ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PELAJAR SMA PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Eko Endah Sulistiyowati NIM: 104052001974
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M.
ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PELAJAR SMA PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh: Eko Endah Sulistiyowati NIM: 104052001974
Di bawah Bimbingan
Nasichah, MA NIP. 150276298
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING DALAM PENGEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program Strudi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 10 Maret 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang
Dr. Murodi, MA NIP: 150254102
Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP: 150299324 Penguji
Penguji I,
Dra.Hj. Asriati Jamil, MA NIP: 150244766
Penguji II
Drs. M. Lutfi, MA NIP: 150268782
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, amka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Maret 2009
Eko Endah Sulistiyowati
ABSTRAK Eko Endah Sulistiyowati Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor Mentoring merupakan sebuah proses interaksi yang didalamnya terdapat transfer knowledge antara seseorang mentor dengan seorang mentee yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai, dan mengasihi dan mentor memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk pentumbuhan, perkembangan, kompetensi dan karakter mentee ke arah yang positif. Sementara konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri baik secara fisik, psikis dan sosial. Mengubah konsep diri seseorang bukanlah sesuatu yang mudah ada proses yang harus dilalui. Sementara konsep diri remaja cenderung berubah-ubah dan tidak konstan. Untuk itu diperlukan satu metode yang mampu menjadi mediator dalam proses pembentukan diri pelajar SMA, hal tersebut yang mendorong penulis melakukan penelitian tentang mentoring. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan mentoring, metode mentoring dan hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor. Informan terdiri dari 1 orang pengurus lembanga ILNA Youth Centre, 3 orang mentor dan 8 orang pelajar SMA kelas X, XI, dan XII. Dalam penelitian ini penulis menggungkan metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan dari sumber yang terkait dengan penelitian. Melalui wawancara dan observasi diketahui pelaksanaan mentoring di lembaga ILNA Youth Centre terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap awal (early stage), tahap pertengahan (middle stage), tahap akhir (late stage) dengan menggunakan metode quantum teaching, quantum learning, accelerated learning, dan konseling, serta metode penyampaian materinya yaitu dengan metode ceramah, diskusi, studi kasus dan games. Dari hasil mentoring diperoleh empat aspek yang dapat membantu pelajar membentuk konsep dirinya yaitu aspek psikologi, aspek sosial, aspek spiritual dan aspek edukasi.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah SWT atas segala ni’mat yang telah diberikan-Nya sampai detik ini yang tak terhitung jumlahnya, sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini di tengah-tengah rutinitas yang penulis jalankan. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW. Sebagai sebuah skripsi, penelitian yang dilakukan penulis merupakan sebuah langkah awal untuk mencoba membuka wawasan tentang sebuah konsep bimbingan yang mengarah kepada pembentukan pribadi remaja yang mungkin tidak hanya menjadi sekedar wacana tetapi keseriusan untuk terus berinovasi sehingga konsep bimbingan dan penyuluhan dapat digunakan secara fleksibel. Banyak kendala yang penulis hadapi dalam proses penulisan karya ilmiah ini, namun tidak menyurutkan penulis untuk berhenti karena penulis menyadari segala kendala yang dihadapi merupakan sebuah proses yang indah yang memberikan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dan tanpa dukungan berbagai pihak tidak akan mungkin karya tulis ini dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr.H. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Kedua orang tua penulis, ibu Sutarti dan Bapak Sukar. Terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran dan doa yang tak pernah berhenti sampai detik ini. Khususnya untuk ibu yang tak pernah lelah menjadi tempat berbagi penulis, yang selalu menjadi penyemangat saat penulis merasa lelah dan selalu ada dalam setiap tawa dan duka penulis. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah ibu berikan.
3.
Bapak Drs. Muhammad Luthfi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4.
Ibu Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi penulis dengan kesabarannya memotivasi penulis dan senantiasa meluangkan waktunya selama proses penyelesaian skripsi.
5.
Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang tidak pernah lelah memberikan ilmunya kepada penulis hingga detik ini terutama Prof.Dr. Zakiah Daradjat dan Rochimah Imawati, M.Si yang selalu memotivasi penulis serta segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN dan perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulis dalam pencarian referensi yang penulis butuhkan.
6.
Keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Al-Ikhlas, Ustad Damanhuri, Ustad Rahmat Slamet Wijaya, S.Ag, Tuti Alawiyah S.Sos.I, Irma Madinah S.Sos.I atas bimbingannya selama ini dan tak pernah berhenti memotivasi penulis khususnya Agus Saiful, S.Sos.I atas semangat dan kesabarannya membantu
penulis serta Rekan-rekan guru RA Al-Ikhlas (Nurma, Maesaroh, Memey, Lina, Dilah, Wiwin) atas segala pengertiannya. 7.
Pengurus lembaga ILNA Youth Centre Bogor serta rekan-rekan Mentor SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.
8.
Adik-adik tercinta, Dwi Agustina dan Puput Kartika Dewi yang selalu memberi warna tersendiri dalam hidup penulis.
9.
Rekan-rekan BPI angkatan 2004 terutama Kholifah, Septi Ningrum, Nurmelilita, Samsuludin S.Sos.I atas segala motivasi, kritik dan saran yang positif untuk penulis dan selalu menjadi kekuatan bagi penulis untuk terus melangkah. Syuj’ai Shobah, Juriah, Marwa Sopa Indah, Yusi Luthfiani, Nurkholisoh S.Sos.I., Siti Yaumah, Abdullah, M. Khafid Rasyid, Ruslan Habibi S.Sos.I, Marfu’ah dan rekan-rekan BPI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
10.
Adik-adik BPI angkatan 2005 (Laily, Lia, Jefriadi, Harid, Agus, Maryanah, Ruyatna) dan BPI 2006 (Ulfatun Ni’mah, Dani, Tyo, Handi) atas kerjasamanya selama ini. Semoga tidak hanya berhenti sampai disini saja. Maria Ulfa (Emyu), Nila, Noriz, Wenti terima kasih atas semangatnya.
11.
Sahabat-sahabat tercinta, Ratna Puspitasari Amd.Ak, Dini Avianti, S.Pd.I, Sri Rahayu, Amd.Mk, Sari Astuti, S.Pd., yang selalu mengingatkan penulis di saat-saat semangat penulis menurun. Heri, S.Kom., Muhammad Hafiz, S.Sos.I, (BPI Riau), Ulil, S.Sos.I. (BPI Aceh), Ana Lustiyowati (BPI Bandung), Husni Mubarok S.Sos.I., Muhammad Tahir Saleh, S.Sos.I.,
Sulaiman, Bayu Sampana, Arisman Soleh terima kasih sudah menjadi teman diskusi penulis selama ini. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu-persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan kita senantiasa ditunjukkan jalan oleh Allah SWT. Amiin
DAFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................................... i KATA PENGANTAR.................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. v DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 4 D. Metodologi Penelitian ........................................................ 5 E. Tinjauan Pustaka ................................................................ 10 F. Sistematika Penulisan ......................................................... 12
BAB II
TINJAUAN TEORI A. Mentoring .......................................................................... 1. Pengertian Mentoring ................................................... 2. Sejarah dan Perkembangan Mentoring .......................... 3. Jenis-jenis Mentoring ................................................... 4. Unsur-unsur Mentoring ................................................ 5. Pendekatan Mentoring .................................................. 6. Tahapan-tahapan dalam Mentoring ............................... B. Konsep Diri Remaja ........................................................... 1. Konsep Diri .................................................................. 2. Remaja..........................................................................
13 13 17 23 25 27 28 29 29 38
PROFIL ILNA YOUTH CENTRE A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ............................ B. Visi dan Misi ..................................................................... C. Tujuan Mentoring .............................................................. D. Program Kerja .................................................................... E. Struktur Organisasi ............................................................
43 44 44 44 46
BAB III
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor ................................................................................. 48 1. Identifikasi Informan .................................................... 50 2. Waktu Pelaksanaan Mentoring ..................................... 54 3. Materi Mentoring ......................................................... 55 4. Media Mentoring .......................................................... 55
5. Metode-metode Mentoring ........................................... 58 6. Tahapan-tahapan Pelaksanaan Mentoring ..................... 62 B. Analisa Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor ................................................................................ 64 1. Aspek Psikologi ........................................................... 64 2. Aspek Sosial ................................................................ 64 3. Aspek Spiritual ............................................................. 65 4. Aspek Edukasi ............................................................. 65 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................... 67 B. Saran................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Perkembangan Mentoring ............................................................... 22 Tabel 3.1. Daftar Mentor .................................................................................. 51 Tabel 3.2. Identifikasi Mentee ........................................................................... 53 Tabel 3.4. Jadual Pelaksanaan Mentoring SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor .............................................................................................
55
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam psikologi perkembangan masa usia sekolah menengah umum dikateorikan masa remaja. Masa ini merupakan segmen yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.1 Menurut Erikson, Seperti yang dikutip oleh Syamsu Yusuf dalam buku Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan “Sense of identity vs role confusion”,yaitu perasaan atau kesadaran yang menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya ?), masa depannya (akan menjadi apa saya?), peran-peran sosialnya (apa peran saya dalam keluarga dan masyarakat, dan kehidupan beragama; mengapa harus beragama ?). 2 Banyak factor yang mempengaruhi proses pencarian jati diri remaja selain factor internal ada juga factor eksternal yang turut berperan penting antara lain
faktor keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
dan
pergaulannya di luar sekolah. Pada masa ini merupakan masa transisi dimana kondisi remaja masih labil dan mudah terpengaruh apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dengan label modernisasi sangat memudahkan remaja mengakses berbagai hal melalui kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang akhirnya dapat menjerumuskan remaja dalam perilaku yang tidak sehat. 1
Syamsu Yusuf LN, (Bandung:ROSDA,1997),h.71 2 Ibid, h.88
M.Pd.,
Psikologi
Perkembangan
Anak
dan
Remaja
Kemampuan remaja menemukan identitas dirinya akan membantunya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara positif dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan baik, Tapi apabila remaja gagal menemukan identitas dirinya akan mengakibatkan remaja tersebut kehilangan arah dan mengalami kekacauan peran. Pencarian identitas diri remaja berkaitan erat dengan konsep diri remaja. Bagaimana remaja memandang dirinya sendiri membantu remaja dalam proses pencarian diri. Allah berfirman dalam al-Quran surat asy-Syamsu ayat 8-10 :
☺ ⌧ !"# )*+ ( $%&' !"# 01 ,-./ “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” Dalam ayat tersebut mengisyaratkan bahwa sesungguhnya dalam diri manusia itu sendiri serta lingkungan sekitarnya menilai baik maka akan terbentuk konsep diri positif dalam diri remaja tetapi sebaliknya kalau diri remaja dan lingkungannya memberikan nilai yang buruk maka akan terbentuk konsep diri yang negative dalam diri remaja tersebut. Tidak dapat dipungkiri generasi muda (remaja) merupakan cikal bakal penerus bangsa. Suatu bangsa yang memiliki generasi yang bertakwa tentu akan menjadi bangsa yang benar. Membentuk pribadi remaja yang sehat tidaklah mudah.
Oleh karena itu pembentukan konsep diri remaja mempunyai peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa, negara dan agama karena remaja diharapkan bisa berpartisipasi dalam pembangunan bangsa. Pembentukan konsep diri remaja yang positif ini bukan hanya tanggung jawab keluarga saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama untuk ikut memikirkan bagaimana caranya agar bangsa kita dapat mencetak generasigenerasi penerus yang tidak hanya sebatas canggih dalam ilmu pengetahuan tetapi
juga
mempunyai
kepribadian
yang
bertakwa
dan
mampu
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Dan upaya tersebut telah dilakukan oleh sebuah lembaga yang konsen di bidang pembinaan dan pengembangan remaja muslim ILNA Youth Centre. Melalui program mentoring yang dijalankan lembaga tersebut menjadi salah satu upaya agar remaja mampu memahami konsep diri positif. Aktifitas lembaga tersebut membuat penulis ingin tahu lebih jauh bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut, metode apa yang digunakan serta hasil yang diperoleh pelajar dalam pembentukan konsep diri pelajar (remaja). Untuk itu penulis member judul skripsi ini yaitu : “Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penulis agar lebih fokus melakukan penelitian, maka penulis membatasi masalah seputar proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja khususnya di kota Bogor yang diterapkan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre, Serta hasil yang diperoleh remaja selama mengikuti program tersebut. 2. Perumusan Masalah Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor ? b. Hasil apa yang diperoleh remaja dari pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan mntoring dalam pengembangan konsep diri remaja yang dilaksanakan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor b. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh
remaja melalui pelaksanaan
mentoring yang dilakukan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor 2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Segi akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang teori mentoring bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sehingga dapat dijadikansebagai bahan rujukan untuk penelitian yang akan datang. b. Segi Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi yang positif bagi Lembaga ILNA Youth Centre dalam pembinaan pelajar mslim pada umumnya dan pembentukan konsep diri yang poitif bagi pelajar SMA khususnya.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif. Menurut Nawawi, netode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian ( Seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain ) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebaaimana adanya.3
3
h.63
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang sosial, (Jakarta: Gajah Mada Universty Press, 2005),
Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang yang dapat diamati.4 Sementara, Jane Jane Richie berpendapat penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku persepsi, dan persoalan tentang manusia yang akan diteliti. 5 Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkapkan fakta – fakta yang tampak di lapangan dan mendeskripsikannya secara sistematis, factual dan akurat sebagaimana adanyamengenai proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diripelajar SMA yang diterapkan oleh ILNA Youth Centre Bogor.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor di bawah aungan Lembaga ILNA Youth Centre yang memfokuskan aktifitasnya di bidang pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja muslim dari tanggal 20 Agustus 2008 – 0 Februari 2009.
3. Subyek dan Obyek Penelitian
4
Lexy J Moleong, MA., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.4 5 Ibid,h.6
Obyek penelitian ini adalah Lembaga ILNA Youth Centre, khususnya program Mentoring ILNA Youth Centre yang ada di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor. Sedangkan obyek penelitiannya adalah1 orang pengurus ILNA Youth Centre, 1 orang Mentor SMA Negeri 1 Bogor, 2 orang Mentor SMA Negeri 6 Bogor dan 8 orang Mentee ( peserta mentoring ) kelas X,XI dan XI yang mengikuti pogram tersebut.
4. Sumber Data Yang dimaksud sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh.6 Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut : a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsun dari sasaran penelitian atau informan, yaitu dari pengurus ILNA Youth Centre, mentor SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor, serta pelajar SMA kelas X, XI, dan XII yang mengikuti program mentoring. b. Data Sekunder Yaitu data berupa catatan dan dokumen yang diperoleh dari lembaga atau sumber media lain yang dapat menunjang kebutuhan penelitian berupa dokumen lembaga, bulletin, jurnal, dan artikel.
6
Prof.Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 107
5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Poerwandari dalam buku Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi menuliskan, “ wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertetu ”. Dalam hal ini peneliti bermaksud melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Adapun wawancara ini ditujukan kepada mentor dan pengurus ILNA Youth Centre untuk memperoleh data tentang pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA. Wawancara ini juga ditujukan kepada pelajar SMA yang mengikuti program mentoring untuk memperoleh data tentang konsep diri pelajar SMA dan manfaat dari program mentoring yang diikutinya. b. Observasi Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.7 Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat ini. 8
7
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI),h.62 8 Prof.Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 133
Pada penelitian ini penulis mengamati langsung proses pelaksanaan mentoring dalam pementukan konsep diri pelajar SMA pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor. c. Dokumentasi Dokumentasi dapa diartikan sebagai bahan tertulis, film maupun foto. Penulis menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui hasil observasi maupun wawancara.
6. Teknik Analisa Data Dalam melakukan teknik analisa data penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu menggambarkan data yang ada di lapangan yang diperoleh memalui
hasil
wawancara,
observasi,
dan
dokumentasi
kemudian
menetapkan masalah – masalah dan menyeleksinya, menyusun secara sistematis, selanjutnya data temuan digunakan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam analisisnya, teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut : a.
Data yang didapatkan dari wawancara, penulis melakukan percakapan antara pewawancara dengan yang diwawancarai dalam rangka memperoleh informasi yang tepat dan objektif. Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk wawancara bebas terpimpin.
b.
Data yang didapatkan dari observasi, penulis melakukan pengumpulan datasecara akurat dengan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek tersebut
c.
Data yang didapatkan melalui dkumentasi, penulis melakukan pencarian data berupa catatan, majalah, buku, dan lain sebagainya. Adapun proses analisa data dimulai dengan :
a.
Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.
b.
Langkah berikutnya ialah melakukan reduksi data yang dilakukan dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan – pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
c.
Menyusunnya dalam satuan – satuan. Satuan – satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutya. Kategori – kategori itu dibuat sambil melakukan koding.
d.
Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.9
7. Teknik Penulisan Teknik penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi ) yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 yang diterbitkan CeQDA, Cet. Ke-1
9
Ibid, h.247
E. Tinjauan Pustaka Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan, yaitu Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti, yaitu : 1. “ Upaya Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti asuhan Putera Asih Tangerang “, yang ditulis oleh siti Muchlisoh jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2006. Dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dan konseling dalam menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak auh di Panti Asuhan Putera asih Tangerang. 2. “ Mentoring Agama Islam pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fikri dalam pembinaan Akhlakul Karimah Mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta ”, yang ditulis oleh Muhammad Iqbal jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007. Dalam skripsi ini mengupas tentang pembinaan akhlakul karimah mahasiswa politeknik Negeri Jakarta melalui program mentoring Agama Islam yang ada di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fikri. Sedangkan judul skripsi yang penulis susun berjudul “Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor.” Belum ada yang meneliti. Dalam Penelitian ini penulis meneliti pelaksanaan mentoring yang
dilakukan oleh ILNA Youth Centre dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA.
F. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan teori, Profil ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor, temuan dan analisa data, dan penutup. Bab I yaitu pendahuluan berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan. Bab II tentang tinjauan teoritis menjelaskan secara teori mengenai pengertian mentoring, sejarah dan pengembangan mentoring, jenis – jenis mentoring, pendekatan mentoring, tahapan – tahapan dalam mentoring, pengertian konsep diri, proses pembentukan konsep diri, factor – factor yang mempengaruhi konsep diri, pengertian remaja,tugas perkembangan remaja dan problematika remaja. Bab III berisi tentang
profil lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth
Centre Bogor, menjelaskan kondisi obyektif lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre, meliputi : sejarah perkembangannya, visi dan misi, struktur organisasi, dan program kegiatan. Bab IV berupa temuan dan analisa data menjawab permasalahan permasalahan yang ada dalam perumusan masalah, meliputi : proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja yang diterapkan oleh
lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor, serta hasil yang diperoleh remaja dalam pengembangan konsep dirinya selama mengikuti program tersebut. Bab V yaitu berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Mentoring 1. Pengertian Mentoring Secara etimologi mentoring berasal dari kata dasar “mentor”.10 Dalam kamus bahasa Inggris kata mentor merupakan kata benda yang artinya “penasihat” atau “pembimbing”. Dengan demikian secara bahasa mentoring diartikan sebagai kegiatan menasihati atau membimbing. Secara terminologi asal kata mentoring berasal dari bahasa Yunani, diambil dari tokoh “mentor” dalam kisah Odysseus yang ditulis oleh Homer, seorang pujangga Yunani.11 Selanjutnya, ada berbagai definisi mentoring dari beberapa ahli. Kasper mendefinisikan mentoring sebagai berikut: “Mentoring is special kind of caring, supportive relationship or partnership between two people that is based on trust and respect.”12
Nugraha Dwi Putra, “The History of Mentoring Word,” artikel diakses pada 1 Juni 2008 dari http://www.mentoringindonesia.com 11 Odysseus adalah seorang tokoh terkenal dalam legenda bangsa Yunani. Suatu ketika Odysseus harus ikut dlam perang Trojan, dia harus meninggalkan anak laki-lakinya yan bernama Telemachus. Odysseus kemudian meminta bantuan kawannya yang bernama Mentor, yang merupakan penjelmaan dari Athena. Melalui sosok Mentor, Athena berperan sebagai penasihat bagi Telemachus membantunya untuk menyelesaikan berbagai masalah. Selama berada dalam pengawasan Mentor, Telemachus senantiasa dibimbing untuk tumbuh menjadi seorang pria yang bersikap dewasa dan bijak. Mentor selalu mengarahkan Telemachus agar mengembangkan potensi yang dimilkinya. Mentor pun juga mengajarkan Telemachus berbagai cara untuk menemukan solusi dalam setiap permasalahan kehidupan yang dialaminya. (Lihat juga pada http://www.mentoringindonesia.com) 10
(Mentoring adalah yang khusus berkaitan dengan pengawasan, hubungan yang saling mendukung atau partnership di antara dua orang yang didasarkan ada kepercayaan dan saling menghargai) Disini Kasper menekankan bahwa mentoring merupakan satu bentuk hubungan yang khusus antara dua orang yang didasarkan pada kepercayaan dan saling menghargai. Sementara Parsloe mendefinisikan mentoring: “Mentoring is to support and encourage people to manage their own learning in order that they may maximize their potential, develop their skills, improve their performance and become the person they want to be.”13 (“Mentoring adalah untuk mendukung dan mendorong seseorang untuk mengatur cara belajara mereka sendiri dalam hal ini dapat memaksimalkan potensi mereka, mengembangkan kemampuan mereka, mengkreasikan penampilan mereka dan menjadi pribadi yang mereka inginkan”.) Mentor/National Mentoring Partnership mendefinisikan mentoring sebagai bentuk hubungan yang dilandasi rasa kepercayaan yang terstruktur yang melibatkan remaja dimana proses ini menawarkan bimbingan, dukungan dan memberikan semangat yang bertujuan mengembangkan kompetensi dan karakter mentee.14 Senada dengan National Mentoring Partnership, Rhodes pun mendefinisikan mentoring sebagai berikut: 12 Michael Kasper, Information Packet: Mentoring, National Resource Center For Foster Care & Permanency Planning, (New York: 2002), h. 2. 13 Diakses pada 1 Desember 2008 dari http://www.mentorset.org.uk/pages/mentoring.htm 14 David L. DuBois dan Michael J. Karcher, Handbook of Youth Mentoring, (California: Sage Publishing, Inc., 2005), h. 4. Diakses pada tanggal 1 Desember 2008 dari http://www.books.google.co.id/books?id=TtdRGCYOw4&printse=copyright&sdq=yo uth+mentoring#PPR4,MI
“…a relationship between an older, more experienced adult and an unrelated, younger protégé – a relationship in which the adult provides ongoing guidance, instruction, and encouragement aimed at developing the competence and the character of the protégé.”15 (…sebuah hubungan antara seorang yang lebih tua, seorang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dan tidak berhubungan darah dengan seorang anak muda – sebuah hubungan yang mana orang dewasa memberikan bimbingan, instruksi, dan mendorongnya dalam pengembangan kompetensi dan karakter pemuda”.) Rhodes menambahkan, dalam hubungan tersebut tidak hanya memberi dukungan dan dorongan saja dalam membentuk pertumbuhan dan perkembangan kompentensi dan karakter mentee tetapi juga menegaskan bahwa yang memberikan mentoring tersebut merupakan seorang dewasa yang lebih berpengalaman dan tidak memiliki hubungan darah dengan yang dibimbing. Anderson & Shannon mengartikan mentoring sebagai berikut: “A Mentoring relationship has been defined as a nurturing process in which a more skilled or experienced person, serving as a role model, teaches, sponsors, encourages, counsels and befriends a less skilled or less experienced person.”16 (“Mentoring didefinisikan sebagai sebuah prose salami dimana seseorang yang lebih banyak memiliki kemampuan dan pengalaman melayani sebagai peran model, guru, sponsor, pendorong,konsultan dan teman kepada seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman masih sedikit”.) Hampir sama dengan definisi yang dikemukakan oleh Rhodes, Anderson & Shannon menitikberatkan kepada peran mentor selain memiliki
Ibid. E. Anderson dan A. Shannon, Toward a Conceptualization of Mentoirng, Journal of Teacher Education, 1998. 15 16
pengalaman yang lebih, ia juga digambarkan sebagai role model, guru, pendukung, pendorong, konselor dan sahabat. Menurut Merriem dalam mentoring terdapat interaksi antara seseorang yang lebih tua yang berperan sebagai mentor dengan orang yang lebih muda yang berperan sebagai mentee dan didalamnya terdapat hubungan emosional yang kuat yang nantinya akan menimbulkan saling kepercayaan, kasih sayang dan bertukar pengalaman. Dan disinilah mentor membantu mentee untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 17 Jika dikaitkan dengan mntoring islam, maka mentoring islam merupakan salah satu sarana tarbiyah islamiyyah (pembinaan islami)yang didalamnya ada proses belajar. 18 Orientasi dari mentoring islam itu sendiri adalah pembentukan karakter dan kepribadian islami peserta mentoring. 19 Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan mentoring merupakan sebuah proses interaksi antara seorang yang lebih tua yang berperan sebagai mentor dengan orang yang lebih muda yang berperan sebagai mentee yang tidak mempunyai hubungan darah dimana didalamnya terdapat proses pembinaan dan bimbingan dan memiliki hubungan emosional yang kuat yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai, dan mengasihi dan
Dubois dan Karcher, Handbook of Youth Mentoring, h.4 Muhammad Ruswandi & Rama Adeyasa, Manajemen Mentoring, (Bandung: Syaamil,2007). H.1 19 Ibid, h.1 17 18
mentor memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk pentumbuhan, perkembangan, kompetensi dan karakter mentee ke arah yang positif. 2. Sejarah dan Perkembangan Mentoring Pada dasawarsa yang lalu, program mentoring ditujukan untuk anakanak dan remaja yang beresiko mendapatkan perhatian yang serius sebagai sebuah pendekatan yang menjanjikan untuk memperkaya kehidupan anakanak dan remaja, orang dewasa memusatkan perhatian pada kebutuhan mereka dalam bentuk hubungan yang positif dan menyediakan one-on-one support serta advokasi bagi mereka yang membutuhkan. 20 Gerakan mentoring remaja (youth mentoring) telah ada pada akhir abad 19 yang pada saat itu dikenal dengan sebutan Friendly Visitors21 yang memfokuskan kegiatannya dalam memberikan bimbingan, dukungan serta contoh positif kepada anak-anak kaum miskin. 22 Di Amerika, mentoring formal berkembang di awal abad 20, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi23 dan permintaan masyarakat yang cukup tinggi. Ledakan teknologi sejalan dengan pertumbuhan urbanisasi di pusatpusat kota. Beberapa kota di Amerika berkembang menjadi pusat industri
20 Jean Baldwin Erossman dan Eileen M. Garry, “Mentoring – A Proven Deliquency Prevention Strategy,” Juvenile Justice Bulletin, April 1997, h. 1. 21 Ibid, h. 1. 22 Maureen A. Buckley dan Sandra Hundley Zimmermann, Mentoring Children and Adolescents: A Guide to the issues, (USA: Greenwood Publishing Group, 2003), h. 292. 23 DuBois dan Karcer, Handbook of Youth Mentoring , h. 15.
seperti Chicago, New York, Boston dan Philadelpia. 24 Tetapi perkembangan industri ini tidak diimbangi dengan perhatian terhadap kondisi remaja apalagi remaja yang berasal dari kalangan miskin. Kejahatan remaja meningkat. Pencurian, merokok,25 dan masih banyak lagi kejahatan-kejahatan yang pada saat itu dilakukan oleh kelompok-kelompok remaja Amerika yang terpinggirkan. Keadaan inilah yang melatarbelakangi timbulnya gerakan mentoring untuk remaja. Pada tanggal 4 Juli 190326, seorang pengusaha asal Cincinnati, Irvin Westheimer, melihat melalui jendela kantornya, seorang anak laki-laki sedang mencari makanan di tong sampah. Hatinya tergerak dengan apa yang dilakukan oleh pemuda tersebut. Akhirnya Westheimer mencari tahu tentang pemuda tersebut dan diketahui bahwa anak tersebut merupakan anak yatim dari keluarga miskin dan hanya tinggal bersama ibunya. Kemudian ia memutuskan pemuda tersebut dijadikan teman sekaligus keluarganya dan mendorong orang lain melakukan hal yang serupa. Di kemudian hari Westheimer merupakan pemimpin dari lembaga mentoring Big Brothers Group di Cincinnati.27 Sekitar tahun 1904, Ernest Coulter, seorang jurnalis di sebuah surat kabar New York, tertarik melihat keadaan buruk anak-anak di kota New York. Ia pun memutuskan meninggalkan dunia jurnalis dan menjadi juru tulis di Ibid, h. 15.. Ibid, h. 16. 26 Buckley dan Zimmermann, Mentoring Children and Adolescents: A Guide to the issues h. 292. 27 Ibid., h. 292. 24 25
pengadilan anak.28 Coulter kemudian melanjutkan sebagai volunteer untuk melayani pemuda yang tidak mempunyai hak suara.29 Tidak hanya sampai disitu, pada tahun yang sama Coulter mengadakan pertemuan dengan sebuah perkumpulan yang menamakan The Men’s Club of the Central Prebysterian Church of New York30. Dalam pertemuan tersebut Coulter mendorong mereka untuk peduli terhadap kondisi pemuda Amerika pada saat itu khususnya bagi mereka yang terlibat tindak kriminal. Karena sesungguhnya yang mereka butuhkan adalah perhatian dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Dalam pertemuan itu Coulter berkata: “There is only one possible way to serve that youngster (who is in trouble) and that is to have some earnest, true man volunteer to be his big brother, to took after him, help him do right; make the little chap feel that there is at least one human being in this great city who takes a personal interest in him, who cares whether he live or die.”31 (“Disana hanya ada satu jalan yang memungkinkan untuk melayani remaja 9yang dalam masalah) dan itu yang bisa mendengarkan, manusia yang benar-benar sukarela untuk menjadi saudaranya, untuk menjaganya,membantunya melakukan yang benar, membuat sedikit celah untuk merasakan bahwa disana ada sedikitnya seorang manusia di kota besar yang membawanya menyukai pribadinya dan peduli ketika dia hidup atau mati”.) Coulter pun berhasil merekrut 40 orang sukarelawan yang bersedia menjadi sahabat (saudara) bagi anak-anak bermasalah32. Dari sini, lahirlah sebuah gerakan mentoring yang dikenal dengan nama Big Brothers, dimana Dubois dan Karcer, Handbook of Youth Mentoring, h.19. Ibid., h. 19. 30 Buckley dan Zimmermann, Mentoring Children and Adolescents: A Guide to the issues h. 292. 31 History of Big Brothers Big Sisters, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2008 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Youth_mentoring 32 Ibid. 28
29
beberapa tahun kemudian menjadi sebuah lembaga mentoring terbesar di dunia yang memiliki 500 cabang di beberapa negara. Coulter pun didaulat sebagai tokoh dalam gerakan mentoring remaja. Sama halnya seperti Big Brothers, organisasi Big Sisters juga memprakarsai terbentuknya mentoring untuk anak-anak perempuan. 33 Pada 1905, di New York sebuah perkumpulan bernama The Ladies of Charity berganti nama menjadi Catholic Big Sisters dan ini merupakan lembaga salah satu lembaga mentoring pertama untuk anak-anak perempuan. Mrs. John O’Keefe terdaftar sebagai pendiri Big Sisters yang pertama. Kemudian, 1908 Mrs. Willard Parker mendirikan program yang serupa bagi remaja putri yang beragama Protestan di New York.34 Tahun 1909, Coulter dan beberapa orang tergabung secara resmi dalam Big Brothers of New York, Inc., menjadi lembaga mentoring formal bangsa dan mendirikan kantor perwakilan di New York. Begitu pun dengan Big Sisters secara resmi menjadi
sebuah badan dan mendirikan kantor
perwakilan di Milwaukee.35 Dan di tahun 1910, Irvin Westheimer mendirikan Big Brother Association di Cincinnati.36 Tidak hanya sampai di situ, tahun 1914 perencanaan nasional pertama organisasi Big Brothers dan Big Ssters. Terjadi perkembangan yang cukup besar di berbagai kota, termasuk New York, Boston, Philadelpia,Cleveland, Dubois dan Karcer, Handbook of Youth Mentoring, h. 19. Backley dan Zimmermann, Mentoring Children and Adolescents: A Guide to the issues h. 292. 35 Ibid, h. 292. (Lihat juga di http://en.wikipedia.org/wiki/Youth_mentoring ) 36 http://en.wikipedia.org/wiki/Youth_mentoring 33
34
Cincinnati dan Milwaukee. Irving Westheimer dan Ernest Couter merupakan orang yang berpengaruh dalam gerakan ini, kolaborasi antar dua instansi yang berbeda.37 Tahun 1921 dari dua organisasi ini terbentuklah Big Brothers Big Sisters Federation. Federasi ini membuat garis pedoman (guidelines) dan standar program untuk Big Brothers Big Sisters. 38 Namun sayangnya federasi ini bersifat sementara dan akhirnya bubar dan tidak muncul lagi sampai tahun 1950an. Pada tahun 1958 United States Congress secara resmi membuat format baru mentoring dengan nama Big Brothers of America. Tahun 1970 kongres tersebut pun memutuskan membentuk Big Sisters International. Dan akhirnya kedua lembaga tersebut resmi tergabung dalam satu manajemen pada tahun 1977 dengan nama Big Brothers Big Sisters of America (BBSA) berkantor pusat di Philadelpia.39 Lembaga ini pun menjadi inspirasi bagi gerakangerakan mentoring lainnya. Tercatat setelah itu banyak lembaga-lembaga mentoring yang memfokuskan perhatiannya pada perkembangan remaja bermunculan, seperti dalam tabel berikut:40
Ibid. Backley dan Zimmermann, Mentoring Children and Adolescents: A Guide to the issues, h. 293. 39 Ibid., h. 293. 40 Ibid. 37 38
Tabel 1.1. Perkembangan Mentoring Tahun
Perkembangan Mentoring
1979
The Centre for Intergenerational Learning di Temple University berdiri. Eugene M. Lang memulai proyek “I Have a Dream” di New York P.S. 121. Proyek “I Have a Dream” dibentuk. Matilda Raffa Como mendirikan The New York Mentoring Program (Mentoring USA). Public Private Ventures meluncurkan penelitian inisiatif untuk menilai kelangsungan dan dampak dari mentoring. One to One Partnership, Inc., ditemukan oleh Ray Chambers. Seorang pengusaha dan juga dermawan, Geoffrey Boisi dan Ray Chambers menemukan MENTOR/National Mentoring Partnership. MENTOR/National Mentoring Partnership dan United Way of Amrica bergabung menjadi The National Mentoring Working Grup. Public/Private Ventures, mempublikasikan hasil penelitan dampak dari program mentoring Big Brother. Riset ini mendemonstrasikan bahwa kualitas dari mentroring dapat menjadi nyata dan mempunyai efek yang pentirng dalam kehidupan anak muda. General Colin Powell pemimpin The Presidens’ Summit on America’s Future mendorong pertumbuhan sukarelawan dan perjanjan warganegara untuk memberikan dukungan untuk remaja yang beresiko. Harvard Scholl of Public Health meluncurkan gerakan mentroing nasional pertama.
1980 1986 1987 1988
1989 1990
1991
1995
1997
1997
Sebelum mentoring berkembang seperti sekarang ini, sebenarnya islam telah lebih dulu menerapkan konsep mentoring lebih diarahkan
memberikan pembinaan terhadap generasi muda. Rasulullah SAW dalam membina para sahabat tidak sekedar menjadikan member atau anggota namun lebih itu. Rasul mengangkat dan membina potensi terbesar mereka sehingga menjadi generasi unggulan, dan sukses berjuang menegakkan islam. 41 Ketika membahas sejarah mentoring di Indonesia, maka tidak akan bisa lepas dari peran sejumlah aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) di era tahun 80-an. Dari banyak keterangan yang penulis dapatkan diketahui bahwa kegiatan tersebut berawal dari sebuah aktivitas pengajian di Masjid Salman Al-Farizi ITB. Di ketahui bahwa di Masjid Salman ITB-lah konsep Mentoring Islam pertama kali dikembangkan. Kemudian pengaruhnya meluas hingga ke Jabodetabek Versi lain menyatakan bahwa kata “Mentoring” muncul pada awal tahun 90-an di Kota Bogor seiring dengan kemunculan dakwah sekolah di SMP dan SMA (SMP Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 1 Bogor). Ada juga yang menyakatan bahwa “mentoring” pertama kali muncul berawal dari kegiatan ROHIS SMA Negeri 28 Jakarta. Dari sinilah yang kemudian menjadi stimulator munculnya aktivitas dakwah sekolah di Kota Bogor melalui program Mentoring.
3. Jenis-jenis Mentoring Mentoring telah ada selama berabad-abad, bahkan mungkin sejak dimulainya peradaban. Evolusi mentoring telah meningkat pada dasawarsa 41
Ruswandi & Adeyasa, Manajemen mentoring,h.3
ini, dan saat ini kita lihat banyak berbagai jenis mentoring. Jenis-jenis mentoring antara lain sebagai berikut:42 a. Berdasarkan tingkatan dalam formalitas, mentoring dibagi menjadi: (a) Mentoring Informal (Informal or Casual Mentoring) (b) Mentoring Formal (Formal Mentoring) b. Berdasarkan Fungsi dan tujuan dari mentoring, mentoring dikategorikan menjadi: (a) Mentoring Pendidikan atau Akademik (Educational or Academic Mentoring) (b) Mentoring Karier (Career Mentoring) (c) Mentoring Pengembangan Pribadi (Personal Development Mentoring) (d) Mentoring Berdasarkan Kebudayaan dan Kepercayaan (Cultural and Faith Base Mentoring) c. Berdasarkan tempat pelaksanaan mentoring, terbagi ke dalam: (a) Mentoring berdasarkan komunitas (Community Based Mentoring) (b) Mentoring sekolah (Scholl Mentoring) (c) Mentoring kerja (Workplace Mentoring) (d) Mentoring Internet (Internet Mentoring) d. Berdasarkan jumlah peserta mentoring, mentoring dibagi menjadi: (a) One-to-one Mentoring (b) Group Mentoring (c) Family Mentoring Categories and Types of Mentoring, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2008 dari: http://www.mentoringcanada.ca/training/Mentors/Modules?1_2_categories.html 42
4. Unsur-unsur Mentoring Pelaksanaan mentoring ini terdiri dari dua pelaku utama yaitu mentor dan mentee (dibaca: mentii) mentor adalah penasehat utama dalam kelompok mentoring sedangkan mentee adalah peserta mentoring. 43 Dibawah ini akan penulis uraikan tentang mentor, karakteristik mentor dan mentee. a. Mentor Dalam American Heritage Dictionary of the English Language, mentor diartikan sebagai seorang yang bijak, dan seorang konselor atau guru yang dapat dipercaya.44 Bronfenbrenner mendefinisikan seorang mentor adalah seorang dewasa, yang lebih berpengalaman yang mengetahui lebih jauh perkembangan karakter dan kompetensi remaja dengan membimbing remaja untuk dapat menguasai bakat dan tugas dimana mentor sudah menguasainya terlebih dahulu.45 Menurut
Bronfenbrenner,
bimbingan
dapat
dicapai
melalui
demonstrasi, instruksi, tantangan, dan dorongan secara bertahap dalam jangka
waktu
tertentu.
Dalam
proses
ini
mentor
dan
remaja
mengambangkan ikatan khusus dan saling berkomitmen. Sebagai
Muhammad Ruswandi dan Rama Adeyasa, Manajeman Mentoring, (Syaamil, Bandung: 2007), h. 2. 44 Dubois dan Karcer, h. 4 45 Ibid. 43
tambahan, hubungan remaja dengan mentor terjalin ikatan emosioal, saling menghargai, kesetiaan dan identifikasi. 46 Dari definisi diatas kita dapat melihat gambaran bahwa seorang mentor tidak hanya berperan sebagai seorang pembimbing saja tetapi ia memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai seorang guru (teacher) bagi mentee-nya, juga seorang pendukung (sponsor), pendorong (encourage), konselor (counselor), dan sahabat (befriend). Untuk itu seorang mentor harus memiliki kriteria tertentu guna mencapai tujuan dari pelaksanaan mentoring. Mentor yang baik setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Mampu merespon keadaan mentee. 2) Memiliki mental yang kuat 3) Memiliki rasa menghargai yang tinggi 4) Berwawasan luas 5) Mempunyai kemauan untuk belajar 6) Seorang pendengar yang baik 7) Mampu membangun kepercayaan terhadap mentee 8) Pendorong dan pemberi motivasi47
46 47
Ibid. The Business Continuity Institute Mentoring Scheme, h. 3.
b. Mentee Mentoree atau mentee adalah sebutan untuk seseorang yang mengkuti kegiatan mentoring. Suksesnya pelaksanaan mentoring tidak hanya bergantung pada karakteristik mentor saja, tetapi juga karakteristik mentee. Sejauh mana mentee mampu memahami dan bisa mengikuti arahan yang diberikan oleh mentor.48 Adapun karakterisitik yang seharusnya dimiliki oleh seorang mentee adalah sebagai berikut: 1) Mempunyai keinginan untuk belajar 2) Mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tim 3) Sabar 4) Mampu mengambil resiko 5) Bersikap positif49
5. Pendekatan Mentoring Menurut Ronald G. Kirchem, secara umum ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mentoring, yaitu: a. Role Modeling
48 Mentor and Mentee Characteristics, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2008 pada http://www.quatermaster.army.mil/aqmg/warrant_officer_proponency/Mentorship_ Program/GUIDE/Chapter_III.htm 49 Mentor and Mentee Characteristics, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2008 pada http://www.quatermaster.army.mil/aqmg/warrant_officer_proponency/Mentorship_ Program/GUIDE/Chapter_III.htm.
Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang bisa diamati dan dilakukan oleh mentee. b. Role Playing Yaitu dengan cara memerankan sebuah skenario untuk memperoleh pandangan bagaimana menjadi efektif di segala situasi. c. Empty Chair Mentee menempati kursi kosong yang mempresentasikan orang lain dalam berperan. Mentor duduk berdampingan dengan mentee.50
6. Tahapan-tahapan dalam Mentoring Zachary dalam bukunya The Mentor’s Guide, berpendapat bahwa dalam proses mentoring terdapat empat tahapan yang mungkin terjadi, yaitu tahap
persiapan
(preparing),
negosiasi
(negotiating),
kemungkinan
(enabling), dan penutupan (closure).51 Berkut ini akan dijelaskan tiap-tiap tahapan dalam mentoring: a.
b.
c.
d.
Tahap Persiapan (Preparing) Zachary berpendapat bahwa tahapan ini dalam proses mentoring adalah tahap yang bersifat kritis untuk membangun dan mensukseskan kegiatan mentoring. Fase ini meliputi situasi awal kerja untuk mencapai hubungan baik antara mentor dan mentee dan focus pada persiapan mentor untuk peran barunya dan persiapan memulai hubungan dengan mentee. Tahap Negosiasi (Negotiating) Dalam tahap ini terjadi dialog antara mentor dan mentee untuk menentukan waktu pelaksanaan mentoring. Tahap Kemungkinan (Enabling) Selama tahap ini mentor harus mengatur hubungan ini dan belajar aktif mendukung, memelihara semangat dalam proses pembelajaran dengan monitoring dan proses evaluasi, dan mendorong dilanjutkannya perkembangan dan bergerak dengan menggambarkan membantu memelihara serta menilai kemajuan terhadap tujuan pembelajaran. Penutup (Coming to Closure)
Ronald G. Kirchem, “Mentoring Employmees”, 19 Mei 1998 Stages of the Mentoring Process, artikel diakses pada tanggal 27 November 2008 dari http://www.coe.uga.edu/chds/mentoring/stages.htm 50 51
Penutup adalah bagian yang tak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan mentoring karena mentoring adalah sebuah tujuan yang berorientasi pada proses, yang mana didorong oleh tentunya pencapaian kompetensi yang professional.52 Kirchem berpendapat bahwa ada tiga tahapan dalam pelaksanaan mentoring, yaitu: a. Early Stage (Tahap awal) Dalam early stage ini dalam pemberian saran lebih tersusun dan pemberian informasi lebih spesifik. b. Middle Stage (Tahap pertengahan) Memasuki middle stage, mentor lebih sedikit memberi nasihat atau saran kepada mentee dan diusahakan menteenya lah yang lebih aktif sehingga terjadi kolaboratif antara mentor dan mentee. c. Late Stage (Tahap akhir) Dan pada late stage mentee diharapkan sudah mempunyai inisiatif sehingga mentor bertindak sebatas memberikan dukungan atas keputusan yang dibuat oleh mentee.53
B. Konsep Diri Remaja 1. Konsep Diri a. Pengertian Konsep Diri Secara Bahasa Secara bahasa – dalam bahasa Indonesia – konsep diri terdiri dari dua kata dasar, yaitu konsep dan diri. Menurut Kamus Besar Bahasa 52 53
Ibid. Kirchem, Mentoring Employees.
Indonesia, ‘Konsep’ merupakan kata benda yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) Rancangan atau buram surat, dan sebagainya. 2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. 3) Gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. 54 Sementara kata ‘Diri’ juga merupakan kata benda (nomina) yang memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) orang seorang (terpisah dari yang lain); badan 2) tidak dengan yang lain 3) dipakai sebagai pelengkap kata kerja untuk menyatakan bahwa penderitanya atau tujuannya adalah badan sendiri. 55 Dengan demikian, secara bahasa konsep diri adalah rancangan, ide, gambaran mental dari objek, proses yang digunakan oleh akal budi untuk memahami seseorang secara terpisah dari yang lain untuk menyatakan bahwa penderitanya atau tujuannya adalah diri sendiri.
b. Pengertian Konsep diri Menurut Para Ahli Menurut Fitra Faturachaman, di Eropa istilah konsep diri mulai timbul pada abad ke-17, konsep mengenai diri sendiri dan konsep diri (the
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Perum Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka, 1996), Cet. Ke-7, Ed. II, h. 520. 55 Ibid., h. 236. 54
concept of self dan self concept) diperkenalkan. Di mulai oleh Descrates dengan mengeluarkan karyanya “Cogito Ergo Sum” (Saya berpikir karena itu saya ada) yang menekankan keterpusatan diri di dalam kesadaran.56 Konsep diri adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri yang mencakup pandangan tentang dunia, kepuasan tentang kehidupan, dapat menghargai atau menyakiti diri sendiri, mampu mengevaluasi kemampuan diri sendiri, dan persepsi mengenai diri sendiri. 57 Eastwood menyebutkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya, yang berpusat pada kesadaran diri dan perilakunya. Konsep diri ini selalu menjadi dasar bagi penilaian pengalaman diri seseorang. Di tempat lain, konsep diri ini dilukiskan sebagai seluruh cara memandang dirinya sendiri. Konsep diri ini dapat dilihat dari dimensidimensi subyektif, yakni diri menurut yang dirasakan sendiri (subjective self), kesadaran akan tubuh sendiri (body image), dan diri yang ideal (ideal self). Terakhir disebutkan pula dimensi yang terkait dengan cara orang lain memandang terhadap diri sendiri (social image).58 Luthans, seorang ahli psikologi dari Nebraska, mengemukakan bahwa konsep diri itu adalah bagaimana seseorang melihat kepribadiannya dari sudut pandang dalam diri sendiri. 59 Menurut Bangun, padangan
56 Fitra Faturachman, “Konsep Diri Pelajar yang Terlibat Perkelahian Pelajar”, (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2002), h. 15. 57 Roberto Bangun, Mengatasi Tawuran Remaja, Pelajar Pemuda, Mahasiswa dalam Liburan Sekolah, (Jakarta: DPP Karya Pembangunan, 1997), h. 31. 58 Ibid., h. 39. 59 Ibid.
Luthans ini banyak dikaitkan dengan perilaku organisasi yang diterangkan dengan pendekatan psikologis. Namun, cara pandang ini layak juga dikemukakan karena dari konsep diri dikembangkan bagaimana orangorang melihat kemampuan dan gambaran dirinya. Demikian pula Luthans mengemukakan bahwa manusia mempersepsi baik apabila individu dapat mengatasi masalah yang timbul.60 Dari
sudut
pandang
Psikologi
Sosial,
Baron
&
Byrne
mendefinisikan konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. 61 Menurut William D. Brooks seperti yang dikutip oleh Siti Mutmainah mengemukakan konsep diri adalah persepsi tentang diri kita yang bersifat fisik, psikologis, maupun sosial; yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain. 62 Calhoun dan Acocella menjelaskan konsep diri dengan batasan yang lebih sederhana, yakni konsep diri adalah bagaimana orang memandang dirinya dengan cara masing-masing. Calhoun dan Acocellah membuat penjelasan tentang konsep diri ini meliputi dimensi-dimensi berikut: 1) Pengetahuan tentang diri yang dipahami oleh dirinya. 2) Harapan yang diletakkan pada diri oleh inividu yang bersangkutan.
Ibid., h. 40. Robert A. Baron & Donn Byrne, Psikologi Sosial, Alih Bahasa Ratna Djuwita, dkk (T.tp: Penerbit Erlangga, h. 165. 62 Siti Mutmainah, dkk., Materi Pokok Psikologi Komunikasi , h. 5.11 60 61
3) Penilaian terhadap diri sendiri. 63 Dalam islam sendiri salah satu langkah dalam menyerap islam yaitu individu harus memiliki konsep diri yang jelas, yaitu memahami diri sebagai wadah kepribadian.
64
Sebelum kita memiliki konsep diri yang
jelasmaka seseorang perlu megenal konsep dirinya. Mengapa remaja muslim perlu mengenal konsep diri ? Allah berfirman dalam al_Quran surat at-Taghabun ayat 16 :
ہ ﮨ ﮩ ه ه ے ﮯۓ ﮱ ڭ ﯔ ﯕ ﯖ ۇ ﯘ ۆ “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.at-Taghabun :16) Disana terbukti bahwa potensi manusia itu terbatas dan kita harus berislam dalam keterbatasan itu. 65
Artinya, konsep diri membantu
kita dalam memposisikan diri dalam kehidupan social. 66 Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang melihat dirinya sendiri sebagai gambaran mental diri sendiri baik yang bersifat fisik, psikologis maupun
Calhoun dan Acocella. 40. M.Anis Matta,Model Manusia Muslim Abad XXI, Cet.Ke-2, (Bandung: Syaamil,2006),h.26 65 Ibid., h.25 66 Ibid., h.25-26 63 64
sosial yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi , dan penilaian terhadap diri sendiri. c. Dimensi Konsep Diri Fits membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu: 1) Dimensi Internal Dimensi internal yaitu disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dunianya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.67 Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: a) Diri identitas (identity self) b) Diri pelaku (behavioral self) c) Diri Penerimaan / Penilai (judging self) 2) Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu meilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai-nilai yang diantnya serta hal-hal yang diluar dirinya.68 Adapun dimensi eksternal dapat dibedakan dalam lima bentuk sebagai berikut: a) Diri fisik (physical self) b) Diri erik-moral (moral-ethic self) c) Diri pribadi (personal self)
Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja, Cet. Ke-1, Bandung: PT Refika Aditama, 2006), h. 1431 68 Agustiani, h. 143. 67
d) Diri keluarga (familu self) e) Diri sosial (social self).
d. Proses Pembentukan Konsep Diri Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut.69 Menurut Symonds, Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dari dirinya dan berbeda dari orang lain.70 Pada awalnya konsep diri bayi yang baru lahir belum terbentuk, secara perlahan terbentuk secara samar-samar ketika ia sudah mulai bisa membedakan bahwa dirinya terpisah dari yang lain. Meskipun samarsamar, pengertian awal ini membentuk konsep dasar pandangan seseorang terhadap dirinya.71 Perkembangan konsep diri mengalami kemajuan yang cukup pesat pada saat mulai, menggunakan bahasa, kira-kira pada umur satu tahun. Dengan memahami apa yang dikatakan orang tua dan orang lain seseorang memperoleh informasi lebih banyak tentang dirinya.72 Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri seseorang mulai menjadi lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya
69 70 71 72
Agustiani,, h. 143. Ibid. Calhoun dan Acocella, h. 76. Ibid.
sendiri. Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri.73 Menurut Gunarsa, konsep diri itu sebetulnya terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada dasarnya, konsep diri itu tersusun atas dua tahapan, yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Yang paling dasar adalah konsep diri primer, dimana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. 74 Gunarsa menambahkan: “Kemudian setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarga. Ia mempunyai lebih banyak teman, lebih banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih banyak pengalaman. Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya.ini menghasilkan konsep diri sekunder.”75
Memasuki jenjang keremajaan, konsep diri seorang remaja cenderung tidak konsistern dan hal ini disevavkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki
73 74 75
Agustiani, h. 143. Gunarsa, h. 239. Ibid.
suatu konsep diri yang konsisten.76 Dari penyelesaian masalah dan konflik remaja inilah lahir konsep diri orang dewasa. 77 Pada akhirnya nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian konsep diri remaja akhir cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun konsep diri menjadi semakin sulit berubah.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Konsep diri pada seorang remaja cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu konsep diri yang konsisten.78 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, antara lain: 1. Orang tua Orang tua adalah kontak social yang paling asal yang kita alami dan yang paling kuat. Orang tua memberi arus informasi yang konstan tentang diri kita. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak akan menumbukhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negative orang tua akan mengundang Ibid. Agustiani, 144. 78 Ibid. 76 77
pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2. Kawan Sebaya Kelompok kawan sebaya remaja menempati posisi kedua setelah orang tuanya dalam mempengaruhi konsep diri. Disamping masalah penerimaan atau penolakan peran yang diukir anak dalam kelompok teman sebayanya mungkin mempunyai pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri. 3. Masyarakat Masyarakat pun ikut berperan dalam proses pembentukan konsep diri remaja. Harapan masyarakat terhadap remaja mempengaruhi penilaian remaja terhadap dirinya sendiri. Di samping faktor-faktor di atas, adapula faktor spesifik lainnya yang berkaitan erat dengan macam konsep diri yang bagaimana yang akan dikembangkan oleh seorang remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: 1. Jenis Kelamin 2. Harapan-harapan 3. Suku Bangsa 4. Nama dan Pakaian
2. Remaja a. Pengertian Remaja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelajar SMA adalah murid atau siswa yang duduk di sekolah umum selepas sekolah menengah pertama sebelum mereka masuk ke perguruan tinggi. Di Indonesia sendiri batasan usia pelajar SMA berkisar antara 15 – 18 tahun. 79 Dalam beberapa buku psikologi perkembangan usia 15 – 18 tahun dikategorikan sebagai “usia remaja” dimana merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Untuk itu pembahasan selanjutnya istilah pelajar ini penulis identikan dengan usia remaja.
b. Tugas Perkembangan Remaja Karena usia pelajar SMA di kategorikan dengan usia remaja maka perkembangannya pun disamakan degan perkembangan masa remaja biasanya ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independent, (2) minat seksualitas; dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilainilai etika, dan isu-isu moral.80 Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangannya masing-masing. Tugas-tugas perkembangan adalah petunjuk yang Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. Syamsu Yusuf LN., Psikologi Perkembangan Anak &Remaja, Remaja Rosdakarya, 2007), h. 71. 79 80
(Bandung: PT
memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu.81 Tugas-tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan datang, jika dia kelak telah mencapainya.82 Adapun tugas-tugas perkembangan pelajar SMA secara umum adalah sebagai berikut: 1. Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita. 2. Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin. 3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orangorang dewasa lain. 4. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi. 5. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan. 6. Mengembangkan
keterampilan-keterampilan
dan
konsep-konsep
intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warganegara yang teruji. 7. Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat. 8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
81 82
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 95. Ibid., h. 96.
9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.
c. Problematika Remaja Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut mereka memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Menurut Zakiah Daradjat problematika remaja yang umumnya terjadi sejak dulu dan sampai sekarang semakin tampak jelas ialah:83 1. Masalah Hari Depan Kecemasan remaja akan menjadi apa mereka nanti setelah tamat SMA, apakah mereka mampu memenuhi harapan-harapan orang-orang di sekeliling mereka menimbjulkan problem bagi mereka. 2. Masalah Hubungan dengan Orang Tua Adanya ketidakserasian hubungan antara remaja dan orangtua sehingga menimbulkan pertentangan-pertentangan. 3. Masalah Moral dan Agama
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Penerbit PT Bulan Bintang, 2003), cet. Ke-16, h. 145. 83
Kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama membuat remaja semakin terpuruk. Ketika remaja tidak memiliki keyakinan yang kuat akan agamanya maka akan menyebabkan remaja tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya dan terjadi kegoncangan dalam jiwa mereka. Selanjutnya, Stanley Hall mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam “Storm and Stress”. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya: 1. Kekecewaan dan penderitaan 2. Meningkatnya
konflik,
pertentangan-pertentangan
dan
penyesuaian 3. Impian dan khayalan 4. Pacaran dan percintaan 5. Keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan84
84
Gunarsa, h. 205.
krisis
BAB III PROFIL ILNA YOUTH CENTRE
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Latar belakang berdirinya ILNA (‘Ilman Nafi’an) Youth Centre didasari atas keprihatinan dengan berbagai kondisi degradasi moral yang terjadi pada remaja. Apalagi saat itu di era tahun 90-an banyak hal yang mengancam remaja seperti maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, dan saat ini yang paling hebat dan sekaligus menjadi bahaya laten adalah free life style bagi pergaulan maupun kehidupan seks. Membuat kondisi yang demikian, membuat hati para alumni SMA Negeri 1 Bogor untuk berkontribusi kepada Negara melalui pembinaan generasi muda. Awalnya pada tahun 1992 sebelum mendirikan lembaga ILNA atau ‘Ilman Nafi’an (Ilmu yang bermanfaat), lembaga ini masih berupa paguyuban. Pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan tahun 2001 ketika I’tikaf di masjid, akhirnya memutuskan untuk membentuk ILNA Youth Centre. Berstatus badan hukum pada tahun 2003 dengan nama Yayasan Pusat Pembelajaran ILNA (ILNA Learning Centre).85 Akhirnya, pada tahun 2007, ILNA berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jas pelatihan yaitu PT Central Prima Dynamic, tapi market brand-nya adalah ILNA Training Centre. Dan program yayasan
Wawancara dengan Nugraha D.P. Kusumah (Chief Operational Officer ILNA) via e-mail, Bogor, 20 Agustus 2008 85
merupakan Corporate Social Responsibility perusahaan.86 Dan kini ILNA memiliki 200 orang mentor yang terdiri dari 106 mentor ikhwan dan 94 mentor akhwat.87
B. Visi dan Misi Visi dari lembaga ini adalah :88 1. Menjadi pusat pengembangan diri 2. Menjadi sebuah lembaga pengembangan konsep, metode, dan trainer 3. Menjadi sebuah lembaga professional di bidang pembelajaran Adapun misinya, yaitu mengembangakan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya generasi muda melalui pendekatan ilmiah, aktual, popular, dalam rangka membentuk kepribadian diri yang berwawasan spiritual, prestatif, menguasai keterampilan hidup, dan memiliki semangat beramal soleh.89
C. Tujuan Mentoring Pada dasarnya tujuan mentoring dari ILNA Youth Centr yaitu membentuk remaja yang berkarakter dewasa.90 Maksud dewasa disini diartikan bahwa remaja mampu memenuhi tuga perkembangannya sebagai seorang remaja dan menjadi remaja yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. 86 Wawancara dengan Nugraha D.P. Kusumah (Chief Operational Officer ILNA) via e-mail, Bogor, 20 Agustus 2008 87 Wawancara dengan Nugraha D.P. Kusumah (Chief Operational Officer ILNA) via e-mail, Bogor, 20 Agustus 2008. 88 ibid 89 Ibid 90 Ibid
D. Program Kerja Adapun program kerja ILNA Youth Centre adalah sebagai berikut :91 1. Seminar, yaitu program kerja yang diselenggarakan dalam bentuk talkshow, bedah buku, dan sebagainya dalam rangka peningkatan kualitas keilmuan remaja secara teoritik. 2. Training, yaitu program kerja yang diselenggarakan dalam bentuk pelatihan – pelatihan sebagai pembekalan yang tidak hanya bersifat teoritik saja, tapi juga praktik. 3. Workshop, yaitu bentuk kegiatan yang memperkenalkan program–program yang diselenggarakan oleh ILNA. 4. Outbond, yaitu bentuk kegiatan lebih pada pembinaan secara jasmani. Biasanya dilakukan di outdoor. 5. Publishing, yaitu salah satu bentuk program kerja yang bergerak dalam penerbitan dan pengadaan materi-materi mentoring. Adapun buku-buku yang sudah diterbitkan oleh ILNA Youth Centre adalah sebagai berikut :92 a. Super Mentoring Yunior b. Super Mentoring Senior c. Super Mentoring Senior 2 Ibid Diakses pada tanggal 25 Oktober 2008 dari http://www.mentoringindonesia.com 91 92
d. Games for Islami Mentor e. Manajemen Mentoring f. Fun Tac Tics Strategi Presentasi Mentoring g. Jadi Muslimah Kudu Sukses h. Bintang 1 : Bikin Life Planning i. Bintang 2 : Integrity Building j. Bintang 3 : Nurani Cerdas k. Bintang 4 : Terampil Belajar l. Bintang 5 : Atur Diri m. Bintang 6 : Nilai Akhlak n. AMPUH : Menjadi Cerdas Tanpa Batas o. Lho Moves M Matches : Ragam Permainan Korek Api
E. Struktur Organisasi Seperti yang dijelaskan di awal bab ini, bahwa dalam struktur organisasi, mentoring merupakan Corporate Social Responsibility dari ILNA itu sendiri. Dan baru-baru ini divisi-divisi yang ada di ILNA melakukan reduksi dari delapan divisi yang ada menjadi tiga divisi, yaitu :93 1. Divisi Operasional dan Riset, menangani operasional dan riset statistic remaja. 2. Divisi Media dan Penerbitan, mengelola situs dan menerbitkan buku.
Wawancara dengan Nugraha D.P. Kusumah (Chief Operational Officer ILNA) via e-mail, Bogor, 20 Agustus 2008 93
3. Divisi Keuangan, bertanggung jawab mengelola keuangan lembaga. Di bawah ini penulis gambarkan struktur organisasi di lembaga ILNA Youth Centre :
Tabel 2.1. Struktur Organisai ILNA Youth Centre
ILNA
Bisnis
Corporate Social Responsibility
Yayasan
Ketua
Sekretaris
Chief
Bendahara
Operating Office
Divisi Riset
Divisi Media
Divisi Finance
Ketua Yayasan
: Yono Suryanto
Dewan Pembina
: 1. Baban Sarbana 2. Meydi Muldani
Creative Officer
: Nugraha Dwi Putra Natakusumah
Media Officer
: Syamsul Hadi
IT Officer
: Andika Prapta Daharu
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Temuan Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor
Dari hasil penelitian di lapangan, penulis menemukan proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri remaja pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor dilaksanakan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama ILNA mempromosikan program mentoring ke suatu sekolah. Natakusumah mengungkapkan, “Pada tahun awal, ILNA membuka program mentoring di suatu sekolah dengan menawarkan program mentoring ke pihak sekolah.”94 Jika proposal tersebut disetujui, ILNA kemudian berkoordinasi dengan pihak sekolah dengan menawarkan program mentoring ke pihak sekolah melalui guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan dan KOnseling. Tahap selanjutnya, ILNA mengerahkan SDM internal untuk melakukan mentoring agama Islam terhadap remaja yang disini sasarannya adalah pelajar SMA. Sasaran utama adalah membina anak-anak ROHIS atau DKM sekolah dengan tujuan mereka inilah nantinya yang akan menjadai SDM mentor di sekolah tersebut. Setelah tiga tahun melakukan mentoring dengan memberdayakan SDM yang terdapat di ILNA, maka sekolah tersebut memiliki alumni mentoring. Para alumni inilah yang nantinya akan diterjunkan menjadi mentor di sekolah mereka masing-masing. Jika jumlah alumni memungkinkan maka ILNA akan mendorong
94
Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via email, Bogor, 20 Agustus 2008.
mereka untuk membentuk forum alumni. Forum alumni inilah yang nantinya memberikan kebijakan-kebijakan dalam pelaksanaan program mentoring di sekolah masing-masing dan ILNA lebih berperan sebagai fasilitator atau media konsultasi karena pada prakteknya di lapangan masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk mengelola pelaksanaan mentoring, seperti yang diungkapkan hief Operational Officer ILNA berikut ini: “… ILNA itu hadir sebetulnya lebih kepada fungsinya sebagai kolektifitas, … kita tidak kemudian menetapkan sistem bahwa semua SMA harus terstruktur, gitu. Masing-masing SMA di kasih otoritas, kebebasan untuk menentukan. E…, kita hanya memberikan satu ini loh bukunya, garis besarnya seperti ini, silahkan mau berkembangnya jadi seperti itu atau mungkin seperti ini,…”95 Dalam hal ini ILNA hanya memberikan garis besar pedoman pelaksanaan mentoring. Pengembangan selanjutnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing sekolah. Adapun pelaksanaan mentoring di masing-masing sekolah, sebelum memulai kegiatan mentoring maka para mentor mengelompokkan terlebih dahulu masing-masing kelas X, XI, dan XII. Kemudian masing-maisng kelas ini pun dikelompokkan lagi menjadi kelompok mentoring Ikhwan96dan kelompok mentoring Akhwat.97 Satu kelompok mentoring ini berjumlah antara 10-15 orang pelajar. Bertujuan membentuk remaja yang berkarakter dewasa.98 Maksud dewasa disini diartikan bahwa remaja mampu memenuhi tugas perkembangannya sebagai 95
Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via email, Bogor, 20 Agustus 2008. 96 Sebutan untuk pelajar laki-laki. 97 Sebutan untuk pelajar perempuan. 98 Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via email, Bogor, 20 Agustus 2008.
seorang remaj dan menjadi remaja yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri secara baik dan memiliki prinsip hidup yang kuat. Di bawah ini akan penulis unsur-unsur pelaksanaan mentoring yang berhasil penulis temukan di lapangan.
1. Identifikasi Informan a. Mentor Mentor merupakan salah satu pelaku utama dalam kegiatan mentoring yang mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian dan pengembangan konsep diri mentee. Untuk itu ILNA mempunyai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang mentor, selain bahwa dia harus seorang muslim merupakan salah satu syarat mutlak dan yang terpenting mentor tersebut tidak terlibat dalam anggota aliran sesat.99 Selain itu masih menurut pihak ILNA yang paling penting adalah mentor tersebut memiliki kemauan dan pengalaman yang dapat dibagikan kepada mentee agar mereka dapat belajar dan mengambil hikmah dari pengalaman mentor tersebut.100 Agar dapat menghasilkan kualitas mentor yang bagus, Tim Mentoring di SMA Negeri 1 Bogor melakukan pelatihan terlebih dahulu sebelum menjadi mentor ada semacam inisiasi yaitu dikenal dengan
99
Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via email, Bogor, 20 Agustus 2008. 100 Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via email, Bogor, 20 Agustus 2008.
sebutan Inisiasi Training disingkat menjadi IT. Kemudian baru mereka mengikuti Training For Mentor yang disingkat menjadi TFM. Dalam tranining tersebut calon mentor dibekali tentang urgensi mentoring, tujuan mentoring, urgensi menjadi mentor, bagaimana menghadapi mentee dan menyampaikan materi, kemudian bagaimana menggunakan games dalam pelaksanaan mentoring.101 Sama halnya yang dilakukan Tim Mentoring SMA Negeri 1 Bogor, Tim Mentoring SMA Negeri 6 Bogor pun mengadakan training bagi para calon mentor dan mereka menggunakan istilah Dauroh Mentor.102 Dalam penyelenggaraan kegiatan pelatihan untuk mentor ILNA turut berperan serta. Setelah dinyatakan memenuhi kriteria menjadi mentor maka mentor seperti yang telah dijelaskan di atas, mentor siap diterjunkan ke lapangan. Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga maka penulis hanya berhasil mengidentifikasi tiga orang mentor, sebagai berikut:
No. 1.
2.
101
Nama Mentor Ahmad Danil Effendi Ade Wahyu Hidayat
Jenis Kela min L
L
Usia
Jabatan
23 tahun
Mentor SMA Negeri 1 Bogor Co. Pembinaan dan Tim Mentoring
21 tahun
Pendi dikan
Lama Mentor
S1
6 tahun
D3 AKA
3 tahun
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Danil Effendi (Mentor SMA Negeri 1 Bogor), Ruang kelas XI-7 SMA Negeri 1 Bogor, 1 November 2008. 102 Wawancara Pribadi dengan Dian Pertiwi (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008.
3.
Dian Pertiwi
P
20 tahun
Anggota Divisi Syi’ar
SMA
3 tahun
Dari table di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 3 orang mentor yang berhasil penulis identifikasi. 1 orang mentor SMA Negeri 1 Bogor dan 2 orang mentor SMA Negeri 6 Bogor. Dilihat dari faktor usia dapat dikategorikan sebagai fase remaja akhir. Pendidikan rata-rata S1, D3, ada juga lulusan SMA. Dilihat dari segi pengalaman mereka menjadi mentor terbilang sudah cukup lama. 1 orang mentor mempunyai pengalaman selama 6 tahun dan 2 orang mentor berpengalaman selama 3 tahun. Ini menunjukkan bahwa menjadi seorang mentor tidak hanya dibutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi tetapi juga butuh keseriusan dan komitmen yang tinggi. Mentor diharapkan menjadi teladan dan panutan dalam proses pembentukan konsep diri remaja karena usia remaja merupakan usia dimana mereka mencari figure untuk dijadikan contoh yang baik.
b. Mentee Hasil dari observasi yang dilakukan oleh penulis, yang menjadi sasaran ILNA Youth Centre dalam kegiatan mentoring remaja ini adalah pelajar SMP dan SMA yang ada di kota Bogor.103 Adapun pelajar yang berhasil penulis identifikasi dapat terlihat dalam tabel berikut ini: No. 103
Nama Mentee
Jenis
Usia
Observasi Langsung di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.
Kelas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tiara Dinda Ayuvalina Rekyan Hanung P. Hesty Ambar S. Andita Ayuningtyas Alhammudin Ali Abdilah Wilda F.R.A.
Kelamin P P P P P L L P
15 tahun 15 tahun 15 tahun 15 tahun 14 tahun 16 tahun 17 tahun 17 tahun
X Akselerasi X Akselerasi X Akselerasi X Akselerasi X Akselerasi XI / IPA XII / IPA XII / IPS
Dari tabel di atas terdapat 8 orang remaja yang terdiri dari 6 orang pelajar putri dan 2 orang pelajar putra. Dilihat dari usia terdiri dari 1 orang berusia 14 tahun, 4 orang berusia 15 tahun, 1 orang berusia 16 tahun, dan 2 orang berusia 17 tahun. Dilihat dari tingkat kelas mereka diperoleh data 5 orang remaja duduk di kelas X SMA, 1 orang kelas XI SMA dan 2 norang kelas XII SMA. Alasan mentee mengikuti kegiatan mentoring beraneka ragam, sebagai berikut: 1. Karena program mentoring diwajibkan dari pihak sekolah.104 2. Melanjutkan mentoring dari SMP.105 3. Dukungan dari orang tua yang menilai positif kegiatan mentoring. 106 4. Ingin memperdalam agama Islam. 107 5. Agar ada keseimbangan antara mencari ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama.108
104 105 106 107
Wawancara pribadi dengan Wilda F.R.A. (Mentee), Bogor, 15 November 2008. Wawancara pribadi dengan Wilda F.R.A. (Mentee), Bogor, 15 November 2008. Wawancara pribadi dengan Ali Abdillah (Mentee), Bogor, 8 September 2008. Wawancara pribadi dengan Alhammudin (Mentee), Bogor, 8 September 2008.
Dari tiap tingkat kelas memiliki karakteristik yang berbeda dan penilaian mereka terhadap mentoring. Menurut sumber yang penulis peroleh kelas X masih belum meiliki minta yang lebih terhadap pelaksanaan mentoring serta daya tawar mereka yang tinggi ketika memulai pelaksanaan mentoring, sementara kelas XI mulai menampakkan antusias mereka dalam mengikuti pelaksanaan mentoring tapi masih terlihat sedikit menjaga jarak. Pada saat memasuki kelas XII, pelajar mulai merasa membutuhkan mentoring.109
2. Waktu Pelaksanaan Mentoring Waktu pelaksanaan mentoring disesuaikan dengan kondisi masingmasing sekolah. Dari hasil pengamatan penulis, hamper di tiap sekilah menggunakan hari Jum’at dan Sabtu sebagai waktu pelaksanaan mentoring110 karena dinilai cukup efektif dan efisien, mengingat kondisi mentor yang sebagian besar masih kuliah. Berikut penulis uraikan dalam bentuk tabel jadual pelaksanaan mentoring di masing-masing sekolah.111
Tabel 3.3 Jadual Mentoring SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor 108
Wawancara pribadi dengan Dewi (Mentee), Ruang Kelas X Akselerasi SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008. 109 Wawancara pribadi dengan Dewi (Mentee), Ruang Kelas X Akselerasi SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008. 110 Observasi langsung di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor. 111 Dokumen mentoring SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.
No
Hari
1.
Jum’at
Waktu Pelaksanaan 11.30 – 13.00
2.
Sabtu
12.00 – 13.00
Kegiatan Mentoring Akhwat Mentoring Ikhwan
Tempat Pelaksanaan Ruangan Kelas/Musolla Ruangan Kelas/Musolla
Berdasarkan tabel di atas, baik pelaksanaan mentoring di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor dilaksanakan pada hari Jum’at dan hari Sabtu. Pemilihan hari Jum’at untuk mentoring Akhwat lebih disebabkan untuk pemanfaatan waktu penggunaan waktu yang berbarenagna dengan pelajar putra melaksanakan shalat Jum’at maka waktu tersebut dianggpa efektif dan efisien.112
3. Media Mentoring Media yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring berupa saran dan prasarana di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor yaitu seperti ruang kelas, masjid atau musolla sekolah, bahkan dapat menggunakan halaman sekolah.113 Kemudian menggunakan alat bantu seperti laptop, proyektor atau LCD, VCD, dan White Board114, disesuaikan dengan kebutuhan materi yang akan disampaikan.
112
Wawancara pribadi dengan Dian Pertiwi (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), Kelas XII IPA 2, 5 Desember 2008. 113 Obseravi di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor. 114 Observasu di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.
4. Materi Mentoring Materi merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam pelaksanaan mentoring karena disini terdapat poin-poin penting yang harus dipelajari oleh mentee. Sejauh ini ILNA memberikan kebebasan kepada masing-masing sekolah untuk mengemas materi yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah tersebut. ILNA hanya memberikan garis besar maupun bahan rujukan yang dapat digunakan sebagai referensi dalam pelaksanaan mentoring.115 Adapun materi-materi yang disediakan ILNA meliputi: dasar-dasar keislaman, pengembangan diri, dakwah dan pemikiran Islam, social dan masyarakat.116 Dasar-dasar keislaman ini mencakup al-Qur’an, hadis, aqidah, fikih, dan akhlak. Sementara materi pengembangan diri mencakup manajemen dan organisasi, belajar mandiri, bagaimana belajar efektif. Sedangkan dakwah dan pemikiran Islam mencakup fikih da’wah, sejarah peradaban Islam, dunia islam kontemporer, pemikiran dan gerakan islam. Social kemasyarakatan mencakup ekonomi, social, seni dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan dan sebagainya. Adapun tema-tema materi yang disampaikan secara garis besar adalah sebagai berikut: 1) Aqidah Islamiyah
115
Wawancara pribadi dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA), ruang Kelas XI-7 SMA Negeri 1 Bogor, 1 November 2008. 116 Wawancara pribadi dengan Ade Wahyu Hidayat (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), Musolla SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008.
2) Al-Iman 3) Rukun Islam 4) Ihsan 5) Ma’rifatullah 6) Ma’rifatul Rasul 7) Ma’rifatul Islam 8) Syarat Diterimanya Syahadat 9) Pentingnya Akhlak Islami 10) Akhlak Rasulullah 11) Makna Basmalah 12) Makna Hamdallah 13) Berbakti Kepada Orang Tua 14) Sabar 15) Takwa 16) Syukur Nikmat 17) Pentingnya Pendidikan Islam 18) Islam Sebagai Sistem Hidup 19) Kewajiban Berdakwah 20) Simbol Sukses 21) Ukhuwah Islamiyah 22) Problematika Ummat 23) Sepuluh Risalah Pemuda 24) Amal Jamai
25) Ghawzul Fikri 26) Problematika Iman 27) Ilmu dan Urgensinya 28) Islam: Kemarin, Kini, dan Esok117 Hampir di tiap sekolah memberikan materi awal tentang aqidah karena menurut para mentor penanaman aqidah di awal pertemuan lebih penting sebelum membahas materi-materi lain. Karena pada awal pertemuan ini biasanya kondisi mentee baik secara psikis, spiritual dan sosial masih terbilang labil. Dan inilah yang menjadi proses awal remaja dalam pengembangan konsep diri mereka. 118
5. Metode-metode Mentoring Yang unik dalam kegiatan mentoring di ILNA Youth Centre ini adalah menggabungkan beberapa metode dalam pelaksanaan mentoring, yaitu: 1. Accelerated Learnig Accelerated Learning merupakan sistem pembelajaran yang dipercepat.119 Konsep dasar dalam metode ini adalah bahwa mentoring itu berlangsung secara cepat, menyenangkan dan memuaskan sehingga pelajar mampu merasakan urgensi dari mentoring itu sendiri yang pada akhirnya dapat membantu proses pembentukan kepribadian pelajar.
117 118 119
Modul Materi ILNA, Super Mentoring Senior 1 dan 2. Wawancara dengan Halida (Mentor), Musolla SMA Negeri 6 Bogor, 26 November 2008. Wawancara pribadi dengn
2. Quantum Learning Quantum Learning yaitu kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat proses belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Dalam metode ini diharapkan mentee mampu menyerap pengetahuan yang ia dapat dari mentor tidak hanya sekedar mengingat saja tetapi juga memahami tujuan dari pelaksanaan mentoring itu sendiri sehingga mereka mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan seharihari.120 3.
Quantum Teaching Hampir sama dengan Quantum Learning, Quantum Teaching merupakan orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar situasi belajar. Melalui metode ini ILNA berusaha menerapkan pelaksanaan mentoring yang dinamis dengan memaksimalkan potensi pelajar.
4.
Konseling Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan mentor terhadap mentee nya yang mengalami masalah sehingga dapat teratasi oleh mentee. Disinilah mentor dapat melihat sejauh mana kemampuan
mentee
dalam
menentukan
pilihannya
dan
mampu
bertanggung jawab atas pilihan tersebut.121 Masalah yang umumnya
120 121
Ibid. Ibid.
dihadapi oleh mentee yaitu permasalahan mentee dengan orang tua, pergaulan sosial, motivasi belajar. Dalam pemberian solusi masingmasing mentee memiliki cara tersendiri disesuaikan dengan karakter mentee yang mereka hadapi, seperti yang diungkapkan Wahyu, “Terus, kalau cara menghadapinya ya tergantung mentornya, sebenernya. Kalau ana sendiri lebih mengorek mereka untuk mengungkapkan dan bertanya balik dan mereka yang menyimpulkan. Itu dari ana sendiri.”122 Adapun metode penyampaian materi mentoring menggunakan beberapa metode, yaitu: 1. Metode Ceramah Dalam metode ceramah ini, mentor menyampaikan materi kepada mentee. Di sini terlihat komunikasi satu arah, di mana mentor lebih aktif berbicara sementara mentee mendengarkan dengan seksama. Di SMA 1 metode seperti ini di kenal dengan nama metode monolog.123 Sedangkan di SMA Negeri 6 Bogor, metode ceramah menggunakan istilah metode klasikal.124
2. Diskusi Ada juga metode diskusi. Dalam metode ini semua peserta mentor (mentee) berperan aktif dalam mengemukakan pendapat atau gagasan mereka terhadap suatu persoalan yang diangkat. Dalam metode ini mentor 122 Wawancara pribadi dengan Ade Wahyu Hidayat (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), Musolla SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008. 123 Ahmad Danil Effendi, Bogor, 1 November 2008. 124 Wawancara pribadi dengan Halida (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), di Musolla SMA Negeri 6 Bogor, 26 November 2008.
lebih berperan sebagai penengah atau media perantara antar mentee menyampaikan pendapat mereka.125 3. Studi Kasus Metode studi kasus ini, mentor memberikan sebuah kasus kepada mentee. Mentee diminta untuk menganalisis masalah tersebut. Ada yang disampaikan secara lisan maupun tulisan, ada juga dengan memutar sebuah film yang dapat diambil hikmahnya kemudian di analisis permasalahan yang terjadi. Seperti yang penulis temukan di SMA Negeri 1 Bogor menggunakan metode studi kasus dengan cara memutar sebuah film berjudul “Sakratul Maut”. Mentee diminta untuk melihat film tersebut dan menganalisis hikmah yang terkandung di dalam film tersebut. Lain halnya yang penulis temukan di salah satu kelompok mentoring di SMA Negeri 6 Bogor yang pada waktu itu membahas materi tentang Birrul Walidain (Berbakti kepada orang tua). Mentor memberikan sebuah contoh kasus dalam bentuk lisan yang berkaitan dengan materi pada hari itu dan meminta mentee untuk menganalisis dan mengajukan pendapat tentang kasus yang disampaikan. 4. Games Games merupakan alat bantu dalam penyampaian materi. Games merupakan
125
metode
penyampaian
materi
dua
arah
(two
Observasi pelaksanaan mentoring di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor, Oktober 2008-Desember 2008.
way
communication).126 Durasi games hanya berkisar 5 – 15 menit. Melalui metode ini, mentor memberikan ilustrasi materi yang disampaikan dalam bentuk games. Mentee diajak untuk bervisualisasi dan mengambil hikmah dari games yang diberikan mentor. 2. Tahapan-tahapan dalam Mentoring Adapun tahap pelaksanaan mentoring penulis klasifikasikan sebagai berikut: a. Tahap Pembukaan (Early Stage), terdiri dari: 1) Pembukaan Kegiatan mentoring di buka oleh mentor dengan mengucapkan salam dan membaca Bismillahirahmanirrahiim127. 2) Tilawah Qur’an Setelah dibuka kemudian dilanjutkan dengan tilawah Qur’an. Masingmasing peserta mentoring membaca Al-Qur’an secara bergiliran. Pada saat peserta mentoring mendapat giliran membaca Al-Qur’an, mentor dan peserta mentoring yang lain mendengarkan dengan seksama. Apabila mentee yang membacakan tilawah tersebut melakukan kesalahan
dalam
mengucapkan
makhorijul
membetulkan bacaan yang salah tersebut. 128
126 127
Modul Games ILNA, Super Games for Islamic Mentoring. Observasi dan wawancara. 128 Ibid.
huruf,
mentor
3) Hafalan Surat Pendek Usai tilawah Qur’an, mentee menyetorkan hafalan surat-surat pendek kepada mentor. Hafalan surat pendek tersebut di awali dari juz 30, di mulai dari surat An-Naas sampai surat An-Nabaa. 129 b. Tahap Pertengahan (Middle Stage), terdiri dari: 1) MateriSelesai hafalan surat pendek, mentor memberikan materi sesuai dengan silabus mentoring di masing-masing sekolah. selamanya
materi
yang
disampaikan
sesuai
130
Tapi tidak
dengan
silabus
dikarenakan disesuaikan kembali dengan keadaan menteenya. Adapun materi-materi yang disampaikan berkisar seputar, masalah ibadah, akhlak, muamalah, fikih, sains dan teknologi. 2) Tanya Jawab Dalam sesi tanya jawab mentor memberikan kesempatan kepada mentee untuk bertanya seputar materi yang disampaikan. Usai memberikan materi maka dibuka session diskusi dan tanya. 3) Qodhoya (Problem Solving) Qodhoya merupakan nama lain dari Problem Solving yang digunakan dalam salah satu sesi mentoring. Pada sesi inilah proses konseling terjadi, dimana mentor bukan hanya sebagai pembimbing atau pembina tetapi juga sebagai pendengar atau penasihat yang baik bagi menteenya.
129 130
Ibid. Ibid.
c. Tahap Akhir (Late Stage), yaitu penutup.131 Tahap terakhir dari kegiatan mentoring ini, yaitu penutup. Kegiatan mentoring ditutup dengan membaca, istigfar, dan do’a penutup majlis.
B. Analisa Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor Dari hasil penelitian tentang pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA sangat variatif. Adapun hasil yang di dapat pelajar selama mengikuti pelaksanaan mentoring tersebut mencakup aspek psikologi, sosial dan spiritual yang jika penulis analisis dapat membantu pelajar dalam penemuan identitas diri dan konsep dirinya. Di bawah ini akan penulis uraikan satu persatu hasil pelaksanaan mentoring: 1. Aspek Psikologi Ditinjau dari aspek psikologi pelajar dibekali pengetahuan dan contoh aplikatif bagaimana bersikap, berperilaku, pola pikir dan memotivasi diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik.132 Seperti yang diakui oleh Jumiah, bahwa setelah mengikuti mentoring dia belajar bagaimana seharusnya bersikap dan belajar untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya dan memaksimalkan potensi yang dimilikinya.133 2. Aspek Sosial
131
Ibid. Wawancara pribadi dengan Ade Wahyu (Mentor SMA Negeri 6 Bogor), Musolla SMA Negeri 6 Bogor, 5 Desember 2008. 133 Wawancara dengan Jumiah (Mentee), Bogor, 23 Oktober 2008. 132
Dalam mentoring mentee pun belajar berinteraksi dengan teman-teman yang lain dan bersosialisasi. Tidak semua mentee dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Mentoring ini membantu mentee untuk belajar beradaptasi satu sama lainnya. Danil mengungkapkan, “…Peserta mentoring juga belajar tentang skill bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan menyatakan pendapat. Juga tentang pengetahuan kampus pasca SMU dan how to proud as a-Moslem.”134 Inipun diakui oleh peserta mentoring, mereka yang awalnya pemalu belajar menyesuaikan diri dan berinteraksi dengan teman-teman dan lingkungan sekitar yang baru mereka temui. 135 3. Aspek Spiritual Dari segi spiritual, pelaksanaan mentoring dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang Islam, seperti yang diungkapkan Alhammudin, “Sebagai sarana untuk menambah wawasan Islam”136 Selain itu, Wilda menambahkan bahwa mentoring dapat dijadikan pengingat sekaligus penguat hatinya saat merasa malas dalam melaksanakan ibadah. 137 Diakui juga oleh Jumiah, salah seorang peserta mentoring bahwa dengan mengikuti kegiatan mentoring menjadikannya lebih faham tentang Islam dan belajar untuk semakin mencintai Allah dan Rasulnya.138
134 135 136 137
Wawancara dengan Ahmad Danil Effendi, (Mentor SMA Negeri 1 Bogor), Bogor, 2008. Wawancara dengan Tiara (Mentee), Bogor, 5 Desember 2008. Wawancara pribadi dengan Alhammudin (Mentee), Bogor, 23 Oktober 2008. Wawancara pribadi dengan Wilda, (Mentee SMA Negeri 1 Bogor), Bogor, 15 November
2008. 138
Wawancara pribadi dengan Jumiah (Mentee), Bogor, 10 Oktober 2008.
4. Aspek Edukasi Konsep diri terbentuk merupakan proses dari hasil belajar. Dan mentoring merupakan salah satu media pembentukan konsep diri pelajar. Dengan belajar memandang diri sendiri secara positif, maka sedikit demi sedikit akan terbentuk konsep diri yang positif pula.139 Hesti mengungkapkan, idak hanya sebatas pengetahuan agama saja yang di dapat melalui pelaksanaan mentoring tetapi bagaimana cara belajar yang efektif dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga kita mampu mengembangkan potensi diri sendiri. 140 Selain itu, Dewi menambahkan bahwa dalam mentoring terdapat proses pendidikan bagaimana seharusnya seorang remaja menyikapi suatu keadaan melalui norma-norma yang berlaku.141 Natakusumah mengungkapkan bahwa substansi dari mentoring itu sendiri diharapkan pelajar tersebut memiliki role model, yang bisa dijadikan panutan dan bisa dipercaya yang nantinya dapat mendorong pelajar membentuk pribadi dan karakter yang diharapkan mempunyai kapabilitas.142 Dalam hal ini seorang mentor harus bisa mengarahkan mentee agar mereka dapat menemukan identitas dirinya dan menggali potensi yang dimiliki mentee. Membangun kerangka berpikir yang positif sehingga mereka mampu mengatasi segala bentuk persoalan mereka sesuai dengan cara yang benar. Maka 139
Wawancara pribadi dengan Lia (Mentor SMA Negeri 1 Bogor), Musolla SMA Negeri 1 Bogor, 1 November 2008. 140 Wawancara Pribadi dengan Hesti (Mentee), Bogor, 5 Desember 2008. 141 Wawancara dengan Dewi (Mentee), Bogor, 5 Desember 2008. 142 Wawancara dengan Nugraha, D.P. Natakusumah (Chief Officer Operational ILNA), Bogor, 1 November 2008.
dari itu, mentoring diharapkan menjadi tempat mereka mengenal diri mereka sendiri dan mempunyai konsep diri yang positif dan bangga menjadi seorang muslim
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Mentoring merupakan sebuah proses interaksi yang didalamnya terdapat transfer knowledge antara seorang mentor dengan seorang mentee yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai dan mengasihi. Mentor sebagai salah satu potesi utama dalam pelaksanaan mentoring memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk kompetensi dan karakter mentee
ke arah yang positif sebagai proses
pengembangan konsep diri remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor sebagai berikut: 1. Pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja yang dalam hal ini adalah pelajar SMA pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor terbilang sudah cukup baik, namun masih ada beberapa lembaga atau institusi yang masih enggan untuk menggunakan mentoring sebagai salah satu alternative pengembangan potensi remaja. Adapun awal pelaksanaan mentoring yang dilakukan lembaga ILNA Youth Centre melalui tiga tahapan, yaitu: (1) tahap perkenalan, (2) tahap pembinaan, dan (3) tahap pengembangan. Setelah itu, saat pelaksanaan mentoring di bagi lagi menjadi tiga tahap yaitu: (1) tahap awal berisi pembukaan, tilawah qur’an, dan hafalan
surat pendek. (2) tahap kedua yaitu tahap pertengahan berisi materi, diskusi, Tanya jawab dan qodhoya (problem solving), dan (3) tahap penutupan. 2. Metode yang digunakan ILNA Youth Centre
Bogor pada pelaksanaan
mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja yaitu dengan mengkolaborasikan beberapa metode, yaitu metode accelerated learning, quantum learning, quantum teaching
dan konseling. Adapun metode
penyampaian materi pada umumnya menggunakan metode ceramah, diskusi, studi kasus, dan games. 3. Hasil yang diperoleh remaja selama pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor yaitu menyentuh aspek psikologi, sosial, spiritiual dan edukasi. Dari sini dapat ditarik garis lurus bahwa pelaksanaan mentoring sangat efektif sebagai salah satu metode bimbingan bagi remaja dalam pengembangan konsep diri reamaja.
B. SARAN Bedasarkan pemaparan diatas maka penulis memberikan saran kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut: 1. Untuk Lembaga ILNA Youth Centre Masih banyak lembaga-lembaga formal maupun institusi pendidikan yang belum mengetahui urgensi dari mentoring. Untuk itu diharapkan lembaga ILNA dapat mensosialisasikan program tersebut sehingga masyarakat luas dapat mengetahui manfaat serta hasil yang dapat mereka peroleh dari
kegiatan tersebut, khususnya usia remaja yang masih rentan dalam proses pencarian jati diri mereka. 2. Untuk Mentor Karena mentor memiliki peran yang sangat besar dalam proses mentoring maka diharapkan kualitas mentor pun labih ditingkatkan kembali dari segia wawasan, kemampuamn, berinteraksi dengan menteei dan yang lebih utama dapat menjaga akhlak sebab secara tidak langsung mentor merupakan contoh model bagi para menteenya. 3. Untuk Mentee Proses pengembangan konsep diri remaja bukanlah hal yang mudah. Tidak hanya diri sendiri, lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri remaja. Untuk itu diharapkan mentee dapat memanfaatkan kesempatan yang ada selama mengikuti mentoring dengan mengembangkan potensinya dan bekreasi secara positif sehingga mentee mempunyai prinsip hidup dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Cet. Ke-1. Bandung: PT Refika Aditama, 2006. Anderson, E. & Shannon, A. Toward a Conceptualization of Mentoring. Journal of Teacher Education, 1998. Asharfillah, Zenan. Islam Gue Banget!. Ed. Sakti Wibowo. Jakarta: Zikrul Hikam, 2006. Bangun, Roberto. Mengatasi Tawuran Remaja, Pelajar Pemuda, Mahasiswa dalam Liburan Sekolah. Jakarta: DPP Karya Pembangunan, 19987. Baron, A. Baron & Byrne, Donn. Psikologi Sosial. Alih bahasa Ratna Djuwita, dkk. T.tp: Penerbit Erlangga. Calhoun, F. James & Acocella, Joan Ross. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Semarang Press, 1995. Buckley, Maureen A. & Zimmermann, Sandra Hundley. Mentoring Children and Adolescents: A. Guide to the Issues. USA: Greenwood Publishing Group, 2003. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikolog. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002. Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang, 2003. Erossman, Jean Baldwin & M. Eillen, Garry. “Mentoring – A Proven Deliquency Prevention Strategy,” Juvenille Justice Bulletin. April, 2007. Faturachman, Fitra. Konsep Diri Pelajar yang Terlibat Perkelahian Pelajar. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002.
Hardian, Novi dan Tim ILNA YOSEN (Youth Centre). Super Mentoring Senior. Bandung: Syaamil, 2003. Mappiare, Andi. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Matta, M. Anis. Model Manusia Muslim Abad XXI. Cet. Ke-2. Bandung: Syaamil, 2007. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Muliana, Farid. Super Mentoring 2 Panduan Keislaman Remaja. Bandung: Syaamil, 2004. Nawawi, Hadari H. metodologi Penelitian Bidang Sosial. yogyakartaL Gadjah Mada University Press, 2005. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Ridha, Akram. Remaja Tanpa Masalah. Jakarta: Qisthi Press, 2005. Ruswandi, Muhammad dan Adeyasa, Rama. Manajemen Mentoring. Bandung: Syaamil, 2007. ----------------------------- dan Tim ILNA Learning Centre. Games for Islamic Mentoring. Bandung: Sygma Publishing, 2008. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Widiyantoro, Nugroho. Panduan Dakwah Sekolah ubtuk Perubahan Besar. Bandung: Syaamil, 2003. http://www.books.google.co.id http://www.en.wikipedia.org/wiki/Youth_mentoring.
http://www.mentoringcanada.ca. http://www.mentoringindonesia.com. http://mentorset.org.uk/pages/mentoring.htm.
WAWANCARA MENTOR Nama Usia Jenis Kelamin Jabatan Pekerjaan Pendidikan Alamat No. HP/Telp Tanggal
: Ahmad Danil Effendi : 23 Tahun : Laki-laki : - Ketua Mentoring SMP Negeri 1 Bogor - Mentor Pengganti SMA Negeri 1 Bogor : Fresh Graduated : S1 : Jl. Raya Pemda, Kedung Halang Talang No. 24 Rt 04/01, Bogor : 081383783376 : 1 November 2008
Sejak kapan Anda menjadi mentor? Tahun 2003. Menurut anda definisi dari mentoring itu sendiri apa? Mentoring itu dari kata mentor lebih kea rah pembimbingan atau pembinaan, tapi karena yang saya lakukan mentoring islam, jadi pembimbingan atau pembinaan kea rah pembentukan akhlak muslim sesuai dengan Al-Qur’an & Hadits. Apa tujuan dari mentoring? Tujuan dari mentoring sih yang pastinya…goalnya…utamanya menciptakan siswa yang berakhlakul karimah gitu, yang baik, e…yang sesuai denang tuntunan Islam, Al-Qur’an dan Hadits. Siapa sajakah sasaran dari mentoring? Kalo saya kalo sasarannya sih...SMA atau SMP? Yang SMA. Kalo SMA-nya sih masih tataran remaja, umurnya sekitar 16 sampai 18 tahun. Itu SMA kelas ! sampai kelas III. Kebetulan saya pernah (menjadi mentor) di kelas I, kals II dan kelas III pernah. Sejak kapan istilah mentoring itu muncul? Mentoring itu…, pernah baca kayaknya udah tahun…(sambil berpikir)…kalo di SMA 1 sih 1990.
lama
ya…sekitar
Bisa dijelaskan, bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Apa saja yang dipersiapkan mentor pra dan pasca mentoring? Pas pelaksanaannya ya…??? (Kembali bertanya)
Iya. kalo pra mentoring sih buat mentor ya berrarti dia harus nyiapin materi, nyiapin mental do ri,aj, apa yang mau disampaikan. E…, ini prosesinya apa dari segi mentornya? Dari mentornya sendiri sebelum melaksanakan mentoring yang dipersiapkan mentor apa saja? Biasanya kalau di SMANSA (Sebutan untuk SMA Negeri 1 Bogor), ada badan yang namanya FORKOM ALIM’S yaitu semacam Forum Alumni SMA 1. Di situ kita ada bembinaannya dulu. Ya jadi…, sebelum jadi mentor itu ada semacam inisiasi, ada yang namanya…, kita punya banyak program. Kalo di FORKOM ALIM’S itu ada IT (Inisiasi Training) kemudaian ada TFM (Training For Mentor). Alumni SMANSA yang baru lulus itu tu ada pembinaan untuk diarahkan jadi mentor, gitu. Terus…e…kenapa pentingya jadi mentor, apa pentingnya jadi mentor, tujuan mentor itu apa, tentang da’wah, tentang amar ma’ruf nahi munkar itu dijelasin ketika IT itu secara umum. Nanti ketika ada yang mau jadi mentor nih, nanti ada pembinaannya lagi, namanya TFM (Training For Mnetor). Di SMANSA ada beberapa kali Training For Mentor gitu. Ya jadi…nanti training tentang bagaimana menghadapi umum, bagaimana menghadapi siswa, bagaimana menyampaikan materi dengan baik, terus…ada juga TFM tentang game, TFM tentang e…banyak hal gitu. Terus juga ada…kalau di FORKOM sendiri ada yang namanya talaqi gitu, misalnya ada materi-materi yang cukup berat, materimateri yang memang harus didatangkan dari narasumber utamanya, mentormentor mendengarkan, biar pas nyampein ke siswanya lebih jelas gitu, lebih tahu. Terus juga pastinya kalau di FORKOM ALIM’S sendiri ada struktur ini…misalnya kaya penyediaan buku. Saya kebetulan bawa contohnya (sambil menunjukkan buku Administrasi Mentoring SMA Negeri 1 Bogor), saya kebetulan bawa contohnya. Jadi karena mentoring di SMANSA itu punya structural sendiri, kita punya e…berbagai perangkatnya gitu, misalnya kaya Buku Absensi, kaya gini ni…(membuka lembaran absent), ini yang sekarang. Terus kalau buku materinya juga sering dikasih Cuma karena saya kira Mentoring SMP jadi saya bawa materi-materi buku SMP. Tapi di SMA 1 juga ada. Buku materi itu ada jilid 1,2,3, pokoknya yang udah diterbitkan ILNA, kan awal-awalnya ditulis oleh alumni SMANSA. Nah, biasanya itu ada e…buku-bukunya, gitu. Terus juga ada silabusnya. Jadi, dari pihak FORKOM ALIM’S itu ada bidang mentoring. Nah, bidang mentoring itu meracik sedemikian rupa kurukulum apa yang akan disampaikan kepada siswa kela I, kals II dan kelas III selama setahun. Nah, itu biasanya ada silabusnya, ada buku-buku materinya, bahkan ada buku gamesnya. Jadi, Insya Allah sih dari segi perangkat lengkap ya untuk persiapannya. Nah, terus kalau udah dikasih itu berarti ya tinggal dari mentornya sendiri menyiapkan mentalnya, menyiapkan kesiapan diri, baca lebih dulu, nyari informasi dari mana-mana, biasanya kan kalau untuk mentor di SMA 1 kebetulan harus ikut pengajian dulu. Ya…jadi gak sekedar lulus dari SMANSA jadi mentor udah gitu ya. Jadi, semua mentor harus iut halaqah, jadi supaya gak kosong gitu. jadi, dia
ngasih (maksudnya materi), memang karena dia punya isi (ilmu dan wawasannya) di dalam kepalanya. Ya…jadi harus ada halaqah dulu. Jadi selain dai materi tadi dia juga haru halaqah dulu, udah gitu dia harus nyari informasi lebih banyak ya dari internet, dari Koran, dari majalah karena kebetulan kalau SMANSA itu kan anak-anaknya cenderung lebih up-date, pintar, trus…ya…cerdas gitu ya, teknologinya juga berkembang, capabilitynya lebih, jadi mentornya juga harus bias menyeimbangkan terhadap kemampuan siswa. Makanya mentor harus lebih inovatif lagi, biasanya ada yang bawa laptop, ada yang punya keterampilan lain yang bisa diajarkan, jadi harus disiapkan secara maksimal. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Tahapan atau fasenya seperti apa? Kalau fase pastinya pertama sih…duduk bareng, janjian dulu dimana (maksudnya tempat mentoringnya), mau itu di kelas, mau itu di lapangan, mau itu di rmah siapa, pastinya janjian dulu, ketemuan kalau dah ketemuan biasanya dibuka dengan Basmallah, terus tilawah bergantian gitu, beberapa ayat ada perwakilannya, ada yang baca saritilawahnya, terus dibahas tentang bacaan Al-Qur’annya, baru kemudian kita biasanya mengawali dari ngomongin hal-hal umum dulu, misalnya ‘apa kabarnya?’ baru masuk kea rah materi, biasanya kalau ada materi sekarang diselingi dengan games, terus ada Tanya jawab e…diskusi, biasanya udah selesai, duitutup, pulang. Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring? Metode penyampaiannya lebih biasanya sih dialog ya…jadi itu tadi, kita membahas nateru apa nih…,pertama dari mentornya, monolog. Kemudaian e…sepanjang si mentor itu berbicara kadang ada yang naya, ya terus ada dialog interaktif e…saling menambahkan. Misalnya mentornya kurang apa, salah apa, atau mad’u-nya mau bertanya apa, biasanya di situ ada proses dialog. Apa ada kegiatan lain yang menunjang kegiatan mentoring Ya…kalau di SMANSA sendiri sih ada yang namanya Mentoring Rutin, ada yang namanya Mantoring General. Mentoring rutin yang biasa dilaksanakan sepekan sekali. Mentoring General itu mentoring semua angkatan di satuin. Biasanya tiap-tiap angkatan beda. Supaya gak jenuh, supaya ada variasi baru disitu karena memang ada jadwalnyasebisa mungkin sih gak membahas halhal matrealistis baget. Jadi kadang hal-hal yang lebih kekinikan, hal-hal yang lebih apa ya…, dulu pernah Nunu ngisi masalah apa ya…??? Megawati Branding ya? Eh…, bukan… Personal Branding. Gak Cuma tentang Rasulullah atau akhlak Rasulullag pokoknya yang lebih kea rah pengikatan lain. Bentuk kegiatannya seperti apa? Sama sih bentuknya, kalau di kelas biasanya di kelas besar ada pembicara, ada Tanya jawab, tapi lebih have fun, biasanyaada konsumsi, ada games, ada
simulasi, ya kaya gitu. pokoknya lebih lengkap lah dibandingkan mentoring biasa sedikit lebih cair. Tapi kadang juga mentoring general ya sebisa orangorangnya ya jadi kadang sih…tapi ini jarang terjadi, misalnya ke Kebun Raya kah, bikinacara apakah, main bola kah, kadang di basecamp, kadang kaya rihlah, kadang ada rujak party, ice cream party, ya party-party lain, pokoknya yang lebih have fun. Bahkan ada mentor yang kreatifmisalnya, “Wah, anak mentornya gak mau mentoring nih”, ini secara umum aja nih. Ada juga mentor yang anak mentornya tukan main games, mentornya datang ke tempat main games, di deket sini ada tempatnya namanya CS singkatan dari Counter Strike, mentoring lah di situ. Entah itu mentoringnya sambil mentornya ikut main games yang penting bisa dan si mentee merasa mentornya care gitu, jadi kita gak haur e…yang matrealistis banget sih. Atau terus kalo misalnya anakanaknya suka main bola, ya mentornya main bola bareng. Jadi lebih ke arah gimana caranya pendekatan ke siswanya gitu. Ada yang kalo di akhwat seperti ice cream party, rujak party, pokoknya party-party. Kalau kahwatkan biawsanya suka curhat-curhatan. Ada yang wah ini kayaknya anak-anaknya lebih suka dari rumah ke rumah sambil selaturahim. Ada juga yang gitu sih. Evaluasi seperti apa yang dilakukan oleh mentor dan apa saja yang di evaluasi? Evaluasi…, kalo di SMANSA sekarang lebih di perketat. Jadi ada evalusi mingguan. Kalau ‘gak salah sekarang tuh tiap minggu karena biasanya kita tuh ketemuan susah terus kadang absensi tuh sering hilang. Akhirnya pihak bidang mentoring FORKOM ALIM’S itu ada satu upaya untuk setiap habis mentoring langsung SMS, mad’unya siapa? Kelas berapa? Yang dating siapa saja? Materinya apa? Metodenya apa? Pokoknya SMS gitu ke nomor tertentu yang sudah ditunjuk sebagai peng-evaluator harian, eh mingguan.. nah kalaunitu upaya pertama. Sebenernya utamanya sih buku ini nih (sambil menunjukkan Buku Administrasi Mentoring). Di sini ada jurnal berita acara. Ini laporang permingguannya, hari, tanggal, waktunya, jumlah siswa, tilawahnya, materinya, metodenya. Metode ada yang monolog, dialog, games, atau nonton. Oya, kadang nonton juga karena biasanya ada yang bawa laptop, ada yang bawa infocus kalau lagi mentoring. Nah ini terus ada laporan dari kegiatan ekstra, misalnya kaya tadi mentoring general biasanya acara besar. Kalau yang ini laporan yang harian (seraya membuka lembaran demi lmbaran buku adminsitrasi mentoring). Jadi ini ada daftar nama siswa keseluruhan ada tanggal, tahun ajaran berapa dan bulan apa. Pokoknya itu ya. Ini juga yang mingguan ya Cuma lebih detail kalau ini kan kalo yang diawal ini Cuma jumlah siswanya berapa. Sepuluh misalnya, sepuluh itu siapa aja, nah dijabarin disini. Terus…, nah ini nanti penilaian akhirnya, tapi menurut saya ini gak efektif, jadi biasanya ini Cuma buat suapaua mentor punya bahan hard-copynya gitu. Tapi biasanya mentor-mentor kita tuh karena udah biasa pake computer, internet gitu, biasanya mereka pegang tulisan coret-coretan gitu, terus mereka bikin di file computer pas mau evaluasi suruh ngumpulin laporan, mereka kirim email ke pihak pengurusnya. Jadi biasanya bahan-bahan yang ini sudah disediakan sama
pihak mentor, Cuma biasanya jarang dipakai karena mentor sendiri agak ribet kali ya. Biasanya mereka punya catatan kemudian langsung diketik langsung dikirim. Kalau semuanya sudah mengumpulkan laporannya ada evaluasi sendiri. Kalau di SMANSA ada ini , jadi mas’ul tiap angkatan tuh, tiap kelas 1, kelas 2, kelas 3, biasanya tiap angkatan ini kumpul Minimal sebulan sekali harus ketemu. Tapi ga tau sih dijalankannya bagaimana. Tapi sebulan sekali tuh harus ketemu. Jadi mentor-mentor kelas I, II, III dikumpulin membicarakan, apa permasahan mentoring selama ini, apa yang harus disolusikan, trus ada laporan apa, evaluasi apa itu dibahas disyuro mentor angkatan. Jadi mentor semua angkatan kelas I, kelas II, kelas III juga ngadain, nah nanti mas’ul-mas’ulnya ini memberi laporan ke pihak yang lebih tinggi dalam hal ini bidang mentoring, nanti dari sini setelah bidang mentoring mendapat laporan mas’ul-mas’ulah ini, e… bidang mentoringnya rapat lagi, tapi rapat Cuma sekup bidang mentoring. Jadi, o… ada masalah ini, ada laporan dari mas’ul angkatan ini, angkatan ini-ini perlu ada ini, dievaluasi, atau misalnya e… evaluasinya kaya situ ya secara sistematis nanti terus dari bidang mentoring dilaporkan ke ketuanya, biasanya ada catatan sendiri, masuk ke sekertarisnya, pokoknya alurnya seperti itu. Jadi mentor kecil ngumpul mas’ulnya lapor, bidang mentoringnya lapor lagi ke sekertaris, ada data base LPJ tahunan situ. (K’Nunu menambahkan) ...jadi sebenernya gini…. Sebetulnya masingmasing SMA itu memiliki jalur efektif masing-masing ya, terkait penyampaian info dari bawah ke atas. Ya artinya secara garis besar kita bisa bilang garis sederhananya saja, artinya…. Sebetulnya intinya sama, report tuh harus sampai dari mentoring di lapangan administrasi. Mungkin kalo di SMA I ya ini kosuistik ya jadi perangkatan dibuat ada leadernya, ada yang someone responsibility untuk mengolah itu, nah itu yang di SMAN 5ª. Tapi, di SMA lainada contoh kasus dimana gak perlu situ. Jadi pasca mntoring hari itu berjalan, breafing lagi, kumpulkan. Jadi… a…. ini sebetulnya relatif situ kan, tergantung dari sisi mana nilai efektifitas itu bisa dicapai, dan kalau… sebetulnya kalau melihat dari proses mentoring yang terjadi di sekolah itu bagaimanapun jadi. Sebetulnya… jadi jangan sampai trancu yang kenapa kemudian di SMA ini ada FORKOM. Jadi sebetulnya gini, sejarah mentoring di Bogor ini lahir bukan dibentuk dari suatu lembaga seperti ILNA. Tapi memang lahir dari satu proses alumni ke ade kelas situ sejarahnya, terutama DKM atau ROHIS. Ini yang kemudian turun-menurun diwariskan dari kayak kelas ke ade kelas itu kultur mentoringdi Bogor. Kan kalo kita melihat beberapa kota di Indonesia ka nada yang memang menyengajakan membentuk satu instituís kemudian mengolah, tapi kota di Bogor di Indonesia, sejarahnya seperti itu. Jadi lahir dari proses alumni pada ade kelas, itu jauh-jauh hari sebelum lambaga seperti ILNA itu muncul. Klo kemudian lembaga-lembaga Bogor ya tarolah seperti ILNA itu hadar, itu sebetulnya lebih kepada fungsinya sebagai kolektifitas, tapi kita tidak kemudian menetapkan sistem bahwa semua SMA harus terstruktur situ.
Masing-masing SMA dikasih otoritas, kebebasan untuk menentukan. E,,, kita hanya memberikan satu ini loh bukunya, garis besarnya seperti ini, silahkan mau berkembangnya jadi seperti itu, atau mungkin menjadi seperti ini, itu silahkan. Karena memang intinya mentoring itu tidak bisa sama persis seperti kurikulum sekolah ya. Ada kurikulum yang terstandar yang mengacu karena dalam mentoring itu yang coba kita bangun adalah bagaimana kemudian proses, jadi nambahin yang tadi proses pendekatan pada anak. Kan kalo kita mengacu di… sebetulnya substansi mentoring itu sendiri karena bagaimana kemudian e…, seseorang ini memiliki role model, memiliki orang yang memang bisa dipercaya, yang dia bisa ajak bicara, dia bisa berbagi ya, dan sama-sama, memang kaitannya juga ada kepentingan bagaimana e… dia itu bisa menemukan karakter dan mentor itu bagaimana bisa membentuk karakter. Nah jadi ketemunya disitu. Nah kalo kemudian di support dengan kurikulum, disupport dengan silanus itu lebih kepada agar lebih terarah, menghindari untuk mendikte anak tersebut. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Kalau materi mentoring di SMA I berdasar kurikulum yang disusun dalam silabusnya. Biasanya seputar materi keislaman umum, bisa baca dibuku super mentoring senior 1&2. tapi tiap mentor sering nyari banyak tambahan dari majalah, buku, Internet, kadang materi dari nonton video/film. Apa paramenter keberhasilan yang dicapai dari kegiatan mentoring? Tidak semua menerjemahkan peramenter keberhasilan. Tapi setidaknya ada perubahan dari peserta mentor dari tidak baik menjadi baik, dari baik menjadi lebih baik lagi. Contoh: dari yang tadinya merokok menjadi tidak merokok. Tapi tidak bisa dikatakan 100% peserta mentor berhasil atau sesuai dengan harapan. Disini seberapa mampu mentor menterjemahkan pencapaian bahwa mentoring yang dilakukan telah maksimal. Yang terakhir, Apa harapan akh Danil sendiri untuk mentoring kedepan? Harapannya…, mentoring bisa menjadi kurikulum di sekolah dengan demikian mentoring punya posisi sendiri dan diurus secara serius. Namun ada beberapa kendala yaitu karena SDM yang kurang, keterbatasan waktu para mentor yang dimana sebagian besar juga diisi bukan dengan jadwal kuliah bagi yang maíz kuliah, atau pekerjaan bagi mentor yang sudah lulus dan bekerja di Instituís. Selain itu pemahaman yang kurang tentang mentoring oleh pemegang kebijakan sekolah sehingga satu solusi bahwa mentoring identik disebut “pengajar” anak ROHIS karena yang memunculkan aktifitas tersebut kebetulan adalah anak-anak ROHIS. Harapan lain ada imbalan sesuai untuk mentor dan kedepannya ingin mentoring dipandang lebih profesional dan mampu berkoordinasi dengan baik dengan pihak sekolah, karena tidak semua pemegang kebijakan sekolah mau menerima program ini.
WAWANCARA MENTOR Nama Usia Jenis Kelamin Jabatan Pekerjaan Pendidikan Alamat No. HP/Telp Tanggal
: Dian Pertiwi : 20 Tahun : Perempuan : Anggota Divisi Syi’ar : Guru : SMA : Cijujung Rt 01/10 No. 5 Sukaraja, Bogor : 085281660567 / (0251) 8658061 : 5 Desember 2008
Sejak kapan Teh Dian menjadi mentor? 2006 Menurut Teh Dian definisi dari mentoring itu sendiri apa? Mentoring itu kan sebuah pembinaan ya. Ada sharing, ada tuker pikiran juga dan pastinya mungkin yang lebih ditekankan lagi yaitu bagaimana kita memahami Islam Di SMA 6 ini apa tujuan dari mentoring? Pemahaman sebenernya. Bagaimana memberi pemahaman kepada Ade-ade bahwa Islam itu indah lho. Islam itu mudah lho. Cuma banyak frame dari adeade bawa Islam itu banyak aturan gitu. Jadi makanya kita memudahkan bahasa pengungkapan kata “mengaji”. Biasanya anak-anak gak mau. Biasanya ade-ade gak mau kalau disuruh mengaji gitu. Mereka itu gak akan mau. Maka itu, bahasa Mentoring lebih hangat gitu bagi mereka. Jadinya mereka tertarik, “apa sih mentoring itu?” dan akhirnya mereka mau. Dan akhirnya lebih mengenalkan, lebih memahamkan mereka. Sejak kapan kegiatan mentoring di SMA 6 berjalan? Kurang lebihnya tahun 1994. Bisa dijelaskan, bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Apa saja yang dipersiapkan mentor sebelum mentoring? Yang pastinya mungkin amunisinya ya. Pertama itu pastinya ruhani dulu. Ketika kita menyampaikan sesuatu kita harus tahu apa yang akan kita sampaikan, dari segi pemahaman kita. Jadi, e… misalkan, kita ingin menyampaikan tentang Birrul Walidain, kita mencari materi. Kita memang sudah ada panduannya ya, tapi alangkah lebih baik kita mencari yang lain agar ade-ade ketika bertanya akan banyak wawasan juga yang masuk kea de-ade, gitu.
Kemudian, bagaimana tahapan-tahapan dalam proses mentoring? Biasanya, kita tuh biasa ya ada tilawah, mungkin kalau ada yang mau ngasih kultum, yang kedua itu… biasanya…hafalan. Setelah hafalan baru masuk materi. Gak sampai satu jam paling 30 menit dan biasanya lamanya itu Qodhoya (sharing-nya mereka), setelah itu kita tutup dengan doa penutup. Kadang dii pembukaan itu kita selipkan games, untuk memancing mereka agar mereka bisa masuk ke kita. Karena prinsip kita mengajar itu, kita harus masuki dulu dunia mereka baru mereka mau masuk ke dunia kita. Jadi, biasanya kita masukkan dengan games, setelah itu baru kita mengambil hikmah dari games tersebut. Metode-metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring? Materi dari kita, tapi kadang ada waktu-waktu tertentu kita tawarkan. Misalkan, minggu keempat kita bedah buku. Bisa dari mentornya, bisa dari ade-adenya. Misalnya ade-adenya nyari, “Teh, ada buku bagus”, terus di bedah. Biasanya ada beberapa buku. Terkadang juga, kalau dari saya sendiri, minggu pertama dan minggu kedua. Minggu ketiga itu bedah buku dan minggu keempat juga bisa digunakan atau kalau memang tidak ada. Biasanya di minggu keempat materinya lebih kepada apa problem mereka selama ini, biasanya di selesaikan juga. Jadi gak selama satu bulan itu-itu aja. Jadi fleksibel. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Karena sekarang kita udah kerjasama sama pihak sekolah, kita udah bikin kurikulum sendiri, maksudnya silabus. Silabus ini antara materi yang diberikan sekolah dengan materi yang sudah ada di buku kita. Jadi disatukan. Jadi sekarang kayak misalnya sekarang kebutuhan kelas III ini di buku dari guru Agamanya dapat materi apa sih? Pertama, kedua, ketiga biasanya kayak gitu kemudian diseimbangkan gitu. Darimana saja sumber-sumber referensi untuk materi? Banyak sih ya. Banyak banget. Ada dari buku panduan kita itu yang paling utama. Terus yang kedua dari kreatifitas mentornya sendiri. Berbagai sumber bisa jadi masuk gitu. Bisa jadi internet, buku-buku ya kayak gitu.
Apakah ada pembinaan terlebih dahulu sebelum mereka menjadi mentor, khususnya di SMA 6 ini? Pertama mereka harus jadi mentee dulu. Mereka harus tahu dulu seperti apa mentoring. Karena biasanya kalau dari SMA 6 ini berkelanjutan jadinya ya. Ajdi, seperti saya misalnya, saya dulu saya juga ikut mentoring. Makanya di rekrut juga dan tapi itu bukan menjadi tolak ukur. Kedua, biasanya mereka ikut dhauroh Mentor, biasanya itu dilakukan ketika setelah mereka lulus
sekolah lalu diadakan dhauroh mentor. Udah gitu yang ngadain biasanya ILNA. Dari ILNA-nya. Sekarang, kita kembali ke mentee-nya. Mereka inikan dalam masa pencarian identitas diri. Selama jadi mentor, biasanya apa sih permaslahan yang paling sering dikeluhkan oleh mentee-nya? Bagaimana pergaulan mereka di masyarakat. Ternyata banyak loh yang mereka belum tahu, gitu. Ternyata banyak. Contoh kecilnya, misalnya, bagaimana mereka berhubungan dengan lawan jenis. Terus yang kedua, bahkan hal yang sepele seperti bersuci, misalnya, terkadang mereka juga gak tahu. Jadi, kita coba cari tahu juga ke mereka, gitu. Biasanya sih itu ya, biasanya e…, bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat, itu yang lebih banyak ditanyakan. Biasanya kaya gitu. Terutama tentang Virus Merah Jambu, kayak gitu. Itu banyak sekali ditanyakan. Solusi apa yang Teh Dian berikan untuk mereka? Beragam. Karena setiap usia anak pasti beda.ini ya, beda permasalahan. Jadinya, yang penting apa yang dijadikan solusi itu tetep berpegang dari AlQur’an dan As-Sunnah. Tidak boleh keluar dari sana gitu. Seperti itu. Dengan demikian, mentoring itu sebenarnya bisa menjadi sarana pelajar mencari identitas diri mereka? Iya, bisa juga kayak gitu.
Kendala apa yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan mentoring? Kendala… biasanya waktu. Kesibukan kita. Karana setiap mentor itu punya kesibukan masing-masing dan jadual mentoring kita itu kan kadang tidak sesuai dengan jadwal kita. Kadang-kadang waktu yang bisa berubah-ubah. Dua tahun yang lalu mentoring itu tidak diwajibkan seperti sekarang. Kalau sekarang saya rutinkan hari Sabtu. Kalau dulu enggak. Dulu bener-bener yang e… setiap minggu selalu ada, ada apa ya… selalu ada pengumuman, minggu depan teteh bisanya hari ini nih, jadi fleksibel banget wakunya gitu. Itu kendala yang utama, kesibukan itu. Jadi waktu untuk menyamakan waktu kita dengan waktu mereka kadang-kadang susah banget gitu. Kalau dari mentee-nya? Banyak yang… ya itu, mungkin karena dulu merasa gsk wajib, jadi hanya orang-orang terpilih saja yang bener-bener mau belajar. Akhirnya mereka mau mentoring dan kebanyakan yang lainnya menganggap sepele. Kalau saya sih ngerasain begitu. Tapi sekarang e…, mungkin untuk anak-anak yang sudah ikut mentoring tahu manfaatnya seperti apa, gitu. Makanya ya Insya Allah unutk yang sekarang ini untuk yang kehadiran sih sekarang kualitasnya lebih banyak gitu.
Bagaimana sistem evalusi yang dilakukan oleh mentor setelah selesai memberikan mentoring? Evaluasi mentoringnya mungkin lebih nantinya akan diberikan. E… karena tadi kita dapat 30% dari sekolah. Maka setiap mentor itu wajib ada evaluasi. Jadi kita punya berita acara sendiri. Berita acara itu ada e…masing-masing kelas. Untuk ade-adenya sendiri kita punya ini form absensi untuk adeadenya. (sambil menunjukkan form tersebut yang dimiliki oleh masingmasing peserta mentoring). Masih banyak yang belum keisi. Nah, ini dari mereka. Jadi setiap ade-adenya, setiap mentee punya seperti ini. Itu untuk evaluasi sejauh mana mereka datang ketika materi dan sejauh mana hafalan surat mereka, gitu. Kalau yang ini untuk laporan per hari. Per hari dari mentornya dan biasanya ini kita kasih ke bagian… jadi di divisi kita ada divisi pembinaan. Jadi mereka-lah yang tugasnya merekap dan merevisi ini semua, gitu. Dan ketika ada mentor yang berhalangan hadir, mereka lah yang mencari pengganti. Dan untuk nilai, untuk proses penilaian kemarin kita sudah mengumpulkan yang dinilai itu kehadiran, keaktifan mereka, sikap mereka itu dinilai juga, hafalan mereka, hafalan dan bagaimana bacaan tilawahnya. Jadi empat poin itu dititiktekankan untuk penialaian mereka dan kita berikan ke pihak sekolah. Yang terakhir, menurut Teh Dian untuk pelajarnya sendiri, manfaat apa yang bisa mereka ambil dari kegiatan mentoring ini? Mungkin dari segi personal, gitu. Karena di mentoring tadi kan kalau materi itu gak melulu dari mentor. Terkadang dari mereka juga. Misalnya, seperti bedah buku, mentornya nyuruh, minggu ini kamu ya yang bedah bukunya. Jadi dia harus nyari nih, materinya apa? misalnya tentang e…, Jilbab, misalnya. Biasanya mereka yang mencari dan nanti mereka yang akan menyampaikan kepada teman-temannya. Jadi disitu mereka bias belajar bagaimana caranya untuk bisa e… menjadi seorang pemimpin. Pemimpinnya, dia harus bisa menjelaskan kepada teman-temannya, ketika ada pertanyaan dia harus menjawab sebisa mungkin. Dan ketika tidak bisa pasti mentor akan membantunya. Jadi, melatih kepercayaan diri mentee tersebut. Terus yang kedua dari segi pengetahuan ya. Kan banyak siswa yang mereka gak tahu jadi tahu, dan dari situ InsyaAllah mereka menjadi pribadi yang lebih baik setidaknya ketika mereka lulus dari SMA 6, oya ketika di SMA saya dapat materi ini nih. Gitu. Jadi, ada sesuatu yang membuat dia berubah dan berpacu ubtuk berubah.
WAWANCARA MENTOR Nama Usia Jenis Kelamin Jabatan Pekerjaan Pendidikan Alamat No. HP/Telp Tanggal
: Ade Wahyu Hidayat : 21 tahun : Laki-laki : Co. Pembinaan dan Tim Mentoring : Mahasiswa : D3 AKA : Jl. Pajajaran Rt 02/XI No. 25 Kalibata, Bogor 16153 : 081311466686 / (0251) 8377408 : 5 Desember 2008
Bagaimana kondisi mentoring di SMA 6? Secara umum seperti apa? Fungsi dari mentoring itu seperti apa? Antara kegiatan mentoring dengan pihak sekolah itu bagaimana? Pertama gini…, dari awal dulu ya. Kalau semester ini di SMA 6, mudahmudahan selanjutnya sudah dikategorikan wajib dari pihak sekolah. Itu mendapat dukungan penuh boleh diakatakan seperti itu untuk kelas 1, 2 dan 3. pada awalnya memang mentoring itu sebatas, gimana ya… dibilang wajib enggak juga. Dibilang gak wajib ya enggak juga. Jadi hanya beberapa orang yang merasakan.setelah di evaluasi…jadi, beberapa bulan yang lalu kita sempat memikirkan bagaimana caranya tentang program ini. Dan akhirnya didapat sebuah konsepan mentoring yang hampir mirip dengan assistensi yang ada di IPB. Awalnya seperti itu. Kemudian kita pelajari dan hasilnya kita coba kerjasama dengan pihak sekolah dan pihak sekolah membuka tangan dan keputusannya dari pihak sekolah pun itu untuk mewajibkan dengan catatan kita ada timbal baliknyalah gitu. Timbal balik dalam artian kerjasama saja. Kerjasama untuk mentoring lebih dimudahkan kegiatannya. Contoh, kemarin waktu kita mengadakan mentoring general atau launching mentoring di SMA 6 itu didukung oleh pihak sekolah meskipun fokus peserta itu kemarin hanya tingkat satu atau kelas satu yang baru masuk, seperti itu. Untuk koordinasi dengan pihak sekolah Alhamdulillah baik. E...dan memang dari pihak sekolah pun menginginkan mentoring bahkan disipakan jamnya. Hari Senin tadinya ditawarkan jam setengah delapan, kurang lebih dikasih waktu satu jam pelajaran. Cuma kita gak menyanggupi karena aktifitas teman-teman yang rata-rata masih kuliah kondisinya sehingga kita nego dan diberi waktu Jum’at atau Sabtu, ba’da pulang sekolah.. Kemudaian apa lagi ya…, kalau kondisi mentoring sendiri sebenernya fluktuatif ya. Di awal memang kita sudah persiapkan beberapa mentor dan menyatakan iya tapi di tengah jalan entah kenapa mentor itu ada yang mengundurkan diri atau minta untuk dimutasi. Mungkin kesibukannya. Dan sejauh ini mentor-mentor running ya, jadi ada yang minta ganti kita langsung ganti. Dan itu sedikit kewalahan untuk mencari mentor. Tapi sejauh ini masih
terpenuhi, gitu. Bahkan kalau dari ikhwan itu sudah mulai mempersiapkan untuk mentor itu dari kelas tiga. Tapi ya begitu aja kita lepas. Saat ini jumlah mentee di ikhwannya sendiri berapa? Kalau secara kuantitatif ana gak punya data ya, tapi kalau secara hitunghitungan karena diwajibkan berarti ya setiap kelas wajib, yang muslim saja. Tapi sejauh ini sih rata-rata e… kurang dari 50% ya yang konsisten ikut mentoring itu sendiri. Artinya, ada beberapa orang yang di awal, di tengahtengah atau di akhir itu mereka mental sendiri. Dan itu pun jadi satu evaluasi bagi kita. Kemarin kita sempat memberikan nilai sama guru ya semester ini. Karena sebenarnya semester ini sudah selesai untuk mentoring itu sendiri. Karena nilai sudah ada. Itu kita kasih ke guru. Ternyata, guru itu kecewa. Kecewa bukan sama kita. Tapi sama siswanya sendiri karena kita mengatakan bahwasanya ini lho Bu, yang di mentor ternyata seperti ini. Metode-metode yang digunakan dalam pelaksanaan mentoring apa saja? Metode untuk mentoring sejauh ini, seperti biasa. Presentasi, kemudian juga seperti teknik mengajar dan itu sesuai dengan silabus yang kita buat. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Marerinya ada banyak di silabus. Bagaimana system evaluasi pelaksanaan mentoring di SMA 6 Bogor? Dan apa parameter keberhasilan dari mentoring di sini? Jadi untuk kriteria… pertama diawal, kita lihat dari animo dari pementor. Apakah mereka tetap ingin terus, kita melihat kesana. Hasil dari satu semester itu secara tidak langsung kita melihat ternyata tingkat 3 ternyata yang lebih membutuhkan dibanding tingkat 1 dan 2. Paramneternya diukur dari animo untuk saat ini. Kemauan mereka. Minimal itu dulu. Setelah ada kemauan kan pasti akan lebih mudah. Kalau untuk kegiatannya kita lihat berjalan atau tidaknya mentoring itu. Karena kebetulan ada yang sering melihat. Jadi, kalau untuk tim mentoring sendiri di SMA 6 kan baru-baru ini kita bentuk. Karena tadinya mentoring itu sama pembinaannya. Tapi kenyataannya tidak begitu efektif karena cukup banyak juga ya. Jadi dibuat format sebelum itu tim mentoring itu ada tiga divisi; ada administrasi, QC dan SDM. Ini yang membuat absensi mentor itu SDM. Dan untuk mentor itu ya, saat ini kita melihat dia ngisi gak ya minggu itu. Minimal itu. Jadi sama sih seperti mentee ya, keseriusannya para pementor karena terkadang di awal mereka semangat tapi ditengah-tengah agak turun. Apakah ada pembinaan atau dauroh terlebih dahulu sebelum mereka menjadi mentor? Sejauh ini kalau diawal karena kita baru ya, jadi kita ngambilnya itu dari dari kampus-kampus IPB, UIKA dan AKA. Dan itu pun orang-orang yang
memang kita minta sama orang-orang kampusnya gitu. Jadi, meskipun kita belum menerapkan tahapan karena memang belum kea rah sana yak arena butuh waktu jadi ya seperti itu. Tapi kalau temen-teman alumni kita lihat dulu kegiatan beliau seperti apa. Dan ke depan penegennya ada gimana ya… ada tahapannya kalau mentor itu seperti apa. Kembali pada mentee, biasanya persoalan-persoalan seperti apa yang umunya mereka hadapi berkaitan dengan pencarian jati diri mereka sebagai seorang remaja? Dan bagaimana mentor tersebut menghadapinya? Kalau di ikhwan biasanya permasalahan yang mereka hadapi ada yang dengan orang tua, ada dengan pelajaran, terutama sih pelajaran. Kemudian juga banyak sikap, tentang agama yang lebih ke sifat-sifat yang perlu diketahui. Kalau di ikhwan seperti itu. Terus, kalau cara menghadapinya ya tergantung mentornya, sebenernya. Kalau ana sendiri lebih mengorek mereka untuk mengungkapkan dan bertanya balik dan mereka yang menyimpulkan. Itu dari ana sendiri. Kalau dari yang lain Wallahu a’lam. Manfaat apa yang bisa diambil oleh pelajar dari kegiatan mentoring ini? Yang jelas, kalau manfaat yang mereka dapatkan, ilmu ya. mereka dapat ilmu. Kemudian kalau sejauh ini ana melihat dari tingkat satu ikut mentoring sampai tingkat dua ikut mentoring itu ada perubahan dalam arti kepribadian mereka, tata cara mereka ketika mengikuti ta’lim itu agak berbeda. Kemudian pola pikir, pola pikir juga ana lihat sesudah ikut mentoring itu sedikit berbeda lah dibandingkan sebelum mereka mengikuti mentoring. Kafa’ah Islamnya juga cukup ada perubahan meskipun gak banyak. Kendala terbesar dalam pelaksanaan mentoring itu sendiri apa? Dan apa harapan ke depan tentang kegiatan mentoring ini? Kendalanya sebenarnya konsistensi dari pementor dan mentor dan orang yang mengurusi mentor itu sendiri. Harapannya mentoring ini selain ada tuntutan untuk diwajibkan dari pihak sekolah tapi kerjasamanya coba ditingkatkan kembali.
WAWANCARA MENTEE Nama Usia Jenis Kelamin Kelas/Jurusan Sekolah Alamat No. HP / Telp.
: Ali Abdilah : 17 tahun : Pria : XII / IPA : SMA Negeri 10 Bogor : Kayumanis, Bogor : 08567286478
Pertanyaan
:
Sejak kapan Adik mengikuti kegiatan mentoring? Alhamdulillah, sejak SMP. Apa alasan Adik mengikuti kegiatan mentoring Karena saya aktif di ROHIS dan didukung oleh orang tua. Menurut Adik apa definisi dari mentoring? Mentoring itu kumpulan anak yang dibimbing oleh mentor yang dilaksanakan sepekan sekali. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Dilaksanakan sepekan sekali. Apakah Adik merasa ada perbedaan dalam diri Adik sebelum mengikuti kegiatan mentoring dan sesudah mengikuti kegiatan tersebut? Ya…, terkadang sebelum mentoring saya masih sering tidak tenang secara batin. Mentoring ibarat charger bagi diri kita untuk lebih tenang secara lahir dan batin. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Materi-materinya tentang agama Islam yang di setting untuk remaja Apa hasil yang bisa diambil oleh saudara melalui kegiatan ini? Manfaat yang bisa saya ambil yaitu sebagai pengingat atau sebagai kontrol perilaku apalagi masa remaja itu masa penuh dengan coba-coba, sebagai tempat silaturahim, dan sebagai tempat mencari pengalaman. Menurut saudara sebagai seorang pelajar apakah kegiatan mentoring itu diperlukan berkaitan dengan pembentukan konsep diri pelajar? Mengapa? Sangat perlu, mengingat keadaan remaja sekarang yang labil dan mentoringlah sebagai solusinya.
WAWANCARA MENTEE Nama Usia Jenis Kelamin Kelas/Jurusan Alamat No. HP / Telp.
: Alhammudin : 16 tahun : Pria : XI/ IPA : Jl. Atang Sanjaya Rt 01/06 Ds. Semplak Barat, Bogor : 085691648451
Pertanyaan
:
Sejak Adik mengikuti kegiatan mentoring? Sejak SMA kelas satu atau sekitar tahun 2007. Apa alasan Adik mengikuti kegiatan mentoring Karena ingin menambah pengetahuan tentang agama Islam. Menurut Adik apa definisi dari mentoring? Menurut saya, mentoring adalah suatu kegiatan dimana disitu dibahas berbagai maslah tentang Islam. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Rutin seminggu sekali. Apakah Adik merasa ada perbedaan dalam diri Adik sebelum mengikuti kegiatan mentoring dan sesudah mengikuti kegiatan tersebut? Ada. Karena saya sekarang lebih mengetahui tentang agama Islam. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Berbagai masalah dalam Islam, yang memang cocok untuk para remaja. Apa hasil yang bisa diambil oleh Adik melalui kegiatan ini? Sebagai sarana untuk menambah wawasan Islam, sebagai tempat sharing, belajar berinteraksi dengan orang lain. Menurut Adik sebagai seorang pelajar apakah kegiatan mentoring itu diperlukan berkaitan dengan pembentukan konsep diri pelajar? Mengapa?
Sangat perlu karena di mentoring itu kita dibina untuk menjadi pelajar yang beriman dan bertakwa.
WAWANCARA MENTEE Nama Usia Jenis Kelamin Kelas/Jurusan Alamat No. HP / Telp.
: Wilda F.R.A : 17 tahun : Perempuan : XII/ IPS : Jl. Atang Sanjaya Rt 01/06 Ds. Semplak Barat, Bogor : 085691648451
Pertanyaan : Sejak Adik mengikuti kegiatan mentoring? Sejak SMA kelas 1. Apa alasan Adik mengikuti kegiatan mentoring Karena diwajibkan. Tapi kesini-sini enak aja. Menurut Adik apa definisi dari mentoring? Orang yang lebih tua dari kita ngasih pelajaran atau bimbingan ke yang lebih muda. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring? Pertama tadarus, kemudian teteh mentor kasih masih materi, habis itu tanya jawab, terus sharing. Kadang ada quiz gitu semacam games. Terus penutup. Apakah Adik merasa ada perbedaan dalam diri Adik sebelum mengikuti kegiatan mentoring dan sesudah mengikuti kegiatan tersebut? Ngerasain. Kalau udah ikut mentoring shalat jadi lebih rajin. Materi-materi apa saja yang diberikan dalam kegiatan mentoring? Waktu bulan puasa tentang Ramadhan, terus tentang Islam, tentang sejarah Nabi dan lain-lain. Apa hasil yang bisa diambil oleh Adik melalui kegiatan ini? Nambah ilmu, sebagai pengingat kalau lagi malas.
Menurut Adik sebagai seorang pelajar apakah kegiatan mentoring itu diperlukan berkaitan dengan pembentukan konsep diri pelajar? Mengapa? Perlu. Tapi sekali-kali kehgiatannya jangan cuma di sekolah.
WAWANCARA MENTEE (Ruang Kelas 1 Akselerasi, SMA N 6 Bogor jam 13.00 – 13.30) Tiara (T), Dinda(Di), Dewi(De), Hesti(H), Dita(Dt)
Sejak kapan Adik-adik mengikuti kegiatan mentoring? (T) : Baru dari masuk sekolah. Dari MOS. (Di) : Sebelum di SMA pernah ikut di SMP. Apa alasan Adik-adik ikut mentoring? (T) : Kan emang diwajibin dari sekolah. Saya nya juga kan ingin lebih mengetahui lebih jauh. (Di) : Buat tambah-tambah ilmu aja, mungkin ada beberapa hal yang belum saya tahu. Jadi ya bisa jadi referensi baru. (De) : Ya, itu buat nambah-nambah ilmu sama agama, karena kan kalau misalnya belajar juga, selain memang dianjurkan dari sekolah kan belajar juga gak perlu belajarnya harus ilmu yang pasti yang beginibegini, pasti harus diiringi ilmu agama juga, jadi biar seimbang, seenggaknya nambah-nambah jadi kita enggak bener-bener pikiran kita gaptek tentang agama. Masa ngaku di KTP agama Islam tapi kita gak tahu, meskipun cuma sekedar kulitnya aja, e.. isitilahnya kulitnya aja tapi kita juga tahu dalem-dalemnya itu gimana. (De) : Alasannya ikut mentoring ya sama kayak nambah-nambah ilmu aja, terus…sama untuk mempererat persaudaraan juga sama sesama muslim kan jadi banyak kenalan gitu. (He) : Alasan ikut mentoring ya… memperdalam Islam aja. Kan selama ini kan wawasannnya juga belum banyak, ya jadi nambah-nambah ilmu juga. Kalau seandainya tidak diwajibkan, apa masih mau mengikuti kegiatan mentoring? (T) : Ya maulah, kan demi kebaikan kita juga.
(Di) : Jadi…, apa ya… kan…gimana sih…, kalau ilmu mentoring itu, ilmu yang sebagai bekal untuk di akhirat juga. Jadi…, yah itu mah kesadaran diri sendiri aja kalau pengen selamet ya udah. Kesimpulannya, meskipun tidak diwajibkan Adik-adik masih tetep mau ikut kegiatan mentoring. Menurut Adik-adik mentoring itu apa sih? (T) : Mentoring itu kan sebenernya dari awal konsepnya juga dari tutortutornya bilang, mentoring itu sharing ilmu. Jadi antara tutor sama pesertanya itu cari ilmu. Jadi kalau misalnya tutornya gak tahu anggotanya bisa kasih tahu. Tutornya tahu yang anggotanya gak tahu ya bisa sharing. Apakah setelah mengikuti mentoring kalian merasa ada perubahan dalam diri kalian atau sama saja sebelum mengikuti mentoring? (T) : Ada dikit-dikit. (Di) : Ada sih dari beberapa. Kalau saya sih nambah yakin aja sama Allah. Ya dengan lebih memahami ayat-ayatNya, dibahas per-kata, kayaknya lebih gimana gitu… (De) : Ya… kerasa gitu dari dulu pertama kali SMP bener-bener ikut mentoring ya gitu kayak misal kan kalau dulu kan paling di TPA, gitugitu aja. Orang masih SD, masih kecil tahunya ibadah itu sekedar cuma shalat, amal, gini, gini, gini. Terus abis itu jadi tahu pengetahuan yang lain-lain. Ooo…, sebenernya ibadah itu juga kita harus begini, kayak larangannya kalau misalkan apa sih kita lagi gimana, pokoknya gitu, larangan-larangannya kita jadi tahu, ooo…,sebenernya tuh harus kayak gini. Terus, kebesaran-kebesaran Allah itu juga kita tahu, jadi nambah keimanan juga. (H) & (Dt) : Ada. Kalau dari pola pikir apa ada perubahan juga? (Di) : Ya…, jadi kalau dari segi berpikir, kita berpikir lebih luas lagi. Mungkin lebih ditinjau, oh… di Islam itu ini boleh apa enggak, itu dasarnya apa. Jadi kita bener-bener e.. kita kalau berbuat sesuatu itu gak hanya dengan pikiran yang nyata aja tapi juga harus ngambil dari agama Islam itu , menurut Islam itu yang kita lakuin itu bener atau enggak? Jadi biar seimbang dunia-akhiratnya. Kalian ini kan masih masa SMA, dalam istilah psikologi dikategorikan sebagai usia remaja, masanya mencari jati diri. Adik-adik merasa sudah menemukan siapa dirinya belum? Siapa saya? Atau masih bingung tentang siapa saya? Serempak menjawab: “Bingung!!” Atau sederhananya, sebenarnya kalian ingin menjadi sosok yang seperti apa?
(T) : Ya… yang baik.yang gak jahat, yang gak buruk. Baik berarti gak buruk kan?? Pokoknya baik dari segi dunia dan akhirat. (Di) : Bingung ah, kalau ditanya kayak gitu.(tersipu) ya… mungkin jadi orang yang lebih sabar ya. Karena sekarang mungkin belum sabar. Saya harapannya ke depan jadi orang yang lebih sabar. Ya udah gitu aja lah. Bingung. (De) : Kalau Dewi sih dari segi agama pingin jadi lebih baik ya. Pokoknya jadi lebih baik, lebih baik, lebih baik. Ke depannya jadi lebih baik, lebih baik, lebih baik. Tapi kalau keinginan dunia, aku pingin banget berhubungan social dengan masyarakat gitu. Jadi meskipun… misalkan, kita sendiri jadi dokter tuh bener-bener ngebantuin orangorang yang susah yang di pelosok kaya gitu-gitu yang bener-bener ngebutuhin kita gak cuma cari materi yang sekedar bangun rumah sakit gede terus bayarnya mahal gini gitu enggak. Terus pengen benerbener, misalkan jadi duta atau jadi menteri pingin bener-bener berhubungan dengan masyarakat langsung deh, gitu. (He) : Kalau ke depannya yang pasti sih pingin lebih berguna ya untuk dari segi agamanya juga, untuk masa depan juga pingin lebih baik aja. (Dt) : Mau jadi yang lebih baik aja sih, makin hari makin baik sampai akhirnya jadi yang terbaik.Amiin. Nah, selama kalian mengikuti mentoring, maeri apa saja sih yang sudah diberikan teteh mentornya? Birrul walidain, Ma’rifatullah, 10 orang yang dijamin masuk surga, Menuntut ilmu, tentang keimanan, tauhid, dan lain-lain. Apakah Adik-adik memahami materi-materi yang telah diberikan teteh mentornya? Faham. Soalnya tetehnya jelas banget menjelaskan. Di mata kalian sosok mentor tuh seperti apa sih? (T) : Mentor itu pembimbing. Pembimbing, temen. Bisa saling berbagi. Tempat sharing. Ilmunya lebih banyak. Manfaat yang bisa di ambil dari kegiatan mentoring itu apa? Nambah iman, nambah tahu tentang ikhlas, tambah cinta kepada Allah, lebih makin cinta sama Islam. Denger-denger, di Bogor ini baru SMA Negeri 6 Bogor yang mewajibkan program mentoring. Nah, menurut kalian apakah kegiatan ini penting bagi pelajar SMA? Penting banget. Soalnya SMA itu kan masa-masanya gonjang-ganjing. Mau ke yang buruk apa ke yang baik. Harusnya gak hanya di SMA 6 doang ya. Di SMA-SMA lain juga masih banyak orang yang bingung, gimana sih Islam itu. Masih belum yakin lah.
Artinya, menurut Adik-adik mentoring ini bisa jadi benteng dari perbuatanperbuatan yang dilarang. Sebenernya kita udah tahu ilmunya tinggal mengembangkan. Yang terakhir, harapan Adik-adik tentang mentoring ke depan inginnya seperti apa? Makin seru aja. Mau di luar mentoringnya. Ada suasana baru dalam mentoring.
Kurikulum Materi Mentoring Kelas X Semester Ganjil SMAN 1 Bogor
Bulan
Pekan
Materi
Juli
4
Ta’aruf : “Mentoring Ceria” & Profil Pemuda Islam
Agustus
1
2
4
Metode MG
Pencapaian
•
Memiliki ketertarikan dan motivasi mengikuti mentoring dan kegiatan keIslaman
• •
Memahami cara mengembangan potensi diri Memahami pentingnya masa muda
•
Siswa dapat melaksanakan aktivitas ibadah harian sesuai kemampuan
• •
Memiliki keingian untuk mengubah diri Memiliki motivasi untuk sukses dunia akhirat
Islam Membuat Kita Berbeda (Dasar Aqidah Islamiyah) + Pentingnya Pendidikan Islam
Materi, diskusi, games
Tawazun : “Seimbang BIkin Kita Sukses”
Cerita, diskusi
• •
Menumbuhkan kebanggaan sebagai muslim
Ma’rifatullah (Ilmu Tertinggi)
Diskusi, games
• •
Membangkitkan semangat menuntut ilmu Menumbuhkan kepekaan terhadap fenimena
Keterangan Profil pemuda Islam dapat diarahkan melalui kakak kelas yang menjai teladan atau alumni sukses
Sumber : SM1
Menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari (Rasul sebagai teladan, AlQur’an sebagai pedoman, Allah sebagai tujuan hidup)
Sumber : SM1 *Pekan ke-3 libur 17
kehidupan
September
5
Ma’rifatul islam (Mereka yang Kembali ke Pangkuan Islam)
Cerita, diskusi
•
Mensyukuri nikmat Islam dengan menjalankan Islam secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari
1
Ramadhan
Rujakan, diskusi, + kasih souvenir
•
Memiliki persiapan untuk mengahdapi Ramadhan
•
Memiliki motivasi untuk memanfaatkan bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya sebagi ajang perubahan diri menjadi muslim yang lebih baik
•
Melakukan ibadah wajib (sholat, puasa, dan bersemangat mempelajari Al-Qur’an)
• •
Memiliki kecintaan terhadap AL-Qur’an ersemangat mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an (ayatnya???)
3/4Sep /1Okt
The Miracle of AlQur’an
Nonton, diskusi, bedah ayat tentang “Keajaiban Qur’an” atau buku
Agustus-an
Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan, materi dapat berasal dari buku “Keunggulan Al-Qur’an” atau buku BP NF *Pekan ke-2 libur awal puasa
Oktober
3/4Sep /1Okt
4
November
1
2
Ukhuwah + Evaluasi Mentoring
Tuker kado, kuisioner, games (ukhuwah), diskusi, MLM (multi level mentoring)
•
Terbiasa mengucap salam dan member senyum ketika bertemu denagn teman dan guru
•
Siswa bersikap sopan dan santun dalam perkataan Siswa sebagai pengajak teman-teman ikut mentoring
Cinta Untuk Ayah Bunda (Birrul Walidain)
Curhat , cerita
•
Ghazwul FIkri
Games (GF), diskusi
•
Materi, games (menara), makan kue
• •
Mengetahui ‘bangunan Islam’ Mendirikan bangunan Islam yang kuat dalam kehidupannya
•
Hadif
Bangunan Islam
•
•
•
Siswa tergerak untuk lebih berbakti pada orang tua Siswa termotivasi untuk menjalin silaturahim
Wawasan siswa tentang dunia Islam vs Barat menjadi lebih terbuka Memiliki pendirian yang kuat dan lebih yakin terhadap dien-nya
Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan
*Pekan ke-2 dan 3 libur Idul Fitri
•
Memiliki dasar keimanan yang kuat
4
Jilbab dan Pacaran
Studi kasus, diskusi
• • •
Berjilbab dan tidak pacaran Memiliki keinginan untuk berjilbab Manajemen cinta yang baik
Pekan ke-3 TES MENTORING
5
Qur’an + Sukses Belajar Tanpa Nyontek (Tips Belajar)
Belajar makhrojal huruf, tips
•
Siswa dapat membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan makhrojal huruf yang benar Mulai banyak yang membawa AL-Qur’an ke sekolah Tidak mencontek saat ulangan
Para mentor melaporkan perkembangan mentoring dan rekomendasinya
• •
*Sumber : buku Quantum Learning
Kurikulum Materi Mentoring Kelas X Semester Genap SMAN 1 Bogor
Bulan
Pekan
Materi
Metode
Januari
2
hak prerogative mentor
MG
3
Kesempurnaan Ciptaan Allah
Materi, diskusi
Pencapaian
• • • •
Siswa memiliki keyakinan yang kuat terhadap keAgungan Allah dan makin cinta kepada Allah Siswa termotivasi untuk mencari lebih banyak ilmu tentang keSempurnaan ciptaan Allah Siswa menghindari sifat senang mengejek kekurangan orang lain Siswa dapat mengurangi sifat berkeluh kesah
Keterangan
4
Februari
1
Syukur Nikmat
Islam dan Kesehatan
Materi, diskusi
Diskusi, bedah buku/artikel
•
Siswa terbiasa mengucapkan hamdallah ketika mendapat nikmat/rezeki
•
Siswa menyadari bahwa telah banyak yang diberikan oleh Allah dan yang diberikan Allah pasti yang terbaik, sehingga bersyukur setiap saat
•
Siswa menerapkan minimal 2 konsep kesehatan Islam di kehidupan sehari-hari (co: olah raga, mandi, bersiwak) Siswa termotivasi unutk menjaga kesehatan, karena Allah lebih menyukai muslim yang kuat daripada muslim yang lemah.
•
2
Qodhoya
Pudding party, curhat, games
•
Siswa menjadi lebih dekat dengan teantemannya dan mengerti satu sama lain
•
Siswa menjadikan mentor sebagai tempat cuhat dan bertanya tentang Islam Siswa terbuka terhadap masalahnya
•
Maret
3
Kiat Sholat Khusyuk
Materi, diskusi
•
Siswa menerapkan 2 kiat sholat khusyuk dalam mengerjakakn shalat wajib maupun sunnah
4
Ma’rifaturrasul
Materi, diskusi, games
•
Siswa menjadiakna Rasul sebagai idola dan teladan baik dalam aktivitas keseharian sampai pada pengisisan biodata pribadi
5
materi request
Diskusi, games
•
Siswa akan lebih terbuka wawasannya dan nyaman ikut mentoring karena mentoring tidak membosankan
1
Akhlak Rasulullah
Materi, diskusi, sirrah nabawiyah
•
Nilai-niali keIslaman berkembang dan hidup di sekolah seperti maraknya jilbab, saling mengucap salam bila bertemu, shalat tepat waktu, tidak mempergunjingkan orang lain, rajin bersodaqoh. Menjadikan rasul sebagai idola
•
2
3
Makna Basmallah
materi request
Materi, diskusi
Diskusi, qodhoya,
•
Dalam memulai aktivitas, siswa dengan sadar dan spontan mengucapkan basmallah Siswa tidak menyalahgunakan basmallah untuk elakukan tindakan yang tidak disukai oleh Alah
•
Siswa akan lebih terbuka wawasannya dan nyaman ikut mentoring karena mentoring
•
Sumber : 33 Kiat Sholat Khusyuk
games
4
Ikhlashshunniyah
Materi
tidak membosankan
•
Siswa ingin rajin ikut mentoring
•
Sikap tadhiyah pada siswa yang tinggi terutama ketika mengetahui saudaranya tertimpa bencana atau sakit. Siswa dengan spontan memberikan pertolongan baik berupa materi maupun tenaga dan pikiran tanpap memikirkan balasan dari manusia.
•
April
1
materi request
Nonton bareng
• •
2
Mei
Al-Qur’an
Tadabbur ayat, belajar tajwid
• •
Siswa akan lebih terbuka wawasannya dan nyaman ikut mentoring karena mentoring tidak membosankan Siwa rajin ikut mentoring
Siswa termotivasi untuk mempelajari cara membaca Al-Qur’an Siswa semangat membaca AL-Qur’an, minimal sehari 5 ayat.
1
keterampilan
Pelatihan
•
Siswa akan lebih terbuka wawasannya dan nyaman ikut mentoring karena mentoring tidak membosankan
2
hak prerogative mentor
AMT (menuju UAS)
•
Siswa bersemangat menuju UAS dan bertekad berusaha untuk mendapat hasil yang terbaik
•
Siswa berniat tidak akan mencontek saat ujian
•
siswa siap emnghadapi UAS, berusaha yang terbaik, dan menyerahkan segalanya kepada Allah setelah berusaha maksimal
4/5
materi request
Belajar bareng tentang UAS
Materi yang diwajibkan (dimasukkan ke dalam TES MENTORING):
1.
Semester ganjil
1. 2. 3. 4. 5.
Tawazun Ma’rifatullah Ma’rifatul Islam The miracle of Al-Qu’an Ghazwul fikri
Pekan ke-3 dan 4 libur UAN
Pekan ke-3 TES MENTORING
6.
2.
Bangunan Islam
Semester genap
1. 2. 3. 4. 5.
Makna basmallah Al-Quran (tajwid) Ikhlashshunniyah Ma’rifaturrasul Akhlak rasulullah
Kurikulum Materi Mentoring Kelas XI Semester Ganjil SMAN 1 Bogor
Bulan
Peka
Materi
Metode
Pencapaian
Keterangan
n Juli
4
Perkenalan
MG
Agustus
1
hak prerogative mentor
Materi, diskusi, games
2
Waktu dalam Kehidupan Muslim
Cerita, diskusi
• •
4
Sabar
Diskusi, games
• •
September
Siswa bersikap sabar dalam menjalankan ibadah Siswa mengurangi kebiasaan mengeluh dan menghilangkan sikap berputus asa
5
Islam Kemarin, Kini, dan Esok
Cerita, diskusi
•
Memberikan kontribusi dalam kegiatan keislaman di sekolah (min menjadi peserta kegiatan)
1
Ramadhan
Rujakan, diskusi, + kasih souvenir
•
Siswa memiliki persiapan untuk menghadapi bulan Ramadhan
•
Siswa termotivasi untuk mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah yang terbaik
Tuker kado, kuisioner, games (ukhuwah), diskusi, MLM (multi level mentoring)
•
Siswa tegar dalammenghadapi ujian dalam kehidupan denagn tidak sedih dan berputus asa
•
Siswa mampu menjaga ritemaktivitas ibadah harian
Nonton, diskusi, bedah ayat tentang “Keajaiban Qur’an” atau buku
•
Mulai banyak terlihat siswa yang setiap hari sekolah membawaAl-Qur’an dan membacanya sehabis sholat Zuhur dan Ashar
•
Munculnya forum-forun kajian AlQur’an yang diselenggarakan oleh siswa secara mandiri
Curhat , cerita
•
Puasa sunnah menjadi sebuah kebiasaan di kalangan siswa Menurunnya angka kemaksiatan seperti pacaran dan pornografi di sekolah
3/4S ep /1Ok t
Oktober
Siswa muulai membiasakan diri menggunakan agenda waktu dalam mengatur aktivitasnya Siswa mampu menjalankan ibadah harian dengan baik
3/4S ep /1Ok t
4
Problematika Iman
Al-Qur’an
Menjadikan Syetan sebagai Musuh
*Pekan ke-3 libur 17 Agustus-an
Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan *Pekan ke-2 libur awal puasa
•
Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan
*Pekan ke-2 dan 3 libur Idul Fitri
November
1
materi request
Games, + rujakan
2
Islam sebagai Sistem Hidup
Materi, games (menara), makan kue
4
materi request
Tuker kado, kuisioner
5
Opini-opini KeIslaman
Diskusi, membahas artikel terkini, renungan
•
Siswa menerapkan aturan-aturan Islam dalam aktivitas sehari-hari
Pekan ke-3 TES MENTORING
•
Siswa memberikan kontribusi terhadap perjuangan Islam di negara lain, misalnya dengan memberikan sumbangan untuk Palestina
•
Siswa membela Islam jika agama dilecehkan oleh orang lain, misalnya dengan membuat tulisan di media massa
Para mentor melaporkan perkembangan mentoring dan rekomendasinya
Kurikulum Materi Mentoring Kelas XI Semester Genap SMAN 1 Bogor
Bulan
Pekan
Januari
2
hak prerogative mentor
MG
3
Empati
Diskusi, qodhoya,tukar kado
•
Februari
Materi
Metode
Pencapaian
•
Siswa peka terhadap permasalahan orang lain Siswa menjauhi sifat dendam terhadap kesalahan orang lain
4
Amal Jama’i
Games, diskusi
•
Siswa berminat untuk mengikuti kepanitiaan sebuah acara di sekolah untuk melatihkemampuan bekerja sama dengan orang lain
1
Makna Syahadatain
Materi, diskusi
•
Siswa mau melaksankan sholat wajib tepatwaktu sebagai bentuk ketaatan pada perintah a Allah
•
Nilainilai Islammi tampakdalam pergaulan sehari-haridisekolah Siswa menjauhi kebudayaan yang destruktif terhadap moralitas
•
2
Qodhoya
Pudding party, curhat, games
3
Kesempurnaan Aturan Islam
Bedah buku/artikel
4
Aqidah Islam
Materi, diskusi, opini-opini terkini
•
Siswa tidak memperdebatkan kebenaran hukum-hukum Islam dalam kaktivitas keseharian
•
Siswa bersedia menjalankan peraturan Islam dengan sungguh-sungguh seperti menutup aurat dan menjalankan sholat tepat waktu
•
Siswa menerapkan nilainilai Islam dalam setiap aktivitasnya seperti mengucapkan salam dan mengerjakan sholat tepat
Keterangan
waktu
Maret
5
materi request
Qodhoya, diskusi
1
Makna Asyhadu
Materi, diskusi, nonton film
2
Syarat Diterimanya Syahadat
Materi, diskusi
•
Siswa mau melaksankan sholat wajib tepatwaktu sebagai bentuk ketaatan pada perintah a Allah
•
Nilainilai Islammi tampakdalam pergaulan sehari-haridisekolah
•
Siswa menjauhi kebudayaan yang destruktif terhadap moralitas
•
Siswa memahami dan mengamalkan syarat-syarat diterimanya syahadat dalam aktivitas keseharian yaitu tunduk dan patuh terhadap ajaran Islam seperti melaksanakan sholat tepat waktu Siswa mau membaca bukubukuk keislaman minimal satu bulan sekali
•
April
3
materi request
Games, makanmakan
4
Wala’ dan Bara’
Materi, diskusi
1
Tadabbur Q.S. Ali Imran: 190-191
Materi, person to person evaluation
•
Siswa menaati aturanaturan yang digariskan oleh Allah dalam AlQur’an dan sunnah seperti menutup aurat dan sholat tepat waktu
•
Siswa menolak segala bentuk kegiatan yang erat kaitannya dengan pemuasan syahwat seperti berpacaran dan melakukan kemaksiatan seperti menonton film porno
•
Kebijakkan sekolah yang lebih kondusif terhadap perkembangan nilai-nilai keislalman dengan tidak menutup dan menghalangi kesempatan bagi umat beragama lain untuk beribadah
•
Siswa tertarik mengkaji kejadian-kejadian yang ada di alam (kauniyah)
•
Mei
2
materi request
Nonton bareng
1
keterampilan
Pelatihan
2
hak prerogative mentor
AMT (menuju UAS)
4/5
materi request
Belajar bareng tentang UAS
berdasarkan keterangan dalam Al-Qur’an Siswa giat dalam melaksanakan aktivitas ibadah harian khususnya membaca Al-Qur’an setiap hari
Materi yang diwajibkan (dimasukkan ked alam materi TES MENTORING):
1.
Semester ganjil
1. 2. 3. 4. 5. 2.
Islam sebagai sistem hidup Al-Qur’qn Sabar Waktu dalam kehidupan muslim
Semester genap
1. 2. 3. 4. 5. 6.
.
Islam kemarin, kini, dan esok
Makna syahadatain Amal jama’i Kesempurnaan aturan Islam Aqidah islam Syarat diterimanya syahadat Wala’ dan bara’
Pekan ke-3 dan 4 libur UAn
Pekan ke-3 TES MENTORING