Analisis Kompetensi Profesional Guru : Aspek Pelaksanakan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) Annisa Vidya Safitri Sutrisno Program Studi Pendidikan Tata Niaga Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to identify the practice of teacher reflection as the basis for the implementation of Sustainable Professionalism (PKB) program based on Permendiknas No. 16/2007 at SMKN 2 Kediri. This research is qualitative with phenomenology design. The informants of this research are principal, productive teacher of marketing, vice principal, teacher and marketing teacher. Technique of data collecting done by in-depth interview and documentation. The validity of the data using technique triangulation and source. Data analysis using Miles and Huberman interactive models, extension of observation, and referential adequacy. The results showed that the reflection was not used as the basis of CLA and the teachers did not implement the CLA planning. Elements of PKB activities have been in accordance with the guidelines of self-development and scientific publications. PKB activities have an impact on teacher groups that discuss research issues, more varied and contextual KBM, and administrative demands for teachers. Key word: Teacher professional competency, continuous professional development (CPD), reflective practice. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi praktik tindakan refleksi guru sebagai dasar pelaksanaan program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) berdasarkan Permendiknas No. 16/ 2007 di SMKN 2 Kediri. Penelitian ini kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Informan penelitian ini adalah kepala sekolah, guru produktif pemasaran, wakil kepala sekolah, asesor guru pemasaran dan siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, perpanjangan pengamatan, dan kecukupan referensial. Hasil penelitian menunjukkan refleksi tidak digunakan sebagai dasar PKB dan guru tidak melaksanakan perencanaan PKB. Unsur kegiatan PKB telah sesuai dengan pedoman yaitu pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan PKB berdampak pada kelompok guru yang membahas masalah penelitian, KBM yang lebih variatif dan kontekstual, serta adanya tuntutan administratif bagi guru. Kata Kunci: Kompetensi profesional guru, Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB), Praktik Refleksi.
Lahirnya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya merupakan wujud komitmen pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu pendidikan. Upaya peningkatan kompetensi guru memerlukan pengawasan dan evaluasi sehingga diperoleh hasil yang reliabel dan terarah (Ilanlou & Zand, 2011; Ramdhani et al., 2012). Berdasarkan Permendiknas No. 35 Tahun 2010 Pasal 4, maka ditetapkan mulai 1 Januari 2013 pemerintah menerapkan program penilaian kinerja guru (PKG). Hasil PKG digunakan untuk mendapatkan fakta tentang kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilannya dalam pembelajaran. Tindak lanjut pemanfaatan profil kinerja pasca PKG (Penilaian Kinerja Guru) yaitu dilaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) yang 126
127
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
didalamnya terdiri dari pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Harapan pemerintah melalui program penilaian dan pemetaan profesionalisme tersebut akan menciptakan guru yang kompeten dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Praktik kegiatan pengembangan profesi bagi guru masih belum menemukan pola yang sesuai dengan esensi dan tujuan pelaksanannya. Berdasarkan hasil penelitian menemukan bahwa terdapat beberapa kendala dalam kegiatan pengembangan profesi secara berkelanjutan (Wuryandani, 2014:117; Geldenhuys & Oosthuizen, 2015) diantaranya yaitu; 1) ketidakcukupan informasi guru terkait program PKB yang diselenggarakan oleh pemerintah, 2) penugasan guru tidak berkelanjutan sehingga guru memperoleh pemahaman secara parsial, 3) kurangnya kesiapan dan komitmen guru dalam mengikuti kegiatan PKB, 4) keengganan guru untuk terlibat penuh dalam kegiatan PKB, 5) kegiatan PKB yang diselenggarakan tidak diikuti oleh semua guru, 6) guru membandingkan konsekuensi finansial kegiatan PKB dengan sertifikasi guru dalam jabatan, sehingga berdampak pada kurangnya motivasi melaksanakan kegiatan PKB, 7) metode pelatihan dan workshop yang kurang memberikan dampak signifikan terhadap perbaikan profesionalisme guru. Menindaklanjuti hal tersebut, Kemendikbud akan fokus terhadap identifikasi kelemahan guru sehingga treatment maupun kebijakan yang dicanangkan dapat memberikan dampak progresif pada perbaikan guru ke depan (Anam, 2009:117). Diselenggarakannya kelas industri Alfamart dan Axioo Program di SMK Negeri 2 Kediri membawa konsekuensi akademis baik bagi guru maupun peserta didik. Pembelajaran yang diselenggarakan guru harus mampu menunjang kompetensi peserta didik agar sesuai dengan standar kualifikasi dunia industri sebagai calon pengguna lulusan. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus memiliki kompetensi yang mutakhir dan membelajarkan siswa secara aktif (Kangas et al., 2017; Sibley et al., 2017; Comi et al., 2017). Maka dari itu diperlukan pelaksanaan program pengembangan yang terarah sesuai dengan pedoman pemerintah. Peningkatan profesionalisme guru perlu didukung oleh pihak sekolah sehingga akan tercipta sinergi antar pihak. Mulai dari perlengkapan sarana prasarana, pelayanan administratif, dukungan finansial, arahan, motivasi, serta berbagai kemudahan lain yang disediakan untuk memotivasi guru dalam meningkatkan kompetensinya (Nasongkhla & Sujiva, 2015; Kanokorn, Pongtorn & Somjai, 2012; Plessis, 2015; Leijen et al., 2015). Peningkatan kompetensi guru produktif pemasaran telah dilakukan di SMK Negeri 2 Kediri secara berkesinambungan. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru produktif pemasaran, kegiatan keprofesian pendidik dilakukan secara rutin dan diikuti oleh semua guru pemasaran baik secara individu maupun berkelompok. Mulai dari terselenggaranya program kerja MGMP, seminar, lokakarya, pelatihan, diklat, kunjungan industri, on the job training, kuliah tamu, serta kegiatan akademik guru lain bekerja sama dengan pihak terkait seperti Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) dan coach praktisi bisnis serta melaksanakan penelitian tindakan kelas bagi beberapa guru. Kegiatan-kegiatan tersebut digunakan untuk mempersiapkan guru di masa mendatang agar mampu bekerja secara profesional (Kanokorn, Pongtorn & Sujanya, 2014. Selanjutnya, hasil program peningkatan kompetensi guru ditindaklanjuti melalui metode pengimbasan dalam bentuk pertemuan MGMP yang melibatkan seluruh guru produktif pemasaran. Penelitian ini berfokus pada kompetensi profesional guru produktif pemasaran di SMK Negeri 2 Kediri yang pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) berdasarkan tindakan refleksi guru. Data atau informasi yang
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
digunakan pada penelitian ini diarahkan untuk mengetahui praktik tindakan refleksi guru, mekanisme program PKB, dan dampak kegiatan PKB bagi guru. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri menemukan bahwa kegiatan refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh guru melibatkan berbagai pihak, diantaranya asesor dan kepala sekolah sebagai supervisor dan siswa sebagai pengguna, serta diri guru sendiri. Namun pada praktiknya, hasil refleksi tidak dimanfaatkan sebagai dasar perencanaan kegiatan pengembangan profesionalisme guru. Fakta di lapangan juga mengungkapkan bahwa tidak ada tuntutan bagi guru untuk melakukan tindakan refleksi secara intensif. Temuan penelitian tersebut bertolak belakang dengan pendapat Arifin (2011: 229) yang menyatakan bahwa guru perlu melakukan refleksi terhadap kinerja diri sendiri secara terus menerus dalam upaya membangun kualitas pikiran pola perilaku sebagai pendidik. Refleksi tidak berhenti pada identifikasi diri, namun harus ditindaklanjuti dalam rangka peningkatan keprofesionalan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam penelitian Impedovo dan Malik (2016:100) bahwa core value tindakan refleksi adalah melakukan perbaikan diri secara berkelanjutan melalui penyelidikan kritis dalam praktik pengajaran di kelas, membuat penilaian, dan mengubah perilaku pengajaran. Melalui refleksi diri, guru dapat menilai pembelajaran yang dilakukan di kelas sehingga dapat dikembangkan untuk kegiatan selanjutnya (Rhoads & Weber, 2016). Praktik tindakan refleksi memberikan dampak positif terhadap pengembangan profesionalisme guru. Fungsi refleksi juga didukung oleh hasil penelitian Korthagen (2014: 74) yang mengungkapkan inti dari refleksi guru terletak pada tingkat kesadaran guru terhadap esensi suatu masalah dalam pembelajaran. Kesadaran untuk mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran ini dapat dicapai melalui praktik refleksi yang didalamnya melibatkan dimensi berpikir, emosional, kebutuhan, dan perilaku. Terkadang banyak guru terjebak pada aktivitas try and error daripada menggali pemikiran reflektif dalam manajemen lingkungan kelas mereka, sehingga menyebabkan lingkungan kelas yang acak, tidak terprediksi, dan kurang membelajarkan siswa (Cruickshank, 2014: 238). Fungsi tindakan refleksi yang hakikatnya sebagai manifestasi penilaian perfomansi guru perlu ditelaah lebih jauh agar didapat gambaran jelas tentang standar kompetensi profesional yang harus dilakukan oleh guru. Perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) yang didasarkan pada hasil refleksi guru akan mampu mengarahkan program tersebut menjadi lebih efektif dan berdampak pada kompetensi guru secara kesinambungan (Berg, Ros & Beijaard, 2015) . Melalui penelitian analisis kompetensi guru ini diharapkan dapat mengetahui profil kinerja guru berdasarkan tuntutan standar nasional pendidikan sebagaimana yang tercantum pada Permendikbud. Sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai dasar evaluasi dan perbaikan pelaksanaan PKB. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi SMKN 2 Kediri, Dinas Pendidikan Kota Kediri, dan peneliti lain sebagai rujukan analisis pelaksanaan kebijakan pengembangan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan fenomenologi. Kehadiran peneliti di lapangan merupakan instrumen kunci terlaksananya penelitian. Lokasi penelitian pada SMKN 2 Kediri. Informan kunci dalam penelitian ini adalah
128
129
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
kepala sekolah dan guru produktif pemasaran. Sedangkan informan pendukung yang terlibat meliputi wakil kepala sekolah bidang kurikulum, asesor guru produktif pemasaran, dan siswa kelas XII Pemasaran 1 dan X Alfamart Program. Prosedur penelitian untuk pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Tahap analisis yang dilakukan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Metode pengecekan keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu triangulasi teknik dan sumber, kecukupan referensial, perpanjangan pengamatan HASIL & PEMBAHASAN Hasil Praktik Tindakan Refleksi Diri Guru produktif pemasaran telah melaksanakan tindakan refleksi dengan melibatkan diri sendiri dan pihak diluar diri guru. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator pelaksanaan tindakan refleksi yang dilakukan oleh guru. Penelitian di lapangan menemukan bukti kesadaran guru dalam melaksanakan refleksi untuk meningkatkan pembelajaran (Guru menyadari bahwa perlu dilaksanakan peningkatan kompetensi secara berkelanjutan khususnya di bidang IT dan pendalaman subject matter guna menunjang tugas profesi guru.. Kegiatan refleksi dapat memanfaatkan dokumen tertentu yang dapat merepresentasikan kinerja guru. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa guru memiliki dokumen refleksi diri diantaranya yaitu;1) jurnal pembelajaran, 2) dokumen hasil PKG, 3) dokumen SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), dan 4) hasil belajar siswa. Namun tidak semua guru menyadari dan memanfaatkan dokumen-dokumen tersebut sebagai dasar untuk mengetahui kinerja guru. Pelaksanaan kegiatan PKB didasarkan pada hasil refleksi dan penilaian kinerja guru yang dilakukan sebelumnya dengan melibatkan asesor. Sebagaimana yang ditemukan di lapangan bahwa kegiatan Penilaian Kinerja Guru (PKG) dilaksanakan 2 (dua) periode yaitu PKG Formatif dan Sumatif. Kelemahannya adalah subjektifitas penilaian sehingga kemungkinan adanya nilai yang kurang representatif. Hal ini diatasi dengan kesadaran asesor dan guru dalam melaksanakan PKG sesuai dengan pedoman dan instrumen dari pemerintah. Dasar utama yang digunakan guru produktif pemasaran sebagai dasar refleksi adalah hasil/ nilai belajar siswa. Apabila terdapat nilai siswa yang berada dibawah KKM produktif pemasaran (SKM 70,00), maka guru melaksanakan refleksi. Pokok refleksi terkait metode mengajar, pendekatan pembelajaran, kesulitan belajar siswa, sintaks materi, dan tingkat kesulitan soal ujian. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Tindak Lanjut Kegiatan PKB yang Dilakukan Guru Produktif Pemasaran SMKN 2 Kediri Guru produktif pemasaran telah memahami kebijakan terkait profesionalisme guru melalui kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Kediri. Namun guru belum memahami praktik penerapan kebijakan tersebut dalam konteks pengembangan profesionalisme guru, sehingga dalam setiap tahapan kegiatan PKB (Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan) sering ditemui kesenjangan dengan pedoman pelaksanaan PKB oleh Kemendikbud. Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan secara mandiri oleh guru. Kegiatan PKB yang akan dilakukan oleh guru disesuaikan dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pihak sekolah berdasarkan rekomendasi dari penyelenggara kegiatan. Jenis kegiatan PKB yang diikuti oleh guru produktif pemasaran telah memenuhi unsur-unsur
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
yang ditetapkan Kemendikbud dalam Pedoman PKB, yaitu memenuhi unsur pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Sebagai contohnya, pada tahun 2016 seluruh guru produktif pemasaran aktif dalam mengikuti beberapa kegiatan pengembangan diri diantaranya yaitu training for teacher (TFT), on the job training, diklat, seminar, kuliah tamu, dan studi banding terkait peningkatan soft skill guru di bidang pemasaran modern. Pasca mengikuti kegiatan PKB, maka dilakukan tindak lanjut hasil melalui metode pengimbasan yang dilakukan oleh guru kepada teman sejawat dan praktik KBM di kelas bersama siswa. Bukti portofolio kegiatan PKB yang dilakukan oleh guru berupa sertifikat digunakan sebagai dasar penilaian untuk mengajukan angka kredit yang tercantum pada dokumen Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Dampak Pasca Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan PKB Bagi Guru Produktif Pemasaran SMKN 2 Kediri Pelaksanaan PKB memberikan dampak bertambahnya tuntutan administratif bagi guru. Unsur kegiatan PKB yang dilakukan guru produktif pemasaran melalui pengembangan diri dan publikasi ilmiah membawa dampak pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru memanfaatkan hasil kegiatan PKB sebagai bahan variasi materi serta contoh-contoh aktual terkait aplikasi materi di dunia nyata, sehingga pembelajaran produktif pemasaran menjadi lebih kontekstual. Kegiatan PKB tidak menutup kemungkinan dilakukan secara kolektif bersama teman sejawat guru. Hal ini berdampak pada bertambahnya networking atau peer group sesama guru sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu sehingga mendukung satu sama lain. Pembahasan Praktik tindakan refleksi atau evaluasi diri yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran SMKN 2 Kediri Salah satu kompetensi inti pada ranah kompetensi profesional bagi guru adalah melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) melalui tindakan reflektif. Kompetensi ini juga termasuk dalam 14 (empat belas) kompetensi yang menunjukkan performansi guru sebagai dasar pelaksanaan penilaian kinerja guru (PKG). Salah satu indikatornya adalah guru mampu melakukan evaluasi diri secara spesifik, lengkap, dan didukung hasil penilaian proses pembelajaran sebagai bukti yang menggambarkan kinerjanya (Sellars, 2012). Sebagaimana yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yang menyadari bahwa perlu dilakukan peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan. Namun refleksi belum dipahami oleh guru sebagai kebutuhan rutin terkait umpan balik kinerjanya. Hal ini disebabkan terbatasnya waktu dan tenaga guru dalam melaksanakan tugas penunjang profesi guru diluar KBM. Arifin (2011: 229), aspek yang perlu direfleksi oleh guru meliputi motivasi diri, teori, dan model pembelajaran, perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas, serta pengembangan kualitas diri. Sarana yang digunakan sebagai dasar untuk merefleksikan aspek-aspek tersebut yaitu berupa dokumen hasil penilaian kinerja guru, baik yang dilakukan oleh guru sendiri, kepala sekolah, maupun asesor (Russo & Wilsey, 2014; Mogonea, 2015; Trif & Popescu, 2013; Killeavy & Moloney, 2010). Sebagaimana yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri bahwa tindakan refleksi atau evaluasi diri dapat dilakukan utamanya dari hasil belajar siswa (Buddin & Zamarro, 2009). Pengukuran capaian hasil belajar siswa didasarkan pada KKM (Kriteria
130
131
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Ketuntasan Minimal) produktif pemasaran yang terletak pada nilai 70,00. Hal-hal yang direfleksikan oleh guru terkait materi ajar, metode mengajar, cara pembawaan guru, tingkat kesulitan soal, serta kesulitan belajar yang dialami siswa selama pembelajaran (Louws et al., 2017). Tindak lanjut yang diberikan kepada siswa yaitu guru melaksanakan remidial bagi siswa yang nilainya dibawah KKM dan pengayaan bagi siswa yang nilainya telah mencapai KKM untuk meningkatkan nilai serta pemahaman siswa (Chen, 2011; Lin, Wu & Hsueh, 2014; Frisancho et al., 2016; Crooks, 2011; Wiliam, 2011) Kegiatan refleksi yang didasarkan pada evaluasi hasil belajar siswa dapat memberikan dampak positif terhadap perbaikan yang dilakukan guru pada pembelajaran berikutnya (Rhoads & Weber, 2016; Nevgi & Löfström, 2015; Sööt & Viskus, 2015; LaBoskey, 2010; Rauduvaitė, Lasauskienė & Barkauskaitė, 2015; Pleschová & McAlpine, 2016; González & Deal, 2017). Namun refleksi terhadap evaluasi hasil belajar tidak bisa menjadi satu-satunya sumber guru dalam melakukan refleksi kinerjanya. Hal tersebut dikarenakan tindak lanjut guru bersifat represif, artinya guru melaksanakan refleksi ketika terhadi masalah pembelajaran siswa di kelas (Rosenbluh, 2016; Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Jika tidak ditemukan kendala dalam pembelajaran, maka guru menilai tidak terdapat masalah baik dalam hal cara mengajar guru maupun siswa yang menerima pelajaran. Munculnya kelemahan tersebut menegaskan bahwa refleksi guru tidak cukup hanya didasarkan pada evaluasi hasil belajar siswa (Hagevik, Aydeniz & Rowell, 2012). Guru akan mudah menjustifikasi keberhasilan pengajaran yang telah dilaksanakan dengan mengesampingkan faktor lain yang menyebabkan keberhasilan pembelajaran (Buddin & Zamarro, 2009). Terdapat beberapa dokumen yang dapat digunakan sebgai dasar tindakan refleksi guru, yaitu jurnal pembelajaran, dokumen sasaran kinerja pegawai, kritik dan saran siswa, serta profil kinerja guru pada laporan PKG (Penilaian Kinerja Guru). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa guru produktif pemasaran sebenarnya telah memiliki dokumen-dokumen tersebut, namun belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai dasar pelaksanaan refleksi kinerja. Imbas dari pelaksanaan refleksi yang belum maksimal adalah tindak lanjut hasil refleksi yang belum terarah sesuai dengan pedoman pengembangan profesionalisme guru dari Kemendikbud. Berdasarkan buku pedoman PKB yang diluncurkan Kemendikbud pada tahun 2012 menyebutkan bahwa refleksi atau hasil evaluasi diri guru merupakan dasar untuk melaksanakan penilaian kinerja guru dan tindak lanjut peningkatan kompetensi serta profesionalisme guru secara berkelanjutan (Sellars, 2012). Oleh sebab itu, jika landasan utamanya tidak dilaksanakan dengan maksimal maka akan menyebabkan kegiatan PKG dan PKB menjadi kurang efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa praktik tindakan refleksi yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri telah dilaksanakan, namun belum memanfaatkan sumber dokumen refleksi diri secara maksimal. Refleksi belum dimaknai sebagai kebutuhan rutin guru mengingat terdapat berbagai tugas diluar mengajar yang banyak menyita waktu dan tenaga. Refleksi juga belum dipahami sebagai dasar pelaksanaan PKG dan PKB guru. Perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan PKB yang dilakukan guru produktif pemasaran SMKN 2 Kediri Peningkatan profesionalisme guru melalui kegiatan PKB merupakan kebijakan pemerintah yang mulai efektif dilakukan pada tahun 2013 sebagai manifestasi Permendiknas No. 35 Tahun 2010. Sebelum dilaksanakan secara menyeluruh, perlu dilakukan sosialisasi mengenai penerapan PKB serta pelaksanaannya di lapangan.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Berdasarkan hasil wawancara bersama guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri mengetahui kebijakan PKB pertama kali melalui sosialisasi yang dilaksanakan oleh MGMP Produktif Pemasaran dengan pemateri dari Dinas Pendidikan Kota Kediri. Sejumlah guru mengungkapkan bahwa sosialisasi tersebut belum dilaksanakan secara efektif karena hingga saat ini praktik guru terkait penerapan kebijakan PKB masih dipahami secara parsial. Hal ini dibuktikan dengan belum dipahaminya keterkaitan antara refleksi diri, PKG, dan PKB sebagai mekanisme pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan (Wuryandini, 2014) Kebijakan baru dalam dunia pendidikan tidak bisa dilaksanakan serta merta. Perlu adanya sosialisasi kebijakan yang dilakukan secara intensif dan disertai dengan role mode pelaksanaan sehingga tidak ada kesenjangan antara pedoman kebijakan dan pelaksanaan di lapangan (Koenen, Dochy & Berghmans, 2015). Adanya role mode juga dapat mengakomodir kondisi lapangan yang beragam sehingga kebijakan maupun program dapat dilaksanakan dengan luwes namun tetap sesuai pedoman. Pelaksanaan sosialisasi kebijakan yang tidak dilaksanakan secara intensif akan menyebabkan kesenjangan implementasi kebijakan, sehingga tidak dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wuryandini, 2014). Kesenjangan implementasi kebijakan PKB juga terjadi pada praktik yang dilaksanakan oleh guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri.
Gambar 1.1 Mekanisme Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Sumber: Buku Pedoman dan Pengelolaan PKB Kemendikbud, 2012: 35
Berdasarkan gambar tahapan pelaksanaan PKB tersebut diketahui bahwa dasar perencanaan kegiatan PKB adalah profil kinerja guru yang dihasilkan pasca guru melaksanakan kegiatan refleksi diri dan PKG formatif. Perencanaan PKB melibatkan koordinator PKB dan guru dalam penyusunannya hingga pada tahap finalisasi rencana PKB oleh kepala sekolah. Setelah PKB dilaksanakan oleh guru, maka akan ditindaklanjuti dengan PKG sumatif untuk menilai peningkatan kompetensi maupun profesionalisme guru pasca mengikuti PKB. Refleksi hasil PKG sumatif inilah yang kemudian dijadikan dasar perencanaan PKB guru tahun berikutnya. Hal inilah yang disebut sebagai pengembangan keprofesionalan yang dilakukan secara berkelanjutan (Evans et al., 2017). Namun pada praktiknya, perencanaan PKB tidak sepenuhnya dilakukan guru. Kegiatan PKB yang diikuti oleh guru didasarkan pada ketersediaan jadwal penyelenggara kegiatan baik swasta maupun kedinasan atas rekomendasi pihak sekolah. Sehingga guru tidak melaksanakan perencanaan kegiatan PKB secara mandiri karena semua kegiatan dilaksanakan sesuai pemberitahuan pihak sekolah. Dengan
132
133
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran belum dilakukan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PKB. Jenis kegiatan PKB harus memenuhi unsur-unsur pengembangan profesi guru yang diatur menurut PermennegPAN dan RB No. 16 Tahun 2009 diantaranya yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Pelaksanaan kegiatan PKB yang diikuti guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri sejak diterapkannya kebijakan PKB hingga tahun 2016 sebagian besar berbentuk kegiatan pengembangan diri berupa diklat, seminar, kuliah tamu, training for teachers, workshop baik yang diselenggarakan oleh dinas maupun dunia industri, dan aktif dalam kegiatan MGMP. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran juga berkaitan dengan program kelas industri yang diselenggarakan oleh SMKN 2 Kediri bekerjasama dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya. Sehingga beberapa kegiatan pengembangan diri banyak melibatkan field coach yang ada di program Alfamart Class. Sedangkan unsur publikasi ilmiah dan karya inovatif hanya dilakukan oleh sebagian guru produktif pemasaran yang memiliki pangkat golongan terakhir IV/a dan IV/b. Tindak lanjut yang dilakukan oleh guru produktif pemasaran pasca melaksanakan kegiatan PKB yaitu mengimbaskan hasil kegiatan kepada teman sejawat dan memanfaatkannya untuk materi pembelajaran di kelas. Pengimbasan dilakukan melalui penyampaian materi hasil kegiatan PKB pada kegiatan belajar mengajar di kelas. Melalui kegiatan pengimbasan tersebut siswa mengetahui penerapan teori di dunia nyata, sehingga mendukung kemampuan metakognitif siswa dan pembelajaran menjadi lebih kontekstual (González & Deal, 2017). Kegiatan pengimbasan juga dilakukan kepada teman sejawat sesama guru produktif pemasaran melalui sharing di forum MGMP. Namun pelaksanaannya tidak intensif karena kendala kepentingan masing-masing anggota guru yang berbeda. Sedangkan tindak lanjut PKB dalam bentuk pelaksanaan PKG sumatif tidak dilakukan guru sesuai dengan pedoman, karena tidak terdapat perbedaan praktik pelaksanaannya dengan PKG formatif. Maka dapat disimpulkan bahwa tindak lanjut PKB yang dilakukan oleh guru yaitu dilakukan pengimbasan kepada teman sejawat melalui MGMP serta digunakan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di kelas. Jadi, tindak lanjut yang dilakukan oleh guru sudah baik dilakukan namun belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman PKB. Dampak pasca pelaksanaan kegiatan PKB terhadap guru produktif pemasaran SMKN 2 Kediri Dampak pasca pelaksanaan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan (PKB) bagi guru diantaranya adalah bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun portofolio diri. Melalui peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan berimbas pada kedisiplinan dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang tersertifikasi. Hasil kegiatan PKB dalam bentuk pengembangan diri membawa dampak pada peningkatan kompetensi guru dan pengetahuan subject matter yang lebih mutakhir, sehingga dapat mendukung pembelajaran yang lebih berkualitas melalui variasi materi yang tidak hanya teoritif tetapi juga aplikatif (Korthagen, Loughran & Russell, 2006). Selanjutnya, dampak yang dihasilkan pasca kegiatan PKB oleh guru yaitu adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman guru dalam membuat karya ilmiah maupun karya inovatif untuk meningkatkan pembelajaran di kelas (Evans et al., 2017). Hakikatnya, profesi guru tidak hanya menjalankan tugas utamanya dalam mengajar. Namun, untuk mengembangkan profesinya guru juga dituntut sebagai peneliti melalui
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
penyusunan PTK maupun karya inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagaimana yang dilakukan oleh beberapa guru produktif pemasaran yang memanfaatkan kegiatan PKB untuk menambah jaringan teman sejawat sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu sehingga mendukung satu sama lain (Jiraro, Sujiva & Wongwanich, 2014). Namun kesadaran guru dalam membuat karya ilmiah maupun karya inovatif masih rendah. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tuntutan administrasi dan tugas guru diluar mengajar yang menyita tenaga dan waktu, sehingga pembuatan karya ilmiah maupun karya inovatif pembelajaran diaggap sebagai beban bagi guru. SIMPULAN & SARAN Simpulan Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terhadap aspek melaksanakan kegiatan PKB melalui tindakan refleksi pada guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri. Pada sebenarnya, praktik tindakan refleksi atau evaluasi diri telah dilakukan oleh guru. Dasar refleksi utamanya yaitu dari hasil belajar siswa. Namun, refleksi belum dilaksanakan sesuai pedoman PKB dan belum dimanfaatkan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan PKB. Di lapangan juga ditemukan kesenjangan terkait tahapan-tahapan PKB sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemendikbud. Perencanaan kegiatan PKB tidak dilaksanakan oleh guru karena kegiatan disesuaikan dengan ketersediaan jadwal penyelenggara baik dinas maupun swasta. Indikasi lain yaitu tidak terlibatnya kepala sekolah maupun asesor sebagai penilai kinerja guru dalam merencanakan jenis kegiatan PKB yang akan dilaksanakan oleh guru sesuai profil kinerjanya. Pelaksanaan kegiatan PKB yang diikuti oleh guru telah memenuhi unsur kegiatan PKB sesuai dengan pedoman yaitu pengembangan diri dan publikasi ilmiah. Kegiatan pengembangan diri yang dilakukan oleh guru berupa diklat, seminar, workshop ,training for teacher bekerjasama dengan field coach dari PT. Sumber Alfaria Trijaya, kuliah tamu dan aktif dalam kegiatan MGMP. Namun kesadaran guru produktif pemasaran dalam memenuhi unsur publikasi ilmiah serta karya inovatif tergolong masih rendah. Guru memahami bahwa melakukan penelitian maupun membuat karya inovatif pembelajaran belum menjadi suatu kebutuhan. Tindak lanjut pelaksanaan pasca guru mengikuti kegiatan PKB sudah dilaksanakan dengan cukup baik yaitu melalui pengimbasan hasil PKB. Pengimbasan tersebut dilakukan kepada teman sejawat melalui kegiatan sharing di MGMP. Hasil kegiatan PKB juga dimanfaatkan oleh guru produktif pemasaran untuk memperbaiki pembelajaran di kelas melalui pemberian variasi materi. Dampak pelaksanaan PKB bagi guru produktif pemasaran di SMKN 2 Kediri yaitu semakin bertambahnya tuntutan administratif guru dalam menyusun portofolio diri. Melalui peningkatan tuntutan administratif bagi guru, juga akan berimbas pada kedisiplinan dan ketertiban dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga pendidik yang tersertifikasi. Kegiatan PKB juga membawa dampak positif terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas melalui proses pengimbasan. Hal ini mendukung pembelajaran yang lebih berkualitas dan kontekstual. Kegiatan PKB juga dimanfaatkan dengan baik oleh guru produktif pemasaran sebagai sarana berbagi ilmu dan informasi mengenai penelitian maupun prestasi tertentu.
134
135
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut maka peneliti memberikan saran kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan PKB guru. Pertama yaitu bagi Dinas Pendidikan Kota Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dilakukannya monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan PKB di tingkat sekolah untuk menentukan tindak lanjut maupun perbaikan implementasi agar sesuai dengan pedoman PKB Kemendikbud. Kedua yaitu bagi guru produktif pemasaran SMKN 2 Kediri, bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan guru dalam memanfaatkan sumber refleksi diri. Selain itu digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi tindakan refleksi diri guru agar selanjutnya dijadikan dasar pelaksanaan PKG dan PKB. Perbaikan pelaksanaan tahapan perencanaan PKB dan pemenuhan unsur karya inovatif perlu ditingkatkan oleh guru sehingga tujuan program pengembangan profesionalisme guru dapat tercapai. Ketiga yaitu bagi peneliti lain yaitu sebagai referensi pada penelitian selanjutnya dalam bidang analisis kompetensi dan profesionalisme guru namun dalam ruang lingkup dan latar belakang yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Anam, S. 2009. Pergumulan dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (2007-2009). Jakarta: Mahamedia Cipta Caraka. Arifin. 2011. Kompetensi Guru dan Strategi Pengembangannya. Yogyakarta: Lilin. Barak, L.O. & Yinon, H. 2007. When theory meets practice: What student teachers learn from guided reflection on their own classroom discourse. Teaching and Teacher Education, (Online), 23: 957-969, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Barnawi dan Arifin, M. 2014. Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Bagi Guru. Yogyakarta: Gava Media. Bergh, L.v.d., Ros, A., Beijaard, D. 2015. Teacher learning in the context of a continuing professional development programme: A case study. Teaching and Teacher Education, (Online), 47: 142-150, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Chen, L.H. 2011. Enhancement of student learning performance using personalized diagnosis and remedial learning system. Computers & Education, (Online), 56 (1): 289-299, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Crooks, T. 2011. Assessment for learning in the accountability era: New Zealand. Studies in Educational Evaluation, (Online), 37 (1): 71-77, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Cruickshank, D. R., Jenkins D. B., dan Metcalf, K.K. 2014. Perilaku Mengajar The Act of Teaching. Jakarta: Salemba Empat.
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Dudley, P. 2013. Teacher learning in Lesson Study: What interaction-level discourse analysis revealed about how teachers utilised imagination, tacit knowledge of teaching and fresh evidence of pupils learning, to develop practice knowledge and so enhance their pupils' learning. Teaching and Teacher Education, (Online), 34: 107-121, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Evans, N.S, Stevenson, R.B., Lasen, M., Ferreira, J.A. & Davis, J. 2017. Approaches to embedding sustainability in teacher education: A synthesis of the literature. Teaching and Teacher Education, (Online), 63:405-417, (http://www.sciencedirect.com), diakses 13 Mei 2017. Frisancho, V., Krishna, K., Lychagin, S.,Yavas, C. 2016. Better luck next time: Learning through retaking. Journal of Economic Behavior & Organization, (Online), 125: 120-135, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. González, G. & Deal, J.T. 2017. Using a Creativity Framework to Promote Teacher Learning in Lesson Study. Thinking Skills and Creativity , (Online), (http://www.science direct.com), diakses 13 Mei 2017. González, K., Padilla, J.E., Rincón, D.A. 2011. Roles, Functions and Necessary Competences for Teachers’ Assessment in b-Learning Contexts. Social and Behavioral Sciences, (Online), 29: 149-157, (http://www.sciencedirect.com), diakses 10 Mei 2017. Hagevik, R., Aydeniz, M., Rowell, C.G. 2012. Using action research in middle level teacher education to evaluate and deepen reflective practice. Teaching and Teacher Education, (Online), 28 (5): 675-684, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Ilanlou, M. & Zand, M. 2011. Professional Competencies of Teachers and the Qualitative Evaluation. Social and Behavioral Sciences, (Online), 29: 1143-1150, (http://www.sciencedirect.com), diakses 10 Mei 2017. Impedovo, M. A. & Malik, S.K. 2016. Becoming A Reflective In-Service Teacher: Role of Research Attitude. Australian Journal of Teacher Education, (Online), 41 (1): 100112. (htt://dx.doi.org /10.14221/ajte. 2016 v41n1.6), diakses 7 Oktober 2016. International Encyclopedia of Education (Third Edition). (Online), 391-396, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Jiraro, S., Sujiva, S., Wongwanich, S. 2014. An Application of Action Research for Teacher Empowerment to Develop Teachers’ Test Construction Competency Development Models. Social and Behavioral Sciences, (Online), 116: 1263-1267, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Kangas, M., Siklander, P., Randolph, J., Ruokamo, H. 2017. Teachers' engagement and students' satisfaction with a playful learning environment. Teaching and Teacher Education, (Online), 63: 274-284, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017.
136
137
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Kanokorn, S., Pongtorn, P., Somjai, M. 2012. Teacher Development Program to Enhance Learning Competency for Small Primary Schools in Thailand. Social and Behavioral Sciences, (Online), 69: 1052-1058, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Kanokorn, S., Pongtorn, P., Sujanya, S. 2014. Soft Skills Development to Enhance Teachers’ Competencies in Primary Schools. Social and Behavioral Sciences, (Online), 112: 842-846, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Kemenag Jatim. 2010. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, (Online), https://jatim.kemenag.go.id/files/jatim/file/file/peraturan tentangPNS/vsef1413864091.pdf, diakses 2 April 2017. Kementerian Pendidikan Nasional Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). 2012. Buku 1 Pedoman Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Jakarta: Badan PSDMP dan PMP. Koenen, A.K., Dochy, F., Berghmans, I. 2015. A phenomenographic analysis of the implementation of competence-based education in higher education. Teaching and Teacher Education, (Online), 50: 1-12, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Korthagen, F., Loughran, J., Russell, T. 2006. Developing fundamental principles for teacher education programs and practices. Teaching and Teacher Education, (Online), 22 (8): 1020-1041, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Korthagen, F.A.J. 2014. Promoting Core Reflection in Teacher Education: Deepening Professional Growth. Advances in Research on Teaching, (Online), 22 (1): 73-89, (http://dx.doi.org/10.1108/S1479-3687201 400000 22007), diakses 7 Oktober 2016. Leijen, Ä., Allas, R., Pedaste, M., Knezic, D., Marcos, J.J.M, Meijer, P., Husu, J., Krull, E., Toom, A. 2015. How to Support the Development of Teachers’ Practical Knowledge: Comparing Different Conditions. Social and Behavioral Sciences, (Online), 191: 1205-1212, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Lin, H.C.K., Wu, C.H., Hsueh, Y.P. 2014. The influence of using affective tutoring system in accounting remedial instruction on learning performance and usability. Computers in Human Behavior, (Online), 41: 514-522, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasongkhla, J. & Sujiva, S. 2015. Teacher Competency Development: Teaching with Tablet Technology through Classroom Innovative Action Research (CIAR)
Safitri, Analisis Kompetensi Profesional Guru: Aspek….
Coaching Process. Social and Behavioral Sciences, (Online), 174: 992-999, (http://www.science direct.com), diakses 11 Mei 2017.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Dinas Pendidikan Tarakan Kota. (Online), (http://disdik. Tarakankota.go.id /wpcontent/uploads/2013 /11/PERMENPAN 2009_016. pdf.), diakses 7 Oktober 2016. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis). (Online), (http://www.kopertis1.or.id/files/pp-19-tahun-2005-ttg-snp.pdf), diakses 20 September 2016. Plessis, A.E.D. 2015. Effective education: Conceptualising the meaning of out-of-field teaching practices for teachers, teacher quality and school leaders. International Journal of Educational Research, (Online), 72: 89-102, (http://www.science direct.com), diakses 11 Mei 2017. Ramdhani, N., Ancok, D., Swasono, Y., Suryanto, P. 2012. Teacher Quality Improvement Program: Empowering Teachers to Increasing a Quality of Indonesian's Education. Social and Behavioral Sciences, (Online), 69: 1836-1841, (http://www.science direct.com), diakses 10 Mei 2017. Rhoads, K. & Weber, K. 2016. Exemplary high school mathematics teachers’ reflections on teaching: A situated cognition perspective on content knowledge. International Journal of Educational Research, (Online), 78: 1-12, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Rosenbluh, I.F. 2016. Behind the scenes of reflective practice in professional development: A glance into the ethical predicaments of secondary school teachers. Teaching and Teacher Education, (Online), 60: 1-11, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Sales, A., Traver, J.A., García, R. 2011. Action research as a school-based strategy in intercultural professional development for teachers. Teaching and Teacher Education, (Online), 27 (5): 911-919, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(Online),(http://vervalsp.data.Kemdikbud .go.id/prosespembelajaran /file/Permendiknas%20No%2016%20Tahun %202007.pdf), diakses 20 September 2016. Sellars, M. 2012. Teachers and Change: The Role of Reflective Practice. Social and Behavioral Sciences, (Online), 55:461-469, (http://www.sciencedirect.com), diakses 13 Mei 2017.
138
139
Jurnal Pendidikan Bisnis dan Manajemen, Volume 3, Nomor 2, September 2017, Halaman 126 - 139
Sibley, E. , Theodorakakis, M., Walsh, M.E, Foley, C., Petrie, P., Raczek, A. 2017. The impact of comprehensive student support on teachers: Knowledge of the whole child, classroom practice, and Teacher Support. Teaching and Teacher Education, (Online), 65: 145-156, (http://www.sciencedirect.com), diakses 11 Mei 2017. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Ulfatin, N. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Malang: Bayumedia Publishing. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Humas Universitas Negeri Medan. (Online), (http://humas.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2015/04/Undang-Undang-Nomor-14-Tahun-2005.pdf), diakses 20 September 2016. Wiliam, D. 2011. What is assessment for learning? Studies in Educational Evaluation, (Online), 37 (1): 3-14, (http://www.sciencedirect.com), diakses 12 Mei 2017. Wuryandini, E. 2014. Analisis Permasalahan Dan Kebutuhan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan Guru SMK BidangKeahlian Bisnis dan Manajemen Pasca Sertifikasi di Kota Kota Semarang. Jurnal Manajemen Pendidikan, (Online) 9 (2): 108 – 119,(Journals.ums.ac.id/index.php/jmp/article/download/1692/1194), diakses pada 26 Februari 2017.