ANALISIS REAKSI PASAR TERHADAP INFORMASI LABA: KASUS PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK JAKARTA Sesilia Dwiatmini Nurkholis Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya
Abstract This research is about earnings manipulation known as Income Smoothing. Income Smoothing is “… the intentional dampening of fluctuations about some levels of earnings (profits) that is currently considered to be normal for a firm” (Beidleman, 1973). The purpose of this study is to analyze market reaction to the firm’s earning announcement. The samples are those firms with Eckel Index less than one (i.e. to indicate income smoothing practice). Using purposive/judgment sampling method, this study examines 35 companies listed in Jakarta Stock Exchange as the sample Market reaction to firm’s earning announcement is shown as abnormal return (using market model). The cumulative average abnormal return was calculated to find cumulative market reaction to the announcement. This study indicated that there is income smoothing practice in Jakarta Stock Exchange and found that (1) earnings contain useful information for market and (2) income smoothing increases the value of the company in the investor’s point of view. Key words: accounting information announcement, cumulative average abnormal return, income smoothing, market reaction, stock price.
1. Pendahuluan Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomik. Untuk itu laporan keuangan harus mampu menggambarkan posisi keuangan dan hasil-hasil usaha perusahaan pada saat tertentu secara wajar. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi keuangan dikomunikasikan kepada pihak di luar perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan (1) informasi yang berguna dalam keputusan investasi dan kredit, (2) informasi yang berguna dalam menilai prospek arus kas, dan (3) informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya itu, dan perubahan dalam sumber daya tersebut (Kieso dan Weygandt, 1995). Dengan semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia dewasa ini, maka peranan laporan keuangan menjadi semakin penting. Bagi investor, informasi akuntansi merupakan data dasar dalam melakukan analisis saham serta untuk memprediksi prospek earning di masa mendatang. Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, memprediksi laba, dan menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana (SFAC
27
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
No. 1 Thn. 1992). Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pasar memiliki kecenderungan untuk bereaksi terhadap segala informasi yang berhubungan dengan perusahaan emiten karena hal tersebut akan mempengaruhi nilai investasi mereka di perusahaan tersebut. Perekayasaaan laporan keuangan menjadi salah satu topik penelitian yang banyak diminati, lebih spesifik lagi adalah topik penelitian yang berkaitan dengan topik perataan laba atau income smoothing. Perataan laba (income smoothing) dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk menekan variasi dalam laba (Beidleman, 1973). Michelson, et al (1995) mengamati bahwa penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai praktik perataan laba biasanya difokuskan pada tiga isu pokok, yaitu: (1) apakah perusahaan benar-benar melakukan perataan laba, (2) kemampuan berbagai teknik akuntansi untuk meratakan laba, dan (3) kondisi yang efektif untuk melakukan perataan laba. Penelitian mengenai perataan laba juga difokuskan pada motivasi manajemen dalam melakukan perataan laba, obyek perataan, dimensi perataan, dan variabel perataan. Pada dasarnya, praktik perataan laba diharapkan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajemen. Ilmainir (1993) menemukan bukti bahwa perataan laba didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual dengan laba normal, dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba. Penelitian mengenai praktik perataan laba di Indonesia menghasilkan beberapa temuan yang berbeda. Zuhroh (1986) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba di Indonesia adalah leverage operasi. Sementara Wimbari (1998) menemukan bahwa faktor profitabilitas dan jenis industri menjadi penjelas perilaku perataan laba di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Hermawan (1999) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh pada praktik perataan laba pada perusahaan go public di Indonesia adalah ukuran perusahaan. Perataan laba menjadi suatu hal yang merugikan investor karena investor tidak akan memperoleh informasi yang akurat mengenai laba untuk mengevaluasi tingkat pengembalian dan varian dari portofolionya bila terdapat praktik perataan laba. Tindakan perataan laba mengakibatkan pengungkapan dalam laporan keuangan menjadi tidak memadai. Dengan mempertimbangkan bahwa praktik perataan laba dapat menyediakan sinyal yang meningkatkan akurasi prediksi laba, maka penelitian ingin melihat bagaimana reaksi pasar terhadap pengumuman informasi laba yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan apakah praktik perataan laba yang dilakukan berhasil meredam besarnya reaksi pasar ketika perusahan mengumumkan labanya.
2. Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Manipulasi laba dalam laporan keuangan adalah hal yang mungkin terjadi dan bisa dianggap sebagai hal yang masuk akal (Bartov, 1993). Dalam literatur mengenai perataan laba, dinyatakan bahwa pilihan-pilihan metode akuntansi cenderung digunakan untuk mengurangi fluktuasi laba daripada untuk memaksimalkan atau meminimalkan laba yang dilaporkan dan terbukti terdapat pengggunaan metode akuntansi dalam perataan laba (Moses, 1987). Pada umumnya, diduga ada dua motivasi utama dalam praktik perataan laba yaitu: (1) untuk mempertinggi keandalan prediksi berdasarkan deretan perataan angkaangka akuntansi yang diamati sepanjang suatu pola yang dianggap terbaik atau normal oleh manajemen dan (2) untuk mengurangi ketidakpastian yang terjadi karena fluktuasi angka-angka laba pada umumnya dan mengurangi risiko sistematis pada khususnya dengan mengurangi kovarian pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.
2.1 Definisi, Dimensi dan Obyek, serta Tipe Perataan Laba Barnea, et al (1976) mendefinisikan perataan laba sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. Sementara Brayshaw dan Eldin (1989) menyatakan bahwa perataan laba
28
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
adalah tindakan sukarela manajemen yang dimotivasi oleh aspek-aspek perilaku di dalam perusahaan dan lingkungannya. Motivasi dalam melakukan perataan laba ini biasanya adalah untuk kepuasan dua kelompok yaitu pengguna eksternal (investor dan kreditor) dan pengguna internal informasi akuntansi. Definisi perataan laba menurut Beidleman (1973) adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manajemen untuk menekan variasi dalam laba sejauh yang dimungkinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi. Dalam hal ini, manajemen berusaha mencari celah-celah dalam prinsip akuntansi yang bisa diterobos untuk mencapai tujuannya yaitu stabilitas posisi manajemen yang bersangkutan dan kemudian kemakmuran pribadi dan keamanan kerjanya. Barnea, et al (1976) membagi perataan laba ke dalam tiga dimensi yaitu: (1) perataan melalui keterjadian atau pengakuan suatu peristiwa, (2) perataan melalui alokasi waktu, dan (3) perataan melalui klasifikasi. Dimensi perataan berkaitan dengan obyek perataan. Eckel (1981) menggolongkan perataan laba ke dalam dua tipe yaitu perataan alami (natural smoothing) dan perataan yang disengaja (intentionally smoothing). Perataan alami adalah perataan laba yang terjadi akibat proses menghasilkan laba. Sedangkan perataan yang disengaja merupakan hasil dari artificial smoothing maupun real smoothing. Artificial smoothing muncul ketika manajemen memanipulasi waktu pencatatan akuntansi untuk menghasilkan perataan laba. Artificial smoothing merupakan implementasi prosedur-posedur akuntansi untuk memindahkan beban dan/atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Real smoothing muncul ketika manajemen melakukan tindakan untuk mengendalikan kejadian ekonomi tertentu yang mempengaruhi laba yang akan datang.
2.2 Tujuan Perataan Laba (1) (2) (3) (4) (5)
Tujuan perataan laba menurut Foster (1986) adalah sebagai berikut: Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang rendah Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang Meningkatkan kepuasan relasi bisnis Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen
2.3 Alasan Manajemen Perusahaan Melakukan Perataan Laba Brayshaw dan Eldin (1989) mengungkapkan dua alasan mengapa manajemen diuntungkan dengan adanya praktik perataan laba: pertama, skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya dan kedua, fluktuasi dalam kinerja manejemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen secara langsung. Ancaman penggantian ini mendorong manajemen untuk membuat laporan kinerja yang yang sesuai dengan keinginan pemilik. Dengan melakukan perataan laba maka perusahaan akan mampu mengendalikan abnormal return yang terjadi ketika laba diumumkan. Jika informasi laba yang diumumkan merupakan good news bagi investor maka harga saham akan meningkat dan memberikan abnormal return yang besar bagi investor sehingga hal tersebut menarik perhatian investor lain untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Tetapi jika informasi laba tersebut merupakan bad news maka harga saham akan turun dan menyebabkan investor melepas atau menarik investasinya dari perusahaan tersebut. Investor menilai kinerja manajemen dan kondisi perusahaan melalui laporan laba rugi. Dengan menampilkan laba yang relatif stabil diharapkan akan meningkatkan persepsi pihak eksternal mengenai kinerja manajemen perusahan tersebut. Adanya praktik perataan laba merupakan konsekuensi ekonomik. Dalam Agency Theory, perusahaan dipandang sebagai kumpulan kontrak pihak-pihak yang berkepen-
29
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
tingan (Wattz and Zimmerman, 1986), yaitu pemilik/pemegang saham dan kreditor sebagai prinsipal sedangkan manajer sebagai agen. Adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen menimbulkan masalah keagenan (Agency Problem). Masing-masing pihak mengutamakan kepentingannya. Sebagai mahluk yang rasional, agen mengutamakan kepentingannya (tanpa memperhitungkan kepentingan rinsipal), misalnya dengan melakukan manipulasi atas laporan laba rugi. Contohnya adalah Bonus Compensation Plan yang terkait dengan kinerja manajemen. Dengan menampilkan laba yang stabil (smooth income) maka kinerja manajemen akan dinilai baik oleh prinsipal sehingga manajer akan menerima bonus sebagai kompensasinya. Umumnya, manajemen atas laba (earnings management) terjadi jika manajer berkepentingan langsung terhadap angka laba (Schipper, 1989). 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba Healy (1985) mengemukakan bahwa keberadaan rencana kompensasi (compensation plan) merupakan faktor yang memotivasi manajemen untuk meratakan laba. Dijelaskan bahwa jika kompensasi manajemen didesain dengan menggunakan laba sebagai dasar pembagian bonus maka manajemen cenderung memilih prosedur akuntansi yang menstabilkan bonus atau kompensasi yang diterimanya. Jin (1998) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, antara lain ukuran perusahaan, profitabilitas, sektor industri, dan leverage operasi. Ashari et al (1994) memperoleh bukti bahwa perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan publik yang terdaftar di Singapore Stock Exchange berkaitan dengan profitabilitas di mana praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah, perusahaan yang berada pada industri yang berisiko, dan cenderung dilakukan oleh perusahaan Malaysia.
2.5 Studi Kandungan Informasi Atas Laba Ball dan Brown (1968) menduga manfaat keberadaaan angka laba akuntansi dengan menguji kandungan informasi dan ketepatan waktu dari angka laba tersebut. Mereka menemukan bahwa informasi yang terkandung dalam angka akuntansi adalah berguna yaitu jika laba yang sesungguhnya berbeda dengan laba ekspektasi (expected earning) maka pasar akan bereaksi yang tercermin dalam pergerakan harga saham sekitar tanggal pengumuman informasi laba. Harga saham cenderung naik apabila laba yang dilaporkan lebih besar daripada laba ekspektasi dan sebaliknya, harga saham cenderung turun apabila laba yang dilaporkan lebih kecil daripada laba ekspektasi. Beaver (1968) menyatakan bahwa perilaku harga dan volume sekitar tanggal pengumuman mengindikasikan bahwa laba tahunan mengandung informasi yang relevan untuk penilaian perusahaan. Hasil penelitian Ali (1994) memperlihatkan bahwa earning mengandung informasi tambahan melebihi kandungan informasi yang ada pada working capital dan cash flow.
2.6 Hipotesis Penelitian Manipulasi terhadap laba dianggap sebagai hal yang wajar. Manipulasi atas laba (dikenal dengan income smoothing) merupakan usaha manajemen untuk menekan variasi dalam laba. Selain berhubungan dengan Bonus Compensation Plan (yang dikaitkan dengan kinerja manajemen yang dinilai melalui laporan laba rugi), perataan laba juga ditujukan untuk memperbaiki citra perusahaan di mata pihak eksternal bahwa perusahaan memiliki risiko yang rendah (Foster, 1986). Investor menggunakan laporan keuangan sebagai media dalam menilai kinerja perusahaan. Atas dasar pertimbangan itulah maka manajemen berusaha menyajikan laporan keuangan sewajar mungkin, termasuk menyajikan laba perusahaan yang tidak terlalu fluktuatif. Pasar cenderung bereaksi terhadap segala informasi yang berkaitan dengan perusahaan emiten karena akan mempengaruhi nilai investasinya di perusahaan tersebut. Dengan melakukan manipulasi
30
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
laba untuk menyajikan smooth income, diharapkan reaksi pasar atas pengumuman informasi laba perusahaan tidak terlalu kuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana reaksi pasar atas pengumuman informasi laba perusahaan yang melakukan perataaan laba, dengan hipotesis: H0: pasar tidak bereaksi kuat terhadap informasi laba perusahaan HA: pasar bereaksi kuat terhadap informasi laba perusahaan
3. Metode Penelitian 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data sekunder perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yaitu data saham dan data akuntansi. Data saham yang digunakan adalah harga pasar saham, beta saham, dan return saham. Sedangkan data akuntansi yang digunakan adalah data laba (laba operasi dan laba bersih) dan data penjualan. Data-data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan Fact Book. BEJ dipilih sebagai sumber utama dalam penelitian ini atas dasar rasionalisasi bahwa BEJ merupakan pasar saham terbesar dan paling representatif di Indonesia. 3.2 Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEJ yang dipilih dengan menggunakan purposive/judgment sampling method, dengan kriteria sebagai berikut: (a) Perusahaan telah terdaftar di BEJ sampai dengan 31 Desember 1993 (b) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember untuk periode 1993 sampai dengan 1998 (c) Perusahaan tidak delisting selama periode penelitian (d) Laporan keuangan perusahaan periode 1993-1998 tersedia di bursa atau di media cetak (e) Selama periode peristiwa, perusahaan tidak melakukan pengumuman dividen untuk menghindari adanya pengaruh gabungan yang disebabkan adanya pengumuman laba dan dividen, atau yang mengumumkan peristiwa ekonomi lain selain laporan keuangan, misalnya akuisisi atau merger, restrukturisasi, atau mengalami perubahan kelompok usaha (f) Selama periode peristiwa, perusahaan tidak mengalami rugi mulai 1993-1998 karena penelitian ini bertujuan untuk melihat praktik perataan laba. Periodisasi data penelitian meliputi tahun 1993, 1994, 1995, 1996, 1997, dan 1998 yang dipandang cukup mewakili kondisi BEJ yang relatif stabil dan normal.
3.3 Variabel Penelitian Dan Pengukurannya 3.3.1 Pengukuran Indeks Perataan Laba Perataan laba dihitung dengan menggunakan Indeks Eckel sebagai berikut: …………………………………. (1) Indeks Perataan Laba = CV ∆I CV ∆S di mana: ∆I = perubahan laba dalam satu periode ∆S = perubahan penjualan dalam satu periode CV = koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan yang diharapkan
nilai
Adanya praktik perataan laba ditunjukkan oleh indeks yang kurang dari satu. Untuk tujuan penelitian ini, perusahaan akan diklasifikasikan sebagai perusahan yang melakukan praktik perataan laba atau tidak tergantung pada apakah indeks perataan laba kurang atau lebih dari satu.
31
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
Untuk menaksir koefisien variasi laba dan penjualan, digunakan data periode 1993 sampai 1998. Dalam penelitian ini digunakan angka laba operasi dan angka laba bersih. Digunakan angka tersebut karena laba operasi merupakan laba yang dihasilkan dari aktivitas utama perusahaan, sedangkan laba bersih merupakan angka laba yang akan mencakup seluruh akibat tindakan perataan laba di mana elemen-elemen luar biasa dapat digunakan sebagai sarana perataan laba. 3.3.2 Pengukuran Unexpected Earning (UE) Unexpected earning (laba tak terduga atau laba kejutan) dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan market expectation model karena penelitian ini merupakan penelitian pasar modal yang menghubungkan laba ekspektasi dengan harga saham. Unexpected earning (laba tak terduga) dihitung dari selisih antara laba yang sesungguhnya dengan laba ekspektasi pasar. Ueit = Eit - ait - bitMit …………………………………………....(2) di mana: Ueit = laba kejutan untuk perusahaan i pada tahun t Eit = laba yang dilaporkan untuk perusahaan i pada tahun t Mit = rata-rata laba seluruh perusahaan yang ada di pasar, selain perusahaan i, pada tahun t; ait dan bit adalah parameter yang ditaksir dari regresi atas laba perusahaan i pada tahun t dengan rata-rata laba perusahaan yang ada di pasar, dengan menggunakan data sampai t-1 Selanjutnya perusahaan dikelompokkan berdasarkan pada apakah mereka melaporkan positive earning surprise, jika laba yang direalisasi (yaitu laba yang diumumkan oleh perusahaan) lebih besar dari laba harapan; atau negative earning surprise, jika laba yang direalisasi lebih kecil dari laba harapan. 3.3.3 Pengukuran Abnormal Return (Ab(R)) Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, yang dirumuskan sebagai berikut: Ab(R) = Rit – E(Rit) ……………………………………………(3) Dimana: Ab(R) = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Rit = return yang sesungguhnya terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E(Rit) = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Dalam penelitian ini, abnormal return akan dihitung dengan menggunakan Market Model. Rit = αi + βi Rmt + ε it ………………….…………………………………..(4) Dimana: = return realiasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t Rit = intercept untuk sekuritas ke-i αI = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i βI = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t Rmt = kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-t εit Return sekuritas harian (Rit) dihitung dengan cara: Rit = Pit – Pit-1 …………..………………………………………(5) Pit-1 Sedangkan return pasar (Rmt) dihitung dengan cara: Rmt = IHSG t – IH SG t-1 ……………………………………...(6) IHSG t-1
32
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
Dengan menggunakan market model, akan diperoleh angka beta untuk masingmasing perusahaan. Beta sebagai pengukur volatilitas mengukur kovarian return suatu sekuritas dengan return pasar relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi beta, semakin sensitif return saham terhadap return pasar. Kovarian dalam perhitungan beta ini menunjukkan hubungan return suatu sekuritas dengan return pasar pada periode yang sama, yaitu periode ke-t. Beta untuk pasar modal yang berkembang (seperti BEJ) masih perlu disesuaikan. Alasannya adalah bahwa beta yang belum disesuaikan masih merupakan beta yang bias yang disebabkan oleh perdagangan yang tidak sinkron (nonsynchronous trading). Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan koreksi atas bias yang terjadi untuk beta saham akibat perdagangan tidak sinkron. Metode yang digunakan untuk mengoreksi bias adalah Metode Dimson (1979). Rumus beta dikoreksi menurut Metode Dimson untuk sekuritas ke-i adalah: Rit = αi + βi-n Rmt-n + … + βi 0 Rmt + … + βi-n Rmt+n + εit ………..(7) Dimana: Rit = return saham ke-i periode ke-t Rmt-n = return indeks pasar periode lag t - n Rmt+n = return indeks pasar periode lag t + n Hasil dari beta yang dikoreksi adalah penjumlahan dari koefisien-koefisien regresi berganda, sehingga Metode Dimson ini juga dikenal dengan istilah Metode Penjumlahan Koefisien (aggregate coefficient method). Besarnya beta yang dikoreksi adalah sebagai berikut: βi = βi -n + … + βi 0 + …+ βi n ……………………..……………………..(8) Untuk lag dan lead digunakan periode satu hari Pengujian adanya abnormal return tidak dilakukan untuk tiap-tiap sekuritas, tetapi dilakukan secara agregat dengan menguji rata-rata abnormal return seluruh sekuritas secara cross-section untuk tiap-tiap hari pada periode peristiwa. Rata-rata abnormal return (average abnormal return) untuk hari ke-t dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika sebagai berikut: k …………………………………(9) AARt = ∑ Ab(R) i,t i=1 k Dimana: AARt = average abnormal return (rata-rata abnormal return) pada hari ke-t Ab(R) = abnormal return sekuritas ke-i pada hari ke-t K = jumlah sekuritas yang terpengaruh oleh pengumuman suatu peristiwa
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Sampel Penelitian Penelitian ini menganalisis bagaimana reaksi pasar atas pengumuman informasi laba perusahaan untuk kasus praktik perataan laba. Apabila terdapat perusahaan yang memiliki Indeks Eckel lebih besar dari satu (berarti perusahaan tersebut tidak melakukan perataan laba) maka perusahaan tersebut dikeluarkan dari sampel penelitian (lihat rumus 1). Sasaran perhitungan Indeks Eckel adalah laba operasi dan laba bersih. Data tanggal pengumuman informasi laba diperoleh melalui tanggal laporan keuangan yang diterbitkan di bursa. Hasil seleksi sampel dengan menggunakan purposive/judgement sampling method disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini:
33
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
Tabel 4.1 Seleksi Sampel Kriteria Sampel Perusahaan yang terdaftar di BEJ sampai dengan 31 Desember 1993 Perusahaan yang mengalami rugi selama 1993-1998 Perusahaan yang tahun bukunya tidak berakhir 31 Desember Perusahaan yang tanggal pengumuman laba tidak tersedia Perusahaan dengan Indeks Eckel lebih dari satu Jumlah sampel akhir
Jumlah 172 (129) (2) (4) (2) 35
Tabel 4.1 di atas memperlihatkan bahwa dari 172 perusahaan yang go public sampai akhir 1993, ternyata hanya 43 (25%) perusahaan yang tidak mengalami kerugian ketika krisis mulai melanda perekonomian Indonesia. Setelah melalui proses seleksi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, terpilih 35 perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini (20,34%). Perusahaan yang menjadi sampel cukup variatif dalam jenis usahanya (tidak berasal dari dari jenis usaha tertentu). Hal ini berarti sampel penelitian sudah heterogen sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak hanya untuk golongan usaha tertentu.
4.2 Pengelompokan Saham Sampel penelitian dikelompokkan sebagai positive earning surprise dan negative earning surprise dengan menggunakan Market Expectation Model (rumus 2). Dengan menggunakan rumus ini diperoleh hasil yaitu 22 perusahaan (63%) menunjukkan positive earning surprise sedangkan sisanya sebanyak 13 perusahaan (37%) menunjukkan negative earning surprise. Kelompok positive earning surprise menunjukkan bahwa perkembangan laba yang terjadi selama periode penelitian meningkat, maka pengumuman laba untuk kelompok ini merupakan suatu berita baik bagi pasar sehingga diperkirakan harga saham akan bereaksi positif pada tanggal pengumuman laba. Sedangkan untuk kelompok negative earning surprise, perkembangan laba menunjukkan suatu penurunan selama periode penelitian. Hal tersebut merupakan berita buruk bagi pasar dan diperkirakan harga saham akan bereaksi negatif pada tanggal pengumuman laba.
4.3 Abnormal Return (Ab(R)) Pada Periode Peristiwa Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dengan return ekspektasi. Abnormal return merupakan reaksi harga terhadap pengumuman laba pada suatu hari tertentu. Karena reaksi tersebut dapat terjadi selama beberapa hari maka selain rata-rata abnormal return, untuk setiap kelompok saham juga dihitung Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) yang merupakan penjumlahan Average Abnormal Return (AAR) selama periode peristiwa. Dengan demikian CAAR menunjukkan total reaksi harga selama periode peristiwa. Untuk kelompok yang mengalami kenaikan (penurunan) laba, CAAR seharusnya positif (negatif).
34
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
Tabel 4.4 Average Abnormal Return dan Cumulative Average Abnormal Return (Kelompok Positive Earning Surprise) Hari ke-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
AARt -0,00675 -0,0048 -0,00219 0,000983 0,006582 0,00271 0,01745 0,004423 0,0033523 0,010373 0,013618
CAARt -0,00675 -0,01155 -0,00699 -0,00121 0,007565 0,009292 0,002016 0,021873 0,037946 0,043896 0,023991
Pada Tabel 4.4 di atas, Average Abnormal Return (AARt) sejak hari –5 sampai dengan hari –3 menunjukkan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari-hari tersebut investor tidak menikmati abnormal return karena tidak ada peristiwa yang menyebabkan harga saham pada hari-hari tersebut mengalami peningkatan. Pada hari – 2 dan hari –1, AARt menunjukkan arah positif (0,000983 dan 0,006582) dan pada hari pengumuman laba (hari ke-0), AARt menunjukkan arah positif (0,00271). Pergerakan AARt masih menunjukkan arah positif sampai dengan hari +1 (0,01745). Adanya peningkatan AARt sejak dua hari sebelum sampai dengan satu hari setelah pengumuman laba menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan perusahaan sesuai dengan harapan pasar dan mendorong terjadinya kenaikan harga saham sehingga investor menikmati abnormal return. AARt pada hari +2 dan +3 mengalami penurunan (0,004423 dan 0,00335323). Hal ini menunjukkan bahwa investor hanya menikmati abnormal return selama tiga hari saja. Adanya penurunan AARt menunjukkan bahwa saham bergerak menuju ekuilibrium harga yang baru setelah pengumuman laba. Setelah tercapai ekuilibrium harga yang baru, AARt mengalami peningkatan kembali pada hari +4 dan +5. Pada hari-hari sebelum pengumuman laba seharusnya investor tidak menikmati abnormal return. Ternyata investor menikmati adanya abnormal return pada hari –2 dan – 1. Hal tersebut dapat tejadi karena adanya kebocoran informasi mengenai laba yang akan diumumkan perusahaan ke pasar (bahwa laba yang akan diumumkan sesuai dengan harapan investor) sehingga investor langsung bereaksi dan memperoleh abnormal return. Cumulative Average Abnormal Return (CAARt) pada kelompok positive earning surprise pada hari –5 sampai dengan hari –2 menunjukkan arah negatif. CAARt mulai bergerak ke arah positif pada hari –1 dan pada hari-hari setelah pengumuman laba. Adanya CCARt yang bernilai negatif pada kelompok positive earning surprise tidak sesuai dengan dugaan semula bahwa untuk kelompok saham yang mengalami kenaikan laba akan diikuti dengan CAARt yang positif.
35
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
Tabel 4.5 Average Abnormal Return dan Cumulative Average Abnormal Return (Kelompok Negative Earning Surprise) Hari ke-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
AARt -0,01112 0,0042 0,002431 -0,01227 0,016285 0,01251 0,003638 -0,00668 0,024408 0,025715 0,038123
CAARt -0,01112 -0,00692 -0,00449 -0,01676 -0,00047 0,012036 0,015674 0,008994 0,033402 0,059117 0,09724
Pada Tabel 4.5 di atas, AARt pada hari –5 bertanda negatif yang berarti tidak ada abnormal return yang dinikmati investor. AARt pad hari –4 dan –3 menunjukkan arah positif. Sedangkan pada hari –2, AARt kembali menunjukkan arah negatif. Pergerakan AARt dari positif ke negatif pada hari-hari sebelum pengumuman laba menunjukkan bahwa investor meragukan apakah laba yang akan diumumkan oleh perusahaan dalam kelompok negative earning surprise sesuai dengan laba harapan investor atau tidak. Abnormal return mulai dinikmati investor pada hari –1 samapai dengan hari +1 dan AARt pada tiga hari tersebut bergerak menurun dan mencapai titik terendah pada hari +2 (0,00668). Hal tersebut menunjukkan bahwa investor menganggap pengumuman laba perusahaan dalam kelompok negative earning surprise merupakan bad news sehingga terjadi penurunan harga saham di pasar. Pada hari +3, +4, dan +5 AARt bergerak ke arah positif. Berarti harga saham bergerak menuju ekuilibrium harga yang baru setelah investor bereaksi atas pengumuman laba. Cumulative Average Abnormal Return (CAARt) untuk kelompok negative earning surprise menunjukkan arah negatif pada hari-hari sebelum pengumuman laba (hari –5 sampai dengan hari –1). Sedangkan pada hari pengumuman laba perusahaan dan pada hari-hari setelahnya, CAARt bergerak ke arah positif. Hal ini tidak sesuai dengan dugaan bahwa perusahaan yang mengalami penurunan laba akan diikuti dengan CAARt yang negatif juga. Pergerakan CAARt pada kedua kelompok saham di atas dari arah negatif ke arah positif menunjukkan bahwa angka laba yang dilaporkan mengandung informasi yang berguna bagi pasar.
4.5 Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan atas H0 yaitu bahwa pasar tidak bereaksi kuat terhadap informasi laba perusahaan. Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 menyajikan statistik pengujian untuk kelompok positive dan negative earning surprise. Uji statistik berguna untuk melihat signifikansi abnormal return selama periode peristiwa. Hasil uji statistik disajikan dalam Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 berikut ini:
36
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
Tabel 4.6 Pengujian Statistik Terhadap Abnormal Return (Kelompok Positive Earning Surprise) Hari ke-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
AARt -0,00675 -0,0048 -0,00219 0,000983 0,006582 0,00271 0,01745 0,004423 0,0033523 0,010373 0,013618
t-hitung -0,6589 -0,2010 -0,6564 -0,0995 0,7669 -0,4325 1,1386 0,7496 1,6110 0,0141 0,6738
Tk. Kepercayaan 95%, df=21 (-2,080
Tabel 4.7 Pengujian Statistik Terhadap Abnormal Return (Kelompok Negative Earning Surprise) Hari ke-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
AARt -0,01112 0,0042 0,002431 -0,01227 0,016285 0,01251 0,003638 -0,00668 0,024408 0,025715 0,038123
t-hitung 0,0883 0,2474 0,3602 -0,068 1,534 -0,8484 0,4644 -0,5104 0,7111 1,1964 1,3377
Tk Kepercayaan 95%, df=12 (-2,179
Hasil pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 menunjukkan nilai rata-rata Abnormal Return (AARt) untuk tiap kelompok saham dan pengujian-t selama periode peristiwa. Untuk kedua kelompok saham, hasil keseluruhan menunjukkan bahwa AARt selama 11 hari (periode peristiwa) secara statistik tidak signifikan (t-hitung selama periode peristiwa lebih kecil daripada t-tabel). Dengan demikian, untuk masing-masing kelompok saham, t-hitung selama periode peristiwa berada pada daerah penerimaan H0, sehingga H0 yang menyatakan bahwa pasar tidak bereaksi kuat atas pengumuman informasi laba perusahaan tidak ditolak. Hasil secara keseluruhan sesuai dengan harapan yaitu bahwa pasar tidak bereaksi kuat atas pengumuman laba perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Griffin, 1997) yaitu bahwa angka laba berguna bagi investor untuk memperkirakan nilai investasinya pada perusahaan emiten. Angka laba (baik laba tahunan maupun laba kwartalan) merupakan sumber informasi utama dalam memperkirakan arus kas di masa mendatang. Pengungkapan informasi akuntansi akan membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi karena data akuntansi merupakan sumber informasi mengenai tingkat risiko. Investor menilai besar kecilnya risiko suatu perusahaan berdasarkan variabilitas laba
37
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
yang dilaporakan dari tahun ke tahun. Semakin tinggi tingkat variabilitas laba maka risiko berinvestasi di perusahaan tersebut juga dinilai tinggi. Dari Tabel 4.4 dan Tabel 4.5, Average Abnormal Return (AARt) pada kedua kelompok saham mengalami peningkatan pada hari-hari selama periode peristiwa. Adanya abnormal return tersebut memberikan bukti bahwa pengumuman laba perusahaan mengandung informasi bagi pasar. Dalam Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 disajikan statistik pengujian untuk meguji signifikansi abnormal return pada tanggal pengumuman dan diperoleh hasil bahwa abnormal return yang terjadi dalam periode peristiwa tidak signifikan secara statistik. Terjadinya abnormal return yang tidak signifikan secara statistik berhubungan dengan praktik perataan laba yang dianalisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya (Assih,1999) yaitu reaksi pasar tidak terlalu kuat terhadap pengumuman laba karena laba tersebut sudah dimanipulasi (income smoothing). Dengan demikian, penelitian ini tidak menolak H0 (reaksi pasar tidak terlalu kuat atas pengumuman laba perusahaan) dan tidak mendukung HA (pasar bereaksi kuat terhadap pengumuman laba perusahaan yang melakukan perataan laba).
5.Simpulan, Keterbatasan Penelitian dan Saran 5.1 Simpulan Penelitian ini menganalisis sampel yang terdiri dari 35 perusahaan dari 172 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai akhir 1993 untuk melihat hubungan antara reaksi pasar dengan praktik perataan laba. Konsisten dengan penelitian sebelumnya (Assih, 1998), penelitian ini memperlihatkan hasil bahwa reaksi pasar tidak terlalu kuat untuk perusahaan yang melakukan praktik perataan laba. Penelitian ini mengindikasikan adanya praktik perataan laba di pasar modal Indonesia dan menemukan bahwa (1) angka laba memiliki kandungan informasi yang bermanfaat bagi pasar, yang terlihat dari hubungan antara unexpected earning dengan abnormal return pada sekitar tanggal pengumuman informasi laba perusahaan. Temuan ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Utami dan Suharmadi (1998), (2) rata-rata abnormal return yang terjadi pada periode peristiwa pengumuman laba (11 hari) tidak signifikan secara statistik, (3) praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan mempunyai manfaat untuk memperbaiki citra perusahaan di mata investor karena variabilitas laba yang rendah berarti risiko perusahaan tersebut kecil.
5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu (1) penelitian tidak membahas variabel yang dapat digunakan dalam perataan laba sehingga untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk menganalisis variabel apa saja yang dapat digunakan dalam meratakan laba dan membandingkan reaksi pasar yang akan terjadi jika perataan laba dilakukan pada variabel yang berbeda, (2) dalam penelitian ini tidak dibahas mengenai pandangan investor terhadap adanya praktik perataan laba. Sampel dalam penelitian kemungkinan terimbas oleh krisis ekonomi karena laporan keuangan perusahaan meliputi tahun sebelum dan saat Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga pemilihan sampel kemungkinan tidak mewakili populasi yang ada. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menganalisis bagaimana persepsi investor tentang adanya praktik perataan laba di pasar modal. Dari hasil penelitian ini maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah (1) investor harus menyadari kemungkinan bahwa perusahaan emiten melakukan praktik perataan laba sehingga investor harus lebih berhati-hati dalam melakukan analisis sebelum melakukan investasi, (2) adanya indikasi bahwa praktik perataan laba terjadi di pasar modal Indonesia sebagai upaya manipulasi laporan keuangan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak regulator di lingkungan pasar modal untuk menyusun
38
TEMA, Volume II, Nomor 1, Maret 2001
ketentuan yang berkaitan dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan agar tidak menyesatkan para pemakai laporan keuangan tersebut
Daftar Pustaka Ali, Ashiq., 1994, ”The Incremental Information Content of Earning, Working Capital from Operation and Cash Flow”, Journal of Accounting Research.Vol. 32. No. 1 (Spring), p. 61-73 Ashari, Nasuhiyah., Hian C. Koh, Soh L. Tan, and Wei H. Wong, 1994, ”Factors Affecting Income Smoothing Among Listed Companioes in Singapore”, Accounting and Business Research, Vol. 24. No. 96, p. 291-301 Assih, Prihat., dan M. Gudono, ”Hubungan Tindakan Perataan Laba Dengan Reaksi Pasar Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi II, September, Malang Barnea, Amir., Joshua Ronen, and Simcha Sadan, 1976, ”Classificatory Smoothing of Income with Extraordinary Items”, The Accounting Riview, (January), p. 110-122 Ball, Ray., and Philip Brown, 1968, ”An Empirical Evaluation of Accounting Income Numbers”, Journal of Accounting Research, (Autumn), p. 159-178 Bartov, Eli., 1993, ”The Timing of Asset Sales and Earning Manipulation”, The Accounting Review, Vol. 68, No. 4 (October), p. 840-855 Beaver, William H., 1968, ”The Information Content of Annual Earnings Announcement”, Journal of Accounting Research, (Supplement), p. 67-92 Beidleman, C., 1973, ”Income Smoothing: The Role of Management”, The Accounting Review, (October), p. 653-668 Brayshaw, R.E., and Ahmed E.K Eldin, 1989, ”The Smoothing Hypothesis and The Role of Exchange Differences”, Journal of Business, Finance and Accounting, 16(5) Winter, p. 621-633 Eckel, Norm., 1982, ”The Income Smoothing Hypothesis Revisited”, ABACUS, Vol. 17, No. 1, p. 28-40 Foster, G., ”Financial Statement Analysis”, 2nd Edition, Englewood Cliffs New Jersey, Prentice Hall International Griffin, Paul A., 1977, ”The Time-Series Behavior of Quarterly Eranings Preliminary Evidence”, Journal of Accounting Research, (Spring), p. 71-83 Hartono, Jogiyanto., 1998, ”Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Edisi Pertama, BPFEYogyakarta Healy, Paul M., 1985, ”The Effect of Bonus Schemes on Accounting Decision”, Journal of Accounting and Economics 7, p. 85-107 Hermawan, 1999, ”Analisis Faktor-faktor yang Berasosiasi dengan Perilaku Income Smoothing oleh Perusahaan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Ilmainir, 1993, ”Perataan Laba dan Faktor-faktor Pendorongnya Pada Perusahaan Publik di Indonesia”, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Jin, Liauw She., dan Mas’ud Machfoedz, 1998, ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2, (Juli), p. 174-191 Kieso, Donald E., dan Jerry J. Weygandt, 1995, Akuntansi Intermediate, Binarupa Aksara, Jakarta Michelson, Stuart E., James J. Wagner, and Charles W. Wootton, 1995, ”A Market Based Analysis of Income Smoothing”, Journal of Business, Finance and Accounting, 22(8), December, p. 1179-1193 Moses, O. Douglas., 1987, ”Income Smoothing and Incentives: Empirical Tests Using Accounting Changes”, The Accounting Review, Vol. LXII, No. 2, (April), p. 358-377 Schipper, Katherine., 1989, ”Commentary on Earnings Management”, Accounting Horizons, December, p. 91-102
39
Dwiatmini dan Nurkholis, Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba…
Statement of Financial Accounting Concept No. 1 Thn. 1992 Utami, Wiwik., dan Suharmadi, ”Pengaruh Informasi Penghasilan Perusahaan Terhadap Harga Saham di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 1, No. 2, (Juli), p. 255-268 Wattz, R.L. and J.L Zimmerman, 1986, ”Positive Accounting Theory (Prentice-Hall, International Edition, New Jersey) Wimbari, Wulan., 1998, ”Analisis Faktor-faktor Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dividend Payout, Pertumbuhan dan Jenis Industri sebagai Penjelas Perilaku Income Smoothing”, Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Zuhroh, Diana., 1997, ”Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
40