STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA UNTUK PEMENUHAN AIR BERSIH KELURAHAN HANGA-HANGA KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH 1
Riza Ramadhan1, Widandi Soetopo2, Dian Sisinggih2 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Cakupan daerah pelayanan kebutuhan air di tahun 2012 pada Kelurahan HangaHanga sekitar 53% sedangkan pada Kelurahan Hanga-Hanga Permai baru sekitar 36%, dan pada Desa Tontouan sekitar 41%, sehingga diperlukan pengembangan jaringan distribusi pipa agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih pada daerah tersebut. Perencanaan jaringan ditinjau dari segi hidraulika dengan menggunakan penerapan simulasi kondisi tidak permanen dengan software Epanet v.2.0. Dari hasil evaluasi didapatkan kondisi tekanan yang terjadi sekitar 24,13 – 198,9 mH2O, kemiringan hidrolis terjadi sekitar 0,01 – 14,21 m/km, dan kecepatan aliran yang terjadi berkisar 0,02 – 1,15 m/dt. Pada tahap pengembangan jaringan distribusi air bersih dilakukan dengan merubah elemen-elemen jaringan distribusi air bersih sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan daerah pelayanan yang setiap tahunnya bertambah. Perubahan diameter pipa ke ukuran lebih besar yang dilakukan pada tahap pengembangan I tahun 2017 adalah pada pipa P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P13, P2, P17, P15, P3, P18, dan P21. Kemudian perubahan diameter ke ukuran lebih besar yang dilakukan pada tahap pengembangan II tahun 2022 adalah pada pipa P19, P23, dan P21. Setelah dilakukan penggantian pipa, kondisi tekanan terjadi sekitar 16,07 – 199,04 mH2O, kemiringan hidrolis terjadi sekitar 0,05 – 7,76 m/km, dan kecepatan aliran yang terjadi berkisar 0,08 – 1,21 m/dt. Kata Kunci : Kebutuhan Air, Kemiringan Hidrolis, Kecepatan Aliran, Tekanan Air ABSTRACT Coverage of the water needs service area in 2012 at Hanga-Hanga village is around 53% while in Hanga-Hanga Permai village just around 36%, and in Tontouan village around 41%. So, the development of pipeline distribution network in order to meet public demand for clean water in the area are necessary. Network planning were reviewed from hydraulics aspect by using a simulation in not permanent condition with Epanet v.2.0 software. The results of the evaluation showed that the pressure conditions occurred around 24.13 to 198.9 mH2O, hydraulic gradient occurred around 0.01 to 14.21 m/km, and the flow velocity that occurred ranged from 0.02 to 1.15 m/sec. Stage of the clean water distribution network development is done by changing the network elements so that proper clean water distribution meets the need from the service area which annually increases. Pipe diameter changes to bigger size made during the development stage I in 2017 are pipe P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P13, P2, P17, P15, P3, P18, and P21. Then the diameter changes to bigger size made during the development stage II in 2022 are pipe P19, P23 and P21. After the replacement of pipes, pressure conditions occurred around 16.07 to 199.04 mH2O, hydraulic gradient occurred around 0.05 to 7.76 m / km, and the flow velocity that occurred ranged from 0.08 to 1.21 m / sec. Keywords: Water Requirement, Hydraulic Gradient, Flow Velocity, Water Pressure
1. PENDAHULUAN Pada saat ini, pemenuhan kebutuhan air baku di lokasi pekerjaan di 1 Desa dan 2 Kelurahan yaitu Desa Tontouan, Kelurahan Hanga-Hanga dan Hanga-Hanga Permai yang kesemuanya masuk wilayah Kecamatan Luwuk mayoritas masih menggunakan sumber air yang ada seperti mata air dan sungai sedangkan sebagian kecil menggunakan air PDAM. Sebagian penduduk yang tidak berlangganan air bersih dari PDAM Luwuk membuat sumur gali dan sumur bor. Sedangkan sebagian penduduk yang tidak mampu membuat sumur berusaha memanfaatkan sumber air yang masih ada walaupun ketersediaan airnya di musim kemarau terbatas dan jaraknya cukup jauh dari pemukiman. Pola penggunaan dan pemakaian air baku di setiap keluarga bersifat kontinyu yaitu air dari sumber air setelah ditampung di bak bagi dialirkan melalui selang plastik diameter 1/2” menuju rumah-rumah penduduk selama 24 jam. Oleh karena bersifat kontinyu maka setelah kebutuhan rumah tangga penduduk terpenuhi maka air akan terbuang atau dimanfaatkan bergantian dengan warga yang lain. Kondisi ini dari segi efisiensi sangat boros air sehingga akan menjadi kendala dalam proyeksi kebutuhan air penduduk pada saat perencanaan penyediaan prasarana air baku. Cakupan daerah pelayanan di tahun 2012 pada Kelurahan HangaHanga sekitar 53% sedangkan pada Kelurahan Hanga-Hanga Permai baru sekitar 36%, dan pada Desa Tontouan sekitar 41%, sehingga diperlukan pengembangan jaringan distribusi pipa agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih pada daerah tersebut. Sesuai dengan tujuan dari PDAM Luwuk, dikembangkannya sistem penjaringan distribusi air bersih bertujuan untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan terhadap konsumen. Rumusan masalah: 1. Bagaimana hasil evaluasi sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Luwuk pada Kelurahan HangaHanga, Kelurahan Hanga-Hanga Permai dan Desa Tontouan dalam kondisi eksisting? 2. Bagaimana hasil evaluasi sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Luwuk pada Kelurahan HangaHanga, Kelurahan Hanga-Hanga Permai dan Desa Tontouan dalam kondisi pengembangan tahun 2022? 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Data Kependudukan Dalam melakukan perencanaan pemanfaatan air ke depan dibutuhkan untuk mengetahui jumlah penduduk dan kebutuhan air rata-rata setiap hari di masa depan. Maka dilakukanlah proyeksi jumlah penduduk, dalam kajian ini proyeksi atau perkiraan jumlah penduduk dilakukan sampai 10 tahun ke depan. Untuk memperkirakan proyeksi jumlah penduduk dapat dilakukan dengan 3 metode, yaitu : a) Metode Aritmatik Dirumuskan sebagai berikut : Pn = Po (1 + r.n)
b) Metode Geometrik Metode ini adalah metode rumus bunga berganda. Dalm metode ini pertumbuhan rata-rata penduduk berkisar pada presentase r yang konstan setiap tahun. Perhitungan dengan metode ini dirumuskan sebagai berikut : Pn = Po + (1 + r)n
c) Metode Eksponensial Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan metode eksponensial dirumuskan sebagai berikut : Pn = Po . e(r.n)
Dimana : Pn = Jumlah penduduk pada tahun n (jiwa) Po = Jumlah penduduk pada tahun akhir data (jiwa) r = Angka pertumbuhan penduduk (%) n = Periode waktu (tahun) e = bilanga eksponesial = 2,718282 2.2 Uji Kesesuaian Metode Proyeksi Pemilihan ketiga metode diatas dilakukan berdasarkan cara statistik yaitu berdasarkan pada koefisien korelasi yang mendekati 1 dimana angka ini sebagai indikasi bahwa korelasi antar 2 variabel berarti positif atau kuat sekali. Berikut rumus untuk menghitung besaran koefisiensi korelasi yaitu :
andalannnya digunakan debit andalan (Q75). Kebutuhan air harian maksimum dan kebutuhan air pada jam puncak dihitung berdasarkan kebutuhan air harian rata-rata dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut : 1. Kebutuhan harian maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata 2. Kebutuhan air pada jam Puncak = 1,56 x kebutuhan air rata-rata Tabel 1 Faktor Pengali (Load Factor) terhadap kenutuhan harian Jam Load Faktor Jam Load Faktor Jam Load Faktor Jam Load Faktor
dimana : X = Jumlah penduduk data (jiwa) Y = Jumlah penduduk hasil proyeksi (jiwa) r = koefisien korelasi n = Periode waktu (tahun) 2.3 Analisa Ketersediaan dan Kebutuhan Air Bersih Jumlah pemakaian air suatu sistem jaringan distribusi air bersih tidak sama untuk tiap jamnya, begitu juga antara satu hari dengan hari lainnya. Perbedaan tersebut terjadi karena kebutuhan air bersih pengguna berubah terus-menerus yang dipengaruhi oleh faktor lokasi (spatial) dan faktor waktu (temporal). Sesuai dengan kebutuhan air yang ada, maka dalam memenuhi kebutuhan air tersebut digunakanlah sumber mata air sebagai pemasok utama ketersediaan air bersih. Debit rata-rata didapat berdasarkan pengukuran data di lapangan. Hasil pengukuran didapatkan debit aktual dan untuk debit
1
2
3
4
5
6
0,3
0,37
0,45
0,64
1,15
1,4
7
8
9
10
11
12
1,53
1,56
1,42
1,38
1,27
1,2
13
14
15
16
17
18
1,14
1,17
1,18
1,22
1,31
1,38
19
20
21
22
23
24
1,25
0,98
0,62
0,45
0,37
0,25
Sumber: Anonim (2007: v-4) Kebutuhan air sendiri akan dikategorikan menjadi dua yaitu kebutuhan air domestik dan non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan rumah tangga yaitu untuk keperluan minum, memasak, mandi, cuci pakaian serta keperluan lainnya, sedangkan kebutuhan air non domestik digunakan untuk kegiatan komersil seperti industri, perkantoran, maupun kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit, tempat ibadah dan niaga. 2.4 Mekanisme Pengaliran dalam Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih 2.4.1 Jenis Pengaliran Dalam hal ini dalam mekanisme pendistribusian air bersih dan pemasangan pipa menggunakan prinsip gravitasi berdasarkan kondisi topografi daerah layanan. Dalam pemasangan ini tidak diperlukan pompa dikarenakan air mengalir berdasarkan prinsip gravitasi.
Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa yang berdiameter sama atau berbeda dalam kondisi terseambung, maka kondisi tersebut dapat disebut pipa hubungan seri. Pada sambungan seri semu debit pada setiap titik sama sedangkan kehilangan tekanan di semua titik berbeda.
Gambar Pipa dalam Hubungan Seri Sumber: Triatmodjo (2010:74) Q1 = Q2 = Q3 Dengan: Q1 = Q2 = Q3 = debit pada tiap pipa (m3/det) Sedangkan, hftot = hf1 + hf2 + hf3
Dengan : hftot = total kehilangan tekanan papa pipa terpasang seri (m) hf1 = hf2 = hf3 = kehilangan tekanan pada tiap pipa (m) sehingga persamaan Bernoulli menjadi
Analisa kondisi permanen mencakup kondisi aliran, tekanan, dan kapasitas dari komponen sistem jaringan tersebut pada corak permintaan yang berubah-ubah. Dalam simulasi kondisi tidak permanen ini beberapa parameter yang digunakan adalah karakteristik tandon, kontrol operasi pompa, durasi dan nilai tahapan waktu, rasio waktu serta factor beban (load factor)
2.5 Analisa Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih dengan Penggunaan Software EPANET v.2.0 menyediakan paket sistem analisis hidrolika lengkap yang termasuk didalamnya kemampuan untuk: 1. Menyediakan segala ukuran jaringan. 2. Menghitung kehilangan tinggi energy akibat gesekan berdasarkan rumus Hazen- Wiliiam, DarcyWeisbach atau Chezy- Manning. 3. Menghitung kehilangan tinggi energy akibat belokan, sambungan, dan sebagainya. 4. Permodelan kecepatan konstan atau variasi untuk aliran pipa. 5. Perhitungan energy pompa serta biaya operasinya. 6. Permodelan untuk berbagai variasi tipe katup termasuk didalamnya katup penutup, katup cek, katup pengatur tekanan dan katup pengatur aliran. 7. Merancang beragam ukuran tangki atau bak penyimpana. 8. Menentukan bermacam-macam kategori kebutuhan pada tipe titik atau node, yang memiliki variasi pola waktu tersendiri. 9. Permodelan tekanan aliran bebas seperti pada sprinkler. 10. Melakukan sistem yang operasiny berbasis pada tingkatan sederhana atau dengan pengaturan waktu pada sistem control operasi yang kompleks. Dalam menghitung kehilangan tekan, Epanet menggunakan 3 rumus yaitu sebagai berikut: - Rumus Hazen- Williams - Rumus Darcy- Weisbach - Rumus Chezy- Manning EPANET v.2.0 yang berbasis sistem Windows menyediakan editor jaringan secara visual yang menyederhanakan proses pembangunan model jaringan pipa dan dapat berganti spesifikasinya (visualization tools)
untuk membantu menginterpretsikan hasil dari analisa jaringan. Termasuk didalamnya tampilan grafis (skala, profil, kontur, dan sebagainya), tampilan tabulasi dan tambahan informasi tentang penggunaan energi, reaksi, dan kalibrasi. Khusus untuk mempermudah pemeliharaan kualitas air dan meningkatkan kualitas air pengiriman air ke pengguna (konsumen) melalui sistem jaringan distribusinya, selain itu dapat digunakan untuk merencanakan serta meningkatkan kinerja sistem hidrolis.
3. METODE PENELITIAN Pada studi ini menggunakan data primer dan sekuder. Data primer menggungakan data ketersediaan debit sungai, jumlah penduduk, jumlah pelanggan dan besar pemakaian air. Sedangkan data sekunder terdiri dari data peta administrasi, peta kontur, peta jalan, dan sebaran penduduk. Adapun metode analisa data dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Proyeksi Jumlah Penduduk Melakukan proyeksi jumlah penduduk dalam 10 tahun kedepan dengan metode aritmatik, geometrik dan eksponensial. Selanjutnya akan dilakukan uji kesesuaian metode proyeksi untuk mengetahui metode mana yang proyeksinya mendekati satu. b. Pengolahan Data Debit Tersedia Menggunakan debit andalan 75% sebagai acuan ketersediaan air c.Perhitungan Kebutuhan Air Konsumen Dalam analisa ini akan dihitung besanya total kebutuhan akan air untuk masyarakat atau daerah layanan. Dan dalam menghitung kebutuhan air ini ada dua variabel yang menentukan, yaitu kebutuhan air domestik dan non domestik d. Perhitungan Neraca Air Dalam analisis perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar total ketersediaan air dan kebutuhan air. e. Pembuatan Skema Jaringan Ditribusi Air dengan Software Komputer Proses perencanaan skema sistem distribusi air bersih dalam studi menggunakan bantuan dari software komputer yaitu dengan program Epanet v.2.0. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi pertumbuhan penduduk dengan tiga metode adalah sebagai berikut: Tabel 2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banggai dengan Metode Eksponensial Tahun
HangaHanga
HangaHanga Permai
Tontouan
Jumlah
2013
3544
1457
2103
7104
2014
3892
1601
2310
7802
2015
4274
1758
2537
8569
2016
4694
1930
2786
9411
2017
5155
2120
3059
10335
2018
5662
2328
3360
11350
2019
6218
2557
3690
12465
2020
6829
2808
4052
13690
2021
7500
3084
4451
15034
2022
8236
3387
4888
16511
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banggai dengan Metode Aritmatik Tahun
HangaHanga
HangaHanga Permai
Tontouan
Jumlah
2013
3600
1480
2136
7217
2014
3973
1634
2358
7965
2015
4346
1787
2579
8712
2016
4719
1941
2800
9460
2017
5092
2094
3022
10208
2018
5465
2247
3243
10956
2019
5838
2401
3465
11703
2020
6211
2554
3686
12451
2021
6584
2708
3907
13199
2022
6957
2861
4129
13947
Sumber: Hasil Perhitungan Tabel 4 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banggai dengan Metode Geometrik Tahun
HangaHanga
HangaHanga Permai
Tontouan
Jumlah
2013
3600
1480
2136
7217
2014
4016
1652
2383
8051
2015
4480
1842
2659
8982
2016
4998
2055
2966
10020
2017
5576
2293
3309
11178
2018
6221
2558
3692
12470
2019
6940
2854
4118
13912
2020
7742
3184
4594
15520
2021
8637
3552
5125
17314
2022
9635
3962
5718
19315
Sumber: Hasil Perhitungan Kriteria penentuan metode proyeksi penduduk yang dipilih berdasarkan pada nilai koefisien korelasi yang terbesar mendekati 1. Dengan demikian metode yang dipilih untuk proyeksi jumlah penduduk pada daerah yang ditinjau sampai tahun 2022 adalah metode aritmatik karena metode ini mendekati perkembangan penduduk sesungguhnya. Berikut hasil perhitungan nilai koefisien korelasi yang disajikan pada tabel 4.5 dan 4.6. Tabel 5 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Tahun 2007-2012 Tahun
Data (jiwa)
Proyeksi Penduduk (jiwa) Eksponen sial
Aritmatik
Geometrik
2007
3764
4049
4113
4113
2008
3813
4447
4539
4589
2009
3905
4884
4966
5119
2010
6253
5364
5392
5711
2011
6370
5890
5818
6371
2012
6469
6469
6244
7107
Total
30574
31103
31072
33010
Sumber: Hasil Perhitungan Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa koefisien korelasi ketiga metode di atas pada metode
eksponensial sebesar 0,902015344, metode aritmatik sebesar 0,904204998 dan metode geometrik sebesar 0,901065734. Terlihat bahwa perhitungan laju jumlah penduduk dengan metode aritmatik memiliki nilai koefisien korelasi paling mendekati angka 1 sehingga dalam studi ini dipakai metode aritmatik. 4.2 Analisis Kebutuhan Air Dapat dihitung total kebutuhan air bersih pada jam puncak pada ketiga kelurahan/desa seperti disajikan pada tabel berikut: Tabel 6 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Total pada Jam Puncak di Kelurahan/Desa yang ditinjau tahun 2012 Kelura han / Desa HangaHanga HangaHanga Permai Tontou an Total
Satu an
Tingkat Pelayanan (%) 60
70
80
90
100
lt/dt
5,54
6,46
7,38
8,3
9,2
lt/dt
2,28
2,66
3,04
3,4
3,8
lt/dt
3,29
3,83
4,38
4,9
5,5
lt/dt
11,1
12,95
14,8
16,7
18
Sumber: Hasil Perhitungan Berdasarkan tabel perhitungan kebutuhan air, dapat dibuat grafik perbandingan antara debit ketersediaan air dengan debit kebutuhan air bersih pada lokasi studi sampai tahun 2022. Dengan debit ketersediaan 56 lt/dt, maka sampai tahun 2022 di daerah studi debit yang tersedia masih mencukupi debit kebutuhan tertinggi yaitu 35,9 lt/dt pada tahun 2022, 4.3 Simulasi Kondisi Tidak Permanen Simulasi kondisi tidak permanen ini akan mengevaluasi kondisi aliran, tekanan dan kapasitas sistem sepanjang waktu akibat corak perubahan kebutuhan air pada titik simpul. Adapun kriteria dan asumsi yang dipakai dalam simulasi kondisi tidak permanen dengan paket program EPANET v.2.0 pada kajian sistem jaringan distribusi air bersih pada daerah studi adalah sebagai berikut:
a. Pada simulasi ini dipakai durasi perubahan kondisi permintaan selama 24 jam dengan interval waktu 1 jam. b. Simulasi ini berdasarkan pembebanan kebutuhan air bersih tiap titik simpul yang berfluktuasi berdasarkan waktu. c. Simulasi ini akan dilakukan pada kondisi normal dimana variasi kebutuhan titik simpul hanya disebabkan oleh fluktuasi kebutuhan pelanggan tiap jam. d. Sistem jaringan distribusi disini merupakan bentuk skema jaringan percabangan (Branched Network). Adapun hasil simulasi kondisi tidak permanen setiap komponen dalam sistem jaringan distribusi air bersih pada daerah studi ditampilkan dalam interval 1 jam pada lampiran. Dari hasil simulasi kondisi tidak permanen pada daerah yang ditinjau untuk tahun 2012 dengan bantuan program EPANET v 2.0 tidak didapati adanya headloss yang cukup besar (di atas 15 m/km). Berikut disajikan beberapa contoh hasil simulasi pada distribusi jaringan pipa untuk kondisi eksisting pada pukul 07.00 (jam puncak). Saat ini sungai Tontouan memasok air untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada daerah studi sebesar 56 lt/dt untuk Kelurahan HangaHanga, Hanga-Hanga Permai, dan Desa Tontouan. Dari analisa program EPANET v.2.0, debit tersebut masih mampu untuk mencukupi kebutuhan air bersih pada daerah studi. Penggantian diameter pipa yang lebih besar dilakukan pada pipa yang memiliki kehilangan tinggi tekan yang besar. Dari hasil simulasi pada kondisi eksisting yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa pipa yang tidak sesuai lagi untuk digunakan pada tahap pengembangan. Berikut tabel penggantian diameter pipa.
Tabel 7 Penggantian Pipa dengan Diameter Lebih Besar pada Tahun 2017 Diameter Lama
Diameter Baru
(mm)
(mm)
P4
110
200
P5
110
200
P6
110
200
P7
110
200
P8
110
200
P9
110
200
P10
110
200
P11
110
200
P13
110
200
P21
90
110
P2
110
200
P17
110
200
P18
90
160
P15
110
200
P3
110
200
No. Pipa
Sumber: Hasil Perhitungan Secara umum kehilangan tinggi pada jaringan pipa tahap pengembangan tahun 2017 telah memenuhi syarat yaitu tidak didapati adanya headloss yang cukup besar. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran. Dari hasil analisa program EPANET v.2.0, debit 56 lt/dt yang tersedia masih mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan air bersih pada daerah studi yaitu sebesar 22,57 lt/dt. Maka dari itu untuk tahap pengembangan tahun 2017 tidak diperlukan adanya penambahan debit. Penggantian diameter pipa dengan diameter yang lebih besar dilakukan pada pipa yang memiliki kehilangan tinggi tekan yang besar. Dari hasil simulasi pada kondisi pengembangan yang telah dilakukan dapat diketahui beberapa pipa yang sudah tidak sesuai lagi untuk digunakan. Keterangan selengkapnya tentang
penggantian diameter pipa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Penggantian Pipa dengan Diameter Lebih Besar pada Tahun 2022 Diameter Diameter Lama Baru (mm) (mm) P21 110 160 P19 90 110 P23 90 110 Sumber: Hasil Perhitungan No. Pipa
Secara umum kehilangan tinggi pada jaringan pipa tahap pengembangan tahun 2022 telah memenuhi syarat yaitu tidak didapati adanya headloss yang cukup besar. Keterangan selengkapnya dapat dilihat pada halaman lampiran. Dari hasil analisa program EPANET v.2.0, debit 56 lt/dt yang semula digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih pada Kelurahan Hanga-Hanga, Hanga-Hanga Permai, dan Desa Tontouan masih mencukupi. Maka dari itu untuk tahap pengembangan tahun 2022 tidak diperlukan adanya penambahan debit. 4.4 Anggaran Biaya Perencanaan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Tabel 9 Rekapitulasi Anggaran Biaya No A B
Uraian Kegiatan Pekerjaan Galian Tanah Pekerjaan Urugan Tanah & Pemadatan
Jumlah Harga (Rp) 1,156,065,624.00 3,249,304,590.86
C
Pengadaan Pipa
D
Sambungan Pipa
263,746,439.00
E
Pemasangan Pipa
668,162,400.00
Terb ilan g:
1,144,711,000.00
Jumlah
6,481,990,053.86
PPN 10%
648199005.4
Jumlah + PPN 10%
7,130,189,059.25
Dibulatkan
7,130,189,100.00
Tujuh Milyar Seratus Tiga Puluh Juta Seratus Delapan Puluh Sembilan Ribu Seratus Rupiah
Sumber: Hasil Perhitungan
5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil evaluasi sistem jaringan pipa pada kondisi eksisting tahun 2012 dengan bantuan program EPANET v.2.0 didapatkan bahwa sistem jaringan distribui air bersih pada daerah studi cukup layak dan berfungsi dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan terkoneksinya elemen-elemen jaringan distribusi air bersih dengan baik, serta debit terpakai dari sungai Tontouan masih mencukupi kebutuhan air bersih. Kondisi tekanan terjadi sekitar 24,13 – 198,9 mH2O, kemiringan hidrolis terjadi sekitar 0,01 – 14,21 m/km, dan kecepatan aliran yang terjadi berkisar 0,02 – 1,15 m/dt. 2. Pada tahap pengembangan jaringan distribusi air bersih dilakukan dengan merubah elemen-elemen jaringan distribusi air bersih sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan daerah pelayanan yang setiap tahunnya bertambah. Adapun perencanaan yang dilakukan pada tahap pengembangan yaitu dengan perubahan diameter pipa lama karena tingginya kemiringan hidrolis pada daerah studi dan karena adanya peningkatan permintaan akan kebutuhan air bersih yang harus dilayani. Perubahan diameter pipa yang dilakukan pada tahap pengembangan I adalah pada pipa P4, P5, P6, P7, P8, P9, P10, P11, P13, P2, P17, P15, dan P3 dari ukuran diameter 110 mm menjadi 200 mm, dan pada pipa P18 dari ukuran diameter 90 mm menjadi 160 mm dan pipa P21 dari ukuran diameter 90 mm menjadi 110 mm. Kemudian perubahan diameter yang dilakukan pada tahap pengembangan II adalah pada pipa P19 dan P23 dari ukuran diameter 90 mm menjadi 110
mm, dan pada pipa P21 dari 110 mm menjadi 160 mm. Setelah dilakukan penggantian pipa, kondisi tekanan terjadi sekitar 16,07 – 199,04 mH2O, kemiringan hidrolis terjadi sekitar 0,05 – 7,76 m/km, dan kecepatan aliran yang terjadi berkisar 0,08 – 1,21 m/dt, adanya tekanan yang kurang memenuhi kriteria disebabkan terlalu besarnya beda tinggi antar titik simpul. Secara umum kondisi hidrolis seluruh komponen sistem jaringan distribusi air bersih pada daerah studi yang direncanakan dengan bantuan program EPANET v.2.0 telah sesuai dengan kriteria perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih dan mampu untuk beroperasi secara baik untuk memenuhi kebutuhan air bersih daerah studi hingga tahun 2022. 6. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1987. Buku Utama Sistem Jaringan Pipa. Jakarta: Ditjen Cipta Karya, Direktoran Air Bersih. Anonim, 2002. Pedoman/Petunjuk Teknik dan Manual Bagian: 6 (Volume IV, V & VI) Air Minum Perkotaan, Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Anonim. 2012. Konsep Laporan Antara (Interim) SID Air Baku Kecamatan Hanga-Hanga. Palu: PT. INAKKO Internasional Konsulindo Anonim. 2013. Kecamatan Luwuk Dalam Angka 2013. Banggai: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai Anonim. 2013. Kecamatan Luwuk Selatan Dalam Angka 2013. Banggai: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banggai
Rossman, Lewis. 2000. Epanet 2 Users Manual. Cincinnati : EPA. Suryanto, Adi., Sunaryo, Trie M., Sjarief, Roestam. 2001. Ekonomi Teknik Sumber Daya Air. Jakarta: MHI. Triadmodjo, Bambang. 1993. Hidrolika 1 dan Hidraulika 2. Yogyakarta: Beta Offset. Webber, N. B. 1971. Fluids Mechanics for Enggineering S-1 Edition. London: Chapman and Hallman Ltd. www.kemendagri.go.id Maret 2014)
(diakses
26
www.agroindonesia.co.id (diakses 26 Maret 2014)