ARDHINA NUR HIDAYAT (3308100066) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT.
Evaluasi Perubahan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan Dengan Tata Guna Lahan Di Kawasan Dharmawangsa Surabaya
Latar Belakang • Kawasan Dharmawangsa Surabaya merupakan salah satu lokasi yang telah banyak mengalami perubahan fungsi tata guna lahan selama ± 6 tahun. • Peningkatan jumlah alat transportasi yang tidak diimbangi dengan perkembangan jalan sebagai media mobilisasi kendaraan bermotor sehingga menyebabkan padatnya arus lalu lintas. • Kawasan awalnya merupakan Pemukiman kemudian menjadi kawasan Perdagangan dan Jasa sehingga dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di kawasan Dharmawangsa dan dapat mempengaruhi kemacetan dan intensitas kebisingan.
Rumusan Masalah • Seberapa besar tingkat kebisingan yang terjadi di kawasan Dharmawangsa Surabaya? • Bagaimanakah korelasi tingkat kebisingan dengan aktivitas lalu lintas transportasi apabila dikaitkan dengan perubahan tata guna lahan di wilayah studi? • Bagaimanakah jenis barrier yang sesuai guna meminimalisir kebisingan di kawasan Dharmawangsa Surabaya?
Tujuan Penelitian • Mengukur tingkat kebisingan di kawasan Dharmawangsa Surabaya dan membandingkannya dengan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.48/ MENLH / PER / XI / 1996. • Menentukan korelasi perubahan tingkat kebisingan dengan perubahan aktivitas transportasi dan tata guna lahan di wilayah studi. • Pemilihan jenis barrier yang efektif guna meminimalisir intensitas kebisingan di kawasan Dharmawangsa Surabaya.
Manfaat Mengetahui pengaruh tingkat kebisingan terhadap aktivitas lalu lintas transportasi di wilaya studi selama kurun waktu ± 6 tahun. Memperoleh peta pola persebaran tingkat kebisingan yang berasal dari program Surfer 10 apakah melebihi standar baku mutu kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48/MENLH/PER/XI/1996. Mengetahui seberapa besar fungsi barrier guna meminimalisir tingkat kebisingan yang terjadi di wilayah studi.
Ruang Lingkup Penelitian kebisingan dilakukan di sepanjang kawasan Dharmawangsa Surabaya. Pengambilan sampel menggunakan alat SLM (Sound Level Meter), stop watch, dan GPS (Global Positioning System) untuk menentukan titik koordinat suatu area. Pengukuran level bunyi dilakukan pada sumber bising, terutama sumber bising dari transportasi yang berada di wilayah studi tanpa memperhatikan arah dan kecepatan angin tetapi yang terpenting yaitu memperhatikan cuaca/iklim. Pengukuran level bunyi dilakukan selama dua minggu dalam jangka waktu 4 hari setiap minggunya sesuai dengan interval waktu yang telah ditetapkan. Pemetaan pola tingkat kebisingan dengan menggunakan program Surfer 10. Pemberdayaan serta pemilihan alternatif barrier yang menunjang guna mereduksi tingkat kebisingan di lokasi sampling tersebut.
Metodologi Penelitian
Lokasi Penelitian
Hasil Pengukuran Tingkat (contoh: Titik 1 pada Hari Senin interval 03.00-06.00/interval 2)
Perhitungan Leq
Dimana: T = 600 (Lama waktu sampling, selama 10 menit/ 600 detik) Li = Level kebisingan hasil pembacaan ti = 5 (interval waktu tiap 5 detik sekali)
Perhitungan Ls Rumus: • T = 16 (lamanya waktu sampling, yaitu 16 jam) • Li = Level kebisingan hasil pembacaan tiap interval (data yang diinputkan adalah L3, L4,L5, dan L6) • ti = 4 ( interval pengambilan sampling yaitu tiap 4 jam)
Perhitungan Lm
Dimana: • T = 8 (lamanya waktu sampling, yaitu 8 jam) • Li = Level kebisingan hasil pembacaan tiap interval (data yang diinputkan adalah L1, L2, dan L7) • ti = interval pengambilan sampling, (L1, L2, dengan ti = 3, dan L7 dengan ti = 2)
Perhitungan Lsm Rumus:
Hasil Perhitungan LS, LM, dan LSM Tiap Lokasi Sampling (Contoh Perhitungan Pada Hari Senin 12 Maret 2012)
Komparasi Tingkat Kebisingan Pada Masing-Masing Hari
Korelasi Tingkat Kebisingan Dengan Jumlah Kendaraan Grafik Regresi Korelasi Tingkat Kebisingan Dengan Jumlah Kendaraan
83.0
78.0
73.0
y = 10.13ln(x) + 12.04 R² = 0.885
68.0
63.0
58.0 0
100
200
300
400
500
600
700
800
Cont ’ Berdasarkan persamaan y = 10,13 ln(x) + 12,04, didapatkan nilai R2 sebesar 0,885, maka tingkat kebisingan yang terjadi dapat dideskripsikan dengan jumlah kendaraan yang melintasi lokasi sampling dengan kebenaran mencapai 88,5%. Hal ini membuktikan bahwa kebisingan yang terjadi tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan yang melintas, selain itu ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi yaitu background noise pada masing-masing lokasi sampling antara lain berasal dari aktivitas manusia, seperti aktivitas perdagangan maupun perbengkelan yang terdapat di kawasan Dharmawangsa, Surabaya. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebisingan tersebut mencapai 11,5% atau 0,115.
Korelasi Antara Tata Guna Lahan Dengan Peningkatan Kebisingan 85 75 70 65 60 55 50 45 40 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Titik sampling Baku Mutu
LEQ
80 75 70 Kebisingan (dBA)
Kebisingan (dBA)
80
Baku Mutu
65 60
Leq
55 50
45 40 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Titik Sampling
PeruntukanLahan pada RTRW Kota Surabaya 2013
Pembuatan Peta Tingkat Kebisingan Level Siang dan Malam Hari (LSM) •
Proses pemetaan dilakukan dengan menggunakan program Surfer 10. Pembuatan peta kontur kebisingan memiliki beberapa tahapan proses. Tahapan tersebut meliputi proses berikut:
Koordinat GPS
Plot Di Peta Google Earth
Input Peta Pada Surfer 10
Proses Plotting
Penentuan Tingkat Kebisingan di Titik Tambahan
• • • •
Keseluruhan data LSM pada masing-masing titik sampling kemudian diberikan titik tambahan. Titik tambahan ini digunakan untuk memperoleh nilai sebaran tingkat kebisingan di kawasan Dharmawangsa Surabaya. Titik tambahan diberi dengan jarak tiap titik tambahan sepanjang 50 meter dengan batas jarak maksimum titik tambahan sepanjang 150 meter dari titik sampling utama. Rumus: LP2 =LP1 – 10log (r2/ r1) Dimana: LP1 = Tingkat kebisingan pada jarak r1 (dBA) LP2 = Tingkat kebisingan pada jarak r2 (dBA) r1= Jarak titik 1 dari sumber kebisingan r2= Jarak titik 2 dari sumber kebisingan
Contoh perhitungan: Tingkat kebisingan LSM untuk titik 1 sebesar 78,5 dBA, tingkat kebisingan untuk titik tambahan yang letaknya 50 meter dari sumber bising, reduksi kebisingan akibat pertambahan jarak dapat dihitung dengan rumus 5.1 berikut: • LP2 =LP1 – 10log (r2/ r1) • LP2 =78,5 – 10log (50/ 2) • LP2 = 64,5 dBA
Reduksi Tingkat Kebisingan Karena Pertambahan Jarak Pada Titik Tambahan
Peta kontur tingkat kebisingan di Jalan Dharmawangsa
Alternatif Pemilihan Barrier 1) • • • • • • • • • • •
Barrier buatan Dimana: N = Bilangan Fresnel X = Jarak dari sumber bising ke penghalang (m) Y = Jarak dari penghalang ke penerima (m) Z = Jarak dari sumber bising ke penerima (m) R = Jarak sumber bising ke penghalang di lapangan(m) D = Jarak penerima ke penghalang di lapangan (m) Hb = Tinggi penghalang (m) Hp = Tinggi penerima (m) Hs = Tinggi sumber bising (m) λ = Panjang gelombang (m)
Cont ’ Pada titik sampling 20 yang terletak di lokasi SMU Negeri 4 Surabaya, direncanakan dengan menggunakan barrier buatan berupa batu bata dengan ketinggian efektif (Hb) 2 meter, jarak sumber bising ke penghalang (R) 1.5 meter, jarak penerima ke penghalang (D) 4 meter dan panjang gelombangnya adalah 0.34 meter, maka bilangan Fresnelnya dihitung:
Cont ’
Cont ’ 2) Barrier Alami Atenuasi = (0,18 Log f – 0,31)r Keterangan: • f = frekuensi (Hz) • r = jarak antara sumber kebisingan dengan barrier alami (m) Atenuasi = (0,18 Log f – 0,31)r = (0,18 Log 1000 – 0,31)2 = 0,46 dBA
Cont ’ Pemilihan alternatif barrier alami berupa pohon ditempatkan pada titik sampling 2 yakni Lapangan Hoki, di pemukiman kawasan penduduk, di sekolah maupun di area perkantoran. Selain berfungsi untuk mereduksi kebisingan, barrier alami berupa pohon ini juga dapat digunakan untuk keindahan estetika lingkungan bagi kawasan dan juga untuk mereduksi polusi udara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor yang melintasi kawasan studi.
Kesimpulan •
•
•
Intensitas kebisingan (LSM) paling maksimal di kawasan Dharmawangsa Surabaya adalah hari Selasa 13 Maret 2012 yaitu antara 78,5 dBA di titik sampling 1 (SMP Soedirman) dan Intensitas kebisingan (LSM) minimum hari Jumat 16 Maret 2012 yaitu 70,8 dBA yang berlokasi di titik sampling 11 (Depan IRD) dan titik sampling 20 (SMU Negeri 4 Surabaya) Kebisingan yang terjadi pada wilayah studi berkorelasi kuat dengan jumlah kendaraan yang melintas dengan persamaan korelasi: y = 10,13 ln(x) + 12,04 beserta rentang kepercayaan (R2) mencapai 88,5 % Alternatif pemilihan barrier di kawasan Darmawangsa adalah: Barrier buatan, berupa pasangan batu bata dengan ketinggian efektif 2 meter, serta dilapisi dengan menggunakan plesteran 13 mm dan penempatan barrier di titik sampling 1 (SMP Soedirman), titik 2 (lapangan hoki) dan titik 10 sampai 17 (kawasan rumah sakit) Barrier alami, berupa tanaman perdu (bougenville atau bunga sepatu) diantara pohon besar dengan penempatan di titik 2 (Lapangan Hoki), titik 8 (gedung Pasca UNAIR), titik 9 (Kantor Badan Koordinasi KB) dan sepanjang jalan Darmawangsa, jalan Prof. Dr. Mostopo dan jalan Raya Gubeng.
Saran • Perlu dilakukan peninjauan ulang dalam penataan tata ruang peruntukan kawasan Dharmawangsa dan arus lalu lintas yang melewati kawasan studi tersebut, sehingga tingkat kebisingan yang ada tidak melebihi batas kriteria sesuai dengan fungsi kawasan tersebut. • Perlu dilakukan penelitian pada sumber bising kendaran yaitu pada knalpot kendaraan agar dapat mengurangi timbulnya kebisingan. • Pemerintah Kota Surabaya perlu mempertimbangkan faktor kebisingan akibat aktivitas transportasi dalam merevisi RTRW Kota Surabaya untuk kedepannya.
TERIMA KASIH