ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUBUR SINGKONG (Manihot esculenta Crant.) INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR (Ipomea batatas L.) INSTAN
SKRIPSI
Oleh: IHSAN FAUZANO F24103026
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUBUR SINGKONG (Manihot esculenta Crant.) INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR (Ipomea batatas L.) INSTAN
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh: IHSAN FAUZANO F24103026
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Preferensi Konsumen terhadap Bubur Singkong (Manihot Esculenta Crant.) Instan dan Bubur Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.) Instan : Ihsan Fauzano : F24103026
Menyetujui: Pembimbing,
(Dr. Dra. Waysima, M.sc.) NIP 19530820 198303.2.003
Mengetahui: Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Dahrul Syah, M. Sc.) NIP 19680505 199203.2.002
Tanggal ujian sidang Sarjana: 29 November 2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Preferensi Konsumen terhadap Bubur Singkong (Manihot Esculenta Crant.) Instan dan Bubur Ubi Jalar (Ipomea Batatas L.) Instan adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dan dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, 25 April 2011 Yang membuat pernyataan
Ihsan Fauzano F 24103026
© Hak cipta milik Ihsan Fauzano, tahun 2011 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
CONSUMER PREFERENCE OF INSTANT CASSAVA (Manihot esculenta Crant.) PORRIDGE AND INSTANT SWEET POTATO (Ipomea batatas L.) PORRIDGE Ihsan Fauzano Departement of Food Science and Technology. Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone 62 81316272528, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT The utilization of cassava and sweet potato as a source of carbohydrates require food processing technology that makes it easier and faster to consume, one form of food processing of cassava and sweet potato are instant porridge. Instant porridge made from cassava and sweet potato is a brand new kind of product, therefore it is necessary to held consumer preferences study before further development. The research conducted by survey method using Mann-Whitney Test and Kruskal Wallis Test to examine the correlation of characteristic of respondent and their preferences. The survey method also using Fishbein’s Multi Attribute Model to determine the level of respondent acceptance and respondent preference. There is statistically significant correlation between income level and the level of instant porridge consumption, moreover also there is statistically significant correlation between motivation of consumption and the level of instant porridge consumption. Although some attributes has a good respondent acceptance level, there are still some mid to low acceptance level of both instant porridge product’s attributes. Further development have to be made to make a perfect instant cassava porridge and instant sweet potato porridge. Keywords: preference, cassava, sweet potato, instant porridge
IHSAN FAUZANO. F24103026. Analisis Preferensi Konsumen terhadap Bubur Singkong (Manihot esculenta Crant.) Instan dan Bubur Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Instan . Di bawah bimbingan Waysima. 2011
RINGKASAN Komoditi yang berpotensi besar dalam program diversifikasi pangan pokok adalah singkong dan ubi jalar. Pemanfaatan singkong dan ubi jalar sebagai makanan pokok sumber karbohidrat memerlukan teknologi pengolahan yang membuatnya lebih mudah dan lebih cepat untuk dikonsumsi, salah satunya pengolahan singkong dan ubi jalar menjadi bubur instan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara karakteristik responden dan preferensinya terhadap produk bubur instan, mengetahui evaluasi responden terhadap atribut mutu produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan, mengetahui tingkat penerimaan responden terhadap produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan, dan mengidentifikasi atribut-atribut mutu yang perlu mendapat perbaikan sebelum masuk ke tahap scale-up industry. di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008. Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pembuatan bubur instan dan penelitian penerimaan produk bubur instan. Proses pembuatan bubur instan dilakukan bersama Hendy (2007) dan Isnaeni (2007) terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap perancangan formula, formulasi, optimasi dan analisis untuk penentuan formula terbaik yang selanjutnya digunakan sebagai sampel. Penelitian penerimaan produk bubur instan yang dilakukan dengan metode survei mengunakan Analisis MannWhitney dan Analisis Kruskal Wallis untuk mengkaji hubungan karakteristik responden dan preferensi responden, dan Analisis Multiatribut Fishbein untuk mengetahui tingkat penerimaan responden. Berdasarkan analisis oleh Isnaeni (2007), formula terbaik yaitu formula dengan komposisi 25% ubi jalar, 73,03% air, dan 1,97% dekstrin. Berdasarkan analisis oleh Hendy (2007), formula terbaik yaitu formula dengan komposisi 25% singkong, 72,25 air, dan 2,75% dekstrin. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan Berdasarkan hasil uji MannWhitney (Lampiran 8) diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,529). Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis, diketahui bahwa usia responden tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat konsumsi (p=0,475), tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,058), pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035 (dibawah 0,05), pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan (p=0,577), motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan (0,047). Berdasarkan hasil analisis multiatribut Fishbein, diketahui skor keyakinan (bi) responden terhadap atribut produk bubur instan adalah 0,906 untuk atribut rasa, 0,917 untuk atribut warna, 1,042 untuk atribut kepraktisan, 0,365 untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,896 untuk atribut tekstur, 0,885 untuk atribut aroma dan 0,938 untuk atribut kemampuan sebagai pengganti nasi. Berdasarkan hasil analisis multiatribut Fishbein, diketahui skor evaluasi (ei) konsumen terhadap produk bubur singkong instan adalah 0,188 untuk atribut rasa, 0,792 untuk atribut warna, 1,073 untuk atribut kepraktisan, 0,646 untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,667 untuk atribut tekstur, 0,385 untuk atribut aroma dan 0,813 untuk atribut kemampuan sebagai pengganti nasi. Sedangkan skor evaluasi (ei) konsumen terhadap produk bubur ubi jalar instan adalah 0,365 untuk atribut rasa, 0,365 untuk atribut warna, 1,083 untuk atribut kepraktisan, 0,479 untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,833 untuk atribut tekstur, 0,750 untuk atribut aroma dan 0,885 untuk atribut kemampuan sebagai pengganti nasi. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis multiatribut Fishbein, diketahui skor sikap (Ao) total produk bubur singkong instan adalah 3,949 dan skor sikap (Ao) total produk bubur ubi jalar instan adalah 4,208. Berdasarkan nilai skor sikap total, diketahui bahwa penerimaan produk bubur singkong instan dan penerimaan produk bubur ubi jalar instan adalah sama-sama disukai oleh responden.
BIODATA PENULIS Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 19 Mei 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bambang Abdul Gani dan Endriati Fauzie. Pendidikan penulis dimulai pada tahun 1991 - 1997 di SD Islam Muhammadiyah Al-azhar Payakumbuh, kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di SLTPN 1 Payakumbuh hingga lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2003 penulis telah menyelesaikan pendidikannya di SMUN 1 Payakumbuh. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian.
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan karunia, rahmat, dan kasih sayangNya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul ” Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Bubur Singkong (Manihot esculenta Crant.) Instan dan Bubur Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Instan”. Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dra. Waysima, M.Sc selaku dosen pembimbing akademik atas pengarahan, dan masukan serta kesabarannya untuk membimbing penulis dan memberikan dorongan moril selama kuliah sampai pada penyelesaian skripsi. 2. Dian Herawati, STP M.Si dan Antung Sima Firlieyenti, STP M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan berarti demi perbaikan skripsi ini. 3. Papa, Ibuk, adik-adikku Zaki Fauzano dan Alfin Fauzano atas segala dukungan yang tidak ternilai harganya baik secara fisik dan moril, kasih sayang, serta untuk keluarga besar yang telah memberi semangat bagi penulis. 4. Hendy dan Noor. Terima kasih untuk bantuan, kebersamaan, motivasi, dan dukungan selama penelitian. 5. Teman-teman satu angkatan ITP 40. 6. Ade Putra, Hendrick Kasmadihardja yang telah memberikan banyak dorongan moril dan anggota Rumah Qita lainnya: Holis, Fakri, Nandi, Yandra, Fajri. 7. Ikhsan Novembrianto dan Nanda Taufiq Aulia yang telah banyak membantu memberikan dorongan moril. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh sempurna dan perlu banyak masukan serta saran. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan terhadap pengembangan ilmu dan teknologi khususnya dalam bidang Ilmu dan Teknologi Pangan.
Bogor, April 2011
Ihsan Fauzano
iii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ ........................................................................................................................................ viii I.
PENDAHULUAN .................................................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................
1
B. TUJUAN .......................................................................................................................
2
C. MANFAAT ...................................................................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA .. .....................................................................................................
3
A. SINGKONG DAN UBI JALAR .. .................................................................................
3
B. BUBUR INSTAN ..........................................................................................................
4
C. PROSES PEMBUATAN BUBUR INSTAN .................................................................
5
D. KARAKTERISTIK PRODUK BUBUR UBI JALAR INSTAN ...................................
7
E. KARAKTERISTIK PRODUK BUBUR UBI SINGKONG INSTAN ..........................
8
F. ANALISIS PROKSIMAT BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN............................................................................................................ 9 G. PASAR DAN PRODUK ............................................................................................... 11 H. PREFERENSI KONSUMEN ........................................................................................ 12 I. PERILAKU KONSUMEN ............................................................................................ 14 J. ANALISIS MULTIATRIBUT MODEL FISHBEIN .................................................. 14
III. METODOLOGI ................................................................................................................... 17 A. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ........................................................................ 17 B. METODE DAN DESAIN PENELITIAN ..................................................................... 18 C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ......................................................................... 18
iv
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ............................................................................ 19 E. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUESIONER ................................................... 19 F. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA ................................................................... ....................................................................................................................................... 21 G. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ..................................................................... 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 23 A. UJI VALIDITAS DAN REABILITAS KONSUMEN ................................................. 23 B. PROFIL RESPONDEN ................................................................................................. 23 C. ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN ............................................................. 27 D. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN ...................................... 28 E. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN ..................................... 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................. 33 A. KESIMPULAN .............................................................................................................. 33 B. SARAN .......................................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 35 LAMPIRAN ......................................................................................................................... 37
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1
Data Produksi Dan Konsumsi Beras Tahun 2005 – 2008 ............................... 1
Tabel 2
Produksi Singkong Dan Ubi Jalar Di Indonesia ............................................
Tabel 3
Komposisi Kimia Singkong Per 100 Gram ..................................................... 3
Tabel 4
Komposisi Kimia Ubi Jalar Putih dan Ubi Jalar Kuning .................................
1
4 Tabel 5
Rekapitulasi Hasil Dari Penelitian Pendahuluan ............................................. 7
Tabel 6
Tiga Formula Hasil Optimasi Dx7 .................................................................
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Dari Penelitian Pendahuluan ............................................. 8
Tabel 8
Lima formula hasil optimasi dengan DX7 .......................................................
8
9 Tabel 9
Hasil Analisis Proksimat Bubur Singkong Instan Formula Optimum ............ 10
Tabel 10
Hasil Analisis Proksimat Bubur Ubi Jalar Instan Formula Optimum ..........................................................................................
10
Tabel 11
Hasil Uji Validitas Kuesioner ......................................................................... 22
Tabel 12
Hasil Analisis Pengaruh Karakteristik Responden Terhadap Produk Bubur Instan .............................................................................................................. 28
Tabel 13
Skor Keyakinan (Bi) Responden Terhadap Atribut Produk Bubur Instan ...... 29
Tabel 14
Skor Evaluasi (Ei) Responden Terhadap Atribut Produk Bubur Ubi Jalar Instan ....................................................................................
29
Tabel 15
Skor Evaluasi (Ei) Responden Terhadap Atribut Bubur Ubi Jalar Instan ...... 30
Tabel 16
Skor Evaluasi (Ei) Konsumen Terhadap Produk Bubur Instan ........................ 30
Tabel 17
Skor Sikap (Ao) Responden Terhadap Produk Bubur Instan ............................................................................................................... 31
Tabel 18
Skor Maksimum Sikap (A0 Maks) Produk Bubur Instan ................................
Tabel 19
Rentang (Skala) Skor Preferensi ..................................................................... 32
32
vi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1
Proses Pembuatan Bubur Ubi Jalar Instan .................................................. 6
Gambar 2
Proses Pembuatan Bubur Singkong Instan .................................................
7
Gambar 3
Hubungan Antara Komponen Sikap Dengan Komponen Norma Subjektif Dalam Model Fishbein .................................................................................. 15
Gambar 4
Kerangka Pendekatan Studi ........................................................................ 17
Gambar 5
Prosentasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 24 .................................................................................................................
Gambar 6
Prosentasi Responden Berdasarkan Golongan Umur .................................. 25
Gambar 7
Prosentasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...........................
Gambar 8
Prosentasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ................................... 25
Gambar 9
Prosentasi Responden Berdasarkan Tingkat Pengeluaran ............................
25
26 Gambar 10
Prosentasi Responden Berdasarkan Alasan (Motivasi) ...............................
26
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2
Design actual formula bubur ubi jalar instan pada program DX7 dan hasil pengukuran response ................................................................... 38 . Design actual formula bubur singkong instan pada program DX7 dan hasil pengukuran response ..................................... 40
Lampiran 3
Contoh Kuesioner untuk Golongan Dewasa ......................................... 42
Lampiran 4
Contoh Kuesioner untuk Golongan Remaja ......................................... 47
Lampiran 5
Hasil Uji Validitas Kuesioner ............................................................... 52
Lampiran 6
Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..........................................................
Lampiran 7
Frekuensi konsumsi bubur instan.......................................................... 56
Lampiran 8
Hasil Analisis Mann-Whitney untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Jenis Kelamin Responden ....................................... ..........................................................................................................58
Lampiran 9
Hasil Analisis Kruskal-Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Usia Responden .....................................................
55
59
Lampiran 10
Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Tingkat Pendidikan Responden ............................................................................................ 60
Lampiran 11
Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Jenis Pekerjaan Responden .................................... 61
Lampiran 12
Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Tingkat Pengeluaran Responden ........................... ..........................................................................................................62
Lampiran 13
Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Motivasi Konsumsi Responden .............................
63
Skor Sikap responden terhadap Bubur Instan ......................................
64
Lampiran 14
viii
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Peningkatan populasi penduduk Indonesia dari tahun ke tahun menyebabkan kenaikan kebutuhan pangan, termasuk kebutuhan pangan pokok. Namun konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia mempunyai kecenderungan hanya pada satu komoditi saja, yaitu beras. Makanan pokok beras yang dikonsumsi dalam bentuk nasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pola makan hampir 100% penduduk Indonesia. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan beras nasional sangat tinggi. Namun kebutuhan beras yang sangat tinggi tersebut belum diimbangi dengan mencukupinya produksi nasional sehingga mengakibatkan angka impor beras nasional cukup tinggi dari tahun ke tahun. Data produksi dan kebutuhan beras nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun 2006-2008 (dalam ton) Tahun 2006 2007 2008
Kebutuhan 33.464.497 34.103.372 34.549.610
Produksi Tersedia 32.104.621 32.642.850 32.812.312
Defisit (Impor) 1.359.876 1.460.522 1.737.298
Sumber : Departemen Pertanian 2009
Kecenderungan konsumsi masyarakat terhadap beras menyebabkan sumber makanan pokok lain dari kelompok serealia dan umbi-umbian kurang dimanfaatkan secara optimal. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui diversifikasi pangan pokok. Pada Hari Pangan tahun 2000, pemerintah mencanangkan program ketahanan pangan dengan cara penganekaragaman pangan (diversifikasi). Banyaknya sumber daya pangan lain selain beras yang berpotensi tetapi kurang dimanfaatkan sebagai makanan pokok memungkinkan diversifikasi pangan dapat diwujudkan. Ubi jalar dan singkong merupakan kelompok umbi-umbian yang cukup populer di kalangan masyarakat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Hanya saja pemanfaatannya masih terbatas misal direbus, dikukus, dipanggang, atau dijadikan kolak. Sedangkan tingkat produksi nasional akan dua jenis umbi tersebut cukup tinggi. Kelebihan dua komoditi ini adalah keduanya mampu tumbuh pada kondisi kesuburan yang kurang baik. Data produksi singkong dan ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi singkong dan ubi jalar di Indonesia Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Singkong (Ton) 16.913.104 18.523.810 19.424.707 19.321.183 19.986.640 19.988.058
Ubi Jalar (Ton) 1.771.642 1.991.478 1.901.802 1.856.969 1.854.238 1.886.852
Sumber : Badan Pusat Statistik 2008
Pemanfaatan ubi jalar dan singkong sebagai alternatif makanan pokok memerlukan pengembangan produk olahan dengan penyajian yang cepat dan mudah diperoleh. Salah satunya melalui pengembangan bubur instan sebagai pengganti nasi. Produk ini diharapkan dapat mendukung program diversifikasi pangan dan meningkatkan nilai tambah ubi jalar dan singkong yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas petani, dan pada akhirnya dapat membantu mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.
Produk makanan instan seperti bubur instan memiliki keunggulan utama yaitu bersifat praktis dalam penyiapan penyajiannya. Produk makanan instan secara umum dapat langsung disajikan dengan cara diseduh, tidak perlu dimasak atau perlakuan sejenis yang membutuhkan banyak waktu yang juga membutuhkan sarana dan prasarana memasak. Kepraktisan produk makanan instan sangat diperlukan bagi sebagian orang yang tidak punya waktu atau tidak punya sarana dan prasana yang mencukupi untuk memasak. Produk bubur instan dari bahan singkong dan ubi jalar dikembangkan dengan tujuan menghasilkan produk pangan alternatif makanan pokok yang praktis, murah biaya pembuatannya dan juga diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bahan pangan singkong dan ubi jalar. Desain produk bubur instan ini dibuat sedemikian rupa untuk menghasilkan produk dengan biaya produksi serendah mungkin. Hasil akhirnya adalah berupa produk yang praktis, murah tetapi cukup asupan kalorinya. Penelitian Hendy (2007) dan Isnaeni (2007) telah menghasilkan bubur singkong instan dengan formula terbaik ( singkong 25%, air 72.25%, dan dekstrin 2.75%) dan bubur ubi jalar instan dengan formula terbaik ( ubi jalar 25%, air 73%, dan dekstrin 1.97%). Penelitian mengenai preferensi konsumen produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan ini dilakukan melihat tingginya peluang pengembangan sebagai alternatif makanan pokok. Sejauh ini, penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan belum pernah dilakukan. Hal ini dikarenakan bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan adalah produk baru yang belum pernah dikembangkan sebelumnya. Penelitian preferensi konsumen ini akan menitikberatkan untuk mengetahui evaluasi responden terhadap atribut mutu produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan. B. TUJUAN Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1.
Menganalisis hubungan antara karakteristik responden dan preferensinya terhadap produk bubur instan.
2.
Mengedentifikasi evaluasi responden terhadap atribut mutu produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan.
3.
Menganalisis tingkat penerimaan responden terhadap produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan.
4.
Mengidentifikasi atribut-atribut mutu yang perlu mendapat perbaikan sebelum masuk ke tahap scale-up industry.
C. MANFAAT Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik konsumen kepada para peneliti dan produsen bubur instan dalam perencanaan dan pengembangan produk untuk tujuan lebih lanjut sebagai produk pengganti makanan pokok. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan sekaligus perbandingan bagi pihak lain yang memerlukan informasi mengenai preferensi konsumen untuk penelitian lebih lanjut.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SINGKONG DAN UBI JALAR Ubi kayu biasa disebut ketela pohon ataupun singkong. Singkong memiliki nama botani Manihot esculenta Crantz tapi lebih dikenal dengan nama lain Manihot utilissima. Singkong termasuk dalam kingdom Plantae,divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dycotiledonae, famili Euphorbiaceae, genus Manihot dengan spesies esculenta Crantz. Komposisi kimia singkong dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi kimia singkong per 100 gram. Komponen Kalori (kkal) Protein (gram) Karbohidrat(gram) Air (gram) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Asam Askorbat (mg) Thiamin (mg) Vitamin A (IU) Bagian yang dapat dimakan (%)
Singkong 146.00 0.80 0.30 62.50 33.00 40.00 0.70 30.00 0.06 0.00 75.00
Sumber:Departemen Kesehatan 1992
Ciri-ciri fisik tanaman singkong yaitu berkayu, beruas, dan berbuku-buku. Tanam singkong tumbuh tegak dan ketinggiannya dapat mencapai 2.5 meter. Tanaman ini berasal dari Brazil kemudian menyebar ke benua Afrika, India, dan Indonesia. Umbi tanaman singkong yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpan cadangan makanan (Hillcocks et al. 2002). Umbi singkong memiliki bentuk bulat memanjang dan dan daging umbi mengandung zat pati. Ubi jalar memiliki nama botani Ipomea batatas L. Ubi jalar tumbuh merambat di permukaan tanah, memiliki daun yang lebar sehingga dapat menangkap sinar matahari secara optimal. Umbi tanaman ubi jalar adalah akar yang membesar dengan bentuk dari lonjong sampai agak bulat. Fungsi umbi adalah sebagai tempat menyimpan cadangan makanan dan sebagai tempat tumbuhnya tunas baru jika tanaman telah mati. Tanaman singkong dapat dimanfaatkan umbi dan daunnya untuk dikonsumsi masyarakat. Pada umumnya umbi singkong direbus, dikukus dan digoreng untuk dikonsumsi. Umbi singkong dapat pula digunakan sebagai bahan baku industri pangan, kimia, dan farmasi. Komposisi kimia dari ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi kimia ubi jalar putih dan ubi jalar kuning / 100 g bobot yang dapat dimakan. Komponen Kalori (kkal) Protein (gram) Karbohidrat(gram) Lemak (gram) Air (gram) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Natrium (mg) Kalium (mg) Retinol (µg) Beta Karoten Vitamin B2 (mg) Vitamin C (mg) Timah (mg) Thiamin (mg) Vitamin A (IU)
Ubi putih 88.00 0.40 20.60 0.40 77.80 30.00 10.00 0.50 2.00 4.00 0.20 0.00 0.06 36.00 0.25 0.06 0.00
Ubi Kuning 119.00 0.50 25.10 0.40 72.60 30.00 40.00 0.40 3.00 1.00 0.00 794.00 0.06 36.00 0.25 0.06 385.00
Sumber: Atmawikarta 2001
Warna dari daging umbi berkisar antara putih, krem, merah muda, kekuning-kuningan dan jingga tergantung jenis dan konsentrasi pigmen yang dikandungnya. Pigmen yang terdapat di dalam ubi jalar adalah karotenoid dan antosianin. Pada penelitian ini dipilih ubi yang berwarna putih dan kekuningan untuk mendapatkan warna produk yang cenderung putih. Pemanfaatan ubi jalar di Indonesia pada umumnya masih relatif sedikit dan baru dikonsumsi dalam bentuk olahan primer yaitu dibuat menjadi makanan kecil seperti ubi rebus, ubi kukus, ubi panggang, keripik ubi, dan kolak ubi. Hanya di beberapa daerah Irian Jaya dan Maluku ubi jalar dikonsumsi sebagai makanan pokok. Namun konsumsi komoditas ini juga telah semakin berkurang secara bertahap karena masyarakat setempat cenderung beralih mengkonsumsi beras.
B. BUBUR INSTAN Pengertian pangan instan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) yaitu bahan pangan yang dapat disajikan langsung, atau tanpa dimasak lama, dapat dimakan atau dapat diminum. Menurut Hartomo dan Widiatmoko (1992), pangan instan adalah bahan makanan yang mengalami proses pengeringan air, sehinggga mudah larut dan mudah disajikan hanya dengan menambahkan air panas dan air dingin. Pengembangan produk pangan instan bertujuan untuk menyediakan produk pangan yang mudah dikonsumsi oleh konsumen. Produk pangan instan sangat mudah disajikan dalam waktu relatif singkat. Pangan instan terdapat dalam bentuk kering dan konsentrat, mudah larut sehingga penyajiannya hanya dengan menambahkan air panas atau dingin. Produk pangan instan berkembang pesat seiring dengan semakin tingginya permintaan akan produk pangan yang sehat, bergizi, dan praktis dalam penyajiannya. Kriteria umum yang harus dimiliki oleh bahan makanan agar dapat dibentuk menjadi produk pangan instan menurut Hartomo dan Widiatmoko (1992), antara lain (a) memiliki sifat hidrofilik, yaitu sifat mudah mengikat air, (b) tidak memiliki lapisan gel yang tidak permeable yang dapat menghambat laju pembasahan, dan (c) rehidrasi produk akhir tidak menghasilkan produk yang menggumpal dan mengendap (mudah terdispersi). Bubur dikenal sebagai puree dalam bahasa Inggris. Pengertian pure berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah pangan atau bahan pangan yang dilembutkan. Bubur memiliki tekstur yang lunak sehingga mudah dicerna. Dalam pengolahannya, bubur dibuat dengan memasak bahan penyusun dengan air seperti bubur nasi, atau dengan santan seperti bubur kacang hijau.
4
Bubur instan memiliki beberapa komponen penyusun. Adonan bahan-bahan yang telah dihancurkan dimasak sampai kental, kemudian dikeringkan dengan menggunakan drum dryer lalu digiling hingga berbentuk tepung halus berukuran 60 mesh. Bahan tepung yang diperoleh telah bersifat instan dan dikemas menjadi bubur instan (Perdana 2003). Bahan-bahan yang biasa ditambahkan pada produk bubur istan adalah CMC dan dekstrin. Penambahan CMC dan dekstrin bertujuan untuk menghasilkan mutu bubur instan yang lebih baik (nilai densitas kamba yang besar, rendemen besar, kelengketan rendah dan tekstur yang halus). Berdasarkan penelitian Bahrie (2005), penambahan dekstrin sebesar 15% terhadap produk bubur jagung instan menghasilkan karakteristik mutu (tekstur) produk yang paling diterima oleh konsumen secara organoleptik. CMC merupakan polimer yang termasuk gum alami yang dimodifikasi secara kimia. CMC dapat diaplikasikan pada berbagai tingkat kekentalan bahan, ukuran partikel, dan sifat reologi. Secara tradisional, gum ini diperoleh dari rumput laut, tanaman, dan biji-bijian. Keunggulan CMC diantaranya : 1) keseragaman sifat dan spesifikasi, 2) bahan baku yang mudah diperoleh, 3) kemurnian yang tinggi, 4) harga yang relatif stabil (Keller 1986). Pada industri pangan, sifat dasar CMC yang meningkatkan nilai komersialnya adalah kemampuannya untuk mengentalkan cairan, bertindak sebagai pengikat air, pelarut yang efektif baik dalam larutan panas maupun dingin, dan memperbaiki tekstur pada berbagai produk pangan (Keller 1986). CMC (Carboxy Methyl Cellulose) yang paling sering digunakan sebagai bahan pengisi adalah Na-CMC. CMC berwarna putih, tidak berbau, tidak memberikan rasa dan tidak beracun (Kirk & Othmer 1952). CMC sebagai bahan pengisi, ditambahkan dalam produk pangan dengan tujuan meningkatkan total padatan terlarut (TPT) dan meningkatkan viskositas produk. CMC juga terbukti efektif sebagai penstabil koloid dalam minuman ringan (Gliksman 1968). Dekstrin merupakan komponen yang dihasilkan dari proses modifikasi pati melalui proses hidrolisis katalis asam, enzimatis maupun pemanasan pati kering (Caesar 1968). Pati termodifikasi adalah pati yang telah diberi perlakuan tertentu yang bertujuan menghasilkan sifat yang lebih baik untuk memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk mengubah beberapa sifat lainnya.
C. PROSES PEMBUATAN BUBUR INSTAN Penelitian yang dilakukan oleh Hendy (2007) dan Isnaeni (2007) terdiri atas 4 tahap, yaitu tahap perancangan formula, formulasi, optimasi dan analisis. Tahap-tahap tersebut dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer, yaitu design expert V.7 (dx7). Pada penelitian ini digunakan mixture design techniques dengan D-optimal untuk mencari formulasi dari komponen-komponen yang dicampurkan sehingga dihasilkan respon yang optimal. Pada tahap perancangan formula, hal penting yang harus diperhatikan adalah menentukan variabel dan rentang nilainya. Variabel adalah komponen dari formula yang mempengaruhi respon yang akan diukur dan dioptimasi. Variabel yang digunakan pada formula pure instan ubi jalar adalah ubi jalar, air, CMC, dan dekstrin. Total dari 4 komponen ini sebesar 100%. Respon merupakan sifatsifat yang dipengaruhi oleh keempat variabel tersebut. Respon yang diukur dan dioptimasi adalah rendemen (%), densitas kamba (g/ml), daya rehidrasi (ml/g), dan skor kelengketan produk di mulut (cm) berdasarkan uji organoleptik. Tahap formulasi merupakan tahapan pembuatan produk. Pembuatan produk pada tahap ini dilakukan dengan proses yang digambarkan pada Gambar 1. Tahap analisis dx7 meliputi penentuan model polinomial dan analisis ragam (ANOVA) untuk setiap respon. Tahap terakhir adalah optimasi dan analisis. Masing-masing respon (rendemen, daya rehidrasi, densitas kamba, dan skor kelengketan) ditentukan tujuan optimasinya dalam program dx7. Untuk respon rendemen, daya rehidrasi, dan densitas kamba ditetapkan maximize sedangkan untuk respon kelengketan ditentukan minimize. Program ini akan melakukan optimasi sesuai data variabel dan data pengukuran respon yang dimasukkan. Keluaran dari tahap optimasi adalah rekomendasi beberapa formula baru yang optimal menurut program. Formula paling optimal adalah formula dengan nilai desirability paling tinggi. Satu formula terpilih akan dianalisis kimia (kadar air, kadar abu, lemak, protein, karbohidrat, dan jumlah kalori).
5
Proses pembuatan bubur ubi jalar instan diawali dengan sortasi ubi jalar mentah untuk memisahkan ubi yang telah rusak atau kurang baik mutunya. Selanjutnya ubi jalar dicuci dengan air dan disikat untuk membersihkan tanah yang ada dan dikupas menggunakan pisau dan dibuang bagianbagian yang tidak diperlukan seperti adanya bercak-bercak kehitaman dan kehijauan. Ubi di potongpotong, dicuci kembali dan kemudian direndam dengan menggunakan larutan garam 0.1% selama 15 menit yang bertujuan mencegah reaksi pencoklatan enzimatis. Proses pembuatan bubur ubi jalar instan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
Ubi jalar segar
↓ Disortasi ↓ Dicuci ↓ Dikupas ↓ Dipotong-potong
Air (ubi:air = 1:3)
Kulit
↓ Direndam pada larutan garam 0.1 % ↓ Dikukus ↓ Diblender ↓ Ditanak hingga tergelatinisasi ↓ Dikeringkan dengan drum dryer tekanan
Bahan pengisi CMC dan dekstrin
Tekanan 3 bar Kecepatan 5 rpm
↓ Bubur instan ubi jalar Gambar 1. Proses pembuatan bubur instan ubi jalar (Isnaeni 2007). Tahap selanjutnya adalah pengukusan ubi jalar selama 15 menit. Selanjutnya ubi jalar dihancurkan dengan penambahan air untuk lebih mempermudah proses. Selain itu pada saat penghancuran dengan blender juga dilakukan penambahan CMC dan dekstrin yang bertujuan untuk menghasilkan mutu bubur ubi jalar instan yang lebih baik. Tahap berikutnya adalah penanakan dengan perbandingan ubi dan air sebesar 1:3. Air yang ditambahkan sebagian telah diambil pada saat penghancuran menggunakan blender. Bubur ubi jalar hasil penanakan tersebut selanjutnya dikeringkan dengan menggunakan pengering drum. Parameterparameter yang diatur pada pengering drum meliputi tekanan uap dan kecepatan putar drum. Proses pembuatan bubur singkong instan hampir sama dengan proses pembuatan bubur ubi jalar instan. Perbedaannya adalah singkong mentah yang telah dikupas direndam terlebih dahulu dengan air selama 15 menit, sedangkan ubi jalar mentah yang telah dikupas direndam dengan larutan garam 0,1%. Proses pembuatan bubur singkong instan secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.
6
Singkong
↓ Dikupas kulitnya
↓ Dicuci ↓ Direndam dalam air selama 15 menit ↓ Dicuci ↓ Dikukus selama 15 menit ↓ CMC 0; 0.5 ; 1 % Air : Singkong Dihancurkan Dekstrin 0 ; 7.5 ; 15 ↓ Ditanak hingga kental (gelatinisasi) ↓ Didinginkan ↓ Dikeringkan dengan drum dryer
↓ Bubur singkong instan Gambar 2. Proses pembuatan bubur singkong instan (Hendy 2007).
D. KARAKTERISTIK PRODUK BUBUR UBI JALAR INSTAN Proses pembuatan bubur ubi jalar instan mengacu kepada hasil penelitian Isnaeni (2007) yang menggunakan metode umum pembuatan bubur instan yang diaplikasikan ke bahan pangan ubi jalar. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan parameter-parameter penting dalam pembuatan produk bubur instan. Dari proses tersebut dihasilkan 4 parameter yang diperlukan untuk membuat bubur ubi jalar instan yang dijabarkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rekapitulasi hasil dari penelitian pendahuluan Parameter Tekanan drum dryer Kecepatan putar drum dryer Perbandingan ubi:air Perendaman
Hasil 3 bar 5 rpm 1:3 Larutan garam 0.1%
Sumber: Isnaeni 2007
Berdasarkan penelitian pendahuluan Isnaeni (2007) dengan menggunakan 4 parameter diatas diperoleh hasil yang tidak memuaskan, yaitu produk bubur yang dihasilkan bertekstur kurang kental/encer. Untuk menanggulangi kekurangan tersebut ditambahkan bahan pengisi CMC dan dekstrin. Dekstrin merupakan contoh produk yang dihasilkan dari proses modifikasi pati melalui proses hidrolisis katalis asam, enzimatis maupun pemanasan pati kering (Caesar 1968). Dekstrin banyak diaplikasikan pada industri kemasan dan kertas terutama sebagai bahan perekat. Pada industri pangan, dekstrin dapat digunakan untuk memperbaiki tekstur bahan pangan. Penambahan dekstrin pada tepung instan sari buah nanas dapat meningkatkan densitas kamba serta dapat melembutkan tekstur (Warsiki 1993).
7
Berdasarkan penelitian Isnaeni (2007) diperoleh bahwa jumlah CMC maksimal yang dapat dapat ditambahkan pada produk bubur ubi jalar instan adalah sebesar 1% dan jumlah maksimal dekstrin yang dapat ditambahkan adalah sebesar 15%. Penambahan dengan jumlah CMC dan dekstrin yang lebih besar menghasilkan adonan yang terlalu kental sehingga sulit diaduk dan berkerak pada saat proses penanakan. Selanjutnya dilakukan tahap formulasi dengan komponen bahan sebagai berikut: 1.
Ubi jalar dan air dengan perbandingan 1 : 3.
2.
CMC dengan komposisi 0-1%
3.
Dekstrin dengan komposisi 0-15%
Jumlah formula dan komposisi formula yang diproduksi dihitung dengan menggunakan program DX7. Berdasarkan penghitungan oleh peranti lunak DX7 diperoleh 24 formula dengan komposisi yang telah ditentukan (Lampiran 1). Selanjutnya dilakukan proses produksi untuk tiap-tiap formula untuk memperoleh nilai daya rehidrasi, densitas kamba, rendemen dan kelengketan. Penghitungan ke 4 parameter ini mengacu pada Wiratakusumah et al. (1992) untuk densitas kamba, Yoanasari (2003) untuk penghitungan daya rehidrasi, AOAC (1984) untuk penghitungan rendemen, dan Meilgaard et al. (1999) untuk pengukuran nilai kelengketan. Hasil perhitungan berupa angka densitas kamba, daya rehidrasi, rendemen dan kelengketan selanjutnya dimasukkan pada pada kolom response pada program DX7 untuk selanjutnya digunakan untuk mendapatkan nilai desirability dari masing-masing formula. Selanjutnya DX7 akan melakukan seleksi yang menghasilkan 3 formula dengan nilai desirability terbaik (Tabel 6). Tabel 6. Tiga formula hasil optimasi dengan DX7 No 1 2 3
Ubi Jalar 25.000 24.070 24.040
Air 73.03 72.11 73.84
CMC 0.000 0.210 0.000
Dekstrin 1.97 3.61 2.12
Desirability 0.662 0.588 0.434
Selected
Sumber: Isnaeni 2007
Dari 3 formula di atas, dilakukan pemilihan formula dengan nilai desirability terbaik (Tabel 6). Berdasarkan analisis oleh Isnaeni (2007), formula terbaik yaitu formula dengan komposisi 25% ubi jalar, 73,03% air, dan 1,97% dekstrin untuk selanjutnya diproduksi untuk selanjutnya diuji dengan menggunakan Consumer Sensory Test (CST).
E. KARAKTERISTIK PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN Proses pembuatan bubur singkong instan mengacu kepada hasil penelitian Hendy (2007) yang menggunakan metode umum pembuatan bubur instan yang diaplikasikan ke bahan pangan singkong. Penelitian pendahuluan meliputi penetapan prosedur pembuatan bubur instan, perbandingan singkong dengan air, pengaruh perendaman dalam air, air garam, dan larutan metabisulfit terhadap warna bubur, waktu (durasi) penanakan, pengkondisian drum dryer (kecepatan putar dan tekanan), penetapan suhu air untuk rehidrasi, serta konsentrasi dekstrin yang ditambahkan. Hasil dari penelitian pendahuluan dapat dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi hasil dari penelitian pendahuluan Parameter Tekanan drum dryer Kecepatan putar drum dryer Perbandingan singkong : air Perendaman
Hasil 3 bar 5 rpm 1:3 Air biasa selama 15 menit
Sumber: Hendy 2007
8
Pada tahap uji coba awal, bubur singkong instan dibuat dengan berbagai perbandingan singkong dan air sebesar 1:3, 1:4, dan 1:5 dimana produk dibuat tanpa penambahan CMC maupun dekstrin. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan Hendi (2007) diperoleh perbandingan singkong dan air yang paling memuaskan adalah 1:3. Tahap selanjutnya pada penelitian utama adalah optimasi. Masing-masing respon (rendemen, daya rehidrasi, densitas kamba, dan skor kelengketan) ditentukan tujuan optimasinya dalam program DX7. Untuk respon rendemen, daya rehidrasi, dan densitas kamba ditetapkan maximize sedangkan untuk respon kelengketan ditentukan minimize. Program ini akan melakukan optimasi sesuai data variabel dan data pengukuran respon yang dimasukkan. Keluaran dari tahap optimasi adalah rekomendasi beberapa formula baru yang optimal menurut program. Formula paling optimal adalah formula dengan nilai desirability paling tinggi. Formulasi dilakukan pada tahap optimasi dengan komponen bahan sebagai berikut: 1.
Singkong dan air dengan perbandingan 1 : 3
2.
CMC dengan komposisi 0-1%
3.
Dekstrin dengan komposisi 0-15%
Jumlah formula dan komposisi formula yang diproduksi dihitung dengan menggunakan program DX7. Berdasarkan penghitungan oleh peranti lunak DX7 diperoleh 24 formula dengan komposisi yang telah ditentukan (Lampiran 2). Selanjutnya dilakukan proses produksi untuk tiap-tiap formula untuk memperoleh nilai daya rehidrasi, densitas kamba, rendemen dan kelengketan. Penghitungan ke 4 parameter ini mengacu pada Wiratakusumah et al. (1992) untuk densitas kamba, Yoanasari (2003) untuk penghitungan daya rehidrasi, AOAC (1984) untuk penghitungan rendemen, dan Meilgaard et al. (1999) untuk pengukuran nilai kelengketan. Hasil perhitungan berupa angka densitas kamba, daya rehidrasi, rendemen dan kelengketan selanjutnya dimasukkan pada pada kolom response pada program DX7 untuk selanjutnya digunakan untuk mendapatkan nilai desirability dari masing-masing formula. Selanjutnya DX7 akan melakukan seleksi yang menghasilkan 5 formula dengan nilai desirability terbaik (Tabel 8). Tabel 8. Lima formula hasil optimasi dengan DX7 No 1 2 3 4 5
Singkong 25.000 25.000 24.995 24.040 24.040
Air 72.25 72.11 72.11 73.58 72.77
CMC 0.000 0.018 0.240 0.240 0.000
Dekstrin 2.75 2.87 2.66 2.15 3.19
Desirability 0.645 0.644 0.631 0.449 0.448
Selected
Sumber: Hendy 2007
Dari 18 formula yang telah dibuat, dilakukan pemilihan formula dengan nilai desirability terbaik (Tabel 8). Berdasarkan analisis oleh Hendy (2007), formula terbaik yaitu formula dengan komposisi 25% singkong, 72,25 air, dan 2,75% dekstrin untuk selanjutnya diproduksi untuk selanjutnya diuji dengan menggunakan Consumer Sensory Test (CST).
F. ANALISIS PROKSIMAT BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN Kandungan kalori bubur singkong instan sebesar 199 kkal/50 gram produk kering yang direhidrasi menjadi 300 g produk saji. Hasil analisis proksimat singkong instan formula optimum oleh Hendy (2007) dapat kita lihat pada Tabel 9.
9
Tabel 9. Hasil analisis proksimat bubur singkong instan formula optimum No 1 2 3 4 5 6
Karakteristik Kadar air Kadar abu Kadar lemak Kadar Protein Kadar karbohidrat Jumlah kalori/ 50 g produk (Kal)
Rata-rata (%bb) 2.70 1.60 1.70 0.20 93.80 196
Rata-rata (%bk) 2.90 1.60 1.80 0.20 95.50 199
Sumber: Hendy 2007
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa kandungan terbesar dari bubur singkong instan adalah karbohidrat. Kadar air bubur singkong instan yang sangat rendah (2-3%) menyebabkan peningkatan kadar karbohidrat yang sangat drastis dibanding dengan kandungan karbohidrat pada singkong mentah. Oleh karena itu bubur singkong instan dapat dijadikan sebagai makanan pokok (sumber karbohidrat) alternatif. Berdasarkan SNI sup instan (SNI 01-4321-1996) diketahui persyaratan kadar air maksimal 2-7%, kadar protein minimal 2%, dan kadar lemak maksimal 10%. Nilai energi suatu bahan pangan diperoleh dengan menghitung total energi dari karbohidrat, lemak, dan protein. Nilai energi tersebut diperoleh dengan menghitung energi dari karbohidrat, lemak, protein, menggunakan faktor di bawah ini, kemudian dijumlahkan. Nilai energi ini dinyatakan dalam satuan kilo kalori atau disingkat kkal/Kal. Faktor umum untuk menghitung nilai energi makanan adalah 4 x (% Karbohidrat) + 9 x (% Lemak)+ 4 x (% Protein) (Atmawikarta, 2001). Kandungan total kalori bubur singkong instan formula optimum adalah 384 kkal/100 g produk kering atau 190 kkal per takaran saji. Sebagai perbandingan, total kalori beras adalah 357 kkal/100 g (Atmawikarta 2001). Kandungan kalori bubur ubi jalar instan sebesar 197 kkal/50 gram produk kering yang direhidrasi menjadi 300 g produk saji. Hasil analisis proksimat singkong instan formula optimum dapat kita lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil analisis proksimat bubur ubi jalar instan formula optimum No 1 2 3 4 5 6
Karakteristik Kadar air Kadar abu Kadar lemak Kadar Protein Kadar karbohidrat Jumlah kalori/ 50 g produk (Kal)
Rata-rata (%bb) 1.6 1.8 0.1 2.3 94.2 194
Rata-rata (%bk) 1.7 1.8 0.1 2.3 95.7 197
Sumber: Isnaeni 2007
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa kandungan air dalam produk bubur instan sangat kecil yaitu sekitar 1.6 %(bb) dan 1.7 % (bk). Dibandingkan persyaratan kadar air sup instan (BSN, 1996) yaitu 2-7 % bb, kadar air bubur instan ubi jalar tergolong lebih rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adanya jenis air yang terikat oleh komponen gula seperti glukosa, maltosa, dan laktosa serta hidrat-hidrat dari ion-ion dan polimer yang dapat mengikat air. Kadar abu merupakan nilai yang dapat menunjukkan unsur-unsur mineral atau zat-zat anorganik (Winarno 1995). Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak. Dari data di atas terlihat bahwa kadar abu bubur instan ubi jalar adalah sebesar 1.8 %. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan mineral dalam produk bubur instan ubi jalar tergolong kecil karena jumlah kandungan abu/mineral pada ubi jalar mentah sudah rendah. Hasil analisis protein menunjukkan bahwa kandungan protein bubur instan ubi jalar adalah sebesar 2.3 %. Hasil ini diperoleh dengan cara mengalikan kadar nitrogen bahan dengan faktor konversi 6.25. Angka 6.25 berasal dari angka konversi serum albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen (Winarno 1995). Hasil analisis lemak menunjukkan kadar lemak produk sebesar 0.1%.
10
Nilai ini tergolong sangat kecil. Jumlah protein dan lemak ini masuk dalam syarat SNI yang diacu yaitu SNI Sup Instan (SNI 01-4321-1996), yaitu protein minimum 2%bb dan lemak maksimum 10%bb. Kandungan air dan lemak yang sangat rendah memungkinkan produk ini memiliki umur simpan lama. Air yang cukup banyak akan menjadi media pertumbuhan mikroba sedangkan kandungan lemak yang tinggi akan menyebabkan ketengikan. Karbohidrat merupakan komponen yang paling dominan dari produk bubur instan ubi jalar. Jumlah air yang jauh berkurang dibandingkan ubi mentah menyebabkan kandungan karbohidrat meningkat tajam yaitu menjadi 94.2 (%bb) dan 95.7 (%bk). Kandungan total kalori bubur singkong instan formula optimum adalah 384 kkal/100 g produk kering atau 197 kkal per takaran saji. Sebagai perbandingan, total kalori beras adalah 357 kkal/100 g (Atmawikarta 2001).
G. PASAR DAN PRODUK Kotler (2005) telah mengutarakan tiga definisi tentang konsep pasar, yaitu berdasar pengertian yang paling lama, pengertian pasar menurut ekonom dan pasar menurut pemasar (marketer). Berdasarkan pengertian yang paling lama, pasar adalah tempat berwujud (physical place) di mana pembeli dan penjual berkumpul untuk mempertukarkan barang dan jasa. Para penjual membawa barang mereka ke tempat yang lapang sedang para pembeli berbelanja barang di tempat tersebut. Pengertian pasar menurut ekonom yaitu semua pembeli dan penjual yang terlibat dalam jual beli nyata atau potensial atas beberapa barang atau jasa. Struktur pasar menggambarkan jumlah dan besar kecilnya distribusi pembeli serta penjual, tingkat perbedaan produk dan rintangan untuk memasukinya. Tingkah laku pasar melukiskan bagaimana perusahaan menetapkan kebijaksanaan mengenai perkembangan produk, pemberian harga penjualan dan periklanan. Penampilan pasar menggambarkan tingkat efisiensi dan perbaikan operasi perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai dalam penjualan dan keuntungan. Pengertian pasar menurut para pemasar adalah seperangkat orang dan organisasi yang terdiri dari para pembeli nyata maupun potensial atas produk dan jasa. Yang dimaksud dengan pembeli atau konsumen adalah orang yang dalam pikirannya terkandung niat untuk membeli produk. Menurut Sumarwan (2003), istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu; konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Misalnya membeli pakaian, sepatu, dan sabun. Konsumen individu juga membeli barang dan jasa yang akan digunakan oleh anggota keluarga yang lain, misalnya susu formula untuk bayi, atau digunakan oleh keluarga yang lain, misalnya susu formula untuk bayi, atau digunakan oleh seluruh seluruh anggota keluarga, misalnya TV, furniture, rumah, dan mobil. Konsumen individu mungkin juga membeli barang dan jasa untuk hadiah teman, saudara atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung atau tidak langsung oleh individu dan sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Menurut Sumarwan (2003), konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit). Semua jenis organisasi ini harus membeli produk, peralatan, dan jasajasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Menurut Kotler dan Andreasen (1995), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada suatu pasar untuk memuaskan kebutuhan. Kategori tersebut meliputi objek-objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, ide-ide. Lebih lanjut Kotler (2005) menambahkan bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Klasifikasi produk berdasarkan wujudnya terdiri atas barang dan jasa. Barang termasuk ke dalam produk yang berwujud nyata,sedangkan jasa tergolong produk yang tidak berwujud. Klasifikasi produk berdasarkan siapa konsumennya dan untuk apa produk tersebut dikonsumsi terbagi atas barang konsumen dan barang industri. Berdasarkan tingkat konsumsi dan berwujud tidaknya (tangilibility), Kotler (2005) membedakan barang menjadi tiga yaitu barang yang tidak tahan lama, barang tahan lama dan jasa. Barang yang tidak tahan lama atau barang tidak habis terpakai (non durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi sekali atau beberapa kali pemakaian. Karena barang ini
11
dikonsumsi dengan cepat , maka barang tersebut tersedia di berbagai tempat, menguasai margin yang kecil serta memupuk kesetiaan pada satu merek. Barang yang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tahan dalam pemakaian berulang kali. Barang tahan lama memerlukan penjualan dan pelayanan lebih pribadi, menguasai margin yang lebih tinggi dan memerlukan jaminan-jaminan yang lebih menarik dari penjual. Jasa (services) adalah kegiatan manfaat atau kepuasan tidak berwujud, mudah lenyap, mudah berubah dan bersifat pribadi. Pelayanan jasa menuntut yang lebih cermat, menuntut sifat dapat dipercaya dari pihak penyedia jasa dan ketersediaannya tidak terputus-putus. Berdasarkan definisi tersebut, maka produk bubur instan termasuk dalam kategori pertama, yaitu barang yang tidak tahan lama atau barang yang habis terpakai, konsumen membeli barang tersebut tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Dalam mempertimbangkan untuk membeli suatu barang tertentu, maka konsumen akan memandangnya sebagai ikatan mutu dan sifat yang beraneka ragam itu secara berbeda-beda sebagai cerminan tentang apa yang ia kehendaki. Konsumen akan memilih merek yang mempunyai perbandingan nilai terhadap biaya yang paling besar. Selain itu juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian yaitu faktor yang berkaitan dengan pembeli, produk , penjual dan situasi pembelian (Kotler 2005). Menurut Kotler (2005), produk yang termasuk ke dalam barang konsumen meliputi : 1.
2.
3. 4.
Barang yang memiliki tingkat pembelian tinggi (convenience goods), diantaranya adalah : a. Barang-barang yang pembeliannya dilakukan secara rutin (staples good). b. Barang-barang yang pembeliannya dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu (impulse goods). c. Barang-barang yang pembeliannya dilakukan saat kebutuhan mendesak (emergency goods). Barang yang dibeli berdasarkan hasil pembandingan antara berbagai alternatif yang ada (shopping goods), diantaranya adalah : a. Barang yang dibeli berdasarkan persamaan kualitas tetapi dengan harga yang berbeda (homogenous goods). b. Barang yang dibeli berdasarkan persepsi yang berbeda dalam hal kualitas dan atribut (heterogenous goods). Barang yang memiliki nilai keunikan bagi sekelompok pembeli (speciality goods). Barang yang tidak diketahui atau terpikir untuk dibeli sebelumnya (unsought goods).
Berdasarkan klasifikasi yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa produk bubur instan adalah produk yang memiliki tingkat pembelian tinggi (convenience goods) dengan subkategori sebagai barang yang pembeliannya dilakukan saat kebutuhan mendesak (emergency goods). Sumber yang paling tepat dan masuk akal dalam menggali gagasan atau ide produk baru adalah berdasarkan keinginan dan kebutuhan konsumen. Identifikasi atas keinginan dan kebutuhan konsumen dapat dijalankan dengan melakukan penelitian langsung, tes proyeksi, diskusi dengan kelompok tertentu atau berdasarkan atas saran dan klaim pembeli (Kotler 2005).
H. PREFERENSI KONSUMEN Preferensi konsumen dapat berarti kesukaan, pilihan atau sesuatu hal yang lebih disukai konsumen. Preferensi ini terbentuk dari persepsi terhadap produk (Assael 1992). Persepsi adalah proses dimana seorang individu memilih, merumuskan dan menafsirkan informasi dengan caranya sendiri untuk menciptakan gambaran yang berarti bagi dunia (Kotler 2005). Preferensi konsumen berhubungan dengan harapan konsumen akan suatu produk yang disukainya. Harapan konsumen diyakini mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan pelanggan (Tjiptono 2006). Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap produk (barang dan jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler 2005). Teori preferensi digunakan untuk menganalisa tingkat kepuasan bagi konsumen. Studi seperti ini akan memberikan petunjuk untuk mengembangkan produk-produk baru, karakteristik atau ciri-ciri produk, harga, dan bauran pemasaran lainnya.
12
Teori pilihan (theory of choice) yaitu hubungan timbal balik antara preferensi (pilihan) dan berbagai kendala yang menyebabkan seseorang menentukan pilihan-pilihannya. Preferensi ini meliputi pilihan dari yang sederhana sampai yang kompleks, untuk menunjukkan bagaimana seseorang dapat merasakan atau menikmati segala sesuatu yang ia lakukan. Tetapi setiap orang tidak bebas untuk melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan, dimana mereka mereka terkendala oleh waktu, pendapatan, dan banyak faktor lain (Nicholson 2002). Preferensi konsumen berhubungan erat dengan permasalahan penetapan pilihan oleh konsumen. Menurut Nicholson (2002), hubungan preferensi ini biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar yaitu: 1. Preferensi yang lengkap (Complete Preferences) Asumsi bahwa para individu mampu menyatakan apa yang diinginkannya dari antara dua pilihan dan selalu mampu mengambil satu pilihan. Jika A dan B merupakan dua kelompok konsumsi, kita mungkin mengharapkan seseorang untuk menentukan pilihannya dengan tegas bahwa: a) Saya lebih menyukai A daripada B b) Saya lebih menyukai B daripada A c) A dan B sama-sama menariknya bagi saya 2. Transivisitas dari preferensi (Transitivity of Preferences) Logika bahwa jika A lebih diinginkan dari B, dan B lebih diinginkan dari C, maka A harus lebih diinginkan dari C. Kita tidak berharap bahwa seseorang menyatakan preferensi yang saling bertentangan satu dengan lainnya. 3. Kontinuitas (Continuity) Jika seseorang menyatakan A lebih disukai dari B maka situasi yag mirip dengan A harus lebih disukai daripada B. Dari ketiga sifat di atas diasumsikan setiap orang dapat membuat atau menyusun rangking semua kondisi atau situasi mulai dari yang paling disukai hingga paling tidak disukai. Pada sejumlah alternatif yang ada, orang lebih cenderung memilih sesuatu yang memaksimumkan kepuasannya. Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama yang dapat mempegaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen terhadap produk tersebut dan sekaligus dapat mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan dan mengkonsumsi suatu produk. Lyman (1989) menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman seseorang dapat menjadi landasan yang kuat. Beberapa faktor antara lain: enak, menyenangkan, tidak membosankan, berharga murah, mudah didapat dan diolah dapat dijadikan dasar pemilihan makanan. Penampakan merupakan hal yang paling banyak mempengaruhi preferensi dan kesukaan konsumen (Sanjur 1982). Stare et al. (1973) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan yaitu: (1) ketersediaan makanan di suatu tempat; (2) kesukaan makanan oleh anggota keluarga khususnya orangtua; (3) pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya; dan (4) rasa, tekstur, serta harga makanan. Demikian pula ditegaskan oleh Engel et al. (2001), bahwa preferensi konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis. Faktor kebudayaan meliputi budaya dan kelas sosial. Faktor sosial meliputi kelompok referensi, keluarga, peranan dan status. Faktor pribadi meliputi usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri. Adapun faktor psikologis meliputi motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap.
13
I. PERILAKU KONSUMEN Seseorang akan mendapatkan kepercayaan dan sikap, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya melalui tindakan-tindakan dan belajar. Kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu yang didasari atas pengetahuan, pendapat, dan keyakinan nyata. Sikap adalah evaluasi, perasaan, dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap sesuatu obyek atau gagasan. Sikap akan menempatkan seseorang ddalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhinya. Informasi yang dimasukkan orang lain ke dalam pemikiran seseorang, dapat mengubah sikap dan menggerakkan orang tersebut untuk melakukan suatu tindakan. Untuk dapat mengarahkan sikap seseorang, diperlukan data yang cukup dari respon kognitif, respon afektif, dan perilaku dari orang tersebut. Peter dan Olson (1999) mengemukakan bahwa afektif dan kognitif dari konsumen adalah respon mental konsumen terhadap lingkungan. Afektif adalah perasaan konsumen terhadap suatu objek, misalnya apakah ia menyukai atau tidak suatu produk makanan. Kognitif adalah pengetahuan yang dimiliki konsumen mengenai suatu produk yang disimpannya di dalam memori. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk kepercayaan (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk memiliki sejumlah atribut. Solomon (1999) menyebutkan tricomponent model sebagai Model Sikap ABC, yaitu 3 komponen yang terdiri dari affective, behavior, dan cognitive. Komponen afektif menyatakan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap, komponen perilaku adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan komponen kognitif adalah keyakinan seseorang terhadap objek sikap. Model ABC menganggap afektif, kognitif, dan perilaku adalah berhubungan satu sama lainnya. Engel et al. (2001) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengakhiri tindakan ini. Menurut Umar (2000), terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor sosial budaya yang terdiri atas kebudayaan, budaya khusus, kelas sosial, kelompok sosial, dan referensi serta keluarga. Faktor yang lain adalah faktor psikologis yang terdiri atas motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Selanjutnya perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan membeli, tahapnya dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan untuk membangkitkan tindakan guna memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Selanjutnya tahap mencari informasi tentang produk atau jasa yang dibutuhkan yang dilanjutkan dengan tahap evaluasi alternatif penyelesaian. Tahap berikutnya adalah tahapan keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku sesudah pembelian dimana membeli lagi atau tidak tergantung tingkat kepuasan yang didapat dari barang atau jasa.
J. ANALISIS MULTIATRIBUT MODEL FISHBEIN Menurut Engel et al. (2001), analisis multiatribut terdapat terdapat dua macam yaitu model angka ideal dan model Fishbein. Analisis multiatribut model Fishbein digunakan untuk menunjukkan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Model sikap Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seseorang terhadap obyek tertentu. Model ini mengidentifikasi tiga faktor utama dalam memprediksi sikap. Faktor pertama adalah keyakinan seseorang terhadap atribut obyek yang menonjol. Faktor kedua adalah kekuatan keyakinan seseorang bahwa atribut memiliki kekhasan, biasanya diketahui dalam bentuk pertanyaan, misalnya, seberapa setuju bahwa sebuah obyek X memiliki atribut Y. Faktor ketiga adalah evaluasi dari masing-masing keyakinan akan atribut yang menonjol, dimana diukur seberapa baik atau tidak baiknya keyakinan mereka terhadap atribut-atribut itu. Model multiatribut Fishbein mengidentifikasi bagaimana konsumen mengkombinasikan keyakinan (belief) mereka terhadap atribut-atribut produk sehingga akan membentuk sikap (attitude) mereka terhadap berbagai merek alternatif (Engel et al. 2001). Apabila konsumen menemukan sikap
14
yang mendukung suatu merek, maka merek tersebut akan dipilih dan dibelinya. Model ini digunakan untuk memperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga model Fishbein memiliki dua komponen, yaitu komponen sikap dan komponen norma subyektif. a.
Komponen Sikap Komponen ini bersifat internal individu, berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atributatribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindakan yang akan dilakukan, tanpa dipengaruhi faktor eksternal.
b.
Komponen norma subyektif Komponen yang bersifat eksternal ini mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi untuk menyetujui atributnya. Kepercayaan normatif mengandung kuatnya keyakinan terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi menyetujui menyangkut sikapnya terhadap atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya. Model multiatribut Fishbein dijelaskan oleh diagram pada Gambar 1: Keyakinan akan atribut yang menonjol Sikap
Maksud Perilaku
Evaluasi atribut
Keyakinan Normatif
Perilaku
Norma Subyektif
Faktor lain
Motivasi
Gambar 3. Hubungan antara komponen sikap dengan komponen norma subjektif dalam model Fishbein. Preferensi konsumen pada penelitian ini dimasukkan ke dalam evaluasi atribut yang selanjutkan akan menentukan nilai sikap terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Model ini mengemukakan bahwa atribut dari obyek tertentu didasarkan pada penjumlahan seperangkat kekuatan keyakinan terhadap atribut yang dimiliki oleh obyek (bi). Komponen ei yang menggambarkan evaluasi atribut diukur secara khas pada sebuah skala evaluasi, angka yang berjajar dari “sangat baik” hingga “sangat buruk” dengan menggunakan skala lima angka (+2, +1, 0, -1, -2). Tanda positif dan negatif secara sengaja digunakan untuk melihat respon positif atau negatif yang diberikan konsumen. Hasil dari penilaian akan dianalisis dengan bantuan tabulasi data. sangat baik_____x_____x_____x_____x_____sangat buruk +2
+1
0
−1
−2
15
Komponen evaluasi terhadap atribut (ei) dan komponen keyakinan terhadap atribut (bi) diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu −2 sampai dengan +2. nilai −2 menunjukkan nilai terendah yaitu sangat buruk dan nilai +2 menunjukan nilai tertinggi yaitu sangat baik.
16
III. METODOLOGI
A. KERANGKA PENDEKATAN STUDI Produk bubur instan secara umum adalah produk yang relatif baru dalam pasar makanan dalam negeri, kecuali untuk produk bubur bayi. Produk bubur instan yang beredar saat ini di pasaran sebagian besar berbasis beras (nasi) atau gandum. Pengembangan produk bubur instan baru berbasis singkong dan ubi jalar perlu mengutamakan kesesuaian dengan karakteristik, keinginan dan kebutuhan konsumen. Produk bubur instan yang dikembangkan bertujuan sebagai bahan pengganti nasi demi ketahanan pangan di masa mendatang. Kerangka pendekatan studi dapat dilihat pada gambar 4.
Produk bubur instan
Karakteristik responden (jenis
Faktor mutu produk (rasa,
kelamin, usia, pekerjaan,
warna, kepraktisan, kepadatan,
tingkat pengeluaran, tingkat
tekstur, aroma, kemampuan
pendidikan, dan motivasi
sebagai pengganti nasi)
konsumsi)
Preferensi
Kebutuhan konsumen akan pangan berkarbohidrat Perilaku konsumsi produk bubur instan
Permintaan konsumen terhadap produk bubur instan
Keterangan : Garis putus-putus (- - -) merupakan ruang lingkup penelitian Gambar 4. Kerangka pendekatan studi.
Produk bubur instan yang digunakan pada penelitian ini adalah produk bubur ubi jalar instan hasil dari penelitian Isnaeni (2007) dan produk bubur singkong instan hasil dari penelitian Hendy (2007). Masing-masing produk diujikan tingkat preferensi konsumennya berdasarkan atribut-atribut yang melekat pada produk tersebut (atribut rasa, atribut warna, atribut kepraktisan, atribut sifat mengenyangkan, atribut tekstur, atribut aroma, dan atribut kemampuan produk sebagai pengganti nasi pada saat darurat). Preferensi dan tingkat penerimaan produk bubur instan oleh seorang calon konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor maka pada penelitian ini faktor yang dianalisis adalah karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pekerjaan, tingkat pengeluaran, tingkat pendidikan, dan motivasi pribadi dalam mengkonsumsi bubur instan) dan faktor mutu produk (rasa, warna, kepraktisan, kepadatan, tekstur, aroma, kemampuan sebagai pengganti nasi). Diharapkan dari hasil evaluasi preferensi konsumen dapat dikembangkan produk yang dapat memenuhi karakteristik dasar yang diinginkan konsumen dan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pangan pengganti nasi untuk mengingkatkan ketahanan pangan dimasa mendatang.
B. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian penjelasan (explanatory research) yang sifatnya untuk mengungkapkan suatu masalah (fenomena) melalui pengujian hipotesa (Singarimbun 2006).
C. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode judgement sampling. Metode judgement sampling salah satu jenis purposive sampling selain quota sampling di mana peneliti memilih sampel berdasarkan penilaian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro 2003). Digunakannya judgement sampling pada penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan penelitian ini dimana responden yang digunakan adalah responden dengan status sosial ekonomi rendah sekaligus responden yang telah pernah mengkonsumsi bubur instan. Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Bogor. Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Bogor Selatan, sampai dengan bulan April tahun 2007 diperoleh data penduduk yang tercatat dalam laporan administrasi kependudukan berjumlah 154.032 jiwa. Pemilihan Kecamatan Bogor Selatan karena berdasarkan data jumlah keluarga menurut tahap kesejahteraan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS 2010) diketahui Kecamatan Bogor Selatan memiliki 3.278 Kepala Keluarga pra sejahtera dengan total keseluruhan sebesar 12.172 jiwa. Pemilihan keluarga pra sejahtera dikarenakan oleh target konsumen bubur instan adalah keluarga pra sejahtera yang akan membutuhan pangan alternatif ketika ditimpa bencana. Berdasarkan keterangan pejabat Kecamatan Bogor Selatan, diketahui kelurahan dengan populasi penduduk pra sejahtera cukup banyak adalah Kelurahan Empang dan Cikaret. Responden penelitian tidak dibatasi selang umur karena konsumen potensial dari bubur instan adalah dari semua usia, kecuali balita.
18
Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2000), sebagai berikut :
n=
N 1 + Ne 2
Keterangan : n : jumlah sampel e : persen kelonggaran N : ukuran populasi Survei konsumen dilakukan di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Diketahui jumlah penduduk kecamatan Bogor Selatan adalah 154.032 jiwa, maka berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dan nilai “e” sebesar 10%, diperoleh jumlah sampel sebesar 100 orang. Dipilihnya persen kelonggaran sebesar 10% dengan alasan keterbatasan waktu dan biaya dalam melakukan penelitian. Jumlah responden yang diambil di lapangan adalah sebanyak 100 orang. Ukuran responden tersebut didasarkan pada rumus Slovin dan juga didukung oleh pendapat Bailey diacu dalam Hasan (2002) menyatakan bahwa penelitian yang akan menggunakan analisis data data statistik membutuhkan ukuran sampel minimal 30 responden. Responden yang dipilih diutamakan berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Pemilihan sampel dengan karakteristik ini dikarenakan masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah tidak akan memiliki banyak alternatif dalam mencari pemenuhan akan kebutuhan pokok jika ditimpa sebuah bencana. Pengembangan produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar ini memang bertujuan untuk mendukung program diversifikasi pangan pokok selain beras, selain itu juga bertujuan sebagai pangan darurat jika terjadi suatu bencana.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian ini mengumpulkan dan mengolah data dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung di lapangan yaitu daftar pertanyaan di dalam kuesioner sebagian besar terdiri dari pertanyaan tertutup dan beberapa pertanyaan semi terbuka. Daftar pertanyaan kuesioner tersebut diantaranya terdiri dari pertanyaan akan karakteristik responden (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran), frekuensi responden dalam mengkonsumsi produk bubur instan, motivasi pribadi dalam mengkonsumsi produk bubur instan, atribut yang disukai dari produk bubur instan, jenis basis produk bubur instan yang dikonsumsi, dan penilaian beberapa atribut dari produk bubur instan yang berbasis singkong dan ubi jalar. Data sekunder mencakup data kependudukan dan data keadaan lokasi yang diperoleh melalui Kantor Kecamatan Bogor Selatan, Kantor Biro Pusat Statistik Kota Bogor, dan beberapa sumber data lain yang diperlukan untuk mendukung hasil penelitian ini.
E. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUESIONER Menurut Singarimbun (2006), analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dinterpretasikan. Kerangka analisis data dan jenis desain riset dalam suatu penelitian harus ditentukan sejak awal agar data yang diperoleh dapat menjawab apa yang ingin diketahui dari penelitian tersebut. Data primer yang terkumpul akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang berkaitan dengan karakteristik responden akan diolah secara kualitatif (deskriptif) yang disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan grafik. Sedangkan data yang berkaitan dengan preferensi konsumen akan diolah dan dianalisis secara kuantitatif.
19
1.
Analisis Mann-Whitney Uji Mann-Whitney merupakan uji non parametrik yang menggunakan analisa statistik untuk menguji hubungan karakteristik responden (terdiri dari 2 variabel) dengan tingkat konsumsi produk.
u = n1n2 +
n1 (n1 + 1) − R1 2
n1n2 2 n n (n + n + 1) σu = 1 2 1 2 12 u − μu z=
μu =
σu
Keterangan : u : Mann-Whitney U μu : rata-rata u
2.
σu
: standar deviasi u
z
: standardized value
Analisis Kruskal Wallis Uji Kruskall Wallis merupakan uji non parametrik yang menggunakan analisa statistik untuk menguji hubungan karakteristik responden (terdiri dari 3 variabel atau lebih) dengan tingkat konsumsi produk. Uji Kruskall Wallis dijabarkan dengan perhitungan sebagai berikut : 2
Rj 12 H = − 3( N + 1) ∑ N ( N + 1) j =1 n j Keterangan : : jumlah seluruh pengamatan, j sampel nj N : jumlah seluruh pengamatan dari sampel : jumlah ranking dalam j sampel Rj 3.
Analisis Multiatribut Fishbein Rumus model Fishbein adalah sebagai berikut : n
A0 = ∑ bi ei i =1
Keterangan : : sikap terhadap produk A0 : kekuatan keyakinan terhadap atribut ke-i bi ei : skor evaluasi atribut ke-i n : jumlah atribut yang menonjol
20
F. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Komponen keyakinan (bi) menunjukkan seberapa kuat konsumen percaya bahwa produk tertentu memiliki atribut ke-i. Skor komponen diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu −2 sampai +2. nilai −2 menunjukkan sangat tidak kuat dan nilai +2 menunjukkan sangat kuat. Komponen (bi) ditentukan dari nilai kepercayaan yang diberikan konsumen terhadap produk yang ingin dianalisa. Pada penelitian ini produk yang akan dianalisa adalah produk bubur instan berbasis singkong dan produk bubur instan berbasis ubi jalar. Komponen (ei) menunjukkan evaluasi atribut yang diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu −2 sampai dengan +2. nilai −2 menunjukkan nilai terendah yaitu sangat buruk dan nilai +2 menunjukan nilai tertinggi yaitu sangat baik. sangat baik_____x_____x_____x_____x_____sangat buruk +2
+1
0
−1
−2
Data komponen evaluasi (ei) diperoleh dari penilaian responden terhadap beberapa atribut pada produk bubur instan berbasis singkong dan produk bubur instan berbasis ubi jalar. Selanjutnya, diperlukan angka rata-rata skor komponen keyakinan (bi) dan rata-rata skor evaluasi (ei) dari seluruh responden yang digunakan untuk penghitungan nilai komponen sikap (Ao). Menurut Engel et al. (2001), komponen sikap (Ao) merupakan estimasi sikap konsumen terhadap masing-masing produk dengan menggunakan indeks (∑biei), dimana skor kepercayaan harus dikalikan dengan skor evaluasi. Skor sikap (Ao) yang lebih tinggi yang dimiliki oleh suatu produk berarti produk tersebut disukai oleh konsumen. Skor sikap digunakan untuk menentukan posisi produk tertentu terhadap produk pembandingnya. Menurut Engel et al. (2001), untuk melakukan perbaikan terhadap produk perlu dilihat selisih antara Ao maksimum dengan Ao. Selisih skor antara dua komponen nilai ini menunjukkan prioritas atribut produk yang harus diperbaiki. Dalam model Fishbein prioritas perbaikan atribut produk ditentukan dari selisih antara skor sikap maksimum (Ao maksimum) dengan skor sikap (Ao). Atribut yang mempunyai selisih skor yang tertinggi merupakan prioritas pertama yang harus diperbaiki.
G. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. Kegiatan penelitian dilakukan selama 5 bulan yaitu dari bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner menggunakan 30 orang responden sebelum melakukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap produk bubur instan pada sampel yang sebenarnya. Tabel 11. Hasil uji validitas kuesioner No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kelompok Variabel Atribut umum bubur instan (X1-X7) Atribut rasa spesifik dari dua jenis bubur instan (X8-X9) Atribut warna spesifik dari dua jenis bubur instan (X10-X11) Atribut kepraktisan spesifik dari dua jenis bubur instan (X12-X13) Atribut kepadatan spesifik dari dua jenis bubur instan (X14-X15) Atribut tekstur spesifik dari dua jenis bubur instan (X16-X17) Atribut aroma spesifik dari dua jenis bubur instan (X18-X19) Atribut kemampuan spesifik sebagai pengganti nasi dari dua jenis bubur instan (X20-X21)
Validitas (r>0,317 ) Valid Valid Valid
Keterangan Kecuali rasa bubur singkong instan -
Valid
-
Valid
-
Valid Valid
Kecuali tekstur bubur ubi jalar instan -
Valid
-
Hasil pengujian validitas kuesioner (Lampiran 5) diperoleh nilai r untuk setiap atribut produk bubur instan. Hasil dari uji validitas kuesioner secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11. Nilai kritik dengan α=0,05 dan n 30 responden adalah 0,305. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa secara umum semua kelompok variabel tersebut valid. Kuesioner yang valid berarti kuesioner dapat dijadikan alat ukur yang tepat untuk memperoleh data yang ingin diukur. Beberapa variabel yang tidak valid berdasarkan Uji Korelasi Koefisien Peringkat Spearman dinyatakan valid setelah lulus pada uji validitas secara subyektif sehingga variabel tersebut mudah dimengerti dan tidak menimbulkan bias. Hal ini berarti kuesioner telah dinyatakan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Data hasil perhitungan untuk validitas dapat dilihat pada Lampiran 5. Uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 orang responden dengan teknik test-retest dengan menggunakan rumus korelasi Pearson product moment. Selang waktu antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua adalah 15 hari. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai r korelasi sebesar 0,845 sedangkan nilai r tabel pada selang kepercayaan 95% untuk n = 30 sebesar 0,361. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner yang akan digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Data hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6.
B. PROFIL RESPONDEN Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 130 orang responden diketahui bahwa terdapat 96 orang yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan, 28 orang tidak pernah mengkonsumsi bubur instan, dan 6 orang tidak memenuhi syarat kelengkapan kuesioner sehingga tidak dapat diolah
dengan menggunakan analisis statistik. Syarat kelengkapan pengisian kuesioner adalah apabila responden pernah mengkonsumsi produk bubur instan lebih dari satu kali maka responden harus menjawab semua pertanyaan (kecuali nomor 26) lanjutan dari nomor 8. Alasan dari responden yang tidak pernah mengkonsumsi produk bubur instan adalah karena “lebih menyukai nasi” sebesar 42,86%, “tidak biasa mengkonsumsinya” sebesar 39,28%, dan “sulit mendapatkannya” sebesar 17,86%. Contoh kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Jumlah responden yang digunakan untuk pengolahan data adalah sebesar 96 orang yaitu responden yang sudah pernah mengkonsumsi produk bubur instan. Profil responden diperlukan untuk mendeskripsikan demografi umum responden sehingga dapat menjelaskan keadaan sosial ekonomi responden untuk selanjutnya dijadikan bahan pertimbangaan dalam pengembangan selanjutnya dari produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Pemetaan profil responden meliputi aspek jenis kelamin responden, usia responden, tingkat pendidikan responden, jenis pekerjaan responden, dan tingkat pengeluaran responden. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 5.
70%
64% 59%
60% 50% 40%
41% 36%
30% 20% 10% 0% Menikah
Belum Menikah laki-laki
perempuan
Gambar 5. Prosentasi responden berdasarkan jenis kelamin, (n=96) Berdasarkan jenis kelamin (Gambar 5), dapat terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah adalah perempuan yaitu sebesar 64% (51 orang) sedangkan populasi responden laki-laki adalah sebesar 36% (27 orang). Pada golongan yang belum menikah, responden perempuan adalah sebesar 59% (10 orang) dan responden laki-laki sebesar 41% (7 orang). Stare et al. (1973) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi makanan yaitu: (1) ketersediaan makanan di suatu tempat; (2) kesukaan makanan oleh anggota keluarga khususnya orangtua; (3) pembelian makanan dan penyediaannya yang mencerminkan hubungan kekeluargaan dan budaya; dan (4) rasa makanan, tekstur serta harga. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka mayoritas responden dipilih bersal dari golongan dewasa (menikah) karena orangtua merupakan faktor yang cukup menetukan dalam preferensi anggota keluarga terhadap makanan. Berdasarkan golongan umur (Gambar 6), terlihat bahwa mayoritas responden untuk golongan yang telah menikah berada pada usia produktif yaitu dalam rentang usia 30-50 tahun sebesar 52% dan responden dengan rentang usia <30 tahun sebesar 32%, sedangkan responden dengan usia lebih dari 50 tahun hanya sebesar 16%. Selanjutnya, mayoritas responden untuk golongan yang belum menikah adalah responden remaja (usia 13-19 tahun) yaitu sebesar 77%, sedangkan responden dewasa (usia 2025 tahun) atas sebesar 23%.
24
Menikah
Belum Menikah < 30 th 32%
> 50 th 16%
20-25 th 23%
30-50 th 52% 13-19 th 77%
Gambar 6. Prosentasi responden berdasarkan golongan umur, (n=96) Berdasarkan tingkat pendidikan responden (Gambar 7), dapat diketahui bahwa paling banyak responden berpendidikan setingkat SLTA yaitu sebesar 39% responden dan ada 8% responden yang memiliki pendidikan sarjana. S1 8%
SD 28%
SLTA 39% SLTP 25%
Gambar 7. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pendidikan, (n=96) Berdasarkan jenis pekerjaan responden (Gambar 8), dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan responden untuk golongan yang telah menikah adalah ibu rumah tangga (52%).
Belum Menikah
Menikah
Wiraswasta 23%
Pensiunan 3%
Ibu rumah tangga 52%
Mahasiswa 24%
Wiraswasta 6%
Pelajar 70%
Pegawai 22%
Gambar 8. Prosentasi responden berdasarkan jenis pekerjaan, (n=96)
25
Jenis pekerjaan yang paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah pelajar (70%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu mahasiswa sebanyak 4 orang (24%) dan wiraswasta sebanyak 1 orang (6%). Berdasarkan tingkat pengeluaran responden (Gambar 9), diketahui bahwa mayoritas responden yang telah menikah (33%) memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 500.000,00 setiap bulan. Selanjutnya diketahui bahwa 19% responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 1.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 setiap bulan, 14% responden memiliki pengeluaran diatas Rp. 1.500.000,00 dan 4% responden memiliki pengeluaran kurang dari Rp. 250.000,00. Selain itu, tingkat pengeluaran paling banyak dimiliki responden pada golongan yang belum menikah adalah responden memiliki pengeluaran sebesar Rp. 150.000,00-400.000,00 yaitu sebanyak 10 orang (59%), sedangkan sisanya dalam urutan jumlah yaitu responden yang memiliki pengeluaran sebesar kurang Rp. 150.000,00 sebanyak 5 orang (29%), responden yang memiliki pengeluaran sebesar Rp. 401.000,00-Rp. 600.000,00 sebanyak 1 orang (6%) dan responden ayng memiliki pengeluaran besar dari Rp. 600.000,00 sebanyak 1 orang (6%).
Belum Menikah
Menikah <250 4%
>1500 14%
401-600 6%
>600 6%
250-500 30%
1001-1500 19%
501-1000 33%
<150 29%
150-400 59%
(dalam ribu rupiah)
(dalam ribu rupiah)
Gambar 9. Prosentasi responden berdasarkan tingkat pengeluaran, (n=96). Berdasarkan motivasi yang terlahir dari alasan responden dalam mengkonsumsi bubur instan (Gambar 10), dapat diketahui bahwa mayoritas motivasi responden mengkonsumsi bubur instan adalah 54% “karena kepraktisannya”, kemudian 17% “karena rasanya enak”. Dengan demikian faktor kepraktisan dan faktor rasa perlu mendapat perhatian dalam mengevaluasi produk bubur instan.
4%
7%
3%
17%
15%
54%
rasanya enak
praktis
variasi makanan
mudah didapat
harga terjangkau
lainnya
Gambar 10. Prosentasi responden berdasarkan alasan (motivasi) mengkonsumsi bubur instan, (n=96).
26
Berdasarkan profil responden yang diuraikan diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden (lebih dari 50%) berjenis kelamin perempuan. Mayoritas responden telah menikah yaitu sebesar 82%. Mayoritas responden yang telah menikah (84%) berada pada usia produktif. Mayoritas responden berpendidikan sekolah lanjutan (64%), dengan tingkat pengeluaran keluarga yang terbagi ke dalam 3 kelompok mayoritas yaitu keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000,00 tiap bulan bulan (33%), keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 250.000,00 – Rp 500.000,00 tiap bulan (30%) dan keluarga dengan pengeluaran sebesar Rp. 1.001.000 – Rp. 1.500.000,00 tiap bulan bulan (19%). Hal ini berarti bahwa mayoritas responden berada pada golongan sosial ekonomi bawah karena memiliki derajat pendidikan yang rendah dan juga memiliki pengeluaran/belanja yang rendah tiap bulannya. Berdasarkan motivasi (alasan) responden dalam mengkonsumsi bubur instan, dapat diketahui bahwa mayoritas responden mengkonsumsi bubur instan dengan alasan kepraktisan (54%) dan diikuti oleh alasan rasa (17%). Lyman (1989), menjelaskan bahwa preferensi dapat dipengaruhi oleh waktu dan kondisi pada saat terakhir mengkonsumsinya. Dalam memilih makanan tertentu yang disukai, pengalaman makan, seperti rasa enak, menyenangkan, terjangkau, dan mudah didapat.
C. ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RESPONDEN DALAM MEMBENTUK PREFERENSI KONSUMEN Sebagaimana telah dijelaskan di atas, pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi bahan pangan dikelompokan ke dalam dua kelompok yaitu karakteristik responden dan faktor mutu produk. Karakteristik responden terdiri dari 6 faktor yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, jenis pekerjaan, dan alasan (motivasi) pribadi tentang mengkonsumsi bubur instan. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney (Lampiran 8) diketahui bahwa jenis kelamin responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,529). Adanya sebaran data tingkat konsumsi yang tidak merata (Lampiran 7) perlu dipertimbangkan sebagai faktor yang turut mempengaruhi hasil uji Mann-Whitney di atas. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 9), diketahui bahwa usia responden tidak berhubungan secara nyata dengan tingkat konsumsi (p=0,475). Hal ini berarti usia responden (golongan dewasa maupun golongan remaja) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Menurut Schaffner et al. (1998) usia dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya pemilihan (preferensi) tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat itu. Berdasarkan hasil analisis uji Kruskal Wallis (Lampiran 10), diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan (p=0,058). Tingkat pendidikan (pengetahuan) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Tingkat pendidikan juga mempunyai pengaruh terhadap selera dan preferensi responden. Responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi biasanya memiliki beberapa pertimbangan untuk mengkonsumsi suatu produk. Hal ini biasanya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki responden mengenai produk tertentu. Menurut Schaffner et al. (1998) semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka orang tersebut cenderung akan semakin sering mencari informasi mengenai komponen-komponen yang terkandung pada suatu produk pangan dan komponenkomponen nutrisi tersebut menjadi semakin penting. Menurut Schaffner et al. (1998) tingkat pendidikan dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya preferensi tersebut akan sangat bergantung pada kondisi (aspek) psikologis aktual dari masing-masing individu pada saat itu. Selain masih harus bergantung kepada kondisi (aspek)
27
psikologis aktual dari masing-masing individu, hal ini mungkin disebabkan oleh karena bubur instan masih dijadikan alternatif terakhir bagi masyarakat untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Berdasarkan hasil analisis Uji Kruskal Wallis (Lampiran 11) diketahui bahwa pekerjaan responden memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat konsumsi produk bubur instan, karena diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,035. Pekerjaan konsumen dapat mempengaruhi persepsi dan preferensi konsumen. Menurut Sanjur (1982), pekerjaan individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu jenis produk pangan. Selain itu, produsen berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih baik daripada rata-rata kelompok yang ada terhadap barang dan jasa yang diproduksi (Kotler 2001). Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan responden (pelajar, mahasiswa, ibu rumahtangga, pegawai swasta, wiraswasta, pegawai negeri, dan pensiunan) menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Pendapatan (melalui pendekatan pengeluaran) individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi seseorang terhadap pemilihan suatu produk pangan (Shepherd & Sparks 1994). Berdasarkan Uji Kruskal Wallis (Lampiran 12) diketahui bahwa pendapatan responden tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi terhadap produk bubur instan (p=0,577). Menurut Shepherd dan Sparks (1994) pendapatan individu memiliki pengaruh terhadap preferensi konsumen, tetapi seperti kita ketahui juga bahwa kondisi psikologi aktual responden juga berpengaruh terhadap tingkat preferensi konsumen. Menurut Schaffner et al. (1998) faktor karakteristik demografi dari masing-masing individu berpengaruh dalam pemilihan terhadap suatu produk pangan, tetapi pada akhirnya (preferensi) tersebut akan sangat tergantung pada kondisi (aspek) psikologis individu pada saat ini, seperti motivasi, kepribadian, persepsi, belajar, kepercayaan dan sikap. Motif (alasan) adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak dan dengan memuaskan kebutuhan tersebut ketegangan akan berkurang (Kotler 2001). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian berdasarkan Lampiran 13, bahwa berdasarkan analisis Uji Kruskal Wallis diperoleh hasil nilai probabilitas sebesar 0,047. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa motif responden dalam mengkonsumi produk bubur instan memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan. Tabel 12. Hasil analisis pengaruh karakteristik responden terhadap produk bubur instan No 1 2 3 4 5 6
Karakteristik responden Jenis kelamin responden Usia responden Tingkat pendidikan responden Jenis pekerjaan responden Tingkat pengeluaran responden Motivasi responden
Pengaruh Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Nyata
Dari hasil pada Tabel 12, dapat terlihat bahwa beberapa karakteristik responden (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pengeluaran) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan karena nilai probabilitasnya di atas angka 0,05. Sedangkan karakteristik jenis pekerjaan responden dan karakteristik motivasi konsumsi responden berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi produk bubur instan.
D. ANALISIS ATRIBUT MUTU PREFERENSI KONSUMEN
PRODUK
DALAM
MEMBENTUK
Skor keyakinan (bi) yang dihasilkan dari penilaian responden terhadap produk bubur instan menunjukkan nilai yang diinginkan oleh responden terhadap produk tersebut. Sedangkan skor evaluasi (ei) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan seluruh tujuh atribut yang berada pada dua jenis produk bubur instan
28
tersebut. Skor keyakinan (bi) dan skor evaluasi (ei) diukur pada skala evaluasi dua kutub yaitu dari −2 yang berarti sangat buruk sampai +2 yang berarti sangat baik. Responden akan memberikan penilaian dengan cara menjatuhkan pilihan pada salah satu dari lima angka skala antara −2 sampai +2 untuk masing-masing atribut. Pada penelitian ini, 6 atribut yang digunakan adalah rasa, warna, kepraktisan, kepadatan, tekstur, aroma, kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Data tentang skor keyakinan (bi) responden terhadap atribut produk bubur instan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Skor keyakinan (bi) responden terhadap atribut produk bubur instan Atribut Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat
-2
-1
0
1
2
0 0 0
2 1 1
9 8 1
81 85 87
4 2 7
Rata-rata tertimbang 0,906 0,917 1,042
0
22
18
55
1
0,365
0 0
1 4
8 10
87 75
0 7
0,896 0,885
0
4
3
84
5
0,938
Berdasarkan data dari skor keyakinan (bi) pada Tabel 13 diketahui bahwa semua atribut memiliki nilai positif dan mendekati skala 1, skala +1 mewakili sifat baik, satu tingkat lebih rendah dari nilai +2 yang mewakili sifat sangat baik. Hal ini berarti bahwa hampir semua atribut telah cukup sesuai dengan keinginan responden (konsumen). Diketahui juga, bahwa atribut kepraktisan mempunyai skor tertinggi (1,042), artinya atribut kepraktisan merupakan atribut yang paling sesuai dengan keinginan responden dari atribut lainnya. Atribut sifat mengenyangkan memiliki skor yang rendah (0,035), artinya responden memiliki anggapan bahwa produk bubur instan adalah produk makanan yang kurang mengenyangkan untuk dijadikan sebagai makanan pokok. Sedangkan dapat kita lihat pada atribut kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat, produk bubur instan memiliki skor yang tinggi (0,938). Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa responden memiliki keyakinan bahwa produk bubur instan kurang memenuhi standar responden sebagai makanan pokok karena kurang mengenyangkan, akan tetapi responden setuju bahwa produk bubur instan dapat digunakan sebagai pengganti nasi pada saat darurat. Skor evaluasi (ei) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar menggambarkan tingkat penerimaan responden terhadap keberadaan keseluruhan tujuh atribut yang dimiliki oleh dua jenis produk bubur instan tersebut. Skor evaluasi (ei) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar diuraikan pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur singkong instan Atribut
-2
-1
0
1
2
Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan mengganti nasi pada saat darurat
0 0 0
29 6 0
22 12 2
43 74 85
2 4 9
Rata-rata tertimbang 0,188 0,792 1,073
1
13
6
75
1
0,646
0 0
12 19
12 22
68 54
4 1
0,667 0,385
0
10
3
78
5
0,813
29
Tabel 14 dan Tabel 15 mendeskripsikan tentang skor evaluasi (ei) terhadap produk bubur instan berbasis singkong dan ubi jalar. Skor evaluasi (ei) diperoleh dengan menjumlahkan skor penilaian dari seluruh responden dan selanjutkan dihitung rata-ratanya untuk masing-masing atribut. Perbandingan skor evaluasi (ei) antara produk bubur singkong instan dengan produk ubi jalar instan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 15. Skor evaluasi responden terhadap atribut bubur ubi jalar instan Atribut
-2
-1
0
1
2
Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat
0 0 0
22 22 0
8 20 2
55 51 84
1 3 10
Rata-rata tertimbang 0,365 0,365 1,083
1
22
4
68
1
0,479
0 0
7 11
5 9
81 69
3 7
0,833 0,750
0
7
3
80
6
0,885
Atribut mutu yang bernilai cukup rendah yaitu atribut rasa (0,188) dan atribut aroma (0,385) pada produk bubur singkong instan dan pada produk bubur ubi jalar instan dapat diketahui atribut yang memiliki skor evaluasi yang rendah yaitu atribut rasa (0,365), atribut warna (0,365), dan atribut sifat mengenyangkan (0,479). Berdasarkan wawancara terpisah dengan responden diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa dari produk bubur singkong instan yang hambar dan juga responden mengeluhkan aroma singkong yang masih terlalu kuat pada produk tersebut. Sedangkan pada produk bubur ubi jalar instan diketahui bahwa responden kurang menyukai rasa manis pada produk tersebut karena responden merasa kurang cocok jika makanan pokok cenderung mempunyai rasa manis. Hasil skor evaluasi menguatkan pendapat responden karena atribut rasa dan aroma pada bubur singkong instan memiliki nilai yang rendah, dimana nilai keduanya mendekati nilai 0 yang artinya mendekati penilaian “netral” atau berada diantara selang penilaian “disukai” dengan “tidak disukai”. Begitu juga nilai skor evaluasi atribut rasa dan warna pada bubur ubi jalar instan yang mendekati nilai 0. Hal ini menunjukkan atribut tersebut harus diperbaiki dalam pengembangan produk bubur instan selanjutnya agar sesuai dengan keinginan konsumen sehingga tingkat penerimaan produk tersebut menjadi semakin baik. Berdasarkan data skor evaluasi (ei) pada Tabel 16 diketahui bahwa semua atribut mutu dari produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan dinilai positif oleh responden. Tabel 16. Skor evaluasi (ei) konsumen terhadap produk bubur instan Atribut Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat
Produk bubur instan Bubur singkong Bubur ubi jalar instan instan 0,188 0,365 0,792 0,365 1,073 1,083 0,646 0,479 0,667 0,833 0,385 0,750 0,813
0,885
30
Atribut warna dari produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor rendah (0,362) karena responden kurang menyukai warna produk bubur ubi jalar instan yang berwarna keabu-abuan. Bubur singkong instan memiliki warna yang cenderung putih bersih. Skor evaluasi atribut warna yang diperoleh oleh produk bubur singkong instan cukup tinggi yaitu sebesar 0,792. Responden menilai produk bubur yang memiliki warna putih cenderung lebih menarik dibandingkan produk bubur yang berwarna gelap. Pada bubur ubi jalar instan, responden menyukai atribut tekstur dengan skor evaluasi sebesar 0,833 dan atribut aroma dengan skor evaluasi yang cukup tinggi yaitu sebesar 0,750. Responden mennyukai produk bubur ubi jalar instan yang wangi dengan tekstur yang berserat. Skor evaluasi atribut “kepraktisan” pada probuk bubur ubi jalar instan dan bubur singkong instan diketahui memiliki skor yang cukup baik. Dimana produk bubur singkong instan memperoleh skor sebesar 1,073 dan produk bubur ubi jalar instan memperoleh skor sebesar 1,083. Nilai skor evaluasi atribut kepraktisan pada produk bubur instan yang berada pada kisaran +1 atau rata-rata responden memberi penilaian setuju akan kepraktisan kedua jenis produk bubur instan. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pembuatan produk bubur instan dalam aspek kepraktisan telah tercapai.
E. TINGKAT PENERIMAAN RESPONDEN TERHADAP PRODUK BUBUR SINGKONG INSTAN DAN BUBUR UBI JALAR INSTAN Skor keyakinan (bi) dan skor evaluasi (ei) terhadap atribut mutu produk bubur instan yang telah diperoleh digunakan untuk mengetahui skor sikap (A0) responden terhadap produk bubur instan tersebut. Skor sikap (A0) produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan responden dengan skor evaluasi dari masing-masing produk. Skor sikap (A0) produk bubur singkong instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (bi) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (ei) responden terhadap bubur singkong instan. Sedangkan skor sikap (A0) produk bubur ubi jalar instan diperoleh dengan mengalikan skor keyakinan (bi) responden terhadap bubur instan dengan skor evaluasi (ei) responden terhadap bubur ubi jalar instan. Hasil perhitungan skor sikap (A0) responden terhadap produk bubur instan diuraikan pada Tabel 17. Tabel 17. Skor sikap (A0) responden terhadap produk bubur instan Atribut Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat Total
Produk bubur instan Bubur singkong Bubur ubi jalar instan instan 0,170 0,330 0,726 0,334 1,118 1,128 0,235 0,175 0,597 0,747 0,341 0,664 0.762 0,830 3,949
4,208
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,949. produk bubur singkong instan memiliki skor yang rendah untuk atribut aroma (0,341) dan produk bubur ubi jalar instan memiliki skor yang rendah untuk atribut rasa (0,330) dan atribut warna (0,334). Selanjutnya kedua produk memiliki skor yang sangat rendah untuk atribut sifat mengenyangkan, 0,235 untuk bubur singkong instan dan 0,175 untuk bubur ubi jalar instan. Angka yang diperoleh sangat rendah pada atribut ini karena responden telah memiliki skor keyakinan (bi) yang rendah dan ditambah dengan angka skor evaluasi (ei) yang juga rendah. Hal ini menyebabkan sangat rendahnya nilai skor sikap (A0) yang
31
merupakan nilai hasil perkalian antara skor keyakinan (bi) dan skor evaluasi (ei). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perhitungan skor sikap (A0) dapat dilihat pada Lampiran 14. Atribut yang memiliki skor sikap (A0) yang paling memuaskan untuk kedua produk adalah atribut kepraktisan, masing-masing bernilai 1,118 dan 1,128 untuk produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan. Dapt dilihat bahwa responden setuju dengan kepraktisan produk bubur instan ini berdasarkan angka skor sikap (A0) melebihi nilai 1 yang mewakili pernyataan setuju. Langkah selanjutnya dalam analisis preferensi konsumen dengan model Fishbein adalah menentukan skala penilaian. Tujuan penentuan skala penilaian ini adalah supaya diketahui kategori sikap responden terhadap produk bubur instan. Sikap responden dikelompokkan menjadi lima kategori dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Sebelum menentukan skala penilaian terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui skor maksimum sikap yang diberikan pada produk bubur instan secara umum. Skor maksimum sikap (A0 maks) diperoleh dengan mengalikan skor evaluasi dengan skor kepercayaan ideal, yaitu +2. Tabel 18. Skor maksimum sikap (A0 maks) produk bubur instan Atribut Rasa Warna Kepraktisan Sifat mengenyangkan Tekstur Aroma Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat Total
bi maks +2 +2 +2 +2 +2 +2
ei 0,906 0,917 1,042 0,365 0,896 0,885
A0 maks 1,813 1,833 2,083 0,729 1,792 1,771
+2
0,938
1,875 +11,896
Dari Tabel 18, maka dapat diketahui bahwa skor maksimum sikap (A0 maks) adalah sebesar +11,896. sehingga diperoleh selang antara skor maksimum dan skor minimum adalah dari +11,896 sampai −11,896. langkah selanjutnya adalah pembagian selang tersebut menjadi 5 selang skor penilaian sesuai dengan kategori penilaian produk yaitu dari sangat disukai sampai sangat tidak disukai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rentang (skala) skor preferensi Skala Penilaian (−11,896) – (−5,948) (−5,947) – (0,001) 0 0,001 – (+5,947) (+5,948) – (+11,896)
Kategori Penilaian Produk Sangat tidak disukai Tidak disukai Biasa Disukai Sangat disukai
Dari data skala penilaian pada Tabel 19, diketahui bahwa produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan masuk ke dalam kategori penilaian disukai, karena skor sikap (A0) dari kedua jenis produk bubur instan tersebut masuk ke dalam selang skor antara 0,001 sampai dengan 5,947. Yaitu diketahui bahwa produk bubur ubi jalar instan adalah yang paling disukai responden, dengan total skor preferensi sebesar 4,208. sedangkan produk bubur singkong instan memiliki skor preferensi yang lebih rendah yaitu sebesar 3,949.
32
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Penerimaan produk bubur jalar instan dan produk singkong instan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada penelitian ini faktor-faktor tersebut secara umum dikelompokkan pada dua kelompok, yaitu karakteristik responden (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran, jenis pekerjaan, dan motivasi pribadi) dan faktor mutu produk (rasa, warna, kepraktisan, sifat mengenyangkan, tekstur, aroma, dan kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat). Hasil penelitian ini memberikan implikasi penting bagi pengembangan produk selanjutnya. Dengan diketahuinya kelemahan-kelemahan atribut suatu produk, maka produsen dapat memperbaiki dari atribut-atribut tersebut sehingga lebih disukai konsumen. Tingkat pengeluaran dan motivasi pribadi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi. Tingkat pengeluaran berpengaruh dimana golongan masyarakat dari status sosial ekonomi rendah memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan masyarakat dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi. Selanjutnya, responden yang mengkonsumsi bubur instan dengan alasan (motivasi) kepraktisan memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dari responden dengan motivasi selain kepraktisan. Atribut kepraktisan dan atribut kemampuan sebagai pengganti nasi di saat darurat memiliki skor sikap yang tertinggi dibandingkan atribut-atribut lain pada produk bubur singkong instan dan produk bubur ubi jalar instan, ini artinya bahwa kedua atribut tersebut dianggap lebih penting. Berdasarkan nilai skor evaluasi atribut, baik produk bubur singkong instan maupun produk bubur ubi jalar instan memiliki atribut kepraktisan dan atribut kemampuan sebagai pengganti nasi di saat darurat yang disukai responden. Atribut warna pada produk bubur singkong lebih disukai responden dibandingkan atribut warna pada produk bubur ubi jalar instan, sedangkan atribut tekstur dan atribut aroma pada produk bubur ubi jalar instan lebih disukai responden daripada atribut tekstur dan atribut aroma pada produk bubur singkong instan. Responden menyukai produk bubur ubi jalar instan yang beraroma wangi dengan tekstur yang berserat. Berdasarkan nilai skor sikap total, diketahui bahwa penerimaan produk bubur singkong instan dan penerimaan produk bubur ubi jalar instan adalah sama-sama disukai oleh responden. Nilai skor sikap total pada produk bubur ubi jalar instan lebih besar dari nilai skor sikap total produk bubur singkong instan, hal ini berarti bahwa responden lebih menyukai produk bubur ubi jalar instan dibandingkan produk bubur singkong instan. Atribut-atribut mutu yang perlu mendapat perbaikan sebelum memasuki tahap scale up industry adalah atribut warna pada produk bubur ubi jalar instan serta atribut aroma dan atribut tekstur pada produk bubur singkong instan. Selain itu, atribut rasa pada masing-masing produk bubur ubi jalar instan dan produk bubur singkong instan juga sangat perlu mendapatkan perbaikan.
B. SARAN 1. 2. 3. 4.
Perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut pada metode produksi untuk menghasilkan produk yang dapat diterima lebih baik oleh konsumen. Perlu dilakukan perbaikan mutu atribut tertentu yang telah teridentifikasi dari hasil evaluasi responden. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai aspek psikologi responden selain motivasi, seperti kepribadian, persepsi, belajar, dan kepercayaan. Perlu penelitian lanjutan tentang pengemasan dan scale up industry untuk menghasilkan produk yang benar-benar dapat dipasarkan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Atmawikarta A. 2001. Komposisi Zat Gizi Makanan Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Assael H. 1992. Consumer Behavior and Marketing Action, Fourth Edition. New York: Pluskent Publishing Company. Bahrie S. 2005. Optimasi proses pengolahan bubur jagung menggunakan pengering drum (drum dryer) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Badan Pusat Statistik. 2008. Production of Secondary Food Crops in Indonesia. http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table2.shtml [13 November 2009]. Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Bogor dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. SNI 01-2891-1992. Jakarta: BSN. BeMiller JN, RL Whistler. 1996. Carbohydrates. Di dalam Fennema, O.R Food Chemistry, 3rd edition. New York: Marcell Dekker Inc. Departemen Pertanian. 2009. Keseimbangan Permintaan dan Ketersediaan beras untuk Konsumsi, 2001 – 2004. http://www.deptan.go.id [21 Februari 2010]. Direktorat Gizi Depkes RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Caesar GV. 1968. Dextrins and dextrinization. Di dalam : Radley JA (ed.). Starch and Its Derivatives. London: Chapman & Hall Ltd. Cardello AV. 1994. Consumer Acceptance and Cultural Change: Some Historical Experiences. Di dalam Mac Fie HJH and Thomson DMH (eds). Measurement of Food Preference. pp 253291. Glasgow: Blackie Academic and Professional. Engel JF, Blackwell GD, Minard PW. 2001. Perilaku Konsumen Jilid I, edisi keenam. Jakarta: Binapura Aksara. Gliksman M. 1968. Gum Technology of Food Industry. New York: Academic Press. Hartomo AJ, Widiatmoko MC. 1992. Emulsi dan Pangan Instan Berlesitin. Yogyakarta: Andi Offset. Hasan MI. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hendy. 2007. Formulasi bubur instan berbasis singkong (Manihot esculenta crantz) sebagai pangan pokok alternatif [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hillcocks RJ, Thresh JM, Belotti A. 2002. Cassava Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. Isnaeni NF. 2007. Formulasi produk bubur instan ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lam) sebagai salah satu upaya diversifikasi pangan pokok [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Johnson AH, Peterson MS. 1971. Encyclopedy of Food Technology. Connecticut: The AVI Publ. Co. Westport. Kuncoro M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Keller JD. 1986. Sodiumcarboxymethylcellulose (CMC). Di dalam Martin Glicksman (ed). Food Hydrocolloids Vol III. Boca Raton: CRC Press. Kirk RE, Othmer DF. 1952. Encyclopedia of Chemical Technology (4) : 613. New York: John Wiley & Sons. Kotler P, Andreasen A. 1995. Strategic Marketing for Nonprofit Organizations. New Jersey: Prentice Hall. Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi Kesebelas Jilid 1 dan 2. PT. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia. Meilgaard M. 1999. Sensory Evaluation Techniques. New York: CRC Press. Miller JB, KP Powell. 2007. The New Glucose Revolution: GI Values. Cambridge: Da Capo Press. Nicholson W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya Edisi 8. Jakarta: Erlangga.
Perdana D. 2003. Dampak Penerapan ISO 9001 terhadap Peningkatan Mutu Berkisenambungan pada Proses Produksi Bubur Bayi Instant di PT. Gizindo Prima Nusantara [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2001. Riset Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. New Jersey: Englewoods Cliffs, Prentice-Hall. Schaffner DJ, Schroeder WR and Earle MD. 1998. Food Marketing: An International Perspective. New York: Mc. Graw-Hill Companies Inc. Shepherd R, Sparks P. 1994. Modelling Food Choice. Di dalam Mac Fie HJH dan Thomson DMH (eds). Measurement of Food Preference. pp 164-293. Glasgow: Blackie Academic and Professional. Singarimbun M. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT. Pustaka LP3S Indonesia. Solomon MR. 1999. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. 4th Edition. New Jersey: Prentice Hall. Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Tjokrodikoesoemo PS. 1985. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. Jakarta: Gramedia. Tjiptono F. 2006. Brand Management Dan Strategy. Yogyakarta: Penerbit Andi. Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Vlekke BHM. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Winarno FG. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wirakartakusumah MA, Syarief AM. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor: PAU Pangan Gizi IPB. Warsiki E. 1993. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Desain Produk Tepung Instan Sari Buah Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Yoanasari QT. 2003. Pembuatan Bubur Bayi Instan dari Pati Garut [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Design actual formula bubur ubi jalar instan pada program DX7 dan hasil pengukuran response
Std
Run
Block
Component 1
Component 2
Component 3
Component 4
Response 1
Response 2
Response 3
Response 4
A: Ubi jalar
B : Air
C : CMC
D : Dekstrin
Rendemen
Daya Rehidrasi
Densitas Kamba
Kelengketan
%
%
%
%
%
ml/g
g/ml
cm
17
1
Block 1
24.040
75.000
0.240
0.720
27.72
4.8
0.25
7.1
8
2
Block 1
24.520
72.110
0.240
3.130
35.96
3.7
0.27
6.1
11
3
Block 1
24.720
74.238
0.140
0.903
29.69
4.7
0.26
5.1
13
4
Block 1
24.280
74.278
0.060
1.383
30.15
3.8
0.32
6.4
16
5
Block 1
25.000
74.760
0.240
0.000
22.99
4.8
0.21
7.1
3
6
Block 1
24.040
75.000
0.000
0.960
28.03
4.2
0.15
5.7
9
7
Block 1
24.472
73.314
0.000
2.214
30.35
3.5
0.28
4.9
18
8
Block 1
25.000
72.110
0.000
2.890
36.30
3.7
0.27
6.1
10
9
Block 1
25.000
73.495
0.120
1.385
34.75
4.3
0.29
4.9
12
10
Block 1
24.280
72.833
0.180
2.708
39.50
3.6
0.28
5.3
1
11
Block 1
24.460
75.000
0.120
0.420
23.16
4.7
0.18
6.1
15
12
Block 1
25.000
75.000
0.000
0.000
23.85
4.5
0.22
6.9
38
Lampiran 1. Lanjutan
Std
Run
Block
Component 1
Component 2
Component 3
Component 4
Response 1
Response 2
Kelengketan
ml/g
Response 3 Densitas Kamba g/ml
A: Ubi jalar
B : Air
C : CMC
D : Dekstrin
Rendemen
Daya Rehidrasi
%
%
%
%
%
Response 4
cm
7
13
Block 1
25.000
74.760
0.240
0.000
25.49
5.0
0.18
7.0
6
14
Block 1
25.000
72.110
0.000
2.890
33.25
3.4
0.23
4.5
4
15
Block 1
25.000
75.000
0.000
0.000
26.43
4.8
0.11
5.1
5
16
Block 1
24.040
72.230
0.120
3.610
36.48
3.8
0.20
6.6
2
17
Block 1
24.040
75.000
0.240
0.720
24.77
4.8
0.15
7.0
14
18
Block 1
24.760
72.833
0.180
2.228
33.31
3.1
0.30
6.6
19
19
Block 1
24.460
75.000
0.120
0.420
25.43
5.3
0.22
6.2
20
20
Block 1
24.040
75.000
0.000
0.960
29.19
3.9
0.30
5.4
21
21
Block 1
24.040
72.230
0.120
3.610
38.69
4.0
0.33
7.2
22
22
Block 1
24.520
72.110
0.240
3.130
34.49
3.4
0.32
7.3
23
23
Block 1
24.472
73.314
0.000
2.214
31.53
3.4
0.27
2.6
24
24
Block 1
25.000
73.495
0.120
1.385
27.39
4.3
0.27
4.7
39
Lampiran 2. Design actual formula bubur singkong instan pada program DX7 dan hasil pengukuran response
Std
Run
Component 1
Component 2
Component 3
Component 4
Response 1
Response 2
Response 3
Response 4
A: Singkong
B : Air
C : CMC
D : Dekstrin
Rendemen
Daya Rehidrasi
Densitas Kamba
Kelengketan
%
%
%
%
%
ml/g
g/ml
cm
Block
6
1
Block 1
25.000
73.495
0.120
1.385
33.34
6.3
0.063
5.51
11
2
Block 1
24.700
74.277
0.120
0.902
32.87
6.3
0.058
9.89
16
3
Block 1
24.040
72.350
0.000
3.610
41.74
5.6
0.073
6.67
5
4
Block 1
25.000
72.110
0.000
2.890
36.92
6.2
0.093
9.34
14
5
Block 1
24.760
72.832
0.180
2.227
31.34
6.5
0.090
7.95
1
6
Block 1
24.040
72.350
0.000
3.610
31.29
5.7
0.075
6.38
18
7
Block 1
25.000
72.110
0.000
2.890
32.72
7.1
0.034
8.09
4
8
Block 1
24.760
75.000
0.240
0.000
37.32
8.1
0.020
8.02
3
9
Block 1
25.000
75.000
0.000
0.000
30.50
7.5
0.025
6.90
9
10
Block 1
24.280
72.110
0.120
3.`190
41.45
6.5
0.030
5.67
15
11
Block 1
24.760
75.000
0.000
0.000
30.27
7.0
0.023
7.25
13
12
Block 1
24.280
74.277
0.060
1.382
37.89
7.1
0.030
9.67
40
Lampiran 2. Lanjutan
Std
Run
Block
Component 1
Component 2
Component 3
Component 4
Response 1
Response 2
Kelengketan
ml/g
Response 3 Densitas Kamba g/ml
A: Singkong
B : Air
C : CMC
D : Dekstrin
Rendemen
Daya Rehidrasi
%
%
%
%
%
Response 4
cm
17
13
Block 1
24.760
75.000
0.240
0.000
18.77
6.9
0.040
7.99
8
14
Block 1
24.040
75.000
0.000
0.960
22.71
7.1
0.027
7.14
7
15
Block 1
24.472
73.314
0.000
2.214
23.97
5.6
0.064
9.35
10
16
Block 1
24.040
73.555
0.240
2.165
26.87
6.2
0.043
5.26
2
17
Block 1
25.000
72.110
0.240
2.650
29.25
6.5
0.048
7.56
12
18
Block 1
24.280
72.832
0.180
2.707
24.59
6.4
0.036
8.56
41
Lampiran 3. Contoh Kuesioner untuk Golongan Dewasa
KUESIONER KONSUMEN No. Responden : Nama : Alamat & No. telepon :
Jenis Kelamin: (L/P)
Kuisioner ini mohon diisi untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan. Nama, alamat dan nomor telepon diperlukan hanya untuk keperluan pengambilan dan pengolahan data saja. Penelitian ini dilakukan dalam rangka tugas akhir di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Oleh Ihsan Fauzano (F24103026) Responden diharapkan dapat memberikan jawaban pertanyaan yang diminta dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia atau dengan mengisi jawaban pada kolom yang telah disediakan. Bagian I (Informasi Umum) 1. Usia anda saat ini : ( ) Kurang dari 30 tahun ( ) 30 – 40 tahun ( ) 41 – 50 tahun
( ) 51 – 59 tahun ( ) Lebih dari 59 tahun
2. Pekerjaan utama anda saat ini : ( ) Ibu rumah tangga ( ) Pegawai negeri ( ) Wiraswasta
( ) Pegawai swasta ( ) Mahasiswa ( ) Lainnya, sebutkan ………………
3. Tingkat pengeluaran Anda sekelurga (seluruhnya) untuk keperluan sehari-hari perbulan : ( ) Kurang dari Rp. 250.000,00 ( ) Rp.1.001.000,00-Rp.1.500.000,00 ( ) Rp.250.000,00-Rp.500.000,00 ( ) Lebih dari Rp.1.500.000,00 ( ) Rp.501.000,00-Rp.1.000.000,00 4. Pendidikan terakhir Anda : ( ) SD (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) Sarjana S0/S1 (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) SLTP (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) PascaSarjana S2/S3(tamat/sedang/tidak ( ) SLTA(tamat/sedang/tidak tamat) tamat)
42
Bagian II (Informasi Diri) 5. Apakah anda pernah mengkonsumsi bubur? ( ) Ya
( ) Tidak sedikitpun
Apabila Anda menjawab “Ya” maka lanjutkan maka lanjutkan ke pertanyaan No. 8, sedangkan jika menjawab ”Tidak sedikitpun” maka lanjutkan pada pertanyaan No. 6 dan No.7. 6. Apabila anda menjawab “Tidak sedikitpun” pada pertanyaan No. 5, alasan Anda adalah: ( ) Harganya mahal ( ) Lebih menyukai nasi ( ) Sulit mendapatkannya
( ) Tidak biasa mengkonsumsinya ( ) Tidak suka ( ) Lainnya, sebutkan…………………….
7. Apabila anda menjawab “Tidak suka” pada pertanyaan No. 6 sebutkan alasannya: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……… 8. Apabila Anda menjawab “Ya” pada pertanyaan No. 5, bagaimana Anda mengkategorikan jawaban Anda tersebut ? ( ) Biasa mengkonsumsi bubur (±……. kali/bulan) ( ) Jarang mengkonsumsi bubur (±……… kali/bulan) 9. Apa alasan Anda mengkonsumsi bubur? ( ) Rasanya enak ( ) Praktis ( ) Variasi makanan pokok
( ) Mudah didapat ( ) Harga terjangkau ( ) Lainnya, sebutkan.……………………….
10. Bubur yang terbuat dari bahan pangan apa yang Anda sukai [Urutkan dengan cara memberikan angka di tempat yang disediakan dari mulai angka 1(sangat suka) sampai dengan 3 (agak suka) pada setiap pilihan jawaban di bawah ini]? ( ( ( (
) Beras ) Gandum ) Jagung ) Lainnya, sebutkan…..
( ) Oat ( ) Singkong ( )Ubi Jalar
11. Apa yang menjadi dasar Anda dalam mengkonsumsi bubur instan ? ( ( ( (
) Rasa ) Warna ) Kepraktisan ) Dapat digunakan saat darurat
( ) Kepadatan ( ) Tekstur ( ) Aroma 43
Bagian III (Informasi tentang produk) Untuk pertanyaan No. 12 sampai No. 18, jawablah dengan memberikan tanda silang (X) Pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai. 12. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap rasa bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
13. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap warna bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
14. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap kepraktisan bubur instan ? sangat tidak praktis ……………..
tidak praktis
ragu-ragu
praktis
…………….
…………….
…………….
sangat praktis ……………
15. Menurut Anda, apakah bubur instan dapat mengenyangkan ? sangat tidak mengenyangkan ……………..
tidak mengenyangkan …………….
ragu-ragu
Mengenyangkan
…………….
…………….
sangat mengenyangkan ……………
16. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap tekstur bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
17. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap aroma bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
18. Menurut Anda, apakah bubur instan dapat digunakan pada saat darurat sebagai pengganti nasi ? sangat tidak tidak setuju ragu-ragu setuju sangat setuju setuju …………….. ……………. ……………. ……………. …………… Untuk pertanyaan No.19 sampai No.25, jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada tempat yang disediakan untuk setiap jenis bubur instan pada pertanyaan tersebut. 44
19. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap rasa dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka raguragu
suka
sangat suka
Singkong Ubi Jalar 20. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap warna dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka raguragu
suka
sangat suka
Singkong Ubi Jalar 21. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap kepraktisan dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
Keterangan sangat tidak praktis tidak praktis ragu- praktis ragu
sangat praktis
Singkong Ubi Jalar 22. Ada dua jenis bubur instan. Apakah bubur instan tersebut mengenyangkan? Jenis Bubur Instan
sangat tidak mengenyangkan
Keterangan tidak ragumengeragu nyangkan
Mengenyangkan
sangat mengenyangkan
Singkong Ubi Jalar 23. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap tekstur dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan Singkong Ubi Jalar
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka ragu-ragu
suka
sangat suka
45
24. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap aroma dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan Singkong Ubi Jalar
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka ragu-ragu
suka
sangat suka
25. Ada dua jenis bubur instan. apakah bubur instan dapat digunakan pada saat darurat sebagai pengganti nasi ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak setuju
Keterangan tidak ragu-ragu setuju
setuju
sangat setuju
Singkong Ubi Jalar 26. Apakah Anda memiliki komentar (saran) untuk produk bubur instan ini, diluar pertanyaan-pertanyaan diatas ? …......................................................................................................................................... ............................................................................................................................................. .........................................................................................................................
ATAS PERHATIAN DAN BANTUANNYA SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH
46
Lampiran 4. Contoh Kuesioner untuk Golongan Remaja
KUESIONER KONSUMEN No. Responden : Nama : Alamat & No. telepon :
Jenis Kelamin: (L/P)
Kuisioner ini mohon diisi untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk bubur singkong instan dan bubur ubi jalar instan. Nama, alamat dan nomor telepon diperlukan hanya untuk keperluan pengambilan dan pengolahan data saja. Penelitian ini dilakukan dalam rangka tugas akhir di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Oleh Ihsan Fauzano (F24103026) Responden diharapkan dapat memberikan jawaban pertanyaan yang diminta dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia atau dengan mengisi jawaban pada kolom yang telah disediakan. Bagian I (Informasi Umum) 1. Usia anda saat ini : ( ) Kurang dari 15 tahun ( ) 15 – 19 tahun
( ) 20 – 25 tahun ( ) Lebih dari 25 tahun
2. Pekerjaan utama anda saat ini : ( ) Pelajar/Mahasiswa ( ) Pegawai negeri ( ) Pegawai swasta
( ) Wiraswasta ( ) Lainnya, sebutkan ………………
3. Tingkat pengeluaran Anda pribadi untuk keperluan sehari-hari perbulan : ( ) Kurang dari Rp. 150.000,00 ( ) Rp.150.000,00-Rp.400.000,00 ( ) Rp.401.000,00-Rp.600.000,00
( ) Rp.601.000,00-Rp.800.000,00 ( ) Lebih dari Rp.800.000,00
4. Pendidikan terakhir Anda : ( ) SD (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) Sarjana S0/S1 (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) SLTP (tamat/sedang/tidak tamat) ( ) PascaSarjana S2/S3(tamat/sedang/tidak ( ) SLTA(tamat/sedang/tidak tamat) tamat)
47
Bagian II (Informasi Diri) 6. Apakah anda pernah mengkonsumsi bubur? ( ) Ya
( ) Tidak sedikitpun
Apabila Anda menjawab “Ya” maka lanjutkan maka lanjutkan ke pertanyaan No. 8, sedangkan jika menjawab ”Tidak sedikitpun” maka lanjutkan pada pertanyaan No. 6 dan No.7. 6. Apabila anda menjawab “Tidak sedikitpun” pada pertanyaan No. 5, alasan Anda adalah: ( ) Harganya mahal ( ) Lebih menyukai nasi ( ) Sulit mendapatkannya
( ) Tidak biasa mengkonsumsinya ( ) Tidak suka ( ) Lainnya, sebutkan…………………….
7. Apabila anda menjawab “Tidak suka” pada pertanyaan No. 6 sebutkan alasannya: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……… 8. Apabila Anda menjawab “Ya” pada pertanyaan No. 5, bagaimana Anda mengkategorikan jawaban Anda tersebut ? ( ) Biasa mengkonsumsi bubur (±……. kali/bulan) ( ) Jarang mengkonsumsi bubur (±……… kali/bulan) 9. Apa alasan Anda mengkonsumsi bubur? ( ) Rasanya enak ( ) Praktis ( ) Variasi makanan pokok
( ) Mudah didapat ( ) Harga terjangkau ( ) Lainnya, sebutkan.……………………….
10. Bubur yang terbuat dari bahan pangan apa yang Anda sukai [Urutkan dengan cara memberikan angka di tempat yang disediakan dari mulai angka 1(sangat suka) sampai dengan 3 (agak suka) pada setiap pilihan jawaban di bawah ini]? ( ( ( (
) Beras ) Gandum ) Jagung ) Lainnya, sebutkan…..
( ) Oat ( ) Singkong ( )Ubi Jalar
11. Apa yang menjadi dasar Anda dalam mengkonsumsi bubur instan ? ( ( ( (
) Rasa ) Warna ) Kepraktisan ) Dapat digunakan saat darurat
( ) Kepadatan ( ) Tekstur ( ) Aroma 48
Bagian III (Informasi tentang produk) Untuk pertanyaan No. 12 sampai No. 18, jawablah dengan memberikan tanda silang (X) Pada salah satu kolom yang anda anggap sesuai. 12. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap rasa bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
13. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap warna bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
14. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap kepraktisan bubur instan ? sangat tidak praktis ……………..
tidak praktis
ragu-ragu
praktis
…………….
…………….
…………….
sangat praktis ……………
15. Menurut Anda, apakah bubur instan dapat mengenyangkan ? sangat tidak mengenyangkan ……………..
tidak mengenyangkan …………….
ragu-ragu
Mengenyangkan
…………….
…………….
sangat mengenyangkan ……………
17. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap tekstur bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
18. Menurut Anda, bagaimana penilaian Anda terhadap aroma bubur instan ? sangat tidak suka ……………..
tidak suka
ragu-ragu
suka
…………….
…………….
…………….
sangat suka ……………
18. Menurut Anda, apakah bubur instan dapat digunakan pada saat darurat sebagai pengganti nasi ? sangat tidak setuju ……………..
tidak setuju
ragu-ragu
setuju
…………….
…………….
…………….
sangat setuju ……………
49
Untuk pertanyaan No.19 sampai No.25, jawablah dengan memberikan tanda silang (X) pada tempat yang disediakan untuk setiap jenis bubur instan pada pertanyaan tersebut. 19. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap rasa dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka raguragu
suka
sangat suka
Singkong Ubi Jalar 20. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap warna dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka raguragu
suka
sangat suka
Singkong Ubi Jalar 21. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap kepraktisan dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan
Keterangan sangat tidak praktis tidak praktis ragu- praktis ragu
sangat praktis
Singkong Ubi Jalar 22. Ada dua jenis bubur instan. Apakah bubur instan tersebut mengenyangkan? Jenis Bubur Instan
sangat tidak mengenyangkan
Keterangan tidak ragumengeragu nyangkan
Mengenyangkan
sangat mengenyangkan
Singkong Ubi Jalar 23. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap tekstur dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan Singkong Ubi Jalar
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka ragu-ragu
suka
sangat suka
50
24. Ada dua jenis bubur instan. Bagaimana penilaian Anda terhadap aroma dari bubur instan tersebut ? Jenis Bubur Instan Singkong Ubi Jalar
sangat tidak suka
Keterangan tidak suka ragu-ragu
suka
sangat suka
25. Ada dua jenis bubur instan. apakah bubur instan dapat digunakan pada saat darurat sebagai pengganti nasi ? Jenis Bubur Instan
sangat tidak setuju
Keterangan tidak ragu-ragu setuju
setuju
sangat setuju
Singkong Ubi Jalar 26. Apakah Anda memiliki komentar (saran) untuk produk bubur instan ini, diluar pertanyaan-pertanyaan diatas ? …......................................................................................................................................... ............................................................................................................................................. .........................................................................................................................
ATAS PERHATIAN DAN BANTUANNYA SAYA UCAPKAN TERIMA KASIH
51
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas Kuesioner
Kelompok Parameter
Atribut umum bubur instan
Parameter
Keterangan
X1 X2 X3 X4 X5 X6
Rasa secara umum Warna secara umum Kepraktisan secara umum Kepadatan secara umum Tekstur secara umum Aroma secara umum Kemampuan sebagai pengganti nasi secara umum Rasa bubur singkong instan Rasa bubur ubi jalar instan Warna bubur singkong instan Warna bubur ubi jalar instan Kepraktisan bubur singkong instan Kepraktisan bubur ubi jalar instan Kepadatan bubur singkong instan Kepadatan bubur ubi jalar instan Tekstur bubur singkong instan Tekstur bubur ubi jalar instan Aroma bubur singkong instan Aroma bubur ubi jalar instan Kemampuan bubur singkong instan sebagai pengganti nasi Kemampuan bubur ubi jalar instan sebagai pengganti nasi
X7 Rasa spesifik dari dua jenis bubur instan Warna spesifik dari dua jenis bubur instan Kepraktisan spesifik dari dua jenis bubur instan Kepadatan spesifik dari dua jenis bubur instan Tekstur spesifik dari dua jenis bubur instan Aroma spesifik dari dua jenis bubur instan Kemampuan spesifik sebagai pengganti nasi dari dua jenis bubur instan
X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21
Nilai Validitas 0,481 0,400 0,470 0,447 0,374 0,451 0,455 0,245 0,526 0,468 0,649 0,450 0,497 0,516 0,414 0,498 0,295 0,594 0,565 0,503 0,462
52
Lampiran 5. Lanjutan Contoh perhitungan validitas atribut X1 (Rasa secara umum) : Skor soal no. 1
Skor total seluruh soal
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
84 88 88 86 88 80 82 83 95 84 89 89 90 91 86 87 87 90 84 91 82 83 84 80 89 86 89 87 78 84
Ranking skor soal no. 1 30 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 1 16
Ranking skor total seluruh soal
di
di2
10 20 20 14 20 3 5 7 30 10 24 24 27 29 14 17 17 27 10 29 5 7 10 3 24 14 24 17 1 10
20 -4 -4 2 -4 13 11 9 -14 6 -8 -8 -11 -13 2 -1 -1 -11 6 -13 11 9 6 13 -8 2 -8 -1 0 6
400 16 16 4 16 169 121 81 196 36 64 64 121 169 4 1 1 121 36 169 121 81 36 169 64 4 64 1 0 36 2381
Total
ρ =1−
6∑ d i2
(
)
n n2 −1 6 ⋅ (2381) ρ = 1− 30(900 − 1) = 0.481
53
Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pengukuran pertama 94 101 99 99 102 94 93 95 107 94 100 101 102 101 98 99 105 100 99 100 96 96 96 91 99 98 102 99 88 95
Pengukuran kedua 95 102 96 100 98 95 93 95 108 94 99 96 102 101 94 102 102 100 97 101 98 96 96 94 95 102 101 102 87 95
54
Lampiran 6. Lanjutan Correlations Correlations VAR00001
VAR00002
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
VAR00001 VAR00002 1 .845** . .000 30 30 .845** 1 .000 . 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
55
Lampiran 7. Frekuensi konsumsi bubur instan Frequencies Statistics CON_RATE N
Valid Missing
Mean Std. Error of Mean Median Std. Deviation Variance Skewness Std. Error of Skewness Kurtosis Std. Error of Kurtosis Range Minimum Maximum Percentiles
10 25 50 75 90
96 0 4.3438 .22885 4.0000 2.24231 5.02796 .822 .246 1.068 .488 11.00 1.00 12.00 1.0000 3.0000 4.0000 5.0000 8.0000
CON_RATE
Valid
1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 10.00 12.00 Total
Frequency 10 10 10 29 14 10 3 6 3 1 96
Percent 10.4 10.4 10.4 30.2 14.6 10.4 3.1 6.3 3.1 1.0 100.0
Valid Percent 10.4 10.4 10.4 30.2 14.6 10.4 3.1 6.3 3.1 1.0 100.0
Cumulative Percent 10.4 20.8 31.3 61.5 76.0 86.5 89.6 95.8 99.0 100.0
56
Lampiran 7. Lanjutan
CON_RATE 50
40
30
Frequency
20
10
Std. Dev = 2.24 Mean = 4.3 N = 96.00
0 2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
CON_RATE
*ket: konsumsi responden ≤ 3 kali sebulan : jarang mengkonsumsi konsumsi responden 4 - 5 kali sebulan : rutin mengkonsumsi konsumsi responden ≥ 6 kali sebulan : sering mengkonsumsi
57
Lampiran 8. Hasil Analisis Mann-Whitney untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Jenis Kelamin Responden NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks CONS_RATE
GENDER laki-laki perempuan Total
N 36 60 96
Mean Rank 46.35 49.79
Sum of Ranks 1668.50 2987.50
Test Statisticsa Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
CONS_RATE 1002.500 1668.500 -.630 .529
a. Grouping Variable: GENDER
58
Lampiran 9. Hasil Analisis Kruskal-Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Usia Responden NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks CONS_RATE
AGE 10 - 19 th 20 - 50 th 51 - 70 th Total
N 13 70 13 96
Mean Rank 56.54 47.50 45.85
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
CONS_RATE 1.490 2 .475
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: AGE
59
Lampiran 10. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Tingkat Pendidikan Responden NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks CONS_RATE
EDU_RATE SD SLTP SLTA Sarjana Total
N 27 24 37 8 96
Mean Rank 59.78 46.71 42.74 42.44
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
CONS_RATE 7.487 3 .058
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: EDU_RATE
60
Lampiran 11. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Jenis Pekerjaan Responden NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks CONS_RATE
OCCUPATION ibu rumah tangga pegawai negeri wiraswasta pegawai swasta pensiunan pelajar mahasiswa Total
N 42 9 18 9 2 12 4 96
Mean Rank 51.00 67.00 37.67 45.67 19.00 51.00 43.00
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
CONS_RATE 13.534 6 .035
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: OCCUPATION
61
Lampiran 12. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Tingkat Pengeluaran Responden NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks CONS_RATE
SPENT_RATE < Rp. 400.000,00 Rp. 401.000,00-Rp. 1.000.00,00 Rp. 1.001.000,00-Rp. 1.500.000,00 > Rp. 1.500.000,00 Total
N 42
Mean Rank 52.65
28
46.04
15
44.00
11 96
45.05
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
CONS_RATE 1.979 3 .577
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: SPENT_RATE
62
Lampiran 13. Hasil Analisis Kruskal Wallis untuk Hubungan antara Tingkat Konsumsi dengan Motivasi Konsumsi Responden NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks CONS_RATE
MOTIVATION Rasanya enak Praktis Variasi makanan pokok Mudah didapat Harga terjangkau Kesehatan pencernaan Total
N 15 54 14 4 6 3 96
Mean Rank 51.00 52.78 36.14 55.00 43.00 19.00
Test Statisticsa,b Chi-Square df Asymp. Sig.
CONS_RATE 11.208 5 .047
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: MOTIVATION
63
Lampiran 14. Skor Sikap responden terhadap Bubur Instan Bubur Singkong Instan Atribut
Keyakinan (bi)
Evaluasi (ei)
Skor Sikap(A0)
Rasa
0,906
0,188
0,170
Warna
0,917
0,792
0,726
Kepraktisan
1,042
1,073
1,118
Kepadatan
0,365
0,646
0,235
Tekstur
0,896
0,667
0,597
Aroma
0,885
0,385
0,341
0,938
0,813
0,762
Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat Total Bubur Ubi Jalar Instan Atribut
3,949
Keyakinan (bi)
Evaluasi (ei)
Skor Sikap(A0)
Rasa
0,906
0,365
0,330
Warna
0,917
0,365
0,334
Kepraktisan
1,042
1,083
1,128
Kepadatan
0,365
0,479
0,175
Tekstur
0,896
0,833
0,747
Aroma
0,885
0,750
0,664
0,938
0,885
0,830
Kemampuan sebagai pengganti nasi pada saat darurat Total
4,208
64