BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum, menyatakan peranan bahasa sebagai berikut: Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan khusus seperti kesenian dan ilmu pasti, bahasa merupakan sarana yang tidak dapat ditinggalkan. Dalam kehidupan sehari-hari, misalnya di rumah, di pasar, dan di tempat hiburan, bahasa selalu dipergunakan orang. Kesenian, misalnya seni sastra, seni suara, dan seni pidato, pasti memerlukan bahasa sebagai sarana utamanya. Sutedi
(2003:2)
mengatakan,
“Bahasa
digunakan
sebagai
alat
untuk
menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain.” Sedangkan, Kridalaksana (1997:2) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum mendefinisikan bahasa sebagai berikut: “Bahasa ialah sistem lambang bunyi yang arbritrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.” Prawiroatmodjo & Hoed (1997:115) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum menyatakan, “Tidaklah mengherankan apabila banyak perhatian yang dicurahkan pada masalah yang berhubungan dengan bahasa, karena pentingnya peranan bahasa dalam masyarakat.” Dan ilmu yang mempelajari tentang bahasa disebut linguistik. Salah satu bidang ilmu dalam linguistik adalah sintaksis. Sintaksis adalah studi gramatikal mengenai kalimat. Oleh karena itu, sintaksis disebut juga tata kalimat. Kentjono (1997) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum
1
mengatakan bahwa kata adalah satuan gramatikal terkecil dalam sintaksis, sedangkan yang dianggap sebagai satuan gramatikal terbesar adalah kalimat. Istilah sintaksis dalam Bahasa Jepang adalah 統語論 (tougoron). Sutedi (2003:61) menyatakan, “Sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur dan unsur-unsur pembentuk kalimat.” Struktur tersebut mencakup kata, frase, klausa dan kalimat itu sendiri. Berikut ini adalah batasan arti terhadap kata, frase, klausa dan kalimat menurut Kridalaksana (1990:56) dalam Dasar Dasar Linguistik Umum: 1. Kata adalah satuan gramatikal bebas terkecil yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri. 2. Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan yang pada umumnya menjadi pembentuk klausa. 3. Klausa adalah satuan gramatikal oleh kata dan/atau frase dan yang mempunyai satu predikat. 4. Kalimat adalah satuan gramatikal yang disusun oleh konstituen dasar yang biasanya berupa klausa, partikel penghubung (jika ada), dan intonasi final. Nita dalam Sutedi (2003) menggolongkan jenis kalimat dalam Bahasa Jepang menjadi dua macam, yaitu menurut struktur dan menurut makna. Berdasarkan pada stuktur pembentukannya kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat yang tidak mempunyai unsur predikat (dokuritsugobun) dan kalimat yang mempunyai unsur predikat (jutsugobun). Berikut ini adalah contoh kalimat yang tidak mengandung unsur predikat (nomor 1) dan kalimat yang mengandung unsur predikat (nomor 2): 1. 雨!
(DLBJ:64)
'Hujan!' 2. 雨が降る。
(DLBJ:64)
'Hujan turun.' Kalimat yang mempunyai unsur predikat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berdasarkan pada jenis kata yang menjadi predikatnya dan berdasarkan pada jumlah
2
klausanya. Berdasarkan pada jenis kata yang menjadi predikatnya, kalimat dibagi menjadi tiga, yaitu kalimat yang predikatnya kata kerja (doushibun), kalimat yang predikatnya kata sifat (keiyoushibun), dan kalimat yang predikatnya kata benda (meishibun). Berikut ini adalah contoh kalimatnya secara berurutan: 1. ひろしはテレビを見る。
(DLBJ:64)
'Hiroshi menonton TV.' 2. この花はきれいだ。
(DLBJ:64)
'Bunga ini indah.' 3. 今日は休みだ。
(DLBJ:64)
'Hari ini libur.' Berdasarkan jumlah klausanya kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat tunggal (tanbun) dan kalimat majemuk (fukubun). Kanshima & Nita (1995:383) menerangkan bahwa yang dimaksud dengan tanbun dan fukubun adalah sebagai berikut: たんぶん
ゆうじ
たんじょうび
ちかづ
せつ
な
単文が、「雄二の誕生日が近付いてきました。」のように、一つの節から成り た
たい
ふくぶん
こうせいようそ
せつ
立 っている文であったのに対 して、<複文 >とは、構成要素 として節 を二つ いじょうふく
かなら
ちゅうかくてき
しはいてき
以上含 む文である。複文には、 必 ず一つの 中 核 的 •支配的 な節と、それに いぞん
じゅうぞく
さけ
依存 • 従 属 していく節とが含まれている。例えば、酒 を飲みすぎて、彼は わるよ
悪酔いをしてしまった。 Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari sebuah klausa seperti kalimat berikut ini: Hari ulang tahun Yuuji sudah dekat, sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua atau lebih klausa sebagai unsur komposisi kalimatnya. Dalam kalimat majemuk pasti terdapat sebuah klausa utama atau dominan dan klausa tambahan/ anak kalimat. Contohnya: Ia mabuk karena kebanyakan minum bir. Berikut ini adalah beberapa contoh kalimat majemuk: 1. 彼はテレビを見ながら食事をする。 'Ia makan sambil menonton TV.'
3
(SONH:239)
2. 夫が帰ってきた時、妻はもう寝ていた。
(SONH:239)
'Waktu suaminya pulang, si istri sudah tidur.' 3.
姉は読書が好きだが、妹はスポーツが好きだ。
(SONH:239)
'Kakaknya suka membaca, sedangkan adiknya suka olah raga.' Iori., et.al. (2000) menjelaskan bahwa klausa yang digarisbawahi pada ketiga kalimat di atas adalah klausa utama atau induk kalimat (shuusetsu). Sedangkan klausa yang tidak digarisbawahi pada nomor 1 dan 2 adalah juuzokusetsu (従属節) dan klausa yang tidak digarisbawahi pada nomor 3 adalah heiretsusetsu (並列節). Juuzokusetsu dan heiretsusetsu adalah anak klausa. Selain jenis anak klausa yang sudah disebutkan tadi, ada juga kalimat yang mempunyai umekomisetsu (埋め込み節) seperti contoh kalimat berikut ini: 1.
「転校」という言葉の意味は学校を変えることです。
(NMNY, 61)
'Makna dari kata ‘tenkou’ adalah berpindah sekolah.' くつ
ぬ
2. 日本では靴を脱いで部屋に入るのが一般的である。
(NMNY, 84)
'Di Jepang, melepas sepatu sebelum memasuki ruangan adalah hal yang biasa.' Kanshima & Nita (1995) menjelaskan bahwa umekomisetu adalah klausa yang berfungsi sebagai unsur kalimat (atau klausa) yang mengalami penurunan tingkat dari klausa menjadi unsur pelengkap yang menerangkan subjek, predikat, dan objek. Umekomisetsu yang digarisbawahi pada soal nomor 1 menerangkan predikat, sedangkan pada soal nomor 2 menerangkan subjek. Umekomisetsu pada kedua contoh kalimat di atas mengandung no (の) dan koto (こと), yang berfungsi untuk membendakan kalimat atau frase. Nagara., et.al. (1997)
4
mengklasifikasikan no dan koto ke dalam keishiki meishi. Takanao dalam Sudjianto & Dahidi (2004:160) menjelaskan, “Keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.” Saya sering kali menemukan kalimat seperti kedua contoh kalimat di atas pada buku-buku teks Bahasa Jepang. Namun, selama ini saya merasakan adanya keterbatasan pengetahuan dan informasi tentang cara pemakaian no dan koto, yang berfungsi membendakan kalimat atau frase. Apakah di antara keduanya terdapat persamaan atau perbedaan dalam pemakaiannya. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk meneliti pemakaian no dan koto lebih mendalam.
1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kemampuan pemelajar Bahasa Jepang lainnya dalam membedakan pemakaian no dan koto.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Saya membatasi penelitian skripsi ini pada analisis kemampuan mahasiswa semester enam Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Bina Nusantara Jakarta, dalam menggunakan keishiki meishi no dan koto pada soal-soal yang terdapat pada kuesioner yang dibagikan.
5
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan mahasiwa semester enam Jurusan Bahasa Jepang Universitas Bina Nusantara Jakarta dalam membedakan pemakaian keishiki meishi no dan koto. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah agar pemelajar Bahasa Jepang tidak lagi mengalami kesulitan dalam membedakan pemakaian no dan koto.
1.5 Metodologi Penelitian Dalam penulisan skripsi ini saya akan menggunakan metode kuesioner. Hariwijaya & Triton (2005:61) mendefinisikan kuesioner sebagai berikut: Kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan untuk dijawab responden. Kuesioner dapat disebut juga interview tertulis di mana responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. Mula-mula saya akan mencari dan mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung keishiki meishi no dan koto dari buku kumpulan soal-soal dan buku-buku teks Bahasa Jepang. Lalu kalimat-kalimat tersebut akan diseleksi untuk dijadikan soalsoal kuesioner. Seluruh soal pada kuesioner akan bersifat tertutup. Hariwijaya & Triton (2005:62) menyatakan: Pertanyaan dikatakan tertutup jika pertanyaan itu jawabannya sudah ditentukan lebih dahulu sehingga responden tidak diberi kesempatan memberi alternatif jawaban, dikatakan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah disediakan. Saya akan menyampaikan kuesioner secara langsung kepada responden. Setelah itu, saya akan mengolah dan menganalisis hasil dari kuesioner yang sudah dijawab oleh responden.
6
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistem penulisan sebagai berikut: Bab 1
Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab 2
Landasan Teori Dalam bab ini, saya menggunakan teori keishiki meishi dan teori no dan koto.
Bab 3
Analisis Data Bab ini memuat uraian analisis tentang pemakaian no dan koto serta kemampuan responden menjawab soal-soal yang terdapat pada kuisioner.
Bab 4
Simpulan dan Saran Bab ini memuat simpulan dan saran dari keseluruhan isi skripsi.
Bab 5
Ringkasan Bab ini memuat ringkasan dari semua bab.
7