatan di Kabuaten Kebumen Tahun 2000-2006. (Prayitno, 2009)
Analisis
Laju
Pertumbuhan
PDRB PDRB Per kapita Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan ekonomi
PDRB
Indeks Williamson Tipologi daerah/ Klassen
Berdasarkan indeks Williamson menunjukkan bahwa sebelum dan setelah pemekaran, tingkat ketimpangan di Kabupaten Kebumen adalah rendah Kondisi kecamatan di Kabupaten Kebumen berada pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tertinggal (tipologi IV)
8
Tipologi Klassen
Hasil dari tipologi Klassen yaitu kecamatan
Ekonomi dan Tingkat Ketimpangan Antar Wilayah Kecamatan di Kabupaten Semarang Periode 2000-2004. (Widya Puspita Ayu, 2008)
PDRB per kapita Jumlah Penduduk Laju pertumbuhan ekonomi
LQ Shift share Indeks Williamson Indeks Theil
yang termasuk pada kuadran I yaitu Kec. Pringapus dan Kec. Bergas. Pada kuadran II yaitu Kec. Unggaran dan Kec. Pabelan. Kuadran III terdapat Kec. Tuntung, Kec. Jambu dan Kec. Unggaran. Sedangkan yang termasuk dalam kuadran IV yaitu Kec. Suruh, Kec, Banyubiru, Kec. Ambarawa, Kec. Bawen, Kec. Sumowono, Kec. Getasan, Kec. Bringin, Kec. Bringin, Kec. Bancak, Kec. Kaliwungu, Kec. Susukan Nilai rata-rata indeks Williamson kabupaten Semarang adalah 0,533. Sedangkan nilai rata-rata indeks Theil sebesar 18,344 LQ tiap kecamatan di Kabupaten Semarang kebanyakan menggunakan sector basis pada pertanian, sedangkan 17 kecamatan lainnya menggunakan sector industri
4.
Perumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyumas, 19932000. (Sutarno dan Kuncoro, 2003)
PDRB PDRB per kapita Jumlah Penduduk
9
Tipologi Klassen Indeks Williamson Indeks Entropi Theil
Berdasarkan tipologi Klassen, daerah/kecamatan di Kabupaten Banyumas diklasifikasikan berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan per kapita menjadi empat kuadran. Kuadran I daerah/kecamatan yang cepat maju dan cepat tumbuh. Kuadran II
daerah/kecamatan yang maju tapi tertekan. Kuadran III yaitu daerah/kecamatan yang berkembang cepat dan kuadran IV yaitu daerah/kecamatan yang relatif tertinggal 5.
Ketimpangan Regional pada PDRB Tingkat Nasional (Prastiti, PDRB per kapita 2006)
Indeks Williamson
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat bahwa kesenjangan pada periode 19932003 semakin merata. Hal tersebut ditunjukkan dengan ketipangan PDRB per kapita pada tahun 1993 sebesar 1,5247 kemudian pada tahun 1996 terus meningkat menjadi 1,6794 dan sampai pada tahun 2007 ketimpangan semakin menurun menjadi 1,6778. Pada tahun 2003 ketimpangan menjadi 0,8974.
6.
Identifikasi Pertumbuhan dan PDRB Ketimpangan Ekonomi Antar PDRB Per kapita Provinsi di Indonesia (Iqbal 2014) Laju pertumbuhan ekonomi Data Jumlah penduduk
Pertumbuhan ekonomi
Dari penelitian ini diharapkan dapat : 1. Mengetahui dinamika pertumbuhan ekonomi antar Provinsi di Indonesia tahun 2001-2010 2. Mengetahui dinamika ketimpangan ekonomi antar Provinsi di Indonesia tahun 2001-2010 3. Mengetahui hubungan antar laju pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan ekonomi di Indonesia
Indeks Entropi Theil
Data Pertumbuhan ekonomi dan data ketimpangan ekonomi
Statistik korelsi (Product moment pearson)
10
1.6.
Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka merupakan ulasan mengenai penelitian terdahulu yang ada kemiripan obyek atau permasalahan yang memiliki kaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Tinjauan pustaka ini dapat berupa buku, literatur, laporan, skripsi, tesis dan disertasi. Tinjauan pustaka
diperlukan untuk menjamin apa penelitian ini benar-benar
original dan bukan plagiat bahkan bukan sekedar pengulangan atas apa penelitian sebelumnya. Tinjauan Pustaka dalam penelitian ini membahas mengenai ruang lingkup dan kajian geografi antara lain pendekatan geografi, teori pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pertumbuhan ekonomi antarwilayah, tipologi wilayah serta analisis korelasi. Adapun beberapa bahasan yang tercakup dalam tinjauan pustaka akan dideskripsikan sebagai berikut:
1. pengertian dan ruang lingkup geografi Geografi terdiri dari dua kata “geo” berarti bumi dan “graphein” berarti mencitra.
Ilmuan
“geografika”.
Kata
asal
Yunani
tersebut
Eratoshenes
juga
terdiri
mengemukakan dari
dua
kata
kata yaitu
“geo” yang berarti bumi dan “graphika” berarti lukisan atau tulisan. Kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi. (Bintarto ,1977) mengemukakan, bahwa Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan juga mencoba mencari unsur dan fungsi dalam pendekatan ruang dan waktu. Jemes mengemukakan geografi adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menepati permukaan bumi. Selain itu geografi selalu berkaitan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan tempat hidupnya. Ikatan Geograf Indonesia (1988), merumuskan bahwa Geografi sebagai ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan. 11
Berdasarkan konsep di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu ruang yang ada dipermukaan Bumi serta mempelajari adanya hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya. Dengan menggunakan tiga pendekatan utama, yaitu keruangan, lingkungan dan kompleks wilayah. Ilmu Geografi sangat erat kaitannya dengan alam dan manusia yang menjadi satu kesatuan. Dalam hal ini alam sebagai ruang dan manusia sebagai pelaku pemanfaatan ruang tersebut. Variasi ruang berupa perbedaan dan persamaan ruang menghasilkan adanya pergerakan, adanya keterkaitan atau hubungan dan pewilayahan. Beberapa kegiatan seperti perdagangan, pariwisata, transportasi dan lain sebagainya muncul karena adanya perbedaan dan persamaan lokasi di permukaan Bumi.
Keterpaduan aspek fisik dan manusia merupakan ciri khas dari ilmu Geografi. Seperti yang dikemukakan oleh Johnston (1985) “Geography as a discipline that straddles the art, the social sciences and natural science, and which therefore synthesized earth knowledge as opposed to the more specialist, systematic disciplines. Thus a combination of both physical and human geography has been promoted by many as providing both core and the raison d’etre of the discipline, there are no geography wthout both, and without geography knowledge about fragmented and unsatisfactory”. Tabel 1.2 Pembagian Ilmu Geografi Astronomi
Geografi Penduduk
Biogeografi
Geografi Ekonomi
Hidrogeografi
Geografi Sejarah
Klimatolohi Aspek Fisik
Meteorrologi
Geografi Politik Kontunuitas Geografi
Geografi Sosial
Geologi
Geografi Budaya
Geografi Tanah
Geografi Prilaku
Geomorfologi
Geografi desa dan kota 12
Aspek Manusia
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa Geografi dibedakan menjadi dua tipe yaitu geografi sistematik dan geografi regional. Geografi sistematik memperhatikan unsur-unsur fisik dan manusia secara terpisah. Adapun bagian yang termasuk dalam geografi sistematik ialah : 1. Geografi fisik mempelajari bagian permukaan Bumi yang dibentuk karena adanya interaksi dan interdependensi bentuk lahan, batuan, air, udara, hewan, tumbuhan dan manusia yang kesemuanya itu membentuk satu kesatuan. Biasanya bidang yang terkait yaitu Geologi, Geomorfologi, Klimatologi, Geogarfi tanah, Meteorologi, Hidrologi serta Geografi tumbuhan dan hewan 2. Geografi manusia mempelajari berbagai aspek kehidupan manusia dipermukaan bumi yang di dalamnya membentuk suatu sistem yang menjadi satu kesatuan. Adapun penyusun sistem tersebut antara lain Geografi penduduk, Geografi ekonomi, Geografi politik, Geografi sosial, budaya dan prilaku manusia serta Geografi yang mempelajari hubungan kota dan desa 3. Geografi teknik ialah ilmu geografi yang mempelajari bagaimana cara menampilkan atau memvisualisasikan permukaan Bumi. Adapun ilmu yang termasuk di dalamnya yakni Kartografi, Pengindraan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.
Perpaduan antara Geografi fisik dan Geografi manusia diwujudkan dalam Geografi regional. Ilmu Geografi regional merupakan wujud integrasi dari Geografi sistematik dengan mengambil unsur lokasi atau tempat sebagai sudut pandangnya. Geografi regional lebih menekankan pada perbedaan dan persamaan wilayah yang ada di permukaan Bumi. Wilayah yang dapat dikaji dapat berarti sempit ataupun luas. Contoh wilayah yang sempit yaitu desa atau kecamatan, sedangkan wilayah yang dikatakan luas mencakup kota, Provinsi, Negara ataupun Benua.
13
A. Bidang Kajian Geografi Obyek kajian dari ilmu Geografi adalah Geosfer yang mencakup semua lapisan yang ada di Bumi. Lapisan tersebut terdiri dari : a. lapisan udara (Atmosfer) yang dibentuk dari iklim, dan cuaca b. lapisan kehidupan (Biosfer) yang tersusun atas hewan dan tumbuhan c. lapisan batuan (lithosper) yang terbentuk dari bentang alam berupa plato (dataran tinggi) pegunungan, perbukitan, dataran rendah, gunung api d. lapisan air (Hidrosfer) berupa laut, danau, sungai dan air tanah atau aquifer e. lapisan tanah (Pedosfer) yang tersusun dari beberapa lapisan tanah f. lapisan manusia (Antrophosfer) yang merupakan interaksi masusia dengan manusia lainnya serta lingkungannya. Sehingga menjadikan adanya kegiatan ekonomi, sosial, politik dan lain lain
B. Pendekatan dalam Geografi Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam mengamati fenomena Geosfer. Pertama analisis keruangan, kedua analisis ekologikal dan yang ketiga analisis kompleks wilayah. (Hagget, 1975) 1. Analisis Keruangan Terdapat tiga konsep penting dalam mengkaji suatu ruang. Terdapat tiga konsep yang saling terkait, yaitu spatial context, spatial pattern dan spatial dimension. Dalam konteks tersebut terdapat unsur alam dan unsur manusia sehingga menghasilkan berbagai kenampakan. Kenampakan yang berbeda yang memiliki karekater tertentu disebut dengan spatial pattern. Perbedaan kenampakan tersebut diukur dalam dimensi yang terkait dengan unsur jarak, arah, dan lokasi. (Chapman, 1979 dalam Maryani 2006:8) 2. Analisis Ekologi Prinsip dasar analisis ekologi yaitu ada atau tidaknya keterkaitan antara jaring kehidupan. Analisis ini lebih menekankan antara hubungan mahluk hidup dengan kondisi lingkungan atau tempat 14
hidupnya yang berkaian dengan Ekologi. Dalam kehidupan tentunya akan ditemui saling ketergantungan antara mahluk hidup dengan lingkungannya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya kondisi iklim suatu wilayah tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup tumbuhan yang ada di wilayah tersebut. 3. Analisis Kompleks Wilayah Prinsip dasar dalam analisis kompleks wilayah ialah adanya region, dan regional. Region merupakan kesatuan daerah dengan batas administrasi. Sedangkan regional merupakan adanya usaha untuk mengeneralisasi berdasarkan keseragaman ataupun perbedaan yang ada di permukaan Bumi. Analisis kompleks wilayah dapat juga dikatakan sebagai analisis yang berdasarkan batasan kegiatan mahluk hidup didasarkan atas kesamaan atau perbedaan.
C. Kaitan Ilmu Ekonomi Regional dengan Geografi Ekonomi Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang ketersediaanya atau kemampuan orang mendapatkannya terbatas, sedangkan ilmu Geografi Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari keberadaan kegiatan di suatu lokasi dan bagaimana wilayah sekitarnya beraksi atas kegiatan tersebut (Tarigan, 2012:1). Halhal yang dibahas dalam geografi ekonomi, antara lain mengenai teori lokasi. Untuk kedua ilmu tersebut ada kesemaan beberapa istilah yang digunakan misalnya nodal, wilayah, homogen, kota dan sebagainya, namun menggunakan pendekatan yang berbeda. Pemikiran ekonomi regional sudah dicetuskan oleh beberapa ahil diantaranya Von Thunen (1826), Weber (1929), Ohlin (1939) dan Losch (1939), namun Walter Isard adalah orang pertama yang memberikan wujud atas ilmu ekonomi regional dengan diterbitkannya disetasi yang berjudul Location and space Economics (1956). Beberapa teori dan model yang diadopsi untuk mendukung perkembangan ekonomi regional :
15
a. Ekonomi neoklasik yang menyumbangkan model umum kompetensi dan prilaku rasional b. Ada juga tambahan dari dasar-dasar ilmu fisika diantaranya analisis gravitasi dan model entropi yang memahami pola interaksi spasial c. Teori pertanian Von Thunen, teori lokasi industri Weber dan juga teori tempat sentral Losch dan Chirstaller d. geometri yang menyajikan berbagai aksioma, hitungan baku dan teorema yang dilandasi hukum morfologi spasial (Bunge, 1975 dalam Yunus 2006)
2.Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses meningkatnya output dalam jangka waktu panjang (Boediono, 1985 dalam Tarigan, 2009:46). Menurut Mankiw (2001:126) Pertumbuhan ekonomi dapat diukur dengan menggunakan indikator PDRB. Jika ingin mengetahui apakah terjadi pertumbuhan ekonomi dalam suatu wilayah, maka harus dipertimbangkan PDRB rill satu tahun (PDRBt) dengan PDRB rill tahun sebelumnya (PDRB -t) atau dapat diformulasikan sebagai berikut : PDRB(t)- PDRB(-t) x 100 % PDRB(-t) keterangan: PDRB t = tahun pengamatan PDRB PDRB -t = tahun pengamatan PDRB sebelumnya
Dalam mengukur pertumbuhan ekonomi tentunya menggunakan indikator yang tepat, adapun beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan perekonomian yaitu (Nur Pratama, 2010) :
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Bruto (PDB) atau jika ditingkat regional dikenal dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ialah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah 16
tertenu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga kostan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB merupakan suatu indikator pertumbuhan ekonomi yang bersifat global. PDRB dan PDB bukan merupakan alat ukur yang sesungguhnya untuk dapat mengetahui kesejahteraan penduduk.
b. Produk Domestik per kapita Produk Domestik Bruto per kapita merupakan skala yang digunakan untuk dapat mengukur petumbuhan ekonomi suatu daerah. penggunaan produk domestik per kapita dinyatakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal tersebut disebabkan nilai produk domestik per kapita dapat menggambarkan besar pendapatan daerah dan sekaligus menggambarkan kesejahteraan penduduk suatu daerah.
3. Teori Basis Ekspor Teori basis ekspor merupakan suatu bentuk model pendapatan yang sederhana (Adisasmita, 2005:27). Dalam ekonomi regional aktvitas ekonomi digolongkan menjadi dua macam yaitu aktivitas basis dan non basis. Aktivitas atau kegiatan basis merupakan aktivitas yang beroreantasi ekspor untuk barang dan jasa ke luar daerah batas perekonomian, sedangkan aktivitas non-basis merupakan aktivitas yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di dalam daerah tersebut. Salah satu teknik yang lazim digunakan yaitu LQ (location quotient). LQ memiliki fungsi untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau non-basis. Salah satu indikator yang digunakan untuk 17
teknik analisis LQ yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut formulasi matematisnya, yakni :
Keterangan : VR1
: Jumlah PDRB suatu sektor Provinsi/koridor
VR
: Jumlah PDRB total sektor Provinsi/koridor
V1
: Jumlah PDRB suatu sektor tingkat Nasional
V
: Jumlah PDRB total sektor tingkat Nasional Berdasakan hasil perhitungan LQ, maka dapat dianalisis dan
disimpulkan sebagai berikut : Jika nilai LQ lebih besar dari satu, merupakan sektor basis, artinya tingkat spesialisasi Provinsi atau koridor lebih tinggi dari tingkat Nasional Jika nilai LQ lebih kecil dari satu, merupakan sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari tingkat Nasional Jika LQ = 1, berarti tingkat spesialisasinya Provinsi atau koridor sama dengan tingkat Nasional.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi wilayah Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah yaitu infrastruktur, SDM, anggaran pembangunan dan tabungan atau investasi. Adanya beberapa faktor berikut tentunya akan dapat membantu dalam menentukan kebijakan yang tepat dalam rangka mewujudkan peningkatan pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah serta diharapkan akan mampu mengurangi kesenjangan ekonomi antarwilayah. Berikut deskripsi keempat faktor tersebut. a. Infrastruktur Terselenggaranya pembangunan proyek, kegiatan ekonomi, sosial, budaya tentunya dihubungkan dengan kondisi infrastruktur suatu wilayah. Salah satu elemen terpenting dalam pembangunan wilayah 18
yaitu infrastruktur. Dengan adanya infrastruktur, maka seluruh kegiatan akan terfasilitasi dan terintegrasi. Contoh jika terdsedia jalan raya, maka akan dapat membantu dalam memberikan aksesibilitas dari wilayah satu ke wilayah lainnya. Selain jalan raya masih banyak infrastruktur lainnya seperti air bersih, telekomunikasi, pertanian irigasi, dan lain-lain.
b. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia berpengaruh pada faktor terhadap proses produksi. Jika kondisi tenaga kerja dalam suatu wilayah berkualitas, maka hasil produksi yang didapatkan relatif baik dengan kata lain memiliki kualitas yang tinggi. Hal tersebut mencerminkan bahwa tenaga
kerja
merupakan
faktor
positif
dalam
merangsang
pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan kualitas pendidikan, tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pola pikir. Sehingga dengan tingkat pendidikan akan dapat meningkatkan produktivitas. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesehatan. Jika tingkat pendidikan tinggi, maka tingkat kesehatan juga relatif tinggi, hal tersebut disebabkan pendidikan mengenalkan pola hidup sehat. Jika tingkat pendidikan rendah, maka tingkat kesehatan akan relatif rendah. Tingkat kesehatan yang rendah akan mempengaruhi produktivitas. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kualitas kesehatan diberikan pelayanan kesehatan yang baik untuk masyarakat. Jika kesehatan baik, maka kondisi tenaga kerja akan tetap dapat menjaga kestabilan produktivitas dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi.
c. Anggaran Pembangunan Dana Pembangunan yang digunakan untuk membangun suatu wilayah yaitu dengan menggunakan anggaran daerah. Salah satu variabel dalam melihat kondisi pertumbuhan ekonomi yaitu didasarkan dari anggaran pembangunan. Variabel ini merupakan 19
salah satu variabel terpenting dalam mengukur keberhasilan untuk pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dengan menggunakan anggaran
pembangunan, maka
akan
dapat digunaan
untuk
pembangunan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat demi mencapai tujuan yakni kesejahteraan masyarakat. Masyarakat yang sejahtera merupakan indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan kesejahteraan masyarkat,
maka
wilayah
tersebut akan mengalami
proses
perkembangan dan mengalami kemajuan dalam perekonomian. d. Tabungan (invetasi) Teori model Solow menjelaskan bahwa tingkat invetasi atau tabungan dalam jangka waktu yang lama dalam perekonomian dapat menunjukkan suatu ukuran terhadap ketersediaan modal. Semakin tinggi angka tabungan, maka persediaan modal yang ada juga tinggi dan juga dengan tingginya persediaan modal, maka akan dapat membantu untuk meningkatkan output (Mankiw, 2004). Kenaikan tingkat tabungan memunculkan periode pertumbuhan yang cepat, namun pada akhirnya pertumbuhan itu akan melambat ketika kondisi mapan telah dicapai wilayah tersebut. Sehingga ada dugan bahwa nilai tabungan atau investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
5. Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antarwilayah terjadi karena ketidakseimbangan pada pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dalam kegiatan ekonomi ketimpangan ekonomi antarwilayah sangat umum terjadi. Ketimpangan muncul karena adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi geografi di masing-masing wilayah. Kemampuan wilayah dalam membangun juga bergantung terhadap dua aspek tersebut Oleh karena itu terjadi perbedaan pembangunan ekonomi antarwilayah. Setiap wilayah pasti ada wilayah yang maju dan wilayah kurang maju atau terbelakang.
Ketimpangan
merupakan 20
implikasi
dari
kesejateraan
masyarakat antarwilayah. Sehingga dapat mempengaruhi pemerintah dalam menentukan kebijakan (Sjafrizal, 2008:107). Beberapa faktor utama penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi menurut (Sjafrizal, 2008:119-121) adalah : a. Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Alam Adanya perbedaan yang sangat besar terkait kualitas dan kuantitas sumberdaya alam pada masing-masing wilayah sehingga dapat mendorong timbulnya ketimpangan pembangunan antarwilayah. Perbedaan kuantitas dan kualitas sumber daya alam tentunya mempengaruhi kegiatan produksi pada wilayah yang bersangkutan. Wilayah yang memilliki kualitas dan kuantitas SDA yang baik tentunya dalam memproduksi suatu barang akan memakan biaya yang relatif murah jika dibandingkan dengan wilayah yang kualitas dan kuantitas SDM kecil. b. Perbedaan Kondisi Demografis Kondisi demografis yaitu perbedaan tingkat perumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, serta perbedaan pada kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku atau kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat wilayah tersebut. c. Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa. Mobilitas
barang
dan
jasa
meliputi
kegiatan
perdagangan
antardaerah dan migrasi. Apabila mobilitas tersebut kurang lancer, maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat dijual ke daerah lain yang membutuhkan. Migrasi yang kurang lancar dapat menyebabkan kelebihan tenaga kerja pada suatu daerah. Akibatnya daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya d. Perbedaan Konsentrasi Kegiatan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi daerah akan cenderung lebih cepat pada daerah yang memiliki konsentrasi kegiatan ekonomi cukup besar. Kondisi ini akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat. 21
e. Alokasi Dana Pembangunan antarwilayah Investasi merupakan salah satu yang sangat menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Daerah yang mendapat alokasi investasi yang lebih besar dari pemerintah atau dapat menarik lebih banyak investasi swasta akan cenderung mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketimpangan, yaitu
(a)
penyebaran
pembangunan
prasarana
perhubungan;
(b)
mendorong transmigrasi dan migrasi spontan; (c) pengembangan pusat pertumbuhan; dan (d) pelaksanaan otonomi daerah. Menurut Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi uang dihasilkan oleh beberapa orang saja akan menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan yang semakin parah. Kemiskinan dan ketimpangan akan menimbulkan pengaruh negatif yang dapat merugikan masyarakat. Ketimpangan pendapatan yang ekstrim menyebabkan inefisiensi ekonomi, masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai pendidikan bagi anak mereka ataupun mengembangkan bisnis. Disparitas (kesenjangan) pembangunan antardaerah dapat dilihat dari kesenjangan berdasarkan: (a) pendapatan per kapita, (b) kualitas sumber daya manusia, (c) ketersediaan sarana dan prasarana seperti transportasi, energi dan telekomunikasi, (d) pelayanan sosial seperti kesehatan, pendidikan, dan sebagainya serta (e) akses ke perbankan. Kesenjangan pembangunan antardaerah yang terjadi selama ini terutama disebabkan oleh: (a) distorsi perdagangan
antardaerah, (b) distorsi pengelolaan
sumber daya alam dan (c) distorsi sistem perkotaan-perdesaan. Distorsi sistem perkotaan-perdesaan menggambarkan tidak berfungsinya hirarki sistem kota, sehingga menimbulkan over-concentration pertumbuhan pada kota-kota tertentu, terutama kota-kota besar dan metropolitan di Pulau Jawa. Di sisi lain, pertumbuhan kota-kota lain dan perdesaan relatif lebih tertinggal. Padahal idealnya, sebagai suatu sistem perkotaan-perdesaan, terdapat keterkaitan dan interaksi yang positif baik antartipologi kota 22
maupun antara perkotaan dengan perdesaan. Dalam perspektif tersebut, perkotaan perdesaan merupakan satu kontinum (Dartanto, 2003). Indeks yang lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan antarwilayah yaitu indeks Entropi Theil (Akita dan Alisyahbana, 2002). Indeks Entropi Theil merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur ketimpangan dan konsentrasi industri yang menawarkan tentang pendapatan regional per kapita dan kesenjangan pendapatan. Adapun rumusan dari Indeks Entropi Theil adalah sebagai berikut (Akita dan Alisyahbana, 2002:111) :
Keterangan : Td
= Indeks Entropi Theil
Yij
= PDRB per kapita Provinsi/koridor tertentu
Y
= Jumlah PDRB per kapita total (Nasional)
n
= Jumlah penduduk Provinsi/koridor tertentu
N
= Jumlah penduduk total (Indonesia)
6. Tipologi Wilayah (Klasesn) Pendekatan
tipologi
wilayah
digunakan
dengan
tujuan
untuk
mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur ekonomi masingmasing Provinsi. Adapun alat ukur yang digunakan yaitu tipologi Klassen dengan pendekatan wilayah/Provinsi berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita masing-masing Provinsi. Dengan menentukan PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal dan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal. Dengan menggunakan tipologi Klassen ini wilayah akan termasuk ke dalam empat tipe/ karakteristik pertumbuhan ekonomi yang berbeda. (H. Aswandi dan Kuncoro, 2002) a. Daerah bertambah maju dan cepat Merupakan daerah yang mengalami laju pertumbuhan PDRB dan rata-rata pendapatan per kapita lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya. Daerah tersebut pada dasarnya dapat dikatakan 23
paling maju, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat pembangunan maupun pertumbuhan penduduknya. Bertambahnya penduduk tidak menyulitkan daerah ini untuk berkembang karena hal terebut diiringi dengan potensi kualitas dan kuantitas sumberdaya alam yang melimpah jadi daerah ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pembangunan terutama dalam hal menyejahterakan masyarakat. b. Daerah maju tapi tertekan Daerah ini relatif maju, namun laju pertumbuhannya lama kelamaan menurun karena adanya tekanan kegiatan internal dalam suatu wilayah. Walaupun dalam kondisi sekarang daerah ini termasuk dalam daerah maju, namun dimasa mendatang dapat diperkirakan akan terjadi penurunan pada pertumbuhanya. Hal tersebut karena adanya
konsentrasi
kegiatan
perumbuhan
dalam
rangka
meningkatkan pembangunan tapi pada dasarnya hal tersebut malah membuat daerah ini tertekan. c. Daerah sedang tumbuh Daerah ini memiliki potensi yang sangat baik dalam hal pengembangan wilayah. Tapi daerah ini butuh perhatian khusus karena terkait akan pengolahannya. Walaupun tingkat pertumbuhan PDRB per kapita yang tinggi, namun dalam kenyataannya pembangunan yang dicapai masih relatif rendah. Oleh karena itu dengan potensi SDA dan SDM yang baik, maka diperkirakan daerah ini akan berkembang pesat, namun tetap butuh perhatian dan strategi pengolahan yang efektif d. Daerah relatif tertinggal Daerah yang relatif teritinggal adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan per kapita total. Pertumbuhan dan pendapatan dalam bahasan ini terkait dengan tingkat kesejahteraan penduduknya. Kondisi daerah yang seperti ini menggambarkan bahwa daerah ini akan sulit berkembang. Salah satu pemicu agar 24
daerah ini dapat lebih maju yaitu dengan cara peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan pengembangan pada sarana dan prasarana pendidikan sehingga secara bertahap dengan peningkatan kualitas SDM diperkirakan akan dapat mengejar ketinggalannya dari daerah-daerah maju.
7. Analisis Korelasi Analisis Korelasi adalah analisis yang bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel. Analisis korelasi tidak menunjukkan hubungan fungsional. Bahwa analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen (Sunyoto, 2012:138). Salah satu jenis dalam melakukan analisis korelasi yaitu korelasi pearson product moment. Korelasi pearson product moment dilambangkan “r” dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ +1). Adapun rumus korelasi Pearson Product Mument (r) adalah sebagai berikut :
Keterangan : x
: Variabel laju pertumbuhan ekonomi wilayah
y
: Variabel tingkat ketimpangan wilayah
n
: Jumlah sampel
r
: Nilai korelasi pearson
1. Pedoman signifikansi bagi korelasi Jika nilai sig. atau nilai probabilitas > 0,05, maka tidak ada korelasi yang nyata antar dua variabel. Jika nilai sig. atau nilai probabilitas < 0,05, maka ada korelasi yang nyata antar dua variabel.
2. Pedoman arah korelasi 25
Jika nilai Pearson Correlation “+”,maka arah hubungan positif. Jika nilai Pearson Correlation “-”, maka arah hubungan negatif.
3. Pedoman menentukan kuat tidaknya hubungan Jika nilai Pearson Correlation > 0,5, maka ada korelasi kuat. Jika nilai Pearson Correlation < 0,5, maka ada korelasi kurang kuat.
8. Strategi Kebijakan Pembangunan Wilayah Menurut Sjafrizal (2012) upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi terdiri atas : a) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana Tersedianya sarana prasarana merupakan syarat mutlak guna mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Dengan tersedianya sarana prasarana daerah yang cukup dengan memiliki kualitas yang baik, maka dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk melakukan investasi di daerah tersebut. b) Pengembangan kawasan industri Salah satu kebijakan atau strategi yang cukup ampuh dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yakni dengan melakukan
pengembangan
industri.
Kekuatan
utama
dalam
mengembangkan industri terletak pada keuntungan aglomerasi. Pengembangan kawasan industri dapat meningkatkan daya saing antar industri. Selain itu, dengan melakukan pengembangan industri dapat membantu mengurangi pencemaran lingkungan dikarenakan limbah yang dihasilkan oleh industri yang dapat dikendalikan dengan menyediakan fasilitas penanggulangan limbah kawasan industri. c) Penciptaan iklim investasi yang kondusif Mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah bisa juga diwujudkan dengan iklim investasi yang kondusif. Alasannya karena investasi secara umum banyak dilakukan di area perkotaan saja tanpa 26
memperhatikan
perdesaan.
Iklim
yang
kondusif
ini
dapat
diwujudkan dengan cara melakukan pembangunan infrastruktur, membangun kantor pelayanan terpadu dan mengurangi pungutan liar (pungli).
Selian itu, Sjafrizal (2012) menjelasakan beberapa cara penanggulangan ketimpangan pembangunan wilayah berdasarkan penyebab ketimpangan yang telah dijelaskan pada sub bab delapan diatas, sebagai berikut. a) Penyebaran pembangunan prasarana perhubungan Salah satu penyebab ketimpangan ekonomi antarwilayah karena adanya perbedaan sumberdaya alam yang cukup besar antardaerah. Permasalahannya terletak pada ketidaklancaran proses perdagangan dan mobilitas produksi antardaerah. Oleh sebab itu dimunculkan upaya untuk mendorong kelancaran mobilitas tersebut melalui penyebaran
pembangunan
prasarana
perhubungan,
misalnya
pembangunan jalan, jembatan dan pelabuhan. b) Mendorong transmigrasi spontan Kebijakan mendorong
lain
dalam
penanggulangan
pelaksanaan
transmigrasi
dan
ketimpangan migrasi
yakni spontan.
Transmigrasi merupakan cara pemindahan penduduk ke daerah yang kurang berkembang dengan menggunakan fasilitas dan dukungan dari pemerintah, sedangkan migrasi spontan merupakan perpindahan penduduk yang dilakukan secara sukarela dengan menggunakan sumberdaya sendiri. Dengan adanya kebijakan seperti ini minimal akan dapat mengatasi permasalahan kekurangan SDM yang berkualitas terutama di daerah-daerah kurang berkembang. c) Pengembangan pendidikan antarwilayah Salah satu unsur penting dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah yakni dengan meningkatkan kualitas SDM yang ada. Peningkatan SDM jelas penting dilakukan guna meningkatkan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja. Di samping itu, melalui pengembangan pendidikan dapat mendorong 27
proses inovasi dan perbaikan teknologi produksi dan akhirnya dapat meningkatkan tingkat efisiensi usaha. d) Pengembangan pusat pertumbuhan kebijakan
lain
yang
dapat
dilakukan
guna
meminimalisir
ketimpangan antardaerah yakni melalui pengembangan pusat pertumbuhan secara tersebar. Pusat pertumbuhan tidak selalu berada di pusat kota, namun dapat juga dibuat di perdesaan guna meningkatakan perkembangan Desa tersebut. e) Pelaksanaan otonomi daerah Adanya otonomi daerah dan desentralisasi pembangunan dapat digunakan untuk mengurangi ketimpangan. Dengan dilaksanakannya otonomi
daerah
dan
desentralisasi
pembangunan,
maka
perkembangan daerah terbelakang dapat digerakkan. Otonomi daerah
merupakan
suatu
kewenangan
yang
diberikan
oleh
pemerintah pusat guna melakukan pengelolaan potensi daerah seoptimal dan sebaik-baiknya.
1.7. Kerangka Pemikiran Ketimpangan merupakan suatu masalah yang sering dihadapi di Negara yang memiliki status Negara berkembang seperti Indonesia. Ketimpangan wilayah merupakan salah satu masalah yang belum bisa dihilangkan di Negara ini. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka akan ada harapan bahwa pendapatan per kapita masyarakat dapat meningkat. Dengan sejalannya pendapatan per kapita yang terus meningkat dan merata, maka diharapkan terciptanya masyarakat yang sejahtera dan dapat membantu dalam rangka menghilangkan masalah ketimpangan, namun kenyataannya dalam pembangunan ekonomi di Indonesia masih saja mengalami ketimpangan.
28
Pola Wilayah
Pembangunan
Kluster Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi
6 Kluster wilayah
Tipologi Wilayah (Klassen)
Ketimpangan Ekonomi (Indeks Entropi Theil)
Pola Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Ketimpangan Wilayah
Tipologi Wilayah
Implikasi Kebijakan Pembangunan Wilayah Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
29
Kebijakan Wilayah
1.8.
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang telah dideskripsikan pada bab sebelumnya, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana laju pertumbuhan ekonomi per koriodor di Indonesia tahun 2001-2010 ? 2. Sektor PDRB apa saja yang menjadi dominan pada setiap koridor ekonomi di Indonesia ? 3. Bagaimana hasil tipologi Klassen perbandingan antara laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita antarkoridor dan antar-Provinsi di Indonesia ? 4. Bagaimana tingkat ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia dan koridor ekonomi di Indonesia ? 5. Bagaimana hubungan atau korelasi antara laju pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan ekonomi yang ada di Indonesia ? 6. Bagaimana hasil tipologi wilayah antara laju pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan ekonomi di Indonesia 7. Implikasi kebijakan apa saja yang tepat untuk diterapkan dalam menjawab
hasil
analisis
laju
ketimpangan ekonomi di Indonesia ?
30
pertumbuhan
ekonomi
dan