1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan dalam kehidupan manusia, serta ketersediaannya memberikan pengaruh besar terhadap kemajuan pembangunan. Meningkatnya aktivitas manusia dan besarnya tuntutan untuk mendapatkan kepraktisan dan kenyamanan hidup manusia, berakibat pada meningkatnya konsumsi energi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM (2012), dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Angka tersebut berada di atas pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu 2,6% per tahun. Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi tersebut hampir 95% dipenuhi dari bahan bakar fosil. Dari total tersebut, 50%-nya merupakan Bahan Bakar Minyak (BBM). Saat ini, Indonesia hanya memiliki cadangan BBM terbukti minyak 3,7 miliar barel atau 0,3% dari cadangan terbukti dunia. Hal ini yang membuat pemerintah menghemat bahan bakar energi dan terus mencari sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu sumber energi yang diharapkan sebagai energi alternatif adalah energi panas bumi (Gita, 2013). Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam fluida dan batuan di bawah permukaan bumi. Potensi panas bumi Indonesia mencapai 40 % dari potensi panas bumi di dunia. Potensi energi panas bumi yang dimiliki Indonesia mencapai 28.000 MWe dengan potensi sumber daya 13.440 Mwe. Potensi tersebut setara dengan konsumsi listrik untuk 31 juta konsumen rumah tangga pemakai daya 900 volt ampere (VA) atau 62 juta rumah tangga konsumen golongan terbawah (450 VA) di Indonesia. Penggunaan energi panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik hanya sekitar 3 % dari seluruh listrik yang dibangkitkan oleh PLN. Hal ini disebabkan lokasi potensi panas bumi yang berada dalam kawasan hutan. Pengembangan panas bumi di kawasan hutan masih menghadapi banyak hambatan, terutama ketidaksinkronan regulasi pemerintah di sektor energi dan kehutanan. Data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian
2
Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) tahun 2010 menyebutkan potensi panas bumi yang berada dalam kawasan hutan konservasi sebanyak 41 titik dengan kapasitas 5.935 MW, dalam kawasan hutan lindung (46 titik) dengan potensi 6.623 MW, dan dalam kawasan hutan produksi (37 titik) dengan potensi 3.670 MW. Para pelestari lingkungan masih melihat kegiatan panas bumi di kawasan hutan berisiko terhadap kelestarian ekosistem hutan. Beberapa upaya untuk mengatasi kendala kebijakan itu telah dan sedang dilakukan pemerintah yang didukung kalangan praktisi panas bumi. Pihak KESDM masih berupaya merevisi Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi, sedangkan Kementerian Kehutanan berupaya merevisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya ( WWF, 2013). Kabupaten Simalungun terletak antara 02º36’- 03º18’ Lintang Utara dan 98º32’- 99º35’ Bujur Timur dengan luas 4.386,60 km2 . Berdasarkan data sensus penduduk kabupaten Simalungun tahun 2013 jumlah penduduk Simalungun setiap tahunnya meningkat, seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1. Data Sensus Penduduk Kabupaten Simalungun (2012).
1.
2008
Jumlah Penduduk 853.112
2.
2009
859.879
1
-
3.
2010
817.720
5
187
4.
2011
828.778
1
189
5.
2012
830.986
-
190
No Tahun
Pertumbuhan Penduduk (%) 1
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 194
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2013.
Kebutuhan Listrik di kabupaten Simalungun di pasok oleh PLN wilayah II. Sekitar 6,22 % rumah tangga di Simalungun belum menikmati penerangan listrik PLN (Badan Pusat Statistika, 2013).
3
Berdasarkan peta geologi, kabupaten Simalungun memiliki potensi sumber panas bumi yang terletak di Kecamatan Silau kahean, desa Dolok Morawa. Beberapa penelitian pernah dilakukan di panas bumi Tinggi Raja, diantaranya penyelidikan
oleh Kelompok Program Penelitian Panas Bumi (2006),
menyatakan fluida di Daerah Panas Bumi Dolok Marawa bersifat netral, didominasi air panas (hot water-dominated), geothermometer fluida 180 °C, termasuk dalam kategori entalpi sedang dan potensi cadangan terduga 49-50 Mwe. Kemudian Tambunan (2010), mengemukakan suhu air permukaan pada panas bumi Dolok Morawa adalah 60 0C – 66,5 0C dengan pH netral sebesar 6,487,63 dengan kosentrasi rata-rata unsur yang paling banyak adalah kalsium mencapai 135,81 Ppm, selanjutnya unsur kedua adalah Natrium (108,97 Ppm) dan Silika (82,28 Ppm) serta unsur yang paling sedikit adalah Kalium sebesar 30,44 Ppm. Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Geolistrik tersebut didasarkan pada parameter fisis yaitu hambatan jenis (resistivitas) untuk mengkarakterisasikan keadaan fisis bawah permukaan yang diasosiasikan dengan material dan kondisi bawah permukaan (Farid, dkk., 2008). Konfigurasi geolistrik yang digunakan adalah konfigurasi schlumberger. Konfigurasi schlumberger biasa dilakukan sebagai salah satu metode yang diterapkan pada penyelidikan terpadu dengan tujuan mempelajari struktur tahanan jenis daerah penyelidikan terutama dalam membantu membatasi daerah prospek panas bumi. Keuntungan konfigurasi schlumberger dibandingkan dengan konfigurasi lain adalah konfigurasi schlumberger dipakai untuk penyelidikan lebih dalam dan lebih sedikit membutuhkan pekerja karena elektro dan potensial jarang dipakai. Untuk hasil pemodelan 2-D (dua dimensi) didapatkan dari pengolahan data resistivitas dengan menggunakan program Res2Dinv sehingga diperoleh model penampang dua dimensi bawah permukaan sepanjang lintasan dimana nilai tahanan jenisnya dibedakan berdasarkan warna untuk melihat nilai resistivitas pada setiap lapisan (Naibaho, 2011).
4
Cara yang paling akurat untuk mengidentifikasi mineral batuan yaitu melalui metoda analisa difraksi sinar- X (Xray diffraction). Analisis XRD merupakan metode yang dapat memberikan informasi mengenai jenis mineral yang terdapat dalam suatu batuan. Data hasil XRD tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui karakteristik tiap mineral, persentase mineral, dan tingkat kristalinitas mineral (Silaban, 2001). Berdasarkan uraian masalah dan informasi di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “ Penentuan Pola Penyebaran Fluida Geothermal dan Identifikasi Mineral Batuan Daerah Panas Bumi Tinggi Raja Kabupaten Simalungun “ 1.2. Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah : 1. Cadangan bahan bakar minyak Indonesia terbatas sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat. 2. Penggunaan energi panas bumi di Indonesia masih sedikit yaitu sekitar 3 % dari seluruh listrik yang dibangkitkan oleh PLN. 3. Sekitar 6,22 % rumah tangga di Simalungun belum menikmati penerangan listrik PLN. 1.3. Batasan Masalah Yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di tiga lintasan yang berbeda di daerah panas bumi Tinggi Raja desa Dolok Morawa. 2. Resistivitas batuan di bawah permukaan daerah panas bumi Tinggi Raja diperoleh
dengan
metode
geolistrik
hambatan
jenis
konfigurasi
schlumberger. 3. Mineral penyusun batuan di daerah panas bumi Tinggi raja diperoleh dengan menggunakan uji XRD (X-Ray Difraction).
5
1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari batasan masalah maka masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana
mengetahui
pola
penyebaran
fluida
geothermal
berdasarkan nilai resistivitas (hambat jenis) dari lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan daerah panas bumi Tinggi Raja desa Dolok Morawa ? 2. Bagaimana mengetahui mineral penyusun batuan di daerah panas bumi Tinggi Raja dengan menggunakan uji XRD ? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pola penyebaran fluida geothermal di bawah permukaan bumi pada tiga lintasan yang berbeda berdasarkan nilai hambatan jenis dari lapisan-lapisan batuan di daerah panas bumi Tinggi Raja desa Dolok Morawa Kabupaten Simalungun. 2. Mengetahui mineral penyusun batuan pada daerah panas bumi Tinggi Raja. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi penelitian tentang sumber panas bumi yang ada di Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan informasi untuk eksplorasi selanjutnya untuk mendapatkan prospek potensi panas bumi sebagai tenaga pembangkit listrik.