ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN KELUARGA PETANI KARET DI DESA LALANG SEMBAWA KECAMATAN SEMBAWA KABUPATEN BANYUASIN
Oleh ARIF HARYANTO
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG 2013
Motto : ”Kejarlah cita – cita dengan niat membahagiakan orang tua dan keluarga dekat ” (Penulis) ” Setiap hari dalam kehidupan adalah perjuangan untuk mencapai hari esok” (Penulis)
Kupersembahkan untuk :
Kedua
orang
tuaku
tersayang
Adikku tercinta Tari
Pakde dan bude
Wulan my keropi
Teman – teman seperjuangan
Almamaterku
yang
RINGKASAN
ARIF HARYANTO. Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Keluarga Petani Karet di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa ( dibimbing oleh, MIRZA ANTONI dan KOMALA SARI ). Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menghitung besarnya pendapatan dari usahatani karet di Desa Lalang Sembawa. 2) Menganalisis alokasi pendapatan petani di Desa Lalang Sembawa. 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa. 4) Membandigkan
tingkat kelayakan hidup petani karet berdasarkan standar
Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Desa Lalang Sembawa. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di tempat ini sebagian besar penduduknya adalah petani karet. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan wawancara. Penetapan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) kriteria sampel sebagai berikut : 1. Luas lahan karet yang dimiliki petani adalah 0,75 sampai 2 ha. 2. Umur tanaman karet produktif 5-15 tahun. 3. Status kebun karet milik sendiri. 4. Memiliki usaha sampingan, yaitu usahatani non karet dan non usahatani.
dengan
Adapun jumlah populasi petani yang mengusahakan karet di Desa Lalang Sembawa sebagai usahatani pokoknya adalah sebanyak 325 KK dan petani yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 157 KK. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode secara acak sederhana terhadap petani yang
memenuhi
kriteria, sampel
(simple random sampling) yang
diambil sebanyak
40 KK. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Besarnya pendapatan total ratarata petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah sebesar Rp 68.556.603,55 per tahun, tediri dari pendapatan usahatani karet sebesar Rp52.369.089,30 , ushatani non karet sebesar Rp 9.939.541,25 dan usaha luar tani sebesar Rp 6.248.000. 2) Pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa, terbesar dialokasikan untuk kegiatan konsumsi yatu sebesar sebesar Rp 48.490.351 atau 73,2 % dari pendapatan total petani. 3) Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah produksi, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat harga. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh negatif adalah luas lahan dan biaya produksi. 4) Pendapatan total rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa sudah memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL) untuk satu pekerja lajang namun belum memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL) keluarga.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul
ANALISIS
KELUARGA
PENDAPATAN
PETANI
KARET
DI
DAN DESA
POLA
PENGELUARAN
LALANG
SEMBAWA
KECAMATAN SEMBAWA merupakan hasil penelitian saya sendiri dibawah bimbingan dosen pembimbing, kecuali yang jelas merupakan rujukan dalam pustaka yang tertera di dalam daftar pustaka. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan diperiksa kebenarannya.
Palembang 7 Juli 2013
Arif Haryanto
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 11 Desember 1991. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Ayahanda Kastomo dan Ibunda Suharti. Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2003 di SD Negeri 404 Palembang, Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2006 di SMP Negeri 53 Palembang, Pendidikan Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 2009 di SMA N 16 Palembang. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Petanian Universitas IBA. Penulis pernah memperoleh beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2011 hingga tahun 2012. Penulis pernah menjabat sebagai wakil gubernur dalam Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas IBA Palembang. Pada bulan April sampai dengan Mei 2013, penulis menulis skripsi dengan judul ” Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Keluarga Petani Karet di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa”.
ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN KELUARGA PETANI KARET DI DESA LALANG SEMBAWA KECAMATAN SEMBAWA KABUPATEN BANYUASIN
Oleh ARIF HARYANTO
SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS IBA
PALEMBANG 2013
Skripsi yang berjudul ANALISIS PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN KELUARGA PETANI KARET DI DESA LALANG SEMBAWA KECAMATAN SEMBAWA KABUPATEN BANYUASIN
Oleh ARIF HARYANTO 09 42 0001
Telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Palembang, Pembimbing Utama
Juli 2013
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas IBA
Ir. Mirza Antoni., M.Si Pembimbing Pendamping
Komala Sari, SP ., M.Si
Dekan,
Ir. Arifin, M.P
PERSETUJUAN TIM PENGUJI
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan pada Sidang Uji Komprehensif Fakultas Pertanian Universitas I BA
Palembang, 10 Juli 2013 No.
Nama Dosen Penguji
Tanda Tangan
Jabatan
1
Ir. Mirza Antoni, M.Si
Ketua Penguji
2
Komala Sari, SP., M.Si
Anggota
3
M. Ardi Kurniawan, SP., M.Si
Anggota
4
Nur Azmi, SP., M.Si
Anggota
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: ”Analisis Pendapatan dan Pola Pengeluaran Keluarga Petani di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa” di Kabupaten Banyuasin Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Bapak Ir. Mirza Antoni., M.Si, selaku pembimbing utama dan Ibu Komala Sari, SP., M.Si , selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan petunnjuk kepada penulis sehingga tersusunlah skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada segenap dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA yang telah bersedia memberikan ilmu kepada penulis sehingga menjadi bekal dasar untuk menyelesaikan skripsi ini, serta teman-teman yang telah memberikan masukan atas isi dan materi skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Palembang, Juli 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................
x
DAFTAR ISI..................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xviii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………... I.
xix
PENDAHULUAN ……………………………………………………
1
A. Latar Belakang....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
7
C. Tujuan Penelitian................................................................................
8
D. Manfaat Penelitian..............................................................................
9
II. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………….
10
A. Tinjauan Pustaka................................................................................
10
1. Tanaman Karet............................................................................
10
2. Konsep Usahatani........................................................................
13
3. Konsep Produksi..........................................................................
14
4. Konsep Penerimaan.....................................................................
15
5. Konsep Biaya Produksi...............................................................
16
6. Konsep Pendapatan.....................................................................
18
7. Konsep Pengeluaran....................................................................
21
a. Alokasi Pendapatan..................................................................
21
xi
1. Alokasi Untuk Kebutuhan Konsumsi.................................
22
2. Alokasi Untuk Kebutuhan Produktif..................................
23
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pendapatan.........
26
a. Harga Karet.............................................................................
27
b. Luas Lahan..............................................................................
27
c. Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga....................................
28
d. Hasil Panen.............................................................................
29
e. Harga Pupuk dan Harga Pestisida...........................................
31
f. Tingkat Pendidikan.................................................................
31
9. Konsep Kebutuhah Hidup Layak..................................................
32
B. Model Pendekatan..............................................................................
33
1. Model Pendekatan Secara Diagramatis.........................................
33
2. Model Pendekatan Secara Matematis...........................................
35
C. Hipotesis............................................................................................
36
D. Batasan-Batasan.................................................................................
38
III. PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………………...
41
A. Tempat dan Waktu..............................................................................
41
B. Metode Penelitian...............................................................................
41
C. Metode Penarikan Contoh..................................................................
41
D. Metode Pengumpulan Data................................................................
42
E. Metode Pengolahan Data....................................................................
42
IV. KERANGKA PEMIKIRAN ………………………………………...
47
A. Keadaan Umum Wilayah...................................................................
47
xii
1. Letak dan Batas Wilayah...............................................................
47
2. Keadaan Geografis dan Tofografis................................................
48
3. Keadaan Penduduk........................................................................
49
4. Pendidikan.....................................................................................
51
5. Sarana dan Prasarana.....................................................................
52
6. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya...........................................
53
B. Identitas Petani Responden................................................................
55
1. Umur Petani Responden................................................................
56
2. Tingkat Pendidikan Responden.....................................................
56
3. Luas Lahan Garapan......................................................................
57
4. Jumlah Anggota Keluarga.............................................................
58
C. Analisis Pendapatan Petani Karet......................................................
59
1. Usahatani Karet..............................................................................
59
2. Usahatani Non Karet......................................................................
62
3. Luar Usahatani...............................................................................
67
4. Pendapatan Total Keluarga............................................................
68
D. Alokasi Pendapatan Petani Karet.......................................................
69
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet.....
71
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)......................................................
76
2. Uji F (Uji Regresi Secara Keseluruhan)........................................
76
3. Uji t (Uji Regresi Secara Individual) ............................................
77
a. Pengaruh Produksi....................................................................
77
b. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja................................................
78
xiii
c. Pengaruh Tingkat Pendidikan...................................................
78
d. Pengaruh Biaya Produksi..........................................................
79
e. Pengaruh Luas Lahan................................................................
80
f. Pengaruh Tingkat Harga...........................................................
81
F. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) .......................................................
81
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………
86
A. Kesimpulan.......................................................................................
86
B. Saran.................................................................................................
87
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
88
xiv
DARTAR TABEL
Halaman 1
Produksi Karet Alam Dunia Selama Periode 2005-2010 .....................
2
2
Ketersediaan Lahan Perkebunan Karet di Indonesia ...........................
3
3
Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut JenisTanaman di Kabupaten Banyuasin 2010-2011 …………………
5
4
Luas dan Tataguna Lahan di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 …..
48
5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa LalangSembawaTahun 2012 …………………………………………
49
Jumlah Penduduk Desa Lalang Sembawa Berdasarkan Umur Tahun 2012 …………………………………………………………..
50
Rincian Jumlah Penduduk Desa Lalang Sembawa Berdasarkan TingkatPendidikan Tahun 2012 ……………………………………...
51
Sarana Penunjang Kelancaran Kehidupan Masyarakat Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ..........................................................................
52
6
7
8
9
Mata Pencaharian Penduduk Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ….. 53
10
11
12
13
14
15
Jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 …………………………………………………………..
54
Jumlah Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 ..........................................................................
55
Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 ………………………………….
56
Luas Lahan Garapan Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 ……………………………………………………………
57
Jumlah Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ………………………………………..
58
Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Karet di Desa Lalang SembawaTahun 2012 ………………………………………………...
60
xv
16
Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ..........................................................................................
61
Pendapatan rata-rata usahatani karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ..........................................................................................
62
Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Stum Mata Tidur di Desa LalangSembawa Tahun 2012 ...............................................................
63
Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Stum Mata Tidur di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 …….………………………………….
64
Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Polybag di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ..........................................................................
64
Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Polybag di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ………………………………………………..
65
Pendapatan Rata-Rata Usahatani Non Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ..........................................................................
66
23
Kegiatan Luar Usahatani di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ……
67
24
Pendapatan Luar Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa tahun 2012 .....................................................................................................
68
Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 ...........................................................................................
69
26
Pengeluaran Rata-Rata Petani di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012..
70
27
Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Sebelum Modifikasi .........................................
72
Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Transformasi Logaritm .....................................
73
Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Variabel Dummy Faktor ..................................
74
30
Persentase KHL berdasarkan klasifikasi Umur Anggota Keluarga ….
83
31
Perbandingan Standar KHL dengan Pendapatan Rata-Rata Perorangan dari Usahatani Karet di Desa Lalang SembawaTahun 2012 .................................................................................................................
84
17
18
19
20
21
22
25
28
29
xvi
32
Perbandingan Standar KHL dengan Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet di Desa Lalang SembawaTahun 2012 ...........................
xvii
84
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Metode Pendekatan Diagramatis Penelitian .......................................
xviii
35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1
Peta Kecamatan Sembawa .................................................................
91
2
Identitas Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Jumlah Keluarga, Luas Lahan, Tenaga Kerja dan Produksi Tahun 2012……
92
3
Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Karet Tahun 2012 ....................
93
4
Biaya Variabel Rata-Rata Usaha Tani Karet Tahun 2012 ..................
94
5
Biaya Tetap Rata-Rata Usaha Tani Karet Tahun 2012 ......................
95
6
Biaya Total Rata-Rata Usaha Tani Karet Tahun 2012.........................
96
7
Biaya Variabel Usahatani Non Karet Tahun 2012...............................
97
8
Biaya Tetap Usahatani Non Karet Tahun 2012...................................
97
9
Penerimaan Usahatani Non Karet Tahun 2012....................................
100
10
Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet Tahun 2012........................
101
11
Pengeluaran Pangan Tahun 2012.........................................................
102
12
Pengeluaran Non Pangan Tahun 2012................................................
104
13
Parameter Dugaan Data Awal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet .......................................................
107
Parameter Dugaan Data Transformasi Logaritma Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet ..............................
108
Parameter Dugaan Data Dummy Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet .......................................................
109
Perhitungan KHL Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012 .............................................................................
110
Perhitungan KHL Keluarga Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga .............................................................................................
112
14
15
16
17
xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia
sejak
dahulu
telah
dikenal
sebagai
negara
agraris.
Pembangunan di sektor pertanian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, yang diiringi dengan upaya peningkatan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Saat ini sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititikberatkan pada peningkatan produksi, namun mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan taraf hidup petani, perluasan lapangan kerja bahkan jika memungkinkan juga bertujuan untuk memperluas pasar produk pertanian baik di dalam maupun di luar negeri. Perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian di Indonesia yang juga ikut menunjang pembangunan. Hal ini dikarenakan sektor perkebunan memberikan devisa yang cukup besar bagi negara Indonesia (Alamsyah, 2011). Selain itu komoditi perkebunan juga mempunyai peranan yang besar dalam meningkatkan taraf hidup petani dan menciptakan lapangan pekerjaan (Himawan, 2011). Salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan yang paling besar dalam perekonomian Indonesia adalah karet. Jika ditinjau dari segi keuntungan, perkebunan karet mampu memberi keuntungan hingga tiga kali lebih besar diandingkan perkebunan sawit per hektarnya. Kapasitas produksi maksimum setiap hektar lahan sawit sekitar 25 ton tandan buah segar per tahun. Dengan harga rata-rata per kilogram TBS sekitar Rp1.300 per kilogram, maka maksimum pendapatan yang diperoleh petani
1
2
mencapai Rp32,5 juta per hektar. Sementara itu, karet memiliki kapasitas produksi maksimum 450 kg per bulan, dengan harga rata-rata karet kering mencapai Rp30 ribu, maka pendapatan petani bisa mencapai lima kali lebih banyak dibandingkan sawit, sebesar Rp162 juta. Namun akibat cuaca yang sangat mempengaruhi produksi, maka diperkirakan hanya sekitar tiga kali lipat saja (Ikhsan, 2012). Pada tahun 2010, Indonesia merupakan produsen karet kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Berikut
tabel produksi
karet
dunia selama periode
2005-2010. Tabel 1. Produksi Karet Alam Dunia Selama Periode 2005-2010 No
Negara
1 2 3 4 5 6 7 8
Indonesia Malaysia India Vietnam China Thailand Srilanka Kamboja
2005 2.271 1.126 772 482 541 2.937 104 20
Produksi Per Tahun (000 ton) 2006 2007 2008 2009 2.637 2.755 2.751 2.595 1.284 1.200 1.072 856 853 811 881 820 555 606 660 724 538 588 548 646 3.137 3.056 3.090 3.164 109 118 129 137 21 19 19 34
2010 2.770 951 891 770 680 3.173 142 50
Sumber : Association of Natural Rubber Producing Countries, 2011
Dari Tabel 1 bahwa, pada tahun 2010 produksi karet Thailand adalah 3,1 juta ton, sedangkan produksi karet nasional 2,7 juta ton. Malaysia berada di urutan ketiga dengan produksi 951 ribu ton. Berdasarkan data International Tripartite Rubber Council (2012), realisasi produksi karet alam Indonesia mencapai 3,04 juta ton dari target 2,90 juta ton. Tahun 2013, target produksi karet Indonesia akan diturunkan menjadi 2,77 juta ton, untuk menjaga stabilitas harga. Komoditi karet tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
3
Dari 33 provinsi di Indonesia, hanya 19 provinsi yang mengembangkan usahatani karet (Alamsyah, 2011). Berikut tabel ketersediaan lahan perkebunan karet di Indonesia: Tabel 2. Ketersediaan Lahan Perkebunan Karet di Indonesia No. 1 2 3 4 5 6
Provinsi Sumatera Selatan Jambi Sumatera Utara Riau Kalimantan Barat Kalimantan Tengah
Luas (Ha) 665.129 1.058.420* 443.682 650.265* 463.861 390.953 389.093 556.556* 265.038 418.707*
Sumber: Ditjenbun, 2010 *) Disbunprov (2011)
Dari tabel 2 bahwa, Sumatera Selatan merupakan provinsi terluas yang mengembangkan usaha tani karet, yaitu sebesar 665.129 hektar pada tahun 2010 dan 1.058.420 hektar pada tahun 2011. Dengan luas lahan yang mendukung, diharapkan Sumatera Selatan dapat menjadi sentra penghasil karet di Indonesia. Perkebunan merupakan salah satu subsektor penting dalam perekonomian Sumatera Selatan. Tahun 2010 dengan luas areal perkebunan sebesar 2,39 juta hektar sekitar 49, 98 persen (1,195 juta hektar) merupakan luas areal perkebunan karet dengan tingkat produksi 1,034 juta ton karet. Dari luas areal tersebut 95 persen merupakan areal perkebunan rakyat. Selain itu juga, perkebunan karet mampu menyerap tenaga kerja di Sumatera Selatan sebesar 783.152 kepala keluarga (Himawan, 2011). Dengan asumsi 4 jiwa/KK, maka komoditi karet mampu meyerap tenaga kerja sekitar 3,2 juta jiwa atau 30 persen jumlah penduduk Sumatera Selatan (Supriadi, 2011).
4
Hal itu menunjukkan bahwa karet di Sumatera Selatan termasuk komoditi sosial prioritas tinggi. Komoditi tersebut mempunyai peranan strategis, tidak saja merupakan sumber penghasilan devisa utama di sektor pertanian, tetapi lebih penting lagi adalah rangkaian kegiatan produksi karet termasuk pengolahan dan pemasarannya. Itu semua menciptakan lapangan kerja yang cukup banyak menyerap tenaga. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Karet merupakan penyumbang devisa terbesar di Sumatera Selatan jika dibandingkan komoditas non migas lainnya. Total nilai devisa ekspor nonmigas Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas: karet yang menjadi komoditas penyumbang devisa terbesar mencapai 2,541 miliar dolar AS, disusul batu bara 100,309 juta dolar, produk kayu 24,879 juta dolar dan kopi hanya 12,618 juta dolar AS (Ruswana, 2013). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan (2013), ekspor karet Sumatera Selatan menghasilkan devisa sebesar 2,680 miliar dolar Amerika Serikat selama periode Januari-Oktober 2012. Menurut Wahyudi (2012), sentra produksi karet di Sumatera Selatan ada di Musi Rawas, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu, dan Ogan Komering Ulu Timur. Dari data tersebut, Kabupaten Banyuasin adalah salah satu kabupaten yang menjadi daerah sentra pertanaman karet yang ada di provinsi Sumatera Selatan. Karet merupakan komoditi perkebunan yang menjadi sumber pendapatan asli daerah andalan bagi Kabupaten Banyuasin. Komoditi perkebunan karet merupakan komoditi yang paling banyak diusahakan oleh petani Kabupaten Banyuasin, dibanding
5
dengan komoditi kelapa sawit dan kelapa. Luas area perkebunan karet rakyat pada tahun 2011 tercatat sebesar 89.330 hektar dengan pemilik sebanyak 37.703 kepala keluarga (BPS Banyuasin, 2011). Berikut area dan produksi
adalah
tabel
luas
tanaman perkebunan rakyat menurut jenistanaman di
Kabupaten Banyuasin 2010-2011. Tabel 3. Luas Area dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Banyuasin 2010-2011 No. 1 2 3 4
Perkebunan Karet Kelapa Sawit Kelapa Kopi
Luas Areal (Ha) 2011 2010 89.307 89.33 17.296 18.041 46.476 46.476 5.136 5.136
Produksi (ton/tahun) 2010 2011 95.271 95.230 39.004 39.012 47.893 47.675 2.250 2.191
Jumlah Pemilik (KK) 2010 2011 37.646 37.703 15.489 17.108 28.607 28.607 5.078 5.078
Sumber : BPS Banyuasin, 2012
Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa, selama tahun 2011, komoditi karet merupakan komoditi yang dominan di Kabupaten Banyuasin, yaitu mencapai 95.230 ton. Dengan mengandalkan produksi karet dan tanaman pangan inilah, pertumbuhan ekonomi Banyuasin cukup tinggi. Tahun 2011 mencapai 6.0 persen sehingga berdampak dengan jumlah penduduk miskin yang tinggal 10 persen dan terus mengalami penurunan setiap tahunnya (Zuhri, 2012). Petani karet di Kabupaten Banyuasin sebagian besar sudah menggunakan bibit unggul. Sekitar 80 persen petani Banyuasin sudah memanfaatkan bibit unggul (Inoed, 2012). Dengan penggunaan bibit unggul, diharapkan dapat meningkatan produksi karet di Kabupaten Banyuasin. Desa Lalang Sembawa merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu sentra
6
pertanian di Kabupaten Banyuasin dengan persentase penggunaan lahan pertanian sebesar 64,38 persen dari total luas lahan. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani sebesar 30,28 persen dimana sebagai petani pemilik, dan sebagai buruh tani sebesar 19,51 persen. Kegiatan usaha tani didominasi oleh sektor perkebunan khususnya karet. Kegiatan usaha tani karet telah lama di usahakan petani di Desa Lalang Sembawa dan merupakan penghasil karet unggul di Sumatera Selatan (Monografi Desa Lalang Sembawa, 2011). Kualitas karet di Desa Lalang Sembawa sudah tergolong baik dan bersih, karena di Desa Lalang Sembawa
telah didirikan sebuah balai penelitian yang bertugas untuk
meningkatkan produksi, produktivitas, hingga kualitas lateks karet rakyat, yaitu Balai Penelitian Sembawa. Karet memiliki peran yang penting bagi pendapatan masyarakat di Desa Lalang Sembawa, karena karet merupakan komoditi yang dominan. Sebagian besar petani memperoleh pendapatan dari usahatani karet. Pendapatan merupakan tolak ukur kelayakan hidup seseorang. Semakin besar pendapatan seseorang maka semakin layak kehidupannya. Pendapatan dari usahatani dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain luas lahan pertanian, harga jual karet, biaya produksi, harga pupuk dan pestisida, hasil panen dan lain-lain. Tingkat pendapatan petani karet akan mempengaruhi pola pengeluaran rumahtangga petani. Ada kemungkinan petani akan meningkatkan pengeluaranpengeluaran konsumtif, tetapi ada kemungkinan pula untuk meningkatkan pengeluaran produktif sehingga akan meningkatkan pendapatan selanjutnya (Cahyono, dkk, 2007). Pemahaman akan alokasi pengeluaran rumahtangga petani
7
karet akan menunjukkan bagian terbesar dari pengeluaran rumahtangga. Dengan demikian akan diketahui, perilaku pola pengeluaran rumahtangga petani karet ; apakah lebih ditujukan untuk pengeluaran konsumtif atau pengeluaran produktif. Selain itu berfluktuasinya harga karet secara langsung akan mempengaruhi ketidakstabilan pendapatan petani karet rakyat (produsen) dan tingkat pengeluaran petani. Apabila harga karet tidak stabil atau cenderung turun maka apakah pendapatan petani dari usahatani karet saja masih bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
dilakukan
penelitian
supaya diketahui apakah pendapatan dari usahatani karet saja bisa memenuhi standar Kebutuhan Hidup Layak.
B. Rumusan Masalah Karet merupakan komoditi yang memiliki prospek yang baik. Dengan kebutuhan dunia akan karet alam yang semakin besar, seharusnya semua petani karet (khususnya di Desa Lalang Sembawa) mendapatkan pendapatan yang besar, yang akan berpengaruh pada tingkat kelayakan hidup yang baik. Namun pada kenyataannya masih banyak petani karet yang mengeluhkan besar pendapatan yang mereka peroleh karena belum bisa menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Bahkan ada beberapa yang menyatakan bahwa pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya saja. Pencerminan strategi rumah tangga untuk hidup sejahtera ditunjukkan oleh pengalokasian pendapatan anggota rumah tangga untuk kegiatan konsumsi pangan dan non pangan serta produksi usahatani. Peran ganda yang dimiliki rumah tangga petani yaitu sebagai produsen sekaligus konsumen menyebabkan pola pengambilan
8
keputusannya sangat unik karena saling berkaitan antara aspek konsumsi dan produksi. Oleh karenanya terdapat adanya alokasi silang penggunaan sumberdaya antara kebutuhan produksi dan kebutuhan konsumsi. Untuk itu penulis mengambil beberapa pokok permasalahan untuk menganalisis apakah benar pendapatan mereka yang kecil atau mungkin pola hidup mereka yang konsumtif atau terdapat faktor lain yang mempengaruhi besar pendapatan petani karet di desa Lalang Sembawa Kabupaten Banyuasin. Adapun pokok permasalahan tersebut adalah: 1. Berapa besar pendapatan dari usahatani karet di Desa Lalang Sembawa Kabupaten Banyuasin ? 2. Kemana saja pendapatan dari usaha tani karet di Desa Lalang Sembawa Kabupaten Banyuasin tersebut dialokasikan ? 3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa Kabupaten Banyuasin? 4. Apakah pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa dari usahatani karet saja sudah memenuhi standar kebutuhan hidup layak (KHL) ?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menghitung besarnya pendapatan dari usahatani karet di Desa Lalang Sembawa. 2. Menganalisis alokasi pendapatan petani di Desa Lalang Sembawa. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa.
9
4. Membandigkan tingkat kelayakan hidup petani karet di Desa
Lalang
Sembawa berdasarkan standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Desa Lalang Sembawa.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi petani karet di Desa Lalang Sembawa diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam usahatani yang lebih menguntungkan 2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pengalokasian pendapatan yang efektif dan efisien yang diharapkan dapat meningkatkn mutu hidup 3.
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
II. KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Karet Menurut Riswanto (2011), struktur botani tanaman karet ialah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea braziliensis
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea braziliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya
10
11
rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Mulyani, 2006). Tanaman karet merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin. Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal musim hujan..Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomistanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun (Nirwana, 2012). Data dari Departemen Pertanian (2008), tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah dan iklim sebagai berikut: -
Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut, suhu optimal 280 c.
-
Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah bervariasi dari 3,0-8,0
12
-
Curah hujan 2000 - 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari.
-
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, mampu membentuk ekologi hutan yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan
kritis,
Dapat memberikan pendapatan harian
bagi petani
yang
mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet (Deptan, 2008). Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang (Santosa, 1986). Getah yang dihasilkan tanaman karet atau disebut dengan lateks. Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih sampai kekuning-kuningan yang diperoleh dengan cara penyadapan (membuka pembuluh lateks) pada kulit
13
tanaman karet. Latek banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan barang yang berasal dari karet. Karet merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia selain kelapa sawit dan kopi. Namun tingkat produktivitas dan produksi karet di Indonesia dinilai masih belum optimal, hal ini terkait dengan masih rendahnya tingkat produktivitas dan produksi yang dihasilkan oleh perkebunan karet rakyat. Selain itu juga, banyak publikasi yang menyatakan bahwa kehidupan pekebun karet selalu diwarnai dengan kemiskinan (Devi, 2010).
2 Konsep Usahatani Menurut Rifai dan Hernanto (1991), usahatani ialah sebagai organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Selanjutnya menurut Reijntjes, dkk (1999), usahatani bukanlah sekedar kumpulan tanaman dan hewan, dimana orang bisa memberikan input apa saja dan kemudian mengharapkan hasil langsung. Namun, usahatani merupakan jalinan yang kompleks yang terdiri dari tanah, tumbuhan, hewan, peralatan, tenaga kerja, input lain, dan pengaruh-pengaruh lingkungan yang dikelola oleh seseorang yang disebut petani dan aspirasinya. Dari definisi tersebut diturunkan pengertian adanya empat unsur pokok yang dikenal dengan istilah faktor produksi yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Tanah sebagai faktor produksi yang paling penting dibanding faktor yang lain, karena tanah merupakan tempat berlangsungnya produksi mulai dari awal hingga akhir. Berusahatani sebagai satu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan
14
penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu bertindak seorang petani yang berperanan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai penanam modal pada usahanya. Maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi (Suharjo dan Patong, 1986).
3. Konsep Produksi Kata produksi berasal dari kata production yang secara umum dapat diartikan membuat atau menghasilkan suatu barang dari berbagai bahan lain (Prawirosentono: 2000). Bruce R.Beattie dan C. Robert Taylor (1994) bahwa, produksi sebagai proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa (output atau produk). Pengertian yang sama dikemukakan juga oleh Assauri (1999) bahwa produksi mencakup kegiatan yang mengtranformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktivitas atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa serta kegiatan-kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan suatau produk. Aak (1999) mendefinisikan produksi tanaman sebagai kegiatan atau sistem budidaya tanaman yang melibatkan beberapa faktor produksi seperti tanah, iklim, farietas, kultur tehnik, pengelolaan serta alat-alat agar diperoleh hasil maksimum secara berkesinambungan. Program peningkatan produksi merupakan dasar dari pembangunan pertanian karena akan menjawab pertanyaan, apa yang akan dibisniskan jika tidak ada produksi?. Progaram ini akan mendorong peningkatan produksi hasil
15
pertanian baik jumlah maupun mutunya (Nuhung, 2003). Besar kecilnya produksi sangat tergantung dari peranan faktor-faktor produksi yang meliputi macam komoditas, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor sosial ekonomi produsen (Soekartawi, 1999). Peningkatan produksi pertanian harus meningkatkan pendapatan petani khusunya,
dan
sektor
pertanian
pada
umumnya.
Perbandingan
yang
menguntungkan antara nilai dan biaya produksi merupakan salah satu perangsang bagi petani untuk meningkatkan produksinya (Marjuki, 2002). Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: (1) Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian, kelembagaan, tersedianya kredit, dan sebagainya, (2) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat kesuburannya, bibit pupuk, obat-obatan, gulma, dan sebagainya (Wapulaka, 2011).
4. Konsep Penerimaan Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Soekartawi, 1995). Penerimaan ini mencakup semua produk yang jual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usaha tani untuk bibit, digunakan untuk pembayaran yang disimpan. Penerimaan ini dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku.
16
Menurut Bhisop (1989), secara umum pengertian penerimaan dari usaha tani adalah jumlah seluruh produksi baik yang dipergunakan sendiri maupun untuk dijual, dan kegunaan lain dikalikan dengan harga per satuan fisik pada waktu panen di daerah yang bersangkutan. Jumlah penerimaan dipengaruhi oleh harga dan produksi. Penerimaan usaha (farm receipts), adalah penerimaan dari semua sumber dari usaha tani meliputi : jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan rumah atau yang dikonsumsi (Hernanto, 1998). Penerimaan usaha tani itu sendiri adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :
Pn = Y x Hy Dimana : Pn
= Penerimaan
Y
= Jumlah produksi yang dihasilkan
Hy
= Harga jual
5. Konsep Biaya Produksi Menurut Sukirno (2003), biaya produksi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahanbahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Jika penggunaan biaya biaya produksi semakin tinggi maka pendapatan petani akan menurun dan sebaliknya jika penggunaan biaya produksi sedikit maka pendapatan petani kopi akan meningkat. Jadi
17
hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan petani mempunyai hubungan negatif. Menurut Garrison, dkk (2006), biaya produksi adalah biaya produksi itu sendiri mencakup semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Hansen dan Mowen (2006) juga menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebutmemerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulitdiidentifikasikan dan hitungannya (Marwanto, 2012). Biaya produksi adalah semua pengeluaran perusahaan untuk memperoleh factor-faktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi oleh perusahaan tersebut. Menurut Widiastuti (2001), biaya produksi dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu: 1. Biaya tetap (fixed cost) : Biaya yang tidak bertambah seiring dengan pertambahan produksi. 2. Biaya variabel (variable cost) : Biaya yang bertambah seiring dengan pertambahan produksi. Biaya Total ( Total Cost = TC) . Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
18
TC = TFC + TVC Dimana: TC = Total Cost TFC = Total Fixed cost TVC = total variable cost
a. Biaya Tetap Total (total fixed cost = TFC). Biaya tetap total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya. Sebagai contoh: biaya pembelian mesin, membangun bangunan pabrik, membangun prasarana jalan menuju pabrik, dan sebagainya. b. Biaya Variabel Total (total variable cost = TVC). Biaya variabel total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel. Contoh biaya variabel : upah tenaga kerja, biaya pembelian bahan baku, pembelian bahan bakar mesin, dan sebagainya.
6. Konsep Pendapatan Rumah tangga baik ditingkat keluarga maupun pemerintahan pasti membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Biaya tersebut diperoleh dari pendapatan seluruh anggota keluarga tersebut. Pendapatan dan pengeluaran dalam suatu rumah tangga pasti berbeda-beda. Pendapatan dapat dipergunakan untuk pengeluaran konsumsi maupun tabungan. Pengeluaran untuk konsumsi tersalur ke pengeluaran pangan, sandang, perumahan, bahan bakar,
19
pengangkutan, hiburan dan perawatan kesehatan, sedangkan bagian yang tidak dikonsumsi masuk kedalam tabungan. Pembangunan
ekonomi adalah suatu
proses
yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sadono Sukirno, 2003). Dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat merupakan cerminan dari pembangunan ekonomi suatu negara. Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh dari gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002) Pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat temasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan (Supriyadi, 2011). Menurut Kaslan (1962), besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi . Perbedaan dalam tingkat pendapatan adalah disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman. Ketidaksamaan dalam tingkat pendapatan yang disebabkan oleh perbedaan hal-hal ini biasanya dikurangi melalui tindakan-tindakan pemerintah yaitu melalui
20
bantuan pendidikan seperti beasiswa dan pemberian bantuan kesehatan. Tindakantindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil. Pendapatan uang adalah upah yang diterima dalam bentuk rupiah dan sen. Pendapatan riil adalah upah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Yang termasuk pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986). Pendapatan keluarga petani karet rakyat dipengaruhi oleh penerimaan keluarga dan biaya keluarga yang dikeluarkan petani. Besar kecilnya pendapatan yang diterima petani dapat dipengaruhi oleh ketrampilan petani dalam mengatur pengeluarannya untuk penyediaan faktor-faktor produksi dan kebutuhan hidupnya (Septianita, 2009). Apabila pendapatan didefinisikan sebagai selisih dari nilai hasil produksi dengan nilai dari faktor produksi yang digunakan, maka secara matematis pendapatan dapat ditulis sebagai berikut : Pd = Y.Hy – Xi. Hxi Dimana : Pd
= Pendapatan yang diterima petani
Y
= Produksi yang dihasilkan
Hy
= Harga Produksi yang dihasilkan
Hxi
= Harga faktor produksi
Xi
= Faktor produksi
21
7. Konsep Pengeluaran Pengeluaran adalah sejumlah uang yang dikeluarkan. Pengeluaran adalah jumlah yang dikeluarkan untuk kebutuhan konsumsi dan kebutuhan untuk investasi. Pengeluaran usahatani (farm expenses) adalah semua biaya operasional dengan tanpa memperhitungkan bunga dari modal usahatani dan nilai kerja pengelola usahatani (Hernanto, 1993). Menurut Sumodiningrat, biaya adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam usaha untuk menyelesaikan proses produksi. Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi suatu produk disebut biaya produksi (Hernanto, 1989). Menurut Djodjodiputro (1991) biaya adalah pengeluaran dalam bentuk proses produksi yang tidak dapat dihindarkan, sedangkan menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Dengan kata lain pengeluaran merupakan alokasi pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif dan bersifat produktif. a. Alokasi Pendapatan Menurut Cahyono, dkk (2007), pengeluaran rumah tangga dialokasikan untuk kebutuhan pangan, biaya sekolah, pakaian, pajak, sumbangan sosial dan lain-lain. Sebagian besar pegeluaran rumah tangga dialokasikan untuk kegiatan konsumtif yaitu pangan (58,08 % dari pengeluaran total). Menurut Hernanto (1996), alokasi pendapatan yang diterima digunakan untuk :
22
a. Kegiatan produksi, yaitu untuk membiayai kegiatan usahatani berikutnya. b. Kegiatan konsumtif, yaitu untuk digunakan untuk kebutuhan pangan, papan kesehatan, pendidikan dan pajak. c. Pemeliharaan investasi dan tabungan. 1. Alokasi Untuk Kebutuhan Konsumsi Alokasi untuk kebutuhan konsumsi adalah pengeluaran pada suatu saat untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu. Pengertian lain dari alokasi untuk kebutuhan konsumsi adalah semua dana atau pendapatan yang digunakan untuk konsumsi yang terdiri dari penggunaan untuk makanan, pembelian pakaian, pemeliharaan rumah dan pemeliharaan alat-alat transportasi, rekreasi serta pemeliharaan kesehatan dan partisipasi sosial keagamaan (Madei, 2010). Menurut
Nurhadi
(2000),
konsumsi
adalah
kegiatan
manusia
menggunakan atau memakai barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan. Mutu dan jumlah barang atau jasa dapat mencerminkan kemakmuran konsumen tersebut. Semakin tinggi mutu dan semakin banyak jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi, berarti semakin tinggi pula tingkat kemakmuran konsumen yang bersangkutan sebaliknya semakin rendah mutu kualitas dan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi, berarti semakin rendah pula tingkat kemakmuran konsumen yang bersangkutan. Tujuan konsumsi adalah untuk mencapai kepuasan maksimum dari kombinasi barang atau jasa yang digunakan. Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembagalembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa
23
yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variabel ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 1984). 2. Alokasi Untuk Kebutuhan Produktif Menurut Gilmore (1974), perilaku produktif adalah suatu tindakan yang konstruktif, imajinatif, kreatif dari individu dalam suatu organisasi yang dapat memberikan kontribusi yang nyata dan signifikan terhadap lingkungan kerja. Dalam perkataan kontribusi yang nyata dan signifikan terkandung pengertian bahwa output yang dihasilkan individu tersebut selalu lebih besar (signifikan) dari input, sehingga organisasi dengan dukungan individu-individu seperti ini di dalamnya akan menjadi organisasi yang produktif karena produktivitasnya selalu meningkat, sedangkan menurut Putra (2008), kebiasaan produktif merupakan kebiasaan yang mampu menghasilkan, baik berupa materi (uang) maupun nilai tambah bagi kehidupan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan yang produktif dalam pertanian adalah kebutuhan yang di perlukan guna menyambung usahataninya kembali agar memiliki nilai guna yang akan menghasilkan pendapatan. Menurut Jiputro (2013), biaya yang produktif adalah biaya untuk: 1. Pembersihan Gulma dan tanaman pengganngu lahan 2. Menjaga sistem penyadapan tetap baik dan tidak merusak kulit batang
24
3. Pemupukan dua kali dalam setahun, dengan pupuk Pupuk NPK (N = Nitrogen + P= Pospat + K = Kalium). Nitrogen untuk daun dan Pospat untuk batang serta Kalium untuk akar 4. Pemberian suplemen untuk suplemen untuk penguat getah agar makin lancar 5. Menjaga lingkungan sekitar pohon agar tetap mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup 6. Memangkas dahan yang seringkali memberatkan beban batang pohon karet Selain dari kegiatan diatas salah satu pengeluaran yang produktif adalah menabung dan investasi. Tabungan merupakan unsur penting proses pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Tabungan memungkinkan terjadinya penanaman modal. Penanaman modal memperbesar kapasitas produksi perekonomian. Tabungan menyediakan sumber yang membuka peluang berlangsungnya penanaman modal (Sicat dan Arndt, 1991). Tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahunnya yang tidak dikonsumsi dengan menggunakan singkatan dapat kita tulis : S = Y-C dimana S adalah tabungan, Y adalah pendapatan dan C adalah konsumsi (Soediyono, 1984). Tabungan keluarga ditiap rumah tidak diketahui besarnya karena tidak dicatat. Tabungan keluarga sifatnya statis dan tidak berbunga. Untuk menggiatkan tabungan keluarga dan mendorong mengubah dari tabungan statis kearah tabungan dinamis atau produktif, pemerintah menarik para penabung dengan cara tabanas dan taska (Chaniago dan Mudjihardjo, 1982).
25
Menurut Sofyan (1986), Seseorang menabung dengan beberapa tujuan antara lain: 1. Berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya pengeluaran belanja yang tak diduga dan tidak diketahui sebelumnya. 2. Memperbaiki taraf hidup seseorang dimata masyarakat (misalnya tabungan untuk konsumsi mewah). 3. Untuk dapat membeli barang-barang tertentu yang tidak dapat dimiliki dengan pendapatan sekarang ini. 4. Cadangan untuk masa depan. 5. Sebagai jaminan, misalnya jika terjadi pendapatan yang turun naik. 6. Spekulasi, misalnya menabung dalam rangka berspekulasi dalam pasar saham. Tujuan ini sangat ditentukan oleh tingkat bunga yang berlaku; jika tingkat bunga tinggi hasrat menabung akan lebih besar daripada tingkat bunga rendah. Menurut Jack Clark Francis (1991) investasi adalah penanaman modal yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan dana pada masa yang akan datang, sedangkan menurut Reilly & Brown (2003), investasi adalah komitmen satu dollar dalam satu periode tertentu, akan mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang dengan: (1) waktu dana tersebut akan digunakan, (2) tingkat inflasi yang terjadi, (3) ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Berdasarkan definisi-definisi Investas di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan suatu bentuk pengorbanan kekayaan di masa sekarang untuk mendapatkan keuntungan di masa depan.
26
Menurut Richard (1995), investasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikutInvestasi dalam bentuk aset riil yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva berwujud fisik, seperti emas, batu mulia dan sebagainya. 2. Investasi dalam bentuk surat berharga/ sekuritas yaitu investasi dalam bentuk surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang diawasi oleh suatu lembaga/perorangan tertentu.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Pendapatan Menurut Suryani (2012), faktor-faktor yang memepengaruhi besarnya pendapatan petani antara lain: luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja keluarga, harga pupuk urea, harga pupuk ponska, harga pestisida dan lokasi usaha tani. Penjelasan lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan bahwa, besarnya pendapatan petani dipengaruhi oleh tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya panen (Hermanto, 2011). Menurut Soekartawi (1995), dalam usahatani, besar kecilnya suatu pendapatan seseorang sangat ditentukan oleh jumlah produksi yang diperoleh, tingkat harga dari produksi dan besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan. Dari literatur diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya pendapatan dipengaruhi oleh: harga karet, luas lahan, jumlah tanggungan keluarga, tenaga kerja, penglaman kerja, curahan jam kerja keluarga, harga pupuk dan pestisida, musim, dan tingkat pendidikan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai faktor-faktor tersebut.
27
a. Harga Karet Harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan rupiah atau satuan uang lainnya. Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan kepada pembeli atau pemakai barang dan jasa. Dalam hal ini harga jual merupakan suatu yang dapat digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang dan jasa serta pelayanannya (Erni, 2005). Harga merupakan satu hal penting, dimana harga merupakan komponen besar dari kepuasan konsumen, dan nilai produk adalah apa yang dirasakan konsumen, jadi pembeli membantu menetapkan nilai dari produk. Dari sudut pandang produsen, harga tentu saja mempunyai peranan yang sangat penting. Laba yang diperoleh dari suatu usaha dan kelangsungan hidup suatu usaha sangat ditentukan oleh seberapa besar pendapatan yang diperoleh, tergantung dari berapa banyaknya jumlah produk yang terjual. Jadi harga jual merupakan hal penting atas suatu produk yang dijual baik bagi produsen, maupun bagi konsumen (Erni, 2005). Harga jual merupakan suatu gambaran nilai yang mampu menciptakan besarnya tingkat pendapatan seorang pengusaha. Apabila harga jual suatu produk yang ditetapkan oleh pengusaha adalah tinggi maka pendapatan yang diterima juga akan meningkat (Septianingru,dkk, 2010). b. Luas Lahan Menurut Mubyarto (1990), luas areal/lahan adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman suatu komoditi, luas areal/lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh oleh
28
para petani. Jika luas areal/lahan meningkat maka pendapatan petani juga akan meningkat dan sebaliknya jika luas areal/lahan yang digunakan sedikit maka pendapatan yang diperoleh petani juga akan menurun karena kopi yang ditanam sedikit. Jadi, hubungan antara luas ar eal/lahan dengan pendapatan petani mempunyai hubungan positif. Penduduk desa yang kegiatan utamanya bertani mengantungkan hidup pada tanah garapannya. Dengan demikian luas tanah garapan yang dimilikinya menjadi salah satu petunjuk besarnya pendapatan yang diteima. (Suardiman, 2001). Luas panen berpengaruh signifikan terhadap produksi hasil perkebunan (komoditi karet, kelapa sawit
dan
kakao) hasil perkebunan besar swasta maupun
perkebunan rakyat (Ekaputri, 2008). Luas penguasaan lahan sawah garapan merupakan faktor penentu besarnya tingkat pendapatan rumahtangga di daerah lahan sawah. Hal ini terlihat adanya kecenderungan bahwa makin luas sawah garapan makin tinggi pula besaran tingkat pendapatan rumahtangga (Suryani, 2012). c. Jumlah Tenaga Kerja dalam Keluarga Menurut Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan tenaga kerja adalah setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Menurut Manulang (1999), umumnya tenaga kerja disamakan dengan sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia itu dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan orang-orang yang bekerja peda organisasi tertentu.
29
Menurut Tornquist (2004) bahwa, tenaga kerja memiliki pengaruh yang besar terhadap suatu perekonomian, karena ikut memberi kontribusi dalam hal faktor produksi untuk memproduksi dan menjalankan suatu kegiatan ekonomi. Pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja dianggap sebagai faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah cukup bukan saja terlihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan. Besar-kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh mekanisme pasar, jenis kelamin (HKSP dan HKSW), kualitas tenaga kerja dan umur tenaga kerja. Oleh karena itu, penilaian terhadap upah perlu di standarisasi menjadi hari kerja orang (HKO) (Soekartawi, 1993). Menurut Suryani (2012), tenaga kerja merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani, karena dalam budidaya pangan lahan kering membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk menghasilkan pendapatan yang banyak. Ha inilah yang menyebabkan ketersediaan jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang tinggi dapat mengurangi penggunaan jumlah tenaga kerja dari luar. d. Hasil panen Tujuan dari penanaman kelapa sawit yaitu untuk menghasilkan produksi yang optimal sehingga mampu memberikan hasil yang optimal bagi petani karet. Untuk mendapatkan produk yang optimal, karakteristik dan faktor yang mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada level yang optimal. Bagian faktor utama dalam peningkatan produksi adalah dengan mengalokasikan biaya produksi
30
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan dapat memberikan pendapatan yang optimal bagi petani kelapa sawit. Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman (Sunarko, 2009). Tanto (2006) bahwa, luas lahan, harga jual dan hasil panen berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan petani jeruk di Desa Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Semakin besar hasil panen karet maka diharapkan semakin besar pula pendapatan petani karet. Penggunaan tenaga kerja keluarga pada umumnya berakar pada keyakinan bahwa penggunaan tenaga kerja keluarga dapat memberikan keuntungan terutama penghematan penggunaan tenaga kerja luar keluarga atau mengurangi penggunaan tenaga kerja upahan. Sehingga biaya produksi yang dikeluarkan dapat dikurangi (Retro, 2012). Curahan jam kerja usahatani keluarga adalah waktu yang digunakan secara langsung tenaga kerja keluarga dalam pengelolaan usahatani padi sawah dalam bentuk curahan jam kerja selama satu kali musim tanam (Retro, 2011). Waktu kerja seseorang dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis kegiatan, yaitu kegiatan dalam rumah tangga (dalam penelitian ini menyadap karet) dan kegiatan ekonomi di luar rumah seperti berdagang (Gumilar, 2006). Semakin banyak responden mempunyai anak dan tanggungan, maka waktu yang disediakan responden untuk bekerja semakin efektif. Efektivitas waktu ini adalah berguna untuk meningkatkan penghasilan responden sendiri (Situngkir, dkk, 2007).
31
e. Harga Pupuk dan Harga Pestisida Harga Pupuk dan Harga Pestisida memepengaruhi peningkatan pendapatan riil petani kecil secara umum. Dengan semakin menurunnya produkiivitas lahan antara lain akibat harga pupuk yang semakin tinggi, serta semakin sedikitnya waktu yang digunakan rumah tangga petani untuk usaha taninya, semakin menekan produktivitas bahan pangan secara nasional. Penghapusan subsidi harga pupuk secara langsung juga menyebabkan peningkatan beban ongkos produksi yang cukup besar bagi petani kecil yang merupakan produsen pangan terbesar, sehingga mereka menjadi enggan membeli pupuk (Sjari, 2005). f. Tingkat Pendidikan Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi bagi petani. Kondisi ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soeharjo dan Patong (1986), bahwa pendidikan pada umumnya akan
mempengaruhi cara berpikir
seseorang. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan seseorang lebih dinamis dalam menerima teknologi. Semakin kooperatif petani dalam menerima dan menerapkan teknologi baru, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap
32
pendapatan yang diterima. Menurut Soeharjo (1990), orang-orang yang tinggi taraf pendidikannya
mempunyai
potensi
penyesuaian
lebih
tinggi
bila
dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Pendidikan adalah sebuah konsumsi normal seperti semua barang normal lainnya, peningkatan kekayaan akan menghasilkan peningkatan
jumlah sekolah yang dibeli
(Lazear, Edward. P, 1977). Tingkat pendidikan petani yang sebagian besar tidak tamat sekolah dasar merupakan salah satu masalah mendasar dalam pembangunan pertanian. Pengolahan usaha tani secara tradisional menjadi indikasi dari dampak lemahnya kualitas SDM masyarakat pertanian kita (Nuhung, 2003)
9. Konsep Kebutuhan Hidup Layak Menurut Tambusi (2005), KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan, sedangkan menurut Dinas Tenaga Kerja (2008), Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah kebutuhan yang diperlukan seorang setiap bulannya yang dinilai dalam bentuk uang. Komponen KHL untuk pekerja lajang sebulan adalah dengan kebutuhan kalori sebesar 3.000 kilo kalori per hari. KHL merupakan salah satu pertimbangan dalam penetapan upah minimum di samping produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Berikut merupakan tabel persentase pemenuhan standar KHL berdasarkan umur: Tabel 3. Persentase KHL berdasarkan klasifikasi Umur Anggota Keluarga No. 1 2 3
Klasifikasi Umur < 13 tahun 13 – 20 tahun > 20 tahun
Sumber : Wulandari, 2012
Persentase KHL (%) 25 75 100
33
Dari Tabel 3 bahwa, kebutuhan hidup layak (KHL) seseorang berbeda berdasarkan klasifikasi umurnya. Umur dibawah 13 tahun standar KHL sebesar 25 persen dari KHL per lajang, Umur 13 sampai dengan 20 tahun standar KHL sebesar 75 persen dari KHL per lajang, dan Umur diatas 20 tahun standar KHL sebesar 100 persen dari KHL per lajang. Dari besarnya persentase ini maka dapat mewakili besarnya nilai KHL keluarga bedasarkan jumlah tanggungan keluarga dan umur masing-masing anggota keluarga tersebut. Perubahan KHL hanya terjadi jika harga barang dan jasa yang termasuk dalam komponen dasar KHL berubah, karena angka KHL ditentukan oleh harga yang berlaku pada saat penelitian dilakukan. Perubahan harga merupakan komponen lain yang mempengaruhi upah minimum regional selain KHL adalah
Indek Harga Konsumen (IHK) dan perubahan ekonomi daerah (BPS
Sumatera Selatan, 2008).
B. Model Pendekatan Pada model pendekatan ini digunakan dua model pendekatan, yaitu dengann model pendekatan secara diagramatis dan model pendekatan secara matematis. 1. Model Pendekatan Secara Diagramatis Model pendekatan secara diagramatis ini dimulai dari petani karet yang melakukan usaha, berupa usahatani karet, usahatani non karet dan luar usahatani. Dari usahatani karet menghasilkan produk yaitu berupa slab karet. Slab karet kemudian dijual dengan harga tertentu sehingga menghasilkan penerimaan. Dari
34
penerimaan tersebut, petani memperoleh pendapatan setelah dikurangkan dengan semua biaya produksi. Berdasarkan penelitian terdahulu, besarnya pendapatan dipengaruhi oleh harga karet itu sendiri, luas lahan, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, harga pupuk, harga pestisida, hasil panen, curahan tenaga kerja keluarga, dan tingkat pendidikan. Dari usaha tani non karet mengahasilkan produksi berupa bibit karet, antara lain bibit karet stum mata tidur dan bibit karet polybag. Kemudian produk tersebut dijual dengan harga tertentu sehingga mempengaruhi besarnya penerimaan petani tersebut. Dari besarnya penerimaan yang diperoleh maka akan memepengaruhi besarnya pendapatan. Dari Luar usahatani diperoleh pendapatan dari gaji dan upah yang mereka terima dari pekerjaan yang mereka lakukan, yaitu pekerjaan sebagai buruh dan PNS (Pegawai Negeri Sipil). Dari semua kegiatan tersebut akan terbentuk pendapatan total keluarga. Pendapatan total keluarga kemudian dialokasikan pada kegiatan yang bersifat konsumtif dan kegiatan yang bersifat produktif. Dari kegiatan alokasi pendapatan
ini, dapat
dianalisis
tingkat
kelayakan
hidup petani karet
berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KLH) di Desa Lalang Sembawa sehingga dapat disimpulakan kelayakan hidup petani karet di Desa Lalang Sembawa. Adapun model pendekatan diagramatis yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
35
Petani karet
Usahatani non karet
Luar usahatani
Usahatani karet
Produksi karet
Produksi karet Harga jual
Penerimaan usahatani non karet
Penerimaan uasahatani karet
Faktor-faktor yang memepengaruhi: Harga karet (Rp/ kg) Luas lahan (ha) Jumlah tenaga kerja dalam keluarga (orang) Biaya produksi (Rp/ th) Hasil panen (Kg/ ha) Tingkat pendidikan (tahun)
Biaya produksi
Pendapatan usahatani non karet
Pendapatan usahatani karet
Pendapatan luar usaha tani
Pendapatan total
KHL Kelayakan hidup
Kegiatan konsumtif
Kegiatan produktif
Keterangan : : Mempengaruhi : Dialokasikan : Membandingkan
Gambar 1. Metode Pendekatan Diagramatik Penelitian
2. Model Pendekatan Secara Matematis Pada model pendekatan ini menunjukkan adanya keterkaitan antara variabel terikat dan variabel bebas, dimana variabel terikat adalah pendapatan dan dan variabel bebas adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. Dari penelitian terdahulu, terdapat faktor yang berpengaruh terhadap besarnya pendapatan petani. Adapun penelitian tersebut sebagai berikut:
36
Menurut Tanto (2006) bahwa, luas lahan (LL), harga jual (HJ) dan hasil panen (HP) berpengaruh terhadap tingkat pendapatan (P) petani jeruk di Desa Sukomoro Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan. Dapat dirumuskan dengan persamaan : P = ƒ (LL, HJ,HP).........................................................................................(1) Menurut Suryani (2012) bahwa, luas lahan (LL) dan jumlah tenaga kerja (JTK) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani lahan kering di Kabupaten Wonogiri. Dapat dirumuskan dengan persamaan: P = ƒ (LL, JTK)............................................................................................(2) Menurut penelitian Hermanto (2011) bahwa, tenaga kerja (TK), biaya pupuk (BPu) dan biaya panen (BPa) berpengaruh nyata terhadap besarnya pendapatan petani kelapa sawit. Dapat dirumuskan dengan persamaan: P = ƒ ( TK, BPu, BPa).................................................................................(3) Menurut Saputra (2011), besarnya pendapatan petani padi di Desa Tambakrejo adalah modal (M), luas lahan garapan (LL), tingkat pendidikan (TP), jumlah tenaga kerja (JTK), dan usia (U). Dapat dirumuskan dengan persamaan: P = ƒ ( M,LL,TP,JTK,U)..............................................................................(4) Dari dari persamaan (1) sampai dengan (4) bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani adalah harga karet, luas lahan, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, harga pupuk dan pestisida, pengalaman kerja, curahan tenaga kerja dan tingkat pendidikan. Dapat dirumuskan dengan persamaan: P = ƒ(HJ, LL, JTK, BP, HP, TP)........................................................(5)
37
Dimana: P
= pendapatan (Rp/ ha/ bulan)
HJ
= harga karet (Rp/ kg)
LL
= luas lahan (ha)
JTK
= jumlah tenaga kerja dalam keluarga (orang)
BP
= biaya produksi (Rp/ th)
P
= produksi (kg/ Ha)
TP
= tingkat pendidikan (tahun)
C. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang kebenarannya akan diuji dalam suatu penelitian. Pada penelitian sebelumnya oleh: 1. Cahyono, dkk (2007) bahwa, pengeluaran petani penyadap getah pinus di Desa Somagede Kabupaten Kebumen dialokasikan untuk kebutuhan pangan sebesar 58, % dari pengeluaran total, uang sekolah 24 % dari pengeluaran total, pakaian 10 % dari pengeluaran total, pajak PBB 6% dari pengeluaran total, tabungan 1 % dari pengeluaran total, dan sumbangan sosial 1 % dari pengeluaran total 2. Tanto (2006) bahwa, luas lahan, harga jual dan hasil panen berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan petani jeruk di Desa Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan.
Sukomoro
38
3. Suryani (2012) bahwa,
luas lahan dan jumlah tenaga kerja memberikan
pengaruh positif yang signifikan terhadap pendapatan petani lahan kering di Kabupaten Wonogiri. 4. Saputra (2011), faktor yang berpengaruh positif terhadap besarnya pendapatan petani padi di Desa Tambakrejo adalah modal, luas lahan garapan, tingkat pendidikan, jumlah tenaga kerja, dan usia 5. Hermanto (2011) bahwa, tenaga kerja, biaya pupuk dan biaya panen berpengaruh negatif terhadap besarnya pendapatan petani kelapa sawit 6. Aryani (2011), usahatani karet memenuhi standar KHL untuk pekerja lajang, tetapi tidak memenuhi standar KHL satu keluarga. Berdasarkan dari hasil penelitian sebelumnya, rumusan masalah, tujuan penelitian dan keterangan beberapa literatur, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) Diduga sebagian besar pendapatan dari usaha tani karet di Desa Lalang Sembawa dialokasikan untuk kegiatan konsumtif. 2) Diduga faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap besarnya pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa antara lain : harga karet, luas lahan karet, jumlah tenaga kerja dalam keluarga, hasil panen dan tingkat pendidikan, sedangkan yang berpengaruh negatif adalah harga pupuk dan pestisida 3) Diduga pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa memenuhi Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
D. Batasan-Batasan
39
1. Responden adalah petani yang berada di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa yang memiliki usahatani karet. 2. Usahatani karet merupakan kegiatan untuk memperoleh lateks dari hasil penyadapan kebun karet. 3. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan atau yang dipakai dalam kegiatan usahatani baik yang berasal dari keluarga maupun luar keluarga. 4. Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga yang terdiri dari kepala keluarga (suami), istri dan anak-anak. 5. Tenaga kerja dewasa adalah tenaga kerja yang berumur diatas 15 tahun atau sudah menikah baik laki-laki maupun perempuan kecuali yang telah menikah. 6. Tenaga kerja anak-anak adalah tenaga kerja yang berada dibawah umur 15 tahun baik laki-laki maupun perempuan. 7. Biaya produksi adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan dalam mengusahakan usahatani karet (Rp/tahun). 8. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani karet yang tidak habis dalam satu kali masa produksi, yang termasuk dalam biaya tetap yaitu berupa biaya tenaga kerja, biaya penyusutan alat (Rp/tahun). 9. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani karet yang habis dalam satu kali masa produksi, yang termasuk biaya variabel yaitu berupa pupuk dan herbisida. 10. Pendapatan usahatani karet adalah pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani karet (Rp/tahun).
40
11. Tingkat pendidikan adalah lamanya petani menempuh pendidikan formal (tahun). 12. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang bersifat menghasilkan, berupa pemeliharaan karet, menabung dan investasi. 13. Kegiatan konsumtif adalah kegiatan menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa, berupa makan dan minum, sandang, papan, pendidikan, sumbangan dan pajak. 14. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/ buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan berdasarkan penjumlahan 60 komponen KHL berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Lalang Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di tempat ini sebagian besar penduduknya adalah petani karet. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2013.
B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan wawancara. Metode survei adalah metode yang dilaksanakan langsung ke lapangan untuk mencari keterangan-keterangan mengenai masalah–masalah sehingga mendapatkan gambaran keadaan lokasi tempat diadakan penelitian, sedangkan
wawancara
adalah metode penelitian yang dilakukan dengan
menanyakan langsung pada petani karet dan menyediakan daftar pertanyaan.
C. Metode Penarikan Contoh Penetapan sampel dilakukan secara sengaja (purposive) dengan kriteria sampel sebagai berikut : 1. Luas lahan karet yang dimiliki petani adalah 0,75 sampai 2 ha. 2. Umur tanaman karet produktif 5-15 tahun. 3. Status kebun karet milik sendiri. 4. Memiliki usaha sampingan, yaitu usahatani non karet dan non usahatani.
41
42
Populasi petani yang mengusahakan karet di Desa Lalang Sembawa sebagai usahatani pokoknya adalah sebanyak 325 KK dan petani yang memenuhi kriteria tersebut berjumlah 157 KK. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode secara acak sederhana (simple random sampling) terhadap petani yang
memenuhi
kriteria, sampel
yang diambil sebanyak 40 KK dengan
mempertimbangkan keterbatasan waktu dan biaya.
D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam pelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi dan wawancara langung dengan petani responden. Data tersebut berupa identitas petani, luas lahan, faktorfaktor produksi yang digunakan, biaya poduksi yang dikeluarkan, produksi yang diperoleh, harga jual, pendapatan, dan alokasi pendapatan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur yang berhubungan dengan tanaman karet, berupa penelitian terdahulu, jurnal, komponen kebutuhan hidup layak dan instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, dan Badan Pusat Statistika (BPS).
E. Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh di lapangan akan diolah secara matematis, disajikan dalam bentuk tabulasi dan dijelaskan secara deskriptif. Data yang diperoleh secara tabulasi merupakan data yang diambil di lapangan yang dilanjutkan dengan analisis matematis sebagai berikut:
43
Untuk menjawab permasalahan pertama yaitu berapa besarnya pendapatan dari usahatani karet di Desa Lalang Sembawa akan dijelaskan secara matematis, dengan menggunakan rumus sebagai berikut ( Charitin, 2010): Pn = Q x Hj Pd = Pn – (BTp + BV) Dimana: Pn
= penerimaan (Rp)
Q
= produksi (kg/ ha)
Hj
= harga jual (Rp)
Pd
= pendapatan (Rp)
BTp
= biaya tetap (Rp)
BV
= biaya variabel (Rp)
Untuk menjawab permasalahan kedua, yaitu kemana sajakah alokasi pendapatan petani karet di Desa
Lalang Sembawa akan dijelaskan secara
deskriptif, dengan melihat besarnya alokasi pendapatan petani karet dari aspek kegiatan produktif dan kegiatan konsumtif. Untuk menjawab permasalahan ketiga, yaitu faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi besarnya pendapatan petani di Desa Lalang Sembawa, dengan menggunakan persamaan regresi berganda, dengan rumus sebagai berikut (Sumodiningrat, 1994): PK = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + i1D1 + i2D2 + e
44
Dimana: PK
= Pendapatan Karet (Rp/ha/bulan)
α
= intersep
β1 - β8 = koofisien regresi / slopes X1
= produksi (kg/ ha)
X2
= jumlah tenaga kerja (orang)
X3
= tingkat pendidikan (tahun)
X4
= biaya produksi (Rp/ tahun)
D1
= 1 jika lahan luas
D1
= 0 jika lahan sempit
D2
= 1 jika harga karet tinggi
D2
= 0 jika harga karet rendah
i
= koefisien variabel Dummy
e
= error term
Sedangkan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari masing-masing koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen maka dapat menggunakan uji statistik diantaranya : 1. Analisis koefisien determinasi (R2) Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel dependen yaitu
harga karet (X1), luas lahan (X2), jumlah
tenaga kerja dalam keluarga (X3), hasil panen (X4), curahan tenaga kerja keluarga (X5), harga pupuk (X6), harga pestisida (X7), dan tingkat pendidikan (X8) dengan
45
variable independent dalam hal ini besarnya pendapatan petani di Desa Lalang Sembawa(Y).
2. Uji Statistik F Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabe l terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5 %. Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen digunakan rumus uji F (Sudjana, 2001):
Keterangan : F : Besarnya F hitung k : Banyaknya variabel yang diamati n : Jumlah pengamatan R2 : Koefisien determinasi
3. Uji Statistik t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel
46
dependent secara nyata. Dimana jika thitung > ttabel Hi diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan).uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%. Nilai besaran t hitung ditentukan dengan rumus berikut (Sumodiningrat, 1994) : T hit = Dimana : β1
= Koefisien regresi
Se( β1) = Standar error dari β1
Untuk menjawab permasalahan ketiga, yaitu apakah dengan pendapatan dari usahatani tersebut , petani karet di Desa Lalang Sembawa sudah memiliki kehidupan yang layak, dijelaskan dengan membandingkan besarnya pendapatan petani karet dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Desa Lalang Sembawa. Adapun cara menghitung besarnya KHL di Desa Lalang Sembawa dengan cara menjumlahkan 60 komponen KHL menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012, yaitu Makanan & minuman (11 items), sandang (13 items), perumahan (26 items), pendidikan (2 item), kesehatan (5 items), transportasi (1 item), rekreasi dan tabungan (2 item).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Wilayah
1. Letak dan Batas Wilayah Desa Lalang Sembawa merupakan salah satu Desa yang terletak dalam wilayah Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Luas wilayah Desa Lalang Sembawa adalah 7.300 ha. Adapun batas wilayah Desa Lalang Sembawa adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Limau 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sejagung 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rejodadi 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pulau Harapan Jarak Desa Lalang Sembawa ke Ibu Kota Kecamatan Sembawa adalah 2 km dan dapat ditempuh dalam waktu 5 menit dengan menggunakan mobil atau sepeda motor, sedangkan jarak ke Ibu Kota Kabupaten Banyuasin yaitu Kota Pangkalan Balai adalah 17 km dan dapat diempuh dalam waktu 0,5 jam dengan menggunakan mobil atau sepeda motor dan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan, yaitu kota Palemang 29 km dapat ditempuh dalam waktu 1 jam dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Berdasarkan letak wilayah Desa Lalang Sembawa sangat strategis, yang dilalui jalan negara, sehingga transportasi untuk pengangkutan sarana produksi ke perkebunan dan pemasaran hasil dari perkebunan ke konsumen sangat lancar.
47
48
2. Keadaan Geografis dan Tofografis Desa Lalang Sembawa terletak pada ketinggian 16 m diatas permukaan laut, dengan suhu rata-rata harian berkisar antara 25-32 0C, dengan curah hujan rata-rata 2.621 mm/th, dengan bulan basah 6-7 bulan. Desa Lalang Sembawa memiliki jenis tanah Podsolit Merah Kuning (PMK), dengan tofografi datar dan sebagian bergelombang dan rawa. Berdasarkan keadaan umum wilayah, Desa Lalang Sembawa merupakan wilayah yang sangat mendukung untuk usahatani tanaman karet, Hal ini didukung adanya musim kemarau dan musim penghujan, dengan rata-rata suhu harian berkisar antara 25 0C sampai dengan 32 0C. dan disamping itu Desa Lalang Sembawa merupakan salah satu desa yang letaknya sangat dekat dengan Balai Penelitian Perkebunan Sembawa hal ini membuat transfer teknologi usahatani karet mudah diadopsi masyarakat setempat. Pemanfaatan lahan di Desa Lalang Sembawa digunakan secara multi guna, adalah untuk pemukiman, pertanian, hutan dan rawa, untuk lebih jelasnya dan rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4. Luas dan Tataguna Lahan di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No. 1 2 3 4
Penggunaan Lahan Pemukiman Pertanian Hutan Rawa Jumlah
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Luas (ha) 1.100 4.700 300 1.200 7.300
Persentase (%) 15,07 64,38 4,11 16,44 100,00
49
Berdasarkan Tabel 4 bahwa, persentase penggunaan lahan tertinggi adalah untuk pertanian dengan persentase 64,38 persen dari total luas lahan dengan tanaman pokok adalah karet dengan demikian lahan yang dipergunakan untuk pertanian terutama perkebunan karet relatif besar jika dibandingkan untuk pemukiman, sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 15,07 persen. Lahan yang masih berbentuk hutan 300 ha (4,11 %) dan seluas 1.200 ha (16,44 %) adalah lahan rawa.
3. Keadaan Penduduk Jumlah penduduk Desa Lalang Sembawa berpenduduk 6.754 jiwa pada tahun 2012, dengan jumlah kepala keluarga 1.697 KK , yang terdiri atas 3.415 jiwa (50,56 %) penduduk laki-laki dan 3.399 jiwa (49,43 %).
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini, sedangkan sebaran penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah Penduduk 3.415 3.339 6.754
Persentase (%) 50,56 49,43 100,00
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Berdasarkan Tabel 5 bahwa, jumlah penduduk laki laki lebih dominan yaitu sebesar 50,56 persen dari jumlah keseluruhan penduduk di Desa Lalang Sembawa. Dari persentase ini diharapkan Desa Lalang Sembawa lebih produktif dalam segi ketenagakerjaan, karena umumnya tenaga kerja laki-laki lebih memliki tenaga yang dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan.
50
Tabel 6. Jumlah Penduduk Desa Lalang Sembawa Berdasarkan Umur Tahun 2012
No
Kelompok Umur (tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
0–4 5–9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 - 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 > 55 Jumlah
Jenis Kelamin Lakilaki 347 328 262 349 414 403 251 232 204 207 212 115 3.415
Jumlah
Persentase
Perempuan
(Jiwa)
(%)
368 360 304 315 334 449 219 202 210 300 204 74 3.339
715 688 566 714 748 902 479 434 444 537 416 190 6.754
10,59 10,19 8,38 10,57 11,07 13,36 7,09 6,43 6,57 7,95 6,16 2,81 100,00
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Sedangkan sebaran jumlah penduduk berdasarkan umur di Desa Lalang Sembawa disajikan pada Tabel 6, menunjukkan bahwa penduduk Desa Lalang Sembawa yang termasuk usia produktif atau penduduk di Desa Lalang Sembawa didominasi oleh usia angkatan kerja yaitu usia 15 – 54 tahun, yaitu 69,2 persen. Menurut Tohir (1991) bahwa usia produktif adalah usia antara 15 – 54 tahun. Hal ini berarti penduduk Desa Lalang Sembawa mempunyai penduduk usia produktif dengan persentase yang tinggi, yaitu 69,2 persen sebagai sumber daya manusia, untuk melaksanakan kegiatan usahatani terutama usahatani karet.
51
4. Pendidikan Pendidikan merupakan unsur penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang baik akan dapat meningkatkan pola piker seeorang untuk melakukan inovasi dalam hal meningkatkan produktivitas suatu produk yang diusahakan. Secara terperinci sebaran penduduk Desa Lalang Sembawa berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 4 berikut ini Tabel 7. Rincian Jumlah Penduduk Desa Lalang Sembawa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Pendidikan Belum Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Sarjana S1 Magister (S2) Magister (S3) Total
Jumlah (orang) 113 203 571 580 823 599 73 8 2970
Persentase (%) 3,80 6,83 19,22 19,52 27,71 20,16 2,45 0,26 100,00 %
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Tabel 7 menunjukkan bahwa, pendidikan penduduk di Desa Lalang Sembawa tergolong maju, dimana jumlah penduduk yang tamat SMA pada tahun 2012 berjumlah 823 orang ( 27,71 %), sedangkan jumlah penduduk tamat S1 adalah
599 orang (20,16 %), dan penduduk yang bergelar magister 73
orang (2,45 %).
Berdasarkan sebaran penduduk menurut pendidikan,
masyarakat Desa Lalang Sembawa
tergolong berpendidikan menengah dan
berpendidikan maju sehingga cukup potensial sebagai sumber daya manusia.
52
5. Sarana dan Prasarana Desa Lalang Sembawa merupakan salah satu yang dilalui jalan negara yang menghubungkan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Jambi. Untuk menunjang kegiatan sehari-hari penduduk di Desa Lalang Sembawa tersedia sarana transportasi berupa angkutan desa, bagi yang berkepentingan ingin bepergian ke kota. Berikut tabel ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Lalang Sembawa. Tabel 8. Sarana Penunjang Kelancaran Kehidupan Masyarakat Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No Jenis Sarana 1. Sarana peribadatan - Masjid - Musholah - Gereja 2. Sarana kesehatan - Toko obat - Posyandu - Puskesmas 3. Sarana perhubungan - Jalan Negara - Jalan utama - Jalan Desa (Km) - Sepeda motor - Mobil pribadi - Angkutan Desa 4. Sarana pendidikan - Gedung TK - TPA - SD - SLTP - SMA 5. Sarana olah raga - Lapangan bulu tangkis - Lapangan sepak bola Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Jumlah (Unit) 3 7 1 1 1 1
20 1170 276 15 2 3 3 1 1 8 3
53
Berdasarkan Tabel 8 bahwa, sarana peribadatan yang terdapat di Desa Lalang Sembawa berupa masjid, mushola dan gereja, sarana
kesehatan,
Puskesmas, Posyandu, dan toko obat, dan sarana pendidikan berupa TK, TPA, SD, SMP dan SMA. Sarana Olahraga berupa lapangan sepak bola dan bulu tangkis, dan sarana perhubungan berupa jalan negara, jalan provinsi, jalan desa. Sarana yang tersedia di Desa Lalang Sembawa baik sarana pendidikan maupun sarana olahraga, sarana kesehatan dan sarana peribadatan cukup memadai, terutama sarana pendidikan sehingga penduduk dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SMP.
6. Keadaan Sosial Ekonomi dan Budaya Penduduk Penduduk Desa Lalang Sembawa mempunyai mata pencaharian yang beragam, namun sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani dan buruh tani yaitu sebesar 33 persen dan 40,99 persen, sedangkan yang lainnya adalah pedagang, PNS, wirausaha, dan pengerajin secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenis mata pencarian Petani Buruh tani Pegawai Negeri Sipil Buruh/swasta Pengrajin Pedagang Total
Jumlah (orang) 876 1088 415 202 14 59 2.654
Persentase (%) 33,00 40,99 15,63 7,61 0,52 2,22 100,00
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Berdasakan Tabel 9 bahwa, persentase tertinggi mata pencarian penduduk di Desa Lalang Sembawa adalah bertani, dimana jumlah petani pemilik mencapai
54
876 orang ( 33 % ), dan buruh tani berjumlah 1088 orang (40,99 %), PNS berjumlah 415 orang (15,63 %), buruh/swasta berjumlah 202 orang (7,61 %) dan sisanya bergerak dibidang kerajinan, dan berdagang. Sifat kegotong royongan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Lalang Sembawa masih kuat, terlihat dari bidang keagamaan, olah raga, kesenian dan kesehatan yang masih aktif dijalankan, sebagian besar penduduk Desa Lalang Sembawa sebagian besar beragama Islam, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 10. Jumlah penduduk berdasarkan agama di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No. 1 2 3
Agama Islam Kristen Katolik Jumlah
Jumlah (orang) 6.443 144 167 6.754
Persentase (%) 95,39 2,13 2,47 100,00
Sumber: Monografi Desa Lalang Sembawa
Berdasarkan Tabel 10 bahwa, penduduk Desa Lalang Sembawa beragama Islam berjumlah 6443 (95.39 %), sedangkan beragama Kristen berjumlah 144 orang ( 2.13 %) dan Katolik berjumlah 167 orang (2.47 %). Dengan demikian mayoritas penduduk di Desa Lalang Sembawa adalah muslim.
55
B. Identitas Petani Responden 1. Umur Petani Responden Salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap aktivitas pertanian dalam bekerja adalah umur. Data dari 40 petani yang dijadikan sampel dalam penelitian di Desa Lalang Sembawa berumur antara 25 – 65 tahun. Untuk lebih jelas perincian jumlah petani responden berdasarkan umur golongan umur dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 11. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 No 1 2 3 4
Umur (th) 25 - 34 35 - 44 45 - 54 55 - 65 Total
Jumlah (org) 9 15 11 5 40
Persentase (% ) 22,5 37,5 27,5 12,5 100,0
Sumber: Data primer diolah
Tabel 11 menunjukan petani responden di Desa Lalang Sembawa yang berusia berumur 25 - 34 tahun sebanyak 9 orang (22,5 %), berumur 35 - 44 tahun sebanyak 15 orang (37,5 %), bermur 45 - 54 tahun sebanyak 11 orang (27,5 %), dan yang berumur 55 - 65 tahun 5 orang (12,5 %). Secara keseluruhan petani responden tergolong usia produktif yaitu berusia 35 hingga 55 tahun. Menurut Tohir (1991), golongan umur produktif adalah 16 sampai 54 tahun. Sehingga dengan demikian petani responden tersebut cukup menggambarkan bahwa petani yang mengolah usahatani tanaman karet merupakan petani yang cukup potensial sebagai sumber tenaga kerja untuk mengelola usahataninya.
56
2. Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan akan berpengaruh terhadap pola pikir dan tindakan yang dilakukan, terutama kegiatan usahatani. Tingkat pendidikan responden terendah di Desa Lalang Sembawa adalah dari Sekolah Dasar dan tertinggi Strata 1, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 12. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 No 1 2 3 4 Total
Pendidikan SD SMP SMA S1
Jumlah (orang) 13 8 12 7 40
Persentase (%) 32,5 20,0 30,0 17,5 100,0
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 12 bahwa, terdapat 13 orang petani responden berpendidikan SD, jumlah tersebut mencapai 32.5 %, dan sebanyak 8 orang berpendidikan SMP (20 %), 12 orang berpendidikan SMA (30 %) dan Strata 1 berjumlah 7 orang (17.5 %). Pendidikan responden tergolong rendah dan berpendidikan tinggi, dimana 32.5 persen berpendidikan rendah dan 30 persen berpendidikan tinggi. Dengan pendidikan yang dimiliki sehingga petani karet lebih mudah menerima dan menerapkan serta
mengadopsi teknologi baru
dibidang pertanian umumnya, dan usahatani karet khususnya yang membutuhkan pengetahuan, teknologi dan pengalaman. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produksi serta kualitas karet yang dihasilkan. Pendidikan adalah usaha untuk menransfer pengetahuan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan merupakan salah satu penentu dalam
57
memahami dan mengambil keputusan. Terdapat kecenderungan keterkaitan yang positif antara pendidikan dan keberanian menaggung resiko dikalangan petani, semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah menerima perubahan.
3. Luas Lahan Garapan Berdasarkan hasil penelitian diketahui luas lahan garapan rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa berkisar antara 0.75 hingga 2 ha, dengan status kepemilikan lahan merupakan lahan milik sendiri. Secara lebih rinci mengenai luas lahan garapan disajikan pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 13. Luas Lahan Garapan Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2013 No 1 2 3
Luas lahan garapan (ha) 0.75 – 1 1.25 - 1.5 1.75 – 2 Jumlah
Jumlah (orang) 18 9 13 40
Persentase (%) 45,0 22,5 32,5 100,0
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 13 bahwa,
sebanyak 18 orang (45 %) responden
memilki lahan seluas 0,75-1 ha, 9 orang (22,5%) memiliki lahan seluas 1,25-1,5 ha, dan responden yang memiliki lahan 1,75-2 ha adalah sebanyak 13 orang (32,5 %). Luas lahan rata-rata responden adalah seluas 1,35 ha, sehingga dengan demikian luas lahan yang dimiliki petani karet di Desa Lalang Sembawa tersebut dalam katagori lahan sempit.
58
4.
Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini terdiri dari petani, istri, anak, serta tanggungan lainnya yang kehidupannya ditanggung oleh petani selaku kepala keluarga. Untuk lebih jelas mengenai jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 Total
Jumlah Aggota Keluaga (org) 2-3 4-5 6-7 -
Petani contoh (KK) 10 24 6 40
persentase (%) 25 60 15 100
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 14 bahwa, persentase terbesar responden memiliki jumlah anggota keluarga berjumlah 4-5 orang yaitu 24 KK (60 %), Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan kepala keluarga cukup berat sehingga harapan mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga dari usahatani karetnya cukup tinggi. Sedangkan 10 KK (25 %) memiliki anggota keluarga berjumlah 2-3 orang dan 6 KK ((15%) yang memiliki keluarga berjumlah 6-7 orang. Besar kecilnya jumlah anggota keluarga akan mencerminkan jumlah pengeluaran keluarga yang dapat dimanfaatkan sebagi curahan tenaga kerja, sehingga dapat menghemat biaya produksi dan mengurangi pengangguran.
59
C.
Analisis Pendapatan Petani Karet 1. Usahatani Karet Kegiatan usaha tani merupakan rutinitas yang dilakukan setiap hari oleh
petani untuk menghasilkan produksi dari usahatani karet, yaitu berupa penyadapan getah karet. Kegiatan penyadapan karet di Desa Lalang Sembawa dilakukan dengan periode sehari satu kali dengan luas penampang setengah lingkaran. Kegiatan tersebut dilakukan dari jam 6.00 sampai dengan jam 10.00 mengingat kegiatan usahatani sebagai usaha utama dalam keluarga maka kegiatan ini mendapat alokasi waktu yang optimal dibandingkan dengan usaha lainnya. Untuk Kegiatan pemupukan umumnya dilakukan dua kali dalam setahun dengan menggunakan pupuk Urea, TSP, primatan dan KCL. Sedangkan dalam kegiatan pemeliharaan yang sering dilakukan petani adalah dengan menyemprot gulma menggunakan Round Up atau Gramoxone dan untuk penaggulangan jamur pada saat musim penghujan digunakan fungisida Benstar. Dari usahatani karet inilah petani karet di Desa Lalang Sembawa memperoleh pendapatan guna memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. Untuk mengetahui besar pendapatan maka perlu diketahui besarnya biaya produksi dan besarnya penerimaan petani tersebut. Biaya usahatani karet merupakan keseluruhan nilai penggunaan faktorfaktor produksi yang digunakan untuk usahatani karet. Biaya tersebut terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang cenderung berubah sesuai dengan besarnya produksi, semakin besar produksi karet maka semakin besar biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya variabel pada usahatani karet di Desa Lalang Sembawa antara lain biaya pupuk, biaya pembekuan dan
60
biaya fungisida. Biaya variabel usahatani karet di Desa Lalang Sembawa dalam satu tahun dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 15. Biaya Variabel Rata-Rata SembawaTahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian Biaya variabel Urea KCℓ TSP Prematan Benstar Round up Gramoxone H2SO4 Soda api Jumlah
Usahatani
Karet di Desa
Jumlah (Rp/ th) 696.000,0 945.000,0 481.250,0 225.000,0 37.665,0 229.125,0 176.250,0 271.600,0 127.312,5 3.189.202,5
Lalang
Proporsi (%) 21,82 29,63 15,09 7,06 1,18 7,18 5,53 8,52 3,99 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasar Tabel 15 bahwa, penggunaan biaya terbesar pada penggunaan biaya variabel adalah pada pupuk KCℓ yaitu sebesar Rp 945.000, karena harga KCℓ relatif mahal. Sedangkan biaya terkecil adalah biaya fungisida yaitu sebesar Rp 37.665 per tahun atau sebesar 1 persen dari pengeluaran total. Hal tersebut dikarenakan penggunaan fungisida hanya dilakukan jika pada batang karet terdapat jamur dan dalam penggunaanya hanya membutuhkan 250 gram untuk penyemprotan lahan seluas satu hektar. Periode penggunaan pupuk dan fungisida adalah 1 sampai 2 kali dalam satu tahun tergantung dengan masing-masing responden. Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya cenderung tetap meskipun besar produksi berubah-ubah. Pada usahatani karet ini biaya tetap yang
61
dikeluarkan adalah biaya penyusutan peralatan penyadapan karet. Adapun rincian biaya tetap terdapat pada tabel berikut. Tabel 16. Biaya Tetap Rata-Rata Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraia Biaya tetap Pisau sadap Mangkuk plastik Kawat pengikat Talang Sepatu boot Sarung tangan Asahan Ember Bak cetakan Jumlah
Jumlah Biaya (Rp/ th) 51.000,0 63.467,5 11.424,0 16.501,6 104.500,0 20.750,0 26.200,0 114.750,0 155.000,0 563.593,1
Proporsi (%) 9,05 11,26 2,03 2,93 18,54 3,68 4,65 20,36 27,50 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 16 bahwa, biaya terbesar adalah biaya bak cetakan karet yaitu sebesar 27,50 persen dari total biaya tetap. Hal tersebut disebabkan harga bak cetakan yang mahal yaitu sekitar Rp120.000 per bak. Bak cetakan digunakan untuk membentuk getah karet menjadi bentuk persegi, sebagai ganti metode gtrdisional yaitu pencetakan dalam tanah. Sedangkan biaya terkecil adalah biaya kawat pengikat, dikarenakan untuk satu kilogram kawat dapat dijadikan 200 kawat pengikat dengan harga kawat Rp 18.000 per kilogram. Produksi rata-rata karet di Desa Lalang Sembawa adalah sebesar 4953 kg per tahun, sedangkan harga
rata-rata karet adalah sebesar Rp 11299,48.
Penerimaan petani karet dari usahatani karet saja adalah sebesar Rp 56.121.885 per tahun. Berikut tabel pendapatan rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa selama satu tahun.
62
Tabel 17. Pendapatan rata- rata usahatani karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 Penerimaan 2 Biaya produksi 3 Pendapatan
Uraian
Jumlah (Rp/ th) 56.121.885,0 3.752.795,7 52.369.089,3
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 17 bahwa, pendapatan rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa dari usahatani karet selama satu tahun sebesar Rp 52.369.089,3 per tahun, yang berasal dari penerimaan dikurangi dengan biaya produksi. Pada produksi rata-rata per tahun sebesar 4953 kg per tahun dengan tingkat harga ratarata Rp 11.299,48.
2. Usahatani Non Karet Usahatani non karet adalah kegiatan rutin petani karet untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dari usahatani selain penyadapan getah karet. Usahatani non karet yang banyak diusahakan di Desa Lalang Sembawa adalah pembibitan karet. Pembibitan yang di usahakan disana ada 2 macam yakni pembibitan stum mata tidur dan pembibitan polybag. Adapun usaha tani non karet yang lainnya yang diusahakan adalah usahatani sayur mayur dan usaha ternak ikan, namun skalanya yang sangat kecil, hanya di usahakan untuk tujuan hobi dan konsumsi sendiri, tidak bertujuan komersial maka usaha tersebut tidak diikutsertakan dalam usahatani non karet yang mempengaruhi pendapatan total keluarga. Untuk mengetahui besar pendapatan maka perlu diketahui besarnya biaya produksi dan besarnya penerimaan petani tersebut.
63
Biaya usahatani non karet merupakan keseluruhan nilai penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk usahatani non karet. Usahatani non karet yang diusahakan di Desa Lalang Sembawa adalah pembibbitan karet. Ada dua macam pembibitan yang diusahakan disana yaitu stum mata tidur dan polybag karet. Stum mata tidur merupakan hasil dari okulasi batang bawah yang dilakukan dilapangan. Stum mata tidur ini dapat langsung ditanam dilahan maupun ditanam dahulu dalam polybag. Polybag karet merupakan hasil dari stum mata tidur yang telah ditanam dalam polybag dan merupakan bahan tanam yang umumnya dipakai para petani untuk meremajakan tanaman karetnya. Dalam biaya usahatani non karet di Desa Lalang Sembawa dalam satu tahun dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 18. Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Stum Mata Tidur di Desa LalangSembawa Tahun 2012 No 1 2 3
Uraian Biaya Variabel Tali okulasi Urea Round Up Jumlah
Jumlah biaya (Rp/ th) 19.000,0 57.000,0 38.593,8 114.593,8
Proporsi (%) 16,58 49,74 33,68 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 18 bahwa, biaya variabel terbesar pada produksi stum mata tidur digunakan untuk biaya urea yaitu sebesar Rp 57.000 per tahun atau sebesar 49,74 persen dari biaya variabel total. Setiap 1000 okulasi dibutuhkan 20 kilogram urea untuk di pupukkan pada hasil okulasi, 0,5 kilogram tali okulasi, dan 0,5 liter Round up sebagai herbisida pada gulma yang tumbuh.
64
Tabel 19. Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Stum Mata Tidur di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian Biaya Tetap Cangkul Parang Sabit Gergaji kayu Pisau okulasi Slodrong Tangki sprayer Sorong Jumlah
Jumlah Biaya (Rp/th) 4.425,0 4.612,5 3.837,5 2.575,0 5.875,0 12.887,5 28.337,5 28.375,0 90.925,0
Proporsi (%) 4,87 5,07 4,22 2,83 6,46 14,17 31,17 31,21 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 19 bahwa, biaya tetap terbesar pada pembibitan karet stum mata tidur dialokasikan untuk biaya sorong yaitu sebesar 31,21 persen atau sebesar Rp 28.375 per tahun. Dalam penggunaan biaya tetap relatif kecil dikarenakan alat-alat
yang digunakan merupakan biaya bersama
yang
penggunaannya biaya tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pembibitan stum mata tidur dan polybag. Biaya bersama adalah biaya yang dapat digunakan langsung untuk lebih dari satu kegiatan secara bersamaan. Maka perhitungannya tergantung dengan besarnya persentase penggunaan pada kegiatan pembibitan. Tabel 20. Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Polybag di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6
Uraian biaya Variabel Tali okulasi Urea Round Up Dithane Tanah Polybag Jumlah
Sumber: Data primer diolah
Jumlah (Rp/ th) 24.200 72.600 49.156,3 98.312,5 77.827,5 78.650 400.746,3
Proporsi (%) 6,03 18,10 12,26 24,51 19,41 19,69 100,00
65
Berdasarkan Tabel 20 bahwa, biaya variabel terbesar pada produksi polybag karet digunakan untuk biaya Dithane yaitu sebesar Rp 98.312,5 per tahun atau sebesar 24,51 persen dari biaya variabel total. Setiap 1000 okulasi dibutuhkan 20 kilogram urea untuk di pupukkan pada hasil okulasi, 0,5 kilogram tali okulasi, 0,5 kilogram Dithane, 0,2 bak truk tanah, 3 kg plastik polybag dan 0,5 liter Round up sebagai herbisida pada gulma yang tumbuh. Tabel 21. Biaya Variabel Rata-Rata Pembibitan Polybag di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Uraian biaya Tetap Cangkul Parang Sabit Gergaji kayu Pisau okulasi Slodrong Tangki sprayer Sorong Jumlah
Jumlah (Rp/ th) 4.237,5 4.887,5 3.487,5 2.700 5.550 13.312,5 26.587,5 27.625 88.387,5
Proporsi (%) 4,79 5,53 3,95 3,05 6,28 15,06 30,08 31,25 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 21 bahwa, biaya tetap terbesar pada usaha pembibitan polybag karet dialokasikan untuk biaya sorong yaitu sebesar 31,25 persen atau sebesar Rp 27.625 per tahun.
Penggunaan biaya tetap relatif kecil dikarenakan
alat-alat yang digunakan merupakan biaya bersama yang penggunaannya biaya tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pembibitan stum mata tidur dan polybag karet. Produksi bibit karet stum mata tidur dan polybag karet adalah 1187,5 okulasi karet untuk bibit karet stum mata tidur pada tingkat harga rata-rata sebesar Rp 1185 per okulasi karet dan sebesar 1266.25 polybag karet untuk bibit polybag
66
karet pada tingkat harga Rp 3975 per polybag. Penerimaan petani karet dari usahatani non karet adalah sebesar Rp 11.276.250
per tahun. Berikut tabel
pendapatan usahatani non karet selama satu tahun. Tabel 22. Pendapatan Rata-Rata Usahatani Non Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No. 1
2
3
Uraian Penerimaan a. stum mata tidur b. polybag Jumlah Biaya produksi a. stum mata tidur b. polybag Jumlah Pendapatan a. stum mata tidur b. polybag Jumlah
Jumlah (Rp/ th)
Proporsi (%)
1.932.500,00 9.343.750,00 11.276.250,00
17,14 82,86 100,00
387.962,50 948.746,25 1.336.708,75
29,02 70,98 100,00
1.544.537,50 8.395.003,75 9.939.541,25
15,54 84,46 100,00
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan Tabel 22 bahwa, pendapatan rata-rata petani karet dari usaha tani non karet di Desa Lalang Sembawa selama satu tahun sebesar Rp 9.939.541,25 per tahun, yang berasal dari penerimaan dikurangi dengan biaya total usahatani. Pendapatan polybag memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan usahatani non karet. Hal tersebut dikarenakan harga bibit karet polybag yang lebih mahal dibadingkan dengan harga bibit stum mata tidur. Harga rata-rata untuk bibit stum mata tidur Rp 1185 per batang okulasi dan Rp 4185 per polybag untuk bibit karet polybag dengan rata-rata produksi stum mata tidur 1188 okulasi dan 1300 polybag untuk bibit karet polybag.
67
3. Luar Usahatani Kegiatan luar usahatani adalah kegiatan/ rutinitas petani karet untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari yang berasal dari luar usahatani. Adapun kegiatan luar usahatani yang diusahakan responden antara lain, berdagang, buruh dan PNS. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 23. Kegiatan Luar Usahatani di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No Jenis usaha 1 Berdagang 2 Buruh 3 PNS Jumlah
Proporsi (%) 26,47 58,82 14,71 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 23 bahwa, sebagian besar responden adalah berprofesi sebagai buruh yaitu sebesar 58,82 persen. Buruh yang dimaksud adalah buruh bangunan dan buruh okulasi. Sistem upah buruh bangunan adalah sistem harian dengan hari kerja 8 jam per hari dengan besar upah Rp 80.000 per hari. Dalam satu bulan terdapat 24 hari kerja dan dalam satu tahun rata-rata 3 bulan melakukan profesi sebagai buruh bangunan. Dapat diambil kesimpulan bahwa profesi ini hanya dilakukan sebagai sampingan usahatani karet saat harga karet turun ataupun saat produksi getah karet menurun . Sistem upah buruh okulasi yaitu berdasarkan jumlah okulasi karet yang hidup dan satu okulasi yang hidup dihargai Rp 400 dan setiap satu hari, satu pekerja dapat menghasilkan 300 okulasi karet. Dalam satu tahunnya rata-rata 2-3 bulan buruh melakukan profesi ini, karena usaha ini merupakan usaha musiman yang hanya dilakukan satu tahun sekali.
68
Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang berasal dari usaha selain di bidang pertanian. Buruh dan PNS merupakan profesi yang dilakukan responden selain usahatani. Berikut adalah tabel pendapatan non usahatani di Desa Lalang Sembawa selama satu tahun: Tabel 24. Pendapatan Luar Usahatani Karet di Desa Lalang Sembawa tahun 2012 No. 1 2 3
Uraian Pedagang Buruh PNS Pendapatan
Jumlah (Rp/ th) 2.025.000 2.408.000 1.815.000 6.248.000
Proporsi (%) 32,41 38,54 29,05 100,00
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan Tabel 24 bahwa, pendapatan rata-rata non usahatani petani karet di Desa Lalang Sembawa selama satu tahun sebesar Rp 6.248.000 per tahun. Usaha luar tani yang dominan di Desa Lalang Sembawa adalah buruh yaitu sebesar 38,54 persen. Dengan jumlah tanggungan keluarga rata-rata 4 orang per keluarga dengan rata rata umur produktif yaitu 43,2 tahun, memungkinkan untuk keluarga melakukan alokasi tenaga kerja dalam keluarga untuk melakukan usaha non tani utuk meningkatkan pendapatan total keluarga. d. Pendapatan Total Keluarga Pendapatan total keluarga merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua usaha, baik usaha tani atupun non usaha tani yang dinilai dengan satuan rupiah. Pendapatan total inilah yang nantinya akan dialokasikan sebagai pengeluaran keluarga berupa kegiatan konsumsi dan kegiatan menabung. Berikut adalah tabel pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa selama satu tahun.
69
Tabel 25. Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No Uraian Pendapatan 1 Pendapatan usahatani karet 2 Pendapatan usahatani non karet 3 Pendapatan non usahatani Pendapatan total
Jumlahh (Rp/ th) 52.369.089,30 9.939.541,25 6.248.000,00 68.556.630,55
Proporsi (%) 78,39 14,50 9,11 100,00
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 25 bahwa, besarnya pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah sebesar Rp 68.556.630,55 per tahun. Kontribusi terbesar pendapatan total keluarga petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah berasal dari usahatani karet, yaitu sebesar 78,39 persen dari pendapatan total keluarga atau sebesar
Rp 52.369.089,30 per tahun. Dengan demikian
menunjukkan bahwa usahatani karet merupakan usaha utama di Desa Lalang Sembawa.
D. Alokasi Pendapatan Petani Karet Alokasi pendapatan adalah besarnya pendapatan total yang digunakan untuk kebutuhan pengeluaran. Pengeluaran petani karet di Desa Lalang Sembawa terdiri dari pengeluaran untuk kegiatan konsumtif dan kegiatan produktif. Kegiatan konsumtif antara lain pangan, pakaian, pendidikan, sosial, pajak, kredit dan peralatan rumah tangga, sedangkan kegiatan poduktif antara lain arisan, tabungan dan perhiasan emas. Setiap keluarga memliki alokasi pendapatan yang berbeda
dalam
membelanjakan
pendapatan
tersebut
untuk
keperluaran
70
pengeluaran tergantung dengan kebutuhan, gaya hidup dan jumlah tanggungan keluarga. Berikut tabel alokasi pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa Tabel 26. Pengeluaran Rata-Rata Petani di Desa Lalang Sembawa Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7
Pengeluaran Kegiatan konsumtif Pangan (makan dan minum) Pakaian Pendidikan Sosial Pajak Kredit perabotan dan kendaraan Peralatan rumah tangga
1 2 3
Kegiatan produktif Arisan Tabungan Perhiasan Jumlah
Nilai (Rp/ th)
Persentase (%)
14.642.925,0 4.296.687,5 21.582.714,3 185.375,0 86.150,0 4.296.000,0 3.400.500,0
23,37 6,71 34,45 0,14 0,30 6,86 5,43 77,25
9312000,0 4440000,0 500000,0
14,86 7,09 0,80 22,75 100,00
62742351,8
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan alokasi pengeluaran Tabel 26, sebagian besar dari pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa dialokasikan untuk kegiatan konsumtif yaitu sebesar 77,25 persen dari pendapatan total rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa. Biaya kegiatan konsumsi terbesar adalah biaya pendidikan. Pengeluaran untuk biaya pendidikan adalah sebesar 34,45 persen dari pendapatan total keluarga karena beberapa tanggungan keluarga responden melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di kota. Hal tersebut menyebabkan biaya transportasi dan uang saku yang besar, karena beberapa langsung berangkat dari tempat tinggalnya sehingga biaya lebih terbeban ke biaya transportasi dan uang saku, dan beberapa anak responden membayar biaya sewa kos. Anak responden
71
tidak produktif karena memang hanya fokus untuk menuntut ilmu sehingga tidak menambah pendapatan, selain itu juga pola konsumtif anak responden yang tidak melakukan kegiatan menabung. Berdasarkan Tabel 26 bahwa, petani karet di Desa Lalang Sembawa dominan mengalokasikan pendapatannya untuk kegiatan konsumsi, sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, bahwa pendapatan keluarga terbesar dialokasikan untuk kegiatan konsumsi (Cahyono, dkk, 2007). Meskipun demikian petani karet di Desa Lalang Sembawa sudah mengalokasikan pendapatan keluarga dengan baik. Mereka sudah melakukan kegiatan produktif, yaitu dalam bentuk tabungan, dalam bentuk arisan, dan dalam bentuk perhiasan emas. Selain itu, beberapa petani menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian petani karet di Desa Lalang Sembawa telah memliki pola berpikir yang berorientasi pada masa depannya dan keluarganya. Mereka beranggapan bahwa pendidikan anaknya adalah investasi yang baik untuk kehidupan mendatang, dimasa tua mereka.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PendapatanUsahatani Karet Untuk mengetaui besarnya pengaruh faktor-faktor tehadap pendapatan maka digunakan regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 16 (Statistical Package for Special Sciense). Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan kriteria ekonommetrika. Kriteria ekonomi dapat dilihat dari tanda dan besaran parameter dugaan. Kriteria statistik dapat dilihat dari nilai R², uji F dan uji t. Sedangkan kriteria ekonometrika dapat dilihat dengan uji
72
autokorelsi, uji heteroskadastisitas dan uji multikolineriti. Berikut adalah tabel parameter dugaaan faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani karet di Desa Lalang Sembawa. Tabel 27. Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Sebelum Modifikasi No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai parameter Luas lahan -369.865,65 Harga jual 5.277,35 Produksi 47.109,47 Jumlah tenaga kerja 167.100,98 Harga pestisida -68,15 Harga pupuk -0,97 Tingkat pendidikan 9.802,99 Konstanta 60.620.000 F. hit = 3.769 Variabel Bebas
Collinearity Statistics Tolerance VIF 0,018 56,413 0,958 1,044 0,063 15,789 0,735 1,361 0,025 39,854 0,508 1,969 0,808 1,237 sig = 0,000
R² = 0,999
sig. 0,762 0,002 0,000 0,347 0,067 0,000 0,673 0,001 DW= 1.534
Sumber: Analisis data primer
Berdasarkan Tabel 27 bahwa, persamaan regresi berganda dari kriteria ekonomi
dapat
diterima
karena
besaran
dan
tanda
koefisien
sudah
menggambarkan pengaruh persamaan. Dari kriteria uji statistik terdapat tiga variabel yang memeiliki nilai sig diatas 0,3 (tingkat kepercayaan 30%) yaitu variabel luas lahan, jumlah tanaga kerja, dan tingkat pendidikan. Maka pada persamaan tersebut tidak memenuhi untuk uji statistika. Sedangkan berdasarkan uji
ekonometrika
menunjukkan
adanya
penyimpangan
asumsi
klasik
multikolinearitas pada variabel luas lahan, pada variable produksi dan pada variabel harga pestisida. Maka analisis model regresi linier belum bisa dilakukan pada persamaan ini. Sebagai salah satu cara untuk menghilangkan penyimpangan asumsi klasik multikolienaritas dengan melakukan transformasi data menjadi logaritma.
73
Diharapkan dengan melakukan transformasi data menjadi logaritma akan menghilangkan variable yang berkorelasi tinggi. Adapun hasil regresi setelah dilakukan transformasi data dalam bentuk logaritma pada tabel berikut. Tabel 28. Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Transformasi Logaritma No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nilai parameter
Variabel Bebas LnLL LnHJ LnP LnJTK LnHPa LnHPu LnTP konstanta
-0,028 0,998 1,128 0,005 -0,038 -0,042 655.600 1,449 F.hit = 3.585
Collinearity Statistics
sig.
Tolerance 0,011 0,942 0,049 0,725 0,016 0,518 0,854
VIF 89,712 1,061 20,240 1,379 62,153 1,931 1,172
0,497 0,007 0,000 0,373 0,257 0,000 0,988
sig = 0,000
R²= 0,999
DW= 1,595
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan Tabel 28 bahwa, persamaan regresi berganda dari kriteria ekonomi
dapat
diterima
karena
besaran
dan
tanda
koefisien
sudah
menggambarkan pengaruh persamaan. Dari kriteria uji statistik terdapat tiga variabel yang memeiliki nilai sig diatas 0,3 (tingkat kepercayaan 30%) yaitu variabel harga jual, jumlah tanaga kerja, harga pupuk dan tingkat pendidikan. Maka pada persamaan tersebut tidak memenuhi untuk uji statistika. Sedangkan berdasarkan uji ekonometrika menunjukkan adanya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas pada variabel luas lahan, pada variable produksi dan pada variabel harga pestisida. Maka analisis model regresi linier belum bisa dilakukan pada persamaan ini. Langkah berikutnya adalah menjadikan salah satu variabel sebagai variabel dummy, variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk
74
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinyu. Variabel dummy hanya mempunyai dua nilai yaitu 1 dan nilai 0, serta diberi simbol D. Variabel yang akan di jadikan variabel dummy dalam model ini adalah variabel luas lahan dengan asumsi lahan luas 1 (D = 1) dan lahan sempit bernilai 0 (D = 0) dimana tolak ukur penentuan luas lahan berdasarkan interval luas lahan yaitu sebesar 1,375 ha. Jika luas lahan lebih besar dari interval maka lahan tersebut termasuk lahan luas (luas lahan >1,375) dan sebaliknya jika luas lahan lebih kecil dai nilai interval maka lahan tersebut termasuk ke lahan sempit (luas lahan <1,375 ha). Dummy kedua adalah tingkat harga harga dengan asumsi harga karet bersih bernilai 1 (D=1) dan harga karet kotor bernilai 0 (D=0). Berikut tabel parameter dugaannya. Tabel 29. Parameter Dugaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Karet Data Variabel Dummy Faktor Variabel Bebas P JTK TP BP D LL D HJ Konstanta F. hit = 4.509
Nilai Collinearity Statistics VIF parameter Tolerance 46156,581 0,140 7,165 415731,14 0,615 1,627 39356,11 0,857 1,167 -1,150 0,269 3,723 -671842,15 0,214 4,679 652313,27 0,854 1,171 -1.610.000 R²= 0,999 sig = 0,000
sig.
t. hit
0,000 0,035 0,084 0,000 0,042 0,000
67.299 2.200 1.785 -8.658 -2.118 3.985 -2.445
Ket
A B C A B A
DW= 1,293
Sumber: Analisis data primer
Keterangan: A = berpengaruh nyata terhadap tingkat kepercayaan 0,01 B = berpengaruh nyata terhadap tingkat kepercayaan 0,05 C = berpengaruh nyata terhadap tingkat kepercayaan 0,1
Pk = -1.610.000 + 46156,581 P + 415731,142 JTK + 3 9356,11 TP 1,150 BP - 671842,15 DLL + 652313,27 DHJ
75
Dimana: P
= produksi (kg/ ha)
JTK
= jumlah tenaga kerja (orang)
TP
= tingkat pendidikan (tahun)
BP
= biaya produksi (Rp/ tahun)
DLL
= 1 jika lahan luas
DLL
= 0 jika lahan sempit
DTH
= 1 jika tingkat harga karet tinggi
DTH
= 0 jika tingkat harga karet rendah
Berdasarkan Tabel 29 bahwa, persamaan regresi berganda dari kriteria ekonomi
dapat
diterima
karena
besaran
dan
tanda
koefisien
sudah
menggambarkan pengaruh persamaan sedengkan nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,293 dengan nilai dU = 1,854 dan nilai dL =1,175 (1,175 < 1,293 <1,854) maka terjadi keraguan pada model persamaan ini. Namun besarnya DW pada persamaan ini tidak tidak begitu di perhatikan karena data penelitian ini menggunakan data cross section. Uji heterokedastisitas menunjukkan pada diagram scatterplot terbentuk titik-titik yang menyebar atau tidak membentuk suatu pola di atas maupun di bawah nilai 0 disumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Uji multikolinearitas menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang mengalami multikolinearitas karena nilai VIP (Variance Inflation Factor) dibawah nilai 10. Dengan demikian analisis model regresi linier berganda dapat dilakukan karena tidak terdapat penyimpangan asumsi klasik. Selanjutnya akan dilakukan uji statistik, untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
76
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi berfungsi untuk menunjukkan seberapa besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan nilai R2 dari model regresi adalah 0, 99. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen secara bersama-sama dapat menjelaskan varian variabel dependen sebesar 99 persen, artinya bahwa variabel independen dalam model ini, yaitu produksi (P), jumlah tenaga kerja (JTK), tingkat pendidikan (TP), biaya produksi (BP), luas lahan (DLL) dan tingkat harga (DTH) mampu menjelaskan terhadap variasi dari variabel dependen, yaitu pendapatan usahatani karet sebesar 99 persen, sedangkan sisanya sebesar 1 persen dispengaruhi oleh variabel lain di luar model. b. Uji F (Uji Regresi secara Keseluruhan) Uji F digunakan untuk melihat apakah variable independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dari Tabel 20 bahwa, F hitung sebesar 4.509 lebih besar dari pada F tabel yaitu sebesar 1,961 dalam tingkat signifikansi 0,000 (kurang dari 0,1) maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dengan demikian, secara bersama-sama variabel independen yang terdiri dari produksi (P), jumlah tenaga kerja (JTK), tingkat pendidikan (TP), biaya produksi (BP), luas lahan (DLL) dan tingkat harga (DTH) berpengaruh terhadap variabel dependen (Ŷ), yaitu pendapatan usahatani karet. Model tersebut dapat diterima sebagai penduga yang baik dan layak untuk digunakan.
77
c. Uji t (Uji Regresi secara Individual) Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independent secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependan. Derajat signifikansi yang digunakan adalah sebesar 9 persen atau dengan kata lain tingkat kesalahan yang ditolerir sebesar 10 persen. Apabila nilai signifikan lebih kecil dari dari derajat kepercayaan maka terima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara parsial mempengaruhi variabel dependen. Berikut tabel hasil analisis regresi linier berganda antara variable independen terhadap variable dependen. Berikut adalah penjelasan dari pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan pada persamaan regresi dan Tabel 29. 1. Pengaruh Produksi (P) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan produksi terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar 46.156,581, artinya jika produksi naik sebesar 1 kg per tahun maka pendapatan akan naik sebesar Rp46.156,581 per tahunnya jika variabel lain dianggap tetap atau ceteris paribus. Nilai signifikan produksi adalah 0,000. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0,1 atau 0,000< 0,1, maka terima Ha dan tolak Ho berarti produksi berpengaruh terhadap pendapatan. Variabel X1 mempunyai t hitung yakni sebesar 67,299 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel P berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel P mempunyai hubungan yang searah dengan pendapatan (Pk). Jadi dapat
78
disimpulkan produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, semakin tinggi produksi maka dapat meningkatkan pendapatan (Tanto,2006). 2. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja (JTK) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar 415.731,142, artinya bila jumlah tenaga kerja bertambah sebesar 1 orang per tahun maka pendapatan akan naik sebesar Rp 415.731,142 per tahunnya (ceteris paribus). Nilai signifikan jumlah tenaga kerja adalah 0,035. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0,1 atau 0,035< 0,1, maka terima Ha dan tolak Ho berarti jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap pendapatan. Variabel JTK mempunyai t hitung yakni sebesar 2,22 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel JTK berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel JTK mempunyai hubungan yang searah dengan pendapatan (Pk). Jadi dapat disimpulkan jumlah
tenaga kerja berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan. . Sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, semakin banyak jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan, maka dapat mengurangi biaya produksi (Suryani 2012). 3. Pengaruh Tingkat pendidikan (TP) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan tingkat pendidikan terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar
39.356,108, artinya bila tingkat pendidikan
79
bertambah sebesar 1 tahun maka pendapatan akan naik sebesar Rp39.356,108 per tahunnya (ceteris paribus). Nilai signifikan tingkat pendidikan adalah 0,084. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas 0,1 maka nilai signifikan 0,084< 0,1, sehingga terima Ha dan tolak Ho. Variabel TP mempunyai t hitung yakni sebesar 1,785 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel TP berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel TP mempunyai hubungan searah dengan pendapatan (Pk). Jadi dapat disimpulkan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, semakin tinggi tingkat pendidikan maka responden akan semakin fleksibel dalam menerima kemajuan teknologi yang berhubungan dengan upaya peningkatan produksi getah karet (Saputra, 2011). 4. Pengaruh Biaya produksi (BP) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan biaya produksi terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar 1,150, artinya yaitu bila biaya produksi bertambah sebesar Rp 1 per tahun maka pendapatan akan turun sebesar Rp1,150 per tahunnya (ceteris paribus). Nilai signifikan biaya produksi adalah 0,000. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0,1 atau 0,000< 0,1, maka terima Ha dan tolak Ho berarti biaya produksi berpengaruh terhadap pendapatan. Variabel BP mempunyai t hitung yakni sebesar -8,658 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel BP berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t negatif menunjukkan bahwa
80
variabel BP mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan pendapatan (Pk). Jadi dapat disimpulkan produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, semakin tinggi biaya produksi maka akan mengurangi besarnya pendapatan (Hermanto, 2011). 5. Pengaruh Luas lahan (DLL) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan luas lahan terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar 671.842,15 , artinya pendapatan petani karet berlahan sempit lebih tinggi sebesar Rp 671.842,15 jika dibandingkan dengan petani yang berlahan luas (ceteris paribus). Nilai signifikan produksi adalah 0,000. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0,1 atau 0,042< 0,1, maka terima Ha dan tolak Ho berarti luas lahan berpengaruh terhadap pendapatan. Variabel DLL mempunyai t hitung yakni sebesar -2,118 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel DLL berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel DLL mempunyai hubungan berbanding terbalik dengan pendapatan (Pk). Jadi dapat disimpulkan produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Tidak sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu bahwa, semakin luas lahan garapan maka akan meningkatkan pendapatan. Pada kenyataannya di Desa Lalang Sembawa tidak demikian, petani yang memiliki lahan sempit justru cenderung memiliki pendapatkan yang lebih besar dibanding dengan petani yang memiliki lahan luas. Hal tersebut disebabkan karena petani yang memiliki lahan sempit lebih cenderung meningkatkan produktivitas dari getah karet yang dihasilkan.
81
Petani berlahan sempit lebih cenderung melakukan perawatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan petani berlahan luas. Dapat dilihat pada penggunaan pupuk pada lampiran 2, penggunaan pupuk tidak berbeda nyata antara petani berlahan sempit dan petani berlahan luas. Penggunaan pupuk antara petani yang memiliki lahan luas dan petani yang memiliki lahan sempit hampir sama besarnya. Selain itu petani berlahan sempit memilih untuk menggunakan klon karet yang unggul sehingga produktivitasnya tinggi. Pada lampiran 1 menunjukkan bahwa, produksi getah karet antara petani karet berlahan sempit lebih besar dibandingkan dengan petani karet berlahan luas. Pada luas lahan 1 ha seharusnya produksi karet sebesar setengah dari luas lahan 2 ha, namun keadaan di lapangan produksi karet pada luas lahan 1 ha lebih dari separuh dari produksi luas lahan 2 hektar. 6. Pengaruh Tingkat Harga (DTH) Pada Tabel 29 bahwa, nilai parameter dugaan DTH menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang diberikan tingkat harga terhadap pendapatan dari usaha tani karet adalah sebesar 652.313,27, artinya tingkat harga karet tinggi akan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 625.313,27 dibandingkan dengan tingkat harga karet yang rendah (ceteris paribus). Nilai signifikan tingkat harga adalah 0,000. nilai signifikan tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas yaitu 0,1 atau 0,000< 0,1, maka terima Ha dan tolak Ho berarti tingkat harga berpengaruh terhadap pendapatan. Variabel DTH mempunyai t hitung yakni sebesar 3,985 dengan t tabel 1,692. Jadi t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel DTH berpengaruh nyata terhadap pendapatan (Pk). Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel DTH mempunyai hubungan yang searah dengan
82
pendapatan (Pk). Jadi dapat disimpulkan tingkat harga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Dengan asumsi semakin bersih getah karet yang disadap maka semakin tinggi pula harga getah karet tersebut maka akan miningkatkan pendapatan dari usahatani karet tersebut. Sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian terdahulu, semakin tinggi harga jual maka akan meningkatkan pendapatan (Tanto, 2006).
F. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Kebutuhan Hidup Layak adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/ buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan berdasarkan penjumlahan 60 komponen KHL berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012. Standar tersebut menunjukkan kelayakan hidup suatu kelurarga. Standar kebutuhan hidup layak di Desa Lalang Sembawa adalah sebesar Rp 1.914.175,63 per bulan untuk seorang pekerja lajang, perhitungan pada lampiran . Besarnya KHL tersebut tidak reprensentatif untuk mewakili klasifikasi umur. Oleh karena itu pembagian besarnya KHL diklasifikasikan berdasarkan umur yang nantinya diharapkan dapat lebih mewakili standar hidup layak keluarga. Berikut tabel klasifikasi besarnya KHL berdasarkan umur.
Tabel 30. Persentase KHL berdasarkan klasifikasi Umur Anggota Keluarga
83
No. 1 2 3
Klasifikasi Umur < 13 tahun 13 – 20 tahun > 20 tahun
Persentase KHL (%) 25 75 100
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011
Berdasar Tabel 30 bahwa, pada umur <13 tahun diamana umur tersebut dinilai belum produktif dan masih menjadi tanggungan orang tua maka ditentukan standard KHL sebesar 25 %, sedangkan anggota keluarga yang berada pada umur 13-20 tahun yang telah dinilai produktif akan tetapi tidak menanggung seluruh kebutuhannya dikarenakan banyak diantara anggota keluarga di Desa Lalang Sembawa yang masih bersekolah, jadi ditentukan persentase dari total standar KHL sebesar 75%. Sedangkan mereka yang berstatus sebagai kepala keluarga atau berada pada usia >20 tahun ditentukan presentase dari total standar KHL sebesar 100% dari standar KHL. Dari perhitungan satndar KHL keluarga berdasarkan klasifikasi umur, didapat besarnya nilai KHL keluarga sebesar Rp 5.766.454,095 per bulan. Nilai ini sudah mewakili besarnya standar KHL keluarga karena sudah dihitung berdasarkan besarnya jumlah tanggungan keluarga dan umur masing-masing tanggungan keluarga tersebut. Lebih jelas perhitungan pada lampiran. Perbandingan nilai standar KHL dengan pendapatan petani karet akan menjelaskan kelayakan hidup petani karet di Desa Lalang Sembawa. Jika pendapatan lebih besar dibandingkan nilai standar KHL maka petani eersebut dikatakan memenuhi standar hidup layak. Berikut tabel perbandingan antara pendapatan petani dan nilai standar KHL di Desa Lalang Sembawa.
Tabel 31. Perbandingan Standar KHL dengan Pendapatan Rata-Rata Perorangan
84
dari Usahatani Karet di Desa Lalang SembawaTahun 2012 Uraian Perorangan (Rp/bln) Keluarga (Rp/bln)
Nilai KHL (Rp/ bln)
1.914.175,63 5.766.454,00
Pendapatan karet (Rp/bln)
1.039.069,20 4.364.090,64
Ket TM TM
Sumber: Data primer diolah
Keterangan: M TM
= memenuhi = tidak memenuhi
Berdasarkan Tabel 31 bahwa, pendapatan petani dari usahatani karet saja di Desa Lalang Sembawa yaitu sebesar Rp 1.039.069,20 per bulan. Jika dibandingkan dengan nilai KHL yaitu sebesar Rp 1.914.175,63 per bulan maka pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa lebih kecil daripada nilai KHL, hal ini berarti bahwa pendapatan rata-rata perorangan petani dari usahatani karet saja belum memenuhi standar kebutuhan hidup layak untuk satu pekerja lajang. Jika dibandingkan dengan nilai KHL keluarga yaitu sebesar Rp 5.766.454,09 per bulan maka pendapatan rata-rata perorangan petani karet dari usaha karet saja di Desa Lalang Sembawa belum memenuhi standar KHL keluarga. Tabel 32. Perbandingan Standar KHL dengan Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet di Desa Lalang SembawaTahun 2012 Uraian Perorangan (Rp/ bln) Keluarga (Rp/ bln)
Nilai KHL (Rp/ bln)
1.914.175,63 5.766.454,00
Pendapatan Total (Rp/bln)
1.428.263,14 5.713.052,55
Ket TM TM
Sumber: Data primer diolah
Keterangan: M TM
= memenuhi = tidak memenuhi
Berdasarkan Tabel 32 bahwa, pendapatan total perorangaqn petani karet di Desa Lalang Sembawa yaitu sebesar Rp 1.428.263,14 per bulan, artinya besarnya pendapatan tersebut belum memenuhi nilai standar KHL yaitu sebesar Rp 1.914.175,63 per bulan, sedangkan jika dibandingkan dengan nilai standar
85
KHL keluarga, besarnya pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa juga
belum
memenuhi
kebutuhan
hidup
layak
(KHL)
yaitu
sebesar
Rp 5.766.454,09 per bulan. Pendapatan dari usahatani karet dan pendapatan total keluarga belum memenuhi standar nilai KHL di Desa Lalang Sembawa. Hal tersebut dikarenakan harga karet yang fluktuatif . Fluktuasi karet yang sering terjadi dapat di antisipasi dengan cara tidak hanya mengandalkan usahatani karet sebagai satu-satuya sumber pendapatan rumah tangga atau menambah alokasi tenaga kerja keluarga petani karet di Desa Lalang Sembawa agar diharapkan dapat menambah pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa sehingga dapat memenuhi standar KHL di desa tersebut. Nilai KHL di Desa Lalang Sembawa berdasarkan perhitungan komponen KHL (Kebutuhan Hidup Layak) menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 justru melebihi UMR Sumatera Selatan yaitu sebesar Rp 1.630.000 (Badan Pusat Statistik, 2013). Hal tersebut menunnjukkan bahwa kebutuhan hidup di Desa Lalang Sembawa lebih tinggi daripada kebutuhan hidup di kota. Penyebabnya adalah harga barang yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan di kota, harga rata-rata barang di Desa Lalang Sembawa lebih tinggi sebesar Rp 500 – Rp 1000 dibandingkan dengan harga barang di kota.. Jauhnya jarak dari kota inilah yang meneyebabkan tingginya harga, karena biaya terbeban pada biaya transportasi.
V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan Berdasarkan hasi dan pembahasan penelitian yang telah di lakukan di Desa Lalang Sembawa, maka dapat peneliti simpulkan bahwa: 1 Besarnya pendapatan total rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah sebesar Rp 68.556.603,55 per tahun, tediri dari pendapatan usahatani karet sebesar Rp52.369.089,30 atau sebesar 76,39 % dari pendapatan total, ushatani non karet sebesar Rp 9.939.541,25 atau sebesar 14,50 % dari pendapatan total dan usaha luar tani sebesar Rp 6.248.000 atau sebesar 9,11 % dari pendapatan total. 2 Dari pendapatan total petani karet di Desa Lalang Sembawa, alokasi terbesar digunakan untuk kegiatan konsumsi yatu sebesar 73,2 % dari pendapatan total petani atau sebesar Rp 48.490.351. 3 Faktor-faktor yang berpengaruh positif terhadap pendapatan petani karet di Desa Lalang Sembawa adalah produksi, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, tingkat harga. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh negatif adalah luas lahan dan biaya produksi. 4 Pendapatan total rata-rata petani karet di Desa Lalang Sembawa sudah belum memenuhi standar hidup layak (KHL) keluarga.
86
87
B. Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian terdapat beberapa masukan untuk petani di Desa Lalang Sembawa: 1. Memperhatikan kualitas slab, karena slab yang bersih memiliki tingkat harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan slab kotor. 2. Menambah alokasi tenaga kerja keluarga untuk melakukan kegiatan di luar usahatani yang dapat menambah pendapatan total keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Desi. 2011. Analisis Pendapatan Petani Karet Terhadap Kebutuhan Hidup Layak di Desa Seri Kembang III Kecanatan Payaraman Ogan Ilir. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsri, 31 Oktober 2011. Palembang Alamsyah, Zulkifli. 2011. Prospek Karet di Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsri, 31 Oktober 2011. Palembang Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin. 2012. Banyuasin dalam Angka. Banyuasin Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin. 2012. Perkebunan Rakyat. Banyuasin Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2012. Sumatera Selatan dalam Angka. Sumatera Selatan Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan. 2013. Sumatera Selatan dalam Angka. Sumatera Selatan Cahyono, S. Agus, Nunung,P.N, Yonky, I. 2007. Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga Pentyadap Getah Pinus di Desa Sumagede, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan Volume 1 No. 1 Januari 2007. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Surakarta Damardjati, Djoko Said. 2010. Natural Rubber Trens and Statistics. Jurnal Volume 2 No. 3 Maret 2010. Kuala Lumpur Departemen Pertanian. 2011. Balai Tanaman Industri dan Penyegar. Departemen Pertanian. Jakarta. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 2008. Arah Kebijakan Jangka Panjang Pembangunan Perkebunan Sumatera Selatan. Palembang. Devi, C. 2010. Analisa Pendapatan Pekebun Karet di Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Banyuasin. UGM. Yogyakarta.
88
89
Hermanto, Bambang. 2011. Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Pendapatan Petani Kelapa Sawit di Desa Kota Tengah Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Volume 12 No. 1 Januari 2011. Sumatera Utara
Himawan, Singgih. 2011. Pengebangan Tanaman Karet Yang Kompetitif dan Berkesinambungan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, 31 Oktober 2011. Palembang Husinsyah, 2006. Kontribusi Pendapatan Petani Karet Terhadap Pendapatan di Kampung Mencimai Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Jurnal EPP Volume 3 Nomor 1 2006. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Samarinda. Ikhsan. 2012. Bisnis Karet 3 Kali Lebih Menguntungkan dari pada Sawit. Okezone (Online) http://economy.okezone.com/read/2012/05/15/320/629885/bisnis-karet3-kali-lebih-menguntungkan-dari-sawit . diakses 27 Februari 2013. Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Nirwana, Dayu. 2012. Pohon Karet (Hevea brasiliensis) (Online). http://dayunirwanaputri.blogspot.com/2012/07/pohon-karet-heveabrasiliensis.html, diakses 20 Maret 2013 Riswanto, Igar. 2011. Deskripsi dan Morfologi Tumbuhan Family Euphobiaceae, Moraceae, Convolvulaceae, Guttiferae. http://cacienkiedezh.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-taksonomitumbuhan_8524.html, diakses 20 Maret 2013 Rosalina. 2012. Indonesia Kurangi Produksi Karet Alam. Tempo (Online) http://www.tempo.co/read/news/2012/12/26/092450529/2013-PemerintahKurangi-Produksi-Karet-Alam . diakses 10 Maret 2013. Ruswana, B. 2013. Karet Penyumbang Devisa Terbesar Ekspor Nonmigas Sumsel. Antara News Sumsel (Online) http://sumsel.antaranews.com/berita/271119/karet-penyumbang-devisaterbesar-ekspor-nonmigas-sumsel, diaskses 5 Maret 2013. Saleh, Deddy. 2011. Mengantisipasi Dampak Krisis di Eropa dan USA Terhadap Industri dan Perdagangan Karet Indonesia. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementrian Perdagangan Indonesia. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unsri, 31 Oktober 2011. Palembang
90
Septianingrum, Sumadi, Endro Sugiartono. 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Agoindustri Kerupuk di Kabupaten Jember. Politeknik Negeri Jember Sidik,
Abdul. 2011. Beberapa Pendapat dari Usaha Tani (Online) http://ebookusahatani.blogspot.com/2011/10/beberapa-pendapat-tentangusaha-tani.html, diakses 21 Maret 2013.
Sudjana.2002. Metode Statistika. Edisi keenam. Bandung, Indonesia: Tarsito. Sumodiningrat, Gunawan. 1994. Ekonometrika Pengantar. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta Supriadi, Muhammad. 2011. Upaya Peninkatan Daya Saing Perkebunan Karet Melalui Penerapan Teknologi Menuju Usaha Perkebunan yang Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Perkebunan. Pusat Penelitian Karet PT Riset Perkebbunan Nusantara, 31 Oktober 2011. Palembang Udin, Ahmad. 2012. Pembibitan Karet Sampai Cara Penyadapan (Online). http://kuplukluntur.blogspot.com/2012/11/pembibitan-karet-sampai-carapenyadapan.html, diakses 21 Maret 2013. Wulandari, Cici. 2012. Analisis Karakteristik dan Upah Tenaga Kerja Harian Panen Terhadap Produktivitas dan Kebutuhan Hidup Layaknya di Perkebunan Kelapa Sawit PT Hindoli Kabupaten Banyuasin. Universitas Negeri. Sriwijaya Indralaya. Tidak diterbitkan. Zuhri, Saifudin. 2012. Sumsel Penghasil Karet Terbesar di Indonesia (Online) http://palembang.tribunnews.com/2012/02/28/sumsel-penghasil-karetterbesar-di-indonesia, diakses 4 maret 2013.
91
Lampiran 1. Peta Kecamat Sembawa, 2012
92
Lampiran 2. Identitas Petani Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, Jumlah Keluarga, Luas Lahan, Tenaga Kerja dan Produksi Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rerata
umur (tahun) 42 57 39 27 41 51 32 30 50 53 40 34 28 30 35 28 44 29 39 48 54 46 63 53 54 39 61 28 42 48 41 60 64 38 35 40 38 54 49 44 43.2
pendidikan S1 SD SMP SMA SMA SMP SMA SMA SD S1 SD SMA SMA SD S1 S1 SMA S1 S1 S1 SMA S1 SD SMA SD SD SD S1 SD SD SMP SD SMP SMA SMP SMP SMA SD SD SMA
Jumlah Keluarga (orang) 5 2 4 3 4 2 4 3 6 5 4 4 5 4 4 3 5 2 4 6 6 4 3 7 5 4 4 4 7 5 4 3 2 4 3 4 4 5 6 5 4,2
Luas Lahan (ha) 1 0.75 0.75 1.25 1 2 1.5 1 1.5 1.75 2 1 1.75 0.75 1.5 1 1.25 0.75 2 2 2 2 1 2 0.75 1.75 2 1.5 2 1 1.5 1 1 1.5 0.75 1 1 0.75 1.25 1.75 1,35
TK (orang) 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1,575
Jumlah sekolah 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1
2 2 2
1 1 2 1 2 2
produksi (kg/ th)
1029 846 787 1326 1017 1455 1298 956 1350 1469 1574 990 1555 887 1507 1097 1382 889 1717 1697 1583 1706 1078 1659 862 1450 1523 1359 1471 988 1322 1042 983 1277 857 983 1037 806 1248 1468 1238,25
93
Lampiran 3. Biaya Penggunaan Pupuk Usahatani Karet Tahun 2012 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rerata
Urea (Rp/ th) 360000 360000 360000 480000 480000 360000 360000 480000 480000 480000 480000 360000 480000 360000
KCL (Rp/ th)
TSP (Rp/ th)
Prematan (Rp/ th)
360000 360000 480000 480000 480000 480000 480000 360000 360000 480000 360000 480000 360000 240000 480000 480000 360000 480000 360000 480000 480000 360000 480000 360000 240000 480000
700000 700000 350000 350000 700000 700000 350000 700000 700000 350000 700000 350000 350000 350000 700000 700000 700000 700000 700000 0 700000 700000 700000 700000 350000 350000 700000 700000 700000 700000 350000 700000 700000 700000 700000 350000 700000 700000 350000 350000
0 250000 500000 250000 0 500000 500000 0 0 500000 250000 500000 250000 500000 250000 250000 0 250000 500000 750000 250000 250000 250000 250000 500000 750000 500000 500000 250000 0 500000 0 0 250000 0 500000 0 0 500000 500000
250000 0 0 250000 250000 0 125000 250000 125000 0 0 0 250000 125000 125000 0 250000 0 0 250000 125000 250000 0 125000 0 0 0 0 125000 250000 250000 250000 250000 0 250000 0 250000 250000 250000 250000
417000
568750
293750
128125
periode Urea (kali) (Rp/ th) 2 720000 1 360000 360000 1 480000 1 960000 2 720000 2 360000 1 960000 2 2 960000 2 960000 960000 2 360000 1 960000 2 360000 1 720000 2 1 360000 2 960000 1 480000 960000 2 960000 2 960000 2 720000 2 720000 2 960000 2 1 360000 2 960000 720000 2 240000 1 960000 2 480000 1 720000 2 1 480000 2 720000 1 480000 960000 2 720000 2 960000 2 360000 1 480000 2 960000 2 696000
KCL (Rp/ th) 1400000 700000 350000 350000 1400000 1400000 350000 1400000 1400000 700000 1400000 350000 700000 350000 1400000 700000 1400000 700000 1400000 0 1400000 1400000 1400000 1400000 350000 700000 1400000 700000 1400000 700000 700000 700000 1400000 700000 1400000 700000 1400000 700000 700000 700000 945000
TSP (Rp/ th) 0 250000 500000 250000 0 1000000 500000 0 0 1000000 500000 500000 500000 500000 500000 250000 0 250000 1000000 1500000 500000 500000 500000 500000 500000 1500000 1000000 500000 500000 0 1000000 0 0 250000 0 1000000 0 0 1000000 1000000 481250
Prematan (Rp/ th) 500000 0 0 250000 500000 0 125000 500000 250000 0 0 0 500000 125000 250000 0 500000 0 0 500000 250000 500000 0 250000 0 0 0 0 250000 250000 500000 250000 500000 0 500000 0 500000 250000 500000 500000 225000
Total (Rp/th) 2620000 1310000 1210000 1330000 2860000 3120000 1335000 2860000 2610000 2660000 2860000 1210000 2660000 1335000 2870000 1310000 2860000 1430000 3360000 2960000 3110000 3120000 2620000 3110000 1210000 3160000 3120000 1440000 3110000 1430000 2920000 1430000 2620000 1430000 2860000 2420000 2860000 1310000 2680000 3160000 2347250
94
Lampiran 4. Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Karet Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 jumlah rata-rata
Fungisida (Rp/ th) 27000 21600 21600 32400 27000 54000 43200 27000 43200 54000 54000 27000 54000 21600 43200 27000 32400 21600 54000 54000 54000 54000 27000 54000 21600 54000 54000 43200 54000 27000 43200 27000 27000 43200 21600 27000 27000 21600 32400 54000 1506600 37.665
Herbisida (Rp/ th) 287500 230000 230000 402500 287500 575000 460000 287500 460000 575000 575000 287500 575000 230000 460000 287500 402500 230000 575000 575000 575000 575000 287500 575000 230000 575000 575000 460000 575000 287500 460000 287500 287500 460000 230000 287500 287500 230000 402500 575000 16215000 405.375
Pembekuan (Rp/ th) 282000 235000 235000 352500 282000 564000 470000 282000 470000 564000 564000 282000 564000 235000 470000 282000 352500 235000 564000 564000 564000 564000 282000 564000 235000 564000 564000 470000 564000 282000 470000 282000 282000 470000 235000 282000 282000 235000 352500 564000 15956500 398.912,5
Pemupukan (Rp/ th) 2620000 1310000 1210000 1330000 2860000 3120000 1335000 2860000 2610000 2660000 2860000 1210000 2660000 1335000 2870000 1310000 2860000 1430000 3360000 2960000 3110000 3120000 2620000 3110000 1210000 3160000 3120000 1440000 3110000 1430000 2920000 1430000 2620000 1430000 2860000 2420000 2860000 1310000 2680000 3160000 93890000 2.347.250
Biaya variabel (Rp/ th) 3216500 1796600 1696600 2117400 3456500 4313000 2308200 3456500 3583200 3853000 4053000 1806500 3853000 1821600 3843200 1906500 3647400 1916600 4553000 4153000 4303000 4313000 3216500 4303000 1696600 4353000 4313000 2413200 4303000 2026500 3893200 2026500 3216500 2403200 3346600 3016500 3456500 1796600 3467400 4353000 127.568.100 3.189.202,5
95
Lampiran 5. Biaya Tetap Usahatani Karet Tahun 2012 No
Pisau sadap (Rp/th)
Mangkuk plastik (Rp/ th)
Kawat Pengikat (Rp/ th)
Talang (Rp/th)
Sepatu boot (Rp/th)
Sarung tangan (Rp/th)
Asahan (Rp/th)
Ember (Rp/th)
Bak Biaya tetap cetakan total (Rp/th) (Rp/th)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
60000 40000 60000 40000 60000 60000 40000 40000 60000 60000 60000 40000 40000 60000 60000 40000 40000 40000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 40000 60000 60000 40000 40000 40000 60000 40000 60000 60000 60000 40000 40000 40000 40000 60000
41600 37500 31200 59500 41600 83300 75000 55500 75000 72900 111100 47600 72900 37500 75000 41600 69400 37500 83300 95200 83300 83300 50000 111100 37500 72900 111100 83300 83300 50000 71400 50000 55500 62500 31200 41600 50000 31200 52000 83300
7488 6750 5616 10710 7488 14994 13500 9990 13500 13122 19998 8568 13122 6750 13500 7488 12492 6750 14994 17136 14994 14994 9000 19998 6750 13122 19998 14994 14994 9000 12852 9000 9990 11250 5616 7488 9000 5616 9360 14994
10816 9750 8112 15470 10816 21658 19500 14430 19500 18954 28886 12376 18954 9750 19500 10816 18044 9750 21658 24752 21658 21658 13000 28886 9750 18954 28886 21658 21658 13000 18564 13000 14430 16250 8112 10816 13000 8112 13520 21658
140000 65000 140000 65000 120000 140000 70000 65000 140000 120000 130000 65000 65000 140000 120000 65000 70000 65000 140000 140000 120000 130000 140000 140000 70000 140000 140000 60000 70000 130000 140000 65000 130000 140000 120000 65000 60000 70000 65000 120000
25000 15000 25000 15000 25000 25000 15000 15000 25000 25000 25000 15000 15000 25000 25000 15000 15000 15000 25000 25000 25000 25000 25000 25000 15000 25000 25000 15000 15000 25000 25000 15000 25000 25000 25000 15000 15000 15000 15000 25000
28000 24000 28000 24000 28000 28000 24000 24000 28000 28000 28000 24000 24000 28000 28000 24000 24000 24000 28000 28000 28000 28000 28000 28000 24000 28000 24000 24000 24000 28000 28000 24000 28000 28000 28000 24000 24000 24000 24000 28000
90000 90000 90000 120000 90000 150000 120000 90000 120000 150000 150000 90000 150000 90000 120000 90000 120000 90000 90000 150000 150000 150000 90000 150000 90000 150000 150000 120000 150000 90000 120000 90000 90000 120000 90000 90000 90000 90000 120000 150000
120000 120000 120000 160000 120000 200000 160000 120000 160000 200000 200000 120000 200000 120000 160000 120000 160000 120000 200000 200000 200000 200000 120000 200000 120000 200000 200000 160000 200000 120000 160000 120000 120000 160000 120000 120000 120000 120000 160000 200000
522904 408000 507928 509680 502904 722952 537000 433920 641000 687976 752984 422544 598976 517000 621000 413904 528936 408000 662952 740088 702952 712952 535000 762984 413000 707976 758984 538952 618952 505000 635816 426000 532920 623000 487928 413904 421000 403928 498880 702952
Rerata
51000
63467.5
11424
16502
104500
20750
26200
114750
155000
563593,2
96
Lampiran 6. Biaya Total Rata- Rata Usahatani Karet Tahun 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Biaya Tetap (Rp/th) 522904 408000 507928 509680 502904 722952 537000 433920 641000 687976 752984 422544 598976 517000 621000 413904 528936 408000 662952 740088 702952 712952 535000 762984 413000 707976 758984 538952 618952 505000 635816 426000 532920 623000 487928 413904 421000 403928 498880 702952
Biaya Variabel (Rp/th) 3216500 1796600 1696600 2117400 3456500 4313000 2308200 3456500 3583200 3853000 4053000 1806500 3853000 1821600 3843200 1906500 3647400 1916600 4553000 4153000 4303000 4313000 3216500 4303000 1696600 4353000 4313000 2413200 4303000 2026500 3893200 2026500 3216500 2403200 3346600 3016500 3456500 1796600 3467400 4353000
rata-rata
563.593,2
3.189.202,5
No
Biaya Total (Rp/th) 3739404 2204600 2204528 2627080 3959404 5035952 2845200 3890420 4224200 4540976 4805984 2229044 4451976 2338600 4464200 2320404 4176336 2324600 5215952 4893088 5005952 5025952 3751500 5065984 2109600 5060976 5071984 2952152 4921952 2531500 4529016 2452500 3749420 3026200 3834528 3430404 3877500 2200528 3966280 5055952 3.752.795,7
97
Lampiran 7. Biaya Variabel Usahatani Non Karet Tahun 2012 Biaya Variabel Stum Biaya No Variabel (Rp/th) 1 2 96500 3 96500 4 386000 5 0 6 0 7 96500 8 144750 9 96500 10 0 11 241250 12 0 13 144750 14 0 15 289500 16 0 17 193000 18 0 19 0 20 96500 21 241250 22 96500 23 144750 24 289500 25 0 26 193000 27 0 28 96500 29 0 30 144750 31 193000 32 241250 33 96500 34 96500 35 96500 36 289500 37 144750 38 0 39 0 40 96500 Rerata
167019.23
Biaya Tetap (Rp/th) 177000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 185000 0 0 0 0 0 0 188000 186000 173000 173000 185000 0 0 0 0 0 177000 0 175000 184000 177000 178000 0 0 0 0 179000
Upah T.K (Rp/th) 0 0 0 1380000 0 0 0 0 0 0 460000 0 0 0 920000 0 460000 0 0 0 460000 0 0 920000 0 460000 0 0 0 0 460000 0 0 0 0 920000 0 0 0 0
89884.61
161000
Biaya Variabel Polybag Biaya Biaya Upah Variabel Tetap Polybag (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) 535000 173000 495000 0 0 0 1337500 192000 1980000 1070000 186000 1485000 251300 183000 0 267500 172000 0 401250 182000 0 802500 181000 990000 1337500 184000 1980000 668750 189000 495000 535000 187000 495000 267500 184000 0 0 0 0 254000 189000 0 390450 181000 0 518800 174000 0 267500 189000 0 614750 190000 0 267500 185000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 535000 190000 495000 1070000 176000 1485000 1337500 185000 1980000 802500 190000 990000 267500 187000 0 0 0 0 535000 184000 495000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 641750 186000 495000 535000 181000 495000 251300 181000 0 267500 174000 0 0 0 0 572494.64
176964.29
358875
Upah T.K (Rp/th) 90000 0 360000 270000 0 0 0 180000 360000 90000 90000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 90000 270000 360000 180000 0 0 90000 0 0 0 0 90000 90000 0 0 0
Total Biaya (Rp/th) 1293000 273500 3966000 4777000 434300 439500 679750 2298250 3958000 1442750 2008250 451500 329750 443000 1780950 692800 1109500 804750 452500 284500 887250 269500 317750 1394500 1310000 3654000 3862500 2259000 454500 321750 1957000 416250 280500 273500 274500 2622250 1445750 432300 441500 275500
65250 1276733.80
98
Lampiran 8. Biaya Tetap Usahatani Non Karet Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 jumlah rata-rata
cangkul sabit stum polybag stum polybag (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) 0 10000 0 6000 7000 0 7000 0 4000 4000 4000 4000 5000 5000 3000 3000 0 7000 0 8000 0 7000 0 7000 5000 5000 3000 3000 5000 5000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 0 10000 0 7000 3500 3500 3000 3000 0 8000 0 8000 7000 0 8000 0 0 10000 0 7000 5000 5000 3000 3000 0 7000 0 8000 4000 4000 3000 3000 0 10000 0 7000 3500 7000 4000 8000 7000 0 8000 0 10000 0 8000 0 8000 0 6000 0 10000 0 6000 0 10000 0 7000 0 0 8000 0 7000 3500 3500 4000 4000 5000 5000 3000 3000 5000 5000 4000 4000 3500 3500 3500 3500 10000 0 8000 0 4000 4000 3500 3500 7000 0 7000 0 10000 0 6000 0 7000 0 8000 0 8000 0 6000 0 5000 5000 4000 4000 4000 4000 3500 3500 0 10000 0 8000 0 10000 0 6000 7000 0 12000 0 177000 169500 153500 139500 4425 4237.5 3837.5 3487.5
parang gergaji stum polybag stum polybag (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) 0 10000 0 5000 9000 0 5000 0 6000 6000 3000 3000 6000 6000 3000 3000 0 9000 0 5000 0 10000 0 6000 4500 4500 3000 3000 4500 4500 3000 3000 6000 6000 2500 2500 0 12000 0 6000 5000 5000 3000 3000 0 9000 0 6000 12000 0 6000 0 0 10000 0 5000 4500 4500 3000 3000 0 10000 0 5000 0 0 0 0 0 12000 0 6000 0 10000 0 6000 10000 0 5000 0 9000 0 6000 0 10000 0 6000 0 9000 0 5000 0 12000 0 6000 0 0 12000 0 6000 5000 5000 2500 2500 0 4500 0 3000 0 4500 0 3000 0 6000 0 3000 10000 0 5000 0 5000 5000 2500 2500 12000 0 6000 0 9000 0 6000 0 9000 0 5000 0 10000 0 6000 0 5000 5000 2500 2500 6000 6000 3000 3000 0 10000 0 6000 0 9000 0 6000 6000 0 5000 0 184500 195500 103000 108000 4612.5 4887.5 2575 2700
99
Lampiran 8. Biaya Tetap Usahatani Non Karet Tahun 2012 No pisau okulasi slodrong tangki sprayer sorong stum polybag stum polybag stum polybag stum (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) (Rp/th) 1 0 11000 0 26000 0 55000 0 2 10000 0 27000 0 52000 0 60000 3 6000 6000 15000 15000 28000 28000 30000 4 5500 5500 13000 13000 27500 27500 30000 5 0 12000 0 30000 0 52000 0 6 0 10000 0 26000 0 56000 0 7 6000 6000 13500 13500 26000 26000 30000 8 6000 6000 15000 15000 25000 25000 25000 9 5000 5000 13000 13000 27500 27500 30000 10 0 12000 0 30000 0 52000 0 11 6000 6000 15000 15000 28000 28000 30000 12 0 12000 0 26000 0 55000 0 13 10000 0 30000 0 52000 0 30000 14 0 11000 0 30000 0 56000 0 15 6000 6000 13000 13000 25000 25000 30000 16 0 12000 0 26000 0 56000 0 17 6000 6000 0 0 27500 27500 30000 18 0 10000 0 30000 0 50000 0 19 6000 12000 0 26000 28000 56000 0 20 12000 0 30000 0 56000 0 60000 21 10000 0 27000 0 56000 0 60000 22 11000 0 30000 0 52000 0 50000 23 12000 0 26000 0 55000 0 50000 24 12000 0 26000 0 52000 0 60000 25 0 11000 0 30000 0 56000 0 26 5000 5000 15000 15000 28000 28000 25000 27 6000 6000 0 13000 28000 28000 30000 28 6000 6000 0 15000 27500 27500 30000 29 5000 5000 0 15000 27500 27500 30000 30 12000 0 30000 0 52000 0 50000 31 6000 6000 13000 13000 28000 28000 30000 32 11000 0 26000 0 56000 0 50000 33 11000 0 27000 0 55000 0 60000 34 10000 0 26000 0 50000 0 60000 35 12000 0 30000 0 56000 0 50000 36 5500 5500 13000 13000 28000 28000 30000 37 6000 6000 15000 15000 28000 28000 25000 38 0 11000 0 30000 0 56000 0 39 0 12000 0 26000 0 54000 0 40 10000 0 27000 0 52000 0 60000 Rerata 5875 5550 12888 13312.5 28337.5 26587.5 28375
polybag (Rp/th) 50000 0 30000 30000 60000 50000 30000 25000 30000 60000 30000 60000 0 60000 30000 50000 30000 60000 60000 0 0 0 0 0 60000 25000 30000 30000 30000 0 30000 0 0 0 0 30000 25000 50000 50000 0 27625
total (Rp/th) 173000 177000 192000 186000 183000 172000 182000 175000 184000 189000 187000 184000 185000 189000 179000 174000 189000 185000 185000 188000 186000 173000 173000 185000 190000 176000 185000 190000 187000 177000 184000 175000 184000 175000 178000 186000 181000 181000 173000 179000 181900
100
Lampiran 9. Penerimaan Usahatani Non Karet Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 rata-rata
Jumlah 0 1000 3000 2000 0 0 1000 1500 1000 0 2500 0 1500 0 3000 0 2000 0 0 1000 2500 1000 1500 3000 0 2000 2000 1000 1500 1500 2000 1500 1000 1000 1000 3000 1500 0 0 1000 1187.5
Stum karet polybag karet Harga Penerimaan Harga Penerimaan Penerimaan (Rp) (Rp/th) Jumlah (Rp) (Rp/th) total (Rp/ th) 0 0 2000 6500 13000000 13000000 1500 1500000 0 0 0 1500000 1800 5400000 2000 6000 12000000 17400000 1500 3000000 3000 6000 18000000 21000000 0 0 700 6000 4200000 4200000 0 0 1000 5500 5500000 5500000 1700 1700000 1500 6000 9000000 10700000 2000 3000000 3000 6000 18000000 21000000 2100 2100000 4000 6000 24000000 26100000 0 0 2500 6000 15000000 15000000 1800 4500000 2000 5000 10000000 14500000 0 0 1000 5000 5000000 5000000 1500 2250000 0 0 0 2250000 0 0 750 6000 4500000 4500000 1500 4500000 1300 6000 7800000 12300000 0 0 1700 6000 10200000 10200000 1800 3600000 1000 5000 5000000 8600000 0 0 1500 5000 7500000 7500000 0 0 1000 6000 6000000 6000000 1500 1500000 0 0 0 1500000 1500 3750000 0 0 0 3750000 1700 1700000 0 0 0 1700000 1500 2250000 0 0 0 2250000 2000 6000000 0 0 0 6000000 0 0 2000 5500 11000000 11000000 2000 4000000 4000 6500 26000000 30000000 1800 3600000 3000 6000 18000000 21600000 1600 1600000 3000 6000 18000000 19600000 1800 2700000 1000 6500 6500000 9200000 1500 2250000 0 0 0 2250000 1800 3600000 2000 6000 12000000 15600000 1500 2250000 0 0 0 2250000 1800 1800000 0 0 0 1800000 1700 1700000 0 0 0 1700000 1500 1500000 0 0 0 1500000 2000 6000000 2000 6000 12000000 18000000 1500 2250000 2000 5000 10000000 12250000 0 0 700 7000 4900000 4900000 0 0 1000 6500 6500000 6500000 1500 1500000 0 0 0 1500000 1185 2037500 1266.25 3975 7490000 9527500
101
Lampiaran 10. Pendapatan Total Rata-Rata Petani Karet Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 ratarata jumlah
Usaha tani karet Pendapatan (Rp/th) 43064196 36174400 33264672 56782520 42194596 60111648 55093600 39610380 56785400 61516624 65503216 42603756 65981224 38621000 64651000 48459596 58411264 38738600 72765248 72238912 67750448 72892848 45034900 70414816 36682400 60832624 63396416 58665848 61346848 42220900 56194984 45168300 40904180 54796200 35182272 41034396 43262100 34171872 52155320 60084048
Usaha tani karet Pendapatan (Rp/th) 11707000 1226500 35142000 31037000 3765700 5060500 9838250 18520750 32958000 14807250 12304750 4548500 1920250 4057000 10988050 9507200 7301500 8945250 5547500 1215500 2862750 1430500 1932250 4605500 9690000 28170000 33637500 17151000 8745500 1928250 13459000 1833750 1519500 1426500 1225500 15191750 10623250 4467700 6058500 1224500
Luar usahatani Pendapatan (Rp/th) 12480000 0 0 9000000 0 0 0 0 5760000 15000000 0 7680000 11520000 0 0 0 13800000 0 0 26640000 9600000 7200000 0 15000000 19200000 0 15000000 9600000 11520000 0 0 17400000 0 7200000 0 15360000 0 8640000 5120000 7200000
2094763572 52369089,3
397581650 9939541,3
249920000 6248000
Pendapatan total (Rp/th) 67251196 37400900 68406672 96819520 45960296 65172148 64931850 58131130 95503400 91323874 77807966 54832256 79421474 42678000 75639050 57966796 79512764 47683850 78312748 100094412 80213198 81523348 46967150 90020316 65572400 89002624 112033916 85416848 81612348 44149150 69653984 64402050 42423680 63422700 36407772 71586146 53885350 47279572 63333820 68508548 2742265222 68556630,6
102
Lampiran 11. Pegeluaran Pangan Keluarga Petani Responden Tahun 2012 No
Beras (Rp/th)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rerata
2040000 1020000 2040000 1620000 1440000 1080000 2040000 1440000 2040000 2160000 1920000 1530000 2040000 1920000 1440000 1530000 1920000 1020000 1620000 2040000 2040000 1620000 1440000 2550000 2160000 1530000 1920000 2040000 2700000 2040000 2040000 1440000 1020000 1620000 1440000 1440000 1530000 1920000 1920000 2040000 1758750
Mie instan (Rp/th) 612000 306000 510000 408000 510000 408000 510000 510000 510000 612000 510000 408000 408000 510000 510000 408000 612000 408000 510000 510000 612000 510000 408000 714000 510000 510000 612000 510000 714000 612000 714000 510000 408000 408000 510000 612000 408000 510000 612000 510000 515100
Umbi (Rp/th) 72000 108000 36000 108000 162000 108000 72000 72000 72000 108000 36000 36000 36000 72000 108000 108000 108000 108000 162000 108000 54000 162000 108000 162000 108000 108000 72000 72000 36000 36000 72000 72000 54000 108000 72000 72000 54000 108000 108000 72000 87750
Daging Ayam (Rp/th) 936000 468000 936000 624000 780000 468000 936000 624000 936000 936000 936000 624000 936000 936000 780000 624000 936000 468000 624000 936000 936000 780000 624000 1092000 936000 624000 936000 936000 936000 936000 936000 624000 468000 468000 624000 624000 468000 936000 936000 936000 780000
Ikan (kg/th)
Telur (kg/th)
Susu (Rp/th)
Minyak (kg/th)
756000 432000 864000 540000 576000 480000 756000 540000 660000 720000 756000 540000 840000 768000 576000 432000 792000 384000 480000 756000 864000 648000 540000 768000 672000 540000 768000 672000 672000 576000 768000 540000 480000 480000 540000 384000 384000 864000 648000 672000 628200
576000 384000 576000 480000 480000 384000 576000 480000 576000 576000 576000 480000 576000 576000 480000 480000 576000 384000 480000 576000 576000 480000 480000 672000 576000 480000 576000 576000 672000 576000 576000 480000 384000 480000 480000 480000 480000 576000 576000 576000 525600
102000 0 204000 0 204000 0 102000 102000 204000 204000 204000 102000 102000 102000 204000 0 204000 0 102000 204000 0 204000 0 204000 0 102000 0 0 204000 204000 204000 0 0 102000 0 102000 204000 102000 204000 204000 109650
720000 432000 576000 576000 576000 360000 720000 576000 720000 576000 720000 432000 720000 720000 504000 432000 720000 360000 576000 720000 648000 504000 576000 720000 720000 576000 720000 720000 864000 720000 720000 432000 360000 504000 576000 576000 432000 720000 720000 720000 606600
Ikan asin (Rp/th) 150000 75000 120000 0 144000 90000 0 120000 180000 120000 0 105000 150000 150000 0 90000 0 105000 120000 150000 0 75000 144000 0 150000 120000 150000 0 0 150000 180000 90000 0 75000 0 120000 90000 180000 150000 0 88575
Buah (Rp/th)
Sayur (Rp/th)
Gula (kg/th)
120000 144000 120000 180000 120000 180000 216000 120000 120000 216000 216000 120000 120000 60000 144000 120000 120000 72000 60000 60000 144000 180000 120000 180000 120000 144000 180000 120000 288000 180000 216000 144000 144000 120000 216000 120000 240000 144000 60000 144000 145800
144000 156000 36000 156000 180000 174000 288000 60000 216000 60000 192000 108000 156000 72000 144000 144000 240000 108000 192000 108000 228000 48000 168000 72000 144000 240000 36000 192000 72000 90000 276000 216000 192000 168000 72000 72000 72000 180000 120000 48000 141000
750000 450000 600000 600000 600000 450000 750000 600000 750000 600000 750000 600000 750000 750000 600000 450000 750000 450000 600000 750000 600000 450000 600000 750000 750000 600000 750000 750000 900000 750000 750000 450000 450000 600000 600000 600000 450000 750000 750000 750000 641250
103
Lampiran 11. Pegeluaran Pangan Keluarga Petani Responden Tahun 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kopi (Rp/th) 288000 144000 216000 216000 180000 120000 240000 216000 288000 180000 288000
Teh (Rp/th) 108000 54000 108000 54000 48000 48000 108000 108000 108000 54000 96000
12 13 14 15 16 17 18
216000 240000 240000 216000 144000 288000 144000
48000 96000 96000 96000 54000 108000 54000
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
180000 288000 216000 144000 216000 240000 240000 192000 240000 240000 288000 288000 288000 216000 120000 180000 216000 288000 144000 288000 288000 240000 222600
54000 96000 48000 48000 54000 108000 108000 108000 96000 96000 96000 108000 108000 108000 54000 48000 48000 108000 54000 108000 54000 96000 81300
No
Rerata
Rokok (Rp/th) 8880000 2160000 7200000 0 7200000 5040000 7200000 4320000 7200000 7200000 0 1008000 0 7920000 2160000 7200000 4320000 2880000 2160000 1008000 0 5040000 0 7200000 7200000 7200000 9840000 0 5760000 3840000 2160000 2880000 4320000 2880000 2880000 0 3840000 2160000 7200000 2160000 0 5040000 4620000
Tahu (Rp/th) 240000 120000 240000 180000 180000 120000 240000 180000 240000 180000 240000
Tempe (Rp/th) 240000 120000 180000 120000 180000 120000 240000 180000 240000 240000 180000
Bumbu (Rp/th) 480000 720000 960000 480000 1080000 600000 1440000 1080000 1200000 960000 480000
Sagu (Rp/th) 168000 84000 126000 84000 168000 84000 168000 168000 168000 168000 126000
Terigu (Rp/th) 252000 168000 168000 210000 252000 168000 252000 336000 252000 336000 252000
Jagung (Rp/th) 60000 0 60000 0 120000 0 120000 60000 0 60000 60000
Kodangan (Rp/ th) 1800000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 2400000 1800000 1800000 1800000 2400000
180000 240000 240000 180000 180000 240000 120000
180000 240000 240000 180000 180000 240000 120000
1080000 600000 1440000 600000 1080000 900000 480000
126000 168000 84000 126000 84000 168000 84000
294000 252000 168000 294000 168000 252000 168000
180000 120000 0 60000 0 60000 0
2400000 1800000 1800000 1800000 2400000 1200000 1800000
180000 240000 240000 180000 180000 240000 240000 180000 240000 240000 240000 180000 240000 180000 120000 180000 180000 180000 180000 240000 180000 240000 201000
180000 240000 240000 180000 120000 300000 240000 180000 180000 240000 180000 240000 240000 180000 120000 120000 180000 120000 180000 240000 180000 240000 193500
1080000 840000 720000 1080000 720000 1200000 840000 1080000 600000 900000 960000 960000 720000 840000 720000 720000 1080000 720000 1080000 960000 1080000 900000 886500
168000 168000 168000 126000 84000 168000 168000 84000 126000 168000 84000 168000 168000 126000 168000 84000 126000 84000 168000 168000 168000 168000 136500
252000 336000 252000 294000 168000 252000 252000 168000 252000 252000 252000 168000 168000 336000 252000 168000 252000 126000 252000 336000 252000 168000 236250
120000 0 60000 0 0 0 60000 60000 60000 0 0 60000 60000 0 240000 60000 240000 60000 0 120000 0 120000 57000
2400000 2400000 1800000 1800000 2400000 1200000 1200000 2400000 1800000 1800000 2400000 1200000 2400000 2400000 1800000 1800000 2400000 1200000 1200000 2400000 1800000 1800000 1980000
104
Lampiran 12. Pengeluaran Non Pangan Keluarga Petani Responden Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Rerata
Sabun Colek (Rp/th) 60000 30000 60000 60000 60000 30000 60000 90000 60000 60000 60000 90000 60000 60000 60000 60000 30000 60000 90000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 90000 60000 60000 30000 60000 30000 60000 60000 60000 60000 60000 60000 59.250
Sabun mandi (Rp/ th) 96000 48000 96000 72000 120000 60000 96000 72000 96000 96000 90000 120000 90000 120000 72000 96000 48000 96000 120000 96000 96000 72000 96000 90000 96000 120000 120000 120000 120000 96000 72000 60000 120000 60000 120000 72000 96000 72000 96000 120000 92.850
Pasta gigi (Rp/th) 108000 72000 168000 108000 144000 84000 168000 126000 144000 144000 126000 144000 108000 168000 144000 168000 72000 144000 144000 126000 144000 108000 144000 108000 144000 108000 144000 144000 108000 144000 144000 84000 144000 72000 168000 108000 144000 126000 168000 144000 130.200
Listrik (Rp/ th) 960000 1080000 1440000 1440000 960000 1020000 1140000 1080000 1200000 1320000 1140000 1020000 1020000 1440000 1380000 1020000 960000 1200000 1080000 1140000 1080000 1200000 1320000 1140000 1020000 960000 1200000 1080000 1140000 1080000 960000 1080000 1440000 1440000 960000 1020000 1140000 1020000 960000 1020000 1.132.500
PDAM (Rp/th) 900000 720000 900000 780000 960000 720000 960000 840000 900000 960000 780000 840000 720000 900000 780000 840000 720000 840000 900000 780000 900000 720000 960000 900000 960000 840000 900000 840000 780000 960000 900000 720000 900000 720000 840000 900000 900000 900000 780000 840000 847.500
Gas elpiji (Rp/ th) 480000 480000 720000 480000 720000 480000 720000 720000 720000 720000 480000 720000 720000 720000 480000 720000 480000 720000 720000 720000 720000 720000 720000 480000 720000 720000 720000 720000 720000 720000 480000 480000 720000 480000 720000 960000 720000 720000 960000 720000 666.000
Deterjen (Rp/ th) 240000 162000 240000 168000 312000 156000 324000 312000 324000 336000 261000 240000 243000 240000 162000 240000 168000 240000 312000 324000 312000 324000 240000 252000 240000 324000 240000 336000 240000 312000 162000 156000 324000 120000 240000 324000 240000 234000 360000 324000 257.700
Shampo (Rp/ th) 288000 96000 192000 204000 192000 96000 192000 204000 306000 204000 192000 192000 204000 204000 204000 192000 288000 96000 204000 306000 306000 192000 204000 408000 192000 192000 192000 192000 306000 288000 192000 192000 102000 192000 192000 192000 192000 306000 288000 204000 214.500
Sandang (Rp/ th) 4360000 1470000 2780000 3805000 3810000 3500000 4415000 3110000 6115000 6215000 5570000 3260000 5305000 2700000 4590000 3110000 4625000 1530000 4840000 7520000 7400000 4790000 3210000 8800000 3250000 4400000 5120000 3990000 9020000 3760000 3840000 3110000 1810000 4340000 2582500 3210000 3160000 3260000 5225000 4960000 4.296.687,5
105
Lampiran 12. Pengeluaran Non Pangan Keluarga Petani Responden Tahun 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 rata-rata
Sosial sumbangan (Rp/ th) 230000 100000 170000 110000 170000 50000 170000 110000 290000 230000 170000 170000 230000 170000 170000 110000 230000 95000 170000 290000 290000 170000 110000 350000 230000 170000 170000 170000 350000 230000 170000 110000 90000 170000 110000 170000 170000 230000 290000 230000 185375
Transportasi (RP/th) 5760000 2400000 3840000 3840000 7200000 1920000 3840000 3840000 14400000 10800000 7200000 3840000 3840000 3840000 3840000 3840000 9000000 2400000 3840000 9000000 5760000 7200000 3840000 10800000 3840000 3840000 3840000 3840000 7200000 9000000 7200000 3840000 1920000 3840000 3840000 3840000 3840000 9000000 7200000 10800000 5574000
Pendidikan Uang saku Pendidikan (Rp/ th) (RP/th) 7200000 0 2880000 0 5760000 0 4320000 0 5760000 6000000 2880000 0 5760000 0 4320000 0 18000000 20000000 14400000 15000000 7200000 6000000 5760000 0 7200000 0 5760000 0 5760000 0 4320000 0 7200000 8000000 2880000 0 5760000 0 8640000 7000000 8640000 0 7200000 6000000 4320000 0 14400000 15000000 7200000 0 5760000 0 5760000 0 5760000 0 9000000 5000000 9720000 7000000 7200000 6000000 4320000 0 2880000 0 5760000 0 4320000 0 5760000 0 5760000 0 7200000 7000000 9000000 7000000 7200000 15000000 6723000 9285714.29
Pajak Pajak (Rp/th) 99000 75000 82000 77000 85000 55000 92000 83000 160000 145000 60000 72000 78000 87000 93000 76000 89000 57000 83000 97000 88000 78000 74000 109000 91000 87000 84000 78000 110000 84000 77000 71000 56000 82000 77000 85000 87000 92000 102000 89000 86150
106
Lampiran 12. Pengeluaran Non Pangan Keluarga Petani Responden Tahun 2012
No
Motor (Rp/ th)
1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 9000000 7 0 8 0 9 14400000 10 14400000 11 0 12 0 13 9960000 14 0 15 9000000 16 0 17 0 18 0 19 9000000 20 9960000 21 9000000 22 9000000 23 0 24 14400000 25 0 26 9000000 27 9000000 28 0 29 9960000 30 0 31 0 32 0 33 0 34 0 35 0 36 0 37 0 38 0 39 0 40 9960000 Rerata 4.172.571,43
Kredit Properti (Rp/ th) 0 0 0 1800000 0 2400000 0 0 3600000 3000000 0 0 1200000 0 0 0 1200000 0 0 1800000 0 3000000 0 1800000 0 1200000 1200000 0 600000 0 600000 0 0 600000 0 0 0 0 600000 1200000 716.666,67
Biaya total (Rp/th) 0 0 0 1800000 0 11400000 0 0 18000000 17400000 0 0 11160000 0 9000000 0 1200000 0 9000000 11760000 9000000 12000000 0 16200000 0 10200000 10200000 0 10560000 0 600000 0 0 600000 0 0 0 0 600000 11160000 4.296.000
Arisan (Rp/ th) 0 0 0 0 0 108000000 0 0 172800000 172800000 0 0 119520000 0 108000000 0 0 0 108000000 119520000 108000000 108000000 0 172800000 0 108000000 108000000 0 119520000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 119520000 43.812.000
Tabungan Rekening bank (Rp/ th) 0 0 0 21600000 0 28800000 0 0 43200000 36000000 0 0 14400000 0 0 0 14400000 0 0 21600000 0 36000000 0 21600000 0 14400000 14400000 0 7200000 0 7200000 0 0 7200000 0 0 0 0 7200000 14400000 7.740.000
Emas (Rp/ th) 0 0 3500000 4000000 0 0 0 0 5000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3500000 4000000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 500.000
107
Lampiran 13. Parameter Dugaan Data Awal Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet Model Summaryb Change Statistics
Model
R
1
.999a
R
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Square
Estimate
Change
.999
.999
469067.931
Sig. F F Change
.999
3769.478
df1
df2
7
32
Durbin-
Change Watson .000
1.565
a. Predictors: (Constant), T.P, JTK, H.J, LL, H.Pu, P, H.Pa b. Dependent Variable: Pk
ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
5.806E15
7
8.294E14
Residual
7.041E12
32
2.200E11
Total
5.813E15
39
Sig. .000a
3.769E3
a. Predictors: (Constant), T.P, JTK, H.J, LL, H.Pu, P, H.Pa b. Dependent Variable: Pk
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Collinearity
Coefficients
Correlations
Statistics
ZeroModel 1
B (Constant)
Std. Error
Beta
t
Sig.
order
Partial
Part Tolerance
VIF
-6.062E7
1.719E7
LL
-369865.649
1.210E6
-.014
-.306 .762
.952
-.054 -.002
H.J
5277.347
1520.521
.022
3.471 .002
.004
.523 .021
.958
47109.468
1030.932
1.117 45.696 .000
.998
.992 .281
.063 15.789
JTK
167100.976
175001.06
.955 .347
.319
.166 .006
.735
H.Pa
-68.147
35.927
-.074 -1.897 .067
.937
-.318 -.012
.025 39.854
H.Pu
-.967
.136
-.061 -7.107 .000
.594
-.782 -.044
.508
1.969
9802.993
22988.270
.339
.075 .003
.808
1.237
P
T.P
a. Dependent Variable: Pk
-3.526 .001
.007
.003
.426 .673
.018 56.413 1.044
1.361
108
Lampiran 14.
Parameter Dugaan Data Tranformasi Logaritma Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet Model Summaryb Change Statistics
Model
R
1
.999a
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Estimate
Change
R Square .999
.998
.00944
Sig. F F Change
.999
df1
3584.772
df2 7
Durbin-
Change Watson
32
.000
1.595
a. Predictors: (Constant), LnTP, LnJTK, LnHJ, LnLL, LnHPu, LnP, LnHPa b. Dependent Variable: LnPk
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression Residual Total
df
Mean Square
2.238
7
.320
.003
32
.000
2.241
39
F
Sig.
3.585E3
.000a
a. Predictors: (Constant), LnTP, LnJTK, LnHJ, LnLL, LnHPu, LnP, LnHPa b. Dependent Variable: LnPk
Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Correlations
Collinearity Statistics
ZeroModel 1 (Constant)
B
Std. Error
1.449
3.221
LnLL
-.028
.040
LnHJ
.998
LnP
Beta
t
Sig.
order
Partial
Part
Tolerance
VIF
.450
.656
-.041
-.688
.497
.963
-.121
-.004
.011
89.712
.349
.019
2.864
.007
-.021
.452
.018
.942
1.061
1.128
.028
1.132
39.887
.000
.997
.990
.252
.049
20.240
LnJTK
.005
.005
.007
.904
.373
.298
.158
.006
.725
1.379
LnHPa
-.038
.033
-.057
-1.155
.257
.950
-.200
-.007
.016
62.153
LnHPu
-.042
.006
-.067
-7.608
.000
.570
-.802
-.048
.518
1.931
6.56E-5
.004
.000
.015
.988
.308
.003
.000
.854
1.172
LnTP
a. Dependent Variable: LnPk
109
Lampiran 15. Parameter Dugaan Data Dummy Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan dari Usahatani Karet Model Summaryb Change Statistics
Model
R
1
.999a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .999
.999
Sig. F R Square Change
463236.764
F Change
.999
df1
4509.105
df2 6
Durbin-
Change Watson
33
.000
1.293
a. Predictors: (Constant), dummy HJ, BP, T.P, JTK, dummy LL, P b. Dependent Variable: Pk ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
5.806E15
6
9.676E14
Residual
7.081E12
33
2.146E11
Total
5.813E15
39
Sig. .000a
4.509E3
a. Predictors: (Constant), dummy HJ, BP, T.P, JTK, dummy LL, P b. Dependent Variable: Pk Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients
Correlations
Collinearity Statistics
ZeroModel 1
(Constant)
B
Std. Error
-1.610E6
658238.355
46156.581
685.846
JTK
415731.142
T.P BP
Beta
t
Sig.
order
Partial
Part
Tolerance
VIF
-2.445
.020
1.095
67.299
.000
.998
.996
.409
.140
7.165
188996.656
.017
2.200
.035
.319
.358
.013
.615
1.627
39356.108
22052.197
.012
1.785
.084
.339
.297
.011
.857
1.167
-1.150
.133
-.102
-8.658
.000
.775
-.833
-.053
.269
3.723
dummy LL
-671842.155
317254.932
-.028
-2.118
.042
.856
-.346
-.013
.214
4.679
dummy HJ
652313.273
163695.715
.026
3.985
.000
.000
.570
.024
.854
1.171
P
a. Dependent Variable: Pk
110 Lampiran 16. Perhitungan KHL Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 Kualitas/Kriteria
Jumlah Kebutuhan (kg)
Sedang
10
8000
80000.00
Sedang
0.75
85000
63750.00
b. Ikan Segar
Baik
1.2
20000
24000.00
c. Telur Ayam
Telur ayam ras
1
16000
16000.00
No I
Komponen
Harga (Rp/ kg)
Harga total (Rp)
MAKANAN DAN MINUMAN 1
Beras Sedang
2
Sumber Protein : a. Daging
3
Kacang-kacangan : tempe/tahu
Baik
4.5
10000
45000.00
4
Susu bubuk
Sedang
0.9
80000
72000.00
5
Gula pasir
Sedang
3
12000
36000.00
6
Minyak goring
Curah
2
10000
20000.00
7
Sayuran
Baik
7.2
3000
21600.00
8
Buah-buahan (setara pisang/pepaya)
9
Karbohidrat lain
Baik
7.5
6000
45000.00
Sedang
3
7000
21000.00
4500
10
Teh atau Kopi
Celup/Sachet
2 kotak
11
Bumbu-bumbuan
Nilai 1 s/d 10
15%
JUMLAH II
9000.00 68002.50 521352.50
SANDANG 12
Celana panjang/ Rok/Pakaian muslim
Katun/sedang
6/12 potong
120000
60000.00
13
Celana pendek
2/12 potong
30000
5000.00
14
Ikat Pinggang
Katun/sedang Kulit sintetis, polos, tidak branded
1/12 buah
40000
3333.33
15
Kemeja lengan pendek/blouse
Setara katun
6/12 potong
70000
35000.00
16
Kaos oblong/ BH
Sedang
6/12 potong
35000
17500.00
17
Celana dalam
Sedang
6/12 potong
15000
7500.00
18
Sarung/kain panjang
Sedang
1/12 helai
30000
2500.00
19 20
Sepatu Kaos Kaki
Kulit sintetis Katun, , Sedang
2/12 pasang 4/12 pasang
120000 5000
20000.00 1666.67
21
Perlengkapan pembersih sepatu a. Semir sepatu
Sedang
6/12 buah
6500
3250.00
b. Sikat sepatu
Sedang
1/12 buah
3000
250.00
22
Sandal jepit
23
Handuk mandi
24
Perlengkapan ibadah
III
Karet
2/12 pasang
9000
1500.00
100cm x 60 cm
2/12 potong
35000
5833. 33
a. Sajadah
Sedang
1/12 potong
50000
4166. 67
b. Mukena
Sedang
1/12 potong
70000
5833. 33
c. Peci,dll
Sedang
1/12 potong
25000
2083. 33
JUMLAH PERUMAHAN
25
Sewa kamar
26
Dipan/ tempat tidur
27
Perlengkapan tidur a. Kasur busa b. Bantal busa
175416.67 dapat menampung jenis KHL lainnya
1 bulan
350000
350000.00
No.3, polos
1/48 buah
1500000
31250.00
Busa
1/48 buah
250000
5208.33
Busa
2/36 buah
30000
1666. 67
Katun
2/12 set
60000
10000.00
28
Sprei dan sarung bantal
29
Meja dan kursi
1 meja/4 kursi
1/48 set
2000000
41666. 67
30
Lemari pakaian
Kayu sedang
1/48 buah
1200000
25000.00
111 31
Sapu
32
Perlengkapan makan a. Piring makan
Ijuk sedang
2/12 buah
12000
2000.00
Polos
3/12 buah
2000
500.00
b. Gelas minum
Polos
3/12 buah
1500
375.00
c. Sendok garpu
Sedang
3/12 pasang
800
200.00
33
Ceret aluminium
Ukuran 25 cm
1/24 buah
35000
1458.33
34
Wajan aluminium
Ukuran 32 cm
1/24 buah
50000
2083.33
35
Panci aluminium
Ukuran 32 cm
2/12 buah
50000
8333.33
36
Sendok masak
Alumunium
1/12 buah
10000
833.33
37
Rice Cooker ukuran 1/2 liter
350 watt
1/48 buah
300000
6250.00
38
Kompor dan perlengkapannya a. Kompor 1 tungku
SNI
1/24 buah
150000
6250.00
b. Selang dan regulator
SNI
1 set
95000
95000.00
Pertamina masing-masing 3 kg
1/60 buah
120000
2000.00
2 tabung
20000
40000.00
Isi 20 liter
2/12 buah
15000
2500.00
c. Tabung Gas 3 kg 39
Gas Elpiji
40
Ember plastic
41
Gayung plastic
Sedang
1/12 buah
42
Listrik
900 watt
1 bulan
43
Bola lampu hemat energi
44
Air Bersih
45
Sabun cuci pakaian
46
Sabun cuci piring (colek)
500 gr
1 buah
47
Setrika
250 watt
1/48 buah
48
Rak portable plastic
Sedang
1/24 buah
20000
833.33
49
Pisau dapur
Sedang
1/36 buah
20000
555.56
50
Cermin JUMLAH
30 x 50 cm
1/36 buah
8000
222.22 791623.61
Tabloid/4 band
4 buah/ (1/48)
20000
80000.00
Sedang
6/12 buah
1500
750.00
IV
5000
416.67
125000
125000.00
14 watt
3/12 buah
6000
1500.00
Standar PAM
2 meter kubik
7500
7500.00
Cream/deterjen
1.5 kg
15000
15000.00
5000
5000.00
145000
3020.83
PENDIDIKAN
51
Bacaan/radio
52
Ballpoint/pensil JUMLAH
V 53
KESEHATAN Sarana Kesehatan a. Pasta gigi
80 gram
1 tube
3500
3500.00
b. Sabun mandi
80 gram
2 buah
2500
2500.00
c. Sikat gigi
Produk local
3/12 buah
2500
2500.00
d. Shampo
Produk local
1 botol 100 ml
15000
15000.00
Isi 10
1 dus/set
4500
4500.00
100ml/g Bakar Di tukang cukur/salon Biasa
6/12 botol 3 dus
7000 3000
3500.00 9000.00
6/12 kali 2/12 buah
10000 1500
5000.00 250.00 207250.00
Angkutan umum
30 hari (PP)
6000
180000.00 180000..00
Daerah sekitar (2% dari nilai 1 s/d 59)
2/12 kali
6000
1000..00
e. Pembalut atau alat cukur 54 55
Deodorant Obat anti nyamuk
56 57
Potong rambut Sisir JUMLAH TRANSPORTASI
VI 58 VII 59 60
80750.00
Transportasi kerja dan lainnya JUMLAH REKREASI DAN TABUNGAN Rekreasi
Tabungan JUMLAH JUMLAH (I + II + III + IV + V + VI + VII)
2%
37532.86 38532.86 1914175.63
112
Lampiran 17. Perhitungan Nilai KHL Keluarga Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Klasifikasi Umur No
JTK
1 5 2 2 3 4 4 3 5 4 6 2 7 4 8 3 9 6 10 5 11 4 12 4 13 5 14 4 15 4 16 3 17 5 18 2 19 4 20 6 21 6 22 4 23 3 24 7 25 5 26 4 27 4 28 4 29 7 30 5 31 4 32 s3 33 2 34 4 35 3 36 4 37 4 38 5 39 6 40 5 rata-rata
KHL 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63 1914175.63
<13
13-20
2
1
2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 2 1
1 1 1 2 2 2
1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2
3 1 1 1
1 2 1 2
Persentase KHL Berdasarkan Umur
>20 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3
0,25 957087.82 0 957087.82 478543.91 957087.82 0 478543.91 0 957087.82 957087.82 478543.91 957087.82 957087.82 478543.91 478543.91 0 957087.82 478543.91 0 957087.82 1435631.72 957087.82 0 1435631.72 478543.91 0 957087.82 957087.82 957087.82 957087.82 478543.91 0 0 478543.91 478543.91 478543.91 0 957087.82 957087.82 957087.82 610143.48
0,75 1435631.72 0 0 0 0 1435631.72 1435631.72 1435631.72 2871263.45 1435631.72 1435631.72 0 1435631.72 1435631.72 1435631.72 1435631.72 1435631.72 0 2871263.45 2871263.45 1435631.72 0 1435631.72 2871263.45 2871263.45 2871263.45 0 0 4306895.17 1435631.72 1435631.72 1435631.72 0 0 0 1435631.72 2871263.45 1435631.72 2871263.45 0 1327959.34
1 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 1914175.63 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 1914175.63 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 5742526.9 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 3828351.27 5742526.9 3828351.27
KHL Keluarga 6221070.81 3828351.27 4785439.08 4306895.17 4785439.08 3349807.36 5742526.90 5263982.99 7656702.53 6221070.81 5742526.90 4785439.08 6221070.81 5742526.90 5742526.90 5263982.99 6221070.81 2392719.54 6699614.72 7656702.53 6699614.72 4785439.08 5263982.99 8135246.44 7178158.62 6699614.72 4785439.08 4785439.08 9092334.26 6221070.81 5742526.90 5263982.99 3828351.27 6221070.81 4306895.17 5742526.90 6699614.72 6221070.81 7656702.53 6699614.72 5766454.09