JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40
ANALISIS KESTABILAN LERENG DESAIN DISPOSAL XYZ TAHUN 2016 DI KABUPATEN TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Muhammad Azmi1*, Nurhakim2, Romla Noor Hakim2 1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat 2 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat e-mail: *
[email protected]
ABSTRAK Disposal atau tempat penimbunan harus direncanakan dengan baik untuk mengurangi dampak buruk yang kemungkinan dapat terjadi akibat adanya faktor-faktor yang mengganggu kestabilan lereng disposal. Adanya perubahan geometri lereng dapat menimbulkan kekhawatiran mengenai kestabilan lereng baru yang terbentuk. Kekhawatiran ini disebabkan karena area perluasan disposal akan menimbun kolam lumpur dan settling pond, dimana di dasar kolam tersebut terdapat material hasil sedimentasi (sludge) yang memiliki kekuatan kohesi yang kecil, dimana sludge berpotensi menjadi bidang gelincir di kaki lereng, yang mana dapat menyebabkan lereng mengalami pergerakan. Untuk menganalisis lereng disposal, maka dilakukan perhitungan terhadap lereng yang berada di daerah penelitian. Nilai faktor keamanan minimum yang direkomendasikan oleh perusahaan adalah 1.2, baik lereng tunggal maupun lereng keseluruhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kesetimbangan batas yaitu metode Morgenstern-Price yang mana proses analisisnya merupakan hasil dari kesetimbangan setiap gaya – gaya normal dan momen yang bekerja pada tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng dengan bantuan software Slide versi 6.0 dari Rocscience. Setelah melakukan perhitungan faktor keamanan lereng terhadap desain disposal tahun 2016, dari 6 sayatan yang dibuat, diperoleh bahwa nilai faktor keamanan lerengnya seluruhnya tidak mencapai 1.2. Untuk lereng keseluruhan sayatan S1-S1’ belum stabil dengan nilai FK sebesar 0.778, untuk sayatan S2-S2’ nilai FK yang dihasilkan sebesar 0.906, demikian pula dengan sayatan S3S3’ yaitu sebesar 0.81, untuk sayatan S4-S4’ nilai FK nya sebesar 0.65, sayatan S5-S5’ nilai FK nya 0.70 dan untuk sayatan S6-S6’ sebesar 0.69. Dengan hasil ini, maka perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah terjadinya gangguan kestabilan lereng disposal seperti merancang ulang geometri lereng dan monitoring terhadap lereng. Kata-kata kunci: Disposal, faktor keamanan, kestabilan lereng,
4. Tidak menganalisa pengaruh gempa atau vibrasi akibat peledakan terhadap lereng tunggal dan lereng keseluruhan. 5. Kegiatan evaluasi ini tanpa melibatkan aspek ekonomi/biaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menghitung nilai faktor keamanan desain lereng pada disposal tahun 2016, dengan mengacu pada kondisi disposal yang sudah ada dan jenis material yang ada pada daerah penyelidikan. 2. Memberikan rekomendasi kegiatan-kegiatan yang mungkin dapat dilakukan untuk menjaga kestabilan lereng. Manfaat penelitian ini adalah penelitian ini diharapkan dapat menjadikan data tambahan dan bahan pertimbangan dalam kestabilan lereng disposal di perusahaan.
PENDAHULUAN Salah satu perusahaan tambang di Kalimantan Selatan berencana melakukan perluasan area disposal untuk tahun 2016. Adanya perubahan geometri lereng dapat menimbulkan kekhawatiran mengenai kestabilan lereng baru yang terbentuk. Hal tersebut disebabkan area perluasan disposal akan menimbun kolam lumpur dan settling pond, yang mana dapat menyebabkan terganggunya kesetimbangan lereng. Faktor-faktor yang menyebabkakn terjadinya gangguan kestabilan lereng seperti gaya dari luar yang bekerja pada lereng disposal. Kelongsoran pada lereng disposal dapat menyebabkan banyak kerugian seperti kerugian biaya dan keamanan daerah sekitar. Tantangan yang dihadapi adalah mendesain ulang lereng disposal sedemikian rupa agar tetap stabil dan juga optimal. Permasalahan yang timbul yaitu salah satu disposal di perusahaan ini ingin di-extend untuk menambah kapasitas overburden ditahun 2016. Mine plan membuat desain disposal untuk tahun 2016 dan kestabilan lerengnya perlu dianalisa untuk mencegah bahaya longsoran yang mungkin terjadi akibat adanya faktorfaktor yang mempengaruhi kestabilan lereng di area tersebut. Penelitian ini dibatasi pada pembahasan masalah sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian berada di perusahaan yang diamati 2. Kemiringan lereng timbunan dengan mengamati datadata yang diperoleh untuk desain lereng disposal dari geoteknik perusahaan. 3. Rekomendasi faktor keamanan lereng dari perusahaan adalah ≥ 1.2.
DASAR TEORI Kemantapan lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dinyatakan secara sederhana sebagai gaya-gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang bertanggung jawab terhadap kemantapan lereng tersebut. Dalam keadaan gaya penahan (longsor) lebih besar dari gaya penggeraknya, maka lereng tersebut akan berada dalam keadaan yang mantap (stabil). Tetapi apabila gaya penahan menjadi lebih kecil dari gaya penggeraknya, maka lereng tersebut menjadi tidak mantap dan longsoran pun terjadi. Untuk menyatakan bobot (tingkat) kemantapan suatu lereng dikenal apa yang disebut dengan faktor keamanan (safety factor), yang merupakan perbandingan 35
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40 antara besarnya gaya penahan dengan gaya penggerak longsoran, dan dinyatakan sebagai berikut: 𝐹=
∑ 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 ∑ 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
yang bekerja pada dasar bidang irisan (P), Gaya di sekitar bidang irisan yang bekerja secara horizontal dan titik dimana gaya di sekitar bidang irisan bekerja (Thrust Line).
(1)
Nilai material properties yang dimasukkan ke dalam perhitungan adalah nilai kohesi material. Data ini diambil menggunakan uji sondir (Cone Penetration Test) dan uji SPT (Standard Penetration Test) yang kemudian dihitung dengan persamaan yang digunakan peneliti terdahulu. Adapun persamaan untuk uji CPT dan uji SPT yaitu: • Uji CPT 𝑞 −σ Cu = 𝑐 (2) Nk
Dimana cu merupakan Cohesion Undrained shear strength, qc adalah perlawanan konus, σ tegangan normal, dan Nk Cone Factor . • Uji SPT 1. Jumlah penetrasi yang terkoreksi menurut Skempton (1986) adalah sebagai berikut : N60= 1.67 N Em Cb Cr
Gambar-1.Titik aplikasi untuk gaya normal untuk rumus Morgenstern-Price
Dari hasil analisis dengan kesetimbangan maka asumsi diatas akan dapat diketahui, dan komponen gaya geser yang bekerja di sekitar bidang irisan (X) dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Adapun persamaan kesetimbangan gaya normal yang bekerja pada dasar bidang irisan, yaitu:
(3)
Dimana N adalah SPT N-value, Em efisiensi hammer, Cb adalah faktor koreksi diamter lubang bor, dan Cr adalah faktor koreksi panjang jalan. 2. Korelasi SPT dengan kohesi (c) Sudut gesek dalam yang didapatkan berdasarkan hubungan korelasi dengan SPT adalah berdasarkan asumsi bahwa nilai kohesi (c) adalah setengan dari nilai Unconfined Compression Strength (qu). 𝑐=
𝑞𝑢
𝑞𝑢 =
2 𝑁60 7.5
𝑃=
cos α(𝑙+ tan 𝛼
tan 𝜃 ) 𝐹
(7)
Dimana P merupakan gaya normal, c’ adalah kohesi (jika analisis dalam kondisi undrained diambil nilai Cu jika dalam kondisi drained diambil nilai kohesi efektif), Wn adalah gaya akibat beban tanah ke-n, α adalah sudut antara titik tengah bidang irisan dengan titik pusat busur bidang longsor, ∅’ adalah sudut geser tanah (jika dalam kondisi undrained nilai sudut geser 0), u adalah ekanan air pori, XL dan XR merupakan gaya gesek yang bekerja di tepi irisan. Dalam metode ini analisis faktor keamanan dilakukan dengan dua prinsip yaitu kesetimbangan momen (Fm) dan kesetimbangan gaya (Ff). Faktor keamanan dari prinsip kesetimbangan momen adalah untuk bidang kelongsoran circular :
(4) (5)
Analisis kestabilan lereng dalam penelitian ini menggunakan metode kesetimbangan batas, yaitu metode Morgenstern Price (Morgenstern & Price, 1965 dalam Sumahing, M, 2013). Metode ini dapat digunakan untuk semua bentuk bidang runtuh dan telah memenuhi semua kondisi kesetimbangan. Metode ini adalah salah satu metode yang berdasarkan prinsip kesetimbangan batas yang dikembangkan oleh Morgenstern dan Price pada tahun 1965, dimana proses analisisnya merupakan hasil dari kesetimbangan setiap gaya-gaya normal dan momen yang bekerja pada tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng tersebut. Dalam metode Morgenstern Price ini, dilakukan asumsi penyederhanaan untuk menunjukkan hubungan antara gaya geser di sekitar irisan (X) dan gaya normal di sekitar irisan (E) dengan persamaan: X = λ.f (x).E
1 F
[Wn−(XR −XL )− (c′ 𝑙 sin α−μ𝑙 tan 𝜃 sin 𝛼)]
𝐹𝑚 =
∑ 𝑐 ′ 𝑙+ (𝑃− 𝜇𝑙) tan 𝜃′ ∑ 𝑊 sin 𝛼
(8)
Dan nilai faktor keamanan dengan prinsip kesetimbangan gaya : 𝐹𝑓 =
∑ 𝑐 ′ 𝑙+ (𝑃− 𝜇𝑙) cos 𝛼 ∑ 𝑃 sin 𝛼
(9)
Pada proses iterasi pertama, gaya geser di sekitar irisan (X L dan XR) diasumsikan nol. Kemudian pada proses iterasi selanjutnya gaya tersebut didapatkan dari rumus :
(6) (𝐸𝑅 . 𝐸𝑡 ) = 𝑃 sin 𝛼 −
Dimana f(x) adalah asumsi dari sebuah nilai suatu fungsi dan λ adalah suatu faktor pengali yang nilainya akan diasumsi dalam perhitungan ini. Nilai dari asumsi yang tidak diketahui dalam metode Morgenstern-Price yaitu factor of safety (f), faktor pengali (λ), gaya normal
1 𝐹
[𝑐 ′ 𝑙 + (𝑃 − 𝜇𝑙) tan 𝜃′] cos 𝛼)
(10)
Kemudian gaya geser tersebut dihitung dengan mengasumsikan nilai λ dan f(x). Prinsip dari perhitungan faktor keamanan dalam metode Morgenstern-Price adalah mencari pasangan nilai faktor keamanan dan faktor skala, 36
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40 Tabel-2. Hasil FK Kondisi Aktual EOM Bulan Agustus
sehingga syarat batas pada irisan terakhir dapat dipenuhi. Persyaratan lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak ada gaya normal pada dasar irisan yang mempunyai nilai negatif dan semua titik kerja gaya antar irisan harus berada di dalam massa gelinciran.
Nama Sayatan S1-S1’ S2-S2’ S3-S3’ S4-S4’ S5-S5’ S6-S6’
METODOLOGI Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan pengamatan dan pengambilan data di lapangan. Pengamatan dan pengambilan data di lapangan dilakukan dengan melihat dan mengambil data langsung pada kondisi aktual daerah penelitian. Data utama yang digunakan untuk melakukan perhitungan yaitu sifat fisik dan mekanik tanah (soil, timbunan dan bedrock), uji CPT dan SPT serta foto lapangan. Sedangkan data pendukung yaitu peta kesapampaian daerah, peta topografi aktual disposal, peta topografi rona awal, data curah hujan dan desain geometri disposal. Penyusunan laporan disertai penyajian data berupa tabel dan grafik yang dapat membantu dalam penyampaian informasi hasil penelitian.
Material Properties Material Name
CutOff
OB
20
37.6
3.594
161.6
Sludge
15
15.6
-
-
Soil
19
53.14
-
-
Bedrock
18
350
-
-
FK 1.301 1.312 1.588 1.471 1.204 1.321
Kondisii Aman Aman Aman Aman Aman Aman
Desain Disposal untuk Tahun 2016 Dari hasil permodelan, desain disposal untuk tahun 2016 menghasilkan safety factor yang tidak aman dan berpotensi mengalami gangguan kestabilan lereng (FK < 1.2). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan kestabilan lereng desain disposal, yaitu: a. Geometri Lereng Dalam kestabilan lereng disposal, semakin landai slopenya, maka semakin aman lereng tersebut. Standar perusahaan sudah membuat lereng cukup landai, dengan tinggi jenjang yang tidak terlalu tinggi. Sehingga dapat dikatakan, desain disposal secara perencanaan sudah bagus. Namun lereng disposal masih belum tentu aman, sehingga mempertimbangkan faktor lain yang menyebabkan ketidakstabilan lereng. b. Kondisi Air Tanah Adanya air tanah pada lereng, akan menambah beban lereng tersebut, sehingga meningkatkan gaya dorong material dan menimbulkan gaya angkat air yang mengurangi kekuatan geser material pada badan lereng untuk menahan longsoran. Ketinggian air tanah yang semakin meningkat dapat mengakibatkan berkurangnya faktor keamanan pada lereng tersebut. Dalam kasus analisis lereng disposal ini, diasumsikan disposal dalam kondisi jenuh, artinya ketinggian air tanah dianggap sampai ke permukaan disposal. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai FK yang paling kecil (angka pesimis). Jika kondisi disposal dalam keadaan kering, nilai FK nya akan menjadi sangat besar. c. Kondisi base disposal Data EOM bulan Agustus menunjukkan tinggi disposal saat itu berada pada RL 144. Untuk desain tahun 2016, penambahan kapasitas disposal direncanakan bertambah pada RL 180 sampai akhir tahun 2016 dengan total volume 148,940,026 ton/m3. Disposal akan bertambah setinggi 36 meter. Penambahan beban disposal juga berpengaruh terhadap kestabilan lereng disposal. Jika kekuatan tanah di bawah disposal tidak kuat menahan beban yang bertambah, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan dan pergerakan di base disposal. d. Penimbunan Kolam Lumpur Pelebaran disposal akan menimbun settling pond dan kolam lumpur tanpa menguras air di lokasi tersebut, dan sisa lumpur yang tertimbun (sludge) akan menjadi bidang gelincir di atas permukaan tanah (dapat dilihat pada Gambar-3). Sludge bentuknya tidak akan berubah dan tetap basah karena sludge terbentuk akibat sedimentasi material sedimen yang terbawa air. Akan tetap basah karena air yang terkandung tidak dapat terpisah dengan sedimennya. Air kolam akan membuat tanah mengembang dan mengurangi kekuatan tanah tersebut, sehingga kekuatan geser tanah akan berkurang dan kondisi kestabilan lereng juga akan berkurang. Gambar-4 menunjukkan potensi longsoran akibat adanya sludge yang berpotensi menjadi bidang gelincir tanah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel-1. Material Properties Unit Cohesion Cohesion Weight Change (kN/m2) 3 (kN/m ) (kN/m2/m)
Overall Slope (o) 3 4 4 3 3 3
Lereng Aktual Topografi EOM Agustus 2015 Dari hasil permodelan, lereng aktual dari data EOM bulan Agustus 2015 mendapatkan nilai faktor keselamatan yang aman (FK ≥ 1.2). Dapat dilihat geometri lerengnya pada tabel 5.7, untuk tinggi jenjang aktual, berkisar antara 4,5 - 20.5 m dan sudutnya berkisar antara 20 - 350, dan untuk overall slope besarnya antara 30 - 40.
Gambar-2. Sketsa Geometri Lereng
Kondisi lereng aktual (Gambar-2) sudah mendapat penanganan kestabilan lereng dan perlakuan yang baik sehingga saat dilakukan perhitungan menggunakan software, sesuai dengan data material properties yang diinput, hasilnya lereng berada pada kondisi yang aman menurut nilai FK yang tercantum pada Tabel-2, sehingga tidak perlu dilakukan re-desain terhadap geometri lereng.
37
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40 Tabel-4. Hasil FK Re-Desain Disposal Tahun 2016 Overall Slope (o) 3 3 3 3 3 3
Nama Sayatan S1-S1’ S2-S2’ S3-S3’ S4-S4’ S5-S5’ S6-S6’
Kondisi Aman Aman Aman Aman Aman Aman
Dalam me-redesain lereng, yang perlu diperhatikan adalah optimalisasi kapasitas disposal. Hal ini berhubungan dengan tinggi, sudut jenjang dan jarak antar jenjang. Sebagai contoh pada sayatan S1-S1’, jika mine plan mendesain disposal dengan tinggi disposal di RL 180, overal slope 50 dengan tinggi masing-masing bench berkisar antara 6-20 m dan single slope-nya berkisar 50-200, kemudian setelah dianalisis ternyata disposal tersebut diperkirakan mengalami potensi terjadinya gangguan kestabilan lereng dari RL 180 sampai ke RL 96 karena hasil FK nya < 1.2, sehingga perlu didesain ulang dengan memodifikasi geometri lereng. Setelah didesain ulang, hasilnya yaitu tinggi disposal dikurangi 24 m, RL 180 dipotong habis, sehingga tinggi disposal hanya sampai RL 156, overall slope dibuat menjadi 30 dan jarak antar bench bervariasi, single slope-nya 80-150 , sehingga didapat nilai FK ≥ 1.2. Jika nilai FK mencapai 2, artinya disposal berada dalam kondisi yang sangat aman, namun tidak optimal, karena semakin banyak timbunan OB yang dibuang. Maka dari itu engineer geoteknik berusaha mengoptimalkan kapasitas disposal dengan cara mendesain disposal sedemikian rupa agar nilai safety factor nya sebesar ±1.2.
Gambar-3. Sketsa awal sebelum pelebaran disposal
Gambar-4. Sketsa akhir setelah pelebaran disposal 0.912
20
25
30
35
FK 1.332 1.344 1.334 1.332 1.203 1.408
10
15
OB
Soil
Sludge
5
Bedrock -15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
Gambar-5. Sketsa simulasi pengaruh bidang gelincir terhadap kestabilan lereng disposal
Hasil perhitungan FK lereng desain disposal tahun 2016 seperti pada halaman 5-16, menghasilkan FK < 1.2 yang berarti lereng desain tahun 2016 dinyatakan tidak aman dan berpotensi mengalami kelongsoran. Untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan lereng, maka desain disposal untuk tahun 2016 perlu di re-desain dari segi tinggi dan sudut jenjang disposal. Tabel 3 menyajikan hasil FK analisis lereng desain disposal 2016.
Gambar-6. Rekomendasi Lereng Disposal Sayatan S1-S1’
Berikut ini disajikan tabel rekomendasi yang telah dibuat untuk disposal XYZ, untuk sayatan 1-6.
Tabel-3. Hasil FK Desain Disposal Tahun 2016
Tabel-5.Rekomendasi Re-Desain Lereng Disposal Nama Sayatan
Rekomendasi
S1-S1’
Timbunan RL 180 dan RL 168 dipotong habis Crest RL 156 mundur 877,322 m Crest RL 144 mundur 635,570 m Crest RL 132 mundur 196,599 m Crest RL 120 mundur 98,505 m Crest RL 108 maju 100,027 m Crest RL 96 maju 24,804 m Crest RL 84 dan 72 mengikuti aktual desain
Rancangan Ulang Desain untuk Tahun 2016 Dari hasil permodelan, desain ulang disposal untuk tahun 2016 menghasilkan safety factor yang aman untuk lerengnya atau FK ≥ 1.2. S2-S2’
38
Timbunan RL 180 dipotong habis
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40 yang tidak aman dan berpotensi mengalami gangguan kestabilan lereng (FK < 1.2). 3. Rekomendasi kegiatan-kegiatan yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini untuk menjaga kestabilan lereng disposal adalah: a. Perkuatan base disposal, terutama di sekitar area kolam lumpur b. Mengurangi gaya-gaya yang menimbulkan gerakan tanah, dengan cara mengubah geometri lereng dan mengendalikan air permukaan c. Menambah gaya-gaya penahan gerakan tanah, dengan cara membuat counter weight di kaki lereng d. Mengeringkan genangan-genangan air di atas disposal, dan menutup cekungan-cekungan yang berpotensi menjadi tempat tergenangnya air. Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian penelitian ini yaitu : 1. Kondisi lereng harus diamati setiap harinya untuk menghindari gangguan kestabilan lereng akibat perubahan geometri karena aktivitas penimbunan overburden setiap hari. 2. Sebaiknya material sludge di dasar kolam lumpur dan settling pond dipindahkan terlebih dulu sebelum ditimbun untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat mengganggu kestabilan lereng disposal. 3. Agar hasil analisis software mendekati kondisi aktual, perlu banyak data CPT dan SPT untuk mewakili data aktual di lapangan. Uji lapangan (CPT dan SPT) membutuhkan banyak biaya, maka dari itu perlu dibuat suatu korelasi yang sesuai dengan keadaan di lapangan tersebut untuk mengurangi biaya uji lapangan. Dari hasil penelitian, perlu dilakukan rancangan ulang (redesain) terhadap geometri lereng desain disposal tahun 2016.
Crest RL 168 mundur 700,006 m, sudutnya dibentuk 10o Crest RL 156 mundur 726,220 m, sudutnya dibentuk 12o Crest RL 144 mundur 652,265 m Crest RL 132 mundur 669,243 m Crest RL 120 maju 42,637 m Crest RL 108 maju 168,430 m Crest RL 96 maju 87,280 m, sudutnya dibentuk 12o Crest RL 84 maju 16,520 Crest RL 72 mengikuti aktual desain
S3-S3’
Timbunan RL 180 dipotong habis Crest RL 168 mundur 572,185 m, sudutnya dibentuk 10o Crest RL 156 mundur 658,950 m, sudutnya dibentuk 12o Crest RL 144 mundur 585,790 m Crest RL 132 mundur 444,578 m Crest RL 120 mundur 266,391 m Crest RL 108 mengikuti aktual desain Crest RL 96 maju 30,000 m, Crest RL 84 dan RL 72 mengikuti aktual desain
S4-S4’
Timbunan RL 180 dipotong habis Crest RL 168 mundur 670,732 m, sudutnya dibentuk 8o Crest RL 156 mundur 455,913 m Crest RL 144 mundur 345,926 m Crest RL 132 mundur 250,000 m Crest RL 120 mengikuti aktual desain Crest RL 108 maju 85,748 m Crest RL 96 maju 71,015m Crest RL 84 maju 10,520 m Crest RL 72 maju 15,140, toeline tetap, sudut lereng dibentuk 15o
S5-S5’
Timbunan RL 180 dipotong habis Crest RL 168 mundur 755,298 m Crest RL 156 mundur 620,000 m Crest RL 144 mundur 469,237 m Crest RL 132 mundur 300,005 m Crest RL 120 mundur 152,567 m Crest RL 108 mengikuti aktual desain Crest RL 96 maju 48,945 m, sudutnya dibentuk 12o Crest RL 84 dan RL 72 mengikuti aktual desain , sudut lereng di RL 84 dibuat 12o
S6-S6’
Timbunan RL 180 dan RL 168 dipotong habis Crest RL 156 mundur 818,930 m Crest RL 144 mundur 684,392 m Crest RL 132 mundur 311,291 m Crest RL 120, RL 108 , RL 96, RL 84 dan RL 72 mengikuti aktual desain
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Patmo N, selaku Department Head Geotechnical Engineering. 2. Ibu Rosmelia Cipta selaku pembimbing lapangan pada penyusunan laporan penelitian ini di perusahaan. 3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu penulis selama menjalani penelitian di perusahaan. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim. 2008. Cara Uji Penetrasi Lapangan dengan Alat Sondir, SNI 2827:2008. Badan Standardisasi Nasional dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. hal : 2-4. [2] Arief, Saifuddin. 2007. Konsep Dasar Analisis Ketabilan Lereng. www.scribd.com.
KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini : 1. Pada hasil analisis kestabilan lereng keseluruhan (overall) aktual topografi Agustus 2015 yang analisisnya berdasarkan kondisi jenuh didapatkan nilai faktor keamanannya ≥ 1,2 (aman), sehingga tidak perlu dilakukan rancangan ulang (redesign) terhadap geometri lereng. 2. Pada hasil analisis kestabilan lereng keseluruhan (overall) desain disposal tahun 2016, yang analisisnya berdasarkan kondisi jenuh, dari hasil permodelan, desain disposal untuk tahun 2016 menghasilkan safety factor
[3] Fredlund, D. G. 1984. Analytical Methods for Slope Stability Analysis. University of Saskatchewan Saskatoon, Canada. [4] Liong, GOUW Tjie, & Herman, Dave Juven, G. 2012. Analisa Stabilitas Lereng, Limit Equalibrium vs Finite Element Method. HATTI-PIT-XVI 2012, Jakarta. [5] Murthy, V.N.S. 2002. Principles and Practices of Soil Mechanics and Foundation Engineering : CRC Press. hal : 338. 39
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : 35 - 40 [6] Nassaji, F, & Kalantari, B. 2011. SPT Capabilty to Estimate Undrained Shear Strength of Fine-Grained Soils of Tehran, Iran, Vol. 16. EJGE. [7] Nugraha, F. 2014. Studi Perbandingan Beberapa Rumus Empiris Parameter Kuat Geser (Cu dan φ) dari Nilai N-SPT. E-Jurnal MATRIKS Teknik Sipil. hal : 499. [8] Prasetya, S. I. 2011. Studi Kasus Analisa Kestabilan Lereng Disposal di Daerah Karuh, Kec. Kintap, Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Teknik Pertambangan UPN Veteran, Yogyakarta. [9] Rahardjo, P. P. 2008. Penyelidikan Geoteknik dengan Uji Insitu. Geotechnical Engineering Center Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. hal : I-11II-4. [10] Sumahing, M. 2013. Kajian Geoteknik Pit 2 Wara Design 2012 PT Adaro Indonesia Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan. Teknik Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta.
40