Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88
Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java Ratna Diana Fransiska1), Supriyadi Hari Respati2), Ambar Mudigdo2) 1) Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta 2) Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT Background: Data from Population Inter-Census Survey (Survei Penduduk Antar Sensus, SUPAS) 2015 showed that maternal mortality ratio was 305 per 100,000 live-births in Indonesia. Sustainable Development Goals (SDGs) set 70 per 100,000 live-births as the target for maternal mortality ratio to be achived by 2030. This study aimed to analyze the determinants of maternal mortality in Bondowoso district, East Java. Subjects and Method: This was an analytic observational study with cross-sectional design. This study was carried out at 17 Community Health Centers, in Bondowoso, East Java from February to March 2017. A sample of 117 study subjects, consisting of 39 cases of maternal death and 78 control, was selected for this study by fixed disease sampling. The dependent variable was incidence of maternal death. The independent variables were maternal education, maternal employment status, antenatal care visit, complication, late model, and other pregnancy risk factors. The data were collected from the obstetric and medical record, as well as a set of questionnaire. The data were analyzed by path analysis Results: Determinants of maternal death included late decision making (b=2.37; 95% CI=0.81 to 3.93; p=0.003), late transfer to the hospital (b=2.35; 95% CI =-0.21 to 4.91; to p=0.072), late handling at the hospital (b=2.36; 95% CI=-0.19 to 4.91; p=0.069), and complication (b=2.5; 95% CI=1.41 to 3.62; p<0.001). Complication was determined by completeness of antenatal visits (b=1.01; 95% CI=-1.94 to -0.09; p=0.032), and existence of pregnancy risk factor (b=1.90; 95% CI=1.01 to 2.78; p=<0.001). Pregnancy risk factors was determined by completeness of antenatal visit (b=-1.09; 95% CI =-1.99 to -0.19; p=0.018), maternal education (b=-0.47; 95% CI=-0.85 to 0.07; p=0.020), and maternal employment status (b=0.14; 95% CI=-0.17 to 0.45; p=0.369). Antenatal visit was determined by maternal education (b=0.54; 95% CI=0.098 to 0.99; p=0.017) and maternal employment status (b=0.08; 95% CI=-0.29 to 0.45; p=0.683). Conclusion: The direct determinants of maternal death include late decision making, late transfer to the hospital, late handling at the hospital, and complication. The indirect determinants of maternal death include completeness of antenatal visits, existence of pregnancy risk factor, maternal education, and maternal employment status. Keywords: determinant, delay, complication, antenatal care, maternal death Correspondence: Ratna Diana Fransiska. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University. Email:
[email protected]. Mobile: +6285778822668.
LATAR BELAKANG Kesejahteraan masyarakat suatu negara dapat digambarkan menggunakan indikator angka kematian maternal (Kemenkes RI, 2014). Angka Kematian Maternal (AKM) mengacu kepada jumlah kematian ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan
76
nifas yang dihitung per 100,000 kelahiran hidup (Nieburg, 2012). Negara-negara di dunia berkomitmen untuk mengurangi angka kematian maternal hingga dibawah 70 per 100,000 kelahiran hidup pada tahun 2030 sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs) goals ke 3 poin 3.1 (WHO, 2016). e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, angka kematian maternalnya masih tinggi. Data terakhir dari hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015 angka kematian maternal Indonesia 305 per 100,000 kelahiran hidup (Atmarita, 2016). Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu penyumbang jumlah kematian maternal tertinggi di Indonesia, pada tahun 2015 memiliki kasus kematian maternal sebanyak 515 kematian dengan rasio 89,60 per 100,000 kelahiran hidup (Dinkes Provinsi Jatim, 2016). Kabupaten Bondowoso merupakan Kabupaten dengan AKM tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2015 dengan rasio 188 per 100,000 kelahiran hidup dengan jumlah 19 kematian maternal (Dinkes Provinsi Jatim, 2016). Jumlah kematian maternal tahun 2016 meningkat menjadi 20 kasus dengan rasio 195,82 per 100,000 kelahiran hidup (Dinkes Kabupaten Bondowoso, 2017). Angka kematian maternal yang tinggi di suatu wilayah pada dasarnya disebabkan oleh berbagai faktor tidak hanya di level individu tetapi juga pada level masyarakat karena pada level inilah kebijakan diterapkan. Kematian maternal memiliki berbagai dampak, kematian ibu bisa berarti hilangnya anggota rumah tangga yang produktif, sehingga akan berefek pada perekonomian keluarga tersebut. Kehilangan ibu di keluarga akan mempengaruhi perkembangan sosial anak-anak karena ibu mempunyai peran pendidik dan perawatan anak di keluarga (Hernandez, 2010). Teori determinan kematian maternal oleh McCarthy dan Maine (1992) mengemukakan adanya 3 determinan yang berpengaruh terhadap proses terjadinya kematian maternal. Proses yang paling dekat terhadap kejadian kematian maternal, disebut sebagai determinan dekat yaitu kehamilan itu sendiri dan komplikasi yang terjadi e-ISSN: 2549-0257 (online)
dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas (komplikasi obstetri). Determinan dekat secara langsung dipengaruhi oleh determinan antara yaitu status kesehatan ibu, status reproduksi, akses ke pelayanan kesehatan, perilaku perawatan kesehatan/ penggunaan pelayanan kesehatan dan faktor–faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga sedangkan determinan jauh yang akan mempengaruhi kejadian kematian maternal melalui pengaruhnya terhadap determinan antara, yang meliputi faktor sosio ekonomi dan kultural. Penyebab kematian maternal di Indonesia seringkali dikaitkan dengan faktor 3T (terlambat mengambil keputusan, mendapatkan transportasi dan penanganan di sarana pelayanan kesehatan) serta 4T (terlalu tua, muda, sering dan dekat jarak kehamilannya) (Hernawati, 2011). Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian karena dapat menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi. Identifikasi ibu hamil dengan risiko tinggi di Provinsi Jawa Timur dilakukan dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR). Hasil skor dari KSPR dapat dikelompokkan menjadi risiko rendah, risiko tinggi dan risiko sangat tinggi yang nantinya akan mengarahkan kewaspadaan tenaga kesehatan mengenai komplikasi yang mungkin terjadi dan perencanaan tempat pertolongan persalinan (Rochjati, 2011). Setiap wanita hamil perlu sedikitnya empat kali kunjungan selama masa kehamilan. Setiap kunjungan ibu akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kehamilannya terutama tentang tanda bahaya kehamilan tiap trimester yang dapat mengancam keselamatan baik ibu maupun janinnya (Damayanti dan Nur, 2010). Apabila ibu hamil tidak teratur melakukan antenatal care (ANC) maka tidak dapat dilakukan screening sejak awal adanya kehamilan risiko tinggi atau komplikasi, dimana kondisi ini dapat mengakibatkan 77
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88
komplikasi pada saat hamil atau pada saat persalinan yang akan mengarah kepada kematian baik ibu maupun janin. Keteraturan kunjungan antenatal care berhubungan dengan karakteristik ibu hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pangemanan et al (2014) yang menyebutkan bahwa ada hubungan antara status pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kontak pertama ibu hamilke tenaga kesehatan pada trimester pertama kehamilan (K1) dan kontak keempat ibu hamil ke tenaga kesehatan pada trimester tiga kehamilan (K4) di Puskesmas. Ibu yang berpendidikan tinggi maka akan semakin baik pula pengetahuannya sehingga ibu akan memeriksakan kehamilannya dengan teratur untuk menjaga agar perkembangan ibu dan janin yang dikandungnya selalu dalam keadaan normal. Demikian pula dengan pekerjaan, ibu yang bekerja cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik pula, karena ibu bekerja memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menerima informasi yang lebih banyak sehingga kesadaran ibu untuk memerik-sakan kehamilan juga lebih tinggi (Pangemanan et al, 2014). Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh model keterlambatan yang meliputi keterlambatan mengambil keputusan, keterlambatan di jalan dan keterlambatan mendapatkan penanganan, komplikasi, kehamilan risiko tinggi, kunjungan antenatal care, pendidikan dan pekerjaan ibudi Kabupaten Bondowoso. SUBJEK DAN METODE 1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan desain case control. Penelitian dilaksanakan di 17
78
Puskesmas di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur pada bulan Februari-Maret 2017. 2. Populasi dan Sampel Populasi kasus pada penelitian ini adalah semua ibu yang pernah hamil, bersalin dan nifas tahun 2015-2016 dengan kasus kematian maternal di wilayah Kabupaten Bondowoso. Populasi kontrol adalah semua ibu yang pernah hamil, bersalin dan nifas tahun 2015-2016 dan tidak mengalami kematian maternal di wilayah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Subjek penelitian pada kelompok kasus adalah tenaga kesehatan atau keluarga dari ibu yang mengalami kasus kematian maternal dan yang mengetahui perjalanan kasus ibu sampai dengan meninggal. Subjek penelitian pada kelompok kontrol adalah ibu yang pernah hamil, bersalin, nifas dan tidak mengalami kasus kematian maternal. Pengambilan subjek pada penelitian ini ditetapkan secara fixed disease sampling yaitu memilih sampel berdasarkan status penyakit, sedang status paparan bervariasi mengikuti status penyakit yang “fixed” (Murti, 2016). kelompok kasus diambil 39 subjek penelitian berdasarkan jumlah kejadian kematian maternal yang terjadi tahun 2015 hingga 2016 sedangkan kelompok kontrol diambil 78 subjek penelitian dari ibu yang tidak mengalami kematian maternal pada tahun 2015-2016. 3. Variabel Penelitian Variabel dependen penelitian ini adalah kematian maternal. Variabel independen adalah model keterlambatan yang meliputi keterlambatan mengambil keputusan, keterlambatan di jalan dan keterlambatan mendapatkan penanganan, komplikasi, kehamilan risiko tinggi, kunjungan antenatal care, pendidikan dan pekerjaan ibu. 4. Definisi Operasional Definisi operasional dari model keterlambatan adalah adanya keterlambatan dalam e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java
pemindahan ibu hamil, bersalin maupun nifas ke fasilitas kesehatan yang meliputi keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pertolongan, keterlambatan tiba di tempat pertolongan dan keterlambatan mendapat penanganan. Komplikasi adalah adanya penyulit, penyakit atau komplikasi yang timbul pada ibu baik pada waktu kehamilan maupun sebelum kehamilan yang akan memperberat kehamilannya, dan atau persalinan serta nifasnya. Kehamilan risiko tinggi adalah suatu keadaan ibu hamil yang memiliki satu atau beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilannya, faktor risiko tersebut meliputi ada tidaknya potensi gawat obstetri, ada gawat obstetri, ada gawat darurat obstetri. Skor yang dipertimbangkan adalah skor kunjungan ANC terakhir ibu. Kunjungan antenatal care adalah kedatangan ibu hamil ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sesuai standar minimal kunjungan 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2 dan 2 kali pada trimester 3. Tabel 1. Hasil uji reliabilitas Variabel Model Keterlambatan Keterlambatan pengambilan keputusan Keterlambatan di perjalanan Keterlambatan mendapatkan penanganan
Item Total Correlation (r)
Untuk keperluan analisis data dilakukan pengkategorian. Variabel tingkat pendidikan dikategorikan 0 untuk pendidikan <SMA dan 1 untuk ≥SMA. Pekerjaan dikategorikan 0 untuk ibu tidak bekerja dan 1 untuk ibu bekerja. Kunjungan antenatal care dikategorikan 0 untuk kunjungan ANC tidak sesuai standar dan 1 untuk kunjungan ANC sesuai standar. Kehamilan risiko tinggi dikategorikan 0 untuk ibu hamil tidak berisiko tinggi dan 1 untuk ibu e-ISSN: 2549-0257 (online)
Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir ibu sampai saat persalinan terakhir dan mendapatkan ijasah. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan selain sebagai ibu rumah tangga, diluar rumah dan menghasilkan pendapatan dalam kurun waktu kehamilan sampai saat sebelum persalinan. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian untuk variabel model keterlambatan yang meliputi keterlambatan pengambilan keputusan, keterlambatan di jalan, keterlambatan mendapatkan penanganan diukur menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan hasil r hitung ≥0.20 serta Cronbach's Alpha ≥0.70, sehingga semua butir pertanyaan dinyatakan reliabel, dapat dilihat pada Tabel 1. Komplikasi diukur dengan checklist. Kehamilan risiko tinggi diukur dengan menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati. Kunjungan antenatal care diukur dengan melihat buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang dimilki ibu sejak hamil. Tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu diukur dengan kuesioner.
≥0.35 ≥0.30 ≥0.35
Alpha Cronbach 0.94 0.77 0.78
hamil berisiko tinggi. Komplikasi dikategorikan 0 apabila tidak ada komplikasi dan 1 apabila ada komplikasi. Model keterlambatan dikategorikan 0 apabila tidak ada keterlambatan dan 1 apabila ada keterlambatan. Kematian maternal dikategorikan 0 apabila tidak ada kematian maternal dan 1 apabila ada kematian maternal. 6. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis bivariat dengan SPSS versi 22. Analisis multivariat 79
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88
menggunakan analisis jalur atau path analysis STATA 13. HASIL A. Analisis Univariat Karakteristik dari subjek penelitian dilihat dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan paritas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik Usia Tingkat pendidikan
Status pekerjaan Paritas
Klasifikasi <20 tahun 20-35 tahun ≥35 tahun Tidak sekolah SD SMP SMA Diploma Sarjana Ibu bekerja Ibu tidak bekerja Primipara Multipara Grandemulti
B. Analisis Bivariat Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan pengaruh antara pendidikan, pekerjaan, kunjungan antenatal care, kehamilan risiko tinggi, komplikasi dan model keterlambatan terhadap kematian maternal. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi (minimal tamat SMA) memiliki kemungkinan 0.58 kali lebih rendah untuk mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara pendidikan terakhir ibu dengan kematian maternal dan secara statistik tidak signifikan (OR=0.58; CI 95%=0.25 hing¬ga 1.37; p= 0.212). Ibu bekerja memiliki kemungkinan 0.19 kali lebih rendah mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kematian maternal dan secara statistik signifikan (OR=0.005; CI 95%=0.05 hingga 0.67; p=0.009). Ibu yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar minimal memi-
80
Proporsi usia ibu tertinggi pada usia 20-35 tahun sebesar 74.4%. Proporsi tingkat pendidikan ibu tertinggi adalah tamat SD sebesar 41.9%. Proporsi status pekerjaan tertinggi adalah ibu tidak bekerja atau ibu rumah tangga sebesar 76.9%. Proporsi paritas tertinggi adalah multipara sebesar 60.6%. n 12 87 18 2 49 25 31 2 6 27 90 32 71 14
% 10.2 74.4 5.4 1.7 41.9 21.4 26.5 1.8 5.1 23.1 76.9 27.4 60.6 12
liki kemungkinan 0.25 kali lebih rendah untuk mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara kunjungan ANC dengan kematian maternal dan secara statistik signifikan (OR=0.25; CI 95%=0.11 hingga 0.58; p= 0.001). Ibu dengan kehamilan risiko tinggi memiliki kemungkinan 7.75 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara kehamilan risiko tinggi dengan kematian maternal dan secara statistik signifikan (OR=7.75; CI 95%=3.12 hingga 19.23; p<0.001). Ibu yang mengalami komplikasi memiliki kemungkinan 11.24 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara komplikasi dengan kematian maternal secara statistik signifikan (OR=11.24; CI 95%=4.55 hingga 27.77; p<0.001).
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java
Ibu yang mengalami keterlambatan Ibu yang mengalami keterlambatan di dalam pengambilan keputusan memiliki perjalanan memiliki kemungkinan 14 kali kemungkinan 17.39 kali lebih besar untuk lebih besar untuk mengalami kematian mengalami kematian maternal. Hasil analimaternal. Hasil analisis menunjukkan ada sis menunjukkan ada hubungan antara hubungan antara keterlambatan di perjaketerlambatan pengambilan keputusan lanan dengan kematian maternal dan dengan kematian maternal dan secara secara statistik signifikan (OR=14; CI 95%= statistik signifikan (OR=17.39; CI 95%= 1.62 hingga 120.90; p=0.002). 4.65 hingga 65.01; p<0.001). Tabel 3. Hasil analisis bivariat pendidikan, pekerjaan, kunjungan ANC, kehamilan risiko tinggi, komplikasi dan model keterlambatan dengan kematian maternal di Kabupaten Bondowoso Variabel Pendidikan ibu Pekerjaan ibu
Kunjungan ANC Kehamilan risiko tinggi Komplikasi Keterlambatan pengambilan keputusan Keterlambatan di perjalanan Keterlambatan mendapatkan penanganan
Kategori Rendah Tinggi Total Ibu tidak bekerja Ibu bekerja Total Tidak sesuai standar Sesuai standar Total Tidak berisiko Berisiko tinggi Total Tidak ada Ada Total Tidak ada Ada Total Tidak ada Ada Total Tidak ada Ada Total
Kematian Maternal Tidak Ya n % n % 49 62.8 29 37.2 29 74.4 10 25.6 78 66.7 39 33.3 54 60.0 36 40.0 24 88.9 3 11.1 78 66.7 39 33.3 15 44.1 19 55.9 63 75.9 20 24.1 78 66.7 39 33.3 52 86.7 8 13.3 26 45.6 31 54.4 78 66.7 39 33.3 62 86.11 10 13.9 16 35.6 29 64.4 78 66.7 39 33.3 75 76.5 23 23.5 3 15.8 16 84.2 78 66.7 39 33.3 77 70.0 33 30.0 1 14.3 6 85.7 78 66.7 39 33.3 77 70.6 32 29.4 1 12.5 7 87.5 78 66.7 39 33.3
Ibu yang mengalami keterlambatan mendapatkan penanganan memiliki kemungkinan 16.84 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara keterlambatan pengambilan keputusan dengan kematian maternal dan secara statistik signifikan (OR=16.84; CI 95%= 1.99 hingga 142.51; p=0.001). C. Analisis Multivariat Gambar 1 menunjukkan model struktural setelah dilakukan estimasi menggunakan software e-ISSN: 2549-0257 (online)
OR
CI 95%
p
0.58
0.25 hingga 1.37 0.05 hingga 0.67 0.11 hingga 0.58 3.12 hingga 19.23 4.55 hingga 27.77 4.65 hingga 65.01 1.62 hingga 120.90 1.99 hingga 142.51
0.212
0.19
0.25 7.75 11.24 17.39
16.84
0.005
0.001 <0.001 <0.001 <0.001 0.002 0.001
STATA 13, sehingga didapatkan nilai seperti pada gambar tersebut. Hasil analisis jalur pada Tabel 4 menunjukkan kematian maternal di Kabupaten Bondowoso dipengaruhi oleh keterlambatan pengambilan keputusan, keterlambatan di perjalanan, keterlambatan mendapatkan penanganan dan komplikasi. Terdapat pengaruh antara keterlambatan pengambilan keputusan dengan kematian maternal dan hasil tersebut secara statistik sig81
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88 nifikan. Ibu yang mengalami keterlambatan mengambil keputusan memiliki logodd kematian maternal 2.37 poin lebih tinggi daripada
.54
binomial
binomial
late_decision
late_reaching_health_facility
late_treatment
logit
logit
logit
logit
-.46 .077
-1.1 binomial
binomial
.14
logit
2.4
2.3
Antenatal_Care -.67
logit
maternal_working
binomial
binomial
binomial
maternal_education
ibu yang tidak mengalami keterlambatan pengambilan keputusan (b=2.37; CI 95%=0.81 hingga 3.93; p=0.003).
High_risk_pregnancy 2
-1
2.4
binomial
binomial
Obstetric_complication -.81 1.9 logit
2.5
maternal_death -2.6 logit
logit
Gambar 1. Model struktural analisis jalur Tabel 4. Hasil uji analisis jalur determinan kematian maternal di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur Koefisien Jalur (b)
Variabel dependen dan independen Pengaruh Langsung Kematian maternal
Keterlambatan pengambilan keputusan Keterlambatan di jalan Keterlambatan mendapatkan penanganan Komplikasi Pengaruh Tidak Langsung Kunjungan ANC sesuai standar Komplikasi Kehamilan risiko tinggi Kehamilan risiko Kunjungan ANC sesuai standar Pendidikan ibu tinggi tinggi Ibu bekerja Pendidikan ibu tinggi Kunjungan ANC sesuai standar Ibu bekerja Terdapat pengaruh antara keterlambatan di jalan dengan kematian maternal dan hasil tersebut secara statistik mendekati signifikan. Ibu yang mengalami keterlambatan di jalan memiliki logodd kematian maternal 2.35 poin lebih tinggi daripada ibu yang tidak mengalami
82
CI 95% Batas Batas Bawah Atas
p
2.37
0.81
3.39
0.003
2.35 2.36
-0.21 -0.19
4.91 4.91
0.072 0.069
2.51
1.21
3.62
<0.001
-1.01 1.90 -1.09 -0.46 0.14 0.54 0.08
-1.94 1.01 -1.99 -0.85 -0.17 0.10 -0.29
-0.09 2.78 -0.19 -0.07 0.45 0.99 0.45
0.032 <0.001 0.018 0.020 0.369 0.017 0.683
keterlambatan di jalan (b=2.35; CI 95%=-0.21 hingga 4.91; p=0.072). Terdapat pengaruh antara keterlambatan mendapatkan penanganan dengan kematian maternal dan hasil tersebut secara statistik mendekati signifikan. Ibu yang mengalami keterlambatan mendapatkan penanganan me-
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java miliki logodd kematian maternal 2.36 poin lebih tinggi daripada ibu yang tidak mengalami keterlambatan mendapatkan penanganan (b= 2.36; CI 95%= -0.19 hingga 4.91; p=0.069). Terdapat pengaruh antara komplikasi dengan kematian maternal dan hasil tersebut secara statistik mendekati signifikan Ibu yang mengalami komplikasi obstetri memiliki logodd kematian maternal 2.51 poin lebih tinggi daripada ibu yang tidak mengalami komplikasi obstetri (b=2.51; CI 95%=1.41 hingga 3.62; p<0.001). Komplikasi dipengaruhi oleh kunjungan ANC dan kehamilan risiko tinggi. Terdapat pengaruh kunjungan ANC terhadap komplikasi dan hasil tersebut secara statistik signifikan. Ibu yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar memiliki logodd komplikasi 1.01 poin lebih rendah daripada ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar (b=-1.01; CI 95%=-1.94 hingga -0.09; p=0.032). Terdapat pengaruh kehamilan risiko tinggi terhadap komplikasi dan hasil tersebut secara statistik signifikan. Ibu hamil yang berisiko tinggi memiliki logodd komplikasi 1.90 poin lebih tinggi daripada ibu hamil yang tidak berisiko tinggi (b=1.90; CI 95%=1.01 hingga 2.78; p<0.001). Kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh kunjungan ANC, pendidikan dan pekerjaan ibu. Terdapat pengaruh kunjungan ANC terhadap kehamilan risiko tinggi dan hasil tersebut secara statistik signifikan. Ibu yang melakukan kunjungan ANC sesuai standar memiliki logodd kehamilan risiko tinggi1.09 poin lebih rendah daripada ibu yang melakukan kunjungan ANC tidak sesuai standar (b=-1.09; CI 95%=-1.99 hingga -0.19; p=0.018). Terdapat pengaruh pendidikan terhadapkehamilan risiko tinggi dan hasil tersebut secara statistik signifikan. Ibu yang berpendidikan tinggi memiliki logodd kehamilan risiko tinggi 0.47 poin lebih rendah daripada ibu yang berpendidikan rendah (b=0.47; CI 95%=-0.85 hingga -0.07; p=0.020). Terdapat pengaruh pekerjaan ibu terhadap kehamilan risiko tinggi dan hasil tersebut secara statistik tidak signifikan. Ibu yang bekerja memiliki logodd kehamilan risiko tinggi 0.14 poin lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja (b=0.14; CI 95%=-0.17 hingga 0.45; p=0.369).
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Kunjungan ANC dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan ibu. Terdapat pengaruh pendidikan terhadap kunjungan ANC dan hasil tersebut secara statistik signifikan. Ibu yang berpendidikan tinggi memiliki logodd kunjungan ANC 0.54 poin lebih tinggi daripada ibu yang berpendidikan rendah (b=0.54; CI 95%= 0.098 hingga 0.99; p=0.017). Terdapat pengaruh pekerjaan terhadap kunjungan ANC dan hasil tersebut secara statistik tidak signifikan. Ibu bekerja memiliki logodd kunjungan ANC 0.08 poin lebih tinggi daripada ibu yang tidak bekerja (b=0.08; CI 95%=-0.29 hingga 0.45; p=0.683). PEMBAHASAN 1. Pengaruh keterlambatan pengambilan keputusan terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung antara keterlambatan pengambilan keputusan dengan kematian maternal. Gelany et al., (2015) menyebutkan bahwa sebagian besar komplikasi penyebab kematian maternal seharusnya bisa dicegah dengan meminimalisir adanya keterlambatan. Frekuensi penundaan dikaitkan dengan 78% kejadian kematian maternal dan keterlambatan tipe pertama yaitu keterlambatan dalam pengambilan keputusan merupakan keterlambatan yang paling sering terjadi (57%) (Okusanya et al., 2007). Keterlambatan pengambilan keputu-san untuk membawa ibu mencari pertolongan yang adekuat dan memadai seringkali terjadi di tingkat keluarga. Alasan paling umum penyebab keterlambatan ini adalah kurangnya kesadaran akan keseriusan penyakit, masalah keuangan ataupun takut diperlakukan buruk di fasi-litas kesehatan (Gelany et al., 2015). Faktor budaya juga mempengaruhi keterlambatan pengambilan keputusan. Rendahnya status wanita dalam keluarga menyebabkan wanita tidak dapat membuat keputusan sendiri terkait kondisi kesehatannya (Nieburg, 2012). Adanya budaya patriarki turut memperkuat posisi laki-laki sebagai pengambil keputusan dalam keluarga dan wanita tidak dapat melakukan sesuatu tanpa seijin dari pihak laki-laki, pada kebudayaan ini ibu tidak mempunyai
83
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88 otonomi untuk mengambil keputusan secara mandiri (Rajab, 2009). 2. Pengaruh keterlambatan di perjalanan terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung antara keterlambatan di jalan dengan kematian maternal. Keterlambatan di jalan ini berkaitan dengan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Faktor geografi merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan akses masyarakat ke fasilitas kesehatan. Faktor geografi ini bisa memudahkan atau malah menghambat masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor ini berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh. Jarak tempuh yang semakin dekat, waktu tempuh yang semakin cepat dan biaya tempuh yang semakin murah akan meningkatkan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan dan pencapaian pelayanan preventif dan keluhan-keluhan ringan terkait kesehatan akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif (Suriati, 2009). Kondisi yang turut menghambat akses masyarakat dan mempengaruhi jarak, waktu dan biaya tempuh seperti lokasi yang sulit diakses oleh sarana transportasi, jalan yang rusak hingga minimnya sarana transportasi menuju ke fasilitas kesehatan. Penyebaran distribusi sarana kesehatan yang tidak merata dan cenderung terpusat di pusat kota membuat masyarakat yang tinggal jauh dari pusat kota kesulitan mengakses fasilitas pelayanan kesehatan (Cham et al., 2005). Padahal jarak yang terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Rukiyah et al., 2012). 3. Pengaruh keterlambatan mendapatkan penanganan terhadap kematian maternal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara langsung antara keterlambatan mendapatkan penanganan dengan kematian maternal. Keterlambatan mendapat-
84
kan penanganan berkaitan yang adekuat, penanganan yang tidak sesuai prosedur, penanganan tidak segera, keterbatasan stok obat dan keterbatasan peralatan medis yang ada (Depkes RI, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Gelany et al., (2015) didapatkan hasil bahwa penyebab keterlambatan penanganan yang paling sering adalah komunikasi yang buruk antara pihak Rumah Sakit dengan pasien, keterbatasan dalam mendapatkan darah dalam hal ini terkait dengan donor darah yang tidak tersedia, serta keterlambatan dalam memutuskan intervensi bedah karena terlambat dalam mendiag-nosis penyakitnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Juharni et al., (2013) bahwa rumah sakit sebagai tempat rujukan pelayanan kesehatan mengalami keterlambatan dalam pemberian penanganan karena ketidaksiapan menangani kasus gawat darurat, kekurangan persediaan darah, tenaga ahli tidak berada ditempat dan pada kasus yang lain terjadi akibat pelaksanaan penanganan medis yang membutuhkan waktu lebih dari 30 menit sejak ibu sampai di rumah sakit (Juharni et al., 2013). Oleh karena itu peningkatan keterampilan tenaga kesehatan, kualitas asuhan dan ketersediaan sarana dan prasarana sangat diperlukan baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan tingkat lanjut. 4. Pengaruh komplikasi obstetri terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komplikasi obstetri berpengaruh langsung dengan kematian maternal. Komplikasi apabila tidak ditangani dengan tepat akan berakibat pada kematian maternal. Hampir sebagian besar (75%) kasus kematian maternal disebabkan karena penyebab langsung yaitu komplikasi baik selama masa hamil, bersalin maupun nifas, yang mana sebenarnya komplikasi ini bisa dicegah agar tidak berlanjut dengan penanganan yang memadai (Weyesa et al., 2015). Komplikasi merupakan determinan dekat dari kematian maternal. Komplikasi dibedakan menjadi dua yaitu komplikasi obstetri langsung dan komplikasi obstetri tidak langsung. Komplikasi obstetri langsung mengacu pada kompli-
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java kasi yang terjadi selama masa kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan komplikasi obstetri tidak langsung aitu suatu kondisi yang berakibat buruk pada kehamilan dan persalinan (McCharty dan Maine, 1992). Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Aeni (2013) menunjukkan bahwa komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan persalinan berhubungan signifikan dengan peningkatan risiko kejadian kematian maternal. Ibu yang mengalami komplikasi kebidanan sebagian besar komplikasinya terjadi selama persalinan dan pada masa postpartum yang menyebabkan kematian maternal (Weyesa et al., 2015). Tenaga kesehatan harus memiliki keterampilan yang memadai selama proses persalinan dan perlu dilakukan pengawasan masa nifas yang ketat sesuai standar nasional pelayanan masa nifas minimal 4 kali kunjungan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah yang mungkin terjadi selama masa nifas (Bahiyatun, 2009). 5. Pengaruh kehamilan risiko tinggi terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara tidak langsung antara kehamilan risiko tinggi terhadap kematian maternal dengan adanya variabel antara yaitu komplikasi obstetri. Kehamilan risiko tinggi dinilai dengan menggunakan kartu skor Poedji Roechjati, dimana kehamilan risiko tinggi ini dinilai dari faktor risiko yang dimiliki ibu selama kehamilan, seperti riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya, riwayat penyakit dan masalah pada kehamilan ini yang akan memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya komplikasi pada kehamil-an ini (Rochjati, 2011). Beberapa penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang dianggap berkontribusi terhadap peningkatan risiko morbiditas maternal yang parah sampai kematian, salah satunya adalah keterlambatan dalam identifikasi ibu hamil berisiko (Nair et al., 2015). Kematian maternal di Indonesia terkait dengan faktor risiko 4 terlalu, yaitu terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun), terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20
e-ISSN: 2549-0257 (online)
tahun), terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) dan terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun) (Hernawati, 2011). Faktorfaktor risiko tersebut merupakan beberapa indikator dalam penilaian status risiko kehamilan ibudengan Kartu Skor Poedji Rochjati, apabila ada salah satu faktor risiko saja pada poin tersebut maka ibu sudah termasuk ibu hamil dengan risiko tinggi. Risiko tinggi ini perlu diidentifikasi tepat waktu dan ditangani secara tepat agar tidak meningkatkan risiko kejadian komplikasi yang dapat berpotensi menyebabkan kematian maternal. Kebanyakan komplikasi obstetri tidak dapat dicegah dan diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak dapat ditangani. Mengingat bahwa setiap ibu hamil berisiko untuk mengalami komplikasi obstetri, maka semua ibu perlu memiliki akses terhadap pelayanan kegawatdaruratan obstetri yang adekuat (Simarmata et al., 2014). 6. Pengaruh kunjungan ANC terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara tidak langsung antara kunjungan ANC terhadap kematian maternal dengan adanya variabel antara yaitu kehamilan risiko tinggi dan komplikasi obstetri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nair et al., (2015) yang menjelaskan bahwa ibu dengan asuhan antenatal yang kurang memadai berisiko 15 kali lebih tinggi mengalami kematian maternal daripada ibu yang melakukan kunjungan antenatal memadai. Peran antenatal care dalam mengidentifikasi wanita hamil berisiko tinggi (seperti wanita dengan gangguan hipertensi, anemia, dan infeksi) untuk menurunkan risiko kematian maternal dapat diterima secara luas. Hasil penelitian Yeoh et al., (2016) menunjukkan bahwa sebagian besar wanita berisiko tinggi memiliki akses kunjungan ANC di bawah standar yang dianjurkan. Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan
85
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88 pengendalian resiko. Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Hal tersebut menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Damayanti dan Nur, 2010). 7. Pengaruh pendidikan ibu terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara tidak langsung antara pendidikan ibu terhadap kematian maternal dengan adanya variabel antara yaitu kunjungan ANC, kehamilan risiko tinggi dan komplikasi. Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian Bauserman et al., (2015) menunjukkan bahwa ibu yang tidak memi-liki pendidikan formal berisiko 3.2 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal, ibu yang hanya mengenyam pendidikan dasar memiliki risiko 3.4 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal dan ibu yang mengenyam hingga pendidikan menengah memiliki risiko 2.5 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal. Ibu yang berpendidikan tinggi dapat menerima informasi dengan lebih baik, sehingga apabila dalam kehamilan, persalinan maupun nifas timbul tanda akan terjadinya komplikasi, ibu bisa langsung memutuskan untuk ke fasilitas pelayanan kesehatan agar mendapat intervensi yang segera (McCharty dan Maine, 1992). Pendidikan ibu merupakan prediktor kuat pemanfaatan pelayanan kesehatan terkait antenatal care. Pendidikan yang tinggi maka tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu tentang kunjungan ANC dan kehamilan risiko tinggi akan semakin baik, sehingga ibu dengan sadar mau melakukan kunjungan ANC sesuai standar dan mampu mengenali tanda bahaya agar terhindar dari risiko-risiko komplikasi yang mungkin terjadi pada masa kehamilan, persalinan atau nifas. Pencegahan risiko komplikasi akan menurunkan kematian maternal.
86
8. Pengaruh pekerjaan ibu terhadap kematian maternal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara tidak langsung antara pekerjaan ibu terhadap kematian maternal dengan adanya variabel antara yaitu kunjungan ANC, kehamilan risiko tinggi dan komplikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerja meningkatkan keteraturan kunjungan ANC. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pangemanan et al., (2014) yang menjelaskan bahwa ibu yang bekerja cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang baik karena ibu bekerja memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan menerima informasi yang lebih banyak daripada ibu yang tidak bekerja sehingga kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilan juga lebih tinggi. Pekerjaan juga berpengaruh terhadap kehamilan risiko tinggi dimana ibu bekerja meningkatkan kehamilan risiko tinggi. Namun kehamilan risiko tinggi ini dapat ditekan apabila ibu melakukan kunjungan ANC secara teratur sesuai standar ke tenaga ksehatan. Apabila ibu teratur melakukan kunjungan ANC sesuai standar maka dapat dilakukan deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan lebih awal. Faktor predisposisi dan adanya penyulit penyerta sebaiknya diketahui sejak awal sehingga dapat dilakukan berbagai upaya maksimal untuk mencegah gangguan yang berat baik terhadap kehamilan dan keselamatan ibu maupun bayi yang dikandungnya (Astuti, 2012). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kematian maternal dipengaruhi oleh keterlambatan pengambilan keputusan, keterlambatan diperjalanan, keterlambatan mendapatkan penanganan dan komplikasi. Komplikasi dipengaruhi oleh kehamilan risiko tinggi dan kunjungan ANC. Kehamilan risiko tinggi dipengaruhi oleh kunjungan ANC, pendidikan dan pekerjaan. Kunjungan ANC dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan ibu. REFERENCE Aeni N (2013). Faktor Risiko Kematian Ibu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 7 (1): 453-459.
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Fransiska et al./ Analysis of Maternal Mortality Determinants in Bondowoso District, East Java Astuti HP (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima Press. Atmarita (2016). Ketimpangan Status Gizi dan Status Kesehatan Ibu-Anak Antar Wilayah dan Antar Kondisi Sosial Ekonomi di Indonesia dan Kebijakan Strategis untuk Meng-atasinya. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ilmu Kesehatan Masyarakat Tanggal 14-15 Oktober 2016 di Surakarta. Bahiyatun (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:EGC Bauserman M (2015). Risk Factors For Maternal Death And Trends In Maternal Mortality In Low And Middle-Income Countries: A Prospective Longitudinal Cohort Analysis. Reproductive Health Biomed Central 12(2):S5. Cham M, Sundby J, Vangen S (2005). Maternal Mortality In The Rural Gambia, A Qualitative Study On Access To Emergency Obstetric Care. Reproductive Health Biomed Central:2(3). Damayanti E, Nur AW (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Tinggi Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Publikasi Ilmiah UMS 3(4): 174-182. Depkes RI (1998). Pelaksanaan Kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP). Kalimanan Selatan: Depkes RI. Dinkes Provinsi Jatim (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2015. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Gelany SE, Mansour MG, Hassan MM (2015). The Three Delays of Mater-nal Mortality in a Public-Sector Ter-tiary Teaching Hospital: Is There a Paradigm Shift?. Openventio Gynecology And Obstetrics Research 2(2): 52-56. Hernawati I (2011). Analisis Kematian Ibu Di Indonesia Tahun 2010. Disam-paikan pada Pertemuan Teknis Kesehatan Ibu Tanggal 6 April 2011 di Bandung. Hernandez CJC (2010). Maternal Mortality And Risk Factors At The Community Level.
e-ISSN: 2549-0257 (online)
Economic Working Paper. Departement of Economics. Michi-gan: Western Michigan University. Juharni S, Widarsa T, Wirawan DN (2013). Faktor Risiko Kematian Ibu Sebagai Akibat Komplikasi Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Di Bima Tahun 2011-2012. Public Health and Preventive Medicine Archive 1(2): 126-133. Kemenkes RI (2014). InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta Selatan. McCarthy J, Maine D (1992). A Framework For Analyzing The Determinants Of Maternal Mortality. JStor 23(1): 23-33. Murti B (2016). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Nair M, Kurinczuk JJ, Brocklehurst P, Sellers S, Lewis G, Knight M (2015). Factors Associated With Maternal Death From Direct Pregnancy Complications: A Uk National Case–Control Study. BJOG An International Journal Of Obstetrics And Gynaecology 122( 5): 653–662. Nieburg P (2012). Improving Maternal Mortality and Other Aspects Of Women’s Health. Washington DC: Center for Strategic and Inter-national Studies. Okusanya BO, Okogbo FO, Momoh MM (2007). Maternal Mortality And Delay: SocioDemographic Charac-teristics Of Maternal Deaths With Delay In Irrua, Nigeria. Niger J Med, 16: 38-41. Pangemanan JM, Kapantow NH, Lumin-tang JH (2014). Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pemanfaatan Pelayanan K1 Dan K4 Di Puskesmas Motoling Kabupaten Minahasa Selatan. Diak¬ses dari http://fkm.unsrat.ac.-id/wp-content/uploads/2014/10/-jurnal-hns-fix2.pdf Tanggal 29 November 2016 Rajab B (2009). Kematian Ibu: Suatu Tinjauan Sosial Budaya. Jurnal Masyarakat dan Budaya 11(2): 237-254. Rochjati P (2011). Skrining Antenatal Pada Ibu hamil Edisi 2 Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Surabaya: Airlangga University Press.
87
Journal of Maternal and Child Health (2017), 2(1): 76-88 Rukiyah AY, Yulianti L, Maemunah, Susilowati L (2012). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media. Simarmata OS, Sudikno, Kristina, Bisara D (2014). Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan Di Indonesia: Analisis Data Sekunder Riset Kesehatan Dasar 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi 5(3). Suriati (2009). Pemanfaatan Layanan Kesehatan. Cetakan Pertama, Jakarta: Citra Medika. Weyesa JB, Tadesse AH, Eba TY, Minta MK, Gudu HT (2015). Prevalence And Risk
88
Factors Associated With Maternal Mortality In Mizan-Aman Hospital, Bench Maji, Southwest Ethiopia. J Women’s Health Care 4: 274. WHO (2016). Trends In Maternal Mortality: 1990 to 2015: estimates by WHO, UNICEF, UNFPA, World Bank Group and the United Nations Population Division. Switzerland: World Health Organization. Yeoh PL, Hornetz K, Dahlui M (2016). Antenatal Care Utilisation And Content Between Low-Risk And High-Risk Pregnant Women. Plos One,11(3):1-17.
e-ISSN: 2549-0257 (online)