LAPORAN KHUSUS
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
Oleh : Septina Dwi Ayu Pratiwi NIM. R0007147
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul
:
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
dengan peneliti : Septina Dwi Ayu Pratiwi NIM. R0007147
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing I
Pembimbing II
Harninto, dr, MS, Sp.Ok NIP. 130 543 962
Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg NIP. 160 045 635
An. Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris,
Sumardiyono, SKM, M.Kes. NIP. 19650706 198803 1 002 ii
PENGESAHAN
Laporan Khusus dengan judul
:
ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH
dengan peneliti : Septina Dwi Ayu Pratiwi NIM. R0007147
telah diuji dan disahkan pada tanggal :
Pembimbing Perusahaan
Jatmiko SHE Manajer PT. Tirta Investama
iii
ABSTRAK
Septina Dwi Ayu Pratiwi, 2010. “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Gallon di PT. Tirta Investama Klaten”. Program DIII Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS. PT. Tirta Investama Klaten merupakan salah satu pabrik pengolahan air minum. Hasil produksi ditangani secara manual yaitu mengangkat beban dari konveyor ke palet. Proses pengangkatan ini beresiko pada muskuloskeletal yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders (MSDs) serta dapat menimbulkan nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP).Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja akibat dari lifting di area 5 galon dengan penilaian dari RULA Metedologi penelitian yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan bagaimana postur kerja pada saat angkat-angkut, menilai setiap postur kerja berdasarkan penilaian dari RULA untuk setiap bagiannya (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, perputaran pergelangan tangan, punggung, leher dan posisi kaki) yang selanjutnya dikatagorikan berdasarkan hasil dari grand score pada action level yang menunjukan bahwa postur tersebut diperlukan perbaikan atau tidak. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 20 pekerja untuk postur kerja memiliki nilai 7 pada penilaian grand score sehingga dalam katagori action level 4 yang menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh yang tidak alamiah (membungkuk, menekuk, leher menunduk/menekuk, lengan menjahui badan), penggunaan otot dan penggunaan tenaga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa postur kerja MMH pada area 5 galon diperlukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Saran yang dapat penulis berikan yaitu mengadakan evaluasi kerja, memperbaiki metode, sistem dan cara kerja, memperhatikan masalah penyebab ketidaknyamanan pekerja agar dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi. Kata kunci : Manual Material Handling, Rapid Upper Limb Assessment Daftar pustaka: 15, 1993-2009
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh Puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, keimanan, kesehatan, kekuatan, kemudahan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan umum dengan judul “Laporan Khusus dengan judul: ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) PADA AREA PRODUKSI 5 GALON DI PT. TIRTA INVESTAMA KLATEN JAWA TENGAH”. Laporan ini disusun guna memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan penelitaian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini antara lain yaitu: 1. Bapak Prof. Dr. H. AA. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp. Ok selaku Ketua Program D-III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Bapak Harninto, dr, MS, Sp.Ok, selaku pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
v
4. Bapak Tarwaka, PGDip. Sc., M. Erg selaku pembimbing II dalam penyusunan laporan ini. 5. Bapak Budi Hartono, selaku kepala pabrik di PT. Tirta Investama Klaten Jawa Tengah yang telah menerima penulis dalam melaksanakan program magang. 6. Bapak Jatmiko, selaku SHE Manager di PT. Tirta Investama Klaten, Terima kasih telah memperkenankan penulis untuk dapat melaksanakan magang sekaligus pembimbing di lapangan. 7. Bapak Syamsul Choirudin, selaku staf SHE di PT. Tirta Investama Klaten, Terima kasih telah banyak membantu penulis dalam proses pelaksanaan magang sekaligus pembimbing di lapangan. 8. Bapak, Ibu staff dan karyawan PT. Tirta Investama Klaten yang telah memberikan bimbingan dan keterangan dalam pengambilan data selama magang. 9. Bapak dan Ibu tersayang, kakak dan dua adikku tercinta, terima kasih atas kasih sayangnya yang secara tidak langsung memberikan dorongan semangat luar biasa dalam penyelesaian laporan ini. 10. Sahabat-sahabatku tercinta dan teman-teman Hiperkes’07 yang memotivasi dan mendukung ku selama magang dan penyelesaian laporan ini. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki banyak kekuranga, diharapkan kritik dan saran yang
vi
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Surakarta, Juni 2010
Septina Dwi Ayu Pratiwi
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
ii
ABSTRAK ....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI.................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL.........................................................................................
x
ABSTRAK ....................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
xii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang........................................................................
1
B. Rumusan Masalah...................................................................
5
C. Tujuan Penelitian....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian..................................................................
6
LANDASAN TEORI ....................................................................
7
A. Tinjauan Pustaka.....................................................................
7
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................
43
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................
44
A. Jenis Penelitian........................................................................
44
B. Objek Penelitian ......................................................................
44
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
45
D. Teknik Sampling .....................................................................
45
BAB II
viii
E. Teknik Pengumpulan Data......................................................
46
F. Sumber Data............................................................................
46
G. Instrumen Penelitian................................................................
47
H. Analisa Data ............................................................................
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................
48
A. Hasil Penelitian.......................................................................
48
1. Pengumpulan Data Pengukuran ........................................
48
2. Data Modifikasi Postur .....................................................
50
3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA ..
51
B. Pembahasan ............................................................................
91
1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja................................
91
2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur ..........
92
3. Analisa Gerakan Postur Kerja...........................................
94
4. Redesain Postur Kerja .......................................................
104
5. Alternatif Desain Posisi Kerja...........................................
106
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan Metode RULA...................................................................
107
BAB V PENUTUP.......................................................................................
108
A. Kesimpulan .............................................................................
108
B. Saran........................................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
110
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas…………………………...........
29
Table 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas………………………
29
Tabel 3. SkoPostur untuk lengan bawah…………………………...........
30
Table 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan bawah...................…........
31
Tabel 5. Skor Postur untuk pergelangan tangan……………………........
31
Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan. ……………..........
32
Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan………….........
33
Tabel 8. Skor Postur untuk leher……………………...……………........
34
Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher…………...……………......
35
Tabel 10. Skor Postur nilai untuk batang tubuh……………………...….
36
Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh………………......
37
Tabel 12. Skor Postur untuk posisi kaki. ……………………...………..
37
Tabel 13. Postur skor kelompok A……………………...……………….
38
Tabel 14. Skor Postur kelompok B. ………………...…………………..
39
Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan……………...
40
Tabel 16. Grand Score……………...…………………….......................
41
Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar..........................
48
Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua.........................
49
Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga.........................
49
Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer................................
49
Tabel 21. Modifikasi postur pada pekerja...............................................
50
Tabel 22. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar..................
94
x
Tabel 23. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat dasar...................
96
Tabel 24. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua..................
97
Tabel 25. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat kedua..................
99
Tabel 26. Penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga.................
100
Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga..................
101
Tabel 28. Penilaian skor A pada saat berada di konveyer.........................
102
Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer.........................
103
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja .............................................
106
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja.................
107
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae ......................................
8
Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung......................................................
10
Gambar 3. Fleksi dan ekstensi...........................................................................
19
Gambar 4. Abduksi dan adduksi.......................................................................
20
Gambar 5. Posisi rotasi.....................................................................................
21
Gambar 6. Posisi pada lengan............................................................................
21
Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas..............................................
28
Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas......................
29
Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah...........................................
30
Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah......
31
Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan................................
31
Gambar 12. Deviasi Pergelangan......................................................................
32
Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan.....................................................
33
Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher......................................................
34
Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher..................
35
Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk)...........................
35
Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh.
36
Gambar 18. Posisi kaki.....................................................................................
37
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Surat Keterangan Magang
Lampiran 2.
RULA Employee Assessment Worksheet
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masalah yang terjadi pada perusahaan bidang manual material handling (MMH) saat ini dilihat segi ergonomi yang disebabkan oleh tugas ataupun tempat kerja pada pekerja salah satunya adalah nyeri pada otot punggung yang digunakan untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang angkat-angkut adalah pada sistem muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ). Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Nyeri pinggang dan cedera yang berhubungan dengan MMH salah satu perhatian utama yang diungkapkan oleh Bernadio Ramazzini “pendiri obat kerja” saat pertama kali pengamatannya diterbitkan di tahun 1600-an. Tidak banyak berubah sejak saat itu. Lembaga Nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) memperkirakan setidaknya 30 persen dari pekerja terkena bahaya setiap
1xiv
hari. Sekitar satu dari setiap empat orang Kanada yang terlibat pekerjaan MMH mengalami sakit akibat cedera punggung. Di Ontario, cedera yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal (MSDs) lebih dari 40 persen akibat dari Workplace Safety & Insurance Board claims. Manual material handling (MMH) adalah penyebab paling umum dari kelelahan kerja dan nyeri pinggang. MMH merupakan komponen dari banyak pekerjaan di berbagai sektor termasuk rekreasi, grosir, konstruksi, manufaktur, dan perakitan. Pekerjaan yang paling mungkin mengalami nyeri punggung dan cedera yaitu termasuk buruh mengangkat manual, perakit, kasir, tukang kayu dan tukang pipa. Sedangkan pengangkatan dengan teknik yang aman untuk sebagian besar pekerja belum bisa diterapkan, tanpa adanya perubahan yang signifikan dalam mendesain lingkungan, posisi kerja dan beban yang diangkat. Gerakan mengangkat objek dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi atau sebaliknya menyebabkan terjadinya peningkatan resiko untuk sakit dan atau cedera. Pengangkatan manual secara langsung dan efek jangka pendek menyebabkan luka dan kelelahan. Permukaan yang tajam atau kasar, objek yang mudah jatuh atau licin adalah keadaan yang menyebabkan luka, lecet atau memar selama pengangkatan. Pekerja juga dapat menderita luka-luka yang disebabkan oleh kejatuhan atau bertabrakan dengan benda. Upaya yang diperlukan dalam pengangkatan yaitu menggunakan energi otot. Selama kecepatan pengangkatan tidak terlalu tinggi, memungkinkan pekerja memulihkan energi pada saat antara tugas serta pada saat pergantian regu sehingga pekerjaan dapat dilanjutkan dengan aman selama satu shift. Sebaliknya pekerjaan yang dilakukan dengan cepat agar
xv
mereka segera dapat istirahat atau tanpa istirahat akan mempercepat kelelahan. Kelelahan ini menyebabkan ketidaknyamanan dari waktu ke waktu, serta berkontribusi untuk cedara serius pada system muskuloskeltal. Cedera ini berkembang menjadi kondisi kronis yang sulit diobati, selain itu memungkinkan penderita bertindak kurang hati-hati yang meningkatkan resiko untuk kecelakaan. Masalah serius yang berhubungan dengan MMH dalam jangka panjang yaitu nyeri punggung bagian bawah atau low back pain (LBP). Perpindahan dari posisi berdiri ke membungkuk kemudian dari membungkuk menuju posisi berdiri yang dikombinasikan dengan mengangkat atau menurunkan beban akan menyebabkan resiko yang lebih besar untuk nyeri pinggang dan atau cedera. Gerakan menekuk pinggang dan memperluas perubahan tubuh bagian atas dengan menyelaraskan bagian tulang punggung dan perut dengan menggeser pusat keseimbangan memaksa tulang belakang untuk mendukung kedua berat tubuh bagian atas dan berat yang sedang diangkat atau diturunkan. Seorang pekerja jarang dapat mempertahankan cedera punggung dari peristiwa seperti mengangkat beban terlalu berat, terpeleset dan jatuh. Namun, banyak kasus selama bertahun-tahun pengangkatan manual secara berulang-ulang yang pada akhirnya mengalami sakit parah atau cedera serius. Pemulihan dari cedera kembali (back pain) bisa memakan waktu yang lama dan cedera lebih lanjut bisa terjadi yang akan memperburuk keadaan penderita. Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat
xvi
dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. Jika landasan kerja terlalu tinggi maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, dkk, 2004). PT. Tirta Investama Klaten adalah perusahaan yang memproduksi air minum yang sumber air berasal dari mata air pegunungan dengan pengolahan secara mekanik sedangkan proses pemindahan barang dari hasil produksi menuju gudang penyimpanan yaitu secara manual dan mekanik. Secara manual yaitu pengangkatan barang ke palet dengan manual. Sedangkan secara mekanik dengan menggunakan forklift dari palet menuju gudang. Tenaga kerja bagian paleting untuk semua produksi dari 330 ml, 600 ml, 1500 ml, 240 ml, mizon maupun galon dengan manual handling. Terutama pada produksi 5 galon, obyek yang diangkat berbentuk botol. Kegiatan itu meliputi memindahkan barang dari conveyer ke palet yang disusun bertingkat. Gerakan yang dilakukan seperti memutar tubuh, meraih/ menjangkau barang, mengangkat barang, membungkuk, meletakan barang yang dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan bentuk kedua ujung objek tidak sama dengan berat 20 kg sehingga menyebabkan ketidakseimbangan saat pengangkatan. Sebagian besar pekerja melakukan pengangkatan dengan menggunakan tulang punggung sebagai tumpuan beban. Selain itu gerakan dilakukan dengan terlalu cepat, terlalu membungkuk, jauh dari posisi berdiri dan meletakan barang setinggi bahu atau lebih dan dibawah lutut. Gerakan tersebut memaksa otot untuk lebih dalam mencapai tujuan. Sedangkan kondisi tersebut
xvii
menyebabkan nyeri pada punggung, leher, lengan, bahu dan sebagainya. Posisi kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh darah dana otot pada kaki sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal, seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan dan pergelangan tangan. Berdasarkan hasil penelitian, keluhan pada sistem muskuloskeletal diakibatkan penggunaan postur kerja yang tidak baik. Oleh karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk meminimalkan cidera otot pada tulang belakang pekerja perlu dilakukan Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul yaitu “Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT. Tirta Investama Klaten ” B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis membatasi topik penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah postur kerja manual material handling pada area produksi 5 galon berdasarkan metode RULA?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana postur kerja manual material handling yang dikerjakan pada area produksi 5 galon dengan menggunakan metode RULA.
xviii
D. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan 1) Dapat membantu perusahaan dalam mengenali potensi bahaya dari tugas MMH. 2) Dapat mengetahui data dan hasil perhitungan dari pengukuran yang diambil saat penelitian sebagai dokumen perusahaan. 3) Dapat membantu dalam memberikan proteksi bagi karyawan agar tetap selamat dan sehat. 4) Dapat memberikan masukan dan saran yang membangun sebagai tindakan korektif dengan perbaikan sarana dan prasarana kerja yang menyangkut berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi. b. Bagi Mahasiswa 1) Dapat memperdalam materi tentang MMH sekaligus penerapannya pada penelitian di produksi 5 galon. 2) Dapat melakukan pengukuran dan evaluasi dengan menggunakan metode RULA serta penilaian terhadap MMH. 3) Dapat menyelesaikan tugas akhir dengan melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) Pada Area Produksi 5 Galon di PT. Tirta Investama Klaten ”. c. Bagi Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengajar.
xix
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Manual Material Handling (MMH) a. Pengertian Manual Material Handling (MMH) Penanganan bahan secara manual (MMH)
adalah komponen dari berbagai
pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan dalam hidup. Biasanya melibatkan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa benda dengan tangan. Tugas ini memiliki kesamaan yang berpotensi menghasilkan beberapa efek yang merugikan kesehatan, dari luka sederhana, memar, nyeri otot dan kondisi serius yang berkaitan dengan nyeri pinggang. Berdasarkan statistik yang tersedia, hampir separuh dari semua cedera kembali rendah atau low back pain (LBP) terkait dengan mengangkat, sekitar 10 persen lainnya terkait dengan kegiatan mendorong dan menarik, dan 6 persen lainnya terjadi pada saat memegang, memegang dan menggunakan, melempar atau membawa material. Ada empat dasar pendekatan untuk analisis tugas MMH. Untuk lebih memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan MMH dan nyeri pinggang kronis, perlu terlebih dahulu memahami sedikit tentang masing-masing pendekatan sebagai berikut (Randall, 2009) :
1)
Pendekatan Biomekanis adalah pendekatan dengan mengaitkan prinsip-prinsip fisika pada tubuh manusia untuk menentukan tegangan mekanik yang mempengaruhinya dan kekuatan otot resultan yang dibutuhkan untuk menetralkan tegangan. Tujuan desain biomekanika untuk memastikan bahwa beban dan tuntutan kekuatan adalah wajar.
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari
analisa biomekanika adalah rentang 7 postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk antara Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih jelas lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar dibawah ini. xx
Gambar 1. Klasifikasi dan Modifikasi pada Vertebrae (Sumber: Nurmianto, 1996) 2)
Pendekatan Fisiologis adalah pendekatan yang berkaitan dengan konsumsi energi dan tegangan yang bekerja pada system kardiovaskular. Seperti meningkatnya konsumsi oksigen, jantung berdetak lebih cepat dan otot menjadi lelah. Biasanya digunakan untuk menganalisa pada tugas mengangkat berulang-ulang.
3)
Pendekatan Psikofisik. Premis yang mendasari pendekatan psikofisik adalah bahwa ketika orangorang melakukan tugas mengangkat, mereka menggabungkan kedua intuitif biomekanis dan pendekatan fisiologis. Dengan kata lain menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan maksimal mereka dengan tanpa memaksakan yang tidak semestinya atau tidak aman, terlalu lelah, lemah, tertekan atau terengah-engah.
4)
Pendekatan Epidemiologi adalah studi kelompok epidemiologi orang dan analisis informasi dan data untuk menentukan akar penyebab (dalam hal penanganan bahan dengan manual) cedera kembali (back injuries).
b. Faktor Resiko MMH Faktor risiko (juga dikenal sebagai "bahaya ergonomi") adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan tugas MMH dengan aman. Seperti gangguan muskuloskeletal, nyeri pinggang kronis biasanya hasil dari kombinasi beberapa faktor risiko yang terjadi bersamaan dari waktu ke waktu. Kasus LBP adalah ketidakcocokan antara tugas dan kemampuan orang tersebut untuk melakukan tugas dengan aman yang menyebabkan cedera. Ketidakcocokan tersebut mungkin berasal dari karakteristik
xxi
pribadi pada pekerja atau mungkin berasal dari lingkungan, tempat kerja, faktor psikososial atau tugas pekerjaan (Randall, 2009). 1)
Faktor Resiko Pribadi Faktor individu pada pekerja seperti riwayat cedera punggung, penurunan tingkat
kemampuan pekerja, pekerjaan tambahan, kegiatan rekreasi, kegemaran, merokok, proses penuaan, jenis kelamin, kegemukan, perawakan fisik dan masalah psikososial (termasuk keluarga, keuangan atau masalah pribadi, pekerjaan atau ketidakpuasan manajemen, kurangnya mengontrol pekerjaan, dan stres kerja yang terkait dengan beberapa faktor lainnya).
Riwayat cedera punggung merupakan
faktor resiko yang mungkin cenderung akan mengalami LBP pada suatu saat. Sedangkan pekerjaan tambahan untuk kesehatan tubuh hanya akan mengurangi waktu istirahat dan pemulihan tenaga. 2)
Faktor Risiko Tempat Kerja Faktor resiko yang biasanya berhubungan dengan nyeri pinggang di tempat kerja seperti
menangani beban berat, tugas berulang, gerakan yang ekstrim pada punggung (memutar, membungkuk, peregangan dan mencapai) lihat pada gambar 2, gerakan statis, getaran seluruh tubuh, lama duduk, trauma langsung pada punggung (serangan atau benturan obyek), tergelincir, tersandung dan jatuh, dan stress kerja.
.
Gambar 2. Gerakan Ektrim pada Punggung. A.memutar punggung tanpa menggerakkan kaki. B. menekuk ke samping C. melengkungkan punggung. D. memanjangkan punggung (Sumber: Randall, 2009)
xxii
3)
Faktor Resiko Lingkungan Lingkungan atau ruangan kerja yang terbatas atau terhalang memungkinkan terbatasinya
gerakan saat bekerja maka sedapat mungkin dihilangkan, ruangan untuk kaki harus cukup agar ada ruangan bebas untuk gerakan kaki seperti membengkokkan lutut kaki. Lantai harus bebas dari puingpuing atau bahan yang mungkin menimbulkan slip atau terpeleset, bahaya saat perjalanan atau jatuh.
Permukaan lantai yang kasar dan penyediaan sepatu anti slip dapat menghindari kemungkinan tergelincir pada saat mengangkat, mendorong, menarik, dll. c.
Pendidikan dan Pelatihan
Cara utama untuk mengurangi resiko gangguan muskuloskeletal pada manual handling adalah mengenali sumber bahaya serta mampu mengendalikan secara teknik faktor risiko di tempat kerja. Memberikan pendidikan dan pelatihan merupakan pelengkap penting dalam intervensi teknik. Untuk itu karyawan perlu memahami resiko yang terkait dengan LBP dalam rangka aktif berpartisipasi melindungi kesejahteraan masing-masing. Pendidikan yang diberikan meliputi informasi tentang anatomi punggung, cara-cara untuk meningkatkan mekanisme tubuh saat pengangkatan beban dan tugas lainnya secara umum, menggunakan perangkat MMH dengan aman dan efektif di tempat kerja, dan cara-cara untuk meningkatkan kekuatan otot punggung. Sebaliknya karyawan memberikan laporan pada saat mereka merasakan sakit, membantu menganalisa tempat kerja secara ergonomi, dan pengembangan selanjutnya identifikasi masalah yang dilakukan dari manajemen (Randall, 2009).
xxiii
Pelatihan secara berkala dan penerapan usaha-usaha pelatihan MMH yang aman harus mendapat dukungan dari manajemen. Ini adalah peran manajemen dan tanggung jawab untuk mengendalikan LBP, terutama berkaitan dengan insiden dan keparahan. Pelayanan dari manajemen untuk menanggapi keluhan pekerja berpengaruh dalam mempercepat pemulihan atau memperburuk keadaan. Seperti kelainan muskuloskeletal yang sangat, tidak ada tanda-tanda luar atau gejala yang terkait dengan LBP. Hal ini diperlukan kejujuran dari karyawan. Maka dibutuhkan komunikasi untuk mengetahui karyawan yang sudah atau belum mengalami cedera. Pelatihan dan pengawasan bagi manajemen harus mencakup laporan karyawan yang menderita nyeri pinggang, menginformasikan manfaat pelaporan saat awal sakit, menindaklanjuti dan mengkomunikasikan (Randall, 2009). d.
Teknik Pengangkatan yang Aman
Prinsip dasar MMH saat mengangkat sebagian besar keadaan sebagai berikut (Randall, 2009): 1)
Menguji berat beban, distribusi berat beban dan keseimbangan wadah. Untuk mengetahui berat beban sebelum diangkat dan menghindari berat yang tiba-tiba atau pergeseran beban.
2)
Mendapatkan bantuan dari seseorang atau menggunakan alat mekanik untuk beban yang terlalu berat atau beban yang kaku. Ketika mengangkat bersama pasangan kita, maka diperlukan komunikasi dalam mengkoordinasikan tugas saat mengangkat, bergerak dan menurunkan objek.
3)
Mengetahui tempat tujuan beban yang diangkat. Pastikan jalan bebas dari penghalang atau bahaya, dan memastikan di tempat tujuan tersedia ruangan untuk mengatur objek ke bawah.
4)
Memposisikan dekat dengan beban, posisi kaki datar dan stabil. Memindahkan beban dari batang tubuh (secara horizontal atau vertikal) sangat meningkatkan beban pada punggung, bahu dan lengan, dan meningkatkan risiko cedera.
5)
Memegang objek dengan seluruh tangan menggunakan kekuatan pegangan bila memungkinkan. Hindari menjepit dengan ujung jari untuk memegang benda. Untuk mengangkat beban menggunakan kedua tangan pada gagang atau pegangan.
6)
Memindahkan secara alamiah, gerakan halus, terus menerus dan seimbang. Hal ini untuk menghindari gerakan cepat, tersentak-sentak atau pengangkatan yang tidak seimbang.
7)
Meminimalkan gerakan memutar, membungkuk, peregangan dan meraih/mencapai pada tubuh selama pengangkatan. Gerakan-gerakan ini sangat meningkatkan resiko terjadinya LBP.
xxiv
2.
Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, dkk, 2004 ). Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Selain faktor-faktor yang dijelaskan berdasarkan oleh Randall, 2009 bahwa kondisi yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang dan dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan tugas MMH dengan aman seperti gangguan muskuloskeletal dan nyeri pinggang kronis.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal yaitu menurut Peter Vi, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004 menjelaskan bahwa: 1) Peregangan Otot yang Berlebihan Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. 2) Aktivitas Berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut
xxv
dan sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi. 3) Sikap Kerja yang Tidak Alamiah Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996; Waters and Andeson, 1996 dan Manuaba, 2000 dalam Tarwaka, dkk, 2004). 4) Faktor Penyebab Sekunder a) Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari peregangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. b) Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan mennyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaan darah tidak lancar,
xxvi
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot. (Suma’mur, 1982 dalam Tarwaka, dkk, 2004) c) Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand & Rodhl, 1997; Pulat, 1992; Wilson & Corlett, 1992 dalam Tarwaka, dkk, 2004). Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungaan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004) 5)
Penyebab Kombinasi Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan tugas yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi faktor kombinasi tersebut adalah : a) Umur Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004 menyatakan bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada
xxvii
usia kerja, yaitu 24-65 tahun. Biasanya keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. b) Jenis Kelamin Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004 menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Namun pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli c) Kebiasaan Merokok Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluhan otot yang dirasakan. d) Kesegaran Jasmani Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan menongkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik. e) Kekuatan Fisik
xxviii
Chaffin dan Park (1977) 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004 seperti yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih diperdebatkan. f) Ukuran Tubuh (Antropometri) Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan otot skeletal. Vessy et al (1990) dalam Tarwaka ,dkk, 2004 menyatakan bahwa wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. (Grandjen, 1993; Manuaba, 2000 1993 dalam Tarwaka ,dkk, 2004) 3. Postur dan Pergerakan Kerja Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja
sebaiknya
postur
dilakukan
secara
alamiah
sehingga
dapat
meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik
xxix
sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi, pronasi dan supinasi. Fleksi adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Ekstensi adalah gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3. Abduksi adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh. Adduksi adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the median palne) tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4. Rotasi adalah pergerakan dimana terjadi perputaran pada tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 5. Pronasi adalah perputaran bagian tengah (menuju kedalam) dari anggota tubuh. Supinasi adalah perputaran ke arah samping (menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 6. (Tayyari, 1997 dalam Mardiyanto, 2008).
xxx
Gambar 3. Fleksi dan Ekstensi pada (a) bahu, (b) telapak tangan dan (c) lengan
xxxi
Gambar 4. Abduksi dan Adduksi pada (a) telapak tangan,(b) bahu dan (c) Vertikal Abduksi
xxxii
Gambar 5. Posisi Rotasi
Gambar 6. Posisi pada lengan (a) Supinasi dan (b) Pronasi Sistem kerangka otot tubuh manusia melibatkan bagian-bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yaitu tulang, jaringan penghubung (sambungan cartilagnus, ligament dan tendon) dan otot. Dalam system gerakan rangka otot, otot beraksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang (Nurmianto, 1996). Yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang
xxxiii
dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah berdasarkan pada beban tekan (compression load) antara lumbar nomor lima dan scrum nomor satu(L5/S1).
4. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik (Tarwaka, dkk, 2004). Menurut Sutalaksana (1979), untuk menciptakan hasil yang optimal dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan. Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar (Sutalaksana, 1979) , yaitu:
a. Penyelidikan Tentang Display
Penyelidikan tentang display adalah bagian lingkungan yang mengkomunikasikan keadaanya kepada manusia. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang dikemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan mengetahui kecepatan sepeda motor.
xxxiv
b. Penyelidikan
Mengenai Hasil
Kerja
Manusia
dan
Proses
Pengendalianya
Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya yaitu hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan Biomekanika.
c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja
Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi anthropometri
d. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik
Penyelidikan mengenai lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia.
Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :
1) Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia. 2) Anthropometri : ukuran-ukuran tubuh manusia. 3) Fisiologi psikologi : sistem saraf otak. 4) Psikologi eksperimen : perilaku manusia. xxxv
Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi di bidang industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan manusia mesin yang tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman bila kesehatan dan keselamatan pekerja mulai terganggu.
5. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari universitas di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh (Mc Atamney, 1993). Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993). Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan
xxxvi
aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang (repetitive starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard (Mc Atamney, 1993). Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996 dalam McAtamney, 1993). RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work Related Upper Linb Disorders (WRULD). Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Faktor tersebut menurut McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load factor). Hal ini mencakup (McPhee, 1987 dalam McAtamney, 1993 ): a. Jumlah gerakan b. Kerja otot statis c. Kekuatan atau tenaga d. Postur-postur kerja yang digunakan e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat
xxxvii
Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur kerja yang dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak perlu tenaga, kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat yang dilakukan oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah respon individu terhadap beban tertentu yaitu faktor individual (seperti usia dan pengalaman), faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel psikososial. Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk :
a. Menyediakan metode pemeriksaan penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas. b. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan hal–hal yang dapat menyebabkan kelelahan otot. c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi persyaratan penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-related upper limb disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas di negara Inggris).
xxxviii
Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang lebih detail.
TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja
Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh dibagi menjadi dua bagian, yaitu kelompok A dan kelompok B. Kelompok A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara kelompok B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan. Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan. Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal. Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap
xxxix
bagian tubuh disajikan dalam bidang sagital. Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran. Pemilihan mungkin dilakukan pada postur dengan siklus kerja terlama dimana beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja. Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al, Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt dalam McAtamney, 1993.
1. Postur Bagian Lengan Atas
Gambar 7. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Atas Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt dalam Mc Atamney, 1993. Skornya sebagai berikut:
xl
Tabel 1. Skor Postur untuk Lengan Atas
Skor
Jarak / Kisaran
1
Ekstensi 20° dan fleksi 20°
2
Ekstensi lebih dari 20° atau fleksi antara 20-45°.
3
Fleksi antara 45-90°.
4
Fleksi lebih dari 90°.
Skor postur lengan tersebut dapat dimodifikasi, baik ditingkatkan atau diturunkan. Masing-masing keadaan akan menghasilkan peningkatan atau penurunan nilai postur asli untuk lengan atas. Ketika tidak ada situasi di atas berlaku, skor postur untuk lengan atas adalah nilai dalam Tabel 1, tanpa modifikasi lebih lanjut.
Gambar 8. Posisi yang dapat mengubah skor postur lengan atas Tabel 2. Modifikasi untuk skor postur lengan atas Skor
Posisi
+1
Jika bahu ditinggikan atau lengan diputar.
+1
Jika lengan diculik (abdused).
-1
Jika bersandar atau bobot lengan ditopang
xli
2. Postur Bagian Lengan Bawah
Gambar 9. Kisaran Sudut Gerakan Lengan Bawah Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan Tichauer dalam Mc Atamney, 1993. Skor tersebut adalah: Tabel 3. Skor postur untuk lengan bawah Skor
Kisaran
1
Fleksi antara 60°-100°
2
Fleksi <60 ° atau fleksi > 100 °
Postur untuk lengan bawah dapat ditingkatkan jika lengan bawah bekerja di garis tengah tubuh atau ke samping. Karena kedua kasus yang eksklusif sehingga skor sikap awal hanya dapat meningkat nilai +1.
xlii
Gambar 10. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk lengan bawah. Tabel 4. Modifikasi nilai postur untuk lengan yang lebih rendah. Skor
Posisi
+1
Jika lengan bawah bekerja keluar ke sisi tubuh.
+1
Jika lengan bawah bekerja melintasi garis tengah 3. Postur Pergelangan Tangan
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
Gambar 11. Kisaran Sudut Gerakan Pergelangan Tangan Tabel 5. Skor postur untuk pergelangan tangan Skor
Posisi
1
Jika dalam posisi netral.
2
Antara 0 º- 15 º, baik fleksi atau ekstensi
3
15 º atau lebih, baik fleksi atau ekstensi
xliii
Skor sikap untuk pergelangan tangan akan meningkat nilai +1 jika pergelangan tangan berada dalam salah satu ulnaris atau radial.
Gambar 12. Deviasi Pergelangan
Tabel 6. Modifikasi nilai postur pergelangan tangan. Skor
Posisi
+1
Jika salah satu berada pada deviasi ulnaris atau radial.
Setelah memperoleh skor untuk pergelangan tangan, untuk perputaran pergelangan tangan (wirst twist) akan dinilai. Skor baru ini menjadi independen dan tidak akan ditambahkan dengan nilai sebelumnya, melainkan akan digunakan untuk memperoleh nilai global untuk Kelompok A. Putaran pergerakan tangan pronasi dan supinasi (pronation and supination) yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer dalam McAtamney, 1993. Skor tersebut adalah:
xliv
Gambar 13. Perputaran pergelangan tangan Tabel 7. Skor postur untuk memutar pergelangan tangan Skor
Posisi
+1
Jika pergelangan tangan berada dalam kisaran putaran
+2
Jika pergelangan tangan berada pada atau dekat ujung jangkauan twist
Setelah penilaian ekstremitas atas selesai, kami akan melanjutkan dengan evaluasi kaki, batang dan leher mereka yang terdiri dari kelompok B yaitu Leher, punggung dan kaki. Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993. Skor dan jangkauannya sebagai berikut:
xlv
4. Postur Leher
Gambar 14. Kisaran Sudut Gerakan Leher Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al dalam Mc Atamney, 1993. Skor dan kisaran tersebut adalah: Table 8. Skor postur untuk leher Skor
Kisaran
1
Untuk fleksi 0 º -10 º.
2
Untuk fleksi 10 º - 20 º.
3
Untuk fleksi 20 º atau lebih.
4
Jika dalam posisi ekstensi
xlvi
Skor Postur untuk leher dapat ditingkatkan jika leher dalam sisi-membungkuk atau memutar, seperti yang ditunjukkan gambar sebagai berikut:
Skor
Kisaran
Gambar 15. Posisi yang dapat mengubah skor postur untuk leher Tabel 9. Modifikasi nilai postur untuk leher Skor
Posisi
+1
Jika leher yang berputar
+1
Jika leher adalah dibengkokan
5. Postur Untuk Batang Tubuh (Punggung)
Gambar 16. Kisaran Sudut Gerakan Batang Tubuh (Trunk). Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan Grandjean et al dalam Mc Atamney, 1993: Tabel 10. Skor postur nilai untuk Batang Tubuh xlvii
1
Ketika duduk dan ditopang dengan sudut paha 90 ° atau lebih
2
Untuk fleksi 0 º-20 º.
3
Untuk fleksi 20 º-60 º
4
Untuk fleksi 60 º atau lebih.
Postur skor untuk batang tubuh dapat ditingkatkan jika trunk dalam posisi memutar atau menekuk. posisi ini tidak eksklusif, skor dapat ditingkatkan menjadi 2 jika kedua postur terjadi secara bersamaan.
Gambar 17. Posisi yang dapat memodifikasi nilai postur untuk batang tubuh.
Tabel 11. Modifikasi skor postur untuk batang tubuh Skor
Posisi
+1
Jika bagian batang tubuh memutar
+1
Jika bagian batang tubuh menekuk 6. Postur Posisi Kaki
xlviii
Gambar 18. Posisi kaki.
Tabel 12. Skor postur untuk posisi kaki. Skor
Posisi
+1
jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+1
jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.
+2
jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
TAHAP 2 : Pengelompokan bagian tubuh.
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Kelompok A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. Sedangkan penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D.
xlix
1. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok A Tabel 13. Postur skor Kelompok A Pergelangan tangan Lengan Lengan 1 2 3 Atas
Bawah
1
2
3
4
5
6
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
4
Twist
Twist
Twist
Twist
1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 6 7 8 9
1 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 6 6 7 8 9
1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 6 7 7 8 9
1 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 6 7 7 8 9 9
2 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 6 6 7 8 9
2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 6 7 7 8 9
2 3 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 7 7 8 9 9
2 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 7 7 8 9 9 9
2. Nilai Postur Untuk Bagian Tubuh Dalam Kelompok B
Tabel 14. Skor Postur Kelompok B
1 Kaki Leher 1 2 1 3 1 2 3 2 3 3 3 5 5 4
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 l
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8
5 6
7 8
7 8
7 8
7 8
7 8
8 8
8 8
8 9
8 9
8 9
8 9
8 9
3. Nilai Penggunaan Otot dan Beban atau Tenaga
Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan berdasarkan penelitian Durry dalam Mc Atamney, 1993, yaitu sebagai berikut : a. Skor untuk penggunaan otot : + 1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau penggunaan postur tersebut berulang lebih dari 4 kali dalam 1 menit. b. Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian PutzAnderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut :
Tabel 15. Nilai penggunaan otot dan beban atau kekuatan
Skor
Kisaran
0
pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.
1
beban sesekali 2-10 kg
2
beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.
2
beban sesekali namun lebih dari 10 kg.
3
beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau berulang.
3
pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan cepat
li
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan B diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai berikut: a. Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = skor C b. Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = skor D.
TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List
Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal.
Tabel 16. Grand Score Skor D Skor C
1
2
3
4
5 6
1
1
2
3
3
4
5
5
2
2
2
3
4
4
5
5
3
3
3
3
4
4
5
6
4
3
3
3
4
5
6
6
5
4
4
4
5
6
7
7
6
4
4
5
6
6
7
7
7
5
5
6
6
7
7
7
lii
7+
8
5
5
6
7
7
7
7
Berdasarkan table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut :
1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. 2. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. 3. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. 4. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
liii
B. Kerangka Pemikiran
PENILAIAN - Lengan Atas
Aktivitas Manual Material Handling (palleting)
- Lengan Bawah - Pergelangan - Perputaran tangan
Postur Kerja
Metode Rula
- Leher - Punggung - Kaki
1. Action Level 1: Skor 1 atau 2 Tidak Ergonomis
Ergonomis 2.
Tidak Nyaman
Nyaman
3. 4.
MSDs
Faktor Internal: Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan merokok, Kesegaran jasmani, Kekuatan fisik, Ukuran tubuh
Faktor Eksternal: Tempat kerja, Lingkungan, Pendidikan dan pelatihan, Teknik pengangkatan. liv
menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu metode untuk menganalisa sikap saat bekerja, cara kerja, postur tubuh dan beban kerja pada pekerja palleting yang mempengaruhi terhadap tingkat resiko muskulokeletal. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai postur kerja MMH dengan menggunakan metode RULA di PT. Tirta Investama
B. Objek Penelitian Objek penelitian ini melibatkan pekerja bagian palleting yang bekerja secara manual pada area 5 galon yang akan dinilai postur tubuh saat bekerja yang meliputi sebagai berikut: 1. Lengan Atas 2. Lengan Bawah 3. Pergelangan Tangan 4. Perputaran pergelangan 5. Leher 6. Punggung 7. Posisi Kaki Selain penilaian pada postur kerja, penilaian juga pada penggunaan otot dan penggunaan tenaga yaitu pada gerakan statis dan berat beban yang diangkat. lv 44
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pupulasi yang akan dilakukan oleh peneliti berjumlah 24 orang pekerja. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel peneliti mengambil satu shifht pertama (pagi) pekerja bagian palleting yang berjumlah 20 orang yang akan dianalisa.
D. Teknik Sampling Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik yang digunakan pada saat itu secara nonprobability sampling yaitu dengan sampling incidental. Sampling insidental adalah teknik penetuan sampel berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Teknik pengambilan terhadap sampel yaitu pekerjaan palleting pada saat shift pagi yang berjumlah 24 orang. Sistem kerja dengan rotasi selama 30 menit. Rotasi antara regu (1 regu = 4 orang) yang ada di lapangan. Peneliti ini hanya mengambil 20 orang dikarenakan saat pengambilan gambar ada yang mau diambil gambarnya ada yang tidak mau diambil serta gerakan saat bekerja sangat cepat sehingga gambar ada yang jelas dan ada yang tidak jelas.
lvi
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Interview (Wawancara) Wawancara dilakukan sewaktu-waktu ketika peneliti menginginkan informasi dan data yang lebih dari para pekerja sebagai objek peneliti. 2. Observasi Dalam observasi peneliti ikut terjun langsung ke lapangan dan ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan mereka. 3. Pengukuran Pengukuran dilakukan langsung pada pekerja yang meliputi berat beban angkat. Serta pengukuran terhadap hasil gambar yang diperoleh. 4. Dokumentasi Teknik pengambilan ini dengan mengambil gambar postur/sikap pekerja saat bekerja.
F. Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung yaitu: a. Pengamatan terhadap proses palleting, keadaan lingkungan tempat kerja, dan keadaan tenaga kerja. b. Pengukuran dengan alat, seperti pengukuran berat beban. c. Pengambilan gambar dengan camera.
lvii
d. Wawancara langsung.
G. Instrumen Penelitian 1. Timbangan digunakan untuk mengkur berat beban. 2. Camera Digital digunakan untuk pengambilan gambar. 3. Handphone digunakan untuk mengetahui frekuensi gerakan selama waktu bekerja dalam satu shift. 4. Lembar kerja, alat ukur (busur) dan alat tulis.
H. Analisis Data Menganalisa hasil dari pengukuran dan perhitungan berdasarkan teori yang ada. Analisa data tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengamati kondisi lingkungan sekitar tempat kerja. 2. Mengolah data sesuai dengan rumus dan metode yang sudah ditentukan pada RULA. 3. Membandingkan antara hasil pengkuran dengan teori yang ada. 4. Mengklasifikasikan tingkat resiko berdasarkan hasil pengukuran. 5. Menganalisa hasil penilaian tersebut. 6. Redesaian terhadap komponen dalam metode dan rumus tersebut.
lviii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Hasil pengukuran dengan menggunakan RULA yaitu dengan menggunakan gambar postur yang diambil saat bekerja yang dinilai dengan menggunakan skor penilaian dan grand score. Penilaian postur kerja ini didapatkan setelah pengambilan gambar pada saat pekerja sedang melakukan aktivitas angkat-angkut. Pengambilan gambar dilakukan pada empat titik pada saat pengangkatan maupun peletakan galon. Empat titik tersebut yaitu pada saat peletakan di tingkat dasar, pada saat peletakan di tingkat kedua, pada saat peletakan di tingkat ketiga dan pada saat pengangkutan pada konveyer. Beban yang diangkat adalah 20 kg untuk setiap galonnya. Data pengukuran gambar postur tubuh dapat dilihat sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Pengukuran Tabel 17. Pengumpulan data pada saat di tingkat dasar No
Gambar
Lengan Atas Kanan (o)
Lengan Atas Kiri ( o)
Lengan Bawah kanan ( o)
Lengan Bawah Kiri (o)
Leher (o)
Punggung (o)
Pergelang an Tangan Kanan ( o)
Pergelang an Tangan Kiri ( o)
1 2 3 4 5
A B C D E
100 70 110 60 53
80 -
0 12 0 80 60
0 -
extention
35 25 90 90 57
15 12 70 0 40
0 -
48 lix
0 extention
0 30
Tabel 18. Pengumpulan data pada saat di tingkat kedua N o
Gambar
Lengan Atas Kanan (o)
Lengan Atas Kiri (o)
Lengan Bawah kanan (o)
Lengan Bawah Kiri (o)
Leher ( o)
Punggung ( o)
Pergela ngan Tangan Kanan (o)
Pergelang an Tangan Kiri (o)
1 2 3 4 5
F G H I J
52 -
60 110 50 -
60 117
60 20 0 -
0 20 0 0 0
10 30 0 30 0
15 15 0
0 0 0 -
Tabel 19. Pengumpulan data pada saat di tingkat ketiga No
Gambar
Lengan Atas Kanan (o)
Lengan Atas Kiri (o)
Lengan Bawah kanan ( o)
Lengan Bawah Kiri (o)
Leher ( o)
Punggung ( o)
Pergelan gan Tangan Kanan ( o)
Pergelan gan Tangan Kiri ( o)
1 2 3 4 5
K L M N O
85 100 90 110
110 -
55 30 60 20
50 -
0 0 0 20 0
10 0 5 0 20
0 0 0 0
15 -
Tabel 20. Pengumpulan data pada saat di konveyer No
Gambar
Lengan Atas Kanan (o)
Lengan Atas Kiri (o)
Lengan Bawah kanan ( o)
Lengan Bawah Kiri (o)
Leher ( o)
Punggung ( o)
Pergelang an Tangan Kanan ( o)
Pergelan gan Tangan Kiri ( o)
1 2 3 4 5
P Q R S T
20 92 27 23 25
25 24 30 -
60 36 55 125 58
80 80 55 -
20 25 0 0 0
30 11 15 27 45
0 24 0 0 0
20 0 0 -
lx
2. Data Modifikasi Postur
Tabel 21. Modifikasi Postur Pada Pekerja
No
Gambar
Modifikasi Lengan Atas
1
Gb.A
-
2
Gb.B
-
3
Gb.C Gb.D (kanan) Gb.D (kiri)
Lengan keangkat
Keluar sisi tubuh Keluar sisi tubuh Melintasi garis tengah
-
4 5 6
Gb.E
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Gb.F Gb.G Gb.H Gb.I Gb.J Gb.K Gb.L Gb.M Gb.N Gb.O Gb.P (kanan) Gb.P (kiri)
17 18
Lengan keangkat Lengan keangkat Lengan keangkat Lengan keangkat Lengan keangkat
19
Gb.Q
20
Gb.Q
21
Gb.R
22
Gb.S
-
23
Gb.T
-
Modifikasi Lengan Bawah
Modifikasi Leher
Modifikasi Punggung
Modifikasi Pergelangan Tangan
Extensi
Ke samping
-
-
Ke samping
Ke samping
Extensi
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Melintasi garis tengah Melintasi garis tengah Menjauhi dari badan Melintasi garis tengah Menjauhi dari badan Melintasi garis tengah
Ke samping Ke samping Ke samping Ke samping
Ke samping -
lxi
Ke samping Memutar
Ke samping
Memutar
-
Ke samping
Memutar
-
Ke samping
Ke samping
-
Ke samping
Ke samping
-
Ke samping
Ke samping
-
Ke samping
Ke samping
-
Ke samping
Ke samping
-
3. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA a. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat dasar.
Gambar A. Kegiatan pekerja saat meletakan beban pada tingkat dasar sampel 1 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 1 Lengan Ata s 1
2
3
4
4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Pergelangan Tangan 1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
2 Putaran 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 46 6 6 7 7 7 8 8 9 9
3 Putaran 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9
lxii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 1
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level 7 dan penggunaan tenaga: beban 20 kg 4 Otot yang digunakan: berulang (+1) dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11 Penilaian Grand Score sampel 1 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 2 3 3 4 4 5 5
2 2 2 3 3 4 4 5 5
3 3 3 3 3 4 5 6 6
Skor D 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 5 6 6 6 6 7 7 7
6 5 5 5 6 7 7 7 7
7+ 5 5 6 6 7 7 7 7 7 Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxiii
Gambar B. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3 3 4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxiv
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 2 Leher 1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
1 2 3 4 5 26
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 5 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 2
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxv
Gambar C. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3
4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 54 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxvi
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 3
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level 4 7 Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 7+1+3= 11.
Penilaian Grand Score sampel 3
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxvii
Gambar D. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Pergelangan Tangan Lengan 1 2 3 3 1 Putaran Putaran Putaran Atas Bawah 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 3 3 4 4 4 4^ 4 2 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 4 1 4 4 4 4 5 4* 2 4 4 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 6 1 5 6 6 6 6 7 5 2 6 6 6 7 7 7 3 7 7 7 7 7 8 1 8 8 8 8 8 9 6 2 9 9 9 9 9 9 3 * : Untuk tangan bagian kanan ^ : Untuk tangan bagian kiri lxviii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 4 Leher
1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 5 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada pengunaan tangan kanan dan tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9. Penilaian Grand Score sampel 4 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxix
Gambar E. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat dasar 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur Kelompok A Lengan Atas 1
2
3 4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 54 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxx
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 5
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 33 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 5 6 4 5 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
4 3 3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 5
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxi
b. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat kedua.
Gambar F. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur Kelompok A Lengan Atas 1
2
3
34 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 44 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 lxxii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 6
Leher 1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 2 3 3 4 5 6 7 7 2 8 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6
Penilaian Grand Score sampel 6
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 77
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxiii
Gambar G. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3
4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 6 46 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxiv
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur kelompok B sampel 7
Leher 1 2 3 4 5 26
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 33 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 4 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 7
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxv
Gambar H. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2 3 3 4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 43 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxvi
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 8
Leher 1 2 3 4 5 26
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 33 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 4
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 8
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 77 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxvii
Gambar I. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A sampel 8 Lengan Atas 1 2 2 3
4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 43 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxviii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 9 Leher 1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
1 1 2 3 4 5 6
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 5 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9.
Penilaian Grand Score sampel 9
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 77 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxix
Gambar J. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat kedua 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Pergelangan Tangan Lengan 1 2 3 1 Putaran Putaran Putaran Atas Bawah 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3 4 2 33 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 1 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 5 5 5 3 5 5 5 5 5 6 1 5 6 6 6 6 7 5 2 6 6 6 7 7 7 3 7 7 7 7 7 8 1 8 8 8 8 8 9 6 2 9 9 9 9 9 9 3
lxxx
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian. Skor Postur Kelompok B sampel 10 Leher 1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
1 1 2 3 4 5 6
22 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 52 6 7 7 8 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3 = 6.
Penilaian Grand Score sampel 10
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxxi
c. Kegiatan pengangkatan pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga.
Gambar K. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Penilaian Skor Postur kelompok A sample 11 Lengan Atas 1
2 3 3 4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 34 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
lxxxii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sample 11 Leher 1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
1 1 2 3 4 5 6
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 5 5 33 4 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 3 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.
Penilaian Grand Score sample 11
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 77 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxxiii
Gambar L. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3
4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 6 64 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 lxxxiv
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 12
Leher 1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 82 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.
Penilaian Grand Score sampel 12
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 77
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxxv
Gambar M. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3 4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 2 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 44 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 lxxxvi
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 13 Leher
1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 33 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 4
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8.
Penilaian Grand Score sampel 13
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 77
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxxvii
Gambar N. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2 3 3 4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 2 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 lxxxviii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 14
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
22 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3 3 3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7.
Penilaian Grand Score sampel 14
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
lxxxix
Gambar O. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2
3
4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 44 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
xc
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 15
Leher 1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 82 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6.
Penilaian Grand Score sampel 15
Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
xci
Gambar P. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1 2 2 3 3 4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4* 4 4 4 4 4 4 4^ 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
* : Untuk tangan bagian kanan xcii ^ : Untuk tangan bagian kiri
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 16
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
5 3 3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 (baik pada penggunaan tangan kanan maupun tangan kiri) sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9. Penilaian Grand Score sampel 16 Skor C
1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 5 4 4 6 4 4 7 5 5 8+ Jadi : nilai Grand Score 7,
Skor D 3 4 5 6 7+ 3 4 5 6 7+ 3 3 4 5 5 3 4 4 5 5 3 4 4 5 6 3 4 5 6 6 4 5 6 7 7 5 6 6 7 7 6 6 7 7 7 Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan
perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
xciii 7
Gambar Q. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Penilaian Skor Postur kelompok Lengan Atas 1 2 2 3 4 4 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 3 2 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3^ 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5* 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9
* : Untuk tangan bagian kanan ^ : Untuk tangan bagian kiri xciv
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 17
Leher 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 44 3 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level 7 4 Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 (untuk penggunaan tangan kiri) dan nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3 = 9 (untuk penggunaan tangan kanan). Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 2+1+3= 6. Penilaian Grand Score sampel 17 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
xcv
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7^ 7*
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Gambar R. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2 3
34 5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 54 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 xcvi 9 9 9 9
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 18
Leher 1 2 3 4 5 62
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 4 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 6 6 7 7 7 7 8 8 8 4 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3 = 8 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 4+1+3= 8. Penilaian Grand Score sampel 18 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
7 xcvii
Gambar S. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1 2 2 3
4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 xcviii
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 19 Leher
1 1 2 3 4 5 6
1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
Punggung 3 44 Kaki Kaki 1 2 1 2 3 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 5 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 5+1+3= 9. Penilaian Grand Score sampel 19 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
3 3 3 3 3 3 4 5 6
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). 7
xcix
Gambar T. Kegiatan pekerja pada saat meletakan beban pada tingkat ketiga. 1) Penentuan nilai Skor A Tabel. Skor Postur kelompok A Lengan Atas 1
2 2 3
4
5
6
Bawah 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Putaran 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 9 9
Pergelangan Tangan 2 3 Putaran Putaran 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 9 c
4 Putaran 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 7 7 7 7 8 8 9 9 9 9 9
2) Penentuan nilai Skor B Penilaian Skor Postur Kelompok B sampel 20 Leher 1 Kaki 1 2 1 3 2 3 3 3 5 5 7 7 8 8
1 1 2 3 4 5 6
Punggung 4 33 Kaki Kaki 1 2 1 2 5 5 3 4 4 5 5 5 4 5 5 6 6 7 7 7 3 7 8 8 8 8 8 8 8
2 Kaki 1 2 2 3 2 3 3 4 5 6 7 7 8 8
5 Kaki 1 2 6 6 6 7 6 7 7 7 8 8 8 8
6 Kaki 1 2 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8
3) Penentuan nilai Grand Score dan Action Level Otot yang digunakan: berulang (+1) dan penggunaan tenaga: beban 20 kg dengan pengangkatan berulang (+3). Maka nilai Skor C = Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3 = 7 sedangkan Skor D = Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga = 3+1+3= 7. Penilaian Grand Score sampel 20 Skor C 1 2 3 4 5 6 7 8+
1 1 1 2 3 3 4 4 5
2 2 2 2 3 3 4 4 5
Skor D 4 4 3 4 4 4 5 6 6
3 3 3 3 3 3 4 5 6
5 5 4 4 4 5 6 6 7
6 6 5 5 5 6 7 7 7
7+ 7+ 5 5 6 6 7 7 7
Jadi : nilai Grand Score 7, Action Level 4 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). 7
ci
B. Pembahasan RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Pada pengambilan gambar ini penulis membatasi hanya mengambil pada 4 titik bagian saat pengangkatan yaitu saat pekerja mengambil beban dari conveyer, meletakan beban ke dasar, meletakan beban ke tingkat 2, dan meletakan beban ke tingkat 3. Nilai/skor untuk RULA yang rendah tidak menjamin bahwa tempat kerja bebas dari bahaya ergonomi serta skor yang tinggi tidak menjamin bahwa ada masalah berat beban kerja atau faktor-faktor resiko namun perlu mendapatkan perhatian semua itu. 1. Deskripsi Dari Gerakan Postur Kerja Deskripsi dari gerakan postur tubuh yang dilakukan oleh pekerja adalah sebagai berikut: Pada saat awal pengangkatan yaitu pada pengambilan galon di konveyer gerakan yang ditimbulkan seperti badan menekuk kesamping, batang tubuh memutar, kedua tangan digunakan sebagai penopang beban dengan pegangan yang tidak seimbang sehingga diperlukan kehati-hatian dalam penangan beban agar tidak jatuh. Setelah itu dibawa dan ditaruh pada tingkat dasar yaitu di atas palet gerakan yang ditimbulakan seperti punggung membungkuk ke depan, badan agak miring ke samping, posisi kedua kaki agak tertekuk dengan posisi kuda-kuda, arah pandangan ke depan sehingga postur kepala agak menengadah dan ada juga posisi kepala menunduk kebawah, posisi lengan lurus dengan
cii
menahan beban pada tangan dan pada peletakan paling ujung dibutuh pemutaran beban dengan posisi pergelangan tangan memutar serta lengan tangan jauh dari badan. Pada saat pengangkatan ke tingkat kedua posisi tubuh stabil dengan postur tubuh berdiri tegak, ketinggian tingkat ke dua sama tingginya pada konveyer sehingga dapat memudahkan saat peletakan beban. Terakhir pada tingkat ketiga gerakan yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: ke dua lengan atas jauh dari badan dengan membentuk sudut lebih dari 90 derajat, pergelangan tangan harus memutar untuk meletakan beban paling ujung, dan arah pandangan ke samping sehingga posisi kepala ke arah samping. Sikap pada saat pengambilan galon dan peletakan galon ke palet, posisi tubuh yang dilakukan pekerja mengarah ke samping. Ada yang melakukan pemutaran badan, menekuk ke samping dan modifikasi memutar dengan menekuk. Di samping itu posisi kaki pada saat peletakan beban pada tingkat kedua dan ketiga adalah sama dengan berdiri tegak mengahadap beban. 2. Deskripsi Data Hasil Pengambilan Gambar Postur Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data dari 20 orang sempel dengan menggunakan metode RULA adalah pada tahap pertama pengembangan metode untuk merekam postur kerja. Hasil yang ditunjukan bagian-bagian yang diukur memiliki angka atau nilai yang berbeda-beda tergantung postur tubuh saat melakukan pengangkatan. Penilaian lengan atas, lengan bawah, pergelangan, punggung, dan leher mempunyai nilai tinggi untuk gerakan yang ekstrim seperti meletakan beban pada tingkat pertama, meletakan pada bagian paling ujung. Skor A yaitu penilaian terdiri dari lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
ciii
perputaran tangan. Sedangkan Skor B terdiri dari penilaian punggung, leher dan posisi kaki saat pengangkatan. Penilaian didasarkan pada sudut yang terbentuk saat melakukan kerja dengan tambahan modifikasi yang akhirnya nilai tersebut menjadi nilai akhir untuk masing-masing postur kerja. Setiap nilai memiliki kisaran sudut, nilai yang terkecil menunjukan sudut yang kecil pula. Tahap kedua yaitu dengan menggunakan tabel kelompok A dan kelompok B yang mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh, masing-masing dijumlahkan dengan skor penggunaan otot dan tenaga yang kemudian akan menghasilkan skor C (skor postur A + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor C) dan skor D (skor postur B + skor penggunaan otot + skor penggunaan tenaga = Skor D). Skor penggunaan otot tersebut selama waktu pengangkatan berulang, serta pekerja melakukan gerakan yang sama lebih dari 4 kali selama 1 menit maka penggunaan otot bernilai +1 dapat dilihat pada saat pengangkatan di konveyer. Gerakan yang dikerjakan pada saat di konveyer berulang-ulang dengan sikap yang sama. Sedangkan penggunaan tenaga pekerja mengangkat beban lebih dari 10 kg yang dilakukan secara berulang kali maka penggunaan tenaga bernilai +3. Tahap ketiga bertujuan mengabungkan antara skor C dan skor D menjadi grand score. Hasil penilaian pada grand score menunjukan 20 orang memiliki nilai 7. Berdasarkan table grand score, maka tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut (McAtamney, 1993) :
5. Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. civ
6. Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. 7. Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. 8. Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak).
Jadi pada pengukuran postur tubuh untuk 20 orang dengan nilai 7 tersebut adalah dalam katagori “Action Level 4” diketahui adanya action level yang merekomendasikan adanya perubahan-perubahan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Dalam hal ini yang diperlukan yaitu perbaikan pada postur tubuh saat bekerja, metode kerja dan stasiun kerja yang akan mempengaruhi gerakan postur tubuh yang terbentuk untuk kenyamanan yang menyesuaikan antara postur tubuh dengan lingkungan dan alat. Dengan cara menurunkan sudut yang terbentuk dengan penilaian tinggi pada saat bekerja. 3. Analisa Gerakan Postur Kerja Analisa gerakan postur tubuh saat pengangkatan yaitu sebagai berikut: a. Pengangkatan pada saat berada di tingkat dasar, dapat dilihat pada gambar A,B,C,D, dan E dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut: Tabel 22. penilaian skor A pada saat berada di tingkat dasar. Gambar gb.A gb.B gb.C gb.D (kanan) gb.D (kiri) gb.E
Lengan Atas 100o 70 o 110 o 60 o 80 53 o
Lengan bawah 0o 12 o 0o 80 o 0 60 o cv
Pergelangan 15 0o 70 0o 0 40 o
Perputaran Pergelangan Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >60o dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat dasar. Penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 45-90o adalah +3, sedangkan >90 o adalah +4. Postur pekerja pada saat meletakan galon harus membungkuk dengan lengan atas menjahui badan untuk meletakan beban baik dekat maupun jauh dari posisi berdiri. Selain itu diperlukan kehati-hatian dalam pengangkatan mulai dari konveyer sampai ke tempat yang dituju. Hal ini ketinggian dari palet serta jarak antara pekerja dengan letak yang dituju sangat jauh yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara menambah ketinggian dari palet serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban. Tanpa
mengurangi
kehati-hatian
saat
pengangkatan
sehingga
dapat
memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Posisi lengan atas ini tidak ada tambahan modifikasi pada gerakan. 2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan adalah 0 o, 12 o, 60 o dan 80 o. Untuk penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2 pada gambar A, B, C, D (lengan kiri), dan E. Gerakan ini menyesuaikan pada saat peletakan galon. Jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat penskoran. Sedangkan pada sudut >60o dikarenakan beban masih dalam pengangkatan untuk itu saat peletakan dilakukan dengan hati-hati sehingga
cvi
lengan bawah menopangnya sampai pada tujuan. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. Pada modifikasi gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. 3) Pergelangan tangan yang ditunjukan pada ketiga gambar bersudut >15
o
dikarenakan pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman. Selain itu kebiasaan dari pekerja saat penanganan beban. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi yang dilakukan biasanya dengan menekuk ke samping. Gerakan menekukan pergelangan serta adanya modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa nyeri pada pergelangan jika terjadi secara terus menerus. 4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan dengan hati-hati. Meskipun ada yang mengalami perputaran pergelangan, gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri. Tabel 23. penialaian skor B pada saat di tingkat dasar Gambar gb.A gb.B gb.C gb.D gb.E
Leher 0o 10 o extension 0 30 o
Punggung 35 o 25 o 90 o 90 o 57 o
Posisi kaki Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20 o bernilai +3, sudut 0-10 o bernilai +1 sedangkan gerakan extension bernilai +4. Postur pada leher ini bisa
cvii
berubah-ubah bergantung pada pekerja saat mereka sedang bekerja. Jadi pada saat pengangkatan diusahkan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memperkecil penilaian. Modifikasi postur seperti menengadah, menunduk, menekukan ke samping. Gerakan kepala seperti menengadah atau menunduk dapat menyebabkan sakit/nyeri pada leher. 2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o rata-rata pada kelima gambar ini bernilai +3 sedangakan sudut lebih dari 60 o bernilai +4. Selain itu modifikasi dengan menekuk badan ke samping akan menambah nilai. Jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan cara menambah ketinggian pada palet serta pada saat peletakan beban dapat dijangkau tanpa adanya badan ke samping. Modifikasi yang ada seperti tubuh condong ke samping. Gerakan membungkuk ini menyebabkan rasa nyeri pada bagian leher, punggung, lengan dan perut apalagi jika dengan modifikasi menekuk akan menambah rasa nyeri pada bagian tersebut. 3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki yang seimbang. b. Pengangkatan pada saat berada di tingkat kedua, dapat dilihat pada gambar F,G,H,I, dan J dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut: Tabel 24. penilaian skor A pada saat berada di tingkat kedua. Gambar gb.F gb.G gb.H gb.I gb.J
Lengan Atas 60o 110 o 50 o 52 o 22 o
Lengan bawah 60 o 20 o 0o 60 o 117 o cviii
Pergelangan 0o 15o 0o 0o 0o
Perputaran Pergelangan Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran Dalam kisaran putaran
1) Gerakan pada lengan atas, sudut yang ditunjukan adalah rata-rata >45o dengan nilai +3 pada kisaran 45-90o sedangkan sudut 110o dengan nilai +4 dikarenakan gerakan tangan saat peletakan beban pada palet di tingkat kedua. Jadi pekerja harus mengangkat lengan atas serta jauh dari badan. Hal ini ketinggian dari konveyer sama dengan ketinggian pada tingkat kedua. Sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian dari galon serta mengurangi jarak pada tujuan peletakan beban. Tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. 2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap tujuan pengangkatan. Untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut gerakan pada kisaran 60-100o, sehingga dapat membantu saat penskoran. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. 3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15
o
bernilai +2 dikarenakan
pada saat meletakan beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada keadaan netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada skor. Modifikasi pada pergelangan seperti posisi menyamping saat meletakan beban. Gerakan menekukan pergelangan serta adanya modifikasi pergelangan tangan ke samping menyebabkan rasa nyeri pada pergelangan jika terjadi secara terus menerus.
cix
4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri. Tabel 25. penialaian skor B pada saat di tingkat kedua Gerakan/ gambar gb.F gb.G gb.H gb.I gb.J
Leher
Punggung
Posisi kaki
0o 20 o 0o 0o 0o
10 o 30 o 0o 30 o 0o
Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20
o
bernilai +2, sudut 0-10
o
bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada postur ini yaitu arah pandangan ke samping. 2) Gerakan pada punggung bersudut 20o – 60 o bernilai +3 sedangakan sudut 010
o
bernilai +2. Ketinggian pada tingkat dua berada di zona aman untuk
pengangkatan yaitu dari lutut sampai bahu. Jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan sikap tubuh yang alamiah. Modifikasi yang ada yaitu posisi tubuh agak condong ke samping. 3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki yang seimbang.
cx
c. Pengangkatan pada saat berada di tingkat ketiga, dapat dilihat pada gambar K,L,M,N dan O dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut: Tabel 26. penilaian skor A pada saat berada di tingkat ketiga. Gambar Lengan Atas Lengan bawah Pergelangan Perputaran Pergelangan gb.K 85 o 55 o 0 Dalam kisaran putaran o o o gb.L 110 50 15 Dalam kisaran putaran gb.M 100 o 30 o 0o Dalam kisaran putaran gb.N 90o 60 o 0o Dalam kisaran putaran o o o gb.O 110 20 0 Dalam kisaran putaran 1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >45o dengan nilai + 3 pada kisaran 45-90 o sedangkan sudut >90 o bernilai +4 dikarenakan gerakan tangan yang disesuaikan terhadap ketinggian tumpukan pada tingkat ketiga yang membuat lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan cara mengurangi ketinggian tumpukan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. 2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60
o
adalah +2. Gerakan ini menyesuaikan letak
beban yang akan dituju pada saat pencapaian jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara mengurangi ketinggian tumpukan dan jarak tujuan peletakan beban sehingga dapat membantu saat penskoran agar berkurang. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja ke luar sisi tubuh. 3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut 15
o
dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga
cxi
pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada skor. Pada pengambilan gambar saat meletakan beban, posisi pergelangan berubah-ubah sehingga penilaian berdasarkan hasil dari gambar yang ada. 4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang mengalami perputaran tetapu gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri. Tabel 27. Penilaian skor B pada saat berada di tingkat ketiga. Gambar gb.K gb.L gb.M gb.N gb.O
Leher 0 0o 0o 20o 0
Punggung 10 o 0o 5o 10 20
Posisi kaki Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang Kaki tertopang
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut 20 bernilai +2 sedangakan nilai 0-10 bernilai +1. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memprkecil penilaian. Modifikasi pada postur yaitu arah pandangan ke samping. Gerakan kepala kesamping jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan nyeri pada bagian leher. 2) Gerakan pada punggung bersudut 0-5 o bernilai +2. Jadi untuk posisi ini lebih aman untuk punggung. Modifikasi pada posisi ini yaitu dengan memutarkan badan ke arah samping.
cxii
3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki yang seimbang. d. Pengangkatan pada saat berada di konveyer, dapat dilihat pada gambar P,Q,R,S, dan T dengan tabel hasil pengukuran sebagai berikut: Tabel 28 . penilaian skor A pada saat berada di konveyer. Gambar gb.P (kanan) gb.P (kiri) gb.Q (kanan) gb.Q (kiri) gb.R gb.S gb.T
Lengan Atas 20o 25 o 92 o 24 o 27 o 23 o 25 o
Lengan bawah 60 o 80 o 36 o 80 o 55 o 125 o 58 o
Pergelangan 0 20 o 24 o 0 0 0 0
Perputaran normal normal normal normal normal normal normal
1) Gerakan pada lengan atas sudut yang ditunjukan adalah >20o dengan nilai +2 dikarenakan tangan memegang pada ujung galon dengan cara menggenggam ujungnya, sedangkan untuk sudut 92o dengan nilai +4 dikarenakan gerakan tangan yang disesuaikan terhadap panjang dari galon, ketinggian dari konveyer serta jarak antara pekerja dengan konveyer yang mempengaruhi lengan harus keangkat menjahui badan namun sudut pada gerakan tersebut dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kehati-hatian saat pengangkatan sehingga dapat memperkecil panilaian pada postur. Modifikasi gerakan pada lengan atas yaitu bahu ke terangakat yang menyebabkan gerakan menjadi canggung. Pada gerakan lengan ini menunjukan semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sedangkan bahu yang terangkat akan menyebabkan nyeri pada lengan atas (bahu).
cxiii
2) Gerakan pada lengan bawah yang ditunjukan pada penilaian postur skor yang diperoleh pada kisaran 0-60 o adalah +2, kisaran 60-100 dengan nilai +1 dan > 100 dengan nilai +2. Gerakan ini menyesuaikan terhadap peletakan beban yang dituju jadi untuk memperkecil penilaian dengan cara menambah sudut gerakan pada kisaran 60-100o , sehingga dapat membantu saat penskoran. Modifikasi pada postur ini yaitu lengan bekerja melintasi garis tengah. 3) Pergelangan tangan yang ditunjukan bersudut >15
o
dikarenakan pada saat
memegang, beban harus ditangani agar tidak lepas dari genggaman sehingga pekerja harus ekstra hati-hati. Namun sudut penggegaman dapat diperkecil pada kisaran 0-15 atau netral sehingga dapat memeperkecil penilaian pada skor. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri. 4) Perputaran pergelangan tangan pada umumnya dilakukan, meskipun ada yang mengalami perputaran tetapi gerakan tidak terlalu berbahaya. Pada saat gerakan pemutaran jika dilakukan dengan tidak hati-hati akan menyebabkan tangan terkillir dan nyeri. Tabel 29. Penilaian skor B pada saat berada di konveyer. Gerakan/ gambar gb.P gb.Q gb.R gb.S gb.T
Leher
Punggung
Posisi kaki
20o 25 o 0o 0 0
30 o 11 o 15 o 27 45
normal normal normal normal normal
1) Gerakan pada leher ditunjukan dengan sudut >20
o
bernilai +3 sedangakan
suduti 0-10 o bernilai +1. Modifikasi pada leher menengadah, agak tertekuk ke cxiv
samping dan arah pandangan ke samping. Jadi pada saat pengangkatan diusahan kepala jangan menunduk/menengadah tetapi dengan gerakan yang alami yang disesuaikan pada batang tubuh sehingga dapat memperkecil penilaian. 2) Gerakan pada punggung bersudut 11 sedangkan >20
o
o
dan 15
o
sehingga nilai postur +2
bernilai +3. jadi untuk memperkecil penilaian diusahakan
dengan mengurangi gerakan membungkuk dengan cara menambah ketinggian pada konveyer. Modifikasi pada punggung yaitu badan agak ke samping. 3) Posisi kaki pada umumnya normal dengan menopang tubuh pada posisi kaki yang seimbang. Sedangkan pada penggunaan otot dan tenaga dapat dikurangi untuk memperkecil penilaian pada skor yaitu dengan tidak ada gerakan statis yang sama sehingga bernilai nol dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg yang bersifat statis atau berulang sehingga nilai menjadi + 2. Jadi untuk berat beban dikurangi sebagaimana agar nilai pada penskoran turun. 4. Redesain Postur Kerja Perbaikan dalam penilaian dengan menggunakan RULA dengan redesain terhadap postur tubuh untuk mengurangi resiko pada tubuh. Redesaian tersebut dilakukan dengan merubah gerakan dari sebelumnya, disini penulis menggunakan contoh sebagai berikut: Misalkan pada sampel gambar C, dengan hasil pengkuran pada postur kerja adalah lengan atas 110 o, lengan bawah 0, posisi leher extension, punggung 90 o, pergelangan 70 o. Ketingian palet 14 cm, jarak antara pekerja dengan konveyer kira-kira 23 cm. Sedangkan penggunaan otot
cxv
bernilai dan penggunaan tenaga bernilai +3. Hasil dari penggunaan tabel skor C = 7 dan tabel skor D = 10 sehingga untuk grand score bernilai 7 dengan katagori action level 4 yaitu menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Redesain dengan meninggikan palet kira-kira 40 cm diperkirakan hasil penilaian pada postur kerja yaitu lengan atas 60 o, lengan bawah 65 o, posisi leher 0, punggung 20 o, pergelangan 0 o serta menghilangkan gerakan yang tidak alamiah seperti membungkuk, kepala menunduk/menengadah, mengurangi sudut saat pemegangan. Sedangkan penggunaan otot tidak digunakan dan penggunaan tenaga pada kisaran beban 2-10 kg bersifat statis/berulang yang bernilai +2. Hasil dari penggunaan tabel skor grup A = 3, tabel skor B = 2, tabel skor C = 5 dan tabel skor D = 4 sehingga untuk grand score bernilai 5 dengan katagori action level 3 menunjukan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. Dari hasil redesain ada perubahan terhadap nilai pada grand score, meskipun masih memerlukan perubahan dan penyelidikan yang dibutuhkan segera pada pekerjaan tersebut. Perubahan yang perlu dilakukan adalah perubahan sikap/postur saat bekerja dan mengurangi berat beban kisaran beban 2-10 kg. Perubahan postur kerja saat bekerja sebagai berikut: a. Posisi tubuh tidak terlalu membungkuk b. Tubuh tidak terlalu menekuk ke samping c. Jangkauan tangan saat peletakan agak diperkecil d. Kepala tidak menengadah(extension), menunduk atau menekuk ke samping. e. Pergelangan tangan tidak terlalu menekuk. f. Posisi kaki dalam keadaan tertopang oleh ke dua kaki.
cxvi
5. Alternatif Desain Posisi Kerja
Tabel 30. Alternatif Perbaikan Posisi Kerja No 1
Kegiatan Pengangkatan saat di konveyer Contoh: gb.A, B, C, D, dan E
2
Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
3
4
Keadaan awal Posisi punggung membungkuk, berputar, condong ke samping, leher ke samping, bahu sedikit terangkat, dan posisi tangan tertekuk (menopang dan memegang galon).
Posisi punggung membungkuk, condong kesamping, kepala menunduk, menengadah, posisi tangan menjahui badan, tangan ditekuk, pergelangan tangan sedikit muntir/putar, tertekuk saat memegang galon. Pengangkatan Posisi punggung sedikit galon pada membungkuk, badan agak tingkat ke miring, posisi tangan dua.Contoh: menjahui badan gb.K, L, M, N, dan O Pengangkatan Posisi punggung tegak, galon pada bahu terangkat, posisi tingkat ke tangan menjangkau, sedikit tiga berputar, pergelangan Contoh: gb P, tangan menekuk saat Q, R, S dan T menahan beban.
cxvii
Metode Perbaikan Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kudakuda, sudut putar diperkecil, bahu diusahakan relax, dan penggunaan APD agar galon tidak meleset. Perbaikan untuk mengurangi ketegangan dan nyeri akibat pembebanan. Posisi tubuh diusahan tegak, menggunakan otot kaki sebagai tumpuan dengan posisi kudakuda, sudut lengan atas diperkecil, leher diusahakan relax, pemegangan galon dengan hati-hati.
Sudut lengan atas diperkecil, posisi tubuh relax.
Bahu diusahakan relax dalam keadaan alamiah, sudut lengan atas diperkecil, pergelangan diusahakan tidak terlalu menekuk.
6. Alternatif Desain Metode Kerja dan Stasiun Kerja Dengan Metode RULA
Tabel 31. Alternatif perbaikan metode kerja dan stasiun kerja. No Kegiatan 1 Pengangkatan saat di konveyer Contoh: gb.A, B, C, D, dan E
2
Pengangkatan galon ke dasar dari palet. Contoh: gb.F,G, H, I, dan J
3
Pengangkatan galon pada tingkat ke dua. Contoh: gb.K, L, M, N, dan O Pengangkatan galon pada tingkat ke tiga. Contoh: gb P, Q, R, S dan T
4
Kondisi awal Ketinggian konveyer sekitar 55-90 cm dari lantai. Pekerja mengambil galon pada konveyer dengan memutarkan tubuh dengan sudut putaran 45 derajat dan galon ditopang dengan kedua tangan pada posisi galon horisontal/miring.
Metode Perbaikan Ketinggian konveyer dikurangi/diatur ulang sesuai dengan antropometri semua pekerja dan perubahan posisi antara konveyer dengan pekerja diusahakan lebih dekat agar mudah dalam pengangkatan serta sudut lebih kecil. Galon dari konveyer Penambahan ketinggian diturunkan ke pallet, pada palet dengan tujuan dengan punggung untuk mengurangi posisi membungkuk dan tubuh saat membungkuk. ketinggian palet di bawah Mengurangi jumlah ketinggian lutut. Pemutaran deretan galon agar badan beban pada tempat paling tidak terlalu menekuk. ujung. Dengan sikap condong ke samping tubuh. Memindahkan galon dari Untuk mempermudah konveyer pada ketinggian pekerja antara konveyer yang sama atau kurang dengan palet agak lebih lebih sehingga tidak perlu dekat. ada gerakan membungkuk atau meraih Mengangkat galon dari Mengurangi ketinggian konveyer ke tingkat tiga pada beban atau jumlah dengan adanya pemaksaan tumpukan agar lengan pada lengan dan bahu tubuh atau bahu tidak untuk meraih ke atas. terlalu memaksakan untuk Pemutaran beban pada menaikan galon. tempat paling ujung.
cxviii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Hasil penilaian dari postur kerja MMH pada area 5 galon terhadap 20 pekerja dengan menggunakan metode RULA rata-rata memiliki nilai 7 pada penilaian tabel grand skor, dengan katagori dalam action level 4 yang menunjukan adanya penyelidikan dan perbaikan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). Hal tersebut dipengaruhi oleh postur tubuh saat bekerja, penggunaan otot dan penggunaan tenaga. Penilian yang mempengaruhi postur tubuh adalah sebagai berikut: 1. Punggung membungkuk disebabkan oleh ketinggian dari masing-masing tingkatan. Terutama pada tingkat dasar punggung terlalu membungkuk disebabkan tinggi palet di bawah ketinggian lutut. 2. Lengan tangan menjahui badan sehingga membentuk sudut yang besar jadi penilaian menjadi besar yang disebabkan jarak antara posisi berdiri dengan tujuan pengangkatan agak jauh seperti jarak antara pekerja terhadap konveyer, pekerja dengan beban yang paling ujung, dan ketinggian pada saat peletakan beban seperti penempatan pada tingkat kedua dan ketiga. 3. Modifikasi tubuh/badan ke samping tertekuk yang menambah penilaian terhadap punggung yang disebabkan jarak pekerja dengan beban paling ujung agak jauh. 4. Modifikasi pada lengan yaitu lengan atas keangkat/diculik sehingga sikap cxix 108
menjadi canggung serta melintasi garis tengah atau ke luar dari sisi tubuh. 5. Posisi leher yang menunduk, menengadah dan tertekuk ke samping. 6. Pergelangan tangan yang tertekuk saat memegang dan pengangkatan beban dengan tujuan agar beban tidak terlepas dari genggamannya. 7. Posisi kaki saat bekerja. Selain postur kerja tersebut di atas, penggunaan otot postur statis juga mempengaruhi dalam penilaian seperti kegiatan pengambilan beban saat di konveyer. Serta penggunaan tenaga yaitu beban yang diangkat oleh pekerja berkisar 20 kg dengan pengangkatan yang berulang/statis yang menyebabkan nilai menjadi lebih tinggi saat penjumlahan dalam Skor A dan Skor B. Jadi dalam penilaian grand score 100% sampel penelitian diperlukan perbaikan segera yaitu baik metode, sikap dan postur tubuh saat bekerja.
B. Saran 1. Sebaiknya memperbaiki metode, sistem dan cara kerja yang biasa dilakukan oleh pekerja palleting yang bisa dilihat pada tabel 30 dan tabel 31 pada pembahasan. 2. Sebaiknya masalah dari penyebab ketidanyamanan pada pekerja hendaknya perlu diperhatikan sehingga pekerja dapat bekerja dengan kinerja yang tinggi.
cxx
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. A Health and Safety Guideline for Your Workplace Manual Material Handling. Industrial Accident Prevention Association. Diakses dari http://www.iapa.ca Anonim, 2009. Pengukuran Kerja Fisik Manusia Dengan Pendekatan Biomekanika. Laboraturium APK dan Ergonomi Universitas Islam Indonesia. Diakses dari apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th ed, Taylor & Francis Inc, London. Howard, John., Len Welsh, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. Cal/OSHA Consultation Service Diakses dari http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/ Kevin Simonton, 2000. Lesson for Lifting and Moving Material. Washington State Departement of Labor and Industries. Diakses dari http://www.lni.wa.gov/IPUB/417-129-000.pdf Mardiyanto, 2008. Tugas Akhir Analisa Postur kerja Menggunakan Metode Rapid Upper Limb Assessment McAtamney, L., E. N. Corlett, 1993. RULA : A survey method for the investigation of work related upper limb disorders. Applied Ergonomics, vol 24 (2), pp 94-1-99. Diakses dari http://www.rula.co.uk/ Niebel, B.W and Freivald, A. 1999. Methods Standards & Work Design, 10th edition, International Edition. Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya Guna Widya. Pratiwi, Indah. 2005. “Evaluasi fasilitas kerja bagian finishing perusahaan mebel dengan metode rapid upper limb assessment“. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. 04 (01), PP. 28-33. Randall, Stephen.B, 2009. A Guide to Materials Handling and Back Safety. N.C. Department of Labor Occupational safety and Health Program Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. ALFABETA, CV.
cxxi
Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra, R, Tjakraatmja, John H. 1979. Tata Cara Kerja. Bandung. Lab Ergonomi Institut Teknologi Bandung. Tarwaka, Sudiajeng, L. dan Bakri, S.H.A. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta.UNIBA Press. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta : HARAPAN PRESS
cxxii