BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Rumah Sakit Anak
2.1.1
Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan
kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: •
Mempermudah
akses
masyarakat
untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan; •
Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
•
Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit;
•
Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan (PERMENKES RI NO. 340/MENKES/PER/III/2010). 1.
Jenis Pelayanan Berdasarkan Jenis Pelayanannya, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi 2 tipe yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. a. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit ini memberi pelayanan kepada berbagai penderita, diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medis. b. Rumah Sakit Khusus 9
10 Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, misalnya Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Anak, Rumah Sakit Jantung, dan lain-lain. 2. Kepemilikan Kepemilikan Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta. a. Rumah Sakit Pemerintah Rumah sakit pemerintah adalah Rumah Sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah Sakit pemerintah dapat dibedakan berdasarkan fasilitas pelayanan dan peralatan menjadi empat kelas, yaitu Kelas A, B, C, dan D. b. Rumah Sakit Swasta Rumah
sakit swasta adalah Rumah Sakit umum milik suatu
perkumpulan atau yayasan tertentu, antara lain: 1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D. 2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit swasta yang
memberikan
pelayanan
medik
bersifat
umum
dan
spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C. 3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit swasta yang
memberikan
pelayanan
medik,
spesialistik
dan
subspesialistiksetara dengan rumah sakit pemerintah kelas B. 3. Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur Sesuai SK Menteri Kesehatan
No. 920/MENKES/PER/XII/1986
fasilitsa pelayanan rumah sakit dibagi sebagai berikut: a. Rumah Sakit Kelas A Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur. b. Rumah Sakit Kelas B
11 Rumah sakit kelas B dibagi menjadi: 1. Rumah Sakit B1, melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur. 2. Rumah Sakit B2, melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur. c. Rumah Sakit Kelas C Rumah sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan medik spesialisti dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kenadungan, dan kesehatan anak dengan kapasitas 100-500 tempat tidur. d. Rumah Sakit Kelas D Rumah sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100. 2.1.2
Rumah Sakit Anak Berdasarkan jenis pelayananya, Rumah Sakit Anak termasuk Rumah Sakit Khusus karena fungsinya sebagai rumah sakit yang memberikan pelayanan
pada satu bidang atau jenis perawatan berdasarkan golongan
umur, yaitu anak dengan usia 0-18 tahun (SK MENTRI KESEHATAN NO.920/MENKES/PER/XII/1986). Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit anak termasuk Rumah Sakit Swasta Madya karena memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik, setara dengan Rumah Sakit Pemerintah Kelas C. Faktor Penyebab Adanya Rumah Sakit Anak Penyebab adanya rumah sakit anak adalah sebagai berikut: a. Takut rumah sakit Suasana rumah sakit sering menjadi fenomena bagi anak. Jarum suntik, alat bedah, atau mungkin darah merupakan sesuatu yang sangat ditakuti oleh anak-anak. b. Kurang rasa aman dan nyaman Bangunan rumah sakit yang ada saat ini cenderung kurang memperhatikan unsur-unsur anak di dalamnya, sehingga anak-anak akan merasa tidak nyaman di dalamnya.
12 c. Kesadaran perlunya perlakuan khusus bagi anak Dalam bidang kesehatan, anak membutuhkan perlakuan yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa pada umumnya. Anak yang berada dirumah sakit, cenderung mengalami reaksi-reaksi kecemasan yang perlu penanganan khusus. Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Anak Pelayanan pada rumah sakit anak yang diberikan kepada pasien menurut SK MENTRI KESEHATAN NO.920/MENKES/PER/XII/1986, antara lain: 1.
Preventif Merupakan pelayanan untuk mencegah pasien terjangkit dari penyakit, hal ini dapat dilakukan dengan cara : • Konsultasi kesehatan • Penyuluhan tentang gizi anak • Imunisasi dan vaksin
2.
Kuratif Merupakan usaha penyembuhan pada pasien dengan cara pengobatan dan perawatan berupa: • Pembedahan • Pengobatan
3.
Rehabilitasi Merupakan tindakan penyembuhan kondisi fisik pasien setelah melampaui masa pengobatan berupa : • Perawatan atau pemulihan kesehatan • Perawatan bayi
Tinjauan kegiatan di Rumah Sakit Anak 1. Kegiatan Medis a. Poliklinik Merupakan khususnya
bagian
yang
melayani
pasien
rawat
jalan
pasien bayi atau anak. Poliklinik biasanya erdiri dari
beberapa poli, antara lain : •
Poli Umum (Pediatric)
•
Poli Gizi Anak (Odontologi)
13 •
THT Anak (Oto-Rino-Laringologi)
•
Tumbuh Kembang Anak
b. Unit Gawat Darurat (UGD) Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini bekerja tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga merupakan unit pengganti poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan pelayanan di UGD meliputi : -
Pasien diterima di UGD;
-
Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter;
-
Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk pulang, namun jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.
c. Farmasi Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obatobatan. Sasarannya adalah
pasien
poloklinik
dan
umum.
Pendistribusian obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan dan penunjang secara medis. d. Terapi Merupakan
kegiatan-kegiatan
fisik
yang
berguna
untuk
memulihkan kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan otototot motorik pada tingkat sederhana baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap. e. Bedah. Terdiri dari bagian operasi kecil pada pasien anak. f. Perawatan Perawatannya dibedakan antara perawatan normal dengan perawatan isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan neonatus dan anak, masing-masing bagian perawatan mendapat pengawasan dari stasiun perawat. Beberapa macam perawatan antara lain : -
Perawatan umum. Perawatan
kepada
pasien
yang
bersifat
umum, dalam arti tidak memiliki penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit lain. -
Perawatan isolasi. Merawat pasien
yang memiliki penyakit
khusus, biasanya jenis penyakit menular. Memiliki ruangan yang serba tertutup guna menghindari persebaran penyakit. g. ICU
14 Merawat
pasien
yang
memerlukan
perawatan
dan
pengawasan secara intensif karena kondisi tubuhnya tergolong kritis. 2. Kegiatan Non Medis • Kegiatan Administratif Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan dan penyakit pasien, serta laporan perkembangan pasien. •
Kegiatan Perawatan Inap Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya.
•
Unit-unit pendukung pelayanan medis Fungsi-fungsi yang terkait seperti: laboratorium, farmasi, radiologi, UGD, ICU, dan Instalasi bedah.
•
Kegiatan Pendukung Non Medis Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll.
•
Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir, kantin, wartel, dll.
•
Service penunjang Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos keamanan, janitor, dll.
2.1.3
Pesyaratan Rumah Sakit Anak Persyaratan Lokasi Pemilihan lokasi untuk pengadaan Rumah Sakit Swasta Madya menurut SK Menteri Kesehatan RI NO.725/MENKES/E/PER/VI/2004 memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi guna mendukung aktivitas Rumah Sakit dalam melayani masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan dapat di lakukan dengan optimal, ketentuan itu adalah sebagai berikut : 1. Upaya pelayanan kesehatan harus mempunyai lokasi tersendiri, tidak boleh berada satu gedung ataupun satu halaman dengan pasar, toko, supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya karena fungsi yang sangat berbeda. 2. Tempat pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialistik harus di tempat yang sesuai dengan fungsinya.
15 3.
Lokasi memiliki kondisi lingkungan hunian yang berdekatan dengan daerah hijau dan terbuka. Kualitas kesegaran udara serta suhu tidak terlalu panas atau dingin, sehingga dapat mendukung proses pengobatan.
Persyaratan Bangunan / Gedung Persyaratan
Bangunan
untuk
pengadaan
Rumah
Sakit
Anak
megadopsi persyaratan Rumah Sakit tipe C, karena memiliki kapasitas tempat tidur dan fasilitas peralatan yang setara. Menurut SK Menteri Kesehatan RI NO. 725/MENKES/E/PER/VI/2004 yaitu: 1. Bangunan RS harus memiliki beberapa ruang fungsional yang terdiri dari: a. Ruangan untuk rawat jalan dan gawat darurat b. Ruangan instalasi penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi dan sebagainya. c. Bangunan pembina sarana RS yaitu gudang, bengkel, dsb. d. Bangunan rawat inap minimal 100 (seratus) tempat tidur. e. Bangunan administrasi, ruang tenaga medis dan pramedis. f. Bangunan instalasi non medis yaitu ruang dapur, ruang cuci, dsb. g. Taman, dan Bangunan-bangunan lain yang diperlukan. 2. Luas bangunan pada Rumah Sakit adalah dengan perbandingan minimal 50 m2 (lima puluh meter persegi ) untuk satu tempat tidur. 3. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal dua kali luas tanah untuk bangunan lantai dasar. 4.
Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal satu setengah kali luasbangunan yang di rencanakan.
5. Adanya lapangan parkir dan taman seluas 50 % dari luas lantai bangunan tidak bertingkat atau sama dengan luas lantai dasar untuk rumah sakit bertingkat. untuk parkir minimal 1 mobil untuk 10 tempat tidur. 6. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1.5 kali luas lantai bangunan yang direncanakan, dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas lantai dasar. 7. Mempunyai peralatan medis, penunjang medis dan non medis.
16 Persyaratan Ruang Rawat Inap Pembagian Ruang Rawat Inap pada Rumah Sakit Anak sangat berbeda dengan Rumah Sakit Umum, berdasarkan klasifikasi jenis penyakitnya, bagian rawat inap di bagi atas : 1. Ruang Non-Isolasi 2. Ruang Isolasi 3. Ruang Perawatan Intensif (ICU) Dengan adanya pertimbangan skala pertumbuhan dan perkembangan maka pelayanan di rumah sakit (kecuali perawatan di ICU karena pertimbangan kemudahan pengontrolan serta efisiensi, biaya, dan tenaga) dibedakan menurut kelompok umur yaitu: Tabel 2.1 Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Usia Anak
1.
0-1 Tahun
Bayi
Kelompok Bayi
2.
1-5 Tahun
Usia Anak-anak
3.
5-14 tahun
Usia Sekolah
Kelompok Non Bayi
Sumber: PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/XII/1986 Menurut Petunjuk Pelaksanaan SK Menteri Kesehatan RI NO. 920/ MENKES/PER/XII/1986, menentukan jumlah tempat tidur untuk tiap-tiap kelas ruangan hendaknya tidak melebihi prosentase berikut : 1. Kelas Utama : 5% 2. Kelas I : 15% 3. Kelas II : 15% 4. Kelas III : 40 % (termasuk golongan kurang/tidak mampu membayar, di tetapkan sebanyak 25%) Pembagian tempat tidur menurut kelompok anak, jenis penyakit (menular atau tidak menular), dan kelas: Tabel 2.2 PembagianTempat Tidur Pasien Anak Kelompok Umur Tidak ada perbedaan umur
Jenis Perawatan ICU (5% dari seluruh jumlah tt)
Menurut Kelas Tidak ada pengelompokkan
17 kelas
Bayi
Non Isolasi
Kelas Utama (VIP)
Isolasi
Kelas I Kelas II Kelas III
Kelompok Umur
Jenis Perawatan Non Isolasi
Non Bayi
Menurut Kelas Kelas Utama (VIP) Kelas I
Isolasi
Kelas II
Kelas III Sumber: PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/XII/1986
Untuk menciptakan ruang perawatan yang nyaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Suhu Suhu ruangan yang memnuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25°C. 2. Pencahayaan Cahayan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: •
Cahaya alami Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam ruangan (Notoatmodjoyo, 2003). Penggunaan jendela untuk memasukkan cahaya alami juga berguna sebagai ventilasi udara.
•
Cahaya Buatan Index pencahayaan untuk ruang rawat inap adalah 100-200 lux pada saat pasien tidak tidur dan maksimal 50 lux pada saat pasien tidur (Kepmenkes 1204).
3. Kelembaban Udara Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara (Depkes RI, 1989). Menurut indikator pengawasan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam ruangan 40-60%. 4. Ketersediaan Ventilasi Fungsi ventilasi yang pertama adalah menjaga aliran udara di dalam ruangan tetap segar sehingga terjadi keseimbangan oksigen di dalam
18 ruangan dari bakteri-bakteri, terutama patogen. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan tetap di dalam kelembaban yang optimum. Ukuran ventilasi yang memenuhi standar kesehatan adalah 15-20% luas lantai ruang (Depkes RI, 2004). 5. Ketersediaan Air Air bersih berasal dari air PAM atau air tanah. Tujuan penyediaan air bersih adalah untuk tetap terjaga kebersihan ruangan. Ketersediaan air yang memenuhi standar kesehatan adalah 500 liter. Studi Preseden Rumah Sakit 1. Kemang Medical Care
Gambar 2.1 Kemang Medical Care Sumber: kemangmedicalcare.com, diakses 14 Maret 2014
Kemang Medical Care merupakan Rumah Sakit Ibu dan Anak yang terletak di lokasi strategis di Jalan Ampera Raya no. 34, Jakarta Selatan. Kemang Medical Care menyediakan pelayanan kesehatan kepada wanita dan anak. Pelayanan Medis Rumah Sakit Ibu dan Anak dikembangkan berdasarkan prinsip Keamanan Pasien, mengacu kepada Depkes RI, Persi dan pedoman WHO serta merujuk kepada rumah sakit terkemuka di negara-negara lain. Kemang Medical Care terdiri dari tiga puluh empat kamar rawat inap yang cantik dengan kenyamanan layaknya di rumah sendiri khusus diperuntukkan bagi ibu dan anak. Visi Kemang Medical Care akan menjadi penyedia layanan kesehatan prima bagi wanita dan anak di Indonesia.
19 Misi Kemang Medical Care akan memberikan layanan kesehatan yang holistik bagi wanita dan anak di Indonesia. Adapun pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Kemang Medical Care adalah: •
Pelayanan Rawat Jalan a. Poli Umum, Poli Anak & Poli Obgyn b. Poli Gigi c. Poli Bedah Umum dan Bedah Plastik d. Poli Penyakit Dalam e. IGD (Instalasi Gawat Darurat) 24 jam f. Konseling Psikologis g. Klinik Laktasi
•
Pelayanan Rawat Inap a. Kamar Perawatan Perempuan (19 unit kamar rawat inap) b. Kamar Perawatan Anak (15 unit kamar rawat inap) c. Ruang Operasi d. Ruang Melahirkan e. ICU (Intensive Care Unit) & NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
2. RSUD Pasar Rebo
Gambar 2.2 RSUD Pasar Rebo Sumber: rsudpasarrebo.com, diaskes 18 Maret2014
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo sebagai rumah sakit milik pemerintah propinsi DKI Jakarta terletak didaerah yang strategis di wilayah Jakarta Timur yang mudah dijangkau
20 dengan berbagai alat transfortasi. Letak yang strategis memposisikan RSUD Pasar Rebo sebagai rumah sakit rujukan bagi berbagai lapisan masyarakat, baik menengah keatas maupun menengah kebawah. Visi Menjadi Rumah Sakit unggulan yang bermutu internasional dan rujukan terbaik di Ibukota Negara RI tahun 2017. Misi 1. Menyediakan Sumber Daya Pelayanan Kesehatan Unggulan 2. Membangun kolaborasi dengan sarana pelayanan kesehatan dan pendidikan yang bermutu internasional 3. Terciptanya
kepercayaan
masyarakat
terhadap
pelayanan
kesehatan di Ibukota Negara RI Jasa Pelayanan yang disediakan di RSUD Pasar Rebo adalah: a. Gawar Darurat 24 jam b. Pelayanan Dokter Spesialis Rawat Jalan c. Pelayanan Kamar Operasi dan Bersalin d. Medical Check Up e. Laboratorium & Radiologi 24 jam f. Pelayanan lainnya di bidang kesehatan lainnya, seperti:
2.1.4
- Klinik
Karyawan
- Klinik
Saraf
- Klinik
Bedah Syaraf
- Klinik
Urologi
- Klinik
Laktasi
- Klinik
Anak
- Klinik
Senam Hamil
- Klinik
Gizi
- Klinik
Psikiatri
- Klinik
Jantung
- Klinik
Paru-paru
- Klinik
Penyakit Dalam
- Klinik
Bedah
- Klinik
Mata
- Klinik
Gigi & Mulut
- Klinik
Kebidanan
- Klinik
Kulit Kelamin
- Klinik
THT
- Klinik
Orthopedi
- Klinik
Medical Check Up
- Klinik
Rehab Medik
Tinjauan Anak Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah sesorang yang belum
21 berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (12,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah
(5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun) (Azis, 2005). Menurut Wong (2002) periode perkembangan anak terbagi menjadi: a. Periode Prenatal Terdiri atas fase germinal, embrio, dan fetal. Fase germinal yaitu mulai dari konsepsi sampai masa kurang lebih usia kehamilan dua minggu. Fase embrio mulai dari usia kehamilah dua minggu sampai usia kehamilan 8 minggu, dan periode fetal mulai dari 8 minggu sampai 40 minggu atau kelahiran. b. Periode Bayi Terdiri atas periode neonatus (0-28 hari) dan bayi (1-12 bulan) pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan sosial dan pembentukan rasa percaya diri anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua. c. Periode Kanak-Kanak Awal Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut dengan toddler dan prasekolah yaitu usia 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuasn aktivitas lebih banyak bergerak mengembangkan rasa ingin tahu dan tahap eksplorasi terhadap benda yang berada di sekelilingnya. d. Periode Kanak-Kanak Pertengahan Yang dimulai dari usia 6-11tahun atau 12tahun. Pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan danperkembangan motorik lebih sempurna. e. Periode Kanak-Kanak Akhir Yang merupakan fase transisi, yaitu anak-anakmulai memasuki usia remaja, yaitu 11 atau 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Anak perempuan mulai memasuki masa pubertas pada usia 11 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 12 tahun. Perkembangan yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangan organ
22 reproduksi dan pencapaian identitas diri anak sebagai remaja yang akan meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki perkembangan sebagai orang dewasa terutama pada fase remaja akhir. 2.1.5 Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu proses, yang karena suatu alasan tertentu baik darurat atau berencana yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah (Supartini, 2004; Suryanti, Sodikin, Yulistiani, 2012). Sedangkan menurut Wong (2000) hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga. Anak yang sedang menjalani masa perawatan dalam rumah sakit akan merasakan stress, cemas, dan gelisah karena perpisahan dengan keluarga, jauh dari kegiatan sehari-hari, dan berada pada lingkungan baru, reaksi-reaksi inilah yang disebut dengan reaksi hospitalisasi. Reaksi anak terhadap hospitalisasi dipengaruhi oleh faktor usia, pengalaman di rawat di rumah sakit, pembawaan anak dan keterampilan koping, kegawatan diagnosa, dan support system (Hockenberry & Wilson, 2009; Solikhah, 2013). Menurut Suryanti, Sodikin, dan Yulistiani (2012), dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakit tentu akan menunjukkan rekasi berbeda bila dibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang lebih tinggi. Hospitalisasi dapat menyebabkan stres yang berpengaruh negatif yang kemudian disebut dengan distress. Distres terbagi menjadi:
23 a. Distress psikis: cemas, takut, marah, kecewa, sedih, malu, rasa bersalah. b.
Distres fisik : imobilisasi, kurang tidur karena nyeri, bising, silau dll.
Adapun reaksi anak terhadap stres menurut tahap perkembangannya adalah: a. Infant Cemas akibat perpisahan dengan orang tua akan menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang. Pasa usia 6 bulan akan menyebabkan stranger axiety dimana anak akan menangis, marah, dan gerakan yang berlebihan. Pada usia 6 bulan ke atas, anak akan memperlihatkan separation anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit menyebabkan ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat. b.
Toddler Perpisahan merupakan sumber strees pada usia toddler. Respon perilaku anak usia toddler yang diperlihatkan adalah: 4. Tahap protes: menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, menolak disentuh oleh orang lain. 5. Tahap putus asa: mengangis berkurang, kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis. 6. Tahap denial: samar menerina, membina hubungan dangkal dan anak mulai menyukai lingkungan. 7. Kehilangan kontrol: setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa tidak aman danmengancam, terganggu aktivitas rutin. 8. Reaksi perlukaan dan sakit: meringis dan menggigit, menggigit dan memukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjukkan lokasi.
c. Prasekolah 1. Reaksi terhadap perpisahan: menolak makan, sering bertanya, menangis pelan-pelan dan tidak kooperatif. 2. Kehilangan control: pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehilangan kekuatan diri. 3. Reaksi perlukaan dan sakit: menganggap tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. Reaksi yang timbul seperti: anak agresif, ekspresi verbal, dan regresi.
24 d. Usia Sekolah 1. Perpisahan: berpisah dengan teman-teman sebaya. 2. Kehilangan control: kelemahan fisik dan takut akan kematian. 3. Reaksi perlukaan dan sakit: mengkomunikasikan rasa sakit dan mampu mengontrol rasa sakit (menggigit bibir dan menggenggam) e. Usia Remaja 1. Perpisahan: pisah dengan teman-teman sebaya. 2. Kehilangan control: menolak, tidak kooperratif dan menarik diri. 3. Reaksi perlukaan dan dakit: perasaan tidak aman sehingga menimbulkan respon banyak bertanya, menarik diri, dan menolak orang lain. Faktor-Faktor Hospitalisasi •
Umur pasien
•
Perkembangan kognitif
• • •
2.2
•
Kedekatan anak dengan orang tua
pasien
•
Penyakit yang diderita
Tipe frekuensi tindakan
•
Lingkungan rumah sakit
infasif yang dilakukan
•
Kesiapan perawat
Pembatasan aktivitas dan
•
Alat Terapi dan Bermain
merasa hukuman
•
Pengalaman Anak
Respon kecemasan pada
•
Status Sosial dan Ekonomi
anak
•
Kondisi
•
Perpisahan
•
Rasa Takut
Fisik
dan
Psikologi Individu
Tinjauan Lingkungan Terapetik Pengertian Lingkungan Terapetik Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya (Darsono, 1995). Terapetik berasal dari kata therapeutic yang secara harfiah berarti terakait dengan penyembuhan penyakit atau berkaitan dengan pengobatan
25 penyakit atau gangguan oleh agen perbaikan atau metode terapi daripada diagnostik khusus. Dari kedua pengertian tesebut dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan terapetik adalah suatu modifikasi unsur-unsur pada kondisi tertentu baik fisik maupun non-fisik yang dapat dikaitkan dengan metode penyembuhan penyakit atau berkaitan dengan penyakit terntentu yang dapat memberikan pengaruh positif. Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani pada anak. Reaksi yang dimunculkan pada anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Anak yang pernah mengalami perawatan di rumah sakittentu akan menunjukkan rekasi berbeda biladibandingkan dengan anak yang baru pernah. Anak yang pernah dirawat di rumah sakit telah memiliki pengalaman akan kegiatan yang ada di rumah sakit, kemungkinan hal ini berdampak terhadap tingkat kecemasan yang dialami. Sedangkan anak yang baru pernah dirawat mungkin mengalami kecemasan yang lebih tinggi. Pada keadaan seperti ini diperlukan suatu tindakan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Menurut Umi Solikhah dalam Jurnal Keperawatan Anak tahun 2013, reaksi hospitalisasi yang ditujukan
pada anak usia sekolah lebih ringan
dibandingkan dengan anak usia toddler dan pra sekolah. Ron Smith dalam jurnal World Building Design Guide (WBDG) tentang lingkungan terapetik mengatakan, secara umum, lingkungan terapetik telah terbukti efektif dalam biaya dengan meningkatkan hasil penyembuhan pasien, mengurangi lama tinggal, dan dengan meningkatkan kepuasan staf, perekrutan, dan retensi staf. Teori lingkungan terapetik berasal dari bidang psikologi lingkungan (efek psiko-sosial lingkungan). psikoneuroimunologi (efek dari lingkungan pada sistem kekebalan tubuh), dan neuroscience (bagaimana otak merasakan arsitektur). Pasien di fasilitas kesehatan sering takut dan tidak pasti tentang kesehatan mereka, keselamatan mereka, dan isolasi mereka dari hubungan sosial yang normal. Secara umum, lingkungan kompleks rumah sakit yang khas lanjut berkontribusi terhadap situasi stres. Stres dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh seseorang untuk ditekan, dan dapat mengurangi
26 sumber daya seseorang emosional dan spiritual, menghambat pemulihan dan penyembuhan (Smith, 2013). Menurut Smith dan Watkins (2010), untuk menciptakan lingkungan terapetik, arsitek, desainer interior, dan peneliti telah mengidentifikasi empat faktor kunci yang, jika diterapkan dalam desain lingkungan kesehatan yang dapat meningkatkan penyembuhan pasien: •
Reduce or eliminate environmental stressors
•
Provide positive distractions
•
Enable social support
•
Give a sense of control
Keempat faktor kunci tersebut memiliki kriteria desain sebagai berikut: •
Reduce or eliminate environmental stressor a. Artwork dan estetika dapat menenangkan dan meningkatkan kualitas ruang b. Di tempat umum dan ruang tunggu harus disediakan ruang yang cukup untuk menghindari ‘crowding’ c. Privasi visual dan kebisingan d. Wayfinding: lingkungan binaan yang harus memberikan tanda orientasi visual yang jelas kepada pasien dan keluarga, dan membimbing mereka ke tujuan. Lansekap, elemen bangunan, warna, tekstur, dan pola yang harus memberikan tanda, serta artwork dan signage e. Mengurangi atau menghilangkan sumber kebisingan; pasien lain, pusat informasi, peralatan, dan percakapan yang bising di nurse station f. Treatment akustik pada koridor yang berdekatan dengan ruang pasien g. Pemisahan akustik pada area kerja staf dari ruang pasien. Akustik yang buruk dapat mengurangi kualitas tidur pasien h. Sistem pencahayaan yang tepat. Pencahayaan dapat menjadi stressor yang mengubah suasana hati, meningkatkan stress, mengganggu ritme harian, dan memodulasi produksi hormon i. Menjaga kualitas udara dalam ruang dengan baik. 100% merupakan udara dari luar, jika kondisi memungkinkan
27 j. Warna secara subjektif dapat menjadi faktor desain dalam mengurangi stressor lingkungan ketika dipahami dan digunakan dalam konteks preferensi warna dalam populasi tertentu •
Provide Positive Distractions a. Pemandangan alam dari ruang pasien, lobby, ruang tunggu, dan ruang lain yang merupakan ‘high stress area’ b. Akses ke ruang luar, healing garden c. Kapel, ruang meditasi, dan taman meditasi d. Artwork yang melukiskan alam, termasuk fotografi alam e. Musik: live piano di area publik, rekaman music di ruang pasien untuk menciptakan lingkungan penyembuhan f. Olahraga ringan: koridor, area publik, dan taman
•
Enable Social Support a. Family zone di ruang pasien: dengan furniture untuk tidur, telepon dan koneksi internet, lampu baca dengan kontrol terpisah b. Menyediakan tempat dimana pasien dapat bersosialisasi dengan keluarga dan penjenguk lain c. Menyediakan akomodasi bagi keluarga saat menemani pasien saat pemeriksaan dan proses perawatan
•
Give a Sense of Control a. Ruang rawat privat lebih memberikan hasil yang baik pada penyembuhan, menurut penelitian dari Facilities Design Institute b. Memberikan ruang privasi yang cukup bagi pasien c. Memberikan pasien mengendalikan lingkungannya, seperti radio, TV, lampu baca, dan lampu tidur
2.3 Novelty (Unsur Kebaruan) Menurut Prof. Muhammad Nasikin, Guru Besar Teknik Kimia UI, bahwa novelty adalah hasil penelitian yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang faktual dan berkontribusi pada dunia ilmiah. Apabila sebelumnya sudah ada penelitian serupa, cek terus kebaruan dan lakukan modifikasi agar menjadi sesuatu yang baru atau disebut similarity. Novelty dari hasil penelitian ini adalah munculnya kriteria desain dari lingkungan terapetik pada rumah sakit yang sebelumnya telah dipaparkan
28 oleh Smith dan Watkins (2010) yang kemudian diterapkan pada lingkungan rumah sakit khusus anak melalui penelitian ini. Kriteria desain lingkungan terapetik menurut Smith dan Watkins (2010) tersebut diujikan ketersediaanya pada tiga rumah sakit yang menjadi objek perbandingan. Dari hasil studi banding tersebut kemudian dianalisa dengan teori-teori yang telah ada dan didapatkan hasil kriteria tambahan tentang lingkungan terapetik terhadap anak yang kemudian diterapkan pada rumah sakit anak di Jakarta Barat.