BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH Persaingan dunia bisnis di setiap bidang dewasa ini semakin ketat. Kondisi
tersebut secara tidak langsung menuntut produsen untuk berpikir keras, lebih kreatif dan dapat melakukan inovasi dalam bisnisnya, agar tidak tergerus dalam arus persaingan bisnis. Produsen harus mampu bersaing menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan konsumen lebih banyak dibandingkan dengan pesaingnya, dan tidak hanya berhenti disitu saja, mereka juga dituntut untuk mempertahankan konsumennya agar tidak berpindah kepada pesaingnya dan justru meningkatkan loyalitas konsumen akan produknya. Loyalitas konsumen merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk dibina dan dikembangkan, karena tanpa ada loyalitas dari konsumen, kegiatan bisnis dari perusahaan dapat dikatakan tidak akan berjalan sustainable, atau dengan kata lain, loyalitas konsumen merupakan salah satu asset penting dari perusahaan yang perlu dijaga baik. Dewasa ini, mendapatkan loyalitas konsumen bukan hal yang mudah, mengingat efek globalisasi dunia yang menjadikan persaingan bisnis semakin ketat. Produsen-produsen asing mulai memperluas pasarnya ke negara-negara lain. Hal ini tentu akan menjadi hal yang menarik bagi konsumen, karena mereka akan dihadapkan
1
pada variasi pilihan produk yang semakin banyak sehingga mereka dapat memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, tetapi di sisi lain, hal ini justru akan menjadi tantangan dan hambatan bagi produsen tersendiri dalam mendapatkan hati konsumen, terkait dengan jumlah pesaing yang semakin banyak. Melihat fenomena tersebut, produsen memerlukan suatu cara untuk mengikat konsumen agar lebih loyal dengan produk mereka, dan tidak mudah berpaling kepada produk produsen lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengikat konsumen adalah dengan memberikan mereka wadah untuk merasakan pengalaman dengan produk produsen lebih dalam, sehingga nantinya konsumen akan ikut merasa memiliki produk tersebut, terkhusus merek dari produk tersebut. Ketika konsumen telah merasa memiliki dan nyaman dengan merek produsen, konsumen akan selalu setia kepada merek perusahaan. Kesetiaan konsumen dapat terukur pada sikap konsumen dalam melakukan pembelian berulang, merasa berat untuk meninggalkan merek tertentu, atau bahkan merasa merek lain adalah merek yang buruk. Salah satu wadah yang dapat digunakan produsen adalah dengan cara membentuk komunitas merek. Komunitas adalah sekumpulan orang yang memiliki ketertarikan yang sama akan suatu hal, baik itu benda, jasa, maupun aktivitas. Orang-orang dalam komunitas cenderung memiliki perasaan dan kebutuhan yang sama akan suatu hal, dan akibat dari kesamaan perasaan tersebut, rasa solidaritas dalam diri mereka pun akan meningkat. Rasa solidaritas yang kuat ini nantinya akan menjadi kekuatan dan identitas bagi komunitas itu sendiri, semakin tinggi solidaritasnya, maka akan semakin besar juga tingkat partisipasi konsumen dalam komunitas, namun sebaliknya jika semakin rendah
2
rasa solidaritas dalam diri anggota komunitas, maka akan semakin kecil tingkat partisipasi konsumen dalam sebuah komunitas. Bagi produsen, komunitas akan dapat menjadi strategi yang tepat untuk mendekatkan diri dengan konsumen, sehingga produsen dapat mendengar kebutuhan konsumen secara langsung, dan hasilnya dapat menjadi masukan bagi produsen khususnya dalam pengembangan produk. Sedangkan merek atau brand adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari itu semua, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan produk mereka dengan produk dari pesaing (Kotler and Keller 2012: 241). Mengacu pada dua konsep tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunitas merek adalah komunitas yang khusus, komunitas yang tidak terikat dengan area geografis, dan tercipta berdasarkan hubungan sosial di antara para pengagum sebuah merek (Muñiz and O’Guinn, 2001: 412). Aktivitas yang terjadi dalam komunitas merek akan merepresentasikan citra dari produk atau merek tertentu, dan jika aktivitas dari sebuah komunitas merek tersebut sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan dari konsumen maka hal ini dapat membantu meningkatkan loyalitas konsumen terhadap suatu produk. Menurut Algesheimer et al. (2005) dan Dholakia et al. (2004) dalam Woisetschlager et al. (2008), dengan komunitas merek ini, perusahaan akan dapat merangkul dan menjaga hubungan dengan konsumen untuk dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi penawaran produk baru dan dapat berkolaborasi dengan konsumen mengenai pengembangan produk baru. Komunitas merek juga dapat menyediakan informasi bagi
3
pemasar mengenai pengalaman mengkonsumsi merek dan ide dari konsumen untuk pengembangan produk baru (Madupu and Cooley, 2010: 363). Karakteristik komunitas merek itu sendiri adalah consciousness of kind, moral responsibility, dan shared rituals and traditions (Muniz and O’Guinn, 2001: 412). Consciousness of kind adalah hubungan intrinsik yang anggota komunitas rasakan antara satu anggota dengan anggota lain dan adanya rasa kolektif yang berbeda dengan komunitas merek lainnya. Moral responsibility artinya merasa memiliki tugas dan tanggung jawab kepada komunitas merek secara keseluruhan dan kepada masingmasing anggota secara individual. Shared rituals and traditions adalah kegiatan yang dapat dilihat oleh masyarakat umum yang dapat menjelaskan identitas dari komunitas merek tersebut dan melestarikan sejarah, budaya, dan kesadaran dari komunitas merek tersebut. Menurut Sung et al. (2010), komunitas merek dibedakan menjadi dua macam berdasarkan pendiri dari komunitas merek itu sendiri, yaitu komunitas merek yang dibentuk langsung dari perusahaan atau Marketer Generated Brand Communities (MGBC) dan komunitas merek yang dibentuk oleh masyarakat sendiri atau Consumer Generated Brand Communities (CGBC) sebagai bentuk apresiasi mereka terhadap produk yang mereka konsumsi. Perbedaan antara MGBC dan CGBC terletak pada ekspetasi dan motif anggota komunitas dalam bergabung. Beberapa motif anggota untuk bergabung dengan komunitas merek sangat beragam. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Madupu dan Cooley (2010: 364), beberapa motif
4
dalam bergabung dengan komunitas adalah mendapatkan informasi, memberikan informasi, integrasi sosial, peningkatan status, dan pencarian jati diri. Akibat yang ditimbulkan dari keikutsertaan pada komunitas merek ini adalah munculnya loyalitas (loyalty) pengguna yang dapat menyebabkan word of mouth. Word of mouth itu sendiri adalah pemasaran dari mulut ke mulut, misalnya orang pertama yang merupakan konsumen yang loyal akan suatu merek akan merekomendasikan merek tersebut ke orang lain dalam hal ini pihak kedua, kemudian pihak kedua karena percaya kepada pihak pertama dan menganggap informasi yang didapat adalah penting maka akan menyebarkan informasi dari pihak pertama kepada pihak ketiga, dan begitu seterusnya. Word of mouth dianggap sangat efektif dalam menyebarkan pesan, karena biaya yang murah dan efektif, karena sifatnya lebih person to person. Dengan adanya word of mouth yang positif, hasil selanjutnya yang akan didapatkan oleh produsen adalah meningkatnya citra merek (brand image) dari sebuah merek. Meningkatnya citra merek dari suatu produk di mata masyarakat tentu akan menjadi keuntungan tersendiri bagi produsen karena secara tidak langsung dapat berdampak pada peningkatan penjualan, karena masyarakat akan semakin banyak yang percaya akan produk tersebut. Melihat efek yang dihasilkan dari komunitas yang begitu besar, komunitas dituntut untuk mendapatkan anggota lebih banyak lagi, agar hasil yang didapatkan selalu bertumbuh di setiap periodenya. Komunitas harus mengetahui motivasi konsumen ketika bergabung dalam komunitas, karena setiap individu pasti memiliki alasan yang berbeda satu dengan lainnya ketika mereka ingin masuk dalam sebuah
5
komunitas. Woisetschlager et al. (2008) dalam jurnalnya yang berjudul How To Make Brand Communities Work: Antecedents and Consequences of Consumer Participation, menyebutkan bahwa terdapat tiga motivasi konsumen ketika mereka ingin bergabung dalam komunitas, yaitu identifikasi komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence. Identifikasi komunitas ini berhubungan dengan citra yang ditunjukkan oleh sebuah komunitas, atau pandangan masyarakat akan komunitas tersebut, kepuasan komunitas berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan yang diberikan komunitas kepada anggotanya, sedangkan degree of influence adalah keinginan konsumen untuk memberikan kontrol dan pengaruh kepada komunitas tersebut. Seiring perkembangan jaman, bentuk dari komunitas merek tidak hanya terbatas pada bentuk yang nyata saja, tetapi juga berkembang ke bentuk online sebagai akibat dari perkembangan internet yang semakin pesat. Online komunitas adalah komunitas yang berinteraksi dari waktu ke waktu yang membicarakan suatu topik tertentu dalam sebuah jaringan internet (Hawkins dan Mothersbaugh, 2013: 223). Bentuk dari komunitas online itu sendiri bisa dalam bentuk kelompok diskusi ataupun blog, baik itu berasal dari website perusahaan langsung ataupun dari non-profit website. Dalam sebuah online komunitas, anggota nantinya akan dapat membuat profil mereka sendiri dalam system komunitas itu sendiri yang tujuannya adalah sebagai identitas mereka dalam sebuah forum tersebut, sehingga member lain dapat mengenali satu sama lain dan akhirnya terciptalah komunikasi atau bahkan persahabatan diantara mereka. Saat ini banyak perusahaan yang sudah menerapkan strategi pembentukan komunitas
merek
dalam
usahanya
untuk
mendekatkan
hubungan
dengan
6
konsumennya, baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia maya (online) melalui media internet. Salah satu produsen yang menggunakan strategi komunitas merek adalah Sony. Sony merupakan produsen alat elektronik yang berasal dari Jepang. Produk yang dihasilkan oleh Sony sangat beragam, mulai dari Camera dan Video Camera, TV dan Home Video, Personal Audio, Mobile Phones, Music Label dan juga Game PC. Salah satu produk Sony lainnya yang terkenal dengan kecanggihannya adalah produk kamera digital. Produk kamera digital dari Sony sangat beragam, mulai dari kamera DSLR Alpha, Kamera Mirrorless Alpha, Kamera Cyber-shot Compact, Lensa dan asesoris kamera lainnya. Dalam produk kamera digital, kamera DSLR Sony Alpha merupakan produk unggulan Sony, karena produk ini memliki fitur yang jauh lebih lengkap dibandingkan dengan produk kamera digital Sony lainnya. Kamera DSLR milik Sony merupakan salah satu produk dari Sony yang menggambarkan kekuatan Sony dalam dunia bisnis elektronik, karena produk kamera digital Sony yang dikenal dengan nama Sony Alpha merupakan hasil akuisisi Sony terhadap divisi fotografi dari salah satu produsen kamera asal Jepang, Konica Minolta pada tahun 2006. Sedikit berbicara tentang sejarah mengenai akuisisi tersebut, dalam akuisisi tersebut Sony mengambil semua teknisi di divisi kamera dari Konica Minolta, terkecuali untuk divisi marketing, karena pada saat itu dinilai bagian marketing merupakan sumber kegagalan Konica Minolta dalam pasar kamera, dan Sony yakin bahwa mereka mempunyai tim marketing yang jauh lebih hebat dibandingkan dengan Konica Minolta.
7
Kamera DSLR merupakan salah satu hasil perkembangan teknologi dalam dunia fotografi karena merupakan pengembangan dari kamera SLR. Perbedaan kamera SLR (Single Lens Reflex) dan DSLR (Digital Single Lens Reflex) adalah pada pengoperasian dan penyimpanan data hasil foto. Proses pengoperasian pada kamera analog masih manual tanpa ada bantuan layar, tidak seperi pada kamera DSLR yang sudah menggunakan layar untuk membantu penggunanya dalam mengatur komposisi kamera, seperti ISO, shutter speed, diafragma, maupun mode foto yang akan digunakan. Selain itu, perbedaan kamera SLR dan DSLR terletak pada media penyimpanan hasil foto, jika pada kamera analog hasil foto disimpan dalam bentuk film, dan pengguna harus mencetak negatif film tersebut untuk melihat hasil foto, tetapi pada kamera DSLR pengguna tidak perlu repot untuk mencetak hasil foto, karena hasil foto dapat langsung dilihat pada layar kamera. Perbedaan ini tentu akan sangat membantu para pengguna dalam berekspresi, dan tanpa terbatas pada biaya. Beberapa kecanggihan, kemudahan dan keunggulan yang ditawarkan oleh kamera DSLR tersebut berhasil menarik minat masyarakat baik awam maupun professional untuk menggunakan kamera DSLR. Meningkatnya minat pada fotografi dalam masyarakat membuat fotografi menjadi salah satu gaya hidup baru dalam masyarakat, dan juga memunculkan konsumen baru untuk produk kamera DSLR. Berangkat dari munculnya gaya hidup baru tersebut, saat ini tidak sedikit orang yang menjadikan fotografi menjadi hobi yang menjanjikan, selain karena dapat menghasilkan pendapatan, fotografi juga dapat memposisikan status orang dalam masyarakat. Seseorang yang memiliki hobi tersebut akan menjadi target pasar yang
8
potensial karena orang yang memiliki hobi terhadap sesuatu akan cenderung kurang sensitif terhadap perubahan harga produk. Jumlah pengguna kamera DSLR di Indonesia semakin meningkat seiring dengan teknologi kamera yang semakin maju. Hal ini ditunjukkan dengan data dari Datascrip yang menyebutkan bahwa total penjualan kamera DSLR di Indonesia pada 2011 naik 40% dibanding tahun sebelumnya, sumber lain juga menyebutkan bahwa penjualan kamera DSLR di Indonesia pada tahun 2013 secara keseluruhan mencapai 1,3 juta unit, dan dari angka tersebut 330 ribu unit disumbangkan dari kamera jenis DSLR. Selain itu, bukti lain yang menyebutkan bahwa pengguna kamera di Indonesia meningkat adalah semakin maraknya komunitas fotografi dalam masyarakat Indonesia, baik yang didirikan langsung oleh produsen maupun yang didirikan oleh para pengguna kamera sendiri, baik yang satu merek ataupun beda merek, baik yang online maupun yang offline. Salah satu komunitas di Indonesia yang memiliki banyak anggota adalah komunitas fotografi online Alpharian.com. Komunitas fotografi online Alpharian.com ini adalah komunitas yang didalamnya berisi orang-orang yang memiliki kesamaan minat pada fotografi dan sama-sama menggunakan kamera merek Sony Alpha. Anggota dari komunitas yang didirikan oleh Faizal Ortho pada tanggal 20 November 2008, sampai saat ini sudah mencapai 9.770 orang. Komunitas ini bersifat online dan terhubung dengan semua anggota di seluruh Indonesia, namun dalam teknisnya komunitas ini memiliki moderator di beberapa regional yang tersebar di seluruh Indonesia. Regional dari komunitas Alpharian.com meliputi Jakarta, Tangerang,
9
Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Bali, Bima-Dompu, Medan, Palembang, Balikpapan, dan Makassar. Masing-masing moderator di tiap regional bertugas untuk mengontrol kegiatan di lingkup regional dan menjaga anggota agar tetap terhubung satu dengan lainnya, misalnya dengan mengadakan acara kopdar (kopi darat) sesama anggota atau dengan mengadakan hunting bareng. Alpharian.com merupakan komunitas pengguna Sony Alpha terbesar di Indonesia, dan biasa dijadikan acuan oleh komunitas Sony Alpha lainnya. Misi dari komunitas Alpharian.com adalah untuk memperkaya khazanah seni fotografi di Indonesia, sebagai sarana belajar meningkatkan kemampuan di bidang fotografi, dan menjalin persahabatan di dunia fotografi. Meskipun komunitas ini berkembang dalam dunia maya, tetapi masingmasing anggotanya sering mengadakan pertemuan, baik di regional maupun secara nasional dalam event yang mereka adakan bersama. Pendiri komunitas ini awalnya mendirikan Alpharian.com karena adanya keterbatasan dalam hal berbagi info mengenai penggunaan kamera Sony Alpha, baik itu penggunaan alat yang cocok, informasi jual beli alat untuk upgrade peralatan fotografi kamera, maupun teknik penggunaan kamera Sony Alpha itu sendiri, sehingga founder ingin menciptakan sebuah wadah atau sarana sharing bagi para pengguna kamera DSLR Sony Alpha. Tidak dipungkiri lagi bahwa Sony Alpha masih berada di bawah produsen kamera Canon maupun Nikon, kekurangan atau kondisi ini jugalah yang telah mendorong Faizal Ortho untuk mendirikan Alpharian. Alasan lain yang mendasari pendirian Alpharian ini adalah karena founder sadar bahwa kamera merupakan salah satu produk yang termasuk dalam kategori high involvement di mata
10
konsumen, sehingga dalam konsumsinya konsumen akan membutuhkan kelompok referensi sebagai bahan pertimbangan dalam memilih produk yang akan dibeli ataupun sekedar berkumpul dan berdiskusi mengenai gear mereka. Komunitas ini memang tidak secara langsung didirikan oleh produsen langsung atau masuk dalam kategori CGBC, tetapi karena track record dalam dunia fotografi yang sudah tidak diragukan lagi dan anggota yang semakin bertumbuh banyak setiap waktunya, membuat Sony Corporation memperhitungkan komunitas ini, terbukti dengan setiap event peluncuran produk baru Sony, komunitas ini selalu diundang dan selalu diminta untuk menjadi reviewer untuk produknya. Selain itu, Sony juga selalu mendukung kegiatan dalam komunitas ini dengan cara mensponsori kegiatan yang diadakan. Persaingan dalam dunia fotografi saat ini sangat ketat khususnya pada kamera jenis DSLR, mengingat masing-masing merek saling menawarkan kelebihan yang berbeda-beda. Seperti yang dijelaskan oleh sebuah situs jejaring sosial yang sering digunakan untuk mengunggah dan berbagi foto, flickr.com, Sony masuk dalam lima besar kamera yang sering digunakan dalam fotografi. Berdasarkan situs tersebut, dijelaskan bahwa beberapa merek kamera dengan jenis DSLR masih menjadi favorit oleh pengguna, seperti Canon yang menduduki peringkat pertama, Nikon pada posisi tiga, Sony Alpha pada posisi empat, dan Samsung yang juga mengeluarkan produk DSLR menduduki peringkat lima. Apple yang berada di posisi kedua merupakan kamera berjenis smartphone yang tidak masuk dalam jenis DSLR. Tabel 1.1. di bawah ini menjelaskan tentang daftar lima besar kamera yang sering digunakan oleh para fotografer menurut flickr.com.
11
Tabel 1.1. Daftar Lima Besar Kamera yang Sering Digunakan Rank
Brand
1
Canon
2
Apple
3
Nikon
4
Sony
5
Samsung
Top Models
Model Types
EOS REBEL T3i, EOS 5D Mark II, EOS 7D iPhone 5, iPhone 5s, iPhone 4s D7000, D3100, D90
Digital SLR, Mirrorless Camera, Point and Shoot, Video Camera Cameraphone, Point and Shoot Digital SLR, Mirrorless Camera, Point and Shoot Cameraphone, Digital DSC-RX100, SLT- SLR, Mirrorless Camera, A77V, Alpha a7 Point and Shoot, Video Camera Cameraphone, Digital Galaxy S III, SLR, Mirrorless Camera, Galaxy S4, Galaxy Point and Shoot, Video S II Camera Sumber: flickr.com
Number of Models 230 15 174
299
145
Lain lagi dengan survey yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang concern dalam survei mengenai kepuasan pelanggan, kualitas produk, dan perilaku pembelian, J.D. Power and Associate pada tahun 2012. Dalam hasil survey tersebut dijelaskan bahwa pada tahun 2012 kamera jenis DSLR Sony menduduki peringkat lima dalam hal kepuasan konsumen. Hasil survey tersebut ditunjukkan pada gambar 1.
12
Gambar 1.1. Hasil survey yang dilakukan oleh J.D. Power and Associate pada tahun 2012 mengenai kepuasan konsumen terhadap kamera jenis DSLR (sumber: www. francoismalan.com)
Data lain berasal dari situs review toptenreview.com menunjukkan bahwa Kamera DSLR Sony Alpha menduduki peringkat 3 dalam kategori Entry Level DSLR Cameras dengan overall rating 9,30 dari skala 10, dan menduduki peringkat 4 dalam kategori Professional DSLR dengan overall rating 9,25 dari skala 10. Dari beberapa data tersebut, dapat dijelaskan bahwa persaingan dalam dunia fotografi khususnya kamera jenis DSLR sangat ketat. Bahkan berdasarkan persaingan tersebut, sering muncul anggapan dalam kalangan masyarakat pengguna kamera jenis DSLR ini bahwa merek yang mereka gunakan seperti “agama” yang mereka percayai.
13
Berdasarkan karakteristik komunitas yang merupakan komunitas yang berdasarkan merek dan juga anggota yang masing-masing menggunakan kamera dengan merek yang sama, yaitu Sony Alpha dan ukuran komunitas yang sudah besar ini, menjadikan komunitas ini menarik untuk diteliti dan dijadikan obyek penelitian peneliti dalam penelitian mengenai komunitas merek. Peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh dari dimensi partisipasi (identifikasi komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence) terhadap partisipasi konsumen dalam komunitas Alpharian.com, dan juga pengaruh partisipasi konsumen dalam komunitas Alpharian.com terhadap dimensi hasil (word of mouth, loyalitas komunitas, dan citra merek).
1.2.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dijelaskan bahwa komunitas merek
merupakan suatu hal yang penting dan perlu dibina oleh perusahaan. Tugas komunitas adalah untuk menarik konsumen agar dapat masuk dalam komunitas mereka. Oleh sebab itu, komunitas diharapkan memahami motivasi konsumen ketika mereka ingin bergabung dalam sebuah komunitas. Tiga hal yang merupakan motivasi konsumen ketika ingin bergabung dalam sebuah komunitas menurut Woisetschlager et al. (2008) adalah identifikasi komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence. Dalam penelitian ini, ketiga hal tersebut kemudian akan disebut dengan dimensi partisipasi. Partisipasi konsumen pada komunitas merek ini berhubungan dengan loyalitas konsumen terhadap produknya, dan ketika konsumen tersebut telah loyal, maka
14
konsumen akan melakukan word of mouth yang positif akan produk perusahaan. Word of mouth dipercaya dapat melakukan kegiatan marketing dengan efektif, karena dapat menjangkau target konsumen dengan tepat dan biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah. Loyalitas konsumen juga berhubungan dengan persepsi konsumen terhadap citra merek dari produk. Semakin loyal konsumen akan suatu produk, maka citra merek yang tertanam dalam diri konsumen akan semakin baik, dan begitu pula dengan sebaliknya. Word of mouth, loyalitas komunitas, dan citra merek, kemudian akan disebut dengan dimensi hasil dalam penelitian ini. Untuk melihat besar kecilnya dimensi hasil, maka dalam penelitian ini akan digunakan variabel moderasi preferensi interaksi. Preferensi Interaksi ini memoderasi hubungan antara partisipasi konsumen terhadap dimensi hasil. Preferensi Interaksi ini akan melihat seberapa jauh tingkat keaktifan anggota komunitas Alpharian.com, dan hasilnya terhadap dimensi hasil. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimanakah pengaruh dimensi partisipasi (identifikasi komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence) pada partisipasi konsumen di komunitas Alpharian.com? 2. Bagaimanakah pengaruh partisipasi konsumen di komunitas Alpharian.com terhadap dimensi hasil (word of mouth, loyalitas komunitas, dan citra merek) yang dimoderasi oleh Preferensi Interaksi?
15
1.3.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis dalam penelitian
ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh dimensi partisipasi (identifikasi komunitas, kepuasan komunitas, dan degree of influence) pada partisipasi konsumen di komunitas Alpharian.com, dan juga pengaruh partisipasi konsumen di komunitas Alpharian.com terhadap dimensi hasil (word of mouth, loyalitas komunitas, dan citra merek) yang dimoderasi oleh Preferensi Interaksi.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis akan bermanfaat bagi manajerial,
bagi komunitas yang dijadikan obyek penelitian, dan bagi akademik. Manajerial yang dimaksud disini adalah perusahaan Sony divisi fotografi yang memproduksi kamera DSLR, sedangkan komunitas disini yang dimaksud adalah komunitas yang dijadikan obyek pada penelitian ini yaitu komunitas online Alpharian.com, sedangkan bagi akademik penelitian ini akan terfokus pada kajian ilmu marketing.
1.4.1. Manfaat Manajerial Dengan penelitian ini diharapkan perusahaan dapat memahami efektivitas komunitas merek yang mereka bangun, dan pengaruhnya terhadap penjualan produk mereka. Penelitian ini juga dapat menjadi evaluasi bagi perusahaan dalam hal membangun merek di mata konsumen, dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun strategi yang akan digunakan dalam pemasaran produk mereka.
16
1.4.2. Manfaat bagi Komunitas Alpharian Dapat menjadi informasi yang menunjang dalam penyusunan strategi komunitas terkait dengan menjaga loyalitas anggota dalam komunitas dan dalam pengembangan komunitas merek Alpharian.com.
1.4.3. Manfaat Akademik Memberikan pengetahuan mengenai pengaruh dimensi partisipasi terhadap partisipasi konsumen dalam komunitas dan pengaruh partisipasi konsumen dalam komunitas, terhadap dimensi hasil. Selain itu, penelitian ini juga menerangkan pentingnya bauran pemasaran atau marketing mix (Product, Price, Place and Promotion) dalam pemasaran. Bauran pemasaran itu sendiri adalah sebuah alat analisis yang digunakan oleh para pemasar dalam rangka mencapai tujuan pemasaran untuk memenuhi target pasarnya. Jika bauran pemasaran ini tidak dilakukan, maka kegiatan pemasaran dapat menemui kegagalan. Penelitian ini menjelaskan mengenai pentingnya analisis produk yang dalam hal ini adalah kamera DSLR Sony Alpha dan promosi yang dalam hal ini adalah komunitas merek Alpharian.com yang dibangun oleh para pengguna Sony Alpha itu sendiri.
17