JURNAL PENATAAN RUANG, Vol. 3. No. 2 Januari 2009
ARAHAN PENEMPATAN LOKASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA BERDASARKAN KARKTERISTIK WILAYAH DI KABUPATN REMBANG Mardi1 Eko Budi Santoso2 Endang Titi Sunarti3 ABSTRAK Distribusi penempatan lokasi SMP yang tidak terencana dengan baik menyebabkan terjadinya ketimpangan pelayanan pendidikan SMP antar wilayah di Kabupaten Rembang. Oleh sebab itu perlu dirumuskan arahan penempatan lokasi SMP sebagal salah satu solusi efektif dalam pendistribusian lokasi SMP. Penelitian diawali dengan melakukan kajian pustaka untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP. Pengumpulan data primer dan data sekunder dengan metode kuesioner dan dokumentasi. Analisis data menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), analisis kinerja pelayanan SMP (Performance Analysis) den metode Land Suitability Analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor prioritas dalam penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah. Sedangkan kriteria prioritas adalah jumlah lulusan SD dan jumlah SMP. Wilayah prioritas penambahan unit SMP di Kabupaten Rembang, yaitu Kecamatan Sarang, Kragan, Sedan, Kaliori, Sale, Gunem, Bulu dan Sluke. Arahan lokasi untuk penempatan SMP di Kabupaten Rembang, yaitu di Babaktulung (kecamatan Sarang); Woro (kecamatan Kragan); Dadapan, Sedan dan Mojosari (kecamatan Sedan); Sambiyan (kecamatan Kalion); Tahunan (kecamatan Sale); Gunem (kecamatan Gunem); Pasedan (kecamatan Bulu); dan Manggar (kecamatan Sluke).
Kata kunci: arahan lokasi, karakteristik wilayah, sekolah menengah pertama.
PENDAHULUAN Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Istilah wajib dapat dimaknai bahwa semua warga yang berusia 7- 12 tahun dan 13 - 15 tahun berkewajiban memasuki pendidikan dasar. Konsekuensi logis yang harus dilakukan adalah pemerintah menyediakan berbagai fasilitas pendidikan sehingga memungkinkan semua warga yang menjadi sasaran layanan pendidikan dasar dapat menikmati. Penyediaan fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) dilakukan oleh Pemda Kabupaten Rembang dengan mernbangun SMP baru yang dikenal dengan nama SMP Satu Atap (SMP yang memiliki 6 buah ruang kelas) di wilayah perdesaan. Pada tahun 2005 sampai tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Rembang telah membangun 6 unit SMP baru yang tersebar di beberapa wilayah perdesaan. Namun perkembangan jumlah siswa dan tingkat okupansi dari SMP-SMP baru tersebut masih rendah, rata-rata baru sekitar 54,5%. Bahkan keberadaan beberapa SMP baru juga menyebabkan menurunnya jumlah siswa pada SMP yang berdekatan. Sehingga terdapat ruang kelas tidak terisi oleh siswa baik di SMP baru maupun di SMP yang berdekatan, Sedangkan di beberapa tempat lain terdapat kondisi yang berbeda. Masih banyak anak lulusan SD yang tidak tertampung di SMP karena daya tampung SMP di tempat tersebut sangat
terbatas. Anak-anak yang tidak tertampung terpaksa tidak bersekolah karena tidak ada SMP lain di sekitar lokasi tempat tinggal yang dapat menampung mereka. Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian, yaitu distribusi penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang tidak sesuai dengan persebaran lulusan SD yang belum terlayani pendidikan SMP. Sesuai dengan permasalahan tersebut, disadari bahwa penentuan lokasi untuk menernpatkan unit SMP baru merupakan hal yang sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan penempatan lokasi SMP yang sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Rembang, yang diharapkan menjadi salah satu solusi efektif dalam pendistribusian prasarana pendidikan. Untuk rnerumuskan arahan penempatan lokasi SMP dilakukan melalui tiga sasaran, yaitu menentukan faktor-faktor prioritas dalam menempati lokasi SMP, menentukan wilayah-wilayah prioritas yang perlu penambahan unit SMP, dan menentukan lokasi-lokasi untuk menempatkan SMP. KAJIAN PUSTAKA Pemilihan lokasi untuk menempatkan fasilitas umum (sekolah) merupakan hal yang sangat penting, karena sekolah harus dapat memberikan jangkauan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Dalam menentukan lokasi sekolah khususnya SMP, banyak faktor yang mempengaruhi. Oleh sebab perlu dilakukan kajian pustaka untuk menghasilkan varlabel-variabel pengaruh dalam menentukan lokasi SMP. Teori dan konsep yang dikaji untuk menghasilkan variabel penelitian ini adalah teori lokasi, konsep infrastruktur sosial, fasilitas umum, dan lokasi sekolah. Dari hasil kajian pustaka diperoleh faktor-faktor yang berpengaruh dalam penempatan lokasi SMP sebagaimana terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Faktor-taktor yang Berpengaruh dalam Penempatan Lokasi SMP Sumber Faktor-faktor Klasifikasl Faktor Kajian dan beberapa Jarak optimum Faktor-faktor yang teori lokasi (Von Harga lahan berpengaruh dalam Thunen, Weber, Losch, Jumlah penduduk penempatan lokasi SMP hasil Model Gravitasi) Jaringan jalan kajian dari beberapa Angkutan Umum literature tersebut, Aglomerasi (persebaran sekolah) diklasifikasikan menjadi 5 faktor, yaitu: Chiara dan Koppelman Jumlah penduduk (1976) Jarak SMP dengan SD-SD di 1. Faktor Jarak 2. Faktor Penduduk sekitarnya 3. Faktor Transportasi Jarak SMP dengan SMP yang lain 4. Faktor Lahan Jarak SMP dengan permukiman 5. Faktor Distribusi Sekolah Komaruddin (1999) Letak Kelayakan (luas untuk masa sekarang dan kemungkinan perluasan di masa datang) Pertimbangan keuangan Faktor-faktor fisik Harus dihindari tanah yang subur/ beririgasi teknis Departemen Jumlah Penduduk Pendidikan Nasional Jumlah lulusan SD (2005) Jumlah SMP Kondisi fisik lahan tidak rawan bencana Peruntukan lahan sesuai RTRW Memiliki status hak atas tanah
Sumber Departemen Pekerjaan Umum (1987)
Faktor-faktor Jumlah penduduk Jumlah SD Jarak SMP dengan Permukiman Sumber : Hasil kajian Pustaka
Klasifikasl Faktor
Faktor-faktor hasil dari kajian pustaka tersebut di atas dijadikan sebagai variabel penelitian. Rumusan variabel dan sub variabel penelitian sebagaimana terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Variabel dan Sub Variabel Penelitian Vartabel Sub Varlabel a. Jarak dengan permukiman penduduk 1 Jarak b. Jarak dengan SD sekitamya c. Jarak dengan SMP terdekat a. Jumlah penduduk 2 Penduduk b. Jumlah lulusan SD a. Jaringan jalan 3 Transportasi b. Angkutan umum a. Harga lahan b. Kepemilikan status lahan 4 Lahan c. Kondisi fisik lahan d. Peruntukan lahan a. Jumlah SD 5 Distribusi Sekolah b. Jumlah SMP Sumber : Hasil kajian Pustaka No.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan positivistik, dan penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptlf eksploratif. Untuk keperluan analisis dengan metode Analitycal Hierarchy Proccess (AHP), maka variabel dalam penelitian ini disusun dalam suatu hierarki. Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling. Responden dalam penelitian ini dipilih dari stakeholders atau pihak-pihäk yang terkait/berkepentingan dengan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang melalui analisis stakeholders. Dan analisis stakeholders dihasilkan 5 responden yang mewakili tiga kelompok kepentingan (pemerintah, masyarakat dan sektor privat). Pengambilan data primer dilakukan dengan metode kuesioner dan pengambilan data sekunder dilakukan dengan metode dokumentasi. Kegiatan analisis data dilakukan dengan menggunakan tiga teknik analisis, yaitu Analitycal Hierarchy Proccess (AHP), Analisis Kinerja (Performance Analysis) dan Land Suitability Analysis. AHP digunakan untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam menempatkan lokasi SMP. Performance Analysis digunakan untuk menentukan wilayah-wilayah priontas yang perlu penambahan unit SMP. Sedangkan Land Suitability Analysis digunakan untuk menentukan penempatan lokasi SMP. HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor-faktor Prioritas dalam Penempatan Lokasi SMP Untuk memperoieh faktor-faktor prioritas dari beberapa faktor penentu dalam penempatan lokasi SMP (Gambar 1), dilakukan pembobotan dengan metode Analytical Hierarchy Proccess (AHP). Penentuan bobot untuk masing-masing faktor dan sub faktor (kritena) dilakukan melalui
pengolahan hasil-hasil kuesioner pembobotan yang diperoleh dari pendapat responden. Tahapan pengolahan data dimulai dengan tabulasi hasil kuesioner, perhitungan rata-rata geometrik, norrmalisasi dan perhitungan nilai bobot, dan diakhiri dengan uji konsistensi. Berdasarkan hasil isian kuesioner, dibuat matrik perbandingan berpasangan antar faktor dan dilakukan perhitungan untuk memperoieh babot dan masing-masing faktor seperti terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Faktor Penentu dalam Penempatan Lokasi SMP Faktor Jarak Penduduk Transportasi Lahan Distr. Bobot Sekolah Jarak 1,00000 0,1478 0,9441 0,2717 0,1928 0,0512 Penduduk 6,7656 1,0000 8,1393 5,5467 3,3227 0,5167 Transportasi 1,0592 0,1229 1,0000 0,3264 0,1803 0,0502 Lahan 3,6801 0,1803 3,0639 1,0000 0,3009 0,1261 Distr. Sekolah 5,1857 0,3009 5,5467 3,3227 1,0000 0,2558 Jumlah 17,6906 1,7519 18,6940 10,4675 4,9967 1,0000 Sumber: Hasil Analisa Proses yang sarna juga dilakukan pada level kriteria. Matrik perbandingan berpasangan antar kriteria untuk faktor jarak dan perolehan bobot dan masing-masing kritria seperti terdapat pada Tabel 4. Tabel 4 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Knteria untuk Faktor Jarak Kriteria Jarak dengan Permukiman Jarak dengan SD sekitarnya Jarak dengan SMP terdekat Jumlah Sumber: Hasil Analisa
Jarak dengan Permukiman 1,0000
Jarak dengan SD sekitarnya 3,9363
Jarak dengan SMP terdekat 0,5818
Bobot 0,3383
0,254
1,0000
0,1531
0,0869
1,7187
6,5337
1,0000
0,5747
2,9727
11,47
1,7349
0,9999
Untuk faktor penduduk, matrik Perbandingan berpasangan antar kriteria dan perolehan bobot dan masing-rnjng kriteria seperti terdapat pada Tabel5. Tabel 5 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria untuk Faktor Penduduk Kriteria Jumlah penduduk Jumlah lulusan SD Jumlah Sumber: Hasil Analisa
Jumlah Penduduk 1,0000 7,2365 8,2365
Jumlah Lulusan SD 0,1382 1,0000 1,1382
Bobot 0,1214 0,8786 1,0000
Matrik perbandingan berpasangan antar kriteria untuk faktor transportasi dan perolehan bobot dari masing-masing kriteria seperti terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria untuk Faktor Transportasi Kriteria Jaringan Jalan Angkutan umum Bobot Jaringan jalan 1,0000 6,6728 0,8696 Angkutan umum 0,1499 1,0000 0,1303 Jumlah 1,1499 7,6726 0,9999 Sumber: Hasil Analisa Matrik perbandingan berpasangan antar kriteria untuk faktor lahan dan perolehan bobot dari masing-rnasing kriteria seperti terdapat pada Tabel 7. Tabel 7 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria untuk Faktor Lahan Kriteria Jaringan Jalan Angkutan Umum Bobot Jaringan jalan 1,0000 6,6728 0,8696 Angutan umum 0,1499 1,0000 0,1303 Jumlah 1,1499 7,6728 0,9999 Sumber: Hasil Analisa Matrik perbandingan berpasangan antar kriteria untuk faktor distribusi sekolah dan perolehan bobot dari masing-masing kriteria seperti terdapat pada Tabel 8. Tabel 8 Matrik Perbandingan Berpasangan Antar Kriteria untuk Faktor Distribusi Sekolah Kriteria Jumlah SD Jumlah SMP Bobot Jumlah SD 1,0000 0,1635 0,1405 Jumlah SMP 6,1185 1,0000 0,8595 Jumlah 7,1165 1,1635 1,0000 Sumber: Hasil Analisa Sesuai perolehan bobot dari masing-masing faktor maupun kriteria, maka dapat dihitung hasil akhir (bobot final) dan masing-masing kriteria dengan cara mengalikan bobot masing-masing kriteria dengan cara mengalikan bobot faktor yang ada di atasnya atau yang berhubungan sebagaimana terlihat pada Tabel 9. Tabel 9 Faktor dan Kriteria Penentuan Lokasi SMP Level pertama Level Kedua Faktor Bobot Kriteria Jarak 0,0512 Jarak SMP dengan permukiman penduduk Jarak SMP dengan SD di sekitarnya Jarak SMP dengan SMP lainnya Penduduk 0,5167 Jumlah penduduk Jumlah lulusan SD Transportasi 0,0502 Jaringan jalan Angkutan umum Harga lahan Lahan 0,1261 Status lahan Kondisi fisik lahan Peruntukan lahan
Bobot 0,3383 0,0869 0,5747 0,1214 0,8786 0,8696 0,1303 0,0522 0,1139 0,6097 0,2242
Bobot Final 0,0173 0,0044 0,0294 0,0672 0,4540 0,0437 0,0065 0,0066 0,0144 0,0769 0,0283
Distribusi Sekolah
0,2558
TOTAL Sumber: Hasil Analisa
Jumlah SD
0,1405
0,0359
Jumlah SMP
0,8595
0,2199 1
Hasil analisis dengan metode AHP (Tabel 9) menunjukkan bahwa faktor penduduk memiliki bobot paling besar (51.67%), kemudian diikuti faktor distribusi sekolah (25,58%) pada urutan kedua. Faktor lahan (12,61%) menempati urutan ketiga dan urutan keempat adalah faktor jarak (5,12%). Sedangkan urutan terakhir adalah faktor transportasi (5,02%). Dari peringkat faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah lebih penting dibanding faktor lahan, jarak dan transportasi. Jadi menurut responden, faktor prioritas untuk menernpatkan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dari faktor distribusi sekolah. Sedangkan faktor lahan, jarak dan transportasi merupakan faktor pendukung dari faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah. Pada level kedua, kriteria jumlah lulusan SD memiliki bobot paling besar (45,40%), diikuti kriteria jumlah SMP (21,99%) pada peringkat ke dua. Sedangkan kriteria yang lain memiliki bobot jauh di bawah kedua kriteria tersebut. Dan peringkat kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan penempatan lokasi SMP prioritas utama yang harus diperhatikan adalah jumlah lulusan SD dan jumlah SMP yang sudah ada di suatu wilayah. Sedangkan kriteria yang lain bersifat sekunder artinya sebagai pendukung dari kedua kriteria tersebut. Kriteria jumlah lulusan SD menjadi petimbangan utama karena yang akan ditampung di SMP (menjadi siswa SMP) adalah anak-anak lulusan SD. Banyak sedikitnya jumlah lulusan SD di suatu wilayah akan dijadikan pertimbangan utama layak atau tidak wilayah tersebut untuk penempatan lokasi SMP. Jumlah SMP yang ada di suatu wilayah berkaitan dengan banyaknya daya tampung siswa SMP di wilayah tersebut. Dari perbandingan daya tampung siswa SMP dan jumlah siswa lulusan SD akan diketahui wilayah-wilayah yang belum atau kurang terlayani pendidikan SMP. Sehingga dapat ditentukan wilayah mana yang layak untuk dijadikan penempatan lokasi SMP. Wilayah Prioritas Penambahan Unit SMP Untuk mengetahui tingkat pelayanan SMP pada tiap-tiap wilayah kecamatan di Kabupaten Rembang dilakukan analisis kinerja pelayanan SMP. Dan hasil analisis kinerja pelayanan SMP akan diketahui apakah SMP-SMP yang ada di suatu wilayah kecamatan mampu melayani atau menampung anak-anak usia SMP yang ada di kecamatan tersebut. Kecamatan yang memiliki kinerja pelayanan masih rendah, dijadikan wilayah prioritas penambahan unit SMP. Dalam rnelekukan analisis, kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja pelayanan SMP adalah jumlah siswa lulusan SD yang dapat terlayani oleh SMP yang ada dan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP di tiap-tiap wilayah kecamatan. Jumlah siswa lulusan SD yang memungkinkan terlayani/tertampung pada SMP yang ada, diketahui dari perbandingan antara jumlah siswa lulusan SD dan jumlah daya tampung SMP. Indikator kinerja pelayanan SMP dikatakan tinggi apabila jumlah siswa lulusan SD yang belum tertampung di SMP kurang dari 50 siswa; sedang apabila jumlah siswa lulusan SD yang belum tertampung di SMP antara 50 — 60 siswa; rendah apabila jumlah siswa lulusan belum tertampung di SMP lebih dari 60 siswa. APK merupakan perbandingan antara jumlah siswa tingkat semua usia dengan jumlah penduduk usia SMP (13-15 tahun) dikalikan dengan 100. Besamya APK dapat memberikan gambaran tentang persentase siswa usia SMP yang sudah terlayani pendidikan tingkat SMP. Indikator kinerja
pelayanan SMP dikatakan tinggi apabila APK tingkat SMP lebih dari 85%; sedang apabila APK tingkat SMP antara 80%; rendah apabila APK tingkat SMP kurang dari 80%. Berdasarkan analisis kinerja pelayanan SMP dengan menggunakan kriteria dan indikator tersebut di atas, dihasilkan tingkat kinerja pelayanan di masing-masing wilayah kecamatan seperti terdapat pada Tabel 10. Tabel 10 Kinerja Pelayanan SMP di Kabupaten Rembang Kemungkinan Jumlah No. Kecamatan Lulusan SD Belum APK (%) Tertampung di SMP 1 Sumber 5 99,44 2 Bulu 88 72,60 3 Gunem 67 63,96 4 Sale 73 75,45 5 Sarang 337 64,16 6 Sedan 592 72,76 7 Pamotan 0 87,14 8 Sulang 0 93,66 9 Kaliori 142 79,31 10 Rembang 0 103,16 11 Pancur 40 92,94 12 Kragan 196 77,35 13 Sluke 70 66,89 14 Lesem 0 101,90 Sumber: Hasil Analisa
Tingkat Kinerja Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi
Dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Rembang, terdapat 8 kecamatan yang memiliki kinerja pelayanan SMP masih rendah, yaitu kecamatan Bulu, Gunem, Sale, Sarang, Sedan, Kalion, Kragan dan Sluke (Tabel 10). Delapan kecamatan tersebut menjadi wilayah prioritas untuk penambahan unit SMP. Untuk memperoleh gambaran lebih jelas lokasi dan wilayah kecamatan yang menjadi prioritas penambahan unit SMP, maka digambarkan dalam bentuk spasial sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta Wilayah Pnioritas Penambahan Unit SMP di Kabupaten Rembang Penentuan Lokasi SMP Penentuan lokasi SMP difokuskan pada delapan wllayah kecamatan yang menjadi prioritas penambahan unit SMP. Analisis penentuan lokasi SMP di masing-masing wilayah kecamatan prioritas dilakukan menggunakan metode Land Suitability Analysis dengan beberapa tahapan, yaitu penentuan nilai kelayakan, penentuan bobot masing-masing kriteria, penentuan klasifikasi derajat kelayakan, penilaian terhadap kondisi eksisting, perhitungan nilai untuk menentukan derajat kelayakan, dan pemetaan hasil dalam bentuk spasial. Besamya bobot untuk masing-masing kriteria adalah nilai bobot yang diperoleh masingmasing kriteria dan hasil analisis dengan menggunakan metode AHP. Nilal bobot disederhanakan dengan cara dikalikan 10 dan menggunakan pecahan desimal 2 angka di belakang koma. Penentuan nilai kelayakan dan bobot masing-masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 11.
Kriteria Jumlah Lulusan SD/MI
Jumlah SMP/MTs Kondisi Lahan Jumlah Penduduk
Jaringan jalan
Tabel 11 Kriteria Kelayakan Lokasi SMP Klasifikasi Skor Bobot ≤ 20 1 4,54 21-40 2 41-60 3 61-80 4 ≥81 5 0 5 2,20 ≥1 1 Tidak rawan bencana 5 0,77 Rawan Bencana 0 ≤1000 1 0,63 1001-2000 2 ≥2000 3 Jalan Kecamatan 1 0,44
Total Nilai 4,54 9,08 13,62 118,16 22,70 11,00 2,20 3,85 0,00 0,63 1,26 1,89 0,44
Kriteria
Klasifikasi Jalan Kabupaten Jalan Provinsi Jalan Negara Jumlah SD/MI 0 1 2 ≥3 Jarak dengan SMP/MTs ˂ 2,5 km 2,5 - ˂3,5 3,5 4,5 km ˃ 4,5 km Peruntukan lahan Kawasan lindung, jasa, industri, perdagangan Sawah irigasi teknis dan non teknis Sawah tadah hujan, tegalan, lahan kosong Jarak dengan permukiman ˂ 2 km penduduk 2 – 4 km > 4 km Status lahan Memiliki status ha katas tanah Status tanah tidak jelas Harga lahan ˂ 10.000/m2 10.000 – 25.000/m2 ˃ 25.000/m2 Angkutan umum Dilewati jalur angkutan umum Tidak dilewati jalur angkutan umum Jarak dengan SD < 0,8 km 0,8 – 1,2 km ˃ 1,2 km Sumber: Dari beberapa literature dan hasil analisa
Skor 3 3 3 1 2 3 4 1 3 5 7 0
Bobot
0,36
0,29
0,28
Total Nilai 1,32 1,32 1,32 0,36 0,72 1,08 1,44 0,29 0,87 1,45 2,03 0,00
1
0,28
2
0,84
3 2 1 3
0,17
0,14
1 3 2 1 2
0,14 0,07
0,07
1 3 2 1
0,51 0,34 0,17 0,42
0,21 0,14 0,07 0,14 0,07
0,04
0,12 0,08 0,4
Total nilai pada Tabel 11 dijadikan dasar untuk membagi klasifikasi derajat kelayakan menjadi empat kategori yaitu tidak layak, kurang layak, layak dan paling layak. Masing-masing kategori derajat kelayakan sebagaimana tercantum pada Tabel 12.
Tabel 12 Klasifikasi Derajat Kelayakan Penempatan Lokasi SMP Skala Interval Kategori Drajat Kelayakan <27,71 1 TidakLayak 27,71 — 37,08 2 Kurang Layak 37,09—41,78 3 Layak >41.78 4 Paling Layak Sumber : Hasil Analisa Berdasarkan kriteria kelayakan (Tabel 11) dilakukan penilaian terhadap kondisi eksisting masing-masing lokasi di delapan wilayah kecamatan. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai dan masing-masing lokasi untuk menentukan derajat kelayakan dan masing-masing lokasi tersebut. Dari rangkaian kegiatan analisis menggunakan metode Land Suitability Analysis, diperoleh beberapa lokasi yang layak untuk menempatkan SMP sebagaimana lardapat pada Tabel 13. Tabel 13 Alternatif Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang No. Kecamatan Lokasi Total Nilai Kategori 1 Bulu Pasedan 45,24 Paling layak 2 Gunem Gunem 40,70 Layak 3 Sale Tahunan 46,40 Paling layak 4 Sarang Babaktulung 44,37 Paling layak 5 Sedan Sedan 44,66 Paling layak Mojosari 44,66 Paling layak Dadapan 40,70 Layak 6 Kallori Sambiyan 40,92 Layak 7 Kragan Woro 45,24 Paling layak 8 Sluke Manggar 40,99 Layak Sumber : Hasil Analisa Hasil dari proses analisis, selanjutnya digambarkan dalam bentuk spasial sebagai peta arahan dalam penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang seperti terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Peta Arahan Penempatan Lokasi SMP di Kabupaten Rembang
KESIMPULAN DAN SARAN Faktor prioritas untuk menentukan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah faktor penduduk dan faktor distribusi sekolah, Sedangkan kriteria yang paling menentukan dalam menempatkan lokasi SMP di Kabupaten Rembang adalah jumlah lulusan SD dan jumlah SMP yang sudili ada. Wilayah pnoritas penambahan unit SMP di Kabupaten Rembang adalah• kecamatan Sarang, Kragan, Sedan, Kaliori, Sale, Guneni, Bulu dan SPuk Arahan penempatan lokasi SMP di Kabupaten Rembang, yaitu di Babaktulung (kecamatan Sarang); Woro (kecamatan Kragan); Dadapan, Sedan dan MoJoaa (kecamatan Sedan); Sambiyan (kecamatan Kaliori); Tahunan (kecamatan Sale); Gunem (kecamatan Gunem); Pasedan (kecamatan Bulu); Mangga, (kecamatan SluIce). Rekomendasi dan penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten Rembang dalam menempatkan lokasi SMP perlu memprioritaskan wilayah kecamatan yang belum tuntas dalam pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar. Perlu penelitian lanjut untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat di lokasi yang layak untuk penempatan SMP.
DAFTAR RUJUKAN Chiara, Joseph de and Koppelman, Lee, (1976), Urban Planning and Design Criteria, Van Nostrand Reinhold Company, New York. Departemen Pekerjaan Umum, (1987), Petunjuk Perencanaan Kawasan’ Perumahan Kota, Yayasan Badan Penerbit PU, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, (2005), Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama, Depdiknas, Jakarta. Djojodipuro, Marsudi, (1992), Teori Lokasi, Universitas Indonesia Press Jakarta. * Jayadinata, Johara T., (1999), Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah, ITB, Bandung. Kaiser, Edward J., Godschalk, David R., and Chapin Jr, F. Stuart, (1995), Urban Land Use Planning, University of llinois Prees, Illinois. Komaruddin, (1999), Manajemen Kantor Teori dan Praktek, PT. Trigenda Karya, Jakarta. Rushton, G., (1979), Optimal Location of Facilities, Compress, inc., Wentworth. Saaty, T. L., (1993), Decision Making for Leader: The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World, University of Pittsburgh, Pittsburgh.