ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI “KUCARI JAWAB” KARYA J.E. TATENGKENG
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo
ARTIKEL
OLEH SUMARMI NIM. 3114 10 048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2014
Analisis Lapis Unsur Puisi “Kucari Jawab” Karya J.E. Tatengkeng
Sumarmi Nim. 3114 10 048 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota: Ellyana Hinta Muslimin
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya puisinya, (2) struktur puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng, dan (3) lapis unsur/strata norma puisi tersebut. Metodologi yang digunakan yakni, metode deskriptif dengan memadukan teori strata norma oleh Roman Ingarden dan pendekatan struktural oleh Abrams. Teknik pengumpulan data yakni: (1) membaca secara cermat puisi tersebut, (2) mengemukakan riwayat hidup pengarang dan karya puisinya, (3) mengidentifikasi struktur puisi, (4) mengidentifikasi lapis unsur/strata norma, dan (5) mencatat untuk selanjutnya dianalisis. Teknik analisis data yakni: (1) mendesripsikan riwayat hidup pengarang dan karya puisinya, (2) menganalisis struktur puisi, (3) menganalisis lapis unsur/strata norma puisi, (4) menyimpulkan, dan (6) menyajikan data. Hasil kajian ditemukan: (1) riwayat hidup J.E. Tatengkeng yang tergambar dalam karya puisinya, yakni seorang yang religius dan pekerja keras, (2) struktur puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng yang terdiri atas struktur fisik (diksi, imaji, kata kongkrit, majas, dan rima) dan batin (tema, rasa, nada, dan amanat) saling terkait antarunsur. (3) lapis unsur/strata norma yang terdiri atas lima lapis, yakni lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis. Kata kunci: lapis unsur, puisi.
PENDAHULUAN Karya sastra pada umunya terdiri atas: puisi, cerpen, novel dan drama. Altenbernd (dalam Pradopo, 2009-5-6) mendefisikan puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the dramatization of experience in metrical language). Sedangkan cerpen atau cerita pendek dikemukakan oleh Edgar (dalam Tuloli, 2000:17), sebagai ragam khusus yang dapat dibaca dari satu sampai dua jam, serta hanya mempunyai efek khusus atau efek tunggal tertentu. Novel adalah kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah satu konflik suatu pertikaian yang merubah nasib mereka, (Lubis, 1994:161). Semi (1988:156) mendefinisikan drama adalah cerita atau tiruan prilaku manusia yang dipentaskan. Diantara jenis karya sastra tersebut, puisi mulai disingkirkan dari bagiannya. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa komposisi puisi yang terlihat padat dan singkat mengakibatkan maknanya sulit dipahami. Mengenai hal ini Johnson (dalam Gani, 1988:147) memiliki pandangan yang berbeda, yakni dikatakannya bahwa puisi adalah seni penyatuan kesenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imaji yang bernalar. Artinya, pembaca dapat ikut merasakan keadaan pengarangnya, yakni dengan membaca. Pada puisi justru pengarangnya menggambarkan keadaan yang benar-benar hidup. Bahkan, dapat menimbulkan emosi bagi pembacanya. Demikian dapat dibuktikan, puisi bukan sulit dipahami, justru bahasa puisi dapat menyalurkan imajinasi pengarang pada pembaca melaui unsur-unsurnya. Sehingga dapat membawa pikiran pembaca pada keadaaan pengarangnya. Unsur-unsur yang dimaksud akan ditemukan pembacanya sendiri secara bertahap hingga menemukan maknanya. Pada puisi unsur itu tidak berdiri secara sejajar, tetapi berlapis atau disebut lapis unsur. Puisi “Kucari Jawab” merupakan salah satu karya J.E. Tatengkeng yang memiliki lapis unsur yang sempurna. Oleh sebab itu, diperlukan kajian terhadap puisi tersebut.
Demikian, maka yang menjadi rumusan masalah, yakni: (1) bagaimana riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya puisinya, (2) bagaimana struktur puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng yang meliputi struktur fisik dan batin? (3) bagaimana lapis unsur puisi yang meliputi: (a) lapis bunyi, (b) lapis arti, (c) lapis objek, (d) lapis dunia, dan (e) lapis metafisis? Oleh sebab itu, landasan teori yang digunakan, yakni: (1) hakikat puisi merupakan ungkapan keadaan penyair yang dirasakan pada zamannya dan ditulis dengan menggunakan bahasa yang indah dan padu sehingga makna dalam puisi dapat dinikmati oleh pembaca, (2) struktur puisi, yakni fisik dan batin yang dikemukakan oleh Waluyo (1987:71), struktur puisi terdiri atas dua, yaitu mencakup struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik meliputi diksi (pilihan kata), pengimajian, kata kongkret, bahasa figuratif (majas), rima dan ritma, dan tata wajah (tipografi). Sedangkan struktur batin meliputi tema (sense), perasaan (felling), nada dan suasana, dan amanat (intention), (3) lapis unsur (strata norma) oleh Roman Ingarden yang terdiri atas lima lapis, yakni (a) lapis bunyi, (b) lapis arti, (c) lapis objek, (d) lapis dunia, dan (e) lapis metafisis, (4) pendekatan struktural oleh Abrams, yakni melihat hubungan antarunsur dalam karya sastra termasuk unsur-unsur dalam puisi yang diyakini sebagai pembangun struktur karya sastra. Berdasarkan uraian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam kajian ini, yakni: (1) mendeskripsikan riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya puisinya, (2) mendeskripsikan struktur puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng yang meliputi struktur fisik dan batin, (3) mendeskripsikan lapis unsur puisi tersebut yang meliputi: (a) lapis bunyi,(b) lapis arti, (c) lapis objek, (d) lapis dunia, dan (e) lapis metafisis.
METODOLOGI Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni menggambarkan apa adanya sesuai dengan kutipan puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng. Sementara itu, teori yang menjadi landasan kajian ini, yakni teori Roman Ingarden dan pendekatannya menggunakan struktural oleh Abrams.
Data dalam kajian ini berupa data: (1) primer, yakni teks puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng. Puisi ini diperoleh dari kumpulan puisi yang berjudul Kumpulan Penyair dan Sajaknya karya Nani Tuloli pada tahun 1999, halaman 33-34, dan diterbitkan oleh Nurul Jannah di Gorontalo, (2) sekunder, yakni sumber pustaka, berupa buku-buku yang berkaitan dengan kajian ini (dapat dilihat pada daftar rujukan), teori yang digunakan, yakni strata norma yang dikemukakan oleh Roman Ingarden, serta pendekatan yang digunakan, yakni struktural oleh Abrams. Teknik pengumpulan data yakni: (1) membaca puisi secara cermat, (2) mengemukakan riwayat
hidup J.E.
Tatengkeng dan karya puisinya,
(3)
mengidentifikasi struktur puisi yang meliputi struktur fisik dan batin, (4) mengidentifikasi lapis unsur puisi, yang meliputi: (a) lapis bunyi,(b) lapis arti, (c) lapis objek, (d) lapis dunia, dan (e) lapis metafisis, (5) mencatatnya untuk selanjutnya dianalisis. Demikian, maka teknik analisis data, yakni: (1) mendeskripsikan riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya puisinya, (2) menganalisis struktur puisi dengan menggunakan pendekatan struktural oleh Abrams, (3) menganalisis lapis unsur puisi dengan berlandaskan pada teori Roman Ingarden.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum diuraikan hasil kajian terlebih dahulu dipaparkan teks puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng sebagai objek kajian. KUCARI JAWAB Di mata air, di dasar kolam, Kucari jawab teka-teki alam. Dikawan awan kian ke mari, Di situ juga jawabnya kucari. Di warna bunga yang kembang, Kubaca jawab, penghilang bimbang. Kepada gunung penjaga waktu, Kutanya jawab kebenaran tentu.
Pada bintang lahir semula, Kutanya jawab teka-teki Allah. Ke dalam hati, jiwa sendiri, Kuselam jawab! Tidak tercari … Ya Allah, Yang Maha Dalam, Berikan jawab teka-teki alam. O, Tuhan Yang Maha Tinggi, Kunanti jawab petang dan Pagi. Hatiku haus ‘kan kebenaran, Berikan jawab di hatiku sekarang … (J.E.T.)
Berdasarkan analisis puisi di atas yang pertama ditemuakan: riwayat hidup J.E. Tatengkeng yang tergambar dalam puisi tersebut, yakni beliau adalah salah satu penyair/pengarang puisi yang berasal dari Sulawesi Utara, kelahiran tanggal 19 Oktober 1907 di Kolongan Sangihe yang memiliki sosok relegius dan pekerja keras yang tergambar dalam karya puisinya, yakni “Kucari Jawab”. Berikut bukti kutipannya. Ya Allah, Yang Maha Dalam, Berikan jawab teka-teki alam. (J.E.T)
Larik puisi di atas menggambarkan bahwa J.E. Tatengkeng merupakan sosok yang religius, yakni masih mengingat adanya Tuhan dengan dibuktikan sikap beliau, yaitu berdo’a untuk memohon jawaban atas perkara yang dialaminya. Selain itu, beliau juga merupakan sosok yang pekerja keras dan bermoral baik yang tergambar pula pada puisi tersebut. Berikut bukti kutipannya. Di mata air, di dasar kolam, Kucari jawab teka-teki alam. Dikawan awan kian ke mari, Di situ juga jawabnya kucari. (J.E.T.)
Larik puisi di atas menggambarkan sosok J.E. Tatengkeng pekerja keras, yakni
beliau terus berusaha/berjuang
mencari jawaban.
Selain
itu,
juga
menggambarkan bahwa beliau memiliki moral yang baik, yakni tidak putus asa. Analisis yang kedua, yakni pada struktur puisi “Kucari Jawab” ditemukan: (1) unsur fisik berupa; (a) diksi, yakni mata air, dasar kolam, alam, awan, bunga, gunung, dan bintang, (b) imaji yang ditemukan dalam puisi ini, yakni imaji pengelihatan pengarang, (c) kata kongkrit yang ditemukan dalam puisi ini, yakni diksi bunga, (d) majas yang ditemukan dalam puisi ini yakni majas perbandingan: simbolik, personifikasi, dan hiperbola, (e) Rima yang tampak dalam puisi ini adalah rima terus, yakni berpola a-a, (f) tipografi pada puisi ini hampir sempurna mengikuti aturan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) diakibatkan ada salah satu diksi terjadi kesalahan, yakni diksi ‘kan yang seharusnya akan; (2) unsur batin berupa: (a) tema yakni tentang perjuangan diri seseorang mencari jawaban atas segala persoalan yang dihadapi, (b) rasa yang ditemukan dalam puisi ini, yakni: rasa sedih, rasa gembira, dan rasa patah hati, (c) nada yakni: serius, pesimis, dan belas kasih, (d) amanat dalam puisi ini, yakni J.E. Tatengkeng ingin menyampaikan pesan moral. Pada puisi ini disampaikan bagaimanapun permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan teruslah berusaha dan jangan menyerah. Selain itu, juga disertai do’a. Analisis yang ketiga, yakni lapis unsur yang ditemukan berupa: (1) lapis bunyi, yaitu; (a) asonansi yang muncul: a berjumlah 18, e berjumlah 7, i berjumlah 12, dan u berjumlah 2. Asonansi yang ditemukan dalam puisi ini lebih dominan asonansi a, yakni berjumlah 18 dan asonansi yang berjumlah sedikit, yakni 2 adalah
asonansi u, (b) aliterasi yang muncul: b berjumlah 5, d berjumlah 2, g berjumlah 1, h berjumlah 3, j berjumlah 1, k berjumlah 9, l berjumlah 1, m berjumlah 1, n berjumlah 5, p berjumlah 2, r berjumlah 3, t berjumlah 5, y berjumlah 1, w berjumlah 1, dan ng berjumlah 3. Aliterasi yang ditemukan pada puisi ini lebih dominan pada aliterasi k yakni berjumlah 9 dan alitersi yang berjumlah sedikit, yakni 1 adalah alierasi g,j,m,l,w,y, (c) untuk polanya dalam puisi ini, yakni berpola aa (rima terus), (2) lapis arti yakni si aku terus berjuang/berusaha dan berdo’a untuk memecahkan permasalahan yang kini dihadapinya, (3) lapis objek, yakni: tokoh yang muncul si aku dan Tuhan; waktu yang ditampilkan, yakni pagi dan malam; latar suasana yang muncul, yakni sedih. Demikian diperoleh dunia pengarang, yakni bahwa si aku dalam kehidupannya mengalami kebingungan, tetapi si aku terus berjuang/berusaha memecahkan permasalahan itu disertai do’a agar diberikan petunjuk, (4) lapis dunia, yakni banyak larik-larik dalam puisi tersebut yang tidak menerangkan makna sebenarnya, yaitu pada bait pertama baris kesatu dan kedua: Di mata air di dasar kolam ; Kucari jawab teka teki alam bermakna “Dari hati si aku yang paling suci dan dalam, dicari jawaban atas segala kebingungan kehidupan”; bait kedua baris kesatu: Dikawan awan kian kemari bermakna “Bersama waktu yang semakin berkurang”; bait ketiga baris kesatu: Di warna bunga yang kembang bermakna “Bermacam kehidupan yang mulai tumbuh”; bait keempat baris pertama: Kepada gunung penjaga waktu bermakna “Gunung berarti gundukan tanah yang tinggi. Pada puisi ini gunung merupakan istilah dari Tuhan. Penjaga waktu bermakna “Yang menentukan waktu”.
(5) lapis metafisis, yakni setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda tentang suatu keadaan. Apabila tidak sesuai dengan yang ada dalam pikiran pasti mengalami kebingungan dan terus mencari jawaban, seperti dalam puisi tersebut. Permasalahan yang dihadapi haruslah dipecahkan, yakni dengan berjuang berusaha dan berdo’a. Pembahasan hasil analisis puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng, yakni: (1) sosok J.E. Tatetengkeng yang tergambar dalam karya puisinya, yakni puisi “Kucari Jawab” karya J.E. Tatengkeng, yakni seorang yang religius dan pekerja keras, (2) struktur dalam puisi tersebut ternyata saling terkait yang tidak dapat dipisahkan dan dikurangi. (3) lapis unsur yang ditemukan, yakni (a) lapis bunyi berupa asonansi yang sering muncul yakni a yang dapat menggambarkan bahwa J.E. Tatengkeng dalam puisinya menuansakan unsur keindahan, yakni ditandai dengan banyaknya asonansi a. Huruf a tidaklah susah jika dilafalkan, oleh sebab itu, dapat menjadi cerminan keindahan pada puisi tersebut. Sementara itu, aliterasi yang sering muncul adalah k yang menggambarkan J.E. Tatengkeng ditengah usahanya tidaklah mudah. Banyak usaha yang telah dilakukan oleh beliau, tetapi belum berhasil. Huruf konsonan k mendukung keadaan tersebut. Huruf k jika dilafalkan sedikit susah karena terletak di pangkal tenggorokan. Oleh sebab itu, aliterasi k yang banyak muncul mendukung keadaan J.E. Tatengkeng dalam puisinya, (2) lapis arti pada puisi tersebut muncul dari lapis bunyi yang telah ditemukan, yakni menggambarkan si aku terus berjuang dan berdo’a memecahkan permasalahan yang dihadapi, yakni sesuai dengan lapis bunyi yang telah ditemukan. Asonansi a yakni mencermikan keindahan yang mendukung isi kandungan puisi tersebut, bahwa si aku terus berjuang. Berjuang
berarti memiliki sifat ikhlas yang di dalam hatinya berarti ada unsur keindahan. Bunyi yang kedua, yakni literasi k sesuai dengan isi kandungan puisi tersebut, bahwa perjuangan itu tidaklah mudah sama halnya dengan pelafalan huruf konsonan k. (3) lapis objek yang ditemukan sangat sedikit sehingga adanya anggapan bahwa puisi ini tergolong sangat singkat, padat, dan termasuk puisi lama, (4) lapis dunia, yakni makna puisi yang tidak diterangkan secara langsung oleh pengarang membuktikan bahwa puisi ini termasuk puisi yang konotataif (puisi lama yakni mengandung makna yang tidak sebenarya) bukan denotatif (puisi baru yakni mengandung makna sebenarnya), (5) lapis metafisis, ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupan jangan putus asa. Tetapi, terus berjuang disertai do’a.
PENUTUP Berdasarkan hasil kajian diperoleh simpulan: (1) J.E. Tatengkeng merupakan pengarang puisi “Kucari Jawab” memiliki sosok yang religius dan pekerja keras yang tergambar dalam puisi tersebut, (2) struktur puisi tersebut semuanya saling terkait antarunsur yang tidak dapat dipisahkan dan dikurangi, (3) pada puisi tersebut terdapat lapis unsur/strata norma yang sempurna. Demikian, maka dapat disarankan: (1) kajian ini membatasi pada analisis struktur puisi dengan pendekatan struktural oleh Abrams. Oleh sebab itu, bagi kajian selanjutnya agar menganalisis puisi dari sisi yang lain, misalnya analisis interteks (membandingkan puisi-puisi) dan sebagainya, (2) lapis unsur/strata norma yang dikaji menggunakan analisis oleh Roman Ingarden. Oleh sebab itu, guna menambah pengetahuan, kajian selanjutnya agar menggunakan teori ahli lain, yakni analisis yang dikemukakan oleh Wellek.
DAFTAR RUJUKAN Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran Sastra Indonesia: Respons dan Analisis. Jakarta: Depdikbud. Lubis, A. Hamid. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa. Pradopo, Rachmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada. Tuloli, Nani. 2000. Teori Fiksi. Gorontalo: Nurul Jannah. Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Waluyo, J. Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.