ANALISIS PENGGUNAAN REMOTE KONTROL PADA INSTALASI LAMPU PENERANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SINYAL INFRA MERAH
Sudirman S.* ABSTRACT Electric Current is one important thing daily use in life, not only for lighting ,but for ellectrical appliance. With electric current, so electrical appliance like a lamp and the other appliance can be operated and functioned. But in the operation sometimes difficult to be done like to turnon/turn-of lamp, gateway cover, and water pump, because still be done in manual. One of solution to overcome problems of is by the way of applying equipment which can control from long distance easily that is by using remote control. Remote Control is an equipment portable which applicable to turn-on/turn-off and decides electric current from long distance without using cable connection. Equipments of remote control applies a set transmitter and receiver and moves a relay which is functioning as switch electric current, while functioning transmitter and receiver as digital consignor and signal data receiver to infrared. Result of research indicates that the application of remote control at lighting can replace manual switches causing becomes more efficiently in process of turn-on/turn-off the lamp in house. Result of comparative analysis between lighting installations at type house 45 by using ordinary switches and remote control can economize usage of cable around 51.5 m. Keyworld: remote control, infra red, lamp ABSTRAK Sumber daya listrik merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari baik untuk penerangan, barang-barang elektronik. Dengan adanya listrik maka peralatan elektronik seperti lampu dan yang lainnya dapat dioperasikan Namun dalam pengoperasian tersebut terkadang sulit dilakukan seperti menyala hidupkan lampu, membuka tutup pintu gerbang, memati hidupkan pompa air, karena masih dilakukan secara manual. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara menerapkan alat yang dapat mengontrol dari jarak jauh dengan mudah yaitu dengan menggunakan remote control. Remote Control adalah suatu alat portable yang dapat digunakan untuk memati hidupkan atau menyambung dan memutuskan aliran listrik dari jarak jauh tanpa menggunakan kabel penghubung. Peralatan remote control menggunakan seperangkat pemancar dan penerima dan menggerakkan suatu relay yang berfungsi sebagai pemutus dan menyambung aliran listrik, sedangkan pemancar dan penerima berfungsi sebagai pengirim dan penerima data signal digital ke infra merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi remote kontrol pada lampu penerangan dapat menggantikan saklar manual sehingga menjadi lebih efisien dalam proses memati hidupkan lampu dalam rumah Hasil analisis perbandingan antara instalasi penerangan pada rumah tipe 45 dengan menggunakan saklar biasa dan remote control dapat menghemat penggunaan kabel sekitar 51.5 meter. Kata Kunci: remote control, infra merah, lampu * Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
I. Pendahuluan Dalam peraturan umum instalasi penerangan (PUIL) telah diatur mengenai cara menginstalasi lampu penerangan dengan menggunakan saklar. Demikian juga dengan kabel penghubung dan cara penyambungannya, sehingga pada saat ini pengendalian lampu masih dilakukan dengan menekan saklar ON/OFF
(P. Van Harten, 1985). Cara ini dinilai tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman yang sudah serba elektronik dan memiliki beberapa kelemahan, antara lain pengendalian ON/OFF peralatan tidak bisa dilakukan dari jarak jauh, dengan kata lain pengguna harus langsung menekan saklar ON/OF pada tempat saklar tersebut berada
(Irfan. 2004).
Disamping itu jika peralatan dikendalikan lebih dari satu buah, dan jarak masing-masing peralatan berjauhan karena ruangan yang sangat besar, maka ini tentu saja tidak menghemat waktu dan tenaga. Penggunaan remote control pada lampu penerangan merupakan salah satu solusi untuk memudahkan dan memberikan tingkat kenyamanan yang lebih baik bagi pemilik rumah. Selain itu, penggunaan remote control pada lampu penerangan dapat menghemat penggunaan kabel dan bahan-bahan instalasi lampu penerangan lainnya. Beberapa jenis media remote control yang sudah digunakan dalam pengendalian peralatan listrik, seperti
penggunaan sinyal DTMF
(Pratolo Raharjo, 2009), mikrokontroller (Lukman Hakim, 2010, Nurhatisyah dan Nasrul Harun. 2008), Infra Merah dan kombinasi mikrokontroler (Arjana Permana Putra GD dan Moch Farid Noer R. 2010) , Viky Surya Abadi. 2009 bahkan dengan menggunakan Bluetooth (Iyus Irwanto, 2009). Berdasarkan masalah yang dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini akan menganalisis penggunaan remote control dalam mengendalikan lampu penerangan dengan menggunakan infra merah. Dalam hal ini akan menganalisis efisiensi penggunaan kabel intalasi yang menghubungkan saklar ke lampu penerangan khusunya rumah tipe 45, sedangkan perancangan rangkaian remote control akan menerapkan prinsip-prinsip elektronika dengan merancang frekuensi carrier sebesar 40 kHz (Simatupang, 2010 dan Viky Surya Abadi. 2009).
II. Metode Penelitian
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan eksperimen dengan tahapan sebagai berikut: a. Studi literatur yaitu mempelajari teori-teori yang mendukung perancangan dan pembuatan alat b. Perancangan blok diagram dan pembuatan skema rangkaian yang mengacu pada blok diagram alat. c.
Pembuatan alat - Merencanakan tata letak komponen dan layout rangkaian. - Mencetak layout rangkaian ke papan PCB (Printed Circuit Board). - Perakitan komponen pada PCB.
d. Pengujian alat - Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui sistem kerja pada beberapa blok rangkaian dengan menggunakan Osiloskop, Frekuensi Counter dan Multimeter - Melakukan pengujian aplikasi alat pada lampu penerangan.
1. Desain Perangkat Keras
Gambar 1 Blok diagram alat
Prinsip kerja dari blok diagram ini adalah: Transmitter infra merah, yang terdiri dari:
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Ke Lampu
Pembangkit frekuensi data: berfungsi untuk membangkitkan sinyal data 660 Hz dalam bentuk pulsa-pulsa. Sinyal data digunakan sebagai sinyal kontrol untuk membuat rangkaian penggerak relay bekerja.
Pembangkit frekuensi carrier: berfungsi untuk membangkitkan sinyal carrier 40 KHz dalam bentuk pulsa-pulsa.
Sinyal carrier digunakan untuk memperjauh dan menumpangkan pancaran sinyal data.
Modulator:
berfungsi memodulasi sinyal carrier 40 KHz dan sinyal data.
Sinyal Infra Merah:
berfungsi untuk membangkitkan sinyal infra merah menggunakan LED infra merah, agar sinyal modulasi dapat terpancar dalam radiasi cahaya infra merah.
-
Receiver infra merah terdiri dari
Detektor infra merah dan penguat:
berfungsi untuk mendeteksi sinyal infra merah yang dipancarkan dan mengubahnya menjadi sinyal listrik, agar didapatkan kembali sinyal carrier dan sinyal data. Sinyal yang diperoleh ini akan dikuatkan dengan penguat
Filter:
berfungsi memfilter sinyal carrier dan mendeteksi sinyal data yang digunakan sebagai input pada rangkaian flip-flop.
-
Pengontrol relai terdiri dari :
Flip-flop: berfungsi menghasilkan pulsa kendali untuk rangkaian penggerak relay
Penggerak relay: berfungsi untuk mengendalikan relay agar bekerja sebagai saklar.
-
Relay: berfungsi sebagai saklar pemutus dan penghubung dengan lampu penerangan.
-
Catu daya: berfungsi untuk menyediakan catuan tegangan bagi rangkaian pengontrol relai dan relai agar dapat bekerja dengan baik.
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
receiver infra merah,
III. Hasil dan Pembahasan a. Hasil Penelitian 1. Pembangkit Frekuensi Data Remote infra merah bekerja dengan prinsip transmitter dan receiver infra merah, sehingga membutuhkan sinyal data untuk pengontrolan dan sinyal carrier sebagai pembawa sinyal data. Untuk dapat memodulasikan sinyal carrier maka dibangkitkan sinyal data dengan frekuensi yang lebih rendah. Pada perancangan ini dibangkitkan sinyal data berbentuk pulsa-pulsa sebesar 660 Hz menggunakan prinsip IC 555 sebagai multivibrator astabil.
Gambar 2 Rangkaian pembangkit sinyal data
Dari frekuensi 660 Hz didapat periode
T = 1/660 = 0,0015152 s = 1515,20 µs, sehingga
dengan grafik hubungan RA, RB, C dan frekuensi, untuk mendapatkan frekuensi 660 Hz dipilih C (C1) sebesar 1 µF. Rangkaian ini tidak dapat menghasilkan Ttinggi (TH) dan Trendah (TL) yang sama sehingga dipilih TH = 0,0009546 s = 954,60 µs dan TL = 0,0005660 s = 560,60 µs.
Gambar 3 Bentuk sinyal data
Dari TH dan TL di atas maka RB dan RA dapat dihitung sebagai berikut : TL = 0,695 RB C 560,60 µs = 0,695 RB 1 µF RB = 806,62 * Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
TH = 0,695 (RA + RB) C 954,60 µs=0,695 (RA+ 806,62) 1 µF RA = 566,91
Dari hasil perhitungan diperoleh
RA = 566,91 dan RB = 806,62 sehingga dalam
realisasinya digunakan R1 (RA) = 560 dan untuk mendapatkan nilai RB digunakan VR1 (RB) = 2 K yang diatur pada nilai 806,62 . Output dari astabil ini akan diinputkan pada rangkaian modulator.
2. Pembangkit Frekuensi Carrier Sinyal carrier digunakan untuk memperjauh pancaran sinyal data yang ditumpangkan pada infra merah, sehingga remote control infra merah umumnya menggunakan sinyal carrier 30-60 KHz. Dari besar sinyal carrier tersebut, maka dalam perancangan ini dipilih frekuensi carrier 40 KHz. Pemilihan frekuensi carrier 40 KHz didasarkan pada detektor infra merah yang akan digunakan untuk menerima sinyal yang dibangkitkan oleh transmitter. Pada perancangan ini digunakan detektor jenis TSOP buatan Vishay Telefunken yang memiliki fo untuk frekuensi carrier 40 KHz. Untuk membangkitkan sinyal carrier 40 KHz digunakan prinsip IC 555 sebagai multivibrator stabil, seperti pada rangkaian pembangkit sinyal data.
Gambar 4 Rangkaian pembangkit sinyal carrier
3. Modulator Sinyal carrier dan sinyal data dimodulasikan secara sederhana dengan menggunakan gerbang logika NAND. Untuk itu digunakan IC CMOS 4093 karena didalamnya dibangun beberapa gerbang logika NAND, dan setiap gerbang mempunyai schmit trigger yang berfungsi * Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
menghasilkan gelombang berbentuk persegi, sehingga keluaran dari IC 555 yang tidak persis seperti gelombang kotak akan dibuat seperti gelombang kotak. Rangkaian modulator dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Rangkaian modulator
Gerbang NAND-1 akan membandingkan sinyal data dengan sinyal carrier sehingga menghasilkan logika 0 apabila kedua masukannya berlogika 1 dan menghasilkan logika 1 bila masukannya berbeda. Output dari NAND-1 diinputkan pada NAND-2 (sebagai inverter NAND-1) dengan maksud agar dihasilkan pulsa yang betul-betul kotak sehingga dipancarkan dengan baik oleh cahaya infra merah. Input
Dari Tabel 1 dapat digambarkan bentuk sinyal modulasi sebagai berikut :
Data
Carrier
NAND-1
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
Gambar 6 Bentuk sinyal modulasi
4. Sinyal Infra Merah Sinyal modulasi berbentuk pulsa-pulsa diinputkan pada rangkaian LED infra merah sebagai sumber cahaya infra merah untuk dipancarkan. Pulsa-pulsa yang terbentuk dari dua kondisi yaitu off dan on (off diwakili oleh 0 dan on diwakili oleh 1) akan membuat LED memancarkan cahaya berkedap-kedip (mati-hidup) sesuai frekuensi yang diinputkan dan akan dideteksi oleh detektor infra merah. Besar radiasi LED tergantung dari arus yang masuk LED (forward current, IF).
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Output
Sehingga untuk memperjauh jarak radiasi LED, perlu dihasilkan IF yang cukup sehingga digunakan sebuah transistor sebagai switch untuk memperbesar arus maju LED.
Gambar 7. Rangkaian pembangkit sinyal infra merah
Digunakan LED infra merah tipe TSAL6200 yang umumnya bekerja pada IF 100 mA dan tegangan LED (VF) adalah 1,35-1,6 volt dan transistor 2N2222A yang bekerja dengan dc 100 dan Ic maksimum 800 mA. Tegangan keluaran pulsa high (VOH) IC 4093 tidak lebih dari tegangan catu (VCC) yang diberikan yaitu 9 volt, sehingga dalam perhitungan penentuan tahanan basis digunakan VOH sebesar 9 volt. Dari karakteristik kerja LED, maka untuk mendekati IF 100 mA ditentukan arus basis (IB) dan RB sebagai berikut : IB =
RB=
IC
dc
100 1mA 100
VOH VBE 9V 0,7V 8,30 K IB 1mA
Dari nilai RB diatas maka dipilih RB (R3) yang mendekati 8,30 K yaitu 10 K, sehingga diperoleh : IB =
VOH VBE 9 0,7 0,83mA. RB 10 K
dc I B 100 0,83mA 83mA Arus sebesar 83 mA yang mendekati 100 mA merupakan arus maju yang mengendalikan kecerahan LED. Dari grafik hubungan antara IF dan Ie (Intensity Radiant) pada data sheet TSAL6200 diketahui besarnya nilai Ie pada IF = 83 mA adalah sekitar 50 mW/sr. Dari data sheet detektor TSOP
diketahui Ee,min umumnya adalah 0,35 mW/m2 dan 0,6 mW/m2
(maksimum), sehingga dapat dihitung jarak radiasi
dari LED. Dalam perhitungan dipakai
Ee,min = 0,6 mW/m2 sehingga jarak radiasi maksimum adalah sebagai berikut : * Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
dmaks =
Ie E e,min
=
50 = 9,1 9 m 0,6
Jarak 9 m ini merupakan jarak ideal dari hasil perhitungan menurut hukum kuadrat terbalik dan merupakan suatu jarak paling buruk yang dicapai oleh remote control dan detektor infra merah.
5. Catu Daya Dan Saklar Tegangan catu dari batterai sebesar
9 volt diperlukan untuk mengaktifkan transmitter
melalui sebuah saklar on-off. Bila saklar on, maka transmitter akan bekerja dan memancarkan data yang akan dideteksi oleh detektor infra merah. Sebuah LED yang dihubungkan ke Vcc melalui R4 sebesar 1 K sebagai indikator bahwa ada tegangan catu dari baterai ke rangkaian transmitter ketika saklar on.
Gambar 8. Rangkaian catu daya dan saklar
6. Detektor Infra Merah Dan Penguat Pendeteksi sinyal infra merah digunakan fotodetektor infra merah berbentuk modul tipe TSOP yang akan mengubah cahaya infra merah terdeteksi menjadi sinyal listrik. Sinyal yang terdeteksi akan di filter lagi oleh detektor infra merah sehingga hanya melewatkan sinyal carrier dan sinyal data. Gambar rangkaian detektor infra merah dan penguat dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Rangkaian detektor infra merah dan penguat
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Detektor infra merah bekerja dengan mendapat catuan tegangan dari VCC pada kaki 2 melalui tahanan R5 sebesar 100 dan dihubungkan dengan sebuah kapasitor C5 sebesar 4,7 µF. Kapasitor. Kapasitor C5 digunakan sebagai dekopling untuk menghilangkan adanya sinyal AC yang masuk ke detektor. Kaki 3 sebagai output dihubungkan VCC melalui resistor R6 sebesar 12 K, kemudian dihubungkan ke penguat melalui kapasitor kopling C6 sebesar 0,47 µF untuk menahan sinyal DC dan melewatkan sinyal AC ke penguat untuk dikuatkan.Rangkaian penguat digunakan sebuah op-amp sebagai penguat diferensial. Penguat diferensial ini akan menguatkan selisih tegangan dari tegangan output detektor (V1) yang dimasukkan pada input inverting dan tegangan V2 (VCC) yang dimasukkan pada input non-inverting melalui rangkaian pembagi tegangan R7 dan R8. Penggunaan R7 dan R8 masing-masing 1 K untuk mendapatkan tegangan referensi 2,5 V yang diperoleh dari : Vref =
R8 1K VCC = 5V 2,5V R7 1K
Penguatan tegangan diusahakan cukup besar agar gelombang pulsa keluaran dari detektor dengan level tegangan output yang sangat kecil dan sedikit cacat (tidak persis seperti gelombang kotak) dapat dibentuk kembali dan dapat di filter dengan baik. Sekalipun penguatan tegangannya besar, tetapi level tegangan output tidak lebih dari tegangan catu yang diberikan pada op-amp. Besarnya tegangan output dari penguat ini adalah : R [1 10 ] R10 R9 V1 Vout = V2 R R9 [1 7 ] R8
Dimana : V1 : tegangan output detektor V2 : tegangan VCC [1 1000 ] 1000 1 V Vout = V1 2 1 1 [1 ] 1
Vout = -1000V1 + 500,5V2 = 2502,5 volt – 1000V1 Sehingga :
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
-
Jika tegangan output detektor (V1) lebih besar dari tegangan referensi (Vref) maka tegangan outputnya akan bernilai negatif (berlawanan fasa 180 dengan inputnya ).
-
Jika tegangan V1 lebih kecil Vref maka tegangan outputnya bernilai positif (sefasa dengan inputnya).
7. Filter Filter berfungsi untuk mendapatkan kembali sinyal data 660 Hz, sehingga dapat diinputkan pada rangkaian flip-flop. Supaya hanya diperoleh sinyal data, maka perlu membatasi sinyal carrier menggunakan rangkaian filter lowpass dan mendeteksi sinyal data dengan tone decoder.
Gambar 10. Rangkaian filter
Frekuensi cut off filter lowpass diusahakan dapat menjamin pendeteksian sinyal data oleh tone decoder, sehingga dari rangkaian pasif R11 dan C7 besar frekuensi cut off ditentukan sebesar : F=
1 723,79 Hz 2 2,2 K 0,1f
Output dari filter lowpass akan diinputkan pada tone decoder melalui kapasitor kopling C8. Tone decoder akan mendeteksi frekuensi data dengan cara membangkitkan frekuensi internal (fo) yang sama besar dengan frekuensi sinyal data dengan timing capasitor (Ct) dan timing resistor (Rt) yang dihubungkan ke IC 567. Fo yang dideteksi 660 Hz sehingga timing capasitor C10 dipilih 1 µF dan nilai Rt ditentukan sebagai berikut : 660 Hz =
1 1,1.Rt 1.10 6
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Rt = 1377,41 Dalam realisasinya Rt = R12 + VR3, sehingga R12 dipilih 560 dan VR3 dipilih 1 K. Dari nilai R12 dan VR3 di atas nilai fomaks (VR3 = 0) dan fomin (VR3 = 1K) dihitung sebagai berikut : fomaks 1 1623,38 Hz 1,1 (560 0) 1.10 6 1 fomin = 582,75 Hz 1,1 (560 1000) 1.10 6
=
Untuk mendapatkan fo = 660 Hz nilai VR3 harus diatur sebesar 660 Hz =
1 1,1 (560 VR3 ) 1.10 6
VR3 = 817,41 (diatur)
Jika tone decoder mendeteksi sinyal data maka output dari tone decoder (kaki 8 IC 567) akan low. Output yang low ini diinputkan pada rangkaian flip-flop melalui R14 sebesar 1 K. IC 567 merupakan IC dengan keluaran kolektor terbuka, sehingga dihubungkan ke VCC melalui R13 sebesar 10 K. 8. Flip-flop Blok ini berfungsi menghasilkan pulsa kendali untuk membuat rangkaian penggerak relai bekerja. Dalam realisasinya digunakan sebuah rangkaian J-K flip-flop yang dihubungkan dari IC SN74LS76.
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
Gambar 11. Rangkaian flip-flop
9. Penggerak Relay Penggerak relay digunakan untuk menggerakkan saklar relay agar menghubungkan dan memutuskan arus pada rangkaian. Karena arus keluaran IC digital kecil, maka dibutuhkan suatu rangkaian yang dapat menghasilkan arus yang besar untuk menggerakkan relay. Dengan menggunakan prinsip transistor sebagai saklar, dibentuk rangkaian sebagai berikut :
Gambar 12. Rangkaian penggerak relay
b. Pembahasan Hasil Penelitian Penggunaan remote control pada instalasi penerangan ini selain dapat memudahkan dan menghemat energi juga dapat menghemat penggunaan kabel (Syah Rama Afrian. 2010). Dengan adanya penghematan penggunaan kabel, maka dari segi ekonomis juga dapat menghemat biaya dalam melakukan pemasangan jaringan instalasi. Di samping itu dapat mengatasi jatauh tegangan atau rugi-rugi tegangan pada pemasangan lampu dengan jarak yang cukup jauh antara saklar dan pemasangan lampu. Dalam menganalisis penggunaan remote control dalam intalasi
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
penerangan rumah ini akan dilakukan dengan mengambil suatu contoh kasus pada rumah tipe 45, seperti pada Gambar 13.
2,5 m
Gambar 13 Diagram Instalasi Rumah Tipe 45
m Dari Gambar 13 terlihat bahwa ada 7 titik lampu yang dilayani dengan 6 saklar ( 5 saklar4 tunggal + 1 saklar ganda). Jika diasumsikan pemasangan saklar pada tembok dengan plafon masingmasing mempunyai jarak 1,5 meter, maka penggunaan kabel penghubung dapat dihitung sebagai berikut: 1. Ruang tamu dan teras yang dilayani oleh saklar ganda: -
Untuk ruang tamu mempunyai panjang kabel : ( 2 x 1,5 m + 2 x 1 m) = 5 meter 2 m
-
Untuk teras mempunyai panjang kabel ( 1 x 1,5 m + 1 x 2 m) = 3,5 meter
2. Kamar tidur yang terdiri dari dua kamar yang dilayani oleh masing-masing 1 buah saklar tunggal,
mempunyai panjang kabel ( 2 x 1,5 m + 2 x 3 m ) = 9 meter. Jadi untuk dua kamar tidur mempunyai panjang kabel (2 x 9 m ) = 18 meter * Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
3. Ruang keluarga dan Kamar Mandi mempunyai panjang kabel ( 2 x 1,5 m + 2 x 1 m) = 5 meter. Jadi untuk ruang keluarga dan k. Mandi = ( 2 x 5 meter) = 10 meter 4.
Ruang makan mempunyai panjang kabel ( 2 x 1,5 meter + 3 m) = 6 meter
Jadi total panjang kabel yang digunakan khusus untuk saklat penghubung ke lampu = 51,5 meter. Dengan demikian apabila 7 titik mata lampu tersebut digantikan dengan menggunakan remote control, maka dapat menghemat kabel penghubung 51,5 meter, dengan rincian : -
Untuk ruang tamu, ruang keluarga dan teras dilayani oleh satu remote control yang mempunyai 3 tombol tekan untuk menyalakan 3 mata lampu. -
Untuk ruang dapur dan WC dilayani oleh satu remote control yang mempunyai 2 tombol tekan untuk menyalakan 2 mata lampu.
-
Untuk ruang tidur masing-masing mempunyai satu remote control yang mempunyai satu tombol tekan untuk menyalakan satu mata lampu.
IV. Kesimpulan dan Saran a.
Kesimpulan
Dari perancangan dan pengujian alat dapat diberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengontrolan lampu penerangan yang menggunakan remote control infra merah dapat dibuat dengan cara: - Membuat pengirim infra merah dengan cara menumpangkan frekuensi data sebesar 600 Hz kepada frekuensi carrier (pembawa) sebesar 40 khz. Selanjutnya dimodulasi untuk mendapatkan penguatan dan dikirim melalui lampu infra red. - Membuat penerima infra merah melalui suatu foto detektor, kemudian frekuensi carrier di filter untuk memisahkan frekuensi carrier dan frekuensi data. Selanjutnya frekuensi carrier dibuang dan frekuensi data diteruskan melalui tone decoder untuk mendapatkan kembali sinyal data sebesar 600 Hz. Kemudian sinyal data tersebut diperkuat melalui modulator untuk memicu basis transistor, sehingga transistor dapat mengalirkan arus ke gulungan relai. Jika relai bekerja, maka saklar dapat menghubungkan tegangan dari suplay AC ke lampu.
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
2. Penggunaan remote kontrol pada instalasi penerangan selain dapat mengefisienkan pekerjaan dan lebih praktis, selain itu dapat menghemat penggunaan kabel penghubung. Dalam kasus yang dianalisis bisa menghemat penggunaan kabel sekitar 51,5 meter. Selanjutnya dengan adanya penggunaan remoteckontrol, maka jatuh tegangan akibat adanya penggunaan kabel yang panjang dapat dihindari. b. Saran - Untuk menambah penggunaan fungsi remote control dalam melayani 2 atau tiga lampu, maka dapat dilakukan dengan menambah pembangkit data dan menambah rangkaian tone decorder (tergantung dari perencanaan yang dilakukan). - Dalam membuat pembangkit data dan pembangkit carrier, harus memperhatikan nilai toleransi komponen agar diperoleh nilai sesuai dengan perhitungan.
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263
DAFTAR PUSTAKA
Arjana Permana Putra GD dan Moch Farid Noer R.
2010. Perencanaan Dan Pembuatan
Programmable Ir Remote Control. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya IyusIrwanto .2009. Perancangan Sistem Hp Client Untuk Aplikasi Remote Control Pc Berbasis Bluetooth. Tugas Akhir, Teknik informatika Fakultas Teknologi Informasi ITS Irfan. 2004. Analisa Kerja Alat Penerima On/Off Paralel Dengan Menggunakan Remote Control; Tugas Akhir. Teknik Elektro ITS. Khakim, Lukman. 2010. Perancangan Remote Control untuk Mengendalikan Kipas Angin Berbasis Mikrokontroler AT90S2313 dan ATmega8. Tugas Akhir, Jurusan Teknik Elektro. Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Nurhatisyah dan Nasrul Harun. 2008. Perancangan Prototype Kontrol Pemakaian Peralatan Listrik Dengan Remote Control Berbasis Mikrokontroller AT89C51. Percikan. Vol. 91 Edisi Agustus. Poltek Negeri Padang Pratolo Rahardjo. 2009. Alat Penjadwal On-Off Titik Beban Rumah Tangga Yang Diakses Dengan Telepon DTMF. Jurnal Teknologi Elektro. Vol. 8 No. 2 Juli-Desember 2009. Universitas Udayana P. Van. Harten. 1985. Instalasi Listrik Arus Kuat 1. Bina Cipta Bandung. Syah Rama Afrian. 2010. Sistem Pengaturan Penerangan Rumah Menggunakan Infrared Remote Control. Tugas Akhir Teknik Elektro Industri ITS. Viky Surya Abadi. 2009. Perencanaan Dan Pembuatan Remote Control Lampu Dan Peralatan Elektronika Rumah (Home Remote Control Secara Wireless Rf Berbasis Mikrokontroller PIC. Tugas Akhir Fakultas Teknik Jurusan Elektro Universitas Muhammadiyah Malang.
* Staf Pengajar Fakultas Sains dan Teknik Undana
1263