APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR KOTA MALNG
J UR N AL Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)
Disusun oleh : WIWIT INDAH YAMIANTI NIM. 115060413111002-64
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN MALANG 2015
APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR KOTA MALNG Wiwit Indah Yamianti1, Dian Sisinggih2, Rahmah Dara Lufira2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145 Indonesia
[email protected] ABSTRAK Perumahan Puncak Borobudur memiliki 404 unit perumahan. Selama ini, pelayanan distribusi air bersih memanfaatkan jaringan pipa existing PDAM Kota Malang. Kajian evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi existing dan kondisi pengembangan yaitu Perumahan Puncak Borobudur dengan kondisi hidrolis yang ada. Simulasi jaringan pipa dilakukan dengan bantuan program WaterCAD V8i. Perencanaan untuk meningkatkan pelayanan dilakukan dengan cara meminimalkan kehilangan air pada area studi. Pada kondisi existing, total debit yang tersedia pada pipa distribusi sebesar 35,48 l/dt dan sisa debit yang tersedia 9,44 l/det. Berdasarkan perhitungan total debit yang dibutuhkan pada perencanaan pengembangan debit rata-rata yang dibutuhkan sebesar 5,48 l/dt. Perhitungan dilakukan dengan simulasi tidak permanen dengan debit air berubah sesuai dengan kebutuhan tiap jam. Hasil analisa dengan bantuan program WaterCAD V8i sudah memenuhi standart yaitu kecepatan 0,1 – 2,5 m/dt, headloss gradient 0 – 15 m/km, dan tekanan 0,5 – 16 bars. Kata kunci: air bersih, jaringan pipa, jaringan perpipaan, simulasi program ABSTRACT Puncak Borobudur Residence has 404 housing units. To date, the water distribution service utilizes the existing PDAM Kota Malang pipelines. The evaluation study aimed to know about the existing condition and the development of Puncak Borobudur Residence based on the hydraulic conditions. Pipelines simulations carried out with the aid of WaterCAD V8i program. The planning to improve the service level was done by minimizing the water loss in the study area. In the exisiting condition, the total discharge available on the distribution pipes was 35.48 l / s and the rest of the available discharge was 9.44 l / s. Based on the calculation of the total discharge needed in the development planning, the average discharge required was 5.48 l/sec. The calculation was done by simulating the not permanent flow, with the water discharge was subject to change according to the water needs of each hour. The analysis using WaterCAD V8i program has been fulfilled the standard, that is the velocity of 0.1 – 2,5 m /sec, headloss gradient of 0-15 m / km, and pressure of 0,5 - 16 bars Keywords: clean water, pipelines, piping, simulation program
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan air di muka bumi ini sebenarnya sangat melimpah. Salah satu sumber daya air yang dimanfaatkan adalah sumber mata air. Sumber mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah, maka air yang berasal dari dalam lapisan tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. Penanganan dan pemenuhan akan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Di daerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan cara sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Pada studi perencanaan jaringan pipa di Perumahan Puncak Borobudur yang berada di Jalan Puncak Borobudur di Desa Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang ini kebutuhan air bersih semakin lama semakin meningkat oleh karena itu dibutuhkan suatu jaringan air bersih yang mampu melayani penduduk secara maksimal dan menyeluruh. Secara geografis Perumahan Puncak Borobudur, Kota Malang terletak pada posisi 112o37’59,3” Bujur Timur dan 7o 56’3,6” Lintang Selatan. Saat ini Perumahan Puncak Borobudur masih dalam tahap pembangunan. Pada tahap pertama tahun 2018 dengan jumlah 110 unit rumah, tahap kedua tahun 2019 sebanyak 166 unit rumah, dan tahap ke tiga tahun 2020 sebanyak 128 unit rumah. Jumlah keseluruhan rumah di Perumahan Puncak Borobudur sebanyak 404 unit rumah, dengan setiap rumah terdiri dari 5 orang anggota keluarga, maka didapati 2020 orang jumlah penduduk yang akan
dilayani pada Perumahan Puncak Borobudur untuk kedepannya. Adapun tujuan dari pelaksanaan studi ini adalah untuk: 1. Mengetahui debit kebutuhan air bersih di Perumahan Puncak Borobudur Kota Malang. 2. Mengetahui hasil evaluasi komponen hidrolis sistem jaringan distribusi air bersih dengan menggunakan paket program WaterCAD V8i. 3. Mengetahui anggaran biaya yang diperlukan untuk perencanaan jaringan pipa distribusi air bersih di Perumahan Puncak Borobudur. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Air Bersih Kebutuhan air adalah jumlah air yang dipergunakan secara wajar untuk keperluan pokok mausia (domestik) dan kegiatankegiatan lainnya yang memerlukan air. Pada umumnya banyak diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan domestik, namun untuk keperluan industri dan keperluan perkotaan. Besarnya pemakaian oleh masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan kondisi sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air, kemungkinan penggunaan air dan variasinya haruslah diperhitungkan secermat mungkin (Linsley, 1996:91). Macam kebutuhan air bersih umumnya dibagi atas dua kelompok yaitu: 1. Kebutuhan Domestik 2. Kebutuhan Non Domestik 2.1. Analisis Hidrolika Pada Sistem Jaringan Pipa Air Bersih a. Hukum Bernoulli Aliran dalam pipa memiliki tiga macam energi yang bekerja didalamnya,
yaitu : 1. Energi ketinggian 2. Energi tekanan 3. Energi kecepatan Hal tersebut dikenal dengan prinsip Bernoulli bahwa tinggi energi total pada sebuah penampang pipa adalah jumlah energi kecepatan, energi tekanan dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut : ETot= Energi ketinggian + Energi kecepatan + Energi tekanan
V2 p ETot= h + + 2g γw Menurut teori kekekalan energi dari hukum Bernoulli yakni apabila tidak ada energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini: a 2
V1 2g
EGL
hL a
HGL
P1
2
V2 2g V1 P2
V2
h1
h2 b
b
Gambar 1. Garis Tenaga dan Tekanan Sumber: Priyantoro (1991:7)
V1,V2 g Hf
= Kecepatan aliran di titik 1dan 2 (m/dt); = Percepatan gravitasi (m/det2); h1, h2 = Kehilangan tinggi tekan dalam pipa (m)
b. Hukum Kontinuitas Hukum kontinuitas yang dituliskan : Q1 = Q2 A1.V1 = A2.V2 dengan: Q1 = Debit pada potongan 1(m3/det) Q2 = Debit pada potongan 2 (m3/det) A1 = luas penampang pada potongan 1 (m2) A2 = luas penampang pada potongan 2 (m2) V1 = kecepatan pada potongan 1 (m/det) V2 = kecepatan pada potongan 2 (m/det) Pada aliran percabangan pipa juga berlaku hukum kontinuitas dimana debit yang masuk pada suatu pipa sama dengan debit yang keluar pipa. Hal tersebut di ilustrasikan sebagai berikut: Q1 = Q2 + Q3 (A1.V1) = (A2.V2) + (A3.V3) dengan: Q1,Q2,Q3 = Debit yang mengalir pada penampang 1,2 dan 3 (m3/det) V1,V2,V3 = Kecepatan pada penampang 1,2 dan 3 (m/det) c.
Adapun Persamaan Bernoulli dalam gambar diatas dapat ditulis sebagai berikut (Priyantoro, 1991:8): 2 2 h 1 p1 v1 h 2 P2 v 2 h L γ 2g γ 2g dengan: p1 p 2 , =Tinggi tekan di titik 1 dan 2 (m) γw γw 2
2
V1 V2 , =Tinggi energi dititik 1dan 2 (m) 2g 2g p1, p2 w
=Tekanan di titik 1dan 2 (kg/m2) = Berat jenis air (kg/m3)
Kehilangan Tekanan ( Head Loss) Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa dikenal dua macam kehilangan energi : - Kehilangan Tinggi Tekan Mayor Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White dan Swamme-Jain. Dalam kajian ini digunakan persamaan Hazen-Williams yaitu: Q 0.85 Chw A R 0,63 S 0,54 V 0.85 C hw R 0,63 S 0,54
dengan: V = Kecepatan aliran pada pipa (m/det) Chw = Koefisien kekasaran A = Luas penampang aliran (m2) Q = Debit aliran pada pipa (m3/det) S = Kemiringan hidraulis hf / L R = Jari-jari hidrolis (m) Untuk Q = V/A, didapat Kehilangan Tinggi Tekan Mayor menurut HazenWilliams sebesar (Webber 1971:121) h f k.Q1,85 k
2.2. Pipa Hubungan Seri Apabila dalam suatu saluran pipa terdiri dari pipa dengan ukuran yang bebeda-beda yang tersambung dengan diameter yang sama, maka pipa tersebut dalam hubungan seri, pemasangan pipa secara seri akibat adanya dari perbedaan ukuran akan menimbulkan beberapa kehilangan tinggi (Priyantoro, 1991:49)
10,7 L 1,85
C hw .D 4,87
dengan: h f = Kehilangan tinggi tekan mayor (m) D = Diameter pipa (m) k = Koefisien karakteristik pipa L = Panjang pipa (m) Q = Debit aliran pada pipa (m3/det) - Kehilangan Tinggi Tekan Minor Ada berbagai macam kehilangan tinggi tekan minor sebagai berikut: 1. Kehilangan Tinggi Minor karena pembesaran pipa 2. Kehilangan Tinggi Minor karena penyempitan mendadak pada pipa 3. Kehilangan Tinggi Minor karena mulut pipa 4. Kehilangan Tinggi Minor karena Belokan pada Pipa 5. Kehilangan Tinggi Minor karena sambungan dan katup pada pipa Pada pipa-pipa yang panjang, kehilangan minor ini sering diabaikan tanpa kesalahan yang berarti (L/D >>1000), tetapi dapat menjadi cukup penting pada pipa yang pendek (Priyantoro,1991:37). Kehilangan minor pada umumnya akan lebih besar bila terjadi perlambatan kecepatan aliran didalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat adanya pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa (Linsley, 1989:273).
Gambar 2 Pipa hubungan seri Sumber: Dake 1985:78 Persamaan Kontinuitas (Triatmodjo, 1996:74): Q = Q1 = Q2 dengan: Q = total debit pada pipa yang terpasang seri (m3/det) Q1, Q2 = adalah debit pada pipa 1dan 2 (m3/det) Sedangkan untuk total kehilangan tekanan pada pipa yang terpasang seri (Triatmodjo, 1996:74): H = hf1 + hf2 dengan: H = Total kehilangan tekan pada pipa yang terpasang seri (m) hf1,hf2 = Kehilangan pada tiap pipa (m) 2.3. Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih Dalam perencanaan jaringan pipa harus memenuhi kriteria-kriteria agar pada saat pengoperasian dapat berjalan sesuai dengan standar yang ada. Adapun kriteria jaringan pipa ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kriteria Jaringan Pipa HDPE 1.
2.
Perubahan
3.
Kecepatan 0,1-2,5 m/detik Kecepatan kurang dari 0,1 m/detik a. Diameter pipa diperkecil b. Ditambahkan pompa c. Elevasi hulu pipa hendaknya lebih tinggi (disesuaikan di lapangan) Kecepatan lebih dari 2,5 m/detik a. Diameter pipa diperbesar b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar dibandingkan dengan hilir Headloss Gradient 0 – 15 m/km Headloss Gradient lebih dari 15 m/km a. Diameter pipa diperbesar b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar dibandingkan dengan hilir pipa Tekanan 10-60 mH2O Tekanan kurang dari 10 mH2O a. Diameter pipa diperbesar b. Ditambahkan pompa c. Pemasangan pipa yang kedua di bagian atas, sebagian atau keseluruhan dari panjang pipa Tekanan lebih dari 60 mH2O a. Diameter pipa diperkecil b. Ditambahkna bangunan bak pelepas tekan c. Pemasangan Pressure Reducer Valve (PRV)
Sumber: SNI 06-4829-2005
2.5. RAB (Rencana Anggaran Biaya) RAB merupakan perkiraan atau estimasi biaya sebelum bangunan atau proyek dilaksanakan. Hal-hal yang mencakup dalam perhitungan RAB antara lain: Harga material bangunan. Upah Tenaga. Peralatan (beli atau sewa). Metode pelaksanaan. Waktu penyelesain. Dasar perhitungan RAB pada prinsipnya diperoleh sebagai jumlah seluruh hasil kali volume tiap jenis pekerjaan yang ada dengan harga satuan masing-masing. RAB = Jumlah seluruh hasil kali volume jenis pekerjaan x Harga satuan masing-masing 3.
METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan suatu langkah pengerjaan secara sistematis. Adapun
langkah-langkah pengerjaan studi sebagai berikut: a. Melakukan pengumpulan data-data sekunder yang berupa data teknis dan data pendukung lainnya yang digunakan dalam analisa sistem jaringan distribusi air bersih. b. Mengolah data penduduk dan jumlah layanan. c. Menghitung kebutuhan air bersih. d. Batas kondisi hidrolis yang akan diuji adalah headloss, tekanan, dan kecepatan aliran. e. Melakukan simulasi sistem jaringan distribusi air bersih dengan menggunakan program WaterCAD V8i. Untuk simulasi sistem jaringan distribusi air bersih pada WaterCAD V8i diperlukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Membuka dan memberi nama file baru sistem jaringan distribusi air bersih dalam format WaterCAD (xxx.wtg). b. Mengisi tahap pembuatan file baru dengan cara: - Memilih satuan yang digunakan dalam sistem operasi program. - Memilih rumus kehilangan tinggi tekan. Program WaterCAD V8i menyediakan beberapa pilihan rumus kehilangan tinggi tekan diantaranya: Darcy-Weisbach, Hazen-Williams dan Manning. - Penggambaran pipa dapat secara Schematic (skema) dan Schalatic (sebenarnya sesuai dengan skala). c. Menggambar sistem jaringan distribusi air bersih dengan memodelkan komponen seperti reservoir, titik simpul, pipa dan katup. d. Melakukan simulasi sistem jaringan distribusi air bersih serta menganalisa hasil yang diperoleh dan apabila hasil yang didapat tidak sesuai maka dapat dilakukan perbaikan pada komponen
sistem jaringan distribusi air bersih sehingga didapatkan hasil yang sesuai. Parameter yang diperlukan pada simulasi kondisi tidak permanen pada program WaterCAD V8i adalah: a. Start Time, waktu yang digunakan untuk memulai melakukan simulasi. b. Duration, sistem akan disimulasikan selama 24 jam. c. Hydraulic Time Step, tahapan waktu untuk simulasi adalah 24 jam dengan interval 1 jam. Komponen-komponen jaringan distribusi air bersih mempunyai beberapa kata kunci dalam pemrogramannya, yaitu: a. Presure Pipe, data pipa, nomer titik, titik simpul awal dan akhir, panjang, diameter, koefisien kekasaran serta bahan pipa. b. Pressure Junction, titik simpul, nomer titik, elevasi debit kebutuhan. c. Tank, data tandon, nomer identitas, elevasi dasar, dimensi tandon, elevasi HWL dan LWL. d. Reservoir, data sumber, elevasi, diasumsikan konstan. e. Pump, data pompa, elevasi, tinggi tekan, kapasitas pompa, nomer titik simpul awal dan akhir. f. Valve, data katup, diameter, jenis, koefisien kekasaran, nomer titik simpul awal dan akhir. g. Compute, melakukan proses simulasi. h. Report, hasil dari simulasi, titik simpul, pipa. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bersih Pada Kondisi Exsisting.
Penyebaran debit di pipa jaringan utama dengan debit 35,48 antara lain: - Distribusi ke pipa sekunder A, debit (Q) = 1,97 l/dt - Distribusi ke pipa sekunder B, debit (Q) = 1,19 l/dt
- Distribusi ke pipa sekunder C, debit (Q) = 15,88 l/dt - Distribusi ke pipa sekunder D, debit (Q) = 7,00 l/dt, jadi sisa debit 9,44 l/dt 4.2. Analisa Kebutuhan Air Bersih Perhitungan kebutuhan air bersih pada Perumahan Puncak Borobudur Kota Malang: a. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik Macam kebutuhan air bersih terdiri dari dua macam yaitu, kebutuhan domestik dan kebutuhan non domestik. Berdasarkan asumsi PDAM Kota Malang kebutuhan air bersih sebesar 170 liter/orang/hari dengan mengacu berdasarkan Permen PU Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM tingkat pelayanan air untuk kebutuhan non domestik sebesar 15% dari kebutuhan domestik. b. Fluktuasi Kebutuhan Air Besarnya pemakaian air pada daerah studi berbeda pada setiap jamnya, hal ini dikarenakan terjadinya fluktuasi pada setiap jam dipengaruhi oleh pemakaian /faktor beban konsumen. c. Kehilangan Air Kehilangan air memiliki 2 jenis, yaitu: Kehilangan Non Fisik (Komersial) dan Kehilangan Fisik/Teknis.Angka kehilangan air yang dianggap wajar atau dalam batas toleransi adalah 20%.
4.3. Perhitungan Kebutuhan air bersih Pada Perumahan PuncakBorobudur Pada perencanaan Perumahan Puncak Borobudur dilakan dalam tiga kali tahap pembangunan, tahap yang pertama akan dilakukan pada tahun 2018 dengan jumlah 110 unit rumah, tahap kedua pada tahun 2019 sebanyak 166 unit rumah, dan tahap yang ke tiga pada tahun 2020 sebanyak 128 unit rumah.
Tabel 2. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Perumahan Puncak Borobudur No
Uraian
Satuan
1 2
Jumlah penduduk total Jumlah jiwa / Rumah
3
Jumlah Rumah
4
Perkiraan prosentase jumlah SR
5
Jumlah SR
6
Kebutuhan air untuk tiap 1 orang per hari
7
Kebutuhan air domestic
8
Kebutuhan air non domestik =
9
Kebutuhan air baku rata-rata (dengan kebocoran 20%)
15%
Keb.air domestic
Kebutuhan harian maksimum = 1,15 x kebutuhan air bersih Kebutuhan air pada jam puncak = 1,56 x 11 kebutuhan air bersih 10
2018 550 5
Jiwa Jiwa Unit 110 Rumah % 100 Unit 110 Rumah lt/hr/org 170 lt/hari 93500 lt/detik 1.08 lt/detik
0.16
Tahun 2019 830 5
2020 640 5
166
128
100
100
166
128
170 141100 1.63
170 108800 1.26
0.60
0.19
lt/detik 1.49 2.25 1.74 m3/hari 129.03 194.72 150.14 3 m /bulan 3870.90 5841.54 4504.32 juta 0.05 0.07 0.05 m3/tahun lt/detik
1.72
2.59
2.00
lt/detik
2.33
3.52
2.71
Sumber: Hasil Perhitungan
Gambar 4 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada Tahap pertama. Headloss gradient terbesar terjadi pada pukul 7.00 sebesar 0,81 m/km, sedangkan minimum 0,02 m/km terjadi pada pukul 0.00. Headloss gradient menurun dikarenakan pemakaian air bersih pada jam 0.00 jarang.
Gambar 3 Grafik Fluktuasi Debit Kebutuhan 4.4. Evaluasi Kondisi Tahap Pertama Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Perumahan Puncak Borobudur Tahun 2018.
Hasil running WaterCAD diperoleh: Tekanan maksimum terjadi pada kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00 yaitu sebesar 10,49 bars, sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak pukul 7.00 yaitu sebesar 9,72 bars.
Gambar
5
Grafik Fluktuasi Headloss gradient Pada Tahap pertama.
Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,05 – 0,27 m/det. Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00 yaitu sebesar 0,27 m/det dimana kebutuhan air bersih paling tinggi.
Gambar 6 Grafik Fluktuasi Kecepatan Pada Tahap pertama. 4.5. Evaluasi Kondisi Tahap Ke Dua Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Perumahan Puncak Borobudur Tahun 2019.
Headloss gradient terbesar terjadi pada pukul 7.00 sebesar 4,35 m/km, sedangkan minimum 0,02 m/km terjadi pada pukul 0.00. Headloss gradient menurun dikarenakan pemakaian air bersih pada jam 0.00 jarang. Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,05 – 0,67 m/det. Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00 yaitu sebesar 0,67 m/det dimana kebutuhan air bersih paling tinggi. 4.6. Evaluasi Kondisi Tahap Ke Tiga Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih Perumahan Puncak Borobudur Tahun 2020. Hasil running WaterCAD diperoleh: Tekanan maksimum terjadi pada kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00 yaitu sebesar 10,47 bars, sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak pukul 7.00 yaitu sebesar 9,30 bars.
Hasil running WaterCAD diperoleh: Tekanan maksimum terjadi pada kebutuhan minimal yaitu pukul 0.00 yaitu sebesar 10,75 bars, sedangkan tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak pukul 7.00 yaitu sebesar 9,40 bars.
Gambar 8 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada Tahap ke tiga..
Gambar 7 Grafik Fluktuasi Tekanan Pada Tahap ke Dua.
Headloss gradient terbesar terjadi pada pukul 7.00 sebesar 8,84 m/km, sedangkan minimum 5,15 m/km terjadi pada pukul 0.00. Headloss gradient menurun dikarenakan pemakaian air bersih pada jam 0.00 jarang.
Gambar 9 Grafik Fluktuasi Headloss gradient Pada Tahap ke tiga. Kecepatan dalam pipa pada pukul 0.007.00 berkisar antara 0,18 – 1,01 m/det. Kecepatan tertinggi pada pukul 7.00 yaitu sebesar 1,01 m/det dimana kebutuhan air bersih paling tinggi.
Gambar 10 Grafik Fluktuasi Kecepatan Pada Tahap ke tiga. 4.7. RAB (Rencana Anggaran Biaya) Dalam studi ini juga membahas tentang rencana anggaran biaya untuk melaksanakan pengembangan jaringan distribusi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan. Rekapitulasi Anggaran Biaya Pada perencanaan pembangunan distribusi air bersih di Perumahan Puncak Borobudur Kota Malang menggunakan
jenis pipa HDPE dengan diameter yang berbeda-beda yaitu 4 inch,2 inch, dan 1 inch. Pemasangan pipa diletakkan pada kedalaman 1 m dari muka tanah dengan panjang pipa HDPE 4 inch = 851 m, pipa HDPE 2 inch = 5163 m, pipa HDPE 2 inch = 355 m. Maka didapati volume pekerjaan dikali harga satuan. Pengadaan pipa dan aksesoris pipa jumlah keseluruhan Rp. 436.194.710,00, pengadaan sambungan pipa HDPE jumlah keseluruhan Rp. 16.589.850,00 ,untuk pekerjaan galian Rp. 318.450.000,00, urugan dan pemadatan Rp. 2.193.101.460,00 dan pemasangan pipa sebesar Rp. 30.061.000,00. Pembangunan perencanaan pemasangan pipa di Perumahan Puncak Borobudur Kota Malang menghabiskan dana sebesar Rp. 3.294.600.000,00 (Tiga Miliyar Dua Ratus Sembilan Puluh Empat Juta Enam Ratus Ribu Rupiah). Anggaran biaya tersebut meliputi pengadaan pipa dan aksesoris pipa, pekerjaan tanah, dan pemasangan pipa dengan PPN 10% yaitu sebesar Rp. 299.501.702,00. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Total kebutuhan air bersih yang di butuhkan di Perumahan Puncak Borobudur untuk melayani 404 unit rumah pada tahap ke seluruhan dengan mengacu pedoman Cipta karya kebutuhan air bersih 170 l/orang/hari maka diperoleh kebutuhan domestik sebesar 3,974 l/dt, kebutuhan non domestik 0,596 l/dt, dengan merencanakan kehilang 20% maka didapatkan kebutuhan rata-rata 5,484 l/dt, sedangkan untuk jam puncak 8,5 l/dt. 2. Dari hasil analisa ketiga tahap perencanaan telah memenuhi standar
perencanaan jaringan distribusi air bersih. Tekanan telah memenuhi standar perencanaan jaringan distribusi air bersih yaitu antara 0,5 bars – 16 bars. Tekanan menjadi besar terjadi pada jam rendah berkisar antara 10,38 bars – 10,74 bars, sedangkan pada jam puncak tekanan menjadi kecil berkisar antara 8,93 bars – 9,43 bars, dikarenakan penggunaan air terbesar terjadi pada jam puncak. Kecepatan pada jam puncak berkiasar antara 0,10 m/detik – 1,04 m/detik. Pada jam rendah kebutuhan air menjadi rendah maka kecepatan aliran menjadi kecil yaitu berkisar antara 0,02 m/detik – 0,19 m/detik. Kecepatan sangat kecil dikarenakan kebutuhan air yang kecil tidak sebanding dengan besar diameter pipa. Besarnya headloss gradient pada jam puncak berkisar antara 0,4 m/km – 9,83 m/km, sedangkan pada jam rendah berkisar antara 0,01 m/km – 0,42 m/km. Besar kecil nilai headloss gradient didapat dari kebutuhan air pada pipa tersebut. 3. Dari hasil analisa dan perhitungan Rincian Anggaran Biaya untuk perencanaan distribusi air bersih di Perumahan Puncak Borobudur untuk biaya pengadaan pipa Rp 452.784.560,00, untuk pekerjaan galian, urugan tanah dan pemadatan, serta pemasangan pipa Rp 2.542.232.460,00 dengan PPN 10% sebesar Rp 299.501.702,00. Maka total keseluruhan Rincian Anggaran Biaya Rp 3.294.600.000,00 5.2. Saran Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam suatu perencanaan sistem jaringan
pipa, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ketersediaan data yang ada sangat membantu dalam perencanaan sistem distribusi jaringan pipa. 2. Adanya kerjasama antara pihak yang bertanggung jawab serta penduduk sekitar unuk menjaga kelestarian sumber air dan fasilitas yang ada untuk menjaga kontinuitas dan kualitas mata air sehingga distribusi air lancar. 3. Perencanaan suatu jaringan distribusi air bersih untuk mendapat hasil yang optimal akan lebih baik untuk mempertimbangkan suatu program seperti watercad. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1990. Analisa Upah dan Bahan (Analisa BOW), Jakarta: Bumi Aksara Anonim. 1996.Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum Dake. JMK. 1985. Hidrolika Teknik. Terjemahan Oleh Endang P. Tacyhan dan Y. P. Pangaribuan. Jakarta: Erlangga. Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan Oleh Djoko sasongko Jilid I. Jakarta: Erlangga. Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran Tertutup. Malang: Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Triatmojdo, Bambang. 1996. Hidraulika II. Edisi kedua. Yogyakarta: Beta Offset.