JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS TINGKAT STRES KERJA PADA GURU TUNA GRAHITA DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) NEGERI PURWOSARI KUDUS
Devita Audry Ferlia, Siswi Jayanti, Suroto Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected] Abstract : Job stress is a response to someone’s adaptation because of the demands in the workplace, either psychological or physical that it is influenced by individual differences or psychological processes. The unsuitable workplace condition and the burden of teaching with the number of students which is beyond the applied ratio can influence teachers’ job stress. Teachers are faced with a situation where the burden of responsibility is received so hard, it triggers the job stress to the teachers. The purpose of this study was to analyze the level of job stress on teachers of mentally disabled in Purwosari Kudus State SDLB. This research was a qualitative descriptive. This research subject was classroom teachers of mentally disabled. There were seven teachers and two triangulation informants. Observation was made to observe teacher’s behavior during the learning process and the factors that can cause stress. The level of job stress was measured using the Live Event Scale method. In-depth interviews were conducted with key informants and triangulation informant. They were conducted to find out the factors that cause job stress include intrinsic factor in a job, individual role in organization, career development, relationships in the organizational structure and climate as well as the demand beyond the work. The research results showed that four informants experienced mild stress and three informants experienced severe stress. School should rearrange the classroom design to make the ongoing learning activities be comfortable. For teachers of mentally disabled who are not from PLB department should join special training programs organized by the provincial agencies.
Keywords: Job Stress, Teachers of Mentally Disabled
331
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
PENDAHULUAN
atap. Di SDLB Negeri Purwosari Kudus
Latar Belakang
terdapat anak tuna netra (keterbatasan penglihatan),
Keberadaan guru dalam Sekolah Luar
tuna
rungu
(keterbatasan
Biasa (SLB) sangat penting dalam proses
pendengaran), tuna grahita (perkembangan
belajar mengajar. Keadaan-keadaan siswa
intelegensi
yang
dapat
(keterbatasan gerak tubuh/cacat tubuh),
mengakibatkan stres dalam diri guru. Stres
tuna ganda (memiliki dua jenis kelainan
kerja pada guru merupakan suatu kondisi
atau
yang muncul ketika menghadapi adanya
perkembangan sistem saraf).
berkebutuhan
khusus
terhambat),
lebih),
dan
tuna
autis
daksa
(kelainan
ketidakmajuan pada siswa. Seorang guru
Jumlah siswa terbanyak adalah siswa
kerap merasa tidak puas dan kecewa
tuna grahita yaitu berjumlah 93 siswa, yang
dengan usaha mereka sendiri pada saat
terdiri dari 86 siswa tuna grahita ringan
segala sesuatu yang telah direncanakan
(siswa C) dan 7 siswa tuna grahita sedang
dalam mendidik siswa gagal. Keadaan yang
(C1) yang berada di kelas I-VII. Jumlah guru
demikian
guru
kelas tuna grahita sebanyak 7 orang yang
menjadi tidak sabar, marah dan kadangkala
terdiri dari 5 orang guru PNS dan 2 orang
membuat kecerobohan pada siswa. Selain
guru tidak tetap (GTT) kontrak. Kedua guru
itu menjabat sebagai guru SLB memikul
honorer khusus tuna grahita mengajar di
beban kerja yang tidak ringan. Dalam hal ini
kelas III dan V.
tidak
jarang
membuat
ada tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi
Stres kerja adalah respon penyesuaian
agar siswa menjadi berhasil dan proses
diri seseorang karena adanya tuntutan di
belajar mengajar berjalan dengan lancar.
1
lingkungan kerja, baik bersifat psikologis
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
atau fisik, yang dipengaruhi oleh perbedaan
merupakan
individual dan atau proses psikologis.2
institusi pendidikan luar biasa di bawah
Berbagai penelitian di bidang keselamatan
pengawasan
dan kesehatan kerja menunjukkan adanya
Negeri
Purwosari
Kudus
Balai
Pendidikan
Khusus
Provinsi
Jawa
menyelenggarakan
Pengembangan Dinas
Pendidikan
Tengah program
kaitan yang erat antara stres kerja dengan
yang
kesalahan manusia (human error) yang
pendidikan
mengakibatkan kecelakaan (accident) serta
khusus yang terdiri dari berbagai anak
menurunnya
kebutuhan khusus yang dididik dalam satu
pekerja. 332
3
tingkat
kesehatan
mental
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Chernis
menyatakan
bahwa
beban
menjadi 2 kelas dan hanya disekat dengan
kerja yang berlebihan adalah salah satu faktor
pekerjaan
yang
(e-Journal) 2356-3346)
papan kayu.
berdampak
Berdasarkan
latar
belakang
menimbulkan bornout.4 Menurut Kreitner
permasalahan yang diuraikan diatas, maka
dan Kenicki, bornout merupakan akibat dari
penulis
stres yang terjadi ketika seseorang mulai
Tingkat Stres Kerja Pada Guru Tuna
mempertanyakan
pribadinya.5
nilai
tertarik
untuk
meneliti
tentang
Grahita di SDLB Negeri Purwosari Kudus. METODE PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maslach dan Jackson melalui Maslach
Penelitian
ini
merupakan
jenis
Burnout Inventori (MBI) dari berbagai jenis
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
pekerjaan sosial di dapat suatu hasil bahwa
yaitu menggambarkan secara mendalam
jenis kelamin, latar belakang budaya, usia,
mengenai situasi atau proses yang diteliti
keluarga dan status perkawinan, serta
untuk mendapatkan data yang bermakna.
pendidikan
mempengaruhi
terjadinya
Subjek
penelitian
ini
adalah
guru
bornout. Menurut Maslach, bornout adalah
khusus tuna grahita yang menjadi guru
gejala
pada
kelas di SDLB Negeri Purwosari Kudus
pekerjaan sosial. Contoh pekerjaan tersebut
yang berjumlah 7 orang. Sebagai cross
adalah hakim, polisi, pekerja sosial, guru,
check selanjutnya disebut sebagai informan
kepala sekolah, tenaga pengajar, psikolog,
triangulasi
dan dokter.6
Kepala Sekolah SDLB Negeri Purwosari
yang
Sesuai
sering
dengan
ditemukan
petunjuk
teknis
dan
pemerataan
guru
penelitian
ini
adalah
Kudus dan Petugas bagian Administrasi di
pelaksanaan peraturan bersama tentang penataan
dalam
SDLB Negeri Purwosari Kudus.
PNS,
Proses
pengumpulan
data
yang
disebutkan bahwa rasio jumlah guru khusus
digunakan dengan melakukan observasi
dengan siswa adalah 1:5.7 Jumlah guru
serta studi pustaka. Selanjutnya dilakukan
tuna grahita di SDLB Negeri Purwosari
pengukuran tingkat stres kerja dari gejala
Kudus
peraturan
yang sering dirasakan responden, serta
karena 1 guru rata-rata mengajar 12 anak
melakukan wawancara mendalam kepada
atau
tidak
bahkan
Purwosari,
sesuai
lebih.
satu
dengan
Di
ruangan
SDLB
Negeri
informan utama dan triangulasi. Dalam
yang
dibagi
penelitian ini, data disajikan dalam bentuk uraian 333
singkat
(naratif
sesuai
dengan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
variabel penelitian). Tahap akhir dalam
mempengaruhi cara belajar peserta
penelitian ini dimana hasil yang diperoleh
didik di kelas.8
dilakukan penyimpulan untuk memperoleh
Hasil dari wawancara diketahui
gambaran yang umum dan menyeluruh dari
bahwa umur rata-rata informan antara
objek penelitian yang sesuai dengan tujuan
27-55 tahun. Dilihat dari pendidikan
penelitian.
yang sudah ditempuh, rata-rata lulusan
Keabsahan
data
dilakukan
dengan
S1 dengan jurusan PLB (Pendidikan
teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber
Luar
dan data. Triangulasi sumber diakukan
Konseling),
dengan cara mengecek data yang diperoleh
jurusan Psikologi. Informan triangulasi
melalui
Reliabilitas
pertama adalah Kepala SDLB Negeri
penelitian dapat dicapai dengan melakukan
Purwosari yang berpendidikan S1 BK
verifikasi hasil wawancara dengan hasil
dan informan triangulasi kedua adalah
observasi peneliti.
bagian
beberapa
sumber.
Biasa)
dan
BK
(Bimbingan
serta 1 orang
administrasi
dengan
sekolah
yang
berpendidikan S1 Pendidikan Bahasa HASIL DAN PEMBAHASAN
Inggris. Dilihat dari masa kerjanya, rata-
A. Gambaran Tingkat Stres Kerja
rata yang berstatus PNS (Pegawai
Seorang guru pendidikan khusus
Negeri Sipil) adalah guru yang sudah
haruslah memiliki keyakinan dan niat
>14 tahun mengajar. Untuk guru yang
yang kuat untuk dapat bertahan dalam
berstatus GTT (Guru Tidak Tetap)
mengajar
kontrak rata-rata mengajar selama <8
peserta
didiknya,
karena
tanpa memiliki keyakinan yang kuat kemampuan
seorang
guru
tahun.
dalam
Berdasarkan diketahui
tidak akan berguna. Selain beberapa
mengalami stres ringan yaitu, informan
hal tersebut seorang guru pendidikan
utama 1, 3, 4, dan 5 dengan score
khusus harus memiliki pengetahuan
sebesar 13, 15, 20, dan 20.
pembelajaran
informan
yang
peserta
Sebanyak 3 informan utama yang
didik. Guru pendidikan khusus harus
mengalami stres berat yakni informan
memahami karakteristik peserta didik
utama 2 dan 6 dengan score sebesar
yang
26 dan 27.
beragam
dan
4
penelitian
mendidik siswa berkebutuhan khusus
tentang
ada
hasil
dan harus
mampu 334
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Sekolah Luar Biasa. Hal ini dapat B. Analisis Sumber Potensial Stres
diketahui
Kerja
dari
latar
belakang
pendidikan informan yang berasal
1. Karakteristik Individu
dari S1 PLB (Pendidikan Luar Biasa)
Usia informan utama rata-rata
dan S1 BK (Bimbingan Konseling).
lebih dari 30 tahun dan setengahnya
Pendidikan
berusia
mengajarkan
lebih
dari
50
tahun.
PLB
dan
BK
bagaimana
cara
Sebagian besar informan utama
menangani anak yang berkebutuhan
sudah menginjak usia mendekati
khusus.
masa pensiun. Masa pensiun pada
berpendidikan S1 psikologi mengaku
PNS
tidak
adalah
usia
60
tahun,
Informan
diajarkan
yang
bagaimana
cara
sedangkan informan utama 1,2,3,
menangani
dan 5 sudah berusia lebih dari 50
khusus.
tahun. Faktor usia yang lebih tua
mempunyai
biasanya memiliki pengalaman dan
bidangnya, mereka akan merasa
pemahaman
lebih
kesulitan
Dan hal tersebut dapat memicu
banyak, pekerjaan
bekerja
yang
sehingga
pada
jenis
tertentu
umur
dapat
anak
Ketika
berkebutuhan
seseorang
pengalaman
menjalankan
tidak dalam
tugasnya.
terjadinya stres kerja pada individu.
menjadi kendala dan dapat menjadi
Masa
kerja
yang
biasanya
pemicu terjadinya stres. Pendapat
diiringi dengan pengalaman kerja
lain mengungkapkan bahwa dengan
yang
bertambahnya
mempengaruhi stres yang dirasakan
usia
akan
meningkat
juga
dapat
menurunkan stres kerja. Hal ini
pekerja
dikarenakan sistem defense dalam
Kecakapan merupakan salah satu
diri orang tersebut sangat bagus.
faktor intrinsik pemicu stres yang
Karena semakin tua usia seseorang,
diperoleh
maka
tingkat
pengalaman dalam pekerjaannya.
pertahanan dirinya terhadap tekanan
Semakin lama seseorang bekerja
di lingkungan kerja.
dalam perusahaan akan semakin
semakin
besar
Informan mempunyai motivasi untuk
bekerja
sebagai
guru
rendah
di
terhadap
pekerjaannya.
pekerja
stres
kerjanya
melalui
daripada
individu dengan masa kerja yang 335
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
pendek. Informan stres berat adalah
signifikan antara tipe kerpibadian (A
Guru Tidak Tetap (GTT) kontrak
dan B) dan tingkat stres di mana
yang mempunyai masa kerja <10
pengaruh yang paling besar adalah
tahun.
Masa
kerja
tipe kepribadian A. Tipe kepribadian
terlalu
lama
ini
yang
membuat
belum guru
A
disebut
juga
dengan
tipe
tersebut masih pada tahap adaptasi
kepribadian ekstrovert sedangkan
dengan
kepribadian
lingkungan
sekitarnya.
Semakin lama masa kerja guru, akan
semakin
meningkat
B
adalah
kepribadian introvert.
tipe
9
2. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
pula
pertahanan dirinya terhadap stres
Beban
kerja yang
kuantitatif
dan
yang timbul dari pekerjaannya. Masa
kualitatif
berlebih
dapat
kerja yang hampir selesai karena
menimbulkan
kebutuhan
untuk
usia yang sudah mendekati masa
bekerja dengan jumlah jam kerja
pensiun juga dapat menjadi sumber
yang lebih lama, yang merupakan
stres kerja karena individu merasa
sumber tambahan dari stres.10
tertekan dan memikirkan apakah
Pemenuhan beban kerja guru
setelah pensiun mereka akan tetap
paling sedikit 24 jam tatap muka,
bisa
dan paling banyak 40 jam tatap
memenuhi
kehidupannya
muka dalam satu minggu. Peraturan
sehari-hari atau tidak.
tersebut berlaku untuk guru SD
Tipe kepribadian yang dimiliki
maupun SDLB.
oleh informan utama adalah tipe
Pada
kepribadian “A” yang dimana tipe
informan
stres
berat
tersebut lebih rentan mengalami
menyatakan bahwa beban mengajar
stres kerja dibandingkan deng tipe
mereka
sebanyak
32
kepribadian “B”. Dari 7 informan, 6
tersebut
sudah
sesuai
diantaranya,
tipe
peraturan, akan tetapi guru yang
kepribadian “A” dan 1 informan
mengajar selama 32 jam per minggu
memiliki tipe kepribadian “B”. Hal ini
adalah
sejalan
dapat
dengan
dilakukan bahwa
oleh
terdapat
memiliki
penelitian Abbas
yang
kontrak.
meningkatkan
Hal
dengan
Sehingga
stres
kerja
pada GTT. Hasil wawancara dengan
diketahui
hubungan
GTT
jam.
Kepala
yang 336
Sekolah
menyatakan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
memang benar GTT ada yang diberi
karena sering terjadi suasana kelas
tanggung jawab untuk mengajar
yang ramai. 3. Peran Individu dalam Organisasi
kelas besar, tetapi hal tersebut tidak dikarenakan untuk memenuhi jam
Menurut Cooper & Davidson
kerja GTT. Beban jam kerja untuk
faktor peran dalam organisasi pada
GTT tidak dilaporkan kepada dinas,
suatu pekerjaan merupakan sumber
beban jam kerja yang dilaporkan
utama stres kerja. Stres dapat terjadi
kepada dinas hanya untuk guru
karena adanya ambiguitas peran,
PNS.
dan konflik peran.12
Dalam penelitian Suryaningrum yang
berjudul
Kerja
dan
Pengaruh Dukungan
Dari hasil wawancara mendalam
Beban
diketahui
Sosial
dalam
bahwa
organisasi
peran
individu
tidak
menjadi
Terhadap Stres Kerja pada Perawat
sumber stres bagi informan stres
RS
ringan
PKU
Muhammadiyah
maupun
berat.
Hal
ini
Yogyakarta diketahui bahwa beban
didukung dengan pemaparan oleh
kerja
informan
triangulasi
bahwa
organisasi
disekolah
berjalan
berpengaruh
terhadap
terjadinya stres kerja.11 Berdasarkan
hasil
dengan
penelitian
baik
ada
informan stres ringan dan berat
beberapa
mengatakan bahwa keadaan ruang
menjadi
kelas yang digunakan tidak sesuai
kesiswaan, dan ada yang membantu
dengan standar untuk SLB, karena
bagian administrasi sekolah. Guru-
ruang
dipisahkan
guru yang berperan ganda mengaku
kayu,
masih dapat menjalankan tugasnya
kelas
menggunakan
papan
guru
walaupun yang
menjabat
bendahara,
bagian
sehingga jika kelas sebelah ramai,
walaupun
satu ruangan ikut ramai. Keadaan
jawab yang lebih.
ruang kelas yang demikian dapat
mengatakan
membuat
organisasi baik-baik saja.
menurun,
tingkat akan
menganggap
hal
konsentrasi
tetapi
informan
tersebut
mempunyai
tanggung
Mereka juga
bahwa
keadaan
Hal ini sejalan dengan penelitian
biasa
yang dilakukan oleh Rena bahwa bahwa peran yang diterima guru 337
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
sudah sesuai dengan tugasnya yaitu
tidak
mengajar. Mereka tidak memiliki
persyaratan yang harus dipenuhi.
peran
ganda
yang
mudah,
Ayupp
tidak
ada
(e-Journal) 2356-3346)
dan
beberapa
Nguok
dalam
berhubungan dengan tugas mereka
penelitianya mengemukakan adanya
yaitu mengajar. Peran yang mereka
hubungan
jalani selain sebagai guru mengajar
pengembangan karier dengan stres
di kelas juga sebagai pembina dan
kerja, hal ini menunjukkan bahwa
guru
ekstrakulikuler.
semakin
peran, mereka
perusahaan
pendamping
Mengenai konflik
yang
moderat
antara
karyawan tidak
merasa memiliki
cenderung tidak mengalaminya. Hal
perencanaan karier yang sistematis
ini dikarenakan apa yang dikerjakan
untuk karyawannya dan promosi
sudah sesuai dengan kemampuan
serta sistem.14 5. Hubungan dalam Struktur dan
dan nilai-nilai diri mereka sebagai guru.
13
Iklim Organisasi
4. Pengembangan Karier Pengembangan
Dari hasil wawancara mendalam disini
pada informan stres ringan dan stres
berpotensi menyebabkan stres kerja,
berat, hubungan dalam organisasi
diketahui kedua informan stres berat
tidak berpengaruh terhadap stres
berstatus sebagai GTT kontrak dan
kerja.
salah
sarjana
hubungan dalam organisasi berjalan
mempunyai
dengan baik dan tidak ada masalah.
satunya
psikologi
yang
pengalaman
karier
adalah tidak
mengajar
anak
Mereka
mengaku
bahwa
Dalam melakukan tukar pendapat
berkebutuhan khusus. Hal ini juga
dengan
dikuatkan dengan pernyataan dari
dilakukan setiap waktu dan sekolah
informan triangulasi bahwa untuk
juga
menjadi guru di SLB setidaknya
bulanan
berasal dari jurusan PLB atau BK.
tersebut para guru mempunyai hak
Hasil
wawancara
dengan
pimpinan
rutin
juga
mengadakan
sehingga
dalam
dapat
rapat forum
untuk menyalurkan pendapatnya.
Kepala Sekolah diketahui bahwa
Hal ini bertentangan dengan
memang untuk menaikan golongan
338
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Penelitian
Tedy
Yulianto
yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
berjudul
Faktor
guru tersebut. Dengan latar pendidikan
Penyebab Stres Kerja pada Tenaga
PLB atau BK mengartikan bahwa guru
Pengajar di SMA Theresiana 1
tersebut memang siap menjadi guru
Semarang, diketahui bahwa faktor
sekolah luar biasa. Informan stres
yang paling tinggi menjadi penyebab
ringan maupun berat rata-rata memiliki
stres
kepribadian tipe “A” yang dapat menjadi
bagi
Identifikasi
(e-Journal) 2356-3346)
guru
adalah
faktor
organisasi.15
faktor stres kerja.
6. Tuntutan dari Luar Pekerjaan
3. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Dari hasil wawancara mendalam
Menurut informan stres ringan dan
diketahui bahwa tuntutan dari luar
berat, beban kerja yang diberikan
pekerjaan
berpengaruh
sesuai dengan peraturan pemerintah,
terhadap stres kerja karena informan
akan tetapi ada ketimpangan dimana
stres ringan maupun berat mengaku
informan stres berat yang berstatus
mendapatkan dukungan penuh dari
GTT
keluarga.
selama 32 jam perminggu, sedangkan
tidak
KESIMPULAN
pada
1. Gambaran tingkat stres
mempunyai
guru
PNS
beban
mengajar
mengaku
beban
mengajarnya selama >32 jam.
Empat informan mengalami stres
Suasana
ruang
kelas
kurang
ringan dan tiga informan mengalami
kondusif
jika
stres berat. Gejala yang dirasakan oleh
kegiatan
belajar
informan stres ringan adalah gejala
kelas.Rasio jumlah siswa dengan luas
perilaku
ruang kelas tidak sesuai. Seharusnya
dan
fisiologis,
sedangkan
informan stres berat mengalami gejala
sedang
berlangsung
mengajar
didalam
ruang kelas diisi oleh 5 siswa.
psikologis dan perilaku.
4. Peran Individu dalam Organisasi
2. Karakteristik Individu
Organisasi
Faktor usia yang lebih tua memiliki
yang
ada
sekolah
guru,
seperti
dipegang
oleh
pengalaman dan pemahaman bekerja
jabatan
sebagai
yang lebih banyak, sehingga dapat
kesiswaan, maupun bagian administrasi.
menurunkan
Walaupun
tingkat
stresMotivasi
bendahara,
guru-guru
menjadi guru pendidikan khusus dapat
ganda,
dilihat dari latar belakang pendidikan
menjalankan 339
beberapa
di
mereka
tersebut
masih tanggung
bagian
berperan
tetap
bisa
jawabnya.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Pengembangan Karier. Pendidikan yang
4. Cherniss, C. Staff Burnout: Job Stress in Human Services. London: Sage Publications, 1980
tidak sesuai juga menjadi faktor penyebab stres kerja. 4. Hubungan
dalam
Struktur
dan
Iklim
organisasi
tidak
5. Kreitner and Kinicki. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa : Erly Suandy. Jakarta :Salemba Empat, 2003
Organisasi Hubungan
dalam
6. Macslah C, and S. Jackson. “Burnout in Organizational Settings”. Applied Social Psychology Annual. Vol. 5. pp. 133153, 1997
menjadi faktor stres karena dari wawancara diketahui bahwa keadaan organisasi baikbaik saja, hubungan dengan pimpinan dan
7. Petunjuk Teknis SKB 5 Mentri. Penataan dan Pemerataan Guru. Dalam http://www.slideshare.net/guruonline/juk nis-skb-5-mentri. Diakses tanggal 1 April 2016
rekan kerja juga tidak ada masalah. 5. Tuntutan dari Luar Pekerjaan Informan
stres
ringan
dan
berat
menyatakan bahwa keluarga mendukung dengan
pekerjaannya
menjadi
8. Latifah, Ariyanti. Analisis Tenaga Pendidik di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Skripsi, 2015.
guru.
Permasalahan dalam keluarga juga tidak mempengaruhi kinerjanya, karena mereka
9. Abbas, A. S. Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Tingkat Stress Mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Thesis, 2008
tidak suka membawa masalah keluarga ke tempat kerja. DAFTAR PUSTAKA 1. Idris, Fahmi, dkk. Penanganan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Jakarta: Penerbit Yayasan Pembangunan Indonesia Sehat, 2002. 2. Gibson, Ivancevich and Organisasi dan Manajemen, Struktur. Proses. Alih Djoerban, Wahid. Jakarta: Erlangga, 1997.
(e-Journal) 2356-3346)
10. Munandar, A.S. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia, 2006.
Donnely. Perilaku, Bahasa: Penerbit
11. Puspita, Putri. Wawancara dengan Forum Komunikasi Guru. 26 Oktober 2010. Bandung: SD Kemah Indonesia, 2010 12. El-Batawi, Mostafa., & Cooper, C.L. Psychosocial Factors at Work And Their Relation to Health England. World Health Organization, 1987
3. Idris, Fahmi, dkk. Penanganan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja. Jakarta: Penerbit Yayasan Pembangunan Indonesia Sehat, 2002.
13. Rena, Dadan. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Guru Honorer SMA di Jakarta 340
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Tirmur tahun 2012. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia, 2013 14. Ayupp, Kartika, Nguok, T.M. A Study Of Workplace Stress And Its Relationship With Job Satisfaction Among Officers In The Malaysian Banking Sector. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Vol 2, No 11, 2011 15. Tedy, Yulianto. Identifikasi Faktor Penyebab Stres Kerja pada Tenaga Pengajar di SMA Theresiana 1 Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Katolik Soegijapranata, 2013
341
(e-Journal) 2356-3346)