1
BAB 1 PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Salah satu pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang dapat menggambarkan mutu Rumah Sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kegiatan pembedahan menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik. Kamar Bedah Sentral pada suatu Rumah Sakit merupakan unit dengan biaya yang tinggi namun dapat menghasilkan keuntungan yang cukup besar bagi Rumah Sakit (Daiki Mean, 2010) Tantangan manajemen operasional kamar operasi adalah meningkatkan efisiensi kamar operasi dengan memperhatikan aspek penjadwalan operasi, pelaksanaan operasi dan monitoring kamar operasi (Wright et al., 2010). Penjadwalan operasi dimaksudkan untuk mengatur alur proses yang terjadi di kamar operasi. Tidak semua operasi yang direncanakan atau dijadwalkan dapat terlaksana sesuai waktu yang telah ditentukan dimana bisa terjadi penundaan, percepatan maupun pembatalan operasi. Pandit & Carey.,2006 melaporkan pembatalan operasi terjadi 10% - 40% yang diambil dari laporan beberapa Negara Di RSUP Sarjito terjadi penundaan operasi sebesar 45,76% dari jadwal operasi. North et al., 2012 dalam penelitiannya melaporkan bahwa keterlambatan operasi terjadi karena keterlambatan penegakan diagnosis yang merupakan salah satu penyebab meningkatnya kematian akibat pembedahan dalam laporannya juga menyebutkan bahwa dari laporan WHO audit kematian akibat tindakan bedah di Scotlandia dan QASM (Queensland Audit of Surgical Mortality) Australia bahwa terjadi kematian akibat pembedahan sekitar 5-6 kematian dari 1000 pasien. Penundaan operasi elektif
selain meningkatkan kejadian kematian juga
meningkatkan resiko operasi ulang, memerlukan perawatan intensif (ICU), dan komplikasi post operasi yang meningkat. Novack et al melaporkan tingkat mortalitas untuk pasien dengan operasi patah tulang femur umur ≥60 tahun dengan penundaan >48 jam terjadi peningkatan kematian dari 7% menjadi 15,8%
2
Weinbroun et al (2003), melaporkan bahwa terdapat bermacam perbedaan penyebab pembatalan baik yang berhubungan dengan manajemen rumah sakit maupun dari pihak pasien dan ini semua mengakibatkan kerugian materil maupun moril, dilaporkan bahwa 70 jam waktu yang terbuang selama periode 30 hari penelitian yang menunjukkan inefisiensi kamar operasi. Kumar & Gandhi (India 2009-2010) dalam penelitiannya melaporkan terjadi pembatalan 17,6%, dengan pembatalan tertinggi terjadi pada bedah umum 7,1%. Garg et al (2009) dalam penelitiannya melaporkan bahwa terjadi pembatalan operasi 30,3% pasien dari 1590 pasien yang telah dijadwalkan Pembatalan dan penundaan selain membuang waktu sumber daya yang telah disiapkan dan berdampak pada penurunkan utilisasi kamar operasi yang mengakibatkan kerugian rumah sakit. Pembatalan operasi juga berdampak pada gangguan psikologis pasien yaitu gangguan cemas hingga depresi sehingga memerlukan perawatan tambahan yang berdampak terjadi peningkatan biaya yang dikeluarkan (Scofield, 2005), pada akhirnya pembatalan operasi akan menurunkan kepuasan pasien. Dari penelitian Notoprojo (1988) di Rumah Sakit kelas B non pendidikan di Serang dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pembatalan operasi melaporkan pembatalan 6,8% operasi elektif dari 833 kasus. Liana (1996) di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo melaporkan tingkat keterlambatan tindakan operasi yang lebih dari 30 menit dari jadwal yang telah ditentukan terdapat sebesar 90,9% keterlambatan terdiri dari keterlambatan provider sebesar 80,8 % dengan waktu rata-rata keterlambatan 40 menit. Salah satu parameter efisiensi kamar operasi adalah utilisasi yang merupakan indikator yang dipercaya dalam manajemen operasional kamar operasi, utilisasi memiliki acuan 100% dimana waktu sebenarnya yang digunakan untuk melakukan proses operasi dalam satu hari dibagi dengan total waktu yang tersedia (Tyler & Pasquariello, 2003). Menurut Weinbroun et al.,(2003) menyatakan bahwa utilisasi optimal berada pada nilai 97%. Hal tersebut menunjukkan bahwa utilisasi kamar operasi tergantung pada penjadwalan dan pelaksanaanya.
3
Penjadwalan operasi dimaksudkan untuk mengatur alur proses yang terjadi di kamar operasi, dimana pelaksanaan operasi sesuai penjadwalan masih sering terlambat sehingga mengakibatkan penundaan dan pembatalan operasi, prosedur pendaftaran operasi elektif yaitu pendaftaran dilakukan satu hari sebelum pelaksanaan operasi dan terakhir pendaftaran pada jam 16.00, sedangkan yang dimaksud dengan durasi sebuah operasi adalah waktu dimulainya proses anastesi sampai pasien dipindahkan dalam ruang pemulihan (Pandit and Carry). Berdasarkan data dari perhimpunan Rumah Sakit Se-Jawa Barat bahwa diketahui bahwa perhitungan utilisasi di rumah sakit berdasarkan kinerja kamar operasi didasarkan pada jumlah operasi yang sanggup dilakukan setiap hari, indikator ini memerlukan pengkajian kembali apakah memberikan informasi efisiensi yang dibutuhkan untuk mengelola kamar operasi (Persi Jawa Barat). Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan telah menjalankan tugas dan fungsinya yaitu dengan menyediakan sumber daya manusia (SDM), fasilitas dan kompetensi untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Struktur organisasi IBS adalah struktur organisasi secara umum yang memiliki fungsi administratif/manajemen dan pelayanan, dengan jumlah ketenagaan pada laporan akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jenis ketenagaan IBS RSUP Persahabartan tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
JENIS TENAGA ADMINISTRASI Dokter ahli S1 Keperawatan D3 Keperawatan S1 keperawatan D3 Keperawatan JENIS TENAGA PELAYANAN D3 SPK SLTA Total tenaga
JUMLAH 1 2 1 1 1 20 3 7 36
JABATAN/ Ka instalasi Waka umum dan waka yan PJ Administrasi PJ Logistik PJ mutu pelayanan Perawat pelaksana Pelaksana Penunjang medis
IBS Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan mempunyai 10 kamar operasi, menyediakan sarana pelayanan untuk seluruh SMF yang memerlukan pelayanan
4
pembedahan. Sesuai data yang kami dapatkan dari laporan Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan tahun 2011 dari 4207 tindakan operasi terjadi pembatalan 6,9%, sedangkan laporan mengenai utilisasi atau kinerja kamar operasi didasarkan pada jumlah operasi yang sanggup dilakukan setiap hari, dilaporkan utilisasi berada antara 1,74/hari/OK sampai dengan 1,92/hari/OK pada Januari 2012. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan. B. Rumusan Masalah Pembatalan operasi elektif adalah merupakan parameter untuk menilai kualitas perawatan pasien dan kualitas sistim manajemen. Makin tinggi jumlah kasus pembatalan makin menggambarkan kualitas perawatan dan kualitas manajemen yang rendah. Penggunaan ruang OK yang belum maksimal dapat dilihat dengan masih tingginya waktu OK yang terbuang, ini menggambarkan utilisasi kamar operasi belum maksimal. Dengan melihat penelitian sebelumnya dengan berbagai macam penyebab pembatalan dan penundaan serta akibat dari pembatalan dan penundaan
itu
sendiri serta terbuangnya waktu yang telah dijadwalkan sangat mempengaruhi utilisasi penggunaan OK yang mengakibatkan kerugian Rumah Sakit, dari data Rumah Sakit Persahabatan pembatalan operasi elektif masih tinggi dan perhitungan utilisasi yang belum bisa menggambarkan effisiensi penggunaan kamar operasi, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian. Permasalahan yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan umum Mengetahui dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUP Persahabatan Jakarta.
5
2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui jumlah pembatalan dan penundaan operasi elektif. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mepenyebabkan pembatalan operasi elektif. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mepenyebab penundaan operasi elektif d. Untuk mengetahui tingkat utilisasi kamar operasi di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. e. Mengetahui pengaruh pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap tingkat utilisasi
D.Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit a. Memberikan masukan untuk perbaikan manajemen rumah sakit secara umum khususnya manajemen kamar operasi Rumah Sakit Umum persahabatan b. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan untuk memaksimalkan utilisasi kamar operasi dengan meningkatkan jumlah tindakan operasi yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi antrian rencana operasi. c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk mengevaluasi kembali kesesuaian antara ketersedian SDM, alat kesehatan/obat-obatan dan tempat tidur OK serta fasilitas ICU. 2. Bagi institusi pendidikan Sebagai tambahan koleksi bahan bacaan pustaka yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi khususnya minat manajemen rumah sakit. 3. Bagi peneliti Untuk peneliti merupakan mengikuti kuliah.
aplikasi dari hasil pembelajaran
selama
6
E .Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya atau yang mendekati dengan penelitian ini antara lain: 1. Weinbroun et al.,(2002), Efficiency of the Operating Room Suite, dalam penelitiannya yaitu menghitung waktu yang terbuang berjumlah 76 jam selama periode 30 hari (15% dari total waktu), terbuangnya waktu tersebut disebabkan karena persiapan pasien yang tidak tepat (12%), ketidak sediaan ahli bedah (7%). OK dipakai oleh kegiatan emergensi (59%), bangsal post operasi penuh (10), dan keterlambatan pengiriman pasien ke OK (2%), perbedaan pada peneliti ini adalah tempat penelitian dan menghitung utilisasi kamar operasi 2. Wong et al., (2010), Delay in the Operating Room Sign an Imperfect System, dalam penelitiannya melaporkan bahwa penyebab utama dari penundaan operasi adalah kerena alat medis yang tidak berfungsi, juga dilaporkan dengan adanya penundaan berdampak pada alur pasien dan utilisasi, perbedakan pada penelitian ini adalah mengetahui dampak pembatalan terhadap utilisasi kamar operasi. 3. Daumi et al., (2008), Cencelled Elektive Surgical Operations at El Obeid Hospital, Western Sudan, dalam penelitiannya melaporkan bahwa dari 1633 operasi bedah umum 9,9% terjadi pembatalan dengan usia 2-80 tahun yang terdiri dari 55% wanita dan 46,5% adalah pria, dilaporkan juga penyebab pembatalan karena faktor pasien 34,6%, karena faktor staf 32,1% dan 33,3% karena alasan
prosedur. Perbedaan pada penelitian ini adalah mengetahui
dampak pembatalan dan penundaan terhadap utilisasi kamar operasi. 4. Vogel et al.,(2010), Impect on Infektious Complications In-Hospital Delay of Elektive Surgery for High Volume Prosedures, melaporkan dari 87.318 pasien operasi CABG, 46.728 reseksi kolon, 28.960 reseksi paru yang dievaluasi tingkat infeksi meningkat secara signifikan setelah penundaan operasi elektif dan terjadi peningkatan biaya operasi dari CABG (P<0,0001), reseksi kolon (P<0,0001), dan reseksi paru (p<0.0032), perbedaan dalam penelitian ini
7
adalah mengetahui dampak pembatalan dan penundaan operasi elektif terhadap utilisasi kamar operasi. 5. Dalam penelitian Liana (1996), faktor-faktor yang berhubungan dengan keterlambatan operasi di IBP
Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo
dlaiporkan tingkat keterlambatan tindakan operasi 90,9% diantaranya dari keterlambatan provider adalah terbesar yaitu 80,8 % dengan waktu rata-rata 40 menit, keterlambatan PPDS anastesi 60,6% (37,6 menit) dan keterlambatan pasien 62,1 %, sehingga terdapat rata-rata waktu keterlambatan 42 menit. Dilaporkan juga terjadi pembatalan 12,4% dengan alasan terbanyak adalah faktor subjektif pasien misalnya menunggu kedatangan keluarga (28,6%), sedangkan penyebab lainnya adalah lamanya operasi yang memanjang, serta tidak tersedianya logistik yang berhubungan dengan operasi ( linen pasien, linen operasi). perbedaan dalam penelitian ini adalah mengetahui tingkat utilisasi kamar operasi. 6. Schofield et al.,(2005) dalam penelitiannya berjudul Cancellation of Operations on the Day of Intended Surgery at a Mayor Australian Refferal Hospital, dalam laporannya bahwa terdapat pembatalan operasi sebesar 11,9% dengan alasan kamar operasi penuh, karena masih mengerjakan operasi yang pertama (18,7%), tidak adanya tempat tidur post operasi (17,8,1%), dibatalkan oleh pasien (17.1%), dan perubahan status pasien (17,1%), dan lainnya adalah alasan prosedural, Perbedaan dengan penelitian ini adalah dampaknya pembatalan dan penundaan terhadap utilisasi kamar operasi.