APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Lalat bibit (O. phaseoli) merupakan hama yang sering menimbulkan masalah pada tanaman kedelai. Perlu difikirkan cara yang tepat untuk mengendalikan hama tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk mencari cara yang terbaik untuk mengendalikan hama tersebut. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan perlakuan meliputi perlakuan: tanpa perlakuan, pemakaian mulsa plastic hitam perak, mulsa jerami, insektisida granuler, dan insektisida cair. Masing masing perlakuan diulang tiga kali. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian mulsa jerami merupakan yang terbaik dalam menekan hama lalat bibit di tanaman kedelai dibandingkan methode pengendalian lainnya. Kata kunci: aplikasi pengendalian, lalat bibit, O. phaseoli, ABSTRACT Beanfly (O. phaseoli) often makes problem on soybean plantation, therefore need to search the correct method for control them. The aim of the research was to looking for the best method for controlling this insect pest. The Random Complete Block Design was used with the treatment were including applied of silver plastic cover, straw cover, granule insecticides, and spraying insecticides. Each of treatment was replied three times. Result of experiment showed that the application straw cover was the best method for controlling beanfly on soybean than others controlling methods. Key word : application method, beanfly, O. phaseoli
PENDAHULUAN Kedelai
masih kurang dan banyaknya serangan
merupakan
komuditas
hama
merupakan
diantara
penyebab
penting untuk kebutuhan industri ataupun
rendahnya produksi kedelai di Indonesia.
ternak.
terus
Apabila pengendalian tidak tepat dilakuan
meningkat dari tahun ketahun karena
terhadap hama yang menyerang kerugian
kebutuhan yang sangat besar terutama
akibat factor hama bisa mencapai 80%
untuk agroindustri seperti tempe, tahu,
(Marwoto,1991; Balittra, 2003).
Kebutuhan
tersebut
kecap, dan pakan ternak. Pada tahun 2004
Lalat
bibit
(Ophiomya
phaseoli
kebutuhan kedelai 1,95 juta ton dari
Tryon) (Diptera, Agromizidae), merupakan
jumlah tersebut 1,1 hingga 1,3 juta ton
hama yang sering sangat merugikan pada
masih mengimport (Suara Merdeka,2004).
fase awal tanaman baru muncul. Lalat ini
Ada banyak factor penyebab masih
dapat
tingginya impor kedelai. Luas lahan yang
dikenali
berwarna 125
hitam
dengan
tubuh
mengkilat.
kecil Proses
AGRIKA, Volume 2, Nomor 2
126
kerusakan taman terjadi ketika imago lalat
dalam menekan hama misalnya
meletakkan telur dalam jaringan mesofil
pemasangan mulsa organic atau anorganik
dekat dengan pankal kotiledon atau helai
(Rukmana dkk, 1997). Setiap
daun pertama. Telur menetas kemudian
pengendalian memiliki keuntungan dan
menggerek keeping biji atau daun menuju
resiko, maka perlu difikirkan cara yang
ke pangkal akar. Akibat serangan dari lalt
paling tepat (Oka, 1995). Untuk itu dalam
ini
penelitian ini ditujukan untuk mencari cara
daun
menjadi
kerdil
dan
dapat
mengalami kematian (Kalshoven, 1981;
dengan teknik
yang tepat untuk pengendalian lalat bibit.
Somaatmadja dkk., 1985). Kehilangan hasil karena hama
BAHAN DAN METODE
ditentukan oleh beberapa factor. Tinggi
Penelitian dilakukan di sawah di
rendahnya populasi hama, bagian tanaman
Desa Antirogo, Jember desa Jubung pada
yang dirusak, tanggapan tanaman terhadap
bulan Maret sampai Juni 2007. Penelitian
gangguan kerusakan, fase pertumbuhan
dilakukan
dengan
dan
Rancangan
Acak
varietas
merupan
factor
yang
mempergunakan kelompok
dengan
berpengaruh terhadap kehilangan hasil
perlakuan meliputi. Tanapa perlakuan,
akibat
pemakaian mulsa jerami, mulsa plastic,
hama
(Dirjen
Bina
Produksi
Tanaman Pangan, 2003). Serangan berat
pemakaian
oleh hama terjadi jika suasa tanaman
penyemprotan pestisida dengan luas per
mendukung untuk perkembangan hama
plot percobaan 3 m2. Masing masing
dan
perlakuan diulang 3 kali.Varietas kedelai
keberlimpahan
sumber
makanan
(Somaatmadja dkk., 1985)
yang
Ada beberapa cara pengendalian yang bisa dilakukan untuk mengendalikan
pestisida
digunakan
granuler,
adalah
dan
varietas
galunggung. Kedelai ditanam dengan jarak tanam 40 x 20 cm.
hama. Menurut Tengkano dan Soehardjan
Pemberian mulsa jerami dilakukan
(1997), pengendalian terhadap hama bisa
setelah tanah diolah dan benih kedelai
dilakukan dengan menggunakan varietas
tertanam kemudian diatas plot tersebut di
tahan, pengaturan pola tanam, penggunaan
lapisi jerami secara merata. Untuk mulsa
cara fisik dan mekanik , pengendalian
plastic dilakukan dengan cara setelah tanah
hayati, dan penggunaan pestisida. Hingga
diolah kemudian ditutup dengan mulsa
saat
masih
plastic. Setelah mulsa terpasang tempat
pestisida
yang akan ditanami dilubangi sesuai
ini
bertumpu
pengendalian pada
hama
penggunaan
(Suprapto, 1995). Padahal
pengendalian
secara fisik juga punya potensi yang besar
dengan jarak tanam.
M.W. Jadmiko, Suharto dkk., Aplikasi Beberapa Pengendalian Terhadap Lalat Bibit
Pemakaian
insektisida
granuler
dilaksanakan dengan cara dimasukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam tanah disamping benih yang sudah ditanam.
Insektisida
granuler
127
yang
Populasi lalat bibit pada masing masing
perlakuan
ditunjukkan
pada
digunakan adalah insektisida dengan bahan
gambar 1. Pada diagram tersebut dapat
aktif fipronil 0,3 % dengan dosis 10 kg/ha.
diketahui
Aplikasi dilakukan satu kali pada saat awal
tertinggi ada pada tanpa perlakuan diikuti
tanam. Sedang insektisida cair memakai
oleh
insektisida
insektisida cair, mulsa plastik dan terakhir
dengan
bahan
aktif
bahwa
pemakaian
lalat
insektisida
granuler,
mulsa
dilakukan
menunjukkan bahwa adanya perlakuan
kotiledon
muncul
dipermukaan tanah atau 4 hst. Pengamatan yang dilakuan meliputi populasi serangga hama dan prosentase
Pada
bibit
monokrotofos dengan dosis 2 l/ha aplikasi setelah
jerami.
populasi
diagram
ini
metode pengendalian berpengaruh pada populasi lalat bibit. Populasi dari lalat bibit akan
serangan hama. Pengamatan dilakukan
berpengaruh terhadap prosentase
setiap tiga hari sekali hingga 30 hst pada
serangan. Bagaimana prosentase serangan
jam 06.30 hingga 08.00. WIB. Pengamatan
lalat bibit pada kedelai ditampilkan pada
dilakuan pada sampel tanaman yang
Gambar 2.
diambil setiap plot 10 sampel tanaman.
Gambar 1. Populasi lalat bibit pada beberapa metode pengendalian
AGRIKA, Volume 2, Nomor 2
128
Gambar 2. Prosentase serangan lalat bibit pada berbagai metode pengendalian. Pada Gambar 2 terlihat bahwa
insektisida
pada tanpa perlakuan prosentase serangan
perbedaan
paling tinggi, disusul dengan insektisida
insektisida granuler populasi dimulai dari 0
granuler, insektisida cair, mulsa plastik dan
kemudian setelah umur 5 hingga 7 hari
terakhir mulsa jerami. Fluktuasi populasi
populasi naik namun setelah hari ke 7 juga
serangan
ada kecendurungan menurun. Dan setelah
lalat
bibit
pada
berbagai
perlakuan ditampilkan pada Gambar 3. lalat
pada
semprot
Pada
ada
pemakaian
memiliki tren yang sama. Sedang pada
kedua
Gambar 3 C. terlihat perbedaan fluktuasi
perlakuan sama yaitu pada hari ke 6. Baik
pada tanpa perlakuan dengan insektisida
pada pemakaian mulsa jerami maupun
granuler dan pemakain mulsa jerami. Pada
mulsa plastik dari umur 6 hingga umur 9
gambar tersebut menunjukkan bahwa
hari kedua pemakaian mulsa sama sama
pemakain
meningkat dan setelah hari ke 9 populasi
pengaruh yang besar dalam menekan lalat
menurun.
bibit
Yang
bibit
tren.
atau
hari ke 8 kedua pemakaian insektisida
Pada Gambar 3. A. terlihat bahwa kemunculan
cair
membedakan
pada
pemakaian mulsa jerami penurunan lebih cepat dibanding pada pemakaian mulsa plastik.
Pada
pemakaian
Gambar
insektisida
3.
B.
Pada
granuler
dan
mulsa
dibanding
pestisida grabuler.
jerami dengan
menunjukkan pemakaian
M.W. Jadmiko, Suharto dkk., Aplikasi Beberapa Pengendalian Terhadap Lalat Bibit
A
129
B
C Gambar 3. Fluktuasi lalat bibit pada berbagai perlakuan. A. Fluktuasi lalat pada pemakaian mulsa plastic dan jerami B. Fluktuasi lalat bibit pada pemakaian insektisida C. Fluktuasi populasi lalat bibit pada tanpa perlakuan mulsa jerami dan pemakaian insektisida granuler.
KESIMPULAN
jerami menunjukkan keunggulan yang
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa
pemakaian
mulsa
lebih dalam menekan lalat bibit disbanding dengan metode pengendalian yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Baliitra, 2003, Budidaya tanaman kedelai, http://www.balittra.net. Diakses 16 Agustus 2005 Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2003, Kedelai, http://www.bi.go.id. Diakses 1 Agustus 2005
130
AGRIKA, Volume 2, Nomor 2
Kalshoven, L.G.E., 1981, Pest of Crop in Indonesia Revised and Translated by P.A Van der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. Oka, N.I. 1995. Pengendalian Hama Terpadu Dan Implementasinya di Indonesia. Gajahmada University Press. Yogjakarta Rukmana, Rahmad, dan Sugandi, 1997, Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian, Kanisius, Jogjakarta. Somaatmadja, S.M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung, dan Yuswadi, 1985, Kedelai. Badan Penelitian dan Pembangunan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Bogor, Bogor Suara Merdeka, 2004, Impor kedelai habiskan devisa Rp 2 Triliun. Sabtu 31 Juli 2004. http://www. Suaramerdeka.com/harian/0407 diakses 31 desember 2005. Suprapto, H.S., 1995, Bertanam Kedelai, Penebar Swadaya. Jakarta Tengkano, W. dan M. Soehardjan, 1997. Jenis Hama pada Berbagai Fase Pertumbuhan Tanaman Kedelai. Balittan, Balitan, Bokor.