APLIKASI METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WAREHOUSE DI PT WIRAKUSUMA SEJAHTERA JAKARTA
Disusun Oleh :
NAMA
: YANA NURDIANA
NIM
: 41605110053
JURUSAN
: TEKNIK INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Yana Nurdiana
NIM
: 41605110053
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi : Aplikasi Metode EOQ Pada Departemen Warehouse Di PT Wirakusuma Sejahtera-Jakarta Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sangsi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
( Yana nurdiana )
i
LEMBAR PENGESAHAN
APLIKASI METODE EOQ PADA DEPARTEMEN WAREHOUSE PT WIRAKUSUMA SEJAHTERA JAKARTA
Disusun Oleh : Nama NIM Jurusan
: Yana Nurdiana : 41605110053 : Teknik Industri
Pembimbing
Mengetahui Koordinator TA / KaProdi
(Ir.H. Muhammad Kholil, MT)
( Ir. H. Muhammad Kholil, MT. )
ii
ABSTRAK PT Wira Kusuma Sejahtera merupakan distributor utama pendingin ruangan (Air Conditioning) sistem terpusat (central system) dan sistem terpisah (split system) di Indonesia dengan merk FUJIAIRE, dimana setiap pengiriman unit pendingin ke pelanggan khususnya dengan sistem terpusat harus disertai dengan komponen pendukung yaitu thermostat yang berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan dan indikator masalah pada sistem pendingin ruangan. PT Wira Kusuma Sejahtera memiliki komitmen untuk menyediakan kebutuhan pendingin ruangan yang lengkap baik untuk perumahan, gedung bertingkat, pusat perbelanjaan dan industri lainnya dengan terus menjaga kualitas produk dan mengutamakan pelayanan yang baik bagi pelanggan. Dengan mengelola dan memanfaatkan sistem persediaan barang seoptimal mungkin, maka diharapkan pengiriman kepada pelanggan tidak mengalami keterlambatan. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu sistem persediaan yang dapat mengurangi penyerapan modal yang berlebih. Apabila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, hal ini akan menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai oppurtunity cost. Demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan (stock out cost).Sistem persediaan yang akan dibahas adalah adalah sistem persediaan yang dikenal dengan Economic Order Quantity (EOQ). Tujuan dari metode EOQ in adalah untuk menentukan kualitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan dan biaya-biaya persediaan lainnya. Dalam kesempatan ini penulis akan membahas penerapan metode EOQ pada departemen warehouse di PT Wirakusuma Sejahtera. Penerapan metode ini bertujuan untuk mengurangi biaya persediaan room thermostat. Room Thermostat berfungsi sebagai menghidupkan atau mematikan dan indikator masalah pada sistem pendingin ruangan. Semua jenis pendingin yang terpusat ini memakai komponen ini.Sehingga di harapkan dengan penerapan metode EOQ pada proses pemesanan room thermostat akan didapat efisiensi yang optimal. Kata Kunci: Penerapan Metode EOQ Room Thermostat di PT Wirakusuma Sejahtera.
iii
ABSTRACT PT Wira Kusuma Sejahtera is the main distributor of air conditioner (Air Conditioning) system centrally (central system) and a separate system (split system) in Indonesia with a brand FUJIAIRE, where each cooling unit to the customer, especially with the centralized system components must be accompanied with supporting the thermostat which functions to turn on or off and the indicator on the system air conditioner. PT Wira Kusuma Sejahtera has a commitment to provide the air conditioner needs a complete good for housing, multistory buildings, shopping centers and other industries continue to maintain the quality of the product and the service is good for the customers. By utilizing the system to manage and supply of goods optimal possible, the expected delivery to the customer does not experience delays. To realize it needed a system that can reduce the supply of absorption of excess capital. When companies embed too many funds in the stock, this will cause excessive storage costs and may have any opportunity cost. Similarly, if the company does not have a sufficient supply, can cause the costs of a lack of materials (stock out cost). The system that supplies will be discussed is the supply system is known as the Economic Order Quantity (EOQ). The objective of the EOQ method is in order to determine the quality of supply that directly minimize the cost of storage costs and other supplies. In this opportunity author will discuss the application of the method on the EOQ in the warehouse department Wirakusuma Sejahtera PT. Application of this method aims to reduce the cost of supply room thermostat. Room functions as the thermostat, shut off and the indicator on the system air conditioner. All types of centrally air conditioning system use this component. So that the expected EOQ with the implementation of the method in the process of ordering a room thermostat will be the optimal efficiency. Keywords: EOQ Implementation Method Room thermostat in Wirakusuma Sejahtera PT.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “ Aplikasi Metode EOQ Pada Departemen Warehouse PT Wirakusuma Sejahtera” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata I Jurusan Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan skripsi ini, yakni kepada : 1. Ibu dan Ayah penulis atas perhatian, kasih sayang, dan kesabaran mereka yang sangat berarti bagi penulis. 2. Bpk Ir.H.Muhammad Kholil, MT, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, semangat serta ilmu yang tak ternilai hargannya. 3. Istriku tercinta Liyana Farliyah, yang telah memberikan doa, semangat dan pengertian yang luar biasa sehingga terselesaikannya skripsi ini, I love you so much honey. 4. Bpk Sun Kusuma serta seluruh karyawan PT Wirakusuma Sejahtera yang telah memberikan pengertian dan dorongan semangat kepada penulis.
v
5. Soerya Kurniawan dan Indra Pratama, yang telah banyak membantu dan meluangkan pikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, thanks bro. 6. Seluruh staf pengajar di Jurusan Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta atas pencerahan ilmu yang telah diberikan 7. Agung, Budiyanto, Azis Widodo, Yusman, Syahrul, dan seluruh teman-teman angkatan ke 7 PKSM jurusan Teknik Industri Universitas Mercubuana atas semangat dan kerjasama selama menjalani perkuliahan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan mamfaat yang sebesar-besarnya, dan semoga kasih sayang Allah SWT senantiasa tercurah kepada kita semua, Amin.
Jakarta, Maret 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pernyataan .........................................................................................
i
Halaman Pengesahan........................................................................................
ii
Abstraks ...........................................................................................................
iii
Kata Pengantar .................................................................................................
v
Daftar Isi ...........................................................................................................
vii
Daftar Tabel......................................................................................................
xi
Daftar Gambar ..................................................................................................
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................
2
1.3 Batasan masalah ......................................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................
3
1.5 Metode Penelitian...................................................................
3
1.6 Sistematika Penulisan
3
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen Persediaan.........................................
6
2.2 Jenis-jenis Persediaaan phisik................................................
7
2.3 Penyebab Dan Fungsi Persediaan..........................................
9
2.4 Fungsi-Fungsi Persediaan.....................................................
10
2.4.1 Fungsi Indepensi........................................................
10
vii
2.4.2 Fungsi Ekonomis.......................................................
11
2.4.3 Fungsi Antisipasi.......................................................
11
2.4.4 Fungsi Fleksibilitas...................................................
12
2.5 Biaya-Biaya Persediaan.......................................................
12
2.5.1 Biaya Penyimpanan..................................................
13
2.5.2 Biaya Pemesanan.....................................................
14
2.5.3 Biaya Penyiapan (set-up cost).................................
15
2.5.4 Biaya Kekurangan Persediaan.................................
15
2.6 Metode Q
17
2.6.1 Model Ekonomi Order Quantity (EOQ) Sederhana....
17
2.6.2 Model Ekonomi Order Quantity (EOQ) Dengan Back Order......................................................................................
21
2.6.3 Model Ekonomi Order Quantity (EOQ) Dengan Tingkat Produksi..................................................................
23
2.6.4 Model Ekonomi Produksi (EPQ) Dengan Banyak Item
25
2.6.5 Model Ekonomi Order Quantity (EOQ) Dengan Potongan Harga.....................................................................
26
2.7 Model P...................................................................................
27
2.8 Perbandingan Model P Terhadap Model Q...............................
28
2.9 Metode Peramalan.....................................................................
29
2.9.1 Metode Regresi Linier...................................................
31
2.9.2 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan..................................
32
2.9.3 Pemeriksaaan Dan Pengendalian Peramalan................
33
viii
2.9.4 Peta Moving Range....................................................... BAB III
BAB IV
BAB V
34
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian.............................................................
37
3.2 Metodologi pengumpulan Data...............................................
37
3.3 Metodologi Analisa Data........................................................
38
3.4 Variabel Dan Pengukuran......................................................
39
PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................
40
4.2 Jenis-jenis Pendingin Ruangan Yang Di Pasarkan................
40
4.3 Struktur Organisasi PT Wirakusuma Sejahtera......................
41
4.4 Daftar Karyawan Di PT Wirakusuma Sejahtera....................
42
4.5 Data Permintaan Room Thermostat.......................................
43
4.6 Sistem Pembelian Room Thermostat.....................................
43
ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Analisa Dan Data ketersediaan Room Thermostat Dengan Peramalan............................................................................
45
5.1.1 Peramalan Model Linier..............................................
46
5.1.3 Peramalan Model Eksponensial......................................
49
5.1.4 Peta Moving Range.........................................................
54
5.2 Perhitungan EOQ.....................................................................
55
5.2.1 Menentukan Jumlah Pemesanan Optimal (EOQ)...........
55
5.2.2 Menentukan Titik Pemesanan Kembali (ROP)..............
55
5.2.3 Menghitung Total Biaya Persediaan (TC).....................
56
ix
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan..............................................................................
57
6.2 Saran........................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4-1
Data Pemakaian Room Thermostat 2007-2008
43
Tabel 5-1
Data Pemakaian Room Thermostat 2007-2008
45
Tabel 5-2
Tabel Peramalan Model Liner
46
Tabel 5-3
Tabel SEE Peramalan Model Linier
47
Tabel 5-4
Tabel Peramalan Kuadratik
49
Tabel 5-5
Tabel SEE Peramalan Model Kuadratik
50
Tabel 5-6
Tabel Peramalan Model Eksponensial
51
Tabel 5-7
Tabel SEE Peramalan Model Eksponensial
52
Tabel 5-8
Tabel Ringkasan Akurasi Metode Peramalan
53
Tabel 5-9
Tabel Peta Moving Range
54
xi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2-1
Kurva TC Minimum
20
Gambar 2-2
Tingkat Persediaan Versus Waktu Bagi (EOQ)
21
Gambar 2-3
Tingkat Persediaan Versus Waktu dengan Backorder
23
Gambar 2-4
Kuantitas Persediaan Dengan Tingkat Produksi
24
Terbatas
16
Gambar 2-5
Prosedur EOQ Sederhana dengan Diskon
27
Gambar 4-1
Struktur Organisasi PT Wirakusuma Sejahtera
42
Gambar 5-1
Grafik antara t vs Y (t)
46
Gambar 5-2
Grafik Peta Moving Range
54
xii
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak saja terbatas pada skala yang lebih kecil (lokal), tetapi juga mencakup kawasan regional bahkan global. Dalam kondisi persaingan yang tajam itu, sebuah perusahaan dituntut untuk terus menerus memperbaiki dan men-set up struktur manajemen disetiap lini agar senantiasa sanggup menjawab tantangan. Ketika sebuah perusahaan berkembang, maka manajemen persediaannya semakin kompleks. Disanalah manajemen persediaan menjadi penting karena barang merupakan salah satu komponen biaya produksi yang tinggi. Jika persediaan barang tidak terkelola dengan baik, maka perusahaan tidak akan mampu menaikkan daya saing dan memiliki keunggulan kompetitif. Agar sistem persediaan barang dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga efisiensi tercapai,maka diperlukan suatu sistem pembelian yang terencana. Dengan adanya sistem pembelian terencana ini diharapkan kelebihan ataupun kekurangan stok barang yang dapat menyebabkan biaya tambahan untuk penyimpanan barangbarang tersebut tidak terjadi. Pembelian yang dilakukan secara berlebihan akan mengakibatkan penumpukan barang yang akan menambah biaya penyimpanan, sedangkan kekurangan pembelian akan mengakibatkan terganggunya proses pengiriman ke pelanggan karena tidak tersedianya produk yang diperlukan. Maka
1
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
pembelian yang terencana dengan baik akan meminimasi biaya penyimpanan barang dan akan memperlancar proses pengiriman produk pada pelanggan. Sistem pembelian ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pada departemen warehouse. Efisiensi ini sangat penting artinya bagi perusahaan, karena dengan efisiensi yang tinggi, yang terjadi keuntungan perusahaan akan semakin besar. Demikian juga sebaliknya yang terjadi bila efisiensi rendah, tentu keuntungan perusahaan akan semakin kecil dan akan berdampak kepada para pekerja di perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas sistem pembelian yang dapat meminimasi biaya persediaan pada departemen warehouse dengan metode Economic Order Quantity.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan juga hasil pengamatan awal penulis pada PT Wirakusuma Sejahtera didapati bahwa masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: Terdapat beberapa faktor yang merupakan penyebab biaya persediaan menjadi tinggi sehingga perlu diamati kondisi persediaan room thermostat di departemen warehouse.
2
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
1.3 Batasan Masalah Penulis melakukan pembatasan masalah yaitu efisiensi penyimpanan thermostat saja karena komponen ini menyerap modal paling banyak dan memerlukan monitor pengawasan yang ketat dengan menggunakan metode EOQ pada departemen warehouse dengan tujuan permasalahan lebih terarah.
1.4 Tujuan Penelitian Adapun dari tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : •
Untuk melihat dampak penerapan metode EOQ pada departemen warehouse
•
Untuk mengetahui bagaimana pembelian thermostat dilakukan, agar dalam departemen warehouse tidak terjadi baik penumpukan maupun kekurangan stok.
1.5 Metode Penelitian Pendekatan yang penulis pakai adalah dengan melakukan pengamatan kondisi inventori di lapangan, studi kasus dan juga studi literatur.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika ini di buat untuk memberikan suatu gambaran secara singkat mengenai penysusunan isi tugas akhir ini, dimana penulisan ini dibagi dalam 5 (lima ) bab terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
3
Tugas Akhir
BAB 1
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menguraikan secara singkat mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metoda penelitian (pengumpulan data) dan stematika penulisan.
BAB II
LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan menguraikan mengenai teori-teori yang berhubungan dan dapat juga di jadikan pedoman untuk membahas permasalahan yang di hadapi dalam penelitian. Landasan teori menjelaskan mengenai manajemen persediaan dan jenis-jenisnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan menguraikan gambaran umum perusahaan serta metodologi penelitian yang dilakukan dalam membahas masalah yang dihadapi oleh penulis.
Bab IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Menyajikan data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan
BAB V
ANALISA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode EOQ untuk efsiensi
biaya
persediaan
room
thermostat
pada
warehouse di sertai dengan perhitungan-perhitungan.
4
departemen
Tugas Akhir
BAB VI
Bab I Pendahuluan
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang berisi kesimpulan dari awal hingga akhir permasalahan yang telah di bahas serta saran-saran yang di ambil setelah melakukan penelitian
5
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Persediaan Pengendalian merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena banyak persediaan phisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai opportunity cost (dana yang dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih menguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya kekurangan bahan. Istilah persediaan adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya – sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Permintaan akan sumber daya mungkin internal ataupun eksternal. Ini meliputi persediaan bahan mentah, barang proses, barang jadi atau produk akhir, bahan-bahan pembantu atau pelengkap, dan komponen-komponen lain yang menjadi bagian keluaran produk perusahaan. Jenis persediaan ini sering disebut dengan istilah persediaan keluaran produk (product output), dimana hampir semua orang mengidentifikasikan secara tepat sebagai persediaan. Tetapi kita seharusnya tidak membatasi pengertian persediaan hanya itu. Banyak organisasi juga menyimpan jenis-jenis persediaan lain, seperti uang, ruangan phisik (bangunan pabrik), peralatan, dan tenaga kerja, untuk memenuhi permintaan 6
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
akan produk dan jasa. Sumber daya-sumber daya ini sering dapat dikendalikan lebih efektif melalui penggunaan berbagai sistem dan model manajemen persediaan. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus di jaga, kapan persediaan harus dijaga,kapan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat pula, atau dengan kata lain, sistem dan model persediaan bertujuan untuk meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan akan dilakukan secara optimal.
2.2 Jenis-Jenis Persediaan Phisik Ada beberapa jenis persediaan, dimana setiap jenis mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara pengelolaannya yang berbeda. Adapun menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan menjadi : 1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang berujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier dan/atau di buat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. 2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/componens), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
7
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. 3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi. 4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barangbarang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai di proses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan (customer). Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini (20%-60%). Ini merupakan dilema bagi perusahaan. Bila persediaan di lebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan bertambah. Bila perusahaan menanam terlalu banyak modalnya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan. Kelebihan persediaan juga membuat modal menjadi mandek, demikian pula sebaliknya bila persediaan dikurangi, suatu ketika bisa mengalami stock out (kehabisan barang). Bila perusahaan tidak memiliki persediaan yang mencukupi,
8
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
biaya pengadaan darurat akan lebih mahal. Dampak lain mungkin kosongnya barang dipasaran dapat membuat pelanggan (customer) kecewa dan lari ke produk lain. Mengingat konsekuensi logis yang dilematis (kekurangan atau kelebihan) dari persediaan, perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan persediaan ini pada tingkat yang optimal. Kriteria optimal adlah minimasi keseluruhan biaya yang terkait dengan semua konsekuensi kebijakan persediaan.
2.3 Penyebab Dan Fungsi Persediaan Persediaan merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut : 1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya. Untuk menyiapkan barang ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan penngiriman, maka adanya persediaan merupan hal yang sulit dihindarkan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya, waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak factor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan persediaan.
9
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar kenaikan harga di masa mendatang.
2.4 Fungsi-Fungsi Persediaan Efisiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi persediaan. Pertama harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah kebarang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Persediaan-persediaan ini mungkin tetap tinggal diruang penyimpanan, gudang, pabrik, toko-toko pengecer, atau barangkali sedang dalam pemindahan sekitar pabrik, dalam truk pengangkut, atau kapal yang sedang menyeberang lautan.
2.4.1 Fungsi Indepedensi Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan (independence). Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa terganggu pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proseseproses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi
10
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut fluctuation stock. Agar produksi dapat berjalan tanpa tergantung terhadap permintaan pasar dan pasokan dari pemasok, maka persediaan harus mencukupi.
2.4.2 Fungsi Ekonomis Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biayabiaya per unit. Persediaan ekonomis ini perlu mempertimbangkan penghematanpenghematan (potongan pembelian,biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya)
2.4.3 Fungsi Antisipasi Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan yang diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman (seasonal inventories). Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama
11
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Pada kenyataannya, persediaan pengamanan merupakan pelengkap fungsi decoupling yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
2.4.4 Fungsi Fleksibilitas Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan untuk sementara waktu. Sediaan barang setengah jadi (work in process) pada situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain adalah dengan adanya sediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas produksi dapat disediakan dengan cukup.
2.5 Biaya-Biaya Persediaan Dalam setiap keputusan akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya-biaya variable berikut ini harus dipertimbangkan.
12
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
2.5.1 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) terdiri atas biayabiaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: 1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas, atau pendingin). 2. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan). 3. Biaya keusangan. 4. Biaya perhitungan phisik dan konsiliasi laporan 5. Biaya asuransi persediaan. 6. Biaya pajak persediaan. 7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. 8. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya. Biaya-biaya diatas adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk
13
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
perusahaan-perusahaan manufacturing biasanya biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.
2.5.2 Biaya Pemesanan (Pembelian) Perusahaan menanggung biaya pemesanan setiap kali melakukan pemesanan barang (order costs atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi : 1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi. 2. Upah. 3. Biaya telepon. 4. Pengeluaran surat-menyurat 5. Biaya pengepakan dan penimbangan. 6. Biaya pemeriksaaan (inspeksi) penerimaan. 7. Biaya pengiriman kegudang. 8. Biaya hutang lancar dan sebagainya. Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
14
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
2.5.3 Biaya Penyiapan (Set up Costs) Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi di produksi sendiri dalam pabrik perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari : 1. Biaya penjadwalan (scheduling) 2. Biaya mesin-mesin menganggur 3. Biaya persiapan tenaga kerja langsung. 4. Biaya ekspedisi dan lain sebagainya. Seperti Biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode adalah sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode.
2.5.4 Biaya Kekurangan Persediaan Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan persediaan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biayabiaya yang termasuk biaya kekurangan adalah sebagai berikut: 1. Kehilangan langganan. 2. Kehilangan penjualan. 3. Biaya pemesanan khusus. 4. Biaya ekspedisi. 5. Selisih harga.
15
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
6. Terganggunya operasi. 7. Tambahn pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif. Bila perusahaan kehabisan barang saat ada permintaan, maka akan terjadi stock out. Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat kehilangan pelanggan yang kecewa sehingga pindah ke produk saingan. Biaya ini sulit diukur karena berhubungan dengan goodwill perusahaan. Sebagai pedoman, biaya stock out dapat dihitung dari hal-hal berikut: 1. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, biasanyan diukur dari keuntungan yang hilang, karena tidak dapat memenuhi permintaan. Biaya ini diistilahkan sebagai penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan. 2. Waktu pemenuhan, lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehigga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. 3. Biaya pengadaan darurat, agar konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih besar ketimbang pengadaan normal. Dalam praktek, tidak jarang ada kasus berupa suatu biaya sulit dapat diklasifikasikan dalam biaya tetap (biaya pemesan atau penyiapan) sekaligus dapat diklasifikasikan dalam biaya variabel (biaya simpan, stock out). Misalkan biaya
16
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
transportasi, kalau satuan item pesanan dalam bilangan truk, maka ongkos transpor sifatnya variabel tergantung pada berapa truk yang dikirim. Namun, bila satuan item pesanan dalam unit dan satu truk berisi 1000 unit, maka ongkos tranportasi jika pesanan maksimal 1000 unit adalah fix costs (biaya pemesanan), artinya tidak dipengaruhi jumlah item yang dipesan. Bila jumlah maksimal item pengiriman tidak dibatasi dan satuan item pengiriman dalam unit, maka ongkos transport ini dapat pula dikatakan variabel. Terkait dengan ini diperlukan pertimbangan (trade off) dari pembuatan kebijakan persediaan. Trade off ini akan sangat bergantung pada jenis yang dipesan atau diproduksi.
2.6 Metode Q Dikatakan metode Q karena variabel keputusan dalam metode ini adalah Q (yang menotasikan kuantitas) pesanan. Kriteria optimal adalah total biaya persediaan yang minimal. Metode ini terdiri atas banyak model meliputi :
2.6.1 Model Economic Order Quantity (EOQ) Sederhana Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang.
17
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Jika suatu barang dipesan dari pemasok, berapa pun jumlah barang yang dipesan, biaya pemesanan (telepon, pengiriman, administrasi, dan lain-lain) besarnya selalu sama, artinya biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah pemesanan melainkan pada berapa kali jumlah pemesanan. Jika suatu barang diproduksi. Perusahaan harus menset-up mesin dan fasilitas produksi lainnya, harus membuat rencana, dan lain-lain yang biaya tersebut tidak akan berbeda untuk jumlah produksi yang berbeda. Fakta lainnya, ada biaya yang berubah jika jumlah unit yang diproduksi atau dipesan berubah. Biaya ini berbanding lurus dengan jumlah yang diproduksi, termasuk dalam kategori ini adalah harga barang, biaya penyimpanan, biaya penanganan, dan lain-lain. Berdasarkan pada fakta ini, maka dapat dibuat generalisasi bahwa dalam setiap pemesanan atau pembuatan produk, biaya dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu biaya tetap (fix costs) dan biaya variabel. Pada prakteknya, tidak semua biaya dapat dipisahkan secara tegas kedalam dua kategori ini. Akibat adanya dua tipe biaya ini, maka biaya total (fix costs dan variable costs) akan menjadi berbeda bila jumlah unit yang diproduksi berbeda. Bila barang yang diproduksi satu atau seribu, fix cost ini besarnya tetap. Bila selanjutnya, bila fix cost ini dibebankan pada biaya produksi perunit, maka fix cost ini akan dibagi oleh jumlah yang diproduksi. Jadi semakin banyak jumlah yang diproduksi, akan semakin kecil. Logikanya, akan terdapat titik temu (optimal) agar total biaya tersebut minimal.
18
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Model yang dikembangkan oleh Ford Harris :
Q=
2 A.P C
Dimana : Q = Nilai optimal pemesanan (EOQ) C = Biaya penyediaan barang pertahun (dalam %) P = Biaya pemesanan perpesanan A = Nilai Pemakaian barang satu tahun. Model ini diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama persediaan. 2. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap. 3. Jarak waktu pesan sampai pesanan datang (lead time) pasti. 4. Semua biaya diketahui dan bersifat pasti. 5. Kekurangan persediaan (stock out) tidak diijinkan. 6. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan. Dalam teori, konsep EOQ (kadang-kadang disebut model fixed-orderquantity) adalah sederhana. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. Gambar 2.1 menunjukkan posisi titik EOQ yang membentuk kurva TC minimum. Biaya total relevan (TC) merupakan penjumlahan dua komponen biaya ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi (jarak) kurva TC pada setiap titik Q merupakan hasil 19
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
penjumlahan tinggi (jarak) kedua kurva komponen biaya tersebut secara tegak lurus. Ordering Cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan yang dikeluarkan. Sebaliknya bila Q makin besar maka, berarti makin jarang pemesanan yang dilakukan dan makin kecil biaya pemesanan yang dikeluarkan. Bila digambarkan secara grafis, maka semakin besar Q, semakin menurunlah kurva ordering cost. Holding cost (biaya penyimpanan) mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya tersebut bergantung kepada tingkat persediaan rata-rata. Garis tersebut dimulai dari titik Q = 0, dimana tingkat persediaan rata-rata semakin membesar secara proporsional dengan gradien yang sama.
Gambar 2.1 Kurva TC Minimum
20
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Karena permintaan akan produk adalah konstan dan seragam, grafik tingkat persediaan dari waktu-kewaktu berbentuk seperti gambar 2.2 (ini yang memyebabkan mengapa EOQ sering disebut model continuous). Q adalah jumlah yang dipesan kapan saja persediaan titik pemesanan kembali (reorder point, R), d adalah tingkat permintaan atau penggunaan per hari, dan L adalah lead time.
Gambar 2.2 Tingkat Persediaan versus waktu bagi EOQ
2.6.2 Model Economic Order Quantity (EOQ) Dengan Backorders Sangat sering perusahaan dapat, dan akan mengalami, kekurangan persediaan tanpa kehilangan penjualan selama periode kehabisan persediaan (out of stock). Bila barang-barang disuplai terlambat kepesanan-pesanan diwaktu lalu, backordering terjadi. Hal ini akan menyebabkan adanya biaya backordering persediaan. Bila biaya backordering besarnya proporsional dengan kuantitas unit dan waktu-barang-barang dipesan kembali, model sederhana dapat digunakan untuk menentukan EOQ.
21
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Istilah-istilah backorder identik dengan EOQ dasar tetapi ada beberapa kekecualian seperti ditunjukkan dalam gambar 2.3 dan diperinci berikut: •
Ada waktu (t1) dimana ada surplus persediaan (I).
•
Waktu (t2) dimana ada kekurangan persediaan (Q-1).
•
Setiap siklus memerlukan waktu sama(tc).
•
Biaya backordering per unit per tahun adalah konstan (B, Rp/unit/tahun).
•
Backorder dan persediaan dipenuhi secara bersamaan.
Rumus EOQ untuk model ini:
Q=
2 SD H
H +B B
Rumus surplus persediaan:
Q=
2 SD H
H +B B
Rumus biaya persediaan tahunan total:
(Q − 1) D I2 +S +B Q 2Q 2Q
2
TC = H
22
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.3 Tingkat persediaan versus waktu dengan Backorder
2.6.3 Model Economic Order Quantity (EOQ) Dengan Tingkat Produksi Terbatas (Economic Production Quantity) Model EOQ dasar menganggap bahwa kuantitas yang dipesan diterima seluruhnya pada saat yang sama (seketika), dalam jumlah tunggal Q. Berbagai produk yang dibeli dan diproduksi sendiri perusahaan tidak selalu memenuhi anggapan tersebut. Jadi, persediaan tidak dipenuhi semua seketika sebagaian secara bertahap. Kuantitas pesanan tidak diterima dalam jumlah besar, tetapi dalm kuantitas-kuantitas yang lebih kecil sejalan dengan kemajuan produksi. Produk-produk yang dibeli atau diproduksi sendiri mempunyai tingkat produksi (p) yang relatif lebih besar daripada tingkat permintaan (d). Gambar 2.4 menunjukkan bahwa selama barang-barang diproduksi, juga digunakan pada tingkat yang relatif lebih rendah. Model ini penting
23
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
karena anggapan kuantitas pesanan diterima semua pada saat yang sama sering tidak akurat.
Gambar 2.4 kuantitas persediaan dengan tingkat produksi terbatas Anggapan-anggapan dan istilah-istilah model ini yang berbeda dari model dasar dapat diperinci sebagai berikut : 1. Kuantitas pesanan tidak dipenuhi semuanya pada saat yang sama tetapi tersedia dalam kuantitas-kuantitas lebih kecil pada tingkat produksi atau pemenuhan konstan (p). 2. Tingkat permintaan (d) besarnya relatif terhadap tingkat produksi. 3. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama dengan tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (p – d) 4. Selama Q unit produksi, besarnya tingkat persediaan maksimum kurang dari Q karena penggunaan selama pemenuhan.
24
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Rumusan EOQ, atau sering disebut juga Economic Production Quantity (EPQ), model ini adalah:
Q=
2 SD H
P P−d
Sedangkan rumusan biaya persediaan total :
TC = H
D QP−d +S Q 2 P
2.6.4 Model Economic Production Quantity (EPQ) Dengan Banyak Item Jika beberapa item harus diproduksi dengan peralatan atau lintasan produksi yang sama secara bergantian, maka model EPQ sebelumnya tidak dapat dipergunakan. Perhitungan EPQ dengan cara tersebut harus dilakukan satu per satu pada masing-masing komponen. Perhitungan ini akan menghasilkan jumlah persediaan yang besar. Selain itu, waktu siklus setiap item akan berbeda antara satu dengan yang lainnya sehingga akan menyulitkan pengoperasian hasil perhitungan tersebut. Untuk kasus seperti ini, maka digunakan model EPQ banyak item Model ini merupakan modifikasi dari persamaan model EPQ sebelumnya, dimana EPQ ditentukan dengan mempertimbangkan seluruh komponen yang harus diproduksi. Dengan modifikasi tersebut, persamaan waktu siklus optimal (to) untuk keseluruhan item adalah sebagai berikut :
25
Tugas akhir
t =
Bab II Landasan Teori
2∑ k n
Dn hn Dn hn 1 − P n
Perhitungan toptimal untuk kasus banyak item adalah mirip dengan model EPQ sebelumnya dengan biaya set-up, kecepatan permintaan, kecepatan produksi, daya simpan dijumlahkan terlebih dahulu. Jumlah pemesanan pertahun (jika periodenya tahun) atau frekwensi pemesanan dalam satu periode untuk kasus banyak item diperoleh persamaan (hasil modifikasi persamaan f = D/Q0). Persamaan tersebut adalah sebagai berikut :
∑D
n
f =
Dn hn hn 1 − P n 2∑ k n
2.6.5 Model Economic Order Quantity (EOQ) Dengan Potongan Harga Suatu potongan harga untuk jumlah pembelian yang lebih besar sangat lazim ditawarkan oleh penjual. Hal ini untuk menarik minat pembeli agar mau membeli dalam jumlah besar. Keuntungan yang dapat diperoleh pembeli bila membeli dalam jumlah besar adalah turunnya harga beli perunit, biaya pengiriman lebih rendah, penurunan biaya pemesanan, dan minimisasi resiko kekurangan stock. Kerugiannya adalah modal akan banyak bertanam dipersediaan dan resiko rusak lebih besar. Untuk itu perlu dicari solusi optimal dari kedua konsekuensi logis tersebut. Untuk kasus adanya potongan harga pada kuantitas tertentu. Model EOQ sederhana
26
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
dapat diterapkan dengan langkah tambahan. Model EOQ bila terdapat penawaran potongan harga untuk kuantitas pembelian tertentu seperti terlihat pada gambar 2.5 berikut :
Gambar 2.5 Prosedur EOQ sederhana dengan diskon
2.7 Model P Model-model persediaan yang telah diuraikan diatas memiliki kesamaan variabel keputusan, yaitu penentuan jumlah optimal yang ekonomis (EOQ/EPQ). Pesanan akan dilakukan bila tingkat persediaan mencapai titik ROL/R. Dengan demikian, jarak waktu antar pemesanan berubah-ubah tergantung kapan titik R tersebut terjadi. Model-model persediaan dengan variabel keputusan jumlah pesanan optimal seperti itu termasuk dalam model Q, model lain selain model Q adalah model P. 27
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Model P adalah suatu model persediaan yang variabel keputusannya adlah periode pemeriksaan persediaan (berapa hari/minggu/bulan/periode sekali pemeriksaan dilakukan pada persediaan). Dalam model ini, jumlah unit yang dipesan akan berubah-ubah tergantung sisa atau jumlah persediaan saat diperiksa. Jika saat diperiksa, jumlah sediaan digudang masih banyak, maka dipesan sedikit. Jika sisa persediaan tinggal sedikit, maka dipesan dalam jumlah yang lebih besar. Besar kecilnya jumlah pesanan akan berubah-ubah tergantung sisa, sementara variabel yang tetap adlah jarak waktu pemeriksaan.
2.8 Perbandingan Model P Terhadap Model Q Ada dua alternatif kebijakan dalam model tradisional pengendalian persediaan yang dapat dipilih oleh sebuah perusahaan. Alternatif ini dikembangkan karena antara alternatif satu dengan yang lainnya memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Kedua altrenatif ini memiliki dasar perhitungan dan tindakan yang saling berbeda, namun tidak bisa untuk dikatakan alternatif yang satu adalah lebih baik dari alternatif lain. Kedua alternatif kebijakan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan terus menerus, jika mencaoai R lakukan pemesanan. 2. Pemeriksaan dalam selang waktu tertentu, pesan sebanyak kekurangan. Dalam model Q (FOQ), pemesanan dilakukan jika jumlah persediaan mencapai titk R (R = d.L), dimana d = permintaan harian dan L adalah Lead time pemesanan. Jika pemesanan dilakukan pada tingkat persediaan dibawah titik R, maka
28
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
persediaan akan habis duluan sebelum pesanan tiba. Pesanan pada persediaan diatas R akan menyebabkan jumlah persediaan terlalu banyak sehingga tidak ekonomis. Dengan demikian, jika menggunakan model Q, jumlah persediaan harus dipantau terus menerus. Jika mencapai titik R, dilakukan pesanan sejumlah Q.
2.9 Metode Peramalan Untuk membuat peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide yang sama, yaitu menggunakan data masa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data dimasa yang akan datang. Berdasar tekniknya, metode peramalan dapat dikategorikan kedalam metode kualitatif dan metode kuantitatif. Berdasar tingkatan awal peramalan, metode peramalan dapat dibagi menjadi metode top-down, metode bottom-up, dan metode interprestasi permintaan. Metode top-down, metode bottomup, dan metode interprestasi dapat dilakukan dengan metode kualitatif atau kuantitatif, salah satu atau bersama-sama. Metode kualitatif biasanya digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu tersedia. Dalam metode ini, pendapat pakar dan prediksi mereka dijaikan dasr untuk menetapkan permintaan yang akan datang. Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delphi dan metode kelompok nominal (nominal group technique).
29
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Metode kuantitatif, metode ini suatu data histories (masa lalu) digunakan untuk mengekstrapolasi (meramalkan) permintaan masa depan. Ada dua kelompok besar metode kuantitatif, yaitu metode Time Series dan metode Nontime Series (Structural Models). Metode time series adalah metode peramalan yang menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Termasuk dalam metode time series adalah : •
Metode free hand (grafis)
•
Metode moving average
•
Metode weight moving average
•
Metode exponential smoothing
•
Metode regresi liniear sederhana
•
Metode interpolasi Gregory-Newton
•
Metode winter
•
Dan lain-lain Termasuk dalam metode kuantitatif non series adalah metose-metode
ekonometrik, metode analisis input-output, metode regresi dan variable bebas bukan waktu. Dalam hal ini penulis menggunakan metode regresi linear.
30
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
2.9.1 Metode Regresi Linear Regresi linear adalah suatu metode popular untuk berbagai macam permasalahan. Untuk peramalan time series, formula regresi linear cocok di gunakan bila pola data adalah trend (kecenderungan), dimana formula regresi linear adalah:
f ^ (t ) = aο + b.t + ∈ t Di mana :
f^ (t) = nilai dari fungsi (permintaan) pada periode t (variabel terikat) Ao b = intercept dan slope t
= periode ( variabel bebas)
εt
= error atau kesalahan atau penyimpangan pada periode t.
Bila digunakan untuk pengugaan (peramalan), maka formula regresi linear adalah:
f ^ (t ) = a ^ +b^.t Dimana:
∑ t ∑ f (t ) − ∑ t ∑ t. f (t ) a^ = n ∑ t − (∑ t ) 2
2
2
b^ =
n ∑ t. f (t ) − ∑ t ∑ f (t ) n ∑ t 2 − (∑ t )
2
31
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
2.9.2 Ukuran Akurasi Hasil Peramalan Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang terjadi untuk melihat kesalahan peramalan. Adapun ukuran yang biasa digunakan adalah : 1. Rata-rata Deviasi Mutlak ( Mean Absolute Deviation = MAD) MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama perioda tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai berikut :
MAD = ∑
At − Ft n
Dimana : A
= Permintaan Aktual pada perioda – t
Ft
= Peramalan Permintaan pada perioda – t
n
= Jumlah Perioda Peramalan yang terlibat.
2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE ) MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap perioda dan membaginya dengan jumlah perioda peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :
( At − Ft ) 2 MSE = ∑ n
32
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
3. Rata-rata Kesalahan Peramalan ( Mean Forecast Error = MFE ) MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama perioda tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan dan membaginya dengan jumlah perioda peramalan. Secara matematis, MFE dinyatakan sebagai berikut :
MFE = ∑
( At − Ft ) n
4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut ( Mean Absolute Persentage Error = MAPE ) MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama perioda tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara otomatis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :
F 100 MAPE = ∑ At − t At n 2.9.3 Pemeriksaan dan Pengendalian Ramalan Suatu langkah pertama yang diperlukan setelah membuat ramalan adalah memeriksa bahwa ramalan tersebut memang telah dapat mewakili data dan sistem penyebab kebetulan yang mendasari permintaan bagi produk yang dipertanyakan. Sekali ramalan telah dibuat, maka harus diperkenalkan sampai tiba waktunya untuk membuat ramalan yang berikut. Untuk melakukan suatu peramalan yang baik, 33
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
perlu dilakukan secara berkesinambungan membandingkan ramalan tersebut dengan kenyataan permintaan dan membuat perbaikan ramalan bila terdapat perubahan permintaan tersebut. Waktu untuk melakukan ini adalah segera setelah terjadinya perubahan. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan memeriksa ramalan dan mengamati suatu perubahan dalam sistem penyebab yang mendasari permintaan. Bagaimanapun dikehendaki sejumlah data ini mungkin tidak tersedia. Bentuk yang termudah dari cara pengendali adalah peta kendali secara statistik yang digunakan dalam pengendalian kualitas. Salah satu peta yang dapat digunakan di mana terdapat suatu jumlah data yang minimum adalah pada peta rentang bergerak (Moving Range).
2.9.4 Peta Moving Range Peta moving range di rancang untuk membandingkan nilai yang di amati dengan yang diramalkan dari suatu permintaan. Dengan kata lain, kita melihat terjadi permintaan dari peramalan selama periode dasar. Kemudian peta tersebut di perluas untuk masa yang akan dating sehingga kita dapat membandingkan ramalan dengan kenyataan dari permintaan tersebut. Selama periode dasar tersebut ( periode yang di buat untuk peramalan) kita menggunakan peta moving range untuk memeriksa teknik peramalan kita dengan parameter-parameternya. Sekali kita membuat peramalan dan peta moving range, berarti kita menggunakannya sebagai pemeriksaan yang
34
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
berkesinambungan untuk melihat jika yang mendasari sisitem penyebab tersebut adalah tidak berubah. Moving range didefinisikan sebagai :
(
) (
MR = d 1t − dt − d 1t −1 − d t −1
)
Rata-rata moving range di definisikan sebagai :
MR = ∑
MR n −1
Dan batas kontrol adalah :
BKA = +2,66MR BKB = −2,66MR Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada moving range adalah:
∆d t = d 1t − d t Dalam menentukan batas-batas kontrol di gunakan paling sedikit 10 dan atau lebih dari 20 nilai MR. Batas-batas ini di susun sehingga hanya tiga titik dalam 1000 yang di harapkan jatuh di luar batas tersebut. Jika mendapatkan suatu titik tak terkendali sewaktu memeriksa peramalan, kita menghindari beberapa data ( titik tersebut derngan jelas dari suatu sistem penyebab perbedaan) atau mencari peramalan yang baru.
35
Tugas akhir
Bab II Landasan Teori
Jika mencari suatu titik tak terkendali untuk suatu ramalan yang mengikuti periode dasar tersebut, kita akan menyelidiki untuk menetukan penyebabnya. Selanjutnya titik-titk tersebut kemungkinan memerlukan suatu penyelidikan yang lebih luas. Jika semua titik-titik yang di plot (digambarkan) masuk kedalam batas-batas kendali, kita dapat menganggap bahwa persamaan persamaan tersebut adalah benar dan aman. Jika titik-titik yang masuk diluar batas-batas tersebut, berarti kita tidak mempunyai persamaan peramalan yang teliti, sehingga perlu diadakan perbaikan yang sesuai. Kita dapat menggunakan peta kendali untuk mengatakan kepada kita di mana perubahan terjadi dan dapat menentukan suatu persamaan peramalan dari data yang sesuai dengan sistem penyebab permintaan yang ada.
36
Tugas Akhir
Bab III Metodologi Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu membuat deskripsi secara matematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang di hasilkan dari proses analisa. Metode analisa akan digunakan dalam penulisan ini adalah analisa deskriptif kuantitatif, yaitu data-data yang di peroleh dari perusahaan akan diolah berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) sehingga di peroleh data yang berupa angkaangka persentase.
3.2 Metodologi Pengumpulan Data Pendekatan yang penulis pakai adalah dengan melakukan pengamatan kondisi inventori di lapangan, studi kasus dan juga studi literatur. Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan ini adalah: 1. Teknik Pengamatan langsung (Observasi) Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke departemen warehouse PT Wirakusuma Sejahtera. 2. Teknik Wawancara (Interview) Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan nara sumber yang sehubungan pelaksanaan penyimpanan room thermostat. Melalui
37
Tugas Akhir
Bab III Metodologi Penelitian
wawancara langsung ini penulis mendapatkan informasi bahwa data-data yang akan menjadi hasil analisa penelitian yakni sebagai berikut: a. Data kebutuhan room thermostat b. Data biaya pemesanan per pesanan. c. Data harga room thermostat per unit. d. Data biaya penyimpanan rom thermostat. e. Sejarah perusahaan. f. Struktur Organisasi g. Data-data lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. h. Penelitian kepustakaan (library research), yakni penelitian yang dilakukan dengan membaca berbagai literatur yang berhubungan dengan pembahasan. Penelitian ini nantinya akan diperoleh data berupa teori-teori yang mendukung penelitian, data-data tersebut di peroleh dari buku-buku (text book), makalah dan lain-lain.
3.3 Metode Analisa Data Penelitian ini menggunakan metode analisa data berupa Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Poin (ROP). 1. Analisa Economic Order Quantity (EOQ) digunakan untuk mencari berapa kuantitas berapa pemesanan yang paling ekonomis bagi perusahaan. Melalui metode ini akan diketahui banyaknya frekuensi pemesanan yang dapat dijalankan perusahaan dalam melakukan proses pembelian room thermostat. Metode
38
Tugas Akhir
Bab III Metodologi Penelitian
Economic Order Quantity (EOQ) ditujukan untuk meminimimalisasi biaya pemesanan (orderins cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). 2. Analisa Reorder Point (ROP) digunakan untuk menentukan kapan perusahaan harus memesan kembali persediaan dengan tujuan menghindari terjadinya kehabisan persediaan (stok out).
3.4 Variabel Dan Pengukuran Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. EOQ
= Kuantitas Pesanan Optimal ( Economic Order Quantity)
2. D
= Unit kebutuhan per tahun ( Annual required unit )
S
= Biaya Pemesanan (Ordering costs)
H
= Biaya Penyimpanan (Holding Costs)
3. Untuk EOQ S
= Biaya Pemesanan per tahun (Ordering Cost)
Rumus,
S =
H
= Biaya penyimpana per unit per tahun (Carrying Cost)
Rumus,
H =
4. TC Rumus, 5. ROP
D Q
Q 2
= Biaya total (Total Cost)
TC =
D Q S+ H 2 Q
= Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
39
Tugas Akhir
Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT Wira Kusuma Sejahtera berdiri pada tahun 2003 dan menjalankan usaha dalam penjualan Sistem Pendingin Udara (Air Conditioning) untuk seluruh wilayah Indonesia dengan merk Fujiaire. PT Wira Kusuma Sejahtera mempunyai visi dan misi dalam menjalankan usahanya yakni mengutamakan kepuasan pelanggan dalam hal pemasaran, penjualan dan masa perawatan dan pemeliharaan dari unit air conditioning yang di pasarkan, dimana untuk mewujudkan visi dan misinya PT Wira Kusuma didukung oleh PT Fujiaire Indonesia yang berlokasi di Bekasi sebagai perakit dan pemasok unit sisten pendingin udara, dealer-dealer serta tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya masing-masing.
4.2 Jenis-Jenis Pendingin Ruangan Yang Dipasarkan
Ada 2 jenis sistem pendingin udara (AC) yang dipasarkan oleh PT Wira Kusuma Sejahtera yakni : 1. Sistem pendingin udara yang terpisah (Split system) terdiri dari wall mounted single,wall mounted multi split, ceiling cassette, ceiling exposed dan floor standing. Aplikasi penggunaan sistem pendingin ini untuk kapasitas tidak terlalu besar dan ruangan relatif kecil seperti perumahan, perkantoran dan restoran. 2. Sistem pendingin udara yang terpusat (central system) terdiri dari ducted split, air handling unit (AHU), mini chiller, Modular chiller, chilled water fan coil unit, water source heat pump, water cooled package, dan rooftop package. Aplikasi penggunaan sistem pendingin ini untuk kapasitas yang besar seperti
40
Tugas Akhir
Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data
pusat-pusat perbelanjaan, gedung bertingkat, rumah sakit, bandara, hotel dan pabrik. Untuk sistem ini memerlukan komponen-komponen pendukung untuk setiap instalasi atau pemasangan unit diproyek atau pelanggan, komponenkomponen pendukung ini yaitu : Room Thermostat , Filter Dryer, Hand valve, Sight glass, Filter Udara dan Kontrol Panel. Adapun fungsi dari komponenkomponen tersebut adalah : a. Room Thermostat berfungsi sebagai menghidupkan atau mematikan dan indikator masalah pada sistem pendingin ruangan. Semua jenis pendingin yang terpusat ini memakai komponen ini. b. Filter Dryer berfungsi sebagai penyaring kotoran akibat dari pengelasan pipa refrigeran pada saat pemasangan unit. Komponen ini hanya di pasang untuk unit ducted split saja c. Hand Valve berfungsi sebagai katup pengaman pada saat terjadi perbaikan kerusakan unit. Komponen ini hanya di pasang untuk unit ducted split saja d. Sight Glass berfungsi sebagai melihat kualitas media pendingin (Freon). Komponen ini hanya di pasang untuk unit ducted split saja. e. Filter Udara berfungsi sebagai penyaring udara luar. f. Kontrol Panel berfungsi sebagai mengontrol sistem kelistrikan air conditioning unit.
4.3 Struktur Organisasi PT Wira Kusuma Sejahtera
Strukur organisasi di setiap perusahaan berfungsi sebagai pembagian, penugasan pengaturan fungsi keja setiap departemen agar tercipta sistem kerja yang efektif dan efisien. Adapun struktur organisasi di PT Wira Kusuma Sejahtera adalah sebagai berikut:
41
Tugas Akhir
Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data
DIREKTUR GENERAL MANAGER SEKERTARIS
FINANCE & ADMINISTRASI
STOCK
AR
SALES
CC
SERVICE
MARKETING SUPPORT
PROJECT
ESTIMATE
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Wirakusuma Sejahtera
4.4 Daftar Karyawan Di PT Wira Kusuma Sejahtera
PT Wira Kusuma Sejahtera memiliki karyawan sebanyak 71 orang dengan dipimpin oleh seorang direktur, adapun susunan personalia adalah sebagai berikut : Direktur
: Bapak Sun Kusuma
Adapun rekap karyawan yang ada di PT Wira Kusuma Sejahtera adalah sebagai berikut : Divisi Marketing
: 11 Orang
Divisi Estimasi
: 6 Orang
Divisi Teknisi
: 29 Orang
Divisi Keuangan
: 7 Orang
Divisi Warehouse
: 8 Orang
Divisi Umum
: 10 Orang
42
Tugas Akhir
Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data
4.5 Data Permintaan Room Thermostat
Tabel 4.1 Berikut adalah data pemakaian room thermostat 2 tahun terakhir:
Bulan
Tahun
t
Permintaan
2007
2008
Rata-Rata
Januari
1
90
150
120
Februari
2
110
125
117.5
Maret
3
85
125
105
April
4
100
120
110
Mei
5
130
110
120
Juni
6
80
115
97.5
Juli
7
95
115
105
Agustus
8
140
100
120
September
9
90
130
110
Oktober
10
70
110
90
November
11
80
120
100
Desember
12
125
140
132.5
Σ
78
1195
1460
1327.5
4.6 Sistem Pembelian Room Thermostat
Sistem pembelian room thermostat ini terbagi menjadi 1 periode, dimana room thermostat didatangkan atau di impor dari negara Thailand. Berikut ini adalah data-data biaya pembelian atau pemesanan serta pengiriman yang dilakukan oleh bagian gudang(warehouse).
43
Tugas Akhir
Bab IV Pengumpulan Dan Pengolahan Data
1. Biaya pemesanan dan pengiriman a. Harga per satuan room thermostat di asumsikan adalah $ 8 Kebutuhan room thermostat pada tahun 2009 di asumsikan sebanyak 1327,5 Pcs jadi biaya pembelian : (1327,5 x $ 8) = $ 10,620 b. Biaya Handling dan trucking (FOB) + Freight adalah $ 400 c. Biaya asuransi $30 d. Biaya bea masuk sebesar 5 % dari harga room thermostat sebesar $531 Biaya pemesanan atau pembelian : $ 11,581 e. Biaya pajak Biaya PPN sebesar 10% dari harga pemesanan sebesar $1158.1 Biaya PPH sebesar 2,5% dari harga pemesanan sebesar $ 289.5 f. Biaya Pengiriman Loco Jakarta/Gudang = Rp 4,000,000,Jadi total biaya pemesanan dan pengiriman dengan asumsi kurs $1 = Rp 10,000,- adalah : $ 11,581 + $1158.1 + $289.5 + Rp 4000,000,- = Rp 134,286,000,Harga persatuan room thermostat adalah :Rp134,286,000: 1327,5 = Rp101,157,2. Biaya Penyimpanan (Holding cost) Di asumsikan untuk penyimpanan room thermostat sebanyak 1328 pcs di perlukan luas area 2 m3, untuk per meter kubik di kenakan biaya penyimpanan sebesar Rp 50,000,- per bulan, total biaya penyimpanan setahun adalah : Rp 50,000 x 2 x 12 = Rp 1,200,000,-. Biaya penyimpanan per satuan room thermostat adalah : Rp 1,200,000 : 1327.5 Pcs = Rp 903.95 ≈ Rp ,904,3. Lead Time Lead time yang di perlukan 4 minggu (1 bulan)
44
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
BAB V ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 5.1 Analisa Data Ketersediaan Room Thermostat Dengan Peramalan
Data-data permintaan Room Thermostat dalam 2 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 5.1 Pemakaian Room Thermostat dalam 2 tahun terakhir Bulan
Tahun
t
Permintaan
2007
2008
Rata-Rata
Januari
1
90
150
120
Februari
2
110
125
117.5
Maret
3
85
125
105
April
4
100
120
110
Mei
5
130
110
120
Juni
6
80
115
97.5
Juli
7
95
115
105
Agustus
8
140
100
120
September
9
90
130
110
Oktober
10
70
110
90
November
11
80
120
100
Desember
12
125
140
132.5
78
1195
1460
1327.5
Σ
Bila data tabel diatas di plot dalam grafik, akan terlihat seperti gambar 5.1 berikut:
45
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Grafik Antara t vs Y (t) Permintaan (Pcs)
140 130 120 110 100 90 80
132.5 120 117.5
120
120
110
105
110
105
100
97.5 90 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Waktu (bulan) Series1
Series2
Gambar 5.1 Grafik antara t vs Y(t) Bila dilihat pola grafik permintaan gambar diatas, terlihat cenderung berbentuk linier sehingga untuk membuktikan perhitungan peramalan, penulis menggunakan metode linier. 5.1.1
Peramalan Model Linier Tabel 5.2. Peramalan Model Linier Bulan
2
t
Y(t)
t.Y(t)
t
Januari
1
120
120
1
Februari
2
117.5
235
4
Maret
3
105
315
9
April
4
110
440
16
Mei
5
120
600
25
Juni
6
97.5
585
36
Juli
7
105
735
49
Agustus
8
120
960
64
September
9
110
990
81
Oktober
10
90
900
100
November
11
100
1100
121
Desember
12
132.5
1590
144
78
1327.5
8570
650
Σ
46
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Mencari nilai a dan b: b=
=
a=
=
N ∑ .tY (t ) − ∑ Y (t ).∑ .t N ∑ .t 2 − (∑ t )
2
(12 × 8570 ) − (78 × 1327,5) (12 × 650 ) − (782 ) N ∑ .Y (t ) N
−
= -0.41
b ∑ (t ) N
1327,5 ( −0.41 × 78) − 12 12
= 113.825
Sehingga persamaan regresi peramalan permintaan linier adalah:
d 1 = Y 1 (t ) = 113,285 − 0,41t
Tabel 5.3 SEE Peramalan Model Linier
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Σ
t Y(t) = d Y1(t) = d1 (d1 - d ) (d1 - d)2 (d1-d)2 /N |(At - Ft) / N| |At-Ft / At| (Ft) (At) 1 120 2 117.5 3 105 4 110 5 120 6 97.5 7 105 8 120 9 110 10 90 11 100 12 132.5 78 1327.5
112.875 112.465 112.055 111.645 111.235 110.825 110.415 110.005 109.595 109.185 108.775 108.365 1327.44
-7.125 -5.035 7.055 1.645 -8.765 13.325 5.415 -9.995 -0.405 19.185 8.775 -24.135 -0.06
50.77 25.35 49.77 2.71 76.83 177.56 29.32 99.90 0.16 368.06 77.00 582.50 1539.93
47
4.23 2.11 4.15 0.23 6.40 14.80 2.44 8.33 0.01 30.67 6.42 48.54 128.33
0.59 0.42 0.59 0.14 0.73 1.11 0.45 0.83 0.03 1.60 0.73 2.01 9.23
119.06 116.54 103.93 108.99 119.07 96.36 103.95 119.08 109.00 88.79 98.91 131.68 1315.37
Tugas Akhir
•
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Kesalahan Standar Perkiraan (Standard Error of Estimate = SEE ) : n
SEE = ∑(d t − d t' ) 2 /(n − f )
=
1
•
Rata-rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE )
( At − Ft ) 2 MSE = ∑ n •
=∑
(d 1 − d ) 2 = 128.3 n
Rata-rata Kesalahan Absolut (Mean Absolute Derivation = MAD)
MAD = ∑ •
1539.93 = 12.4≈ 12 12 − 2
( At − Ft ) N
=
9.23 78
= 0.12
Rata-rata Persentase kesalahan Absolut (Mean Absolute percentage Error = MAPE)
F 100 MAPE = ∑ At − t At n
=
48
100 × 1315.37 = 10961.42 12
Tugas Akhir
5.1.2
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Peramalan Model kuadratik Tabel 5.4 Peramalan Model Kuadratik
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Σ
t
Y(t)
t.Y(t)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 78
120 117.5 105 110 120 97.5 105 120 110 90 100 132.5 1327.5
120 235 315 440 600 585 735 960 990 900 1100 1590 8570
2
3
t 1 4 9 16 25 36 49 64 81 100 121 144 650
4
t 1 8 27 64 125 216 343 512 729 1000 1331 1728 6084
t 1 16 81 256 625 1296 2401 4096 6561 10000 14641 20736 60710
2
t .Y(t) 120 470 945 1760 3000 3510 5145 7680 8910 9000 12100 19080 71720
δ = Σ t. Σ Y (t) – N Σ t.Y (t) = ( 78x1327.5) – (12 x 8570) = 705 θ = Σ t2. Σ Y (t) – N Σ t2.Y (t) = ( 650 x 1327.5) – (12 x 71720) = 2235 α = Σ t. Σ t2 – N Σ t3 = ( 78 x 650 ) – (12 x 6084) = - 22308 β = (Σ t)2 – N Σ t2 = ( 78 )2 – ( 12 x 650 ) = - 1716 γ = (Σ t2)2 – N Σ t4 = (650)2 – ( 12 x 60710) = -306020
b=
γδ − θα = (− 306020 × 705) − (2235 × −22308) γβ − α 2 (− 306020 × 1716) − (−22308) 2
c=
θ − bα = (2235) − (−6035 × −22308) − 306020 γ
= -6.035
= 0.432
∑ Y (t ) b∑ (t ) c ∑ t 2 − − a= N N N
= 1327.5 − − 6.035 × 78 − 0.432 × 650 12
12
=126.5
12
Persamaan kuadratik adalah : Y (t ) = a + bt + ct 2 Maka persamaan peramalannya adalah : F = 126.5 – 6.035t + 0.432t2
49
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Tabel 5.5 SEE Peramalan Model Kuadratik 1
1
Bulan
t Y(t) = d (At)
Y (t) = d (Ft)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Σ
1 120 2 117.5 3 105 4 110 5 120 6 97.5 7 105 8 120 9 110 10 90 11 100 12 132.5 78 1327.5
120.897 116.158 112.325 109.272 107.125 105.842 105.423 105.868 107.177 109.350 112.387 116.288 1328.112
•
1
1
0.897 0.80 -1.342 1.80 7.325 53.66 -0.728 0.53 -12.875 165.77 8.342 69.59 0.423 0.18 -14.132 199.71 -2.823 7.97 19.350 374.42 12.387 153.44 -16.212 262.83 0.612 1290.70
n
=
1
0.07 0.11 0.61 0.06 1.07 0.70 0.04 1.18 0.24 1.61 1.03 1.35 8.07
118.99 116.51 103.93 109.01 119.11 96.41 104.00 119.12 109.03 88.79 98.88 131.62 1315.39
1290.70 = 11.9 ≈ 12 12 − 3
( At − Ft ) 2 n
=∑
(d 1 − d ) 2 = 107.56 n
Rata-rata Kesalahan Absolut (Mean Absolute Derivation = MAD)
MAD = ∑ •
0.07 0.15 4.47 0.04 13.81 5.80 0.01 16.64 0.66 31.20 12.79 21.90 107.56
Rata-rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE )
MSE = ∑ •
1 2 (d -d) /N |(At - Ft) / N| |At-Ft / At|
Kesalahan Standar Perkiraan (Standard Error of Estimate = SEE ) :
SEE = ∑(d t − d t' ) 2 /(n − f ) •
2
(d - d ) (d - d)
( At − Ft ) N
=
8.07 78
= 0.103
Rata-rata Persentase kesalahan Absolut (Mean Absolute percentage Error = MAPE)
F 100 MAPE = ∑ At − t At n
=
50
100 × 1315.39 = 10961.58 12
Tugas Akhir
5.1.3
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Peramalan Model Eksponensial Tabel 5.6 Peramalan Model Eksponensial 2
t
Y(t)
ln Y(t)
t.ln Y(t)
t
Januari
1
120
4.79
4.79
1
Februari
2
117.5
4.77
9.54
4
Maret
3
105
4.65
13.95
9
April
4
110
4.7
18.8
16
Mei
5
120
4.79
23.95
25
Juni
6
97.5
4.58
27.48
36
Juli
7
105
4.65
32.55
49
Agustus
8
120
4.79
38.32
64
September
9
110
4.7
42.3
81
Oktober
10
90
4.5
45
100
November
11
100
4.61
50.71
121
Desember
12
132.5
4.89
58.68
144
78
1327.5
56.42
366.07
650
Bulan
Σ
b=
N ∑ t × ln Y (t ) − ∑ t ∑ ln Y (t ) N ∑ t − (∑ t )
2
2
= (12 × 367.07 ) − (78 × 56.42 )
(12 × 650) − (78)2
= 0.00238 a=
∑ ln Y (t ) − b∑ t N
=
N
56.42 0.00238 × 78 − 12 12
Jadi persamaan peramalan model eksponensial adalah :
Y (t ) = ae bt
0.00238t
= 4.69 e
51
= 4.69
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Tabel 5.7 SEE Peramalan Model Eksponensial Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Σ
•
t Y(t) = d Y1(t)=d1 (At) (Ft) 1 120 2 117.5 3 105 4 110 5 120 6 97.5 7 105 8 120 9 110 10 90 11 100 12 132.5 78 1327.5
4.70 4.71 4.72 4.73 4.75 4.76 4.77 4.78 4.79 4.80 4.81 4.83 57.15
1
1
(d - d)
-115.300 -112.790 -100.280 -105.270 -115.250 -92.740 -100.230 -115.220 -105.210 -85.200 -95.190 -127.670 -1270.350
13294.09 12721.58 10056.08 11081.77 13282.56 8600.71 10046.05 13275.65 11069.14 7259.04 9061.14 16299.63 136047.45
SEE = ∑(d t − d t' ) 2 /(n − f )
=
1
9.61 9.40 8.36 8.77 9.60 7.73 8.35 9.60 8.77 7.10 7.93 10.64 105.86
119.96 117.46 104.95 109.96 119.96 97.45 104.95 119.96 109.96 89.95 99.95 132.46 1326.97
136047.45 12 − 4
= 130,4
( At − Ft ) 2 n
=∑
(d 1 − d ) 2 = 11337.29 n
Rata-rata Kesalahan Absolut (Mean Absolute Derivation = MAD)
MAD = ∑ •
1107.84 1060.13 838.01 923.48 1106.88 716.73 837.17 1106.30 922.43 604.92 755.09 1358.30 11337.29
Rata-rata Kuadrat Kesalahan ( Mean Square Error = MSE )
MSE = ∑ •
1 2 (d -d) /N |(At - Ft) / N| |At-Ft / At|
Kesalahan Standar Perkiraan (Standard Error of Estimate = SEE ) : n
•
2
(d - d )
( At − Ft ) N
=
105.86 78
= 1.36
Rata-rata Persentase kesalahan Absolut (Mean Absolute percentage Error = MAPE)
F 100 MAPE = ∑ At − t At n
=
52
100 × 1326.97 = 11058.08 12
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Tabel 5.8 Ringkasan Akurasi Metode Peramalan
Metode Peramalan
SEE
MSE
MAD
MAPE
Linier
12
128.3
0.12
10916.42
Kuadratik
12
107.56
0.10
10961.58
130.4
11058.08
1.36
11058.08
Eksponensial
Kesimpulan : Dari ketiga model peramalan diatas dapat dilihat bahwa nilai SEE yang terkeci adalah untuk yang regresi linier sama kuadratik yakni 12.
53
Tugas Akhir
5.1.4
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Peta Moving Range Tabel 5.9 Tabel Peta Moving Range
Bulan
t
Permintaan Y
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Σ
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 78
120 117.5 105 110 120 97.5 105 120 110 90 100 132.5 1327.5
Peramalan
1
Y -Y
1
Y 112.875 112.465 112.055 111.645 111.235 110.825 110.415 110.005 109.595 109.185 108.775 108.365 1327.44
Moving
BK A
BK B
35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 35.78 -
-35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -35.78 -
Range -7.125 -5.035 7.055 1.645 -8.765 13.325 5.415 -9.995 -0.405 19.185 8.775 -24.135 -0.06
2.09 12.09 5.41 10.41 22.09 7.91 15.41 9.59 19.59 10.41 32.91 147.91
Berdasarkan tabel diatas maka :
MR = ∑
MR 147.91 == = 13.45 n −1 12 − 1
BKA = +2,66 MR = 2.66 (13.45) = 35.78 BKB = -2,66 MR = -2.66 (13.45) = -35.78 Peta Moving Range 40 20 0
19.185 8.775 -0.405 -9.995
13.325 5.415
7.055 1.645 -5.035 -7.125 -8.765
-20
-24.135
-40 Periode
Gambar 5.2 Grafik Peta Moving Range
54
Series1 Series2 Series3
Tugas Akhir
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
5.2 Perhitungan EOQ Berdasarkan data-data yang didapat pada bab III, maka didapatkan informasi sebagai berikut :
5.2.1
Biaya penyediaan barang pertahun (C)
= Rp 1,200,000,-
Biaya pemesanan perpesanan (P)
= Rp 134,286,000,-
Nilai Pemakaian barang satu tahun (A)
= 1327,5 pcs
Lead Time
= 4 Minggu
Menentukan Jumlah Pemesanan Optimal (EOQ)
Q= Q=
2 A.P C
2 × 1327.5 × 134286000 1200000 = 545.08 Pcs ≈ 545 Pcs
5.2.2
Menentukan Titik pemesanan kembali (Reorder Points) R (R = d.L), dimana d = Permintaan harian L = Lead time pemesanan. Permintaan perhari (d) = A : Jumlah hari kerja = 1327,5 : 317 = 4,19 ≈ 4 Pcs Jadi, R = d.L = 4 x 24 = 96 Pcs Ketika persediaan room thermostat telah mencapai 96 pcs maka pesanan sebesar 545 pcs harus segera dipesan.
55
Tugas Akhir
5.2.3
Bab V Analisa Dan Pengolahan Data
Menghitung Total Biaya Persediaan (TC)
TC =
D Q S+ H 2 Q =
1327.5 545 134286000 + 12000000 545 2
= 327091128,4 + 327000000 = Rp 654,091,128,-
56
Tugas Akhir
Bab V Kesimpulan Dan Saran
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Jumlah Pemesanan ekonomis (EOQ) merupakan suatu metode pengendalian persediaan yang diterapkan untuk meminimalisasi biaya investasi persediaan (inventory) pada perusahaan. Biaya yang dimaksud adalah biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost). Penulis menarik kesimpulan berdasarkan data-data di bab IV sebagai berikut : 1. Reorder Points (titik pemesanan kembali) adalah pada saat stock persediaan mencapai 96 pcs, artinya perusahaan harus segera melakukan pemesanan pada saat kondisi stock mencapai 96 pcs, ini adalah waktu yang tepat melakukan pemesanan kembali sebanyak 545 pcs untuk menghindari kekurangan inventory (persediaan) room thermostat 2. Metode jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) ini dapat secara langsung mengurangi biaya investasi persediaan perusahaan, karena perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan yang paling optimal dalam melakukan pembelian. 3. Perusahaan dapat menentukan frekuensi pemesanan yang sebaiknya dilakukan dalam setahun setelah jumlah pemesanan optimal diketahui, sehingga dapat
57
Tugas Akhir
Bab V Kesimpulan Dan Saran
menghindari backorder (pemesanan ulang) karena kehabisan persediaan (stockout). 6.2 Saran Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis di PT. Wirakusuma Sejahtera, maka saran-saran yang dapat diberikan penulis dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan adalah : 1
Kondisi data persediaan room thermostat di gudang PT Wirakusuma harus terus di update setiap minggu.
2
Departemen Warehouse harus lebih sering mengadakan penghitungan ulang (opname stock) room thermostat setiap minggu.
3
Petugas gudang harus lebih memperhatikan letak penyimpanan untuk mencegah kerusakan karena room thermostat ini termasuk alat elektronik yang sensitif terhadap debu dan kotoran sehingga mampu menekan pemakaian atau klaim garansi dari pelanggan.
58
Tugas Akhir
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
Nasution Hakim Arman, “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”, cetakan I, Guna Widya, Jakarta 1999. Teguh Baroto, “Perencanaan dan Pengendalian Produksi”, Ghalia Indonesia, 2002 Freddy Rangkuti,”Manajemen Persediaan”Rajagrafindo Persada, jakarta 2004. John E. Biegel, “Pengendalian Produksi (Suatu Pendekatan kuantitatif), Akademi Pressindo, Jakarta 2004. Prof. Dr. Sukanto Reksodiharjo M.com, “Manajemen Produksi”, edisi 4 BPFE-Yogyakarta 2000. James L Riggs, “Production System (Planning, analyisis and Control)”, fourth edition 1986.
59
DAFTAR LAMPIRAN