ANALISIS KINERJA OPERASIONAL NON-FINANSIAL P.T JAYA MERTHA AGUNG BANYUWANGI Didik Eko Pramono
ABSTRACT This study aims to analyst activity production department to PT. Jaya Mertha Agung Banyuwangi in guard and to climb qualitity, productivity, and efficien with to measure activity nonfinancial. With to plant manufacturing performance then level defect office for kind kapok to sell retail 1999 year is 10,5%, 2000 year is 8,8%, 2001 year is 7,4%, 2002 year is 6,7%, and 2003 year is 16,13%. Whereas to product kapok gelondong from 2004 year until 2008 year is 7,04%. The all quantity between kapok to sell and kapok gelondong is big classify. Whereas to produktivity, level productivity to input office, sell kapok in 1999 year until 2003 year is 1kg kapok yeald 1,25 ons fiber, 1,65 ons heart, 3,02 ons seed, and 4,08 ons hide kapok. Whereas to kapok gelondong in 2004 year until 2008 year yield level 400.804kg. The efficiency cunclusion that costexpenses qualitivity kapok to sell and kapok gelondong with a progress, whatever in 2003 year office to ride costexpense qualitivity is 15,5%. Key Word : Product Quality, Productivity and Product Efficiency.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan departemen produksi PT. Mertha Jaya Agung Banyuwangi penjaga dan kualitas, produktivitas, untuk mengukur aktivitas non-keuangan. Dengan kinerja pabrik kemudian cacat kantor tingkat untuk jenis kapuk untuk menjual ritel tahun 1999 adalah 10,5%, tahun 2000 adalah 8,8%, tahun 2001 adalah 7,4%, tahun 2002 adalah 6,7%, dan 2003 tahun adalah 16,13%. Sedangkan untuk produk kapuk gelondong dari tahun 2004 sampai 2008 tahun adalah 7,04%. Kuantitas semua antara kapuk untuk menjual dan kapuk gelondong yang besar mengklasifikasikan. Sedangkan untuk produktivity, tingkat produktivitas ke kantor masukan, menjual kapuk pada tahun 1999 sampai 2003 tahun adalah 1kg kapuk yeald 1,25 ons serat, 1,65 ons jantung, 3,02 ons biji, dan 4,08 ons menyembunyikan kapuk. Sedangkan untuk kapuk gelondong pada tahun 2004 hingga 2008 menghasilkan tingkat 400.804kg tahun. Efisiensi yang costexpenses qualitivity untuk menjual kapuk dan kapuk gelondong dengan kemajuan, apa pun pada tahun 2003 kantor tahun untuk menunggang qualitivity costexpense adalah 15,5%. Kata Kunci: Kualitas Produk , Produktivitas dan Efisiensi Produk
PENDAHULUAN Selama ini keberhasilan kinerja suatu perusahaan selalu mengandalkan pengkuran secara finansial seperti laba tinggi, peningkatan penjualan, peningkatan return on invesment dan lain sebagainya, dimana pengukuran ini hanya memberikan gambaran keberhasilan yang telah dicapai perusahaan dalam jangka pendek. Disamping itu, pengukuran kinerja secara finansial memiliki keterbatasan atau kesulitan dalam pengendalian aktivitas produksi sehingga manajer harus mampu mengantisipasi kondisi tersebut. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pembanding agar dicapai suatu pengukuran yang lebih baik, yaitu dengan pengukuran kinerja secara nonfinansial yang meliputi mutu, sediaan, produktivitas, kinerja mesin, on time delivery, kepuasan konsumen, cycle time dan lain sebagainya (Mulyadi dan Setiawan, 2000). Pada penelitian ini melakukan Analisis Kinerja Operasional Non-finansial Ditinjau dari Aspek Kualitas Produksi, Produktivitas dan Efisiensi produksi. Adapun alasan pemilihan objek penelitian ini yaitu alasan pertama karena PT. Jaya Merta Agung, Banyuwangi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, perdagangan, dan perkebunan swasta Kapuk Randu terbesar di Jawa Timur dan alasan kedua karena perusahaan pada tahun 2003 sempat mengalami penurunan laba yang sangat tinggi bahkan perusahaan mengalami kerugian yang besar dan mengalami kebangkrutan, hal ini terjadi pertama kali selama perusahaan ini didirikan pada tahun 1996. Dari kejadian tersebut perusahaan terus mengalami kenaikan ataupun penurunan laba, yaitu pada tahun 2004 perusahaan mengalami kenaikan laba sebesar 30,5%, tahun 2005 perusahaan mengalami penurunan laba sebesar 7,32%, tahun 2006 perusahaan mengalami kenaikan laba sebesar 9,17%, tahun 2007 perusahaan mengalami penurunan laba sebesar 5%, dan pada tahun 2008 perusahaan kembali mengalami kenaikan laba sebesar 8,8%. Kenaikan ataupun penurunan laba ini disebabkan oleh faktor kualitas produksi yang tidak menentu, yaitu disebabkan oleh faktor alam yakni cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan perkembangan biji kapuk kurang maksimal dan juga disebabkan oleh penurunan proses produksi sehingga mempengaruhi kualitas produksi. Untuk itu kinerja nonfinansial diperlukan untuk memastikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan P.T Jaya Merta Agung sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan marupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan karena hanya dengan kualitas yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka perusahaan dapat bertahan menghadapi persaingan pasar. Kemampuan suatu produk dapat bertahan di pasar merupakan penentu apakah perusahaan dapat terus bertahan atau tidak. Dengan melalui pengukuran kinerja nonfinansial perusahaan dapat mengetahui sedini mungkin apabila terjadi kesalahan selama proses produksi sehingga dapat segera diselesaikan. Selain itu dengan pengukuran secara nonfinansial ini juga diperlukan sebagai
penyeimbang dari alat ukur kinerja finansial yang pada akhir periode menunjukkan hasil kinerja perusahaan secara keseluruhan dalam bentuk laporan keuangan perusahaan.
RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kualitas produksi, produktivitas dan efisiensi produksi pada P.T Jaya Merta Agung, Banyuwangi ditinjau dari aspek kinerja nonfinansial.
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja departemen produksi pada P.T Jaya Merta Agung, Banyuwangi dalam menjaga dan meningkatkan kualitas, produktivitas, dan efisiensi dengan menggunakan ukuran kinerja nonfinansial.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian studi kasus yang menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi gambaran yang sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti.Dalam penelitian ini menggunakan data perusahaan dari tahun 1999 sampai tahun 2008, adapun jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai adalah: a.
Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara meminta keterangan pada pihak manajemen dan karyawan perusahaan pada departemen produksi.
b.
Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dikumpulkan melalui dokumentasi meliputi laporan tentang karyawan dan spesifikasi produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah berikutnya yang ditempuh adalah
melakukan analisa data. Tahap-tahapan ini analisa data dari penelitian adalah: a.
Mengidentifikasi indikator kinerja nonfinansial berupa konsep kualitas, produktivitas, dan efisiensi dalam departemen produksi.
b.
Melakukan evaluasi kinerja manajemen produksi dengan tolak ukur kinerja nonfinansial. Setelah dilakukan pengukuran sesuai dengan teknik analisa di atas, kemudian melakukan
evaluasi dalam mebuat suatu kesimpulan dari hasil pengukuran tersebut serta mencoba memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil pengukuran di atas. Kemudian menyajikan laporan mengenai konsep kualitas, produktivitas dan efisiensi sebagai
indikator kinerja nonfinansial sehingga dapat dilakukan evaluasi yang lebih tepat tentang kinerja manajemen produksi.
PEMBAHASAN a. Mengidentifikasi indikator kinerja nonfinansial berupa konsep kualitas, produktivitas, dan efisiensi dalam departemen produksi. 1)
Kualitas Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan zero defect,
pendekatan ini tidak memperbolehkan adanya produk cacat yang dihasilkan pada saat proses produksi. Jikka terdapat produk cacat pada saat proses produksi, departemen produksi harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap perawatan mesin-mesin produksi, meningkatkan pengawasan terhadap usia pemanenan buah kapuk, serta meningkatkan pengawasan selama proses penyimpanan bahan baku dan proses pengeringan bahan baku, sehingga kualitas bahan baku bisa tetap terjaga dengan baik. 2)
Produktivitas Produksi kapuk pada PT. Jaya Mertha Agung terdapat 2 macam, yaitu produksi kapuk jenis
eceran dan produksi kapuk jenis gelondong, berikut disajikan jumlah input dan output dalam proses produksi perusahaan untuk jenis kapuk eceran dan jenis gelondong. Hasil penelitian menunjukkan jumlah output netto yang dihasilkan untuk setiap tahun mulai dari tahun 1999 sampai 2003, dan jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Jumlah output pada tabel di atas adalah jumlah keseluruhan dari input, sedangkan jumlah input diatas adalah jumlah proses pemisahan setelah dikurangi dengan produk yang cacat. Dalam satuannya menggunakan kilogram. Sedangkan jumlah input dan output dalam proses produksi perusahaan untuk jenis kapuk gelondong tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 menghasilkam jumlah output merupakan jumlah keseluruhan dari input. Jumlah input adalah jumlah dari hasil pemanenan kapuk gelondong sebelum adanya proses pengeringan dan belum dikurangi dengan produk yang cacat. 3)
Efisiensi Efisiensi produksi berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses produksi mengkonsumsi input
untuk menghasilkan tingkat ouput tertentu. Suatu output yang dihasilkan dari suatu proses digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, sehingga aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan output perlu dihubungkan dengan kebutuhan konsumen. Dari rangkaian aktivitas yang muncul selama proses produksi kapuk untuk jenis gelondongan dan jenis eceran dapat kami simpulkan bahwa terdapat aktitas-aktivitas yang bernilai tambah (value added activity). Aktivitas yang bernilai tambah adalah aktivitas yang dianggap perlu untuk
dilakukan dan perlu ditingkatkan agar dapat memperbaiki kinerja proses produksi. Aktivitas yang bernilai tambah tersebut adalah: a.
Aktivitas penyimpanan bahan baku di gudang
b.
Tahap pemisahan
c.
Tahap pengeringan
d.
Proses pendistribusian produk. Aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah yang dimiliki oleh perusahaan harus selalu
ditingkatkan, karena dengan adanya aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah tersebut menunjukkan bahwa baiknya kinerja perusahaan selama proses produksi. Dengan kinerja yang semakin baik akan memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. b. Melakukan evaluasi kinerja manajemen produksi dengan tolak ukur kinerja nonfinansial, yaitu: 1)
Kualitas Dari hasil penelitiam diketahui bahwa tingkat rata-rata produk cacat (defect) perusahaan
untuk jenis eceran selama 5 tahun, yaitu pada tahun 1999 tingkat defect sebesar 6,45%, tahun 2000 sebesar 8,8% , tahun 2001 sebesar 7,4%, tahun 2002 sebesar 6,7%, tahun 2003 sebesar 15,7%. Tingkat persentase produk rusak (defect) pada tahun 2000 mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 1999, hal ini terjadi dikarenakan kurangnya pengawasan pada saat proses pemisahan bahan baku, pengawasan pada saat pengerinagn bahan baku. Setelah perusahaan meningkatkan pengawasan pada saat proses produksi, untuk tahun berikutnya perusahaan mengalami penurunan tingkat defect. Namun pada tahun 2003 kembali mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu mencapai 15,7%, hal ini terjadi dikarenakan faktor cuaca yang kurang mendukung, serat kurangnya pengawasan pada saat proses pemisahan bahan baku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produk cacat (defect) serat kapuk pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 mengalami kenaikan, hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan pada saat pemisahan serat dengan kulit kapuk, serat dapat dipisahakan dengan baik dengan kulit kapuk jika kulit kapuk dijemur lebih dahulu kurang lebih 2 hari dari masa pemanenan. Sehingga untuk tahun berikutnya departemen produksi melakukan pengawasan lebih ketat lagi, dan pada tahun 2002 sampai tahun 2003 tingkat defect untuk serat kapuk mengalami penurunan. Untuk hati kapuk tahun 2000 sampai dengan tahun 2001 mengalami kenaikan tingkat defect, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan pada saat proses penjemuran dan kurang makasimalnya tempat penyimpanan hati kapuk. Untuk tahun tahun 2002 sampai tahun tahun 2003 tingkat defect mengalami penurunan kembali, karena tingkat pengawasan lebih diperketat lagi oleh departemen produksi. Untuk biji kapuk pada tahun 2000 mengalami kenaikan tingkat defect sebesar 4.479 kilogram, hal ini terjadi dikarenakan biji kapuk yang tidak berisi, dan kurangnya pengawasan pada
saat pemisahan biji kapuk dengan hati kapuk, sehingga menyebabkan biji kapuk banyak yang pecah. Setelah meningkatkan pengawasan terhadap proses produksi pemisahan biji dengan hati kapuk, untuk tahun-tahun berikutnya tingkat defect mengalami penurunan. Untuk kulit kapuk tingkat defect tahun 2000 juga mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan kurang pengawasan pada saat pemanenan dan kurangnya pengawasan terhadap gudang penyimpanan sehingga banyak kulit kapuk yang lembab atau bahkan busuk. Setelah melakkan peningkatan pengawasan tingkat defect pada tahun 2001 mengalami penurunan. Namun pada tahun 2002 dan tahun 2003 mengalami peningkatan kembali, hal ini terjadi karena pada tahun 2002 dan tahun 2003 cuaca tidak menentu sehingga berpengaruh pada saat proses penjemuran kulit kapuk, sehingga kulit kapuk banyak yang rusak. Sedangkan tingkat rata-rata produk rusak (defect) perusahaan untuk kapuk jenis gelondongan selama 5 tahun. Yaitu, rata-rata produk rusak (defect) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sebesar 7,04%. Jumlah ini tergolong kecil dibandingkan dengan jumlah produk cacat pada kapuk jenis eceran. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 tingkat defect pada produksi kapuk jenis gelondong mengalami penurunan, namun pada tahun 2006 tingkat defect mengalami kenaikan kembali, hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan terhadap usia pemanenan dan kurangnya pengawasan terhadap tempat penyimpanan bahan baku, serta pada saat proses penjemuran. Setelah melakukan tongkat pengawasan, untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 tingkat defect untuk produksi kapuk gelondong mengalami penurunan. Adanya jumlah yang disortir atau produk cacat pada kapuk jenis eceran dan kapuk jenis gelondong tentunya tidak menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan. Kondisi seperti ini sebenarnya dapat sedikit dihindari dengan melakukan peningkatan pengawasan terhadap karyawan yang melakukan pemanenan buah kapuk, meningkatkan pengawasan selama proses pengeringan, serta peningkatan pengawasan proses penyimpanan bahan baku, sehingga kualitas bahan baku tetap terjaga dengan baik. 2)
Produktivitas Produksi kapuk dalam perusahaan terdapat 2 macam, yaitu tipe eceran dan tipe gelondong.
Berikut disajikan jumlah input dan output dalam proses pemisahan kapuk menjadi eceran tahun 1999-2003 dan kapuk gelondong tahun 2004-2008. Dari hasil penelitian diketahui jumlah rasio produktivitas untuk masing-masing input. Untuk setiap 1 kg kapuk bisa menghasilkan sebanyak 1,25 ons serat tiap tahunnya, untuk 1 kg kapuk menghasilkan sebanyak 1,65 ons setiap tahunnya. Untuk setiap 1kg kapuk menghasilkan 3,02 ons biji dan menghasilkan 4,08 kulit untuk setiap tahunnya. Pergerakan tingkat produktivitas serat selama tahun 1999-2002 mengalami kenaikan yang cukup stabil, dimana dapat menghasilkan 1,25 ons dalm 1kg kapuk setiap tahunnya. Namun pada
tahun 2003 produktivitas serat mengalami penurunan. Tingkat produktivitas hati kapuk dari tahun 1999-2002 mengalami kenaikan yang cukup stabil yaitu dapat menghasilkan 1,65ons hati dalam 1kg kapuk setiap tahunnya. Namun pada tahun 2003 mengalami penurunan tingkat produktivitas. Tingkat produktivitas biji kapuk dari tahun 1999-2002 mengalami kenaikan yaitu dapat menghasilkan 3,02 ons dalam 1kg kapuk setiap tahunnya, namun pada tahun 2003 mengalami penurunan tingkat kualitas. Tingkat produktivitas kulit kapuk pada tahun 1999-2002 juga mengalami kenaikan, dimana dapat menghasilkan 4,08 ons dalam setiap 1 kg kapuk setiap tahunnya, namun pada tahun 2003 mengalami penurunan tingkat produktivitas. Penurunan tingkat produktivitas yang terjadi pada serat, hati, biji, dan kulit kapuk pada tahun 2003, dikarenakan pada tahun 2003 perusahaan mengalami penurunan tingkat produksi dan banyak terdapat produk cacat, sehingga mempengaruhi tingkat produktivitas. Dalam hal ini perusahaan sudah melakukan perbaikan agar pada tahun-tahun yang akan datang tidak mengalami penurunan tingkat produktivitas. Rasio rata-rata produktivitas untuk masing-masing input untuk setiap satu ton kapuk rata-rata dapat menghasilkan sebanyak 12,31kg serat setiap tahunnya. Untuk setiap 1 ton kapuk dapat menghasilkan 5,50 kg hati, 3,50kg biji dan dapat menghasilkan 3,32 kg kulit kapuk dalam satu tahun. Untuk kapuk jenis gelondong dapat diketahui rata-rata produktivitas untuk menghasilkan input. Dimana dalam 5 tahun perusahaan dapat menghasilkan output 430.554 kg dan setelah tahaptahap penyeleksian perusahaan rata-rata dapat menghasilkan 400.804 kg kapuk gelondong. Hanya pada tahun 2004 dan tahun 2007 perusahaan mengalami penurunan. Untuk tahun 2008 kembali mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan bahwa telah ada perbaikan yang signifikan untuk menghasilkan tingkat kinerja produktivitas yang sesuai dengan standar yang diinginkan oleh perusahaan. 3)
Efisiensi Biaya kualitas untuk produksi kapuk jenis eceran dari tahun 1999 sampai tahun 2002
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi perusahaan mengalami kemajuan. Namun pada tahun 2003 perusahaan mengalami kenaikan kembali sebesar 15,5% dari penjualan. Hal ini disebabkan dikarenakan perusahaan mengalami penurunan tingkat produksi yang cukup besar, sehingga perusahaan menaikkan biaya-biaya bernilai tambah. Dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas untuk produksi kapuk jenis gelondong dari tahun ke tahun mengalami menunjukkan penurunan. Pada tahun 2004 biaya kualitas untuk kapuk jenis gelondong adalah sebesar 8,5% dari penjualan. Pada tahun-tahun berikutnya biaya kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kapuk jenis gelondong lebih kecil di bandingkan tahun 2004.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi produksi untuk kapuk jenis gelondong efisien dan menunjukkan bahwa tingkat efisienasi produksi perusahaan mengalami kemajuan. Pengukuran kualitas, produktivitas dan efisiensi secara nonfinansial dapat membantu melengkapi laporan kinerja finansial perusahaan dalam mengambil keputusan oleh manajer, penagambilan keputusan ini terkait dengan dengan bagaimana perusahaan biasa memproduksi bahan utama kapuk yang berkualitas tinggi namun dengan harga yang terjangkau oleh konsumen sehingga perusahaan bisa tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan pangsa pasarnya. Pengukuran kinerja secara nonfinansial bersifat continous improvement dimana hasil dari pengukuran aakan digunakan sebagai input atau acuan untuk kegiatan yang sama pada periode berikutnya sehingga ada perbaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2002 mengalami penurunan, namun tahun 2003 mengalami peningkatan kembali pada jenis kapuk eceran. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 untuk jenis kapuk gelondong mengalami penurunan, secara finansial hal ini akan berpengaruh positif terhadap profit perusahaan. Sedangkan pengaruhnya secara nonfinansial bagi seorang manajer akan mendapatkan reward atas prestasi kerjanya. Karena sifatnya yang continous improvement maka akan mendorong seorang manajer untuk meningkatkan kinerja finansial perusahaan melalui hasil dari pengukuran kinerja nonfinansial sehingga bisa dicapai peningkatan efisiensi atas biaya-biaya kualitas yang muncul selama proses produksi berlangsung. Persentase Harga Pokok Penjualan dan Laba Kotor Perusahaan dari tahun 1999 sampai tahun 2008 yang dari tahun ke tahun mengalami kenaikan ataupun penurunan. Trend persentase Harga Pokok Penjualan terhadap penjualan cenderung naik dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, tahun 2003 mengalami penurunan yang cukup drastis, hal ini disebabkan karena pada tahun 2003 mengalami tingkat penjualan sehingga tingkat Harga Pokok Penjualan mengalami penurunan, dan tahun 2004 sampai tahun 2008 kembali mengalami kenaikan, angka tertinggi mencapai 74%. Persentase angka pada grafik di ats menunjukkan bahwa kenaikan penjualan selalu disertai dengan kenaikan Harga Pokok Produksi. Dan persentase kenaikan Harga Pokok Penjualan tahun 1999 sampai dengan tahun 2008 diikuti juga oleh persentase laba kotor terhadap penjualan perusahaan yang mencapai angka terendah 22% pada tahun 2003. Meskipun departemen produksi telah mengalami penurunan pada tahun 2003 untuk jenis eceran, hal ini berpengaruh pada tingkat efisiensi perusahan untuk kapuk jenis eceran. Manun tidak berpengaruh besar terhadap keseluruhan tingkat efisiensi perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena tingkat efisiensi perusahaan secara keseluruhan perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal seperti depatemen lain yang tidak mendukung peningkatan efisiensi pada departemen produksi atau penjualan perusahaan yang kurang maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sesuai dengan tujuan ini untuk menganalisis tingkat kualitas, produktivitas dan efisiensi pada PT. Jaya Mertha Agung, Banyuwangi, maka berdasarkan hasil analisis dapat dimbil kesimpulan sebagai berikut: a.
Kualitas Dengan menggunakan Plant Manufacturing Performance (kualitas kinerja perusahaan selama
proses produksi) maka tingakat rata-rata produk cacat (defect) perusahaan untuk jenis kapuk eceran tahun 1999 sebesar 10,5%, tahun 2000 sebesar 8,8%, tahun 2001 sebesar 7,4%, tahun 2002 sebesar 6,7%, tahu 2003 sebesar 16,13%. Sedangkan untuk produksi kapuk gelondongan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 sebesar 7,04%. Jumlah keseluran antara produk kapuk jenis eceran dan jenis gelondong tergolong besar. Adanya tingkat defect disebabkan oleh kondisi alam yang tidak menentu, kondisi mesin produksi yang kurang perawatan selama proses proses produksi sehingga tidaka bisa berproduksi secara maksimal. b.
Produktivitas Perhitungan tingkat produktivitas bahan baku hanya didasarkan pada bahan baku utama
karena perusahaan sangat bergantung pada pengendalian atas bahan baku utama tersebut. Rata produktivitas untuk masing-masing input perusahaan untuk jenis kapuk eceran selam tahun 19992003 adalah sebagai berikut, untuk setiap 1kg kapuk bisa menghasilkan 1,25ons serat, 1,65ons, 3,02ons biji, 4,08ons kulit kapuk. Sedangkan untuk kapuk jenis gelondong dari tahun 2004-2008 dapat menghailkan rata-rata 400.804kg. c.
Efisiensi Untuk produksi kapuk jenis eceran dan jenis gelondong, serangkaian aktivitas yang harus
dilalui bahan baku hingga dapat dikatagorikan ke dalam dua jenis yaitu aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah (value added activities) dan aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activities). Aktivitas yang bernilai tambah adalah aktivitas yang dianggap perlu untuk dilakukan dilihat dari sudut pandang konsumen. Aktivitas yang bernilai tambah tersebut adalh: 1)
Aktivitas penyimpanan bahan baku di gudang
2)
Tahap pemisahan bahan baku
3)
Proses pengemasan
4)
Proses pendistribusian produk Serta dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas untuk jenis produksi kapuk eceran dan kapuk
gelondong dari tahun ke tahun mengalami kemajuan, hanya saja pada tahun 2003 perusahaan mengalami kenaikan biaya kualitas sebesar 15,5%. Jumlah ini terbilang besar dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, hal ini disebabkan perusahaan mengalami penurunana tingkat produksi.
Untuk tahun-tahun berikutnya perusahaan mengalami penurunan biaya kualitas dan tingkat efisiensi perusahaan juga mengalami kemajuan yang signifikan.
Saran Dari kesimpulan dan keterbatasan masalah yang ada, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sabagai berikut: a.
Kualitas, produktivitas dan efisiensi merupskan salah satu indicator kinerja nonfinansial departemen produksi. Oleh sebab itu PT. Jaya Mertha Agung harus lebih meningkatkan pengawasan terhadap pengadaan bahan baku serta pengolahan baku menjadi barang yang siap dipasarkan sehingga dapat terus menjaga kualitas produk yang di hasilkan, serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga kerja yang harus dileluarkan oleh perusahaan selama proses produksi.
b.
Perusahaan sebaiknya lebih memperluas mitra kerja dalam daerah pendistribusian bahan baku, yang semula hanya di pasarkan di kota Surabaya, Jepara, Pontianak, Mataram, Bali, kini diperluas pada daerah-daerah pengrajin yang berbahan dasar kapuk
KETERBATASAN Penelitian ini memiliki keterbatasan yang harus diperhatikan dalam menginterpretsaikan hasil penelitian. Adapun keterbatasan tersebut adalah penelitian ini hanya menggunakan kinerja secara operasional saja dan menggunakan data lima tahun dari penjualan produksi kapuk eceran dan data lima tahun untuk penjualan produksi kapuk gelondong, sehingga penelitian ini tidak mampu memberikan gambaran dari hasil pegukuran kualitas, produktivitas dan efisiensi pada departemen produksi secara keluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
Artmanda Widodo, Frista. 2000. Kamus Istilah-istilah Ekonomi. Lintas Media. Jombang. Blocher, Edward J. Kung H. Cen, dan Thomas W. Lin. 2001. Manajemen Biaya Dengan Penekanan Stratejik, Buku Dua, terjemahan Susty Ambarriani. Salemba Empat. Jakarta. Garrison, H. Roy dan Eric W. Noreen. 2001. Akuntansi Manajemen, terjemahan A. Totok Budisantoso. Salemba Empat. Jakarta. Hansen, Don R dan Maryanne Mowen. 2001. Manajemen Biaya ; Akuntansi dan Pengendalian, jilid dua, terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwari. Salemba Empat. Jakarta. Hansen, Don R dan Maryane Mowen. 2005. Management Accounting : Akuntansi Manajemen, edisi tujuh, buku dua. Horngren, Don R. George Foster dan Srikant Datar. 2001. Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Majerial, buku dua, terjemahan Endah Susilaningtyas. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2000. Akuntansi Manajemen : Konsep Manfaat, dan Rekayasa, edisi revisi. Yogyakarta Aditya Media. Mulyadi dan Johny Setyawan. 2000. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen : Sistem Pelipat Gandaan Kinerja Perusahaan. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 1999. Akuntansi Manajemen : Konsep Manfaat dan Rekayasa, edisi dua. Yoyakarta. Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Octaliana, Fenny. 2000. Peningkatan Produktivitas Perusahaan Dengan Minimalisasi Biaya Kualitas pada PT. Barindo Anggun Industri di Surabaya. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Putri Fitriani, Agustin. 2006. Peranan Laporan Biaya Kualitas Dalam Perencanaan dan Pengendalian Manajemen pada PT. Fishindo Kusuma Sejahtera Muncar Banyuwangi. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Jember. Jember Sugiono Krisno. 2008. Imlpementasi Kinerja Nonfinansial Dilihat Dari segi Kualitas, Produktivitas, dan Efisiensi pada PT. Gudang Garam, Tbk. Skripsi. Universitas Jember. Jember.