ANALISIS TINGKAT KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL SANDAL DI DESA SIRNAGALIH, KECAMATAN TAMANSARI, KAB. BOGOR
OLEH LASWATI H14104114
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
LASWATI. Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kab. Bogor. Dibimbing oleh MANUNTUN PARULIAN HUTAGAOL Industri kecil mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia, oleh karena perannya dalam pertumbuhan eknomi dan penyerapan tenaga kerja. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 terdapat banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, namun industri kecil mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Mengingat hal tersebut, perhatian untuk menumbuh kembangkan kinerja ekonomi industri kecil perlu untuk ditingkatkan, terutama di wilayah pedesaan mengingat daerah pedesaan sebagai basis industri kecil. Fenomena di Desa Sirnagalih, tumbuhnya industri kecil sandal mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Desa Sirnagalih merupakan salah satu sentra pengrajin sandal di Kecamatan Tamansari. Perkembangan industri kecil sandal ini sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Mei 2008 lalu diduga mengalami penurunan keuntungan. Hal tersebut terkait dengan peningkatan harga bahan baku, peningkatan biaya transportasi dan penurunan daya beli konsumen sandal industri kecil yang berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah. Penurunan keuntungan industri kecil sandal bila sampai pada kondisi tidak menguntungkan akan berimplikasi terhadap daya serap tenaga kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat keuntungan industri kecil sandal di Desa Sirna setelah kenaikan harga BBM dan faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan. Tujuan kedua penelitian adalah melihat besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil sandal dan merumuskan strategi sederhana dalam pengembangan industri kecil sebagai bahan pertimbangan pemerintah. Pada penelitian ini, untuk melihat tingkat keuntungan pada industri kecil sandal menggunakan analisis rasio R/C. Rasio R/C pada industri kecil sandal di Desa Sirnagalih rata-ratanya sebesar 1,053 yang berarti industri kecil ini masih menguntungkan untuk diusahakan karena rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan industri kecil sandal Desa Sirnagalih sebesar 1,053 rupiah. Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha secara nyata pada taraf uji 5% adalah volume penjualan dengan koefisien 0,062, upah pekerja per kodi dengan koefisien -9,687 dan pengeluaran bahan baku dengan koefisien -3,153. Pendidikan pengusaha dalam tahun berpengaruh nyata pada taraf uji 10% dengan koefisien 31461,379. Besar penyerapan tenaga kerja pada Industri kecil sandal di desa Sirnagalih Sebesar 10,13 % dari seluruh jumlah penduduk produktif di desa tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara nyata adalah pesanan dengan koefisien sebesar masing-masing 0,209 pada taraf uji 5%. Strategi sederhana yang dapat menjadi pertimbangan pemerintah atau aparat desa dalam mengembangkan industri kecil terkait sandal di Desa Sirnagalih
dengan melihat hasil dari regresi keuntungan dan analisis SWOT adalah strategi pengembangan sumber daya manusia yang lebih mengarah pada peningkatan wawasan usaha para pengusaha kecil; mengadakan promosi dagang bagi industri kecil sandal; memberikan kebijakan harga minyak tanah murah terhadap industri kecil sandal atau dengan memberikan pelatihan kepada pekerja dalam penggunaan kompor gas dalam pemanasan sandal; dan memberikan konsultasi perbankan.
ANALISIS TINGKAT KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI KECIL SANDAL DI DESA SIRNAGALIH, KECAMATAN TAMANSARI, KAB. BOGOR
Oleh LASWATI H14104114
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DAPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Laswati
Nomor Registrasi Pokok : H14104114 Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kab. Bogor.
Dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan manajemen, Institut Pertanian Bogor
Menyetujui
Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D NIP. 131 284 623
Mengetahui Ketua Departemen Ilmu ekonomi
Rina Oktaviani, Ph.D NIP 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR–BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Februari 2009
Laswati H1410114
PADA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Laswati lahir pada tanggal 24 januari 1985 di Padang, Sumatera Barat. Penulis anak ke-empat dari lima bersaudara, dari pasangan Faber Siahaan dan Sondang Pasaribu. Jenjang pendidikan yang dilalui penulis dimulai dengan menamatkan sekolah dasar pada SD Cikampek Selatan V, Kabupaten Karawang, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Cikampek dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMU Negeri 1 Cikampek dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola pikir. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi panitia di beberapa kepanitian baik di kampus maupun di luar kampus, penulis juga aktif di organisasi KPA (Komisi Pelayanan Anak) UKM PMK, dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Bogor dan sempat menjadi guru privat untuk beberapa bulan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas segala berkat dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sandal Di Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kab Bogor. Industri kecil merupakan topik yang sangat menarik karena daya tahannya manghadapi krisis 1998 lalu selain karena keunggulannya dalam penyerapan tenaga kerja. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Desa Sirnagalih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Manuntun Parulian Hutagaol, Ph.D yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. Penulis sadar dan minta maaf atas segala kekurangan penulis dalam bimbingan beliau. 2. Alla Asmara, M.Si, yang telah menguji hasil karya ini. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Jaenal Effendi, MA, terutama atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. 4. Widyastutik, M.Si yang telah menjadi pembimbing akademik penulis dan memberi semangat kepada penulis selama berkuliah. 5. Keluarga besar F. siahaan, yaitu Bapa, Mama, Bang Albert, Bang Doni, Kak Nora, Dek Arnot untuk kesempatan penulis berkuliah juga kesabaran dan dorongan semangat yang berarti dalam mennyelelesaikan kuliah dengan segala kekurangan penulis.
6. Sahabat-sahabat penulis yaitu Asi, Primdut, Terong, Dwince, Nina, Sun, Riris, Nova, Itut, hurum, Esi, Ayu, Nita, Tata, Iren, Lauce, Yanti dan Reta yang telah memberi warna dalam proses kedewasaan. 7. Kepada semua pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Penulis sadar bahwa skripsi ini belum sempurna dan segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini, sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2009
Laswati H14104114
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii I.
PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Balakang .................................................................................. 2 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9 1.5. Ruang Lingkup Penelitian dan Keterbatasan Penelitian .................. 9
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................... 10 2.1. Pengertian dan Penggolongan Industri kecil .................................... 10 2.2. Peranan Industri Kecil untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesempatan Kerja ............................................................................. 11 2.3. Permasalahan Industri Kecil ............................................................ 12 2.4. Konsep Keuntungan dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya ... 13 2.5. Konsep Penyerapan Tenaga Kerja dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapannya ........................................................ 17 2.6. Analisis SWOT ................................................................................ 20 2.6.1. Analisis Peluang dan Ancaman ............................................ 20 2.6.2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan ...................................... 20 2.7. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 22 2.7.1. Keuntungan Usaha ................................................................ 22 2.7.2. Penyerapan Tenaga Kerja ..................................................... 23 2.7.3. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Dengan Penelitian Sebelumnya ........................................................................... 24
2.8. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 24 III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 27 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 25 3.2. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 25 3.3. Metode Pengambilan Sampel ........................................................... 25 3.4. Metode Analisis ................................................................................ 26 3.4.1. Analisis Tingkat Keuntungan R/C ........................................ 26 3.4.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja .................................................... 27 3.4.2.1. Koefisien Determinasi (R2) .................................... 30 3.4.2.2. Parameter
untuk
Masing–Masing
Parameter
Regresi .................................................................... 31 3.4.2.3. Heteroskedastisitas ................................................. 32 3.4.2.4. Multikolinearitas .................................................... 33
IV.
3.4.3.
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja .................................... 33
3.4.4.
Analisis SWOT .................................................................. 34
3.4.5.
Definisi operasional ........................................................... 36
GAMBARAN UMUM ............................................................................ 42 4.1. Gambaran Umum Lokasi .................................................................. 42 4.1.1. Letak dan Geografis .............................................................. 42 4.1.2. Keadaan Penduduk................................................................ 43 4.1.3. Sarana dan Prasarana ............................................................ 44 4.2. Gambaran Umum Industri Kecil Sandal di Desa Sirna Galih .......... 46 4.2.1. Sejarah Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih ................ 46 4.2.2. Tahapan Produksi dan Organisasi Kerja .............................. 48 4.2.3. Pemasaran Produk ................................................................ 53 4.3. Karakteristik Responden Pengrajin .................................................. 54
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 60 5.1. Analisis Keuntungan ........................................................................ 61 5.1.1. Rasio R/C ............................................................................. 63
5.1.2. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan ................ 66 5.2. ..................................................................................................An alisis Penyerapan Tenaga Kerja .......................................................... 67 5.2.1. Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja .................................. 67 5.2.2. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ......................................................................... 68 5.3. ..................................................................................................An alisis Pendapatan Pekerja ................................................................. 60 5.4. ..................................................................................................An alisis SWOT ..................................................................................... 72 5.4.1. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ......................... 72 5.4.2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman .............................................................................. 77 5.4.3. Alternatif Pengembangan Usaha Industri Kecil Sandal Berdasarkan Analisis SWOT ............................................... 80 5.5. .................................................................................................Str ategi Pengembangan Industri Kecil yang Disarankan ...................... 83 VI.
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 88 6.1. .................................................................................................Kes impulan ............................................................................................... 88 6.2. .................................................................................................Sar an ........................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91 LAMPIRAN ....................................................................................................... 95
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1.
Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2006 di Indonesia (Orang) ................................................... 2
1.2.
Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005-2006 di Indonesia ............................................ 2
1.3.
Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia (Unit) ........................................................................................ 3
2.1.
Srategi Alternatif berdasarkan Analisis SWOT ........................................ 22
4.1.
Data Penggunaan Lahan 2007................................................................... 42
4.2. Penduduk Desa Sirnagalih Menurut Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2007 ............................................................................................... 43 4.3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sirnagalih, Tahun 2007 ............................................................................. 44
4.4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Desa Sirnagalih, Tahun 2007 ............................................................................. 45
4.5.
Karakteristik Umum Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 .................................................... 56
4.6. Kelompok Umur Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 .................................................................... 56 4.7.
Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 ................................................................ 57
4.8.
Jumlah Tanggungan keluarga Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 .......................................... 57
4.9.
Jumlah Karyawan pada Bengkel Sandal Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 ............................. 58
4.10. Pengalaman usaha Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 ................................................................ 58
5.1. Rata-rata B/C Industri Kecil Sandal Desa Sirnagalih Selama Seminggu .................................................................................................. 61 5.2. Deskripsi Statistik Variabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Industri Kecil Sandal. .................... 62 5.3.
Nilai Koefisien dari Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Kecil ........................................................................ 63
5.4.
Hubungan Antara Hipotesis Awal dan Hasil Penelitian FaktorFaktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pangrajin Sandal ..................... 67
5.5.
Deskripsi Statistik Variabel Faktor-Faktor Yang Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sandal.............................. 72
5.6.
Nilai Koefisien dari Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi penyerapan tenaga kerja............................................................................ 72
5.7.
Hubungan Antara Hipotesis Awal dan Hasil Penelitian FaktorFaktor yang Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Sandal .................. 82
5.8.
Kekuatan dan Kelemahan Industri Kecil Sandal ..................................... 85
5.9.
Peluang dan Ancaman Industri Kecil Sandal............................................ 86
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Fungsi permintaan tenaga kerja .................................................................... 19 2.2. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 26 3.1. Matriks SWOT (Wheelen dan Hunger, 1992) ............................................... 38 3.2. Matriks Strategi Pengembangan SWOT (Wheelen dan Hunger, 1992) ........ 39 4.1. Struktur Produksi I ......................................................................................... 52 4.2. Struktur Produksi II........................................................................................ 52 5.1. Matrik Strategi Pengembangan Industri Kecil Sandal Berdasarkan SWOT.. 80
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1.
Halaman Prosedur Pengujian Hipotesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Kecil Sandal ......................................................... 95
2.
Prosedur Pengujian Hipotesis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sandal ........................... 97
3.
Laporan Keuangan Pengusaha Sampel ................................................... 98
4.
Daftar Harga Input Sandal Pengusaha Sampel ....................................... 100
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan
pada
dasarnya
adalah
usaha
untuk
menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kulitas hidup masyarakat secara merata. Perkembangan industri kecil mempunyai peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional Indonesia karena berperan dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja juga pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Ciri perekonomian negara berkembang adalah adanya pergeseran struktur dari sektor pertanian ke sektor industri. Industri kecil menempati posisi strategis dalam kebijaksanaan pembangunan nasional karena industri kecil mempunyai karakteristik yang lebih banyak menggunakan tenaga kerja dibandingkan modal. Hal ini menempatkan industri kecil sebagai salah satu strategi perluasan kesempatan kerja. Ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap kelebihan tenaga kerja menyebabkan banyak tenaga kerja mencari alternatif lain, yaitu bekerja di sektor informal salah satunya adalah sektor industri kecil. Sektor informal menjadi salah satu alternatif lapangan kerja karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu aktivitas yang tidak hanya didasarkan pada kesempatan berinvestasi tetapi lebih didasarkan pada dorongan untuk menciptakan kesempatan bagi diri sendiri. Kehadiran industri kecil dalam jumlah besar yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja menjadi faktor yang menyebabkan aktivitas perekonomian tinggi. Meskipun secara langsung belum memberikan nilai berarti dalam perkembangan daerah,
Namun dengan tenaga kerja yang diserap telah memberikan andil dalam kemajuan ekonomi. Penyerapan tenaga kerja industri kecil dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 terus mengalami peningkatan (Tabel 1.1). Penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Indonesia pada tahun 2005 mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 83,2 juta jiwa dengan unit usaha sebanyak 47,1 juta unit (Tabel 1.2.) Tabel 1.1. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, 2001-2006 di Indonesia (Orang) Tahun Kecil Menengah 2001 70.884.594 3.802.834 2002 73.905.002 3.902.895 2003 77.947.490 3.994.863 2004 76.415.980 4.030.620 2005 78.994.872 4.238.921 2006 80.933.384 4.438.109
Menengah dan Besar Tahun Besar 2.962.943 3.017.995 3.145.736 3.154.771 3.212.033 3.388.462
Jumlah 77.650.371 80.825.892 85.088.089 83.601.371 86.445.826 88.804.955
Sumber : Departemen Koperasi, 2008
Tabel 1.2. Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005-2006 di Indonesia Tahun 2005 Uraian
Jumlah Unit Usaha Unit
1.UKM 2.Usaha Besar Jumlah Sumber
47.102.744 6.811
Tahun 2006
Tenaga Kerja
Persen
Orang
99,9 0,1
83.233.793 3.212.033
Persen
Jumlah Unit Usaha Unit
96,28 48.929.636 3,72 7.204
47.109.555 100 86.445.826 100 : Badan Pusat Statistik, Jakarta , 2007
48.936.840
Persen 99,9 0,1 100
Tenaga kerja Orang
Persen
85.416.493 3.388.462
96,18 3,82
88.804.955
100
Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%)
Perkembangan industri kecil selalu menunjukan peningkatan dalam perekonomian indonesia, bahkan pada saat krisis ekonomi tahun 1998 dimana terdapat banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktivitasnya. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah unit usaha industri kecil setiap tahunnya.
Tabel 1.3 Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia (Unit) Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah 1999 37.859.509 52.214 2000 39.705.204 78.832 2001 39.883.111 80.969 2002 41.859.444 85.050 2003 43.372.885 87.357 2004 44.684.351 93.036 2005 47.006.889 95.855 2006 48.822.925 106.711 Sumber : Departemen Koperasi,Jakarta 2008
Usaha Skala besar 1.885 5.675 5.915 6.132 6.514 6.686 6.811 7.204
Perkembangan industri kecil dalam jumlah, disebabkan oleh : (1) sebagian populasi industri kecil berlokasi di pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan yang semakin berkurang maka industri kecil merupakan solusi, (2) beberapa jenis kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber lingkungan terdekat, tingkat upah yang rendah serta tingkat pendapatan yang rendah telah menyebabkan biaya produksi dapat ditekan, (3) harga jual yang relatif rendah serta tingkat pendapatan yang rendah sesungguhnya merupakan kondisi tersendiri yang memberi peluang bagi industri kecil untuk tetap bertahan (4) tetap adanya permintaan terhadap beberapa komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal merupakan salah satu pendukung yang sangat kuat (Tambunan, 2001). Perkembangan industri kecil yang mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi merupakan satu tujuan yang harus dicapai oleh kinerja suatu industri kecil. Mengingat hal tersebut, maka perhatian untuk menumbuhkembangkan kinerja ekonomi industri kecil perlu ditingkatkan, terutama di wilayah pedesaan karena daerah pedesaan
adalah basis industri kecil. Salah satu jenis industri kecil yang dapat dikembangkan adalah industri kecil sandal atau alas kaki. Industri kecil sandal di Desa Sirnagalih merupakan salah satu fenomena yang memperlihatkan kemajuan industri kecil di daerah pedesaan. Desa Sirnagalih yang merupakan salah satu sentra pengrajin sandal di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor mampu memberikan peluang usaha bagi masyarakat desa dalam membuka usaha sehingga mampu memberikan peningkatan kesempatan kerja yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam mendorong ekonomi lokal. Secara umum aktivitas pengrajin sandal dilaksanakan pada skala kecil dan merupakan wadah kegiatan ekonomi yang digeluti banyak orang sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Jumlah pengrajin di industri kecil sandal Desa Sirnagalih pada kondisi normal (bukan saat ramai pesanan) sebanyak 105 pengrajin dengan daya serap pekerja berkisar antara 7 sampai dengan 19 orang. Menurut buku profil Desa Sirnagalih tahun 2007 sekitar 2.752 jiwa masyarakat di desa ini bermata pencarian sebagai pemilik dan pekerja bengkel alas kaki. Jumlah orang yang bekerja sebanyak 2.752 jiwa merupakan jumlah penduduk yang mampu diserap industri kecil dikala musim ramai pesanan (survei yang dilakukan aparat desa pada saat ramai pesanan). Namun pada saat sepi pesanan, menurut data di Kecamatan Tamansari tercatat yang bekerja sebagai pemilik dan pekerja di industri kecil sandal hanya sebesar 832 jiwa yang bekerja sebagai pemilik maupun pekerja, atau kurang dari 10% dari seluruh penduduk di Desa Sirnagalih. Uraian di atas memperlihatkan bahwa industri kecil sandal mampu menjadi tumpuan ekonomi
lokal masyarakat desa Sirnagalih pada saat ramai pesanan karena mampu meyerap tenaga kerja sebesar 48% masyarakat desa. Namun bila sedang sepi pesanan posisi industri kecil kurang mendukung ekonomi masyarakat desa karena banyak masyarakat Desa Sirnagalih yang mencari pekerjaan di luar daerah Desa Sirnagalih. Kemampuan industri kecil sandal dalam menyerap tenaga kerja sebesar 2.752 jiwa merupakan potensi dari industri kecil sandal di Desa Sirnagalih, yang mengindikasikan industri kecil sandal dapat lebih dioptimalkan lagi dalam produksi dan pemasaran.
1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan
perkembangan suatu industri kecil dapat memajukan perekonomian suatu daerah melalui penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Perkembangan industri kecil sandal di Desa Sirnagalih ditunjang melalui kinerja usahanya. Kinerja usaha memperhitungkan aspek pengeluaran dan penerimaan dalam rangka menciptakan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh akan menjadi imbalan bagi setiap faktor produksi yang digunakan dalam industri kecil sandal tersebut. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh ditentukan oleh nilai jual hasil produksi dan biaya yang dikeluarkan. Artinya, keuntungan optimal hanya bisa dicapai apabila pengusaha mampu meningkatkan produktivitas produksinya atau menekan biaya produksi seminimal mungkin.
Bila melihat daya tahan industri kecil di Indonesia pada umumnya seperti dalam menghadapi krisis ekonomi pada tahun 1998, kita dapat berasumsi bahwa industri kecil merupakan suatu usaha yang memiliki daya juang yang tinggi. Namun sebenarnya industri kecil semakin terdesak dalam kinerja dengan semua perubahan-perubahan yang terjadi. Hal tersebut diduga menurunkan keuntungan dari industri kecil. Sebagai contoh perubahan dalam bentuk kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Mei 2008, kenaikkan harga BBM diduga berpengaruh terhadap kinerja industri kecil. Kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu mengakibatkan peningkatan harga bahan baku indutri kecil sandal. Peningkatan harga bahan baku industri kecil sandal di toko-toko bahan baku sandal sekitar kecamatan Tamansari atau kawasan Bogor, untuk bahan baku utama seperti kulit imitasi maupun sol menurut para pengrajin meningkat sekitar 30%-50%. Peningkatan harga lem menurut para pelaku industi kecil sandal justru meningkat sekitar 50%-100%. Peningkatan harga bahan baku pada akhirnya dapat berimplikasi terhadap peningkatan biaya produksi. Peningkatan biaya produksi tersebut diduga menurunkan tingkat keuntungan industri kecil sandal karena peningkatan biaya produksi tidak seimbang dengan peningkatan harga produk sandal. Hal ini diduga karena konsumen dari industri kecil sandal berasal dari kelompok ekonomi menengah ke bawah yang mendapat dampak yang lebih besar karena peningkatan harga-harga umum/inflasi. Kenaikan harga BBM yang menyebabkan inflasi secara langsung menurunkan daya beli dari masyarakat konsumen sandal, karena sandal bukan merupakan kebutuhan primer sehingga pemenuhan kebutuhannya
tidaklah mendesak. Selain hal tersebut, pelaku industri kecil sandal mayoritas merupakan pengrajin yang menerima pesanan dari para grosir/ agen sehingga pengrajin tidak memiliki daya tawar untuk menaikkan harga sandal lebih tinggi dari permintaan agen/grosir. Hal tersebut diduga menjadi alasan pelaku industri kecil sandal sulit menaikkan harga produknya. Kenaikan harga BBM yang bersamaan dengan kebijakan pemerintah dalam mengkonversi minyak tanah juga menjadi kendala pelaku industri kecil sandal dalam pencapaian kerja yang maksimal. Kesulitan mendapatkan BBM jenis minyak tanah akibat kebijakan konversi minyak tanah tesebut menjadi masalah bagi pelaku industri sandal dalam berproduksi. Minyak tanah yang merupakan komponen penting pembuatan sandal dalam proses pemanasan lem agar lebih mudah kering manjadi langka dan sangat mahal. Harga mintak tanah sebelum kebijakan konversi minyak tanah berkisar antara Rp. 2.500 sampai Rp.3.500. Namun setelah kebijakan berlaku dan penarikan minyak tanah dari pasaran harga minyak tanah berkisar antara Rp.7000 bahkan mencapai harga Rp. 10.000. Berbagai alasan di atas diduga berdampak pada penurunan tingkat keuntungan dari para pelaku industri kecil sandal. Ironisnya industri kecil sandal atau alas kaki merupakan industri padat karya. Dampak penurunan keuntungan industri kecil secara tidak langsung berakibat terhadap penurunan tenaga kerja jika perusahaan (pengrajin) tidak mampu bertahan atau sudah tidak menguntungkan. Melihat kondisi tersebut dirasa perlu diketahui tingkat keuntungan dari industri kecil sandal, apakah masih menguntungkan, dan faktor–faktor apa yang mempengaruhinya. sehingga dapat
terlihat apakah industri kecil sandal layak untuk dikembangkan sebagai alternatif sektor usaha di pedesaan khususnya Desa Sirnagalih dan faktor apa yang perlu dikembangkan terkait dengan keuntungan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka beberapa permasalahan yang menjadi perhatian pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tingkat keuntungan industri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor? 2. Faktor–faktor apakah yang mempengaruhi keuntungan usaha industri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor? 3. Berapa besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor? 4. Kebijakan apakah yang dapat disarankan dalam mengembangkan industri kecil sandal?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis tingkat keuntungan industri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor 2. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha indutri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Bogor 3. Menganalisis besar penyerapan tenaga kerja pada industri kecil sandal di Desa Sirnagalih kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor
4. Menganalisis
kebijakan
apakah
yang
dapat
disarankan
dalam
mengembangkan industri kecil sandal.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
tingkat keuntungan dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri kecil khususnya industri kecil sandal. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang ekonomi industri kecil sandal. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang akan melakukan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan tingkat keuntungan dan penyerapan tenaga kerja industri kecil.
1.5.
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis tingkat keuntungan dan
penyerapan tenaga kerja industri kecil alas kaki jenis sandal di Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Keterbatasan penelitian ini adalah penulis belum melakukan pembahasan efisiensi produksi dan data yang dianalisis dalam rentang waktu produksi yang singkat yaitu hanya satu minggu dan tidak membandingkan antara musim ramai dan sepi.
II.
2.1.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Penggolongan Industri Kecil Tiga subsektor dalam struktur perindustrian adalah industri kecil, industri
sedang dan industri besar. Perbedaan antara ketiga subsektor tersebut didasarkan atas besar kecilnya modal yang digunakan, jumlah tenaga kerja yang dipakai, pengelolaan
perusahaan,
teknologi
dan
jenis
produk
yang
dihasilkan.
Penggolongan industri kecil tidak hanya dilihat dari faktor–faktor di atas tetapi juga dapat dilihat dari faktor lainnya. Pengertian industri kecil menurut Badan Pusat Statistik (2005) adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengelola barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi, setengah jadi menjadi barang jadi atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit lima orang dan paling banyak sembilan belas orang termasuk pengusaha. Penggolongan industri kecil menurut departemen perindustrian dan perdagangan (1999) adalah sebagai berikut: 1. Industri kecil pangan, yang meliputi makanan ringan. 2. Indutri kecil kimia, agro non-pangan dan hasil hutan, yang meliputi industri minyak atsiri, industri vulkanisir ban, industri kayu, industri komponen karet dan lain-lain. 3. Industri kecil logam, mesin dan elektronik, meliputi industri pengolahan logam, industri komponen dan suku cadang.
4. Industri kecil sandang, kulit dan aneka, meliputi konveksi/pakaian jadi, tenun adat, tenun ikat, border, industri alas kaki serta industri barang dan kulit. 5. Industri kerajinan dan umum, meliputi anyaman, industri kerajinan ukiran dan lain–lain.
2.2.
Peranan Industri Kecil untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesempatan Kerja Munculnya dilema ekonomi informal di Indonesia adalah sebagai dampak
dari semakin kuatnya proses modernisasi yang bergerak bias menuju sifat-sifat dualistik. Bias pembangunan secara makro akan menghasilkan sistem ekonomi lain, yaitu sistem ekonomi informal khususnya sektor industri kecil yang sebagian besar terjadi di negara-negara berkembang. Fenomena dualisme ekonomi yang melahirkan sektor informal khususnya sektor industri kecil menunjukan bukti adanya keterpisahan secara sistematis-empiris antara sektor formal dan sektor informal pada sistem ekonomi nasional. Perekonomian pada sektor industri kecil relatif dapat lebih mandiri. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan pada sektor industri kecil secara langsung yang dapat memperbaiki kesejahteraan golongan ekonomi lemah. Sehingga kemajuan dalam sektor industri kecil diharapkan mampu meningkatkan pendapatan nasional (meskipun tidak besar) dan memperbaiki distribusi pendapatan. Umumnya industri kecil termasuk dalam kategori sektor informal kerena memenuhi ciri-ciri dari sektor informal, yaitu : (1) pola kegiatan yang tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan, dan penerimaan, (2) kurang tersentuh peraturan pemerintah, (3) modal, peralatan, dan perlengkapan maupun pendapatan
umumnya kecil dan dihitung per hari, (4) umumnya dilakukan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, (5) tidak membutuhkan keahlian atau keterampilan khusus, (6) jumlah tenaga kerja sedikit dan umumnya berasal dari keluarga, dan (7) tidak mengenal sistem perbankan (Yurfelly, 1997 dalam Siahaan,2008) Posisi industri kecil dalam perekonomian nasional yang sedemikian penting dan memiliki posisi yang strategis harus diupayakan agar semakin efisien, efektif serta memiliki daya saing yang tinggi. Hal ini dilakukan agar mampu menembus era pasar global dan semakin berperan untuk mencapai kemakmuran masyarakat
Indonesia,
dalam
rangka
mengentaskan
kemiskinan
serta
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
2.3.
Permasalahan Industri Kecil Industri kecil telah menunjukkan hasil–hasil yang sangat mengembirakan
namun masih banyak masalah yang dihadapi para pengusaha. Sulaeman, Y.T (1996), mengemukakan bahwa permasalahan yang dihadapi sebagian besar industri kecil tersebut meliputi masalah permodalan, bahan baku, pemasaran dan persaingan. Modal merupakan penghalang utama industri kecil untuk mengembangkan usahanya. Kesulitan lain adalah mahalnya harga bahan baku, bahan baku yang sulit terjangkau dan ketidakpastian ketersediaan bahan baku secara terus menerus. Perkembangan usaha golongan ekonomi lemah sering menghadapi keterbatasan dalam memasarkan produk industri apalagi jika ingin mengembangkan untuk pasar internasional. Pengusaha industri kecil cenderung sangat pasif karena
kecilnya skala produksi dan keterbatasan dalam memperoleh informasi pasar. Keterbatasan ini pada akhirnya membuat keuntungan pengusaha industri kecil sangat kecil. Hal ini terjadi karena banyak yang tersedot oleh mata rantai distribusi yang panjang. Industri kecil sebagian besar berada di daerah pedesaan, sehingga sulit untuk memasarkan produknya keluar karena keterbatasan sarana transportasi. Untuk dipasarkan sekitar desa juga sulit karena rendahnya pendapatan rata–rata penduduk. Industri kecil yang mengekspor produknya sedikit sekali sekitar 1,70 persen dari semua industri kecil yang ada (Kompas, 2007). Ekspor produk industri kecil didominasi oleh barang tekstil, pakaian jadi dan kulit, barang–barang dari kayu termasuk alat-alat rumah tangga dari kayu.
2.4.
Konsep Keuntungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Keberhasilan dari suatu usaha dapat diukur dari analisis efisiensinya. Salah
satu ukuran efisiensinya adalah keuntungan. Nicholson (2002) mengemukakan keuntungan ekonomis ialah perbedaan antara penerimaan total dengan biaya total. Total penerimaan didapat dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga output. Sedangkan biaya merupakan penjumlahan dari seluruh hasil kali input dengan jumlah input. Jika total penerimaan dinotasikan dengan TR ( Total Revenue) dan total biaya dinotasikan sebagai TC ( Total Cost), maka keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR- TC,
Kriteria : Jika Total penerimaan > total biaya, maka usaha untung Jika Total penerimaan = total biaya, maka usaha berada di titik impas Jika Total penerimaan < total biaya, maka usaha rugi Manfaat dari analisis keuntungan menurut Lipsey et al. (1995), ialah keuntungan dari perusahaan merupakan dasar yang dibutuhkan untuk menilai sejauh mana perusahaan menggunakan sumber dayanya secara optimal. Tingginya tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan merupakan parameter tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan sumber daya yang dimiliki. Mulyadi (2001), menyatakan laba atau keuntungan yang diperoleh perusahaan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk, dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai keuntungan tertentu. Harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya, jadi ketiga faktor terkait satu sama lainnya. Menurut Anggrayni (2006), faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang tanaman hias adalah harga beli dan harga jual tanaman hias. Sementara faktor–faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang ajungan di Kabupaten Badung Propinsi Bali yaitu jumlah penjualan, musim wisatawan, pinjaman dan modal kerja, (Kiskinda, 1989). Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan menurut penelitianpenelitian terdahulu menunjukan bahwa keuntungan dipengaruhi beberapa faktor tergantung pada jenis usaha. Menurut Filaily (2004), faktor–faktor yang
berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan pedagang bunga potong adalah modal rata–rata perhari, pendidikan, pengalaman, serta status pedagang, sedangkan variabel jenis kelamin dan pemasok tidak berpengaruh. Sehingga untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan perlu memperhatikan jenis usaha. Bila melihat industri kecil sandal di Desa Sirnagalih dan memperhatikan dari variabel yang berhubungan dengan kenaikan harga BBM dapat diduga yang berpengaruh terhadap keuntungan adalah : 1. Nilai Penjualan Nilai penjualan adalah banyaknya produk yang dijual dikali dengan harga jual dari produk yang dijual. nilai penjualan diduga memiliki pengaruh positif terhadap keuntungan karena semakin tinggi nilai produksi yang dihasilkan dan dijual maka keuntungan diduga akan semakin besar. 2. Upah Tenaga Kerja Upah tenaga kerja adalah biaya imbalan terhadap tenaga yang dikeluarkan tenaga kerja untuk menghasilkan produk tertentu sehingga upah tenaga kerja dapat dikatakan sebagai biaya input, biaya input ini diduga memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan. Semakin besar upah tenaga kerja maka keuntungan yang didapat semakin kecil 3. Pengeluaran Bahan Baku Bahan baku adalah segala jenis barang yang digunakan untuk penggunaan pembuatan produk akhir. Sebagai contoh, untuk industri kecil sandal bahan baku yang dimaksud disini adalah sol, ac dan lem, sehingga sama
dengan upah tenaga kerja, pengeluaran bahan baku diduga memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan. 4. Pendidikan Pengusaha Pendidikan pengusaha adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh pengusaha sandal. Pendidikan dianggap mempengaruhi keuntungan dari pengusaha sandal karena pendidikan diduga mampu menjadikan seseorang semakin mampu mengatur sebuah usaha sehingga diduga pendidikan pengusaha berpengaruh positif terhadap keuntungan. Bila seorang pengusaha mampu mengatur sebuah usaha menjadi efisien dan efektif maka pencapaian keuntungan pun akan optimal. 5. Lama Usaha Lama usaha merupakan jangka waktu pengusaha dalam berusaha. Lama usaha dianggap sebagai pengalaman pengusaha dalam berusaha dibidang pembuatan sandal, sehingga lama usaha diduga memiliki pengaruh positif dalam keuntungan. Bila pengusaha kecil memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam usaha ini maka pengusaha tersebut dapat dikatakan sudah terbiasa mengatasi permasalahan umum yang ada dalam industri kecil sandal dibanding pengusaha yang memiliki pengalaman usaha yang pendek. Hal tersebut menjadikan pengusaha kecil dengan lama usaha yang tinggi memiliki solusi lebih baik karena sudah terbiasa.
2.5.
Konsep Penyerapan Mempengaruhinya
Tenaga
Kerja
dan
Faktor-Faktor
yang
Dasar pemikiran kesempatan kerja adalah investasi dan atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum rencana pembangunan (Sulaeman,1996). Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga kerja, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Daya serap tersebut berbeda secara struktural dan menurut penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan padat karya pada dasarnya dapat menciptakan penyerapan tenaga kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi, sebaliknya sektor yang padat modal memerlukan tenaga dengan keterampilan yang cukup tinggi. Penyerapan tenaga kerja dipengaruhi oleh permintaan pengusaha atau pengrajin atas tenaga. Permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha atau pengrajin, berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Seseorang membeli barang karena barang tersebut memberikan kepuasan (utility), akan tetapi pengusaha atau pengrajin mempekerjakan seseorang untuk membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat konsumen, dengan kata lain penambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derive demand. Meningkatnya permintaan terhadap sandal misalnya, akan menimbulkan tambahan permintaan terhadap karyawan industri tersebut, seperti tukang lem,
tukang potong, tukang pola, tukang gunting, tukang sambung, tukang jahit dan lain–lain. Jika suatu pengusaha atau pengrajin berniat menambah jumlah tenaga kerja, maka pengusaha tersebut perlu memperkirakan tambahan hasil atau output yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang karyawan. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau marginal physical product dari karyawan (MPPL), lalu pengusaha perlu menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut, dengan kata lain disebut penerimaan marjinal atau marginal revenue (MR) . MR = V MPPL = MPPL x P Keterangan: MR
= Marginal Revenue (penerimaan marjinal)
V MPPL
= Value Marginal Physical Product of Labor (nilai pertambahan hasil marjinal dari karyawan)
MPPL
= Marginal Physical Product of Labor
P
= Harga jual barang yang diproduksikan per unit
Akhirnya pengusaha tersebut membandingkan MR tersebut dengan biaya mempekerjakan tambahan karyawan tadi. Tambahan biaya yang dikeluarkan pengusaha terhadap karyawan dinamakan biaya marjinal (MC) dan upahnya sendiri (W). Selama MR lebih besar dari W, maka pengusaha tersebut manambah jumlah karyawannya, karena keuntungan yang diperoleh pengusaha masih mengutungkan, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Upah V MPPL W1
D
W
D = MPPL x P
W2 Penempatan 0
A
N
B
Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Tenaga Kerja.
Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga yang digunakan secara produktif dalam satu bulan, diukur dari jumlah jam kerja satu bulan. Dalam model ini penyerapan tenaga kerja hanya dicari untuk penyerapan tenaga kerja untuk satuan waktu seminggu. Adapun jumlah tenaga kerja yang diserap diduga dalam penelitian ini dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor produksi (pesanan) dan faktor upah tenaga kerja. Produksi (pesanan) merupakan hasil akhir dari proses pembuatan sandal sehingga terwujud bentuknya menjadi suatu produk akhir berupa sandal. Semakin meningkat produksi (pesanan) per minggu diharapkan penyerapan tenaga kerja meningkat. Upah pekerja adalah besarnya uang yang dikeluarkan oleh pengusaha sebagai imbalan atas jasa yang dikeluarkan pekerja dalam bekerja di usaha tersebut. Diduga dengan semakin meningkat upah yang dikeluarkan pengusaha, maka kemampuan pengusaha untuk membayar pekerja menurun dan penyerapan tenaga kerja menurun.
2.6.
Analisis SWOT 2.6.1
Analisis Peluang dan Ancaman
Suatu perusahaan dalam menyusun strategi harus mengidentifikasi kesempatan atau peluang dan ancaman yang timbul dalam lingkungan perusahaannya. Profil peluang dan ancaman lingkungan (Enviromment Threat and Oppurtunity) adalah salah satu cara yang sistematis dalam menganalisis sektor lingkungan. Metode analisis dan diagnosa lingkungan tersebut disebut metode ETOP. Glueck dan Jauch (1991) dalam Septiadi (1998), menyatakan analisis dan diagnosis dengan menggunakan ETOP pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (1) pengumpulan informasi lingkungan berupa faktor sosial, ekonomi, teknologi, pemasok, pesaing, pemerintah dan pelanggan. Informasi dapat diperoleh dari sumber lisan, tertulis (dokumentasi), memata-matai, studi peramalan formal dan penggunaan sistem informasi manajemen terhadap setiap faktor lingkungan. Langkah selanjutnya (2) ialah mendiagnosis terhadap informasi yang diperoleh. Diagnosis lingkungan yaitu memutuskan sumber informasi yang penting dan kurang penting. Terakhir (3) pengambilan keputusan mengenai faktor lingkungan yang paling kritis mempengaruhi penyusunan strategi pemasaran perusahaan. 2.6.2
Analisis Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan dan kelemahan perusahaan merupakan faktor intern perusahaan yang menunjukan kemungkinan adanya beberapa startegi tertentu yang akan
berhasil, sedangkan kelemahan perusahaan menunjukan bahwa terdapat hal-hal yang harus diperbaiki. Analisis
yang
digunakan
untuk
mengetahui
keunggulan
strategi
perusahaan adalah metode SAP (Strategic Advantage Profile). Langkah-langkah dalam analisis SAP menurut Glueck dan Jauch (1991) dalam Septiadi (1998), yaitu: (1) pengumpulan data bidang–bidang intern perusahaan yaitu bidang pemasaran, produksi dan operasi, keuangan, karyawan serta bidang penelitian dan pengembangan, (2) diagnosis keunggulan strategis perusahaan. Setiap bidang memiliki penampakan masing–masing yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Bidang intern didiagnosis mana yang merupakan kekuatan yang dapat dijadikan keunggulan bersaing. Bidang yang merupakan kelemahan diusahakan diperbaiki atau ditingkatkan efisisinsi dan efektivitasnya. Perusahaan dapat menentukan suatu strategi pemasaran setelah peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan teridentifikasi. Wheelen dan Hunger (1992), memperkenalkan sebuah matrik yang disebut matrik SWOT. Matrik ini memberikan gambaran bagaimana peluang dan ancaman dari lingkungan eksternal yang dihadapi perusahaan dapat digabungkan dengan kekuatan dan kelemahan di lingkungan perusahaan.
Tabel 2.1 Srategi Alternatif berdasarkan Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang (O) Daftar Peluang dari Faktor Eksternal Ancaman (T) Daftar Ancaman dari Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Daftar Kekuatan Faktor internal
Daftar Kelemahan Faktor internal
STRATEGI S - O Strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada STRATEGI S - T Strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman
STRATEGI W – O Strategi dengan mengambil keuntungan untuk mengatasi kelemahan STRATEGI W – T Strategi dengan meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : wheelen dan Hunger, 1992
2.7.
Penelitian Terdahulu 2.7.1
Keuntungan Usaha
Beberapa penelitian terdahulu mengenai keuntungan dan faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan, menunjukan bahwa keuntungan di pengaruhi oleh beberapa faktor tergantung pada jenis usaha. Filaily (2004) dalam penelitiannya tentang faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan pedagang bunga potong di rawa belong menggunakan metode Ordinary Least Square menyatakan bahwa faktor–faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat keuntungan adalah modal rata–rata per hari, pendidikan, pengalaman, serta status pedagang, sedangkan variabel jenis kelamin dan pemasok tidak berpengaruh nyata terhadap keuntungan dengan R2 sebesar 90,6 %. Casdimin (2004) dalam penelitiannya tentang keterkaitan antara kemandirian pengrajin dengan tingkat pendapatannya menyatakan bahwa kemandirian pengrajin dalam segi modal mempengaruhi pendapatan pengrajin. Pendapatan industri non mandiri rata-rata lebih besar dari industri mandiri. Pendapatan non mandiri atas biaya total sebesar Rp. 887.901, sedangkan mandiri
sebesar Rp. 668.675. Hal tersebut karena penghematan bahan baku yang diberikan Bapak angkat kepada non mandiri. Serta R/C rasio mandiri lebih besar yaitu sebesar 1.236 dibanding yang non sebesar 1.135. Boa (2007) dalam analisis dampak sumber modal terhadap produksi dan keuntungan usaha tambak udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara menduga dengan ordinary Least Square (OLS) menunjukan bahwa modal sendiri, pinjaman dari bank dan modal bergulir pemerintah lebih mampu mengatasi keterbatasan penguasaan input produksi dan lebih menguntungkan dari sisi tingkat keuntungan usaha dibanding modal dari ponggawa/tengkulak, namun melalui importance–performance analisis modal melalui ponggawa/tengkulak lebih baik karena kemudahan prosedur. 2.7.2
Penyerapan Tenaga Kerja
Salah satu tujuan penelitian ini membahas mengenai kesempatan kerja dalam industri kecil khususnya industri kecil sandal. Sebenarnya penelitian mengenai pengembangan industri kecil sebagai salah satu solusi mengatasi kelebihan tenaga kerja sebelumnya sudah pernah dilakukan. Cawley (1979) dalam Evelina (1990) mengenai peranan industri kecil dalam penyerapan tenaga kerja menyatakan bahwa, industri kecil dan kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan industri sedang dan besar. Perbandingan jumlah usaha penduduk adalah 11.429 dan 73.410 unit usaha, berturut-turut untuk industri besar, dan kecil terhadap satu juta penduduk. Miharja (2002) dalam penelitiannya mengenai peranan industri kecil di desa dalam menyediakan lapangan kerja non pertanian menyatakan bahwa sekitar 42 persen dari total
angkatan kerja, atau sekitar 544 orang tenaga kerja dimana sekitar 285 diantaranya adalah pemuda bekerja pada industri kecil di Desa Girimulya. Selain itu banyak penduduk desa yang lebih menyukai bekerja di desa dari pada pergi ke kota bila kebutuhan mereka dapat terpenuhi, sehingga keberadaan industri kecil mampu menyerap pengangguran di desa. Penelitian lain yang sepadan dengan penelitian ini dilakukan oleh Sulaeman
(1996).
Penelitian
Sulaeman
mengenai
faktor–faktor
yang
mempengaruhi kesempatan kerja dan pendapatan pekerja pada industri kecil tas kulit, menyatakan bahwa yang mempengaruhi kesempatan kerja dari sebuah industri kecil adalah pesanan produksi dan upah dari pekerja, sedangkan yang mempengaruhi pendapatan pekerja adalah pengalaman kerja. 2.7.3. Perbedaan
Penelitian
Yang
Dilakukan
Dengan
Penelitian
Sebelumnya Perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah produk yang diteliti serta faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan industri kecil sandal, dan penambahan analisis SWOT untuk perumusan strategi pengembangan industri kecil sandal.
2.8.
Kerangka Pemikiran Kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu diduga mempengaruhi
kinerja industri kecil sandal. Kenaikan harga BBM berdampak terhadap kenaikan harga bahan baku pembuatan sandal. Kenaikan harga bahan baku tentu berpengaruh terhadap peningkatan biaya produksi yang berdampak terhadap penurunan keuntungan industri kecil sandal. Hal ini diduga disebabkan oleh :
1. Dari sisi penawaran; kenaikan harga BBM yang menyebabkan kenaikan harga bahan baku industri kecil sandal. 2. Dari sisi permintaan; kenaikan harga BBM, menyebabkan terjadi inflasi. Industri kecil memiliki pangsa pasar masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah yang mengalami penurunan daya beli sehingga sandal yang bukan merupakan barang primer diduga mengalami penurunan permintaan. Industri kecil sandal merupakan sumber pendapatan dan penyerap tenaga kerja masyarakat desa Sirnagalih. Kenaikan harga BBM diduga menyebabkan keuntungan berkurang yang lebih lanjut berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat. Sehingga perlu melihat bagaimana rasio keuntungan pada industri kecil sandal, serta faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan agar mampu merumuskan strategi pengembangan.
Perekonomian Masyarakat Desa Sirnagalih Potensi industri kecil sandal • Penyerapan tenaga kerja • Sumber pendapatan masyarakat
Inflasi/ harga barang – barang meningkat
Kenaikan harga BBM Paningkatan biaya produksi • Peningkatan harga bahan baku • Peningkatan biaya transportasi • Peningkatan biaya lembur pekerja Penurunan volume produksi
Daya beli masyarakat menurun Permintaan sandal berkurang Penurunan volume penjualan
Mempengaruhi keuntungan
Analisis keuntungan Apakah industri kecil sandal masih menguntungkan
Analisis faktor yang menpengaruhi keuntungan Faktor yang mempengaruhi keuntungan
Bagaimana penyerapan tenaga kerja Faktor menpengaruhi penyerapan tenaga kerja
Strategi sederhana pengembangan Industri Kecil Sandal
Penyerapan TK, Pendapatan Masyarakat meningkat Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Keterangan : = yang dianalisis
III.
3.1.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini bersifat studi kasus dengan daerah penelitian Desa Sirnagalih
Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa Desa Sirnagalih merupakan sentra pengrajin sandal di Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008 yang dimulai dengan persiapan penelitian, pengambilan data dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan penelitian.
3.2.
Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh langsung dari pengusaha industri kecil sandal melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya sebagai panduan dalam menjawab tujuan penelitian. Data primer yang dibutuhkan yaitu karakteristik pengrajin, jumlah pesanan seminggu, jumlah biaya produksi selama seminggu, harga bahan baku dan harga sandal perkodi. Data sekunder sebagai penunjang penelitian ini diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Tamansari, Kantor Desa Sirnagalih, media massa dan media elektronik, serta berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang di butuhkan diataranya adalah penyerapan tenaga kerja usaha kecil, menengah dan besar tahun 2001-2006 di Indonesia ; jumlah dan proporsi unit usaha, tenaga kerja UKM dan usaha besar
tahun 2005-2006 di Indonesia; jumlah usaha kecil, menengah dan besar tahun 1999-2006 di Indonesia; jumlah penduduk desa Sirnagalih; dan monografi desa Sirnagalih lainnya.
3.3.
Metode Pengambilan Sampel Populasi merupakan objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi
syarat–syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik bengkel usaha industri kecil sandal di Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari, Bogor. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau Simple Random Sampling sebanyak 30 responden, yang merupakan pengrajin yang masih aktif dan bersedia untuk diwawancarai dan 20 pekerja di industri kecil sandal.
3.4.
Metode Analisis Tujuan pertama penelitian adalah menganalisis tingkat keuntungan industri
kecil sandal di Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor dianalisis menggunakan analisis Tingkat keuntungan rasio R/C. Tujuan kedua penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan metode ordinary least square serta pengolahan data menggunakan software SPSS versi 15. Tujuan ketiga menganalisis besar penyerapan tenaga kerja menggunakan analisis proporsi penyerapan tenaga kerja yaitu dengan membandingkan jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri kecil sandal dengan jumlah angkatan kerja. Tujuan keempat adalah merumuskan strategi sederhana dalam pengembangan industri kecil sandal
menggunakan output regresi dengan didukung oleh hasil analisis SWOT (strength, Weakness, Oppurtunity, Threat). 3.4.1. Analisis Tingkat Keuntungan R/C Analisis Return Cost Ratio atau R/C adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya. Return Cost Ratio digunakan untuk mengukur efisiensi usaha terhadap setiap penggunaan setiap input. Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui relatif kinerja usaha berdasarkan perhitungan finansial. R/C = TR/TC ........................................................................................ 3.1 Dimana : R/C
= Rasio penerimaan dan biaya
TR
= Total Penerimaan
TC
= Total Pengeluaran
Kriteria : R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi R/C < 1, usaha rugi Apabila R/C bernilai lebih dari satu, berarti penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan tersebut Begitupun sebaliknya bila R/C kurang dari satu maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk menerima penerimaan tersebut.
3.4.2. Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja Metode kuadrat terkecil biasa dikemukan oleh Carl Friedrich Gauss. Dengan asumsi–asumsi tertentu, metode Ordinary Least Square (OLS) mempunyai sifat statistik yang sangat menarik sehingga membuatnya menjadi satu analisis regresi yang paling populer. Analisis yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan dan penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal menggunakan analisis regresi linier. Model regresi linier merupakan model yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Model faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan : Y1 = α + β1V +β2U + β3B + β4L + β5P + ei ......................................... 3.2 Y1
= Keuntungan Usaha (Rp/minggu)
a
= Konstanta
β1 ...βn
= Koefisien Variabel
V
= Nilai Penjualan (Rp/minggu)
U
= Upah Pekerja (Rp/kodi)
B
= Bahan Baku (Rp/kodi)
L
= Lama Usaha (tahun)
P
= Pendidikan (tahun)
ei
= Galat
Hipotesis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan 1. Nilai Penjualan (V) Nilai penjualan diduga memiliki hubungan positif terhadap keuntungan karena semakin tinggi nilai produksi yang dihasilkan dan dijual maka keuntungan diduga akan semakin meningkat. 2. Upah Tenaga Kerja (U) Upah tenaga kerja diduga memiliki hubungan negatif terhadap keuntungan. Semakin besar upah tenaga kerja maka keuntungan yang didapat semakin menurun. 3. Bahan Baku (B) Bahan baku diduga memiliki hubungan negatif terhadap keuntungan. Semakin besar pengeluaran bahan baku maka keuntungan akan menurun 4. Pendidikan Pengusaha (P) Pendidikan pengusaha diduga memiliki hubungan positif terhadap keuntungan. Semakin lama seseorang bersekolah maka keuntungan akan meningkat. 5. Lama Usaha Lama usaha memiliki hubungan positif dengan keuntungan. Semakin meningkat lama usaha dalam tahun maka keuntungan semakin meningkat.
Model faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja : Y2 = a + β1Q + β2U + ei ..................................................... 3.3 Y2
= Penyerapan Tenga Kerja (orang/minggu)
β1 ...βn
= Koefisien Variabel
a
= Konstanta
Q
= Pesanan (Kodi/minggu)
U
= Upah Pekerja (Rp/kodi)
ei
= Galat
Hipotesis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja 1. Pesanan Pesanan selama seminggu dalam kodi diduga memiliki hubungan positif terhadap keuntungan. Semakin banyak pesanan sandal dalam kodi maka penyerapan tenaga kerja pun semakin meningkat. 2. Upah Pekerja Upah pekerja dalam satuan kodi diduga memiliki hubungan negatif terhadap keuntungan. Semakin besar upah tenaga kerja maka penyerapan tenaga kerja semakin menurun.
Model di atas digunakan untuk mengetahui nilai dari masing-masing faktor dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Gauss dalam Gujarati (1995) menyatakan OLS dapat menjadi suatu metode analisis regresi yang kuat dengan menggunakan beberapa asumsi, yaitu : 1. Nilai rata–rata hitung dari bias yang berhubungan dengan setiap variabel independen harus sama dengan nol. 2. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolinearitas) antar setiap variabel dalam model.
3. Tidak ada korelasi antara koefisien error dengan variabel independen. 4. Tidak heteroskedastisitas. Menurut teorema Gauss-Markov, dengan melihat asumsi model regresi linear klasik, penaksir kuadrat terkecil, dalam kelas penaksir linear tidak bias mempunyai varians minimum yaitu, penaksir bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Pengolahan model ini dalam penelitian merupakan salah satu pengolahan data dari ekonometrika, dimana terdapat dua variabel yaitu variabel eksogen atau bebas (V, U, B, L, P, Q, ) dan variabel endogen atau terikat (Y1, Y2). Variabel eksogen akan mempengaruhi variabel endogen. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari wawancara dan pengamatan langsung. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan, meliputi : Indentitas pengusaha, penggunaan faktor produksi, biaya pengadaan produksi, output yang dihasilkan dan lain–lain. 3.4.2.1.Koefisien Determinasi (R2) Besaran ini yang paling lazim digunakan untuk mengukur kebaikan–suai (goodness of fit) garis regresi. Kata lain untuk mengukur proporsi (bagian) atau persentase total varians dalam Y yang dijelaskan oleh model regresi. Meskipun R2 dapat dihitung secara lebih cepat dari rumus berikut : R2 =
Σ( Yj*–Y) = JKR Σ(Yj –Y) JKT
Dimana :
batas 0 < r2 < 1
R2
= Koefisien determinasi
JKT
= Jumlah kuadrat Total
JKR
= Jumlah Kuadrat Regresi
Y
= Y rata – rata
Yj
= Y aktual
Yj*
= Y yang ditaksir dengan menggunakan model regresi
Melihat kesesuaian suatu model digunakan kebaikan suai (goodness of fit = R2) yang menunjukkan persentase variasi total dari peubah terikat yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah penjelas atau peubah bebas. Jika R2 tinggi maka model yang digunakan cukup baik. Namun bila nilai R2 yang kecil bukanlah berarti bahwa suatu persamaan tidak layak. 3.4.2.2.Pengujian terhadap Model Penduga Uji hipotesa bagi koefisien regresi secara serentak dilakukan dalam menghitung apakah peubah bebas yang digunakan pada model berpengaruh terhadap peubah yang dijelaskan. Dalam hal ini unit statistik yang dipakai adalah uji F, yaitu : Fhitung = JKR / (k-1) JKS /(n – k) Dimana : JKR
= Jumlah kuadrat regresi
JKS
= Jumlah kuadrat sisa
n
= jumlah pengamatan
k
= jumlah variabel bebas
Prosedur pengujian kesesuaian model digunakan analisis ragam bagi model regresi dengan hipotesa : H0
= β1 = β2 = ...... = βn = 0
H1
=
minimal ada satu variabel eksogen yang berpengaruh terhadap variabel independennya.
3.4.2.3.Parameter untuk Masing–Masing Parameter Regresi Pengujian koefisien regresi antara individual dilakukan untuk mengetahui apakah peubah–peubah yang digunakan per variabel berpengaruh nyata terhadap besarnya peubah terikat atau tak bebas : Pengujian hipotesa adalah sebagai berikut : H0 : βi = 0
i = 1,2,....,n
H1 : βi = 1
Uji yang digunakan adalah uji t, yaitu : thitung = bi – 0 Sbi Dimana : bi = salah satu variabel bebas Kriteria pengujian adalah : thitung < ttabel (α/2 ; n-k)
H0 diterima
thitung > ttabel (α/2 ; n-k)
H0 ditolak
Dimana : n = Jumlah populasi k = Jumlah variabel Jika H0 ditolak berarti peubah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap peubah bebas dan sebaliknya bila H0 diterima berarti peubah yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Bila βi lebih besar dari nol (bi > 0) maka peningkatan dari peubah i akan mengakibatkan meningkatnya peubah terikat, begitu pun sebaliknya.
3.4.2.4.Heteroskedastisitas Gujarati (1995) menyatakan bahwa suatu model regresi linier harus memiliki varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka akan terdapat masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang minimum (efisien). Konsekuensi bila terjadi heteroskedastisitas: 1. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varians yang minimum atau estimator tidak efisien. 2. Prediksi (nilai Y untuk X) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan mempunyai varians yang tinggi, sehingga prediksi tidak efisien. 3. Tidak dapat diterapkan uji nyata tidaknya koefisien atau selang kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians. Pemeriksaan
keberadaan
heteroskedastisitas
ditunjukan
dengan
menggunakan uji Hal White yang tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Kriteria uji yang digunakan : • Apabila nilai probality obs*R-square > taraf nyata (α) yang digunakan, maka tidak terdapat heteroskedastisitas. • Apabila nilai obs*R-square-nya < taraf nyata (α) yang digunakan, maka terdapat heteroskedastisitas. Solusi dari masalah heteroskedastisitas adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error-term dengan varians yang kostan.
3.4.2.5.Multikolinearitas Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear antara variabel–variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (1995) tanda–tanda penyebabnya adalah : •
Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan.
•
R2-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak yang nyata atau bahkan tidak ada yang nyata.
•
Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (r ij tinggi)
•
R2-nya < rij2 menunjukkan adanya multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dilihat dengan menghitung koefisien parsial.
Disamping itu untuk melihat variabel eksogen mana yang saling berkorelasi dilakukan dengan meregresi tiap variabel eksogen dengan sisa variabel eksogen yang lain dan menghitung nilai yang R2 cocok.
3.4.3. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digerakkan dalam kegiatan produktif meliputi tenaga kerja dari dalam keluarga pemilik industri kecil ditambah tenaga kerja dari luar pemilik industri kecil. Analisis penyerapan tenaga kerja adalah untuk mengetahui kemampuan suatu industri rumah tangga dalam menyerap tenaga kerja dari seluruh angkatan kerja yang ada di desa tersebut. Analisis untuk mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja dari angkatan kerja yang ada digunakan rumus : Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja= Jumlah Tenaga Kerja yang Diserap x100% Jumlah Angkatan Kerja
3.4.4. Analisis SWOT Analisis matriks SWOT (strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat). dilakukan untuk menjawab tujuan dan maksud penelitian tentang strategi yang perlu diterapkan untuk meningkatkan kinerja industri kecil. Matriks SWOT merupakan alat analisis yang dapat digunakan untuk menyusun strategi pengembangan usaha berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh suatu perusahaan (dalam hal ini perusahaan yang dimaksud adalah pengusaha kecil sandal). Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal yakni hal-hal yang berasal dari dalam diri sendiri. Peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal yakni faktor luar yang banyak mempengaruhi kinerja usaha pengusaha sandal. Apabila seluruh faktor tersebut telah teridentifikasi dalam kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka tampak jelas apa yang dimiliki oleh pengusaha kecil sandal sampel dari faktor internal dan faktor eksternal yang diteliti, baik dari segi kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman yang tersusun dalam sebuah matriks SWOT di bawah ini. Faktor Internal
Strength
Weakness
Faktor Eksternal
Oppurtunity
Threat
Gambar 3. Matriks SWOT (Wheelen dan Hunger, 1992)
Tahap selanjutnya merumuskan suatu alternatif strategi yang merupakan kombinasi dari seluruh subfaktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada matriks SWOT. Untuk lebih jelasnya, rumusan strategi pengembangan tersebut disusun dalam bentuk matriks seperti berikut :
Oppurtunity (O)
Threat (T)
Strength (S)
Weakness (W)
S-O
W–O
S-T
W–T
Gambar 4.matriks strategi pengembangan SWOT (wheelen dan Hunger, 1992) Hasil dari matriks tersebut, terdapat empat rumusan berbeda yang merupakan strategi yang dapat dijalankan untuk mengembangkan usaha, yaitu : a) Strategi S – O, artinya strategi dengan menggunakan segala kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan semua peluang yang ada. b) Strategi W – O, artinya strategi untuk mengurangi kelemahan yang ada dengan memanfaatkan seluruh peluang. c) Strategi S – T, artinya strategi dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk menghindari segala kemungkinan ancaman. d) Strategi W – T, artinya strategi yang diterapkan untuk mengurangi kelemahan dan sekaligus menghindari semua ancaman. Faktor kritis menuju sukses (Critical Faktor to Success) dirumuskan setelah penentuan matriks SWOT yang berisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang merupakan inti sari atau implikasi dari seluruh kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki.
3.4.5. Hipotesis Penelitian 3.4.6. Definisi Operasional 1. Industri kecil adalah kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Industri kecil yang dianalisis pada penelitian ini adalah industri kecil sandal yaitu kegiatan ekonomi yang memproduksi sandal. 2. Sandal menurut wikipedia indonesia adalah satu model alas kaki yang terbuka pada bagian jari kaki atau tumit pemakainya. 3. Keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh pengusaha dari usahanya. Definisi keuntungan dalam penelitian ini merupakan hasil pengurangan pendapatan dengan pengeluaran dari unit usaha industri kecil sandal dalam satuan waktu selama satu minggu. 4. Penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini menunjukan jumlah tenaga kerja yang dapat digunakan oleh suatu unit usaha industri kecil sandal per satuan waktu selama satu minggu. 5. Tenaga kerja adalah seseorang yang dimanfaatkan oleh usaha industri kecil sandal dalam memproduksi sandal. 6. Nilai penjualan dalam penelitian ini merupakan penerimaan yang diterima oleh unit usaha industri kecil sandal dari penjualan sandal, yaitu harga sandal per kodi dikalikan dengan jumlah kodi yang dijual selama satu minggu. 7. Biaya bahan baku menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang digunakan untuk usaha, atau barang jadi yang akan dijual
lagi. Bahan baku dalam penelitian ini menggunakan satuan rupiah per kodi. 8. Imbalan kerja merupakan imbalan yang diterima oleh pengusaha (pengrajin) sandal dari grosir pemesan sandal. Imbalan kerja ini mencakup gaji karyawan dan keuntungan usaha dari pemilik bengkel (pengusaha industri kecil sandal 9. Upah pekerja adalah besar imbalan atas produk yang dihasilkan pekerja, di ukur dalam per kodi. 10. Pengalaman usaha menunjukkan waktu yang telah dilalui pengusaha untuk menjalankan usahanya. 11. Tingkat pendidikan merupakan lamanya waktu yang dipakai pengusaha atau pengrajin dalam menempuh pendidikan, dihitung dalam tahun.
IV.
4.1.
GAMBARAN UMUM
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Letak dan Geografis Desa Sirnagalih merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Sirnagalih secara geografis berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan 500 mm/tahun dan suhu maksimum dan minimum adalah 25oC/32oC. Luas wilayah Desa Sirnagalih adalah 177,18 Hektar, dimana sebagian besar tanah yaitu 87,72 hektar digunakan untuk lahan sawah dan 81,5 lahan kering (pemukiman, pekarangan dan kebun). Berikut tabel pemanfaatan luas lahan : Tabel 4.1. Data Penggunaan Lahan 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penggunaan Lahan Perumahan/Pemukiman dan Pekarangan Sawah Ladang Jalan Pemakaman/Kuburan Perkantoran Lapangan Olah Raga Tanah/Bangunan Pendidikan Tanah/Bangunan Peribadatan Kolam/Empang Jumlah Sumber : Monografi Desa Sirnagalih, 2007
Luas Lahan (Ha) 31,60 85,72 49,90 4,54 1,56 0,56 0,26 0,70 0,34 2,00 177.18
Desa Sirnagalih terbagi dalam 6 Dusun, 12 Rukun Warga (RW), dan 50 Rukun Tetangga (RT). Menurut batas wilayahnya, Desa Sirnagalih dibatasi oleh beberapa wilayah yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Desa Kota Batu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tamansari, Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasir Eurih, dan Sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamantri.
Semula Desa Sirnagalih tergabung dalam Kecamatan Ciomas, namun sejak tahun 2000 terjadi pemekaran desa. Kemudian Desa Sirnagalih dibagi menjadi dua wilayah menjadi Desa Sirnagalih dan Desa Sukamantri dalam Kecamatan Tamansari. 4.1.2. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di desa Sirnagalih sampai akhir bulan Desember 2007 tercatat sebanyak 13.104 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 6.828 jiwa (52,1 persen) dan perempuan sebanyak 6.276 jiwa (47,9 persen) dengan jumlah kepala keluarga 3.217. Secara terperinci distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Desa Sirnagalih dapat dilihat dibawah ini Tabel 4.2. Penduduk Desa Sirnagalih Menurut Usia dan Jenis KelaminTahun2007 Kelompok Umur
Jumlah Jiwa Jumlah Laki-laki Perempuan (Orang) (%) (Orang) (%) (Orang) 0-4 667 9,77 579 1.246 9,23 5-9 607 8,89 607 1.214 9,67 10-14 626 9,17 631 1.257 10,1 15-19 644 9,43 610 1.254 9,72 20-24 670 9,81 602 1.272 9,59 25-29 644 9,43 607 1.251 9,67 30-34 589 8,63 455 1.044 7,25 35-39 588 8,61 541 1.129 8,62 40-49 857 12,6 831 1.688 13,2 50-54 286 4,19 290 576 4,62 55-59 265 3,88 233 498 3,71 60-64 188 2,75 100 288 1,59 65-69 98 1,44 95 193 1,51 70 ke atas 99 1,45 95 194 1,51 Jumlah 6.828 100 6.276 100 13.104 Sumber : Monografi Desa Sirnagalih, 2007
(%) 9,51 9,26 9,59 9,57 9,71 9,55 7,97 8,62 12,9 4,4 3,8 2,2 1,47 1,48 100
Tabel 4.2 menunjukkan golongan umur produktif di Desa Sirnagalih terdapat pada kelompok umur 40-49, sehingga lapangan kerja banyak diisi oleh golongan umur produktif. Pada tabel tersebut diketahui bahwa berdasarkan
kelompok umur, jumlah penduduk laki-laki terbanyak terdapat pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 857 orang (12,6 persen) dan jumlah penduduk lakilaki terkecil terdapat pada kelompok umur 65-69 tahun, yaitu 98 orang (1,44 persen). Jumlah penduduk perempuan terbanyak terdapat pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 831 orang (13,2 persen) dan jumlah penduduk perempuan terkecil terdapat pada kelompok umur 70 tahun ke atas, yaitu sebanyak 95 orang (1,51 persen). Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Sirnagalih sebagian besar tamat sekolah dasar. Tingkat pendidikan masyarakat desa dapat dikatakan masih rendah, hal ini terlihat dengan buta aksara yang terdapat di desa yaitu sebanyak 200 orang. Adapun tingkat pendidikan penduduk Desa Sirnagalih disajikan dalam Tabel 4.3 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Sirnagalih, Tahun 2007 No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan
Tidak tamat SD/Sederajat Tamat SD/Sederajat Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi/Sarjana/Sederajat Jumlah Sumber : Monografi Desa Sirnagalih,2007
Jumlah Penduduk (Orang) 3.640 2.698 1.201 1.556 347 291 8257
Persentase (%) 3,12 32,30 22,85 29,60 6,60 5,53 100
Buku profil Desa Sirnagalih tahun 2007 menyatakan sekitar 48% (2.752 jiwa) dari 13.104 penduduk desa sirnagalih bermatapencarian sebagai pemilik dan pekerja bengkel alas kaki (sepatu dan sandal) dan sebesar 21% (1.204 jiwa) diantaranya petani/buruh tani serta sisa nya non pertanian.
Tabel 4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Desa Sirnagalih, Tahun 2007 No Lapangan Pekerjaan
Jumlah Penduduk (Orang) (Persentase %)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1.204 285 297 11 96 341 2.769 267 57 16 13 36 20 22 298 5732
Petani Padagang Pegawai negeri TNI/POLRI Pensiunan/purnawirawan Swasta Buruh Pabrik Pengrajin/Wiraswasta Tukang bangunan Penjahit Tukang Las Tukang Ojek Bangkel Supir angkutan Lain-lain Jumlah Sumber : Monografi Desa Sirnagalih,2007
21 4,97 5,18 0,19 1,68 5,95 48,31 4,66 0,99 0,28 0,23 0,63 0,35 0,38 5,20 100
4.1.3. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana yang terdapat di Desa Sirnagalih secara umum telah dapat mendukung kehidupan masyarakat sehari-hari. Lalu lintas darat di desa ini telah berupa jalan aspal sepanjang dua kilo meter selebihnya jalan kerikil atau berbatu, dan jalan masih tanah. Sarana angkutan umum yang dapat digunakan yaitu angkot dan ojek yang beroperasi selama 24 jam penuh. Sarana pendidikan yang terdapat di desa ini adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sebanyak dua buah, TK Sebanyak satu gedung sekolah, SD sebanyak tiga gedung sekolah dan SLTP sebanyak satu gedung sekolah. Sarana kesehatan yang ada Desa Sirnagalih cukup lengkap karena di desa ini tersedia satu unit puskemas, tiga unit poliklinik, sembilan buah posyandu dan satu unit posyandu lansia. Selain itu terdapat sarana seperti lapangan sepakbola, lapangan
badminton, lapangan voli, dan bendungan irigasi. Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Sirnagalih terdiri dari dua mesjid dan sebelas mushola.
4.2.
Gambaran Umum Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih
4.2.1. Sejarah Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih Industri kecil sandal di Desa Sirnagalih bermula dari perkembangan industri kecil sepatu di Ciomas yang muncul sekitar tahun 1920-an. Semenjak tahun 1920-an sampai tahun 1950-an pembuatan sepatu masih merupakan pekerjaan yang dilakukan individu atau usaha rumah tangga, yang masih berjumlah 20 unit usaha dan memproduksi sepatu kulit dengan kualitas tinggi. Para tukang sepatu Ciomas pertama kali mempelajari keahlian membuat sepatu dengan bekerja sebagai buruh di bengkel–bengkel sepatu di Jakarta. Setelah memiliki keahlian, mereka pulang dan mendirikan bengkel–bengkel sepatu sendiri dan menjual produknya ke berbagai toko di Jakarta atau kota–kota lain di Jawa Barat. Awal tahun 1950-an, industri kecil sepatu berkembang pesat dengan semakin bertambah jumlah usaha rumah tangga. Perkembangan industri ini ditandai berdirinya sebuah bentuk usaha bersama dalam wadah Persebo (perusahaan sepatu bogor). Koperasi ini beranggotakan para pengrajin sepatu melayani pesanan untuk memenuhi keperluan ABRI, dan juga membantu pemasaran produk–produk bengkel disekitarnya. Persebo berperan penting dalam pertumbuhan pengrajin sepatu di desa–desa sekitar Ciomas, sampai ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1960-an, yang akhirnya mengakibatkan perubahan– perubahan penting dalam struktur internal dan eksternal pada industri ini. Setelah akhir tahun 1960-an dilaksanakan program stabilisasi ekonomi, struktur internal
industri ini mengalami proses diferensiasi. Sejumlah pengrajin skala rumah tangga mengembangkan usaha mereka dengan membuka bengkel yang mengunakan buruh upahan (selain tenaga kerja keluarga yang tidak dibayar). Perubahan struktural yang cukup mendasar ini mencakup perubahan dalam hal permodalan seperti perubahan dalam sistem pembayaran. Sebelum tahun 1970-an, sistem pembayaran yang lazim digunakan pengusaha dalam pembelian bahan baku adalah dengan menggunakan cek dan giro dan sebagian masih menggunakan bentuk uang tunai. Setelah tahun 1970an, mulai lazim digunakan “bon putih” yaitu semacam alat tukar yang diberikan pihak pemesan barang dan dapat ditukarkan dengan bahan baku di toko–toko tertentu. Dengan “bon putih”, seorang pengusaha tidak menangung resiko. Sistem “bon putih” ternyata lebih disukai oleh pengusaha sepatu karena faktor resiko lebih kecil dibandingkan cek dan giro. Bila cek yang diberikan pemesan ternyata kosong atau gironya dibatalkan, maka pengusaha ikut bertanggung jawab pada pemilik toko bahan baku. Dengan “bon putih”, hal tersebut tidak terjadi karena antara pemberi “bon putih” dengan pemilik bahan baku umumnya sudah ada hubungan khusus. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sandal adalah kulit imitasi, lem, dan sol. Bahan ini diperoleh dari toko–toko kulit. Para pengusaha yang memiliki cukup modal akan langsung membeli, sedangkan yang tidak mampu akan meminjam dari pihak grosir. Industri kecil yang membeli bahan baku dengan mengunakan giro mundur atau “bon putih” akan dikenakan biaya tambahan sebesar 5–15 persen dari harga bahan yang dibeli. Industri kecil yang membeli bahan dengan tunai tidak dikenakan biaya. Penggunaan “bon putih” atau giro
mundur itu hanya dapat dilakukan pada toko–toko yang telah ditetapkan oleh pihak grosir, sedangkan di tempat lain hal itu tidak akan berlaku. Biasanya antara toko bahan dengan pihak grosir mempunyai hubungan khusus. Jenis produk yang dihasilkan juga mengalami perubahan. Tahun 1930an hampir semua produk yang dihasilkan pengrajin Ciomas terbuat dari kulit dengan mutu yang baik. Pada tahun 1970-an pasaran sepatu kulit mulai mengalami penurunan antara lain karena selera konsumen yang menginginkan produk sepatu dari bahan yang empuk. Oleh karena itu, pengrajin beralih membuat produk sepatu dari bahan imitasi hingga sekarang. Teknik pembuatan produk sepatu di Kecamatan Ciomas sejak semula hingga sekarang juga mengalami perubahan. Sebelum tahun 1960-an, proses penempelan bagian muka sepatu hanya menggunakan paku. Pada masa berikutnya penggunaan paku mulai digantikan lem. Penggunaan lem mulai dilakukan sekitar tahun 1963 yakni setelah lem banyak dipasaran. Kelebihan dari penggunaaan lem adalah bahan baku lebih irit serta proses produksi sepatu menjadi lebih cepat. Sampai sekarang paku hampir tidak pernah digunakan lagi, demikian peralatan, dari mesin–mesin sederhana berkembang menjadi mesin bertenaga listrik seperti mesin jahit, mesin press (gerinda) dan sebagainya. Tiga tahun terakhir ini sandal wanita paling banyak permintaannya dan paling diminati, karena sesuai dengan perkembangan mode dan rata–rata bengkel sepatu memproduksi sandal wanita. Ketika musim ramai yaitu menjelang hari Natal dan Lebaran seluruh bengkel sibuk dan pekerjaan dapat berlangsung dari pagi sampai malam. Bila tidak sedang ramai pekerjaan berlangsung dari pukul
9.00 pagi sampai 17.00 petang. Di musim–musim sepi, industri kecil sepatu mengurangi tenaga kerjanya dan buruh–buruh mencari pekerjaan lain di luar Desa Sirnagalih maupun di luar Kecamatan Tamansari. Sistem upah yang berlaku didasarkan atas sistem borongan, buruh dibayar berdasarkan jumlah sandal yang dihasilkan. Upah buruh bervariasi berdasarkan tingkat kesulitan pembuatan. Para pengusaha industri kecil tidak memiliki pembukuan, sehingga tidak tahu pasti mereka mengalami kerugian atau untung. Saat ini jumlah pengrajin industri kecil sandal di Desa Sirnagalih sebanyak 105 orang. Jumlah ini merupakan jumlah pada saat musim sepi pesanan, dalam artian jumlah ini merupakan jumlah pengrajin yang secara berkelanjutan berproduksi dan bukan merupakan bengkel sandal dadakan. 4.2.2. Tahapan Produksi dan Organisasi Kerja Proses produksi sandal melalui beberapa tahapan, yaitu dimulai dari mempersiapkan alat dan bahan, proses pembuatan pola, dan pengepakan (finishing). Adapun alat-alat yang digunakan adalah kayu cetakan (ukurannya sesuai dengan nomor sepatu yaitu mulai nomor 28-42), kayu oven (kayu berbentuk kaki sesuai ukuran 28-42), palu, gunting, kompor, mesin jahit, dan mesin press (gerinda). Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit imitasi, benang, kertas, lem (lem kuning, lem putih, lem PC), dan lateks. Pembuatan sandal di Desa Sirnagalih menggunakan tenaga tukang dan kenek (buruh). Pekerjaan yang mereka lakukan sesuai dengan keahlian mereka dalam pembuatan sandal. Selain itu, pembagian kerja dibagi dalam berbagai jenis tukang, yaitu : pertama, tukang atas yang mempunyai tugas mengerjakan bagian
atas dari sepatu seperti : menggunting pola, menjahit pola, dan memasang kulit imitasi (memasang bagian luar sandal); kedua, tukang bawah yang mengerjakan tugas seperti : memasang pola pada kayu cetakan sesuai dengan ukuran masingmasing sandal dan memanaskannya di atas kompor, agar bagian-bagian sandal tersebut tidak mudah lepas (merekat dengan kuat antara bagian atas dan bawahnya) Selain kedua pengelompokan di atas, pada bengkel sepatu dikenal pula sebutan kenek. Adapun tugas kenek adalah memberi lem dan lateks pada bagian yang diperlukan, menggunting AC1, dan pekerjaan lain sesuai dengan permintaan atasannya. Kenek terkadang pada beberapa perusahaan industri kecil sandal menjadi tukang dalam. Tugas tukang dalam adalah menggambar pola. menggunting pola, dan menyelesaikan tahap akhir, yaitu pengemasan sepatu. Tahapan pertama dalam produksi sandal, yaitu membuat pola sesuai dengan yang diinginkan, menggunting gambar pola tersebut, menjahit pola, dan diberi lateks. Penyelesaian tahapan ini dilakukan tukang atas, dibantu kenek (bila ada kenek) agar pekerjaan lebih ringan dan cepat terselesaikan. Biasanya kenek diberi tugas untuk menggunting pola dan pemberian lateks. setelah itu bahan AC1 Dicetak ke dalam kayu ukuran yang disesuaikan dengan nomor sandal dan dipanaskan di atas kompor. Pekerjaan ini dilakukan oleh tukang bawah dan kenek (bila ada kenek) yang bertugas memberi lem pada bagian sol sandal. Tahapan akhir dari produksi sepatu adalah tahap pengepakan (Finishing), dimana tahap pengepakan biasa dilakukan tukang dalam. 1
AC Merupakan nama bahan yang digunakan untuk membuat bagain atas sandal (bahan imitasi/bukan kulit yang digunakan untuk permukaan sandal)
Pengerjaan dilakukan sekaligus untuk jumlah banyak dalam setiap tahap agar efisien. Hal ini dapat dilakukan karena setiap pekerja pada waktu mengerjakan hanya mengerjakan satu model dan satu ukuran saja. Dengan menggunakan cara ini diperoleh beberapa keuntungan, diantaranya: (1) untuk menghemat bahan pada tahapan penggambaran. Untuk setiap bahan hanya digambar satu macam pola agar lebih mudah pengaturannya sehingga tidak banyak bagian–bagian yang akan terbuang, (2) untuk menghindari salah pasang pada tahapan penjahitan. Penyelesaian seluruh tahap dilakukan untuk satu bagian yang sama, misalnya menggarap bagian kanan dulu hingga lengkap menjadi muka siap dikerjakan oleh pekerja bawah, (3) untuk memberi selang waktu agar lem cepat mengering. Ini suatu cara untuk mendapatkan hasil rekatan yang baik. Hasil produksi bengkel-bengkel sandal tersebut biasanya diserahkan kepada pemberi pesanan (bos) setiap hari sabtu. Hal tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, sandal yang telah selesai dikirim ke tempat penyimpanan milik pemberi pesanan, atau dijemput oleh pemberi pesanan. Sandal yang sudah distok di tempat pemberi pesanan dipasarkan ke daerah-daerah seperti Jakarta, Purwakarta, pekalongan, Jambi dan pontianak namun terkadang pemberi pesanan memberi pesanan dengan bahan baku dari pemberi pesanan dan hasilnya di ekspor ke negara Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Panama. Keberadaan bengkel sandal sebagai salah satu sektor pencaharian masyarakat Desa Sirnagalih menarik minat masyarakat untuk ikut ambil bagian didalamnya. Sehingga sejak saat itu, masyarakat Desa Sirnagalih menjadi pekerja
di bengkel-bengkel sandal tersebut. Bengkel-bengkel sandal yang ada di Desa Sirgalih memiliki Struktur produksi yang sama.
Bos Pemberi Pesanan
Pemilik Bengkel
Tukang Atas
Kenek
Tukang Bawah
Tukang Dalam
Kenek Gambar 4.1. Struktur Produksi I
Umumnya bengkel sandal di Desa Sirnagalih memiliki Bos Pemberi Pesanan2 (Gambar 4.1.) dan ada juga yang membuka usaha mandiri (Gambar 4.2.). Modal usaha yang digunakan sendiri dan hal penjualan hasil produksinya juga ditangani sendiri (menjual hasil produksinya ke toko-toko beragam).
Pemilik Bengkel
Tukang Atas
Kenek
Tukang Bawah
Tukang Dalam
Kenek Gambar 4.2. Struktur Produksi II
2
Bos Pember Pesanan adalah orang yang memberikan modal dan menentukan model yang diproduksi serta menampung hasil prodyuksi bengkel yang dibawahinya
Bengkel yang memiliki Bos Pemberi Pesanan biasanya memperoleh modal berupa bon belanja bukan berupa sejumlah uang. Bon belanja yang diberikan kepada bengkel-bengkel bawahanya tersebut, biasanya disebut ‘bon Putih’. Sistem pencairan ‘bon putih’ tersebut ditentukan Bos Pemberi Pesanan. Bos Pemberi Pesanan dalam hal ini juga menetukan model sandal yang dibuat dan waktu penyelesaian produksi. Bila barang belum selesai pada waktu yang ditetapkan, maka pihak pengusaha industri kecil sandal menghubungi Bos Pemberi Pesanan untuk memberitahu keterlambatannya. Kenyataannya, menurut informasi dari pengusaha kecil, produk sandal biasanya sudah selesai sebelum waktu yang ditetapkan. Beberapa Bos Pemberi Pesanan mengadakan pengawasan mutu ketika sandal sedang dikerjakan oleh pengusaha kecil. Bos Pemberi Pesanan melalui wakilnya akan datang melihat pekerjaan pengusaha kecil bawahannya sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadi kerusakan atau mutu yang jelek. Pada beberapa industri kecil, pekerjaan dikerjakan di rumah pekerja (sistem maklon). Sejumlah pengusaha bersedia meminjamkan mesin jahit kepada pekerja yang menggarap bagian muka di rumahnya dengan alasan terbatasnya ruang bengkel terutama pada waktu ramai pesanan. Keadaan ini dianggap menguntungkan baik bagi pengusaha maupun pekerja. Bagi pekerja dianggap menguntungkan karena para pekerja dapat bekerja sampai larut malam dan mengerahkan tenaga kerja keluarga agar dapat memperbanyak jumlah produk yang disetorkan. Sedangkan bagi pengusaha sistem ini menguntungkan karena mampu menghimpun pesanan melampaui kepasitas kerja, mesin jahit, selain itu
sistem ini menghemat biaya produksi dari sisi uang makan, rokok, dan kopi, sementara upah keduanya sama. Pengunaan tukang sebagai tenaga kerja di bengkel tidak jauh berbeda dari tiap bengkel. Adapun beberapa jenis tukang yang terdapat dibengkel sebagai berikut : 1. Tukang Atas, tukang ini yang mengerjakan bagian atas sandal, seperti membuat permukaan sandal, menggunting dan menjahit pola. Terkadang jika model sandal memakai motif payet, maka pekerjaan ini juga dilakukan oleh tukang atas. 2. Tukang Bawah, tukang ini melakukan pekerjaan, seperti: pemberian lem pada bagian sol (bawah sandal), memasang pola pada cetakan, mamanaskan sandal di kompor agar lem merekat kuat dan cepat kering. 3. Tukang Dalam, tukang ini menyelesaikan bagian finishing, seperti : menyusun sandal dari ukuran terkecil hingga terbesar. Setelah sandal selesai
disusun,
barulah
dilakukan
pengepakan.
Sandal
tersebut
dimasukkan ke dalam kotak atau dibungkus dengan plastik. 4.2.3. Pemasaran Produk Hampir semua produk sandal di Desa Sirnagalih dipasarkan melalui grosir. Para pengusaha yang terikat (subkontraktor) akan mengikuti harga yang ditetapkan oleh pihak grosir. Sedangkan yang tidak terikat dapat lebih mentukan harga terhadap grosir dan memasarkan sendiri dengan menjualnya ke toko-toko grosir di pasar Anyar atau ke Jakarta.
Pengusaha industri kecil memproduksi sandal dan mengirimkannya ke grosir yang telah mengadakan kerjasama. Sistem pembayaran adalah hanya sebagian yang dibayar tunai yaitu untuk biaya tenaga kerja atau biasa disebut biaya imbalan kerja. Imbalan kerja adalah biaya kerja yang dibayarkan grosir kepada pengusaha kecil, yang nantinya oleh pengusaha kecil dibayarkan kepada tukang sebagai upah bekerja dan sisanya adalah keuntungan usaha pengusaha kecil sandal. Sebagian lagi selain imbalan kerja dibayar dalam bentuk “bon putih” untuk memperoleh bahan baku untuk proses produksi selanjutnya. Ada pengusaha lain yang membayar tunai sebagian dan sisanya dengan giro/cek yang baru dapat dicairkan 1,5 bulan sampai 3 bulan kemudian. Harga pembelian yang dipasang grosir berkisar antara Rp. 150.000 sampai dengan Rp.750.000 per kodi (1kodi = 20 pasang), tergantung kualitas sandal dan modelnya. Dengan perhitungan ini harga perpasang sepatu dapat mencapai RP 7.500 perpasang sandal sampai Rp.37.500. Harga ini akan lebih tinggi lagi bila telah dijual di toko. Selain dipasarkan di dalam negeri, hasil industri kecil ini juga akan di ekspor antara lain ke negara Arab Saudi, Malaysia, Singapura dan Panama. Ekspor ini dilakukan lewat grosir. Para pengusaha yang menerima pesanan dari pihak grosir tidak dapat memasarkan produknya sendiri melainkan harus melalui grosir.
4.3.
Karakteristik Responden Pengrajin Karakteristik responden di Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari
diperoleh berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 30 pengrajin sandal. Karakteristik umum responden ini dinilai dari beberapa variabel meliputi usia
pengrajin, pendidikan formal yang pernah ditempuh pengrajin, jumlah tanggungan keluarga pengrajin, lama usaha dan jumlah pegawai (Tabel 4.5.). Penentuan nilai dalam tabel pada pembahasan bab ini menggunakan nilai rata-rata. Penentuan nilai rata-rata berdasarkan penjumlahan nilai pada baris dalam satu kolom dibagi dengan jumlah data yang ada Tabel 4.5. Karakteristik Umum Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 No Karakteristik Umum Pengrajin Rataan 1 Umur Pengrajin (tahun) 41,9 2 Tingkat Pendidikan Pengrajin (tahun) 7 3 Jumlah Tanggungan Keluarga Pengrajin (orang) 5 4 Lama Usaha (tahun) 9,7 5 Jumlah Pegawai dalam Bengkel Sandal (orang) 10,2 Sumber : Data primer (diolah), 2008
Data di atas memperlihatkan, pengrajin industri kecil rata-rata berumur 41,9 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata selama 7 tahun atau setara dengan tamat tingkat pendidikan sekolah dasar. Lama usaha pengrajin rata-rata 9,7 tahun dengan rata-rata karyawan 10,2 orang. Pengrajin industri kecil rata-rata memiliki tanggungan keluarga sebanyak 5 orang. Hasil wawancara juga menunjukan bahwa pemilik bengkel sandal semua laki–laki dan merupakan kepala keluarga (sudah berkeluarga). Tabel 4.6. Kelompok Umur Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 Kelompok Umur Pengrajin Rataan No (Orang)
1 2 3 4
Kel Umur 26-35 Kel Umur 36-45 Kel Umur 46-55 Kel Umur 55-65 Total Sumber : Data primer (diolah), 2008
(Persen)
9 10 8 3 30
30 33,33 26,67 10 100
Tingkat usia responden bervariasi dari 26 tahun hingga 63 tahun dan terlihat menyebar merata pada setiap kelompok umur dengan jumlah yang tidak jauh berbeda. Jumlah responden terbesar terdapat pada kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 10 orang atau 33 persen. Sementara terkecil kelompok umur 5565 tahun sebanyak 3 orang atau 10 persen. Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Rataan (Orang) (Persen) 1 Tidak Tamat Sekolah Dasar (SD) 8 26,67 2 Tamat Sekolah Dasar (SD) 11 36,67 3 Tamat Sekolah Menegah Pertama (SMP) 7 23,33 4 Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) 4 13,33 Total 30 100 Sumber : Data primer (diolah), 2008
Mayoritas responden hanya mendapatkan pendidikan formal hingga tamat SD dan responden yang menamatkan SMA hanya empat orang dari 30 responden Tabel 4.8 Jumlah Tanggungan keluarga Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 No Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Pengrajin (Orang) (Orang) (Persen) 1 1-3 7 23,33 2 4-6 17 56,67 3 >7 6 20 Total 30 100 Sumber : Data primer (diolah), 2008
Jumlah tanggungan keluarga antara 2-6 orang menempati posisi tertinggi pada responden pengrajin industri kecil sandal, yaitu sebanyak 17 responden.
Tabel 4.9 Jumlah Karyawan pada Bengkel Sandal Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 Jumlah Pengrajin No Jumlah Karyawan (Orang) Orang Persen 1 5-9 18 60 2 10-14 6 20 3 15-19 6 20 Total 30 100 Sumber : Data primer (diolah), 2008
Mayoritas responden atau sebesar 60 persen memiliki karyawan dikisaran lima sampai dengan sembilan karyawan. Rata-rata dari semua responden yang diwawancarai mereka tidak menetapkan jam masuk atau pulang kerja, hal tersebut tergantung pada para pekerja. Namun pada musim sepi biasanya kegiatan mengerjakan sandal dimulai pada pukul 9.00 pagi dan selesai pada pukul 5.00 sore dan bila ramai bisa sampai pukul dua pagi. Tabel 4.10 Pengalaman Usaha Responden Pengrajin Industri Kecil Sandal di Desa Sirnagalih, Tahun 2008 No Pengalaman Usaha Responden Jumlah Pengrajin (Tahun) Orang Persen 1 1-5 8 26,67 2 6-10 9 30 3 11-15 9 30 4 16-20 4 13,33 Total 30 100 Sumber : Data primer (diolah), 2008
Lama usaha responden bervariasi, hasil wawancara menunjukkan responden yang paling lama berusaha yaitu 20 tahun dan responden yang paling baru sudah memulai usahanya tiga tahun lalu. Namun bila dikelompokan ke dalam skala per lima tahun, terlihat bahwa lama usaha responden tersebar secara merata. Mayoritas responden telah menjalankan usahanya selama lebih dari 6 tahun.
Alasan responden memulai usaha bengkel sandal mayoritas karena responden hanya memiliki keahlian membuat sandal, hal ini terlihat melalui jumlah responden sebanyak 26 orang yang memiliki alasan tersebut. Sisanya satu responden memulai usaha dengan alasan mencoba-coba akibat bangkrut dari berjualan di pasar walaupun tanpa keahlian membuat sandal. Dua responden lain merupakan usaha turunan dari orang tuanya. Mayoritas responden mengetahui cara pembuatan sandal dengan terlebih dahulu bekerja sebagai tukang sandal di bengkel orang lain. Modal awal dari pengrajin responden berkisar dari Rp. 500.000-Rp. 5.000.000. Modal awal tergantung dari waktu memulai usaha dan apakah pada saat memulai usaha sudah mendapat pesanan. Produksi rata-rata pada awal memulai usaha dari industri kecil ini berkisar antara delapan sampai 40 kodi. Namun rataan produksi saat ini berkisar antara 20 sampai dengan 150 kodi tergantung pada musim ramai atau sepi. Bangunan bengkel mayoritas responden menyatu dengan rumah responden atau memanfaatkan halaman atau kamar dari responden yang tidak terpakai. Hanya satu dari 30 responden yang diwawancarai yang menyewa bangunan untuk dijadikan bengkel sandal.
V.
5.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Keuntungan
5.1.1 Rasio R/C Analisis penerimaan atas biaya menunjukkan industri kecil sandal yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Usaha yang dikatakan menguntungkan jika nilai R/C yang didapat lebih dari satu dan jika tidak menguntungkan kurang dari satu. Hasil perhitungan dapat diketahui bahwa pengrajin sandal rata-rata biaya total produksi yang harus dikeluarkan sebesar Rp 14.910.816 selama seminggu, dengan pengeluaran biaya total terbesar sebesar Rp. 46.882.700 dan yang terkecil sebesar Rp. 7.104.000. Pengeluaran biaya produksi per kodi pengrajin sandal berkisar antara Rp.172.338 sampai Rp. 669.753 tergantung pada bahan baku pembuatan sandal, dengan rata-rata sebesar Rp. 12.446.967. Sedangkan biaya yang dikeluarkan paling besar adalah biaya bahan baku seperti kulit imitasi, sol, spon, texon dan lainnya yaitu rata-rata sebesar Rp 12.446.967 selama seminggu atau 83,5 %. Pengeluaran bahan baku dari pengrajin sampel penelitian terbesar sebesar Rp. 40.835.700 dan terkecil sebesar Rp. 5.710.000. Pengeluaran untuk upah pekerja rata-rata hanya 13,3% atau Rp. 1.989.500 dengan pengeluaran upah terbesar selama seminggu sebesar Rp. 5.390.000 dan terkecil sebesar Rp.900.000. Penerimaan pengrajin sandal perminggu rata-rata sebesar Rp 15.670.000 dengan keuntungan rata-rata sebesar Rp.756.683. Penerimaan terbesar yang diterima pengrajin sampel adalah Rp. 49.000.000 dan terkecil Rp. 7.500.000.
Sedangkan keuntungan yang diterima pengrajin sampel untuk yang terbesar sebesar Rp. 2.117.300 dan terkecil sebesar Rp. 321.000 . Perhitungan efisiensi industri kecil sandal di Desa Sirnagalih dengan R/C Ratio diperoleh angka sebesar antara 1,026 sampai 1,078 artinya untuk setiap rupiah yang dikeluarkan akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,028 sampai Rp. 1,078. Rata-rata R/C Ratio industri kecil sandal sebesar 1,053 mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan industri kecil sandal Sirnagalih sebesar 1,053 dan keragamannya sebesar 0,015 menunjukan bahwa rata-rata imbangan penerimaan atas biaya cukup. Tabel5.1 Rata-Rata R/C Industri Kecil Sandal Desa Sirnagalih Selama Seminggu Keterangan Nilai Rata–Rata R/C Produksi Seminggu Standard Deviasi Rasio R/C 1,053 0,015 Sumber : Data primer diolah
Melihat
nilai
R/C
Ratio
terlihat
bahwa
industri
kecil
masih
menguntungkan karena nilai R/C Ratio lebih dari satu. Namun tingkat keuntungan yang dicapai hanya lebih besar 0,053 dari titik Break Even Point (BEP). sehingga industri kecil sandal dapat disimpulkan pada posisi bertahan. Jadi usaha industri kecil sandal di Desa Sirnagaliah Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor kurang efisien untuk diusahakan atau dikembangkan. 5.1.2
Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Analisis keuntungan para pemilik industri kecil sandal menggunakan
variabel-variabel eksogen berupa nilai penjualan (V), upah pekerja (U), bahan baku (B), lama Usaha (L) dan pendidikan pengusaha (P). Satuan yang digunakan untuk menghitung keuntungan dalam penelitian ini adalah rupiah per minggu (Rp/Minggu).
Variabel bebas nilai penjualan adalah jumlah uang yang diterima pengrajin untuk output yang terjual selama seminggu. Satuan yang digunakan adalah rupiah per minggu (Rp/minggu). Variabel bebas bahan baku adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan pengrajin untuk menghasilkan suatu produk dimana satuan yang digunakan adalah rupiah per kodi (Rp/kodi). Variabel bebas upah pekerja diperoleh dari pengeluaran pengusaha untuk membayar upah para pekerja untuk menghasilkan satu kodi produknya, satuannya adalah rupiah per kodi (Rp/kodi). Variabel lama usaha diperoleh dari lamanya pengrajin sandal menekuni bidang pekerjaan yang sama dalam hal ini adalah pengrajin atau pengusaha sandal. Satuan yang digunakan dalam perhitungannya adalah tahun. Untuk peubah pendidikan, digunakan satuan berupa tahun. Dalam tabel 5.2 dapat dilihat deskripsi statistik dari masing–masing faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan pengrajin sandal. Tabel 5.2 Deskripsi Statistik Variabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Keuntungan Industri Kecil Sandal. Mean Std. Deviation N Keuntungan 756.683,33 400664,525 30 Nilai penjualan 2E+007 9528908,828 30 Upah/Kodi 38.750,00 12503,620 30 Bahan Baku/Kodi 239.797,85 103818,139 30 Pendidikan 7,00 2,691 30 9,77 5,177 30 Lama Usaha Sumber : diolah
Uji korelasi terhadap variabel-variabel bebas dengan tingkat keuntungan industri kecil sandal dilakukan sebelum pembentukan model regresi tidak terdapat gangguan kolinearitas pada model regresi berganda yang diajukan pada bab metode penelitian sebelumnya.
Setelah uji korelasi dibuat model regresi dengan memasukkan variabelvariabel persamaan regresi. Dalam tabel 5.3 tampak nilai koefisien regresi faktorfaktor yang mempengaruhi keuntungan industri kecil sandal, hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 5.3 Nilai Koefisien dari Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Kecil Coefficients Standard Error t Stat Constant 7109,219 207047,0 0,034 Nilai Penjulan 0,062* 0,011 5,516 Upah/kodi -9,687* 5,736 -1,689 Bahan Baku/kodi -3,153* 1,121 -2,813 Pendidikan 31462,379** 16292,640 1,931 * Nyata pada Taraf uji 5 persen ** Nyata Pada Taraf uji 10 persen Model persamaannya menjadi : Y =7.109,219 + 0,062 V- 9,687U – 3,153B + 31.462,379P Y = Keuntungan (Rp/Minggu) V = Nilai Penjualan (Rp/Minggu) U = Upah Pekerja (Rp/Kodi) B = Bahan Baku (Rp/Kodi) P = Pendidikan Pengrajin (Tahun) Nilai koefisien regresi memperlihatkan bahwa variabel nilai penjualan dan pendidikan memiliki hubungan positif dengan tingkat keuntungan yang berarti setiap
peningkatan
variabel-variabel
tersebut
menyebabkan
peningkatan
keuntungan. Variabel upah pekerja/kodi, bahan baku/kodi, dan lama usaha memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat keuntungan industri kecil sandal yang berarti peningkatan tersebut di atas menyebabkan penurunan keuntungan.
Hasil regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan industri kecil sandal menunjukan koefisien determinasi (R2) adalah sebesar 0,785 Hal ini berarti 78,5 persen keragaman tingkat keuntungan industri kecil sandal perminggu dapat diterangkan oleh Nilai penjulan, upah pekerja, bahan baku, lama usaha dan pendidikan pengusaha. Nilai adjusted R2 adalah 74,0 persen, yang artinya meskipun nilai R2 (Koefisien determinasi) sudah dikoreksi, namun masih dapat menunjukan model persamaan di atas dipengaruhi oleh veriabel nilai penjualan, upah pekerja, bahan baku, lama usaha dan pendidikan pengusaha lebih dari 70 persen. Pengujian kelinearan model dilakukan dengan uji-F tabel pada taraf kepercayaan 95 persen. Penelitian ini menggunakan software SPSS sehingga dengan melihat sig pada tabel ANNOVA (lampiran 4) maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat digunakan untuk menerangkan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas, yaitu tingkat keuntungan. Dapat pula dikatakan bahwa secara statistik variabel-variabel tersebut secara bersama-sama mempengaruhi keuntungan rata-rata perminggu industri kecil sandal pada taraf kepercayaan 95 persen. Selain uji F, dilakukan uji-t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Hasil uji-t diperoleh nilai t-hitung untuk masing-masing koefisien regresi termasuk konstanta. Untuk menilai apakah variabel-variabel dalam model berpangaruh nyata terhadap tingkat keuntungan, maka nilai t-hitung dibandingkan dengan t-tabel pada taraf kepercayaan tertentu. Hasil uji-t menunjukan bahwa seluruh variabel-variabel nilai penjualan, upah
pekerja, bahan baku mempunyai pengaruh nyata terhadap keuntungan industri kecil sandal (nyata pada taraf kepercayaan 95 persen). lama usaha dan pendidikan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji 5 persen Dibawah ini diuraikan peranan dari masing-masing peubah. a. Nilai Penjualan Tanda pada peubah Nilai penjualan adalah positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, dimana nilai penjualan sebagai penerimaan memiliki hubungan positif terhadap keuntungan industri kecil. Nilai penjualan memiliki nilai koefisien 0.062, yang artinya peningkatan nilai penjualan sebesar 1000 rupiah selama seminggu akan meningkatkan keuntungan sebesar 62 rupiah selama seminggu keuntungan. b. Upah Pekerja Tanda pada peubah upah pekerja adalah negatif . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, dimana upah sebagai biaya input memiliki hubungan negatif terhadap keuntungan industri kecil. Peranan peubah ini secara statistik adalah nyata pada taraf uji α = 5 persen. Upah memiliki nilai koefisien 9,687, yang artinya peningkatan upah sebesar Rp. 1000 akan menurunkan keuntungan sebesar Rp. 9.687. c. Bahan Baku Tanda pada peubah bahan baku adalah negatif . Hal ini sesuai dengan hipotesis awal, dimana bahan baku sebagai biaya input memiliki hubungan negatif terhadap keuntungan industri kecil. Peranan peubah ini secara statistik adalah nyata pada taraf uji α = 5 persen. Bahan baku memiliki nilai koefisien 3,153, yang
artinya peningkatan bahan baku sebesar 1000 rupiah akan menurunkan keuntungan sebesar 3.513 rupiah. d. Pendidikan Selanjutnya pendidikan memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat keuntungan. Pendidikan memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tingkat keuntungan tersebut. Ini sesuai dengan hipotessi awal bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan pengusaha industri kecil, maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diperolehnya. Jika dilihat dari tingkat pendidikan pengusaha atau pengrajin industri kecil sandal, rata-rata tingkat pendidikannya relatif rendah yaitu tamat Sekolah Dasar. Penyerapan tenaga kerja pada usaha kecil informal memang tidak didasarkan pada tingkat pendidikan yang dimiliki, namun didasarkan pada kemauan untuk berusaha. Pada dasarnya untuk bekerja pada sektor informal tidak dibutuhkan persyaratan yang ketat, seperti tingkat pendidikan formal, sejumlah modal tertentu, ataupun perizinan formal. Hal ini menunjukan bahwa usaha induatri kecil sandal cukup berperan dalam penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja kurang terdidik. Walaupun demikian halnya, tingkat pendidikan tetaplah penting dalam menjalankan usaha ini karena pendidikan akan mempengaruhi pola pikir seseorang. Pengrajin atau pengusaha industri kecil sandal yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi akan lebih cermat dalam menghitung dan memperkirakan keuntungan yang diperolehnya. Nilai koefisien dari peubah bebas pendidikan adalah sebesar 31.462,379 yang berarti peningkatan pendidikan formal satu tahun akan
meningkatkan keuntungan sebesar 31,462,379 rupiah. Secara singkat hasil diatas dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Hubungan Antara Hipotesis Awal dan Hasil Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pangrajin Sandal Variabel Bebas
Nilai penjualan Bahan Baku Upah Pekerja Lama Usaha Pendidikan Pengrajin
Hipotesis Awal Hubungan Berpengaruh Terhadap Nyata Keuntungan √ + √ √ √ + √ +
Catatan : + berpengaruh posistif - berpengaruh negatif
5.2.
Hasil Penelitian Hubungan Berpengaruh Terhadap Nyata Keuntungan √ + √ √ x √ +
√ berpengaruh nyata x tidak berpnegaruh nyata
Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
5.2.1 Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan industri kecil sandal di desa Sirnagalih kecamatan Tamansari mampu menciptakan lapangan pekerjaan, terutama bagi penduduk sekitar. Kegiatan usaha ini dilakukan oleh para pria maupun wanita. Beberapa pengrajin menjadikan usaha ini sebagai usaha pokok namun ada juga yang menjadikan usaha ini menjadi usaha sampingan. Biasanya pengrajin sampingan ini bermunculan pada saat menjelang hari besar seperti lebaran, natalan dan masuk sekolah. Pengrajin sandal di Desa Sirnagalih yang terdaftar di kantor Kecamatan Tamansari ada 105 pengrajin dan angka ini meningkat pada saat hari besar. Rata– rata pengrajin mempekerjakan pekerjanya antara 5 sampai 19 orang baik wanita maupun pria. Tenaga kerja wanita pada industri kecil sandal ini banyak yang bekerja sebagai penjahit untuk bagian atas sandal. Hal tersebut karena penjahitan
bagian atas sandal membutuhkan ketelitian dan kerapihan, dan pekerja wanita rata–rata rapih dan teliti dalam mengerjakannnya. Pekerja wanita dalam usaha industri kecil sandal ini rata-rata ada satu sampai tiga orang. Dari 30 pengrajin yang diwawancarai dengan total pekerja sebesar 306, pekerja wanitanya hanya 49 orang atau sekitar 16,013 %. Tenaga kerja baik itu wanita maupun pria hanya dilibatkan dalam bidang produksi saja. Sedangkan pemasaran ditangani oleh pengrajin sendiri. Berdasarkan pengamatan dilapangan, tenaga kerja industri sandal mayoritas menyebar dari umur15–63 tahun . Industri kecil sandal dari responden pengrajin tidak ditemukan usia tenaga kerja yang terlalu muda (usia dibawah 10 tahun). Mayoritas pengrajin memiliki pendidikan tamat SD begitu pun dengan pekerjanya, karena bekerja di industri kecil sandal tidak diperlukan persyaratan khusus. Oleh karena itu peluang bekerja dan berusaha masih cukup besar. Tenaga kerja yang terlibat berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga umumnya sebagai pengelola dan tenaga pemasaran. Keterbatasan data jumlah angkatan kerja pada Desa Sirnagalih menyebabkan kesulitan dalam menghitung kontribusi penyerapan tenaga kerja di Desa sirnagalih. Menyiasati keterbatasan data maka, digunakan data berupa jumlah penduduk produktif atau dianggap layak bekerja menurut departemen Tenaga kerja. Menurut departemen Tenaga Kerja usia produktif yaitu antara 15 samapi dengan 60 tahun. Sehingga untuk mendapatkan angka kontribusi penyerapan tenaga kerja yang diserap pada dustri kecil sandal akan dibandingkan dengan jumlah penduduk kelompok usia 15 s.d 60 tahun. Usia produkstif atau dianggap
layak bekerja menurut departemen Tenaga Kerja adalah sampai usia 60 tahun. Jumlah penduduk dengan usia 15 s.d 60 tahun ada 8.214 jiwa. Menurut data di Kantor Desa Sirnagalih penduduk yang bekerja pada industri kecil sebesar 2.752 jiwa dengan jumlah pengrajin sebesar 120 pengrajin. Bila membandingkan masyarakat desa yang bekerja di industri kecil menurut catatan di kantor desa dengan data penduduk usia produktif, maka dapat disimpulkan bahwa daya serap industri kecil sandal sebesar 33,3% dari penduduk usia kerja. Menurut data dari kantor kecamatan Tamansari yang bekerja di industri kecil sandal di Desa Sirnagalih ada 832 jiwa. Sehingga angkatan kerja yang mampu diserap industri kecil sandal di desa Sirnagalih sebesar 10,13 % dari seluruh jumlah penduduk usia kerja. Melihat perbedaan yang terjadi antara data yang tercatat di kantor desa dan kantor kecamatan, diduga disebabkan oleh waktu pengambilan data. Kantor desa diduga mengambil data pada saat musim ramai pesanan sehingga jumlah pengrajin dan pekerja yang terserap lebih banyak dari pada data yang tersedia di kantor kecamatan. Data pada saat ramai pesanan tidak dapat mencerminkan industri kecil sandal di Desa Sirnagalih karena musim ramai hanya terjadi pada bulan-bulan menjelang hari besar. Industri kecil sandal di Desa Sirnagalih hanya mengalami peningkatan pesanan pada saat menjelang Lebaran, Natal dan Masuk sekolah. Peningkatan pesanan rat-rata hanya berkisar tiga bulan sehingga dari 12 bulan hanya 25% setahun. Sehingga data yang dapat mencerminkan kondisi industri kecil sandal di Desa Sirnagalih secara nyata adalah data yng tercatat di
kantor kecamatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyerapan industri kecil sebesar 10,13 % dari seluruh jumlah penduduk usia kerja.
5.2.2. Analisis Tingkat Pendapatan Pekerja Tingkat pendapatan para pekerja dalam seminggu tidaklah sama tergantung pada banyaknya sandal yang dihasilkankan. Namun dari 20 orang pekerja (empat orang pekerja dalam, delapan orang perkerja atas dan delapan orangpekerja bawah) yang saya wawancarai, pekerja dalam rata-rata mendapat upah Rp. 50.000 sampai Rp. 80.000 perkodi, pekerja atas mendapat upah rata-rata sebesar Rp.110.250, dan pekerja bawah rata-rata mendapat upah sebesar Rp.167.575. Namun pendapatn pekerja bisa meningkat bila pesanan pun meningkat. Pada saat saya mewancarai, pekerja tersebut rata-rata pesanan pada unit usaha industri kecil pekerja bekerja sedang menerima pesanan 40 kodi seminggu. Tingkat pendapatan ini sangat minim, dan dimungkinkan tidak cukup memenuhi kebutuhan selama seminggu. Namun upah tersebut nampaknya memang merupakan upah yang berlaku umum du industri kecilsandal di kabupaten Bogor. Siahaan (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis aktivitas ekonomi rumah tangga pekerja industri kecil sepatu di kecamatan ciomas, menyatakan bahwa upah pekerja di industri kecil Tamansari rata-rata sebesar Rp.176.085 untuk pekerja atas maupun bawah. Sedangkan faizal (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pendapatan pekerja finishing atau pekerja dalam hanya sebesar Rp. 50.000. Pekerja upper atau pekerja atas Rp. 27.500 per kodi,
dimana rata-rata produksi setiap perkerja adalah tiga kodi seminggu. Sehingga pendapatan yang di dapat pekerja atas selama seminggu adalah sebesar Rp.137.500 dan untuk pekerja bawah Rp. 82.500 perkodi atau selama seminggu sebesar Rp. 110.250,Melihat fakta di atas dapat disimpulkan bahwa upah pekerja di industri kecil sangat minim sehingga perlu perhatian pemerintah dalam membantu pengembangan industri kecil sandal dalam peningkatan kinerja sehingga mampu memberi keuntungan dan upah yang cukupbagikebutuhan hidup minimum masyarakat di Desa Sirnaglih. 5.2.3. Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Dalam menganalisis penyerapan tenaga kerja digunakan variabel-variabel eksogen berupa Jumlah pesanan produk sandal (Q), Upah pekerja. Satuan yang digunakan untuk penyerapan tenaga kerja per minggu adalah jiwa atau orang. Variabel bebas jumlah pesanan produk sandal (Q) adalah jumlah produk dalam hal ini sandal yang dipesan oleh pihak grosir dan diproduksi oleh suatu usaha industri kecil sandal selama seminggu. Satuan yang digunakan adalah kodi. Variabel bebas upah pekerja (U) diperoleh dari pengeluaran pengusaha untuk membayar upah para pekerja untuk menghasilkan produknya per satu kodi, satuannya adalah rupiah per kodi. Dalam tabel 5.5 dapat dilihat deskripsi statistik dari masing–masing faktor–faktor yang penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal.
Tabel 5.5 Deskripsi Statistik Variabel Faktor-Faktor Yang Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sandal. Mean Std. Deviation N Tenaga Kerja 10,20 3,837 30 Upah/Kodi 38750,00 12503,620 30 Pesanan 50,33 13,515 30 Uji korelasi terhadap variabel-variabel bebas dengan tingkat penyerapan tenaga kerja dilakukan sebelum pembentukan model regresi. Tidak terdapat gangguan kolinearitas pada model regresi berganda yang diajukan pada bab metode penelitian sebelumnya. Dalam tabel 5.6 tampak nilai koefisien regresi faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal. Tabel 5.6 Nilai Koefisien dari Model Faktor-Faktor penyerapan tenaga kerja Coefficients Standard Error Constant -4,590 Q 0,209 U 0.00011 Model persamaannya menjadi : Y
= -4,590 +0,209 Q + 0.00011U
Y
= Penyerapan Tenaga Kerja(Orang)
U
= Upah Pekerja (Rupiah/Kodi)
Q
= Jumlah pesanan produk (Kodi)
yang Mempengaruhi t Stat 1,466 0,000 0,025
-3,131 4,060 8,387
Nilai koefisien regresi diketahui bahwa variabel upah pekerja dan pesanan memiliki hubungan positif dengan tingkat Penyerapan tenaga kerja yang berarti setiap peningkatan variabel-variabel tersebut menyebabkan peningkatan Penyerapan tenaga Kerja. Hasil regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Penyerapan tenaga Kerja industri kecil sandal menunjukan koefisien determinasi (R2) adalah
sebesar 0,802. Hal ini berarti 80,8 persen keragaman tingkat Penyerapan tenaga Kerja industri kecil sandal dapat diterangkan oleh upah pekerja serta kuantity. Nilai adjusted R2 adalah 78,7 persen, yang artinya meskipun nilai R2 (Koefisien determinasi) sudah dikoreksi, namun masih dapat menunjukan model persamaan linear berganda tersebut di atas dipengaruhi oleh veriabel-variabel upah pekerja, dan Kuantitas sebesar lebih dari 75 persen. Uji-F tabel dilakukan untuk menguji kelinearan model yang digunakan, dengan melihat beberapa indikator output software maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat digunakan untuk menerangkan hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Dapat pula dikatakan bahwa secara statistik variabel-variable tersebut secara bersama-sama mempengaruhi Penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal pada taraf kepercayaan 95 persen. Selain uji F, dilakukan uji-t untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Hasil uji-t diperoleh nilai t-hitung untuk masing-masing koefisien regresi termasuk konstanta. Untuk menilai apakah variabel-variabel dalam model berpangaruh nyata terhadap tingkat keuntungan, maka nilai t-hitung dibandingkan dengan t-tabel pada taraf kepercayaan tertentu. Hasil uji-t menunjukan bahwa variabel upah pekerja maupun pesanan mempunyai pengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal (nyata pada taraf kepercayaan 95 persen). Dibawah ini diuraikan peranan dari masing-masing peubah linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri kecil sandal. Tanda pada peubah upah pekerja adalah positif. Peranan variabel bebas
upah secara statistik pada taraf α=5 persen adalah nyata. Upah memiliki nilai koefisien 0.00011, yang artinya peningkatan upah sebesar satu satuan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 0.00011 orang atau peningkatan upah perkodi sebesar seratus ribu akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11 orang. Namun hal tersebut tidak akan terjadi karena upah per kodi di industri kecil sandal terbesar hanya sebesar 52.000 rupiah. Tanda pada peubah bebas Q adalah Positif . hal ini berarti peubah pesanan akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Koefisien peasanan (Q) sebesar 0,209 artinya peningkatan pesanan sebesar 1000 kodi akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak 209 orang. Peranan peubah ini secara statistik berpengaruh nyata terhadap keuntungan pada taraf α=5 persen. Secara singkat hasil diatas dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.7 Hubungan Antara Hipotesis Awal dan Hasil Penelitian FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Sandal Variabel Bebas
Jumlah Sandal terjual(kodi) Upah Pekerja
Hipotesis Awal Hubungan Berpengaruh Terhadap Nyata penyerapan tenaga kerja √ + √
Catatan : + berpengaruh posistif - berpengaruh negatif 5.3.
√ x
Hasil Penelitian Hubungan Berpengaruh Terhadap Nyata Penyerapan Tenaga Kerja + √
+
√
berpengaruh nyata tidak berpnegaruh nyata
Analisis SWOT 5.3.1 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal 5.3.1.1 Faktor Pemasaran Pemasaran yang dilakukan mayoritas pengusaha kecil dilakukan secara
tidak langsung. Sampel pada penelitian ini seluruhnya melakukan pemasaran
secara tidak langsung. Sandal yang dihasilkan disalurkan melalui pedagang perantara yang disebut agen(grosir). Agen ini merupakan perusahaan yang memberikan pesanan kepada pengusaha kecil. Perdagangan melalui agen ini sudah merupakan jalur tetap bagi pengusaha kecil sandal dalam memasarkan sandalnya. Setiap pengusaha kecil hampir seluruhnya memiliki lebih dari satu agen dan setiap agen umumnya memiliki daerah pemasaran yang berbeda. Walaupun ada pengusaha yang memasarkan produknya secara langsung sifatnya hanya sementara dan jumlah produk biasanya relatif kecil.
5.3.1.2
Faktor Produksi dan Operasi
Sebagian besar pengusaha dalam menjalankan proses produksinya menggunakan bahan baku yang tersedia di pertokoan bahan baku disekitar kawasan bogor, sehingga bahan baku bukan permasalahan yang berarti. Namun permasalahan kenaikan harga bahan baku akibat kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu cukup mempengaruhi keuntungan industri kecil sandal dan permantaan sandal pada saat musim ramai pun tidak seramai tahun sebelumnya. Disamping dukungan faktor produksi, para pengusaha seluruhnya telah menerapkan sistem spesialisasi yakni membagi-bagi bermacam-macam pekerjaan pada orang-orang yang berbeda. Sejak proses pembuatan pola, pengguntingan, penjahitan dan lainlain. 5.3.1.3 Faktor Pekerja Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu elemen penting dalam mencapai kesuksesan usaha. Para pengusaha dalam menjalankan usahanya didukung Pekerja yang memiliki keterampilan yang memadai sehingga membantu
kelancaran proses produksi. Pekerja umumnya bersifat lepas, artinya tidak ada keterkaitan antara pekerja dan pengusaha kecil. Pada saat pesanan di tempat ia bekerja tidak ada (sepi), pekerja dapat bekerja pada perusahaan lain yang membutuhkannya. Hal ini menyebabkan frekuensi keluar-masuk pekerja pada perusahaan cukup tinggi. 5.3.1.4
Faktor keuangan
Seratus persen para pengusaha kecil sandal memulai usahanya dengan menggunakan modal sendiri. Modal awal berkisar antara 500,000 rupiah sampai 5juta rupiah. Beragam alasan yang dikemukakan para pengusah kecil mengapa modal yang digunakan bersumber dari dana sendiri. Alasan-alasan tersebut antara lain ; modal sendiri dirasa cukup untuk memulai usaha pada industri kecil sandal, terlalu rumit mengajukan kredit ke bank dan tidak berani ambil resiko. Hal ini menandakan pengusaha kecil belum memiliki aksesbilitas terhadap bank atau masih memiliki keengganan dan belum akrab dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya. Modal yang dipenuhi dengan dana sendiri menunjukan keterbatasan para pengusaha dalam permodalan sehingga bila terjadi peningkatan pesanan pengusaha kecil tidak mampu memenuhinya karena keterbatasan alat-alat. 5.3.1.5
Faktor Sosial ekonomi
Industri sandal merupakan suatu industri yang tidak pernah kehilangan pasar. Artinya selama masih manusia hidup dan terus berkembang, maka selama itu industri kecil sandal hidup dan berkembang. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka permintaan akan produk sandal semakin meningkat.
5.3.1.6
Faktor Pemerintah
Dalam pembangunan nasional, usaha industri kecil sebagai bagian integral dunia usaha yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka industri kecil perlu lebih diberdayakan dalam memanfaatkan peluang usaha dan menjawab tantangan perkembangan ekonomi masa yang akan datang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, untuk memberikan dasar hukum bagi pemberdayaan usaha industri kecil pemerintah membentuk sebuah undang-undang tntang usaha kecil yakni undang-undang no.9 tahun1995. 5.3.1.7
Faktor teknologi
Faktor teknologi yang dimaksuddalam penelitian ini adalah dalam penyerapan informasi penggunaan faktor produksi yang lain pada saat faktor produksi yang satu tidak dapat digunakan. Penggunaan kompor gas dalam pemanasan sandal akibat kelangkaan minyak tanah beberapa waktu lalu tidak dapat dilakukan oleh seluruh industri kecil sandal akibatnya banyak industri kecil sandal yang mengalami keterlambatan produksi. Kengganan perusahaan industri kecil sandal menggunakan kompor gas selain karena kompor gas mudah panas juga karena ketakutan tidak hati-hati nya para pekerja. Sehingga dalam hal ini perlu untuk penyuluhan oleh pengusaha industri kecil sandal yang memiliki tenaga kerja yang sudah ahli menggunakan kompor gas terhadap pekerja dari perusahaan industri kecil yang belum bisa.
5.3.2
Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman 5.3.2.1 Faktor kekuatan Potensi pekerja (SDM) yang dimiliki industri kecil sandal yang cukup baik
dikatakan sebagai faktor kekuatan karena pekerja yang ada pada industri ini memiliki keterampilan yang tinggi karena pengalaman pekerja dalam melakukan produksi. Pekerja-pekerja yang handal dibidangnya membuat proses produksi dapat berjalan lancar sehingga pesanan dapat terselesaikan tepat pada waktunya sesuai perjanjian atau kesepakatan dengan agen(grosir). Faktor ketepatan waktu dalam menyelesaikan pesanan dipandang sebagai sebuah kekuatan karena terpenuhinya perjanjian atau kesepakatan merupakan modal bagi perusahaan untuk memperoleh kredibilitas dari pemesannya, dalam hal ini agen(grosir) yang memberikan pesanan. Bila pengusaha kecil telah mendapatkan kepercayaan dari agen berarti perusahaan telah dapat membangun sebuah hubungan dagang yang baik sehingga dari hubungan ini diharapkan perusahaan dapat terus berproduksi dan memasarkan produk-produknya. Pada akhirnya hubungan baik antara agen dan perusahaan, dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Selain ketepatan waktu dalam menyelesaikan pesanan, hubungan baik antara agen(grosir) dengan perusahaan juga dikarenakan oleh kualitas yang baik pada produk-produk yang dihasilkannya. Dengan memelihara konsistensi mutu produk, perusahaan berhasil mendapat kredibilitas dari agen(grosir) yang berarti secara tidak langsung perusahaan juga telah memperoleh kepercayaan dari para pembeli yang mengkonsumsi produknya. Kualitas produk yang baik pada produk yang dihasilkan oleh para pengusaha kecil dapat dilihat dari terusnya datangnya
pesanan dari beberapa agen yang sebelumnya pernah memberikan pesanan. Hal ini menunjukan adanya hubungan baik yang terjalin antara agen dan perusahaan serta sekaligus menunjukan bahwa kualitas sandal yang dihasilkan oleh para perusahaan sampel telah mendapat kepercayaan dan tempat dihati konsumen. Faktor kualitas ini dipandang sebagai sebuah kekuatan karena dengan kualitas yang terjamin pada produk yang dibuat maka perusahaan akan mampu memperoleh pasar bagi produk sandalnya. Saluran pemasaran merupakan salah satu elemen yang penting dalam suatu usaha. Usaha tidak dapat berjalan bila tidak memiliki sarana atau saluran untuk memasarkan produk yang dibuat. Pengusaha kecil sampel pada industi kecil sandal memasarkan produk sandal telah memiliki saluran yang tetap yaitu melalui agen yang menyalurkan sandal kepada pembeli. Faktor ini dipandang sebagai kekuatan karena dalam sebuah usaha saluran pemasaran atau pasar pelanggan mutlak diperlukan sebagai jaminan dari kelangsungan usaha perusahaan yang bersangkutan. Umumnya para pengusaha kecil tidak memiliki saluran pemasaran yang tetap, sehingga penjualan produk-produknya sangat tergantung pada nasib atau musiman. Penjualan yang tidak pasti akan menyulitkan usaha bahkan kadang menghentikan usaha. Oleh karena itu, dengan dimilikinya saluran pemasaran yang tetap merupakan sebuah keuntungan atau keunggulan sehingga para pengusaha dapat membuat perencanaan produksi sebelumnya. Industri kecil sandal di Desa Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor terdiri dari 105 pengusaha kecil. Umumnya pengusaha kecil merupakan usaha rumah tangga dan dalam memasarkan produknya mencakup wilayah
pemasaran lokal maupun domestik. Masing-masing agen(grosir) memiliki wilayah pemasaran yang berbeda, memang terjadi persaingan namun tidak ketat. Kondisi ini memungkinkan setiap perusahaan untuk menjalin kerjasama. Kerjasama yang dijalin berbentuk saling membantu, artinya apabila sebuah perusahaan menerima pesanan diatas kapasitasnya, perusahaan yang bersangkutan menyerahkan sisa pesanan diluar kapasitasnya kepada perusahaan lain dan dikerjakan berdasarkan kesepakatan bersama. Cara ini dari 30 pengusaha sampel, 8 pengusaha sampel sudah biasa melakukan sistem kerja sama ini. Hal ini menunjukan bahwa hubungan antara pengusaha yang satu dengan pengusaha lainnya cukup baik, walaupun terdapat persaingan didalamnya. Faktor ini dinilai sebagi kekuatan dengan alasan bahwa dengan menyatunya perusahaan-perusahaan tersebut, maka kendala keterbatasan kapasitas produksi sedikit teratasi sehingga adanya tawaran pesanan yang besar tidak perlu ditolak (dapat diterima). Selain itu dengan menyatunya perusahaan-perusahaan tersebut maka para pengusaha kecil mampu memenuhi pesanan dari domestik maupun luar negeri. 5.3.2.2
Faktor Kelemahan
Mayoritas para pengusaha kecil sampel dalam menyelenggarakan usahanya menggunakan bagian dari rumahnya untuk bengkel sandal. Pengunaan bagian dari rumah yang terbatas untuk bengkel secara tidak langsung membatasi kapasitas produksi perusahaan karena dengan tempat yang terbatas jumlah mesin jahit dan tempat pekerja melakukan kerja juga terbatas. Kondsisi inilah maka keterbatasan tempat dipandang sebuah kelemahan karena hal ini menyebabkan perusahaan tidak dapat meningkatkan kapasitas usahanya.
Selain itu seperti dikemukakan dalam analisis lingkungan internal dan eksternal yakni pada faktor pekerja, frekuensi perputaran pekerja pada industri kecil sandal tinggi. Tingkat perputaran yang tinggi dipandang sebagai kelemahan karena kondisi ini maka kondisi sumber daya (tenaga kerja) tidak selalu tersedia secara optimal. Walaupun faktor ini tidak terlalu besar mempangaruhi kelancaran perusahaan, tetapi akan menggangu proses produksi yang berakibat pada terhambatnya proses penyelesaian pesanan (tidak tepat waktu). Bila hal tersebut terjadi maka akan mengurangi kredibilitas perusahaan dengan agennya sehingga menganggu hubungan bisnis yang telah dijalin dengan baik. Sebagaimana diungkapkan dalam analisis internal dan eksternal yakni pada faktor pemasaran, dapat dilihat bahwa seratus persen dari pengusaha kecil sampel memiliki jalur pemasaran melalui agen(grosir). Artinya para pengusaha sampel menggantungkan pemasaran produknya kepada agen(grosir). Hal ini dianggap sebagai kelemahan karena ketergantungan pengusaha kecil kepada agen dalam pemasaran produk akan menyebabkan kurang terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Keadaan ini terlihat pada saat tidak adanya pesanan dari agen. Proses produksi berhenti walaupun dalam waktu yang tidak lama. Namun demikian, seandainya para pengusaha kecil memiliki jalur alternatif selain melalui agen, misalnya sistem pemasaran langsung ke konsumen, pada saat pesanan dari agen tidak ada perusahaan tetap dapat berproduksi untuk memasok pasar yang lain walaupun wilayah pemasaran lokal.
Semua pengusaha kecil sampel dalam memgawali usahanya menggunakan modal sendiri untuk membiayai investasi awal. Tidak digunakannya sumber dana dari luar sebagian besar beralasan bahwa dana yang dimilikinya masih cukup untuk membiayai mulai beroperasinya usaha kecil sandal dan para pengusaha enggan terlibat dalam kerumitan birokrasi bank dalam pengajuan kredit. Untuk alasan kedua inilah maka para pengusaha dinilai belum akrab dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya sehingga daya aksesnya terhadap bank relatif sangat kecil atau bahkan belum memiliki akses. Dengan kelemahan ini maka perusahan akan menemui kesulitan dalam melakukan pengembangan usaha apabila menghadapi keterbatasan modal. Andaikan para pengusaha telah memiliki akses dan dinilai kredibel oleh bank, maka kendala keterbatasan modal dapat diatasi sehingga perusahaan dapat melakukan pengembangan usaha. Tabel 5.8 Kekuatan dan Kelemahan industri Kecil Sandal No Kekuatan (S) No 1 1 Tingginya potensi SDM yang dimiliki 2 waktu dalam 2 Tepat menyelesaikan 3 kualitas produk 3 Pesanan dipercaya konsumen 4 4 Memiliki saluran pemasaran yang tetap 5 Hubungan antara sesama usaha industri kecil sandal cukup baik Sumber : data Primer hasil wawancara (2008) 5.3.2.3
Kelemahan (W) Keterbatasn tempat melakukan usaha Tingkat perputaran pekerja relatif tinggi Sangat bergantung pada agen dalam pemasaran Belum mengenal baik perbankan dan lembaga keuangan lainya
Faktor Peluang
Industri sandal merupakan salah satu industri yang tidak akan pernah kehilangan atau kehabisan pasar karena sandal merupakan kebutuhan bagi manusia. Selama manusia hidup dan terus berkembang, selama itu pula industri
sandal akan terus berlangsung. Keadaan ini dapat dicermati sebagai peluang karena dalam industri sandal pangsa pasar selalu ada dan terbuka. Industri sandal tidak akan mati selama manusia masih membutuhkan sandal dalam hidupnya. Adanya peluang ini merupakan kesempatan bagi para pengusaha kecil sandal untuk dapat mengembangkan usahanya guna memenuhi permintaan yang semakin meningkat seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dunia. Hal lain yang dapat dipandang sebagai peluang adalah lokasi (tempat para pengusaha kecil melakukan usahanya). Bogor sebagai lokasi industri kecil sandal merupakan lokasi yang strategis dan menguntungkan para pengusaha karena didukung oleh prasarana yaitu pasar bogor sebagai pusat grosir sandal/sepatu di jawa barat sekitarnya juga jalur transportasi yang memadai. Kodisi krisis ekonomi tahun 1998 lalu, saat negara dilanda gelombang krisis ekonomi dan moneter, banyak perusahaan besar yang tidak melakukan produksinya. Sehingga selama ini perusahaan-perusahaan besar yang sudah tidak dapat berproduksi lagi hanya mampu menjalankan fungsi administrasinya saja. Artinya, walaupun tidak berproduksi lagi tetapi perusahaan besar itu menerima pesanan dan bagian produksi diserahkan kepada perusahaan–perusahaan kecil yang telah dipercaya untuk meyelesaikan pesanan yang diterima. Kondisi ini dapat dipandang sebagai peluang bagi pengusaha kecil dan peluang ini mampu dimamfaatkan pengusaha kecil bila para pengusaha kecil mampu menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang diinginkan pemesannya Adanya pasar global dan perdagangan bebas yang akan melepaskan sistem kuota untuk setiap negara maka akan hilang hambatan masuk bagi suatu produk
dan pembatasan jumlah ekspor sehingga hilangnya hambatan bagi pengusaha kecil untuk mengeluarkan produknya keluar negeri melalui saluran pemasaran dapat dipandang sebagai peluang. Kesempatan ini hanya mampu dimanfaatkan pengusaha kecil yang mampu berkompetensi dengan pesaing yang ada baik dalam maupun luar negeri.
5.3.2.4
Faktor Ancaman
Beberapa ancaman yang dinilai sebagai ancaman yang akan menganggu kinerja industri kecil sandal antara lain adalah : pertama, terjadi krisis global yang belakangan ini berdampak terhadap Indonesia. Hal ini dikwatirkan akan berdampak terhadap industri kecil sandal dimana krisis global diduga akan menyebabkan peningkatan pengangguran yang dapat berakibat terhadap penurunan permintaan terhadap sandal. Ancaman kedua yakni kebijakan pemerintah menaikan harga bahan bakar pada bulan Mei 2008 lalu berakibat pada kenaikan harga bahan baku yang memgakibatkan penurunan keutungan secara riil. Walupun harga premium sudah diturunkan per tanggal 1 desember lalu namun tidak berpengaruh terhadap harga bahan baku sandal pada saat ini. Selain itu kebijakan pemerintah dalam mengkoversi minyak tanah ke gas beberapa waktu lalu sempat membuat pelaksanaan produksi sandal terhambat karena produksi sandal membutuhkan minyak tanah dalam pengeringan lem pada sandal. Penarikan minyak tanah dari pasaran tersebut membuat para pengusaha sandal susah, penggunaan kompor gas dalam pengeringan lem dapat dilakukan namun kebiasaan menggunakan kompor minyak dan ketakutan pengusaha terhadap keteledoran pekerja membuat
pengusaha enggan. Sehingga hal tersebut dapat menjadi ancaman dan menjadi suatu hal yang mendesak untuk melakukan share pengetahuan oleh industri kecil yang sudah menggunakan kompos gas pada yang belum agar hal tersebut tidak menjadi ancaman. Tabel 5.9 Peluang dan ancaman Industri kecil Sandal No Peluang (O) 1 Pangsa pasar selalu terbuka 2 Lokasi Strategis 3 Adanya perusahaan besar memakai 4 Industri Kecil dalam produksi
No 1 2 3
Ancaman (T) Krisis global Adanya peraturan yang kurang Mendukung (konversi Minyak tanah) kenaikan harga bahan baku
Adanya pasar global
Sumber : data Primer hasil wawancara (2008) 5.3.3 Alternatif Pengambangan Usaha Industri Kecil Sandal Berdasarkan Analisis SWOT Faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat diidentifikasikan setelah melakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal. Selanjutnya dibuat suatu kesimpulan inti dari strategi yang akan diambil baik oleh pengusaha industri kecil dan pemerintah berdasarkan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang yang disebut sebagai faktor kritis menuju sukses. Strategi tersebut dirangkum dalam matrik dibawah ini.
Faktor Internal
Faktor Ekskternal PELUANG 1. pangsa pasar selalu terbuka 2. Lokasi Strategis 3. adanya perusahaan besar memakai IKM dalam produksi 4. Adanya pasar global
ANCAMAN 1. Krisis global 2. Adanya peraturan yang kurang mendukung(konver si Minyaktanah) 3. kenaikan harga bahan baku
KEKUATAN 1. Tingginya potensi SDM 2. Tepat waktu dalam menyelesaikan pesanan 3. Kualitas produk dipercaya konsumen 4. Memiliki saluran pemasaran tetap 5. Hubungan antara perusahaan sejenis cukup baik STRATEGI SO 1. pemerintah dapat membantu industri kecil dalam meningkatkan jumlah pangsa pasar dengan menberi cara mencari jalur distribusi yang baru 2. pemerintah dapat membantu industri kecil dengan pro aktif memberikan peluang dan kempatan kerjasama antar perusahaan besar yang mau berkerjasama dengan Industri kecil 3. Industri kecil berkerjasama antara perusahaan IKM sejenis dengan instansi terkait STRATEGI ST pemerintah disarankan memberikan kebijakan harga minyak tanah murah terhadap industri kecil sandal atau boleh dengan memberikan pelatihan kepada pekerja dalam penggunaan kompor gas dalam pemanasan sandal
KELEMAHAN 1. Rendahnya pendidikan pengusaha 2. Keterbatasan tempat dalam melakukan usaha 3. Tingkat perputaran karyawan cukup tinggi 4. sangat tergantung pada agen 5. belum akrab dengan perbankan STRATEGI WO 1. Pemerintah dapat mengadakan promosi dagang produk sandal 2. Pemerintah dapat memberikan bantuan melalui mengenalkan produk-produk perbankan kepada pelaku industri kecil
STRATEGI WT Pemerintah dalam hal ini memberikan konsultasi perbankan kepada industri kecil
Ganbar 8 Matrik strategi pengembangan Industri kecil sandal berdasarkan SWOT
5.4 Strategi Sederhana Pengembangan Usaha yang Disarankan Hasil analisis SWOT telah merumuskan beberapa alternatif strategi sederhana yang dapat dilaksanakan baik oleh usaha industri kecil sandal maupun pemerintah berdasarkan seluruh potensi lingkungan internal maupun eksternal dari industri kecil sandal. Hasil perumusan tersebut dapat dikemukakan strategi
sederhana pengembangan industri kecil yang dapat disarankan kepada pemerintah. Strategi ini meliputi strategi yang menggunakan seluruh isi keunggulan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman serta strategi yang bertujuan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada industri kecil sandal untuk mengambil peluang yang ada sekaligus menghindari ancaman yang dihadapi. Dari hasil analisis SWOT dan hasil dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan dan panyerapan tenaga kerja dirangkum beberapa beberapa strategi sederhana yang dapat menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengembangkan industri kecil terkhusus industri kecil sandal. Strategi yang disarankan tersebut adalah : 1. Strategi pengembangan Sumber daya manusia yang lebih mengarah pada peningkatan wawasan usaha para pengusaha kecil. 2. Pemerintah dapat membantu industri kecil sandal dalam mengembangkan usahanya melalui mengadakan promosi dagang bagi industri kecil sandal 3. Pengembangan usaha industri kecil pun dapat dilakukana melalui kebijakan harga minyak tanah murah terhadap industri kecil sandal atau dengan pemberian pelatihan kepada pekerja dalam penggunaan kompor gas dalam proses pemanasan sandal 4. selain itu, dapat juga melalui pemberian konsultasi perbankan kepada industri kecil
VII.
6.1
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Ratio B/C rata-rata sebesar 1,053 mengindikasikan rata-rata imbangan penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan industri kecil sandal Sirnagalih sebesar 1,053 rupiah. Ratio B/C mengindikasikan bahwa industri kecil sandal di Desa Sirnagalih berada pada titik beak even point atau berada hampir di titik impas. Hal tersebut berarti industri kecil saat ini dalam kondisi kritis sehingga perlu campur tangan pemerintah. 2. Faktor–faktor yang mempengaruhi keuntungan usaha secara nyata adalah nilai penjualan, upah pekerja, bahan baku dan pendidikan pengusaha. Sehingga untuk membantu peningkatan keuntungan industri kecil yang dapat melalui variabel nilai penjualan, harga bahan baku dan pendidikan pengusaha. 3. Besar penyerapan tenaga kerja pada Industri kecil sandal di desa Sirnagalih Sebesar 10,13 % dari seluruh jumlah penduduk produktif di desa tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja secara nyata adalah pesanan dengan koefisien 0,209 sehingga untuk
meningkatkan
penyerapan
tenaga
kerja
perlu
untuk
meningkatkan pesanan 4. Pendapatan yang diterima oleh pekerja industri kecil antara Rp.50.000 sampai Rp.167.575, upah ini sangat minim dalam pemenuhan
kebutuhan hidup minimum masyarakat pekerja. Namun mereka terpaksa karena tidak adanya lapangan kerja yang tersedia. Melihat hl tersebut perlu interevensi pemerintah.
6.2
Saran 1. Kebijakan yang disarankan dalam mengembangkan industri kecil terkait pasca kenaikan Harga BBM, dengan melihat hasil dari regresi keuntungan dan analisi SWOT adalah Strategi pengembangan sumber daya manusia yang lebih mengarah pada peningkatan wawasan usaha para pengusaha kecil; Pemerintah mengadakan promosi dagang bagi industri kecil sandal; pemerintah memberikan kebijakan harga minyak tanah murah terhadap industri kecil sandal atau dengan memberikan pelatihan kepada pekerja dalam penggunaan kompor gas dalam pemanasan sandal; Pemerintah dalam hal ini memberikan konsultasi perbankan kepada Indutri kecil. 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data rentetan waktu untuk analisis yang lebih lama sehingga model dapat menjelaskan variabel independen lebih baik lagi dan membandingkan antara bulan sepi dan bulan ramai pesanan untuk membedakan hasil keduanya. Sehingga keuntungan dan penyerapan dari industri kecil sandal dapat tergambarkan lebih nyata. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya analisis
yang
dilakukan
diperluas
ruang
lingkupnya
untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang tingkat keuntungan
dan penyerapan tenaga kerja industri kecil khususnya sandal dalam lingkup kecamatan, kabupaten, provinsi maupun Negara. 3. industri kecil diharapkan untuk lebih agresif dalam pencarian agen atau pesanan baru angan hanya bergantung pada pesanan sehingga produksi dapat terus berjalan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Anggriani,S .1998. Kegiatan Ekonomi Rumah Tangga dan Peluang Kerja Rumah Tangga Pedesaan (Studi Kasus Desa Rawagempol Kulon Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang). Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Arsyad, L. 1993. Prospek Pengembangan Industri Kecil di Indonesia. Tinjauan Teoritik dan Kebijakan. Usahawan, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. Profil Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Bellante, D. dan M. Jackson. 1990. Pengantar Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakart. Boa, H. 2007. Analisis Dampak Sumber Modal Terhadap Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Udang di Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana, Insttitut pertanian Bogor, Bogor. Casdimin. 2004. Keterkaitan antara Kemandirian Pengrajin dengan Tingkat Pendapatannya (Kasus pada Pengrajin Sepatu di Desa Parakan, Kec. Ciomas, Bogor). Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan.
1997.
Keputusan
Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia mengenai Perizinan Bidang industri. Bidang Hukum dan Organisasi. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta Filaily,W. 2004. Kajian Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Pedagang Bunga Potong di Pasar Rawa Belong (PUSPT2BTH) Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Depertemen Ilmu–Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Girsang. D Y. 2004. Anlisis Nilai Tambah Kesempatan Kerja dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja pada Industri Kecil Pala (Studi Kasus di Desa Dramaga Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor). Skripsi Program Studi Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu–Ilmu sosial ekonomi pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor.. Gujarati, D. 1995. Ekonometrika Dasar . Erlangga, Jakarta Harefa, M. 2004. beberapa Masalah dalam Pengembangan Industri kecil. Bisnis Indonesia, jakarta. Johan, D dan Husni R 1994. Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan Kecil. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Meliani, C. 2007. Analisis Kinerja dan Penyerapan Tenaga Kerja Industri Kecil Mochi di Kota Sukabumi. Skripsi Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Insttitut pertanian Bogor, Bogor. Miharja, S. 2002. Peranan Industri Kecil di Desa dalam Menyediakan Lapangan Kerja
Non
Pertanian
(Kasus
di
Desa
GiriMulya,
Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu–Ilmu sosial ekonomi pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Mulyadi.2001. Akuntansi Manajemen ( cetakan ke 3). Salemba empat, Jakarta. ______. 1999. Akuntansi Biaya ( edisi ke-5, cetakan ke -7). Aditya Media, Yogyakarta. Nauly, D. 1999. Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi keuntungan Pedagang Sayur Keliling Di Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu– Ilmu sosial ekonomi pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Nicholson,W. 2002. Mikroekonomi Intermediet dan aplikasinya (Edisi kedelapan) Erlangga, Jakarta.
Pangastuti, A S. 2006. Analisis Dampak Penurunan Subsidi BBM terhadap Industri Tahu Skala Kecil di Kabupaten Bogor (Studi Kasus Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor). Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu– Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia, Jakarta. Risyani, R. 2000. Keragaan Ekonomi dan Kesempatan Kerja pada Industri Kecil Emping Jengkol di Kampung Pabuaran, Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Insttitut pertanian Bogor, Bogor. Saptari, A 1998. Perananan Subkontrak dalam Industri Rumah Tangga dan kecil, makalah studi pedesaan,Iimstitut Pertanian Bogor Siahaan, S E B. 2008. Analisis Aktivitas Ekonomi Rumah Tangga Pekerja Industri kecil Sepatu di Kecamatab Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu– Ilmu sosial ekonomi pertanian, Fakultas Pertanian, Institut pertanian Bogor, Bogor. Simanjuntak, P.J. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Sulaeman, Y,T.1996. faktor–faktor yang Mempengaruhi Kesempatan Kerja dan Pendapatan Pekerja pada Industri Kecil Tas Kulit (Studi Kasus Desa Bojong Rangkas, kec. Ciampea, Kab. Bogor ). Skripsi Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumber Daya, Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sulaiman, W. 2004. Analisis Regresi menggunakan SPSS Contoh Kasus dan Pemecahan. Penerbit Andi. Yogyakarta Tambunan, T. 2001. Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting. Ghalia Indonesia. Jakarta
Trihandradi, C. 2004.Memecahkan Kasus Statistik Deskriptif, Parametrik, dan Non-Parametrik dengan SPSS 12. Penerbit Andi. Yogyakarta Yaniprasetyanti, D. 2002. Analisis Kelembagaan dan Keragaan Ekonomi Industri Kecil di Kabupaten Bogor. Tesis Magister Sains, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lampiran 1
Regression Model Summary b Change Statistics Model 1
R .886a
R Square .785
Adjusted R Square .740
Std. Error of the Estimate 204405.265
R Square Change .785
F Change 17.485
df1
df2 5
24
Sig. F Change .000
DurbinWatson 1.966
F
Sig.
a. Predictors: (Constant), Lama Usaha, Bahan Baku/Kodi, Pendidikan, Upah/Kodi, Volume Penjualan b. Dependent Variable: Keuntungan ANOVA Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4E+012 1E+012 5E+012
df
Mean Square 7.305E+011 4.178E+010
5 24 29
a.
Predictors: (Constant), Lama Usaha, Bahan Baku/Kodi, Pendidikan, Upah/Kodi, Volume Penjualan
b.
Dependent Variable: Keuntungan Coefficients
Model 1
b
(Constant) Volume Penjualan Upah/Kodi Bahan Baku/Kodi Pendidikan Lama Usaha
Unstandardized Coefficients B Std. Error 7109.219 207047.0 .062 .011 -9.687 5.736 -3.153 1.121 31461.379 16292.640 -6630.874 9072.644
a. Dependent Variable: Keuntungan
Standardized Coefficients Beta 1.479 -.302 -.817 .211 -.086
t .034 5.516 -1.689 -2.813 1.931 -.731
Sig. .973 .000 .010 .010 .065 .472
.000a
17.485
a
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -420214.734 434433.171 .039 .085 -2.151 21.524 -5.465 -.840 -2164.976 65087.734 -25355.892 12094.144
Zero-order .831 .659 .694 -.218 .369
Correlations Partial .748 .326 -.498 .367 -.148
Part .523 .160 -.267 .183 -.069
Collinearity Statistics Tolerance VIF .125 .280 .106 .750 .653
1.015 3.570 1.394 1.334 1.531
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
30 .0000000 185951.0776 .127 .084 -.127 .698 .715
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Scatterplot
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keuntungan
Dependent Variable: Keuntungan 2000000
Keuntungan
1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
1500000
1000000
0.4
500000 0.2
200000 0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
1.0
400000
600000
800000
1000000
1200000
Regression Adjusted (Press) Predicted Value
1400000
Lampiran 2
Regression Model Summaryb Change Statistics Model 1
R R Square .896a .802
Adjusted R Square .787
Std. Error of the Estimate 1.76488
R Square Change .802
F Change 54.691
df1
df2 2
27
Sig. F Change .000
DurbinWatson 1.858
a. Predictors: (Constant), Pesanan, Upah/Kodi b. Dependent Variable: Tenaga Kerja
ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 340.700 84.100 424.800
df 2 27 29
Mean Square 170.350 3.115
F 54.691
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Pesanan, Upah/Kodi b. Dependent Variable: Tenaga Kerja Coefficientsa
Model 1
(Constant) Upah/Kodi Pesanan
Unstandardized Coefficients B Std. Error -4.590 1.466 .000 .000 .209 .025
a. Dependent Variable: Tenaga Kerja
Standardized Coefficients Beta .358 .740
t -3.131 4.060 8.387
Sig. .004 .000 .000
95% Confidence Interval for B Lower Bound Upper Bound -7.598 -1.582 .000 .000 .158 .261
Zero-order .535 .825
Correlations Partial .616 .850
Part .348 .718
Collinearity Statistics Tolerance VIF .943 .943
1.061 1.061
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Unstandardiz ed Residual 30 .0000000 1.70293525 .121 .121 -.076 .662 .774
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Scatterplot
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dependent Variable: Tenaga Kerja Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Regression Studentized Residual
Dependent Variable: Tenaga Kerja 1.0
0.8
Expected Cum Prob
3
0.6
0.4
0.2
2
1
0
-1
-2
-3 0.0
-2 0.0
0.2
0.4
0.6
Observed Cum Prob
0.8
-1
0
1
1.0
Regression Standardized Predicted Value
2
Lampiran 3 no
P/Kodi
Q
Total Benefit
Upah Tk1
Upah Tk2
1
250,000
30
7,500,000
420,000
2
300,000
40
12,000,000
3
180,000
70
4
700,000
5
Upah Tk3
MinyakTnh
Transport
Sol
Texon
540,000
105,000
1,280,000
800,000
12,600,000
1,260,000
1,540,000
70
49,000,000
1,400,000
3,500,000
44,000
2,160,000
135,000
150,000
1,890,000
132,000
300,000
95,000
127,500
53,000
3,000,000
160,000
200,000
3,200,000
176,000
400,000
112,000
210,000
67,000
-
4,900,000
490,000
1,050,000
221,700
210,000
67,000
-
270,000
50
13,500,000
600,000
1,000,000
140,000
62,000
6
240,000
40
9,600,000
600,000
360,000
200,000
119,000
7
270,000
50
13,500,000
500,000
500,000
350,000
8
250,000
40
10,000,000
400,000
400,000
9
300,000
30
9,000,000
750,000
450,000
10
270,000
70
18,900,000
1,050,000
1,400,000
11
280,000
50
14,000,000
500,000
500,000
12
260,000
30
7,800,000
525,000
13
240,000
50
12,000,000
14
290,000
50
15
320,000
16
490,000
Spon
-
Ac
-
LemKuning
Lem PU
Lem PC
385,000
312,000
5,950,000
308,000
770,000
228,700
3,900,000
150,000
300,000
4,150,000
541,700
500,000
450,000
53,000
3,000,000
90,000
280,000
2,280,000
184,000
373,450
126,700
147,000
62,000
3,750,000
250,000
333,450
3,600,000
237,500
650,000
350,000
280,000
112,000
53,000
3,000,000
160,000
280,000
2,520,000
176,000
440,000
140,000
180,000
105,000
44,000
2,250,000
120,000
150,000
2,400,000
132,000
300,000
84,000
225,000
77,000
5,390,000
315,000
350,000
4,515,000
308,000
700,000
221,700
150,000
52,000
3,750,000
200,000
250,000
4,000,000
220,000
500,000
140,000
600,000
105,000
44,000
2,250,000
165,000
150,000
1,935,000
132,000
300,000
95,000
800,000
625,000
147,000
62,000
3,625,000
150,000
350,000
3,150,000
220,000
500,000
175,000
14,500,000
900,000
1,000,000
147,000
62,000
3,750,000
200,000
250,000
4,000,000
220,000
500,000
140,000
50
16,000,000
1,600,000
1,100,000
154,000
62,000
3,900,000
275,000
350,000
4,250,000
220,000
500,000
150,000
200,000
70
14,000,000
1,260,000
910,000
210,000
77,000
280,000
350,000
7,000,000
490,000
1,120,000
221,700
17
240,000
70
16,800,000
1,260,000
1,120,000
210,000
77,000
155,600
490,000
3,990,000
322,000
653,450
2,216,700
18
650,000
70
45,500,000
1,400,000
2,800,000
225,000
67,000
-
385,000
312,000
5,950,000
308,000
770,000
228,700
19
550,000
50
27,500,000
1,000,000
2,000,000
157,500
52,000
-
275,000
216,700
4,250,000
220,000
550,000
163,450
20
280,000
40
11,200,000
640,000
840,000
126,000
53,000
3,000,000
200,000
266,700
2,880,000
190,000
520,000
280,000
21
320,000
50
16,000,000
1,350,000
1,000,000
157,500
62,000
3,850,000
250,000
300,000
4,300,000
220,000
550,000
140,000
22
250,000
30
7,500,000
540,000
360,000
105,000
44,000
2,250,000
73,450
210,000
1,710,000
138,000
280,000
95,000
23
270,000
50
13,500,000
650,000
1,050,000
157,500
62,000
3,750,000
250,000
333,450
3,600,000
237,500
650,000
350,000
24
250,000
60
15,000,000
720,000
900,000
175,000
68,000
4,590,000
213,450
420,000
3,600,000
276,000
560,000
190,000
25
270,000
30
8,100,000
480,000
570,000
112,500
44,000
2,250,000
150,000
200,000
2,160,000
142,500
390,000
210,000
250,000
420,000
250,000
2,900,000
26
230,000
50
11,500,000
900,000
550,000
154,000
62,000
3,750,000
100,000
350,000
2,850,000
230,000
466,700
158,450
27
300,000
50
15,000,000
1,050,000
850,000
165,000
62,000
3,900,000
200,000
1,900,000
4,150,000
541,700
500,000
450,000
28
280,000
50
14,000,000
1,000,000
750,000
147,000
62,000
3,750,000
250,000
333,450
3,600,000
237,500
650,000
350,000
29
280,000
70
19,600,000
1,470,000
945,000
225,000
67,000
5,320,000
210,000
875,000
5,880,000
758,450
700,000
630,000
30
300,000
50
15,000,000
1,100,000
900,000
150,000
62,000
3,900,000
225,000
400,000
4,300,000
541,700
500,000
450,000
Hak
Dll
Sewa Bengkel
Uang Makan
Listrik
Bongkar Muat
Pulsa Hp
Total Cost
B/C
Profit
75,000
150,000
10,000
20,000
30,000
7,104,000
1.0557
396,000
Lampiran 3 no
Latex
Tamsin
Benang
1
210,000
138,000
50,000
-
450,000
2
350,000
184,000
50,000
-
1,000,000
-
200,000
10,000
20,000
30,000
11,352,500
1.057
647,500
3
595,000
50,000
-
1,400,000
-
200,000
10,000
20,000
50,000
12,063,700
1.0445
536,350
4
700,000
29,750,000
-
300,000
10,000
20,000
50,000
46,882,700
1.0452
2,117,350
5
250,000
6
240,000
7
300,000
8
253,450
9
262,500
10
322,000
150,000 -
1,960,000
50,000
-
250,000
-
250,000
10,000
20,000
50,000
12,673,700
1.0652
826,350
184,000
50,000
-
640,000
-
250,000
10,000
20,000
30,000
9,090,100
1.0561
509,900
210,000
50,000
-
1,250,000
-
200,000
10,000
20,000
50,000
12,819,950
1.0531
680,100
50,000
-
1,000,000
-
200,000
10,000
20,000
30,000
9,524,450
1.0499
475,600
138,000
50,000
-
900,000
-
10,000
20,000
30,000
8,375,500
1.0746
624,500
490,000
322,000
150,000
-
1,750,000
-
300,000
10,000
20,000
50,000
17,643,700
1.0712
1,256,350
11
437,500
230,000
50,000
-
1,550,000
-
200,000
10,000
20,000
50,000
13,059,500
1.072
940,500
12
210,000
138,000
50,000
-
540,000
-
150,000
10,000
20,000
30,000
7,449,000
1.0471
351,000
13
300,000
50,000
-
1,100,000
-
200,000
10,000
20,000
30,000
11,514,000
1.0422
486,000
14
437,500
230,000
50,000
-
1,500,000
-
200,000
10,000
20,000
30,000
13,646,500
1.0625
853,500
15
525,000
230,000
50,000
-
1,500,000
-
10,000
20,000
30,000
14,926,000
1.072
16
630,000
50,000
-
350,000
-
250,000
10,000
20,000
50,000
13,278,700
1.0543
721,350
17
420,000
322,000
75,000
-
1,330,000
-
250,000
10,000
20,000
30,000
15,851,700
1.0598
948,350
18
700,000
322,000
100,000
1,820,000
28,000,000
-
300,000
10,000
20,000
50,000
44,187,700
1.0297
1,312,350
19
500,000
230,000
50,000
1,400,000
15,000,000
-
300,000
10,000
20,000
30,000
26,424,600
1.0407
1,075,400
-
-
-
-
-
1,074,000
20
240,000
168,000
50,000
-
1,080,000
-
21
450,000
240,000
50,000
-
1,750,000
-
22
180,000
138,000
50,000
-
750,000
-
23
300,000
210,000
50,000
-
1,250,000
24
360,000
276,000
75,000
-
25
150,000
50,000
26
283,450
27
250,000
10,000
20,000
30,000
10,793,700
1.0376
406,350
10,000
20,000
30,000
14,979,500
1.0681
1,020,500
150,000
10,000
20,000
30,000
7,133,450
1.0514
366,600
-
200,000
10,000
20,000
30,000
13,160,450
1.0258
339,600
1,200,000
-
250,000
10,000
20,000
50,000
13,953,450
1.075
971,600
-
660,000
-
150,000
10,000
20,000
30,000
7,779,000
1.0413
321,000
50,000
-
1,000,000
-
210,000
10,000
20,000
30,000
11,174,550
1.0291
325,500
50,000
-
250,000
-
210,000
10,000
20,000
30,000
14,588,700
1.0282
411,350
28
300,000
50,000
-
1,550,000
-
200,000
10,000
20,000
30,000
13,499,950
1.037
500,100
29
350,000
-
50,000
-
700,000
-
220,000
10,000
20,000
50,000
18,480,450
1.0606
1,119,600
30
375,000
-
50,000
-
900,000
-
10,000
20,000
30,000
13,913,700
1.0781
1,086,350
Rata2
1.0528
756,700
210,000
200,000 -
-
Lampiran 4 No
Tk3
minyak
Latex
Tamsin
300,000/Blek/30kodi
14000ltr/2kodi
23,000
-
15,000
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
17500/ltr/2kodi
23,000
-
25,000
350,000/blek/50kodi
450,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
17000/ltr/2kodi
-
-
20,000
42.500/M 2M/kodi
220,000/blek/50kodi
330,000/Blek/30kodi
10000/ltr/kodi
23,000
28,000
425,000
41,500/m 2M/kodi 38,000/M 1,5 M/kodi 48,000/M 1.5 M/kodi 42,000/M Ikodi/1,5M
65,000/galon/6kodi
80,000/galon/8kodi
98,000/Galon/30kodi 90,000/Galon/10 kodi
10000/ltr/2kodi
-
-
5,000
230,000/blek/50kodi
280,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
18000/ltr/3kodi
23,000
-
16,000
19,000/Kg/4kodi
26,000/Kg/2kodi
28,000/Kg/4kodi
18000/ltr/3kodi
21,000
-
25,000
220,000/blek/50kodi
330,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
19000/ltr/3kodi
-
-
25,000
40,000/M/0.5kodi 43000/M 1.5M/kodi
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
17500/ltr/2kodi
23,000
-
30,000
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
14000/ltr/2kodi
23,000
-
25,000
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
17500/ltr/2kodi
23,000
-
31,000
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
14000/ltr/2kodi
23,000
-
18,000
21,000
40000/M 2m/kodi 43000/M 1.5M/kodi 42,000/M Ikodi/1,5M
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
18000/ltr/3kodi
-
-
22,000
15,000
40,000/M/0.5kodi
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
17500/ltr/2kodi
23,000
-
30,000
Lem Kuning
Lem PU
1
14,000
18,000
7,000
72,000
9,000
15,000
220,000/blek/50kodi
2
32,000
20,000
7,500
75,000
8,000
15,000 -
40,000/M/0.5kodi 28.000/M 2,5M/kodi
3
18,000
22,000
7,000
-
-
4
20,000
50,000
7,000
-
11,000
13,000
5
12,000
20,000
7,000
78,000
6,000
18,000
6
15,000
9,000
5,000
7,000
75,000
5,000
21,000
7
10,000
10,000
7,000
7,000
75,000
10,000
20,000
8
10,000
10,000
7,000
7,000
75,000
9,000
21,000
9
25,000
15,000
6,000
7,000
75,000
8,000
15,000
10
15,000
20,000
7,500
77,000
9,000
15,000
11
10,000
10,000
7,500
75,000
8,000
15,000
12
17,500
20,000
7,000
75,000
11,000
15,000
13
16,000
12,500
7,000
72,500
6,000
14
18,000
20,000
7,000
75,000
8,000
5,000
Texon/lbr
Lem PC 95,000/Galon/30 kodi
Tk2
7,000
Sol
Spon/lbr
Tk1
Ac /M 42,000/M Ikodi/1,5M
Hak
Dll
15
32,000
22,000
7,000
78,000
11,000
21,000
220,000/blek/50kodi
300,000/Blek/30kodi
30,000/Kg/10kodi
21000/ltr/2kodi
23,000
-
30,000
350,000/blek/50kodi
480,000/blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
18000/ltr/2kodi
-
-
5,000
21,000
42.500/M 2M/kodi 40000/M 2.5m/kodi 38,000/M 1,5 M/kodi
16
18,000
13,000
7,000
-
8,000
15,000
17
18,000
16,000
7,000
72,500
5,500
230,000/blek/50kodi
280,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
18000/ltr/3kodi
23,000
-
19,000
18
20,000
40,000
7,500
-
11,000
13,000
42.500/M 2M/kodi
220,000/blek/50kodi
330,000/Blek/30kodi
98,000/Galon/30kodi
10000/ltr/kodi
23,000
26,000
400,000
19
20,000
40,000
7,500
-
11,000
13,000
220,000/blek/50kodi
330,000/Blek/30kodi
98,000/Galon/30kodi
10000/ltr/kodi
23,000
28,000
300,000
7,000
75,000
10,000
20,000
42.500/M 2M/kodi 48,000/M 1.5 M/kodi
20
16,000
21,000
19,000/Kg/4kodi
26000/kg/2kodi
28,000/Kg/10kodi
18000/ltr/3kodi
21,000
-
27,000
21
27,000
20,000
7,500
77,000
10,000
18,000
220,000/blek/50kodi
330,000/Blek/30kodi
28,000/Kg/10kodi
18000/ltr/2kodi
24,000
-
35,000
22
18,000
12,000
7,000
75,000
5,500
21,000
230,000/blek/50kodi
280,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
18000/ltr/3kodi
23,000
-
25,000
23
13,000
21,000
7,500
75,000
10,000
20,000
19,000/Kg/4kodi
26000/kg/2kodi
28,000/Kg/10kodi
18000/ltr/3kodi
21,000
-
25,000
24
12,000
15,000
7,000
76,500
8,000
21,000
230,000/blek/50kodi
280,000/Blek/30kodi
95,000/Galon/30kodi
18000/ltr/3kodi
23,000
-
20,000
25
16,000
19,000
7,500
75,000
10,000
20,000
19,000/Kg/4kodi
26000/kg/2kodi
28,000/Kg/10kodi
15000/ltr/3kodi
-
-
22,000
26
18,000
11,000
7,000
75,000
230,000/blek/50kodi
280,000/Blek/30kodi
17000/ltr/3kodi
-
-
20,000
27
21,000
17,000
7,500
78,000
8,000
38,000
65,000/galon/6kodi
80,000/galon/8kodi
10000/ltr/2kodi
-
-
5,000
28
20,000
15,000
7,000
75,000
10,000
20,000
41,500/m 2M/kodi 48,000/M 1.5 M/kodi
95,000/Galon/30kodi 90,000/Galon/10 kodi
19,000/Kg/4kodi
26000/kg/2kodi
18000/ltr/3kodi
21,000
-
31,000
29
21,000
13,500
7,500
76,000
6,000
12,500
42,000/m 2m/kodi
65,000/galon/6kodi
80,000/galon/8kodi
10000/ltr/2kodi
-
-
10,000
30
22,000
18,000
7,500
78,000
9,000
24,000
43,000/m 2m/kodi
65,000/galon/6kodi
80,000/galon/8kodi
28,000/Kg/10kodi 90,000/Galon/10 kodi 90,000/Galon/10 kodi
15000/ltr/2kodi
-
-
18,000
6,000
5,000
21,000
43000/M 2M/kodi 38,000/M 1,5 M/kodi 48,000/M 1.5 M/kodi 40,000/m 1.5M/kodi 48,000/M 1.5 M/kodi 38,000/M 1,5 M/kodi