ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Putro Juwono Siswantoro NIM: 106082002660
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Putro Juwowno Siswantoro NIM: 106082002660
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Bambang Jatmiko, SE.,M.Si
Fitri Damayanti, SE., M.Si NIP: 19810731 200604 2 003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011M i
Pada hari Jumat Tanggal 3 September 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Nama: Putro Juwono Siswantoro NIM: 106082002660 dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 September 2010
Tim Penguji Komprehensif
Rini, SE., M.Si, Ak
Yusro Rahma, SE.,M.Si
Penguji I
Penguji II
Prof.Dr.Abdul Hamid,MS Penguji Ahli
ii
Hari Rabu Tanggal Dua Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sebelas telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Putro Juwono Siwantoro NIM: 106082002660 dengan judul skripsi “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR
MODAL
PADA
PERUSAHAAN
MAKANAN
DAN
MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian skripsi berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2 Maret 2011
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Bambang Jatmiko, SE.,M.Si Pembimbing I
Fitri Damayanti, SE.,M.Si Pembimbing II
Prof.Dr.Azzam Jasin.,MBA Penguji Ahli II
Rahmawati, SE.,MM Penguji Ahli III
Prof.Dr.Abdul Hamid,MS Penguji Ahli I
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Putro Juwono Siswantoro
2. Tempat & Tanggal Lahir
: Jakarta, 5 Juni 1988
3. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Arinda II, Jl. Angsana Blok E8 No 4 Pondok Aren Tangerang Selatan 15224
6. Telepon
: 08567814603/02141722315
7. Email
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN 1. TK
(1992-1994)
: TK Islam Amalina
2. SD
(1994-2000)
: SDN 1 Pondok Aren
3. SMP (2000-2003)
: SMPN 2 Pondok Aren
4. SMA (2003-2006)
: SMAN 1 Pondok Aren
III. PENDIDIKAN INFORMAL 1. Pesona Muslim Lembaga Pendidikan Bahasa dan Komputer Microsoft Office 2. Les Gitar v
IV. PENGALAMAN KERJA 1. Magang di Artha Jasa Konsulindo (konsultan manajemen)
V. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Anggota Organisasi Pencinta Alam (Ciara) 2. Anggota Bemj Akuntansi 3. Mentor Penerimaana Mahasiswa Akuntansi 4. Ketua Karang Taruna Rt 001 Rw 007 5. Kordinator PSDM Remaja Islam Masjid Jami Baitul Akbar
vi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Putro juwono siwantoro
NIM
: 106082002660
Jurusan
: Akuntansi
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa: 1.
Skripsi yang saya buat dengan judul sebagaimana tersebut di atas beserta isinya merupakan hasil penelitian saya sendiri.
2.
Apabila skripsi saya adalah hasil pelagiat atau menyalin skripsi orang lain, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan serta dicabut segala wewenang dan hak saya yang berhubungan dengna ijazah dan gelar akademik Sarjana Ekonomi (SE) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Jakarta, 2 Maret 2011
Putro Juwono Siswantoro iv
v
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya. Atas berkah, rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan
skripsi
yang
berjudul
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian danpemilihan kata-kata maupun pembahasan materi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan skripsi ini.
Skripsi yang telah penulis selesaikan merupakan salah satu dari banyak nikmat yang ALLAH SWT berikan kepada saya. Terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Orang tua tercinta Bapak (Sarjuman) yang telah membantu secara materil dan moril serta sabar menunggu saya selesai skripsi. Untuk Ibu (Wasiyem) yang telah membantu saya untuk menjadi orang yang kuat dan tidak putus asa. Untuk Adik (Gelang Ramadhani) hanya bertanya udah lulus belum kepada
x
saya jadi buat motivasi saya. Untuk Kakak (Sri Wastutianingsih) yang selalu menanyakan saya kapan lulus dan wisuda supaya cepet kerja dan nikah muda. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pudek Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Rahmawati, SE.,MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi. 5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi 6. Bapak Bambang Jatmiko, Dr., M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya, memberikan banyak masukan, pengarahan, motivasi serta dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis. 7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya, memberikan banyak masukan, motivasi serta dengan sabar dan ikhlas membimbing penulis. 8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu. Mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahalanya kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini. Jakarta, 2 Maret 2011
Putro Juwono Siswantoro xi
xii
DAFTAR ISI Keterangan
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .....................
i
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ...............................
ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI .................................
iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................
v
ABSTRACT ............................................................................................
vii
ABSTRAK ............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..........................................................................
ix
DAFTAR ISI .........................................................................................
xii
DAFTAR TABEL ................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
xviii
BAB I
PENDAHULUAN ..............................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................
17
C. Tujuan Penelitian ..........................................................
21
D. Manfaat Penelitian ........................................................
21
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................
23
A. Landasan Teori ..............................................................
23
1. Struktur Modal ........................................................
23
2. Merton Miller (MM Theory) .....................................
27
BAB II
xii
3. Teori Trade-Off .........................................................
29
4. Teori Pengisyaratan ...................................................
30
5. Debt to Equity Ratio (DER) ......................................
30
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal .
31
1. Risiko Bisnis (Business Risk) ...................................
32
2. Profitabilitas (Profitability) .......................................
33
3. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) ........................
34
4. Likuiditas (Liquidity) ................................................
35
5. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) ...................
36
C. Keterkaitan Antara Variabel ............................................
37
1. Risiko Bisnis dengan Debt to Equity Ratio ..............
37
2. Profitabilitas dengan Debt to Equity Ratio ...............
38
3. Pertumbuhan Asset dengan Devt to Equity Ratio .....
39
4. Likuiditas dengan Debt to Equity Ratio ....................
40
5. Pertumbuhan Penjualan dengan Debt to Equity Ratio
40
B.
BAB III
D.
Penelitian Terdahulu .................................................
41
E.
Kerangka Pemikiran ..................................................
51
METODE PENELITIAN .................................................
52
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................
52
B. Jenis dan Sumber Data ..................................................
52
C. Metode Penentuan Sampel .............................................
53
D. Metode Pengumpulan Data ...........................................
55
E. Metode Analisis Data ......................................................
55
xiii
BAB IV
1. Statistik Deskriptif ..................................................
56
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................
56
a. Uji Normalitas Data ...............................................
56
b. Uji Multikolinearitas ..............................................
57
c. Uji Autokorelasi .....................................................
58
d. Uji Heterokesdatisitas ............................................
59
F. Análisis Regresi Berganda ..............................................
60
1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) ......
61
2. Uji F (Uji Simultan) ..................................................
61
3. Uji T (Uji Parsial)......................................................
62
G. Definisi Operasional Variabel .......................................
62
1. Risiko Bisnis (Business Risk) .................................
63
2. Profitabilitas (Profitability) .....................................
63
3. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) ......................
63
4. Likuiditas (Liquidity) ..............................................
64
5. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) .................
64
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .......................
67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................
67
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ............................
67
2. Perusahaan Makanan dan Minuman ............................
69
B. Hasil Analisis Data .............................................................
71
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ........................................
71
a. Struktur Modal (Debt to Equity Ratio) ..................
72
xiv
b. Risiko Bisnis (Business Risk) ................................
72
c. Profitabilitas (Profitability) ....................................
73
d. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) .....................
74
e. Likuiditas (Liquidity) .............................................
74
f. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) ................
75
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................
76
a. Uji Normalitas ........................................................
76
b. Uji Multikolonieritas ..............................................
77
c. Uji Autokorelasi .....................................................
79
d. Uji Heteroskedastisitas ...........................................
80
3. Uji Regresi Berganda ...................................................
81
4. Uji Hipotesis ................................................................
83
a. Uji Koefisien Determinasi (R2) ..............................
83
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ............
84
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ................
85
5. Variabel yang Dominan Mempengaruhi Struktur Modal BAB V
90
PENUTUP ...........................................................................
91
A. Kesimpulan ........................................................................
91
B. Keterbatasan Penelitian .....................................................
94
C. Implikasi ............................................................................
94
D. Saran ..................................................................................
95
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
97
LAMPIRAN .........................................................................................
100
xv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Daftar Industri Makanan dan Minuman di BEI ...................... 8
1.2
Debt to Equity Ratio (DER) Periode Tahun 2007-2009 ......... 12
2.1
Penelitian Terdahulu ..... .......................................................... 44
3.1
Data dan Sumber Data ............................................................ 53
3.2
Proses Seleksi Sampel ............................................................. 54
3.3
Sampel Penelitian .................................................................... 54
3.4
Definisi Operasional Variabel ................................................. 65
4.1
Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) ....................................... 68
4.2
Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman ............................ 70
4.3
Uji Statistik Deskriptif ............................................................ 71
4.4
Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov .................. 77
4.5
Uji Multikolonieritas ............................................................... 78
4.6
Uji Autokorelasi ...................................................................... 79
4.7
Hasil Uji Regresi Bergganda ................................................... 81
4.8
Uji Determinasi (R2) ............................................................... 83
4.9
Uji Simultan (Uji Statistik F) .................................................. 84
4.10
Uji Parsial (Uji Statistik t) ....................................................... 85
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal ................ 51
4.1
Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ........................... 76
4.2
Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik Scatterplot ...... 80
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan 1.
Halaman
Data Rasio Perhitungan Struktur Modal dan Profitabilitas Perusahaan Makanan dan Minuman yang Diolah Dalam SPSS.......... 100
2.
Data Rasio Perhitungan Pertumbuhan Aktiva dan Likuiditas Perusahaan Makanan dan Minuman yang Diolah Dalam SPSS .......... 101
3.
Data Rasio Perhitungan Pertumbuhan Penjualan Perusahaan Makanan dan Minuman yang Diolah Dalam SPSS ............................. 102
4.
Hasil Uji SPSS Statistik Desktiptif dan Grafik Normal P-Plot ............ 103
5.
Hasil Uji SPSS Kolmogorov-Smirnov dan Multikolonieritas ............. 104
6.
Hasil Uji SPSS Autokorelasi dan Heteroskedastisitas ......................... 105
7.
Hasil Uji SPSS Simultan (F) dan Parsial (t) ........................................ 106
xviii
ANALYSIS OF FACTORS THAT INFLUENCE THE CAPITAL STRUCTURE IN FOODS AND BEVERAGES ARE REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE ABSTRACT The purpose of this research is want to know the effect of business risk factors, profitability, asset growth, liquidity, and sales growth to influence the capital structure of the food and beverage company in Indonesia Stock Exchange for the years 2006 to 2009 The Sample which is used in this Research 10 food and beverage companies in the consumer goods sector industry from 2006 to 2009. The method that used is purposive sampling. It is a sampling method that takes an object with certain criteria. The Result of data analysis partially showed that there was effect of business risk, profitability, assets growth, liquidity and sales growth on the capital structure with a significant level of each 0.000, 0.002, 0.005, 0.000, 0.020. Then the result of simultant analysis data showed that variable business risk, profitability, asset growth, liquidity and sales growth has affected to capital structure with a significant level of 0.000 and the greatest effect 64.9% and the remaining 35.1% described other variables. Keywords: capital structure, business risk, profitability, asset growth, liquidity and sales growth.
vii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ABTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat seberapa jauh faktor resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, likuiditas, dan pertumbuhan penjualan dalam mempengaruhi struktur modal pada perusahaan makanan dan minuman di Bursa Efek Indonesia untuk tahun 2006 sampai dengan 2009 Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 10 perusahaan makanan dan minuman pada sektor industri consumer goods dari tahun 2006 sampai dengan 2009, dimana metode yang digunanakan purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan kriteria tertentu. Hasil analisis data secara parsial menunjukkan adanya pengaruh resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, likuiditas dan pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal dengan masing tingkat signifikan sebesar 0.000, 0.002, 0.005, 0.000, 0.020. Kemudian hasil analisis data secara simultan menunjukkan variabel resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, likuiditas dan pertumbuhan penjualan secara bersama-sama mempengaruhi struktur modal dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 dan besar pengaruhnya 64.9% serta sisanya 35.1% dijelaskan variabel lain. Kata kunci: Struktur modal, resiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan aktiva, likuiditas dan pertumbuhan penjualan.
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat dilakukan melalui peningkatan kemakmuran kepemilikan atau para pemegang saham. Keberadaan para pemegang saham dan peranan manajemen sangatlah penting dalam menentukan besar keuntungan yang nantinya akan diperoleh. Menghadapi kondisi demikian, setiap perusahaan dituntut untuk mampu membaca dan melihat situasi yang terjadi sehingga dapat melakukan pengelolaan fungsi-fungsi manajemen dengan baik di bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia dan keuangan dengan baik agar dapat lebih unggul dalam persaingan. Suatu
keputusan
yang
diambil
manajer
dalam
suatu
pembelanjaan harus dipertimbangkan secara teliti, sifat dan biaya dari sumber dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana tersebut memiliki konsekuensi finansial yang berbeda. Sumber dana perusahaan adalah semua perkiraan yang terdapat pada sisi pasiva neraca, mulai dari utang dagang hingga laba ditahan.
1
Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan operasi perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutukan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda-beda. Proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Moeljadi, 2006:236). Dalam kegiatan usahanya pemilik perusahaan melimpahkan tanggung jawab kepada pihak lain yaitu manajer. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan (Prabansari dan Kusuma, 2005). Manajer harus mampu menghimpun modal baik yang bersumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan (Prabansari dan Kusuma, 2005). Biaya modal yang timbul dari keputusan pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang diambil manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, biaya modal yang timbul adalah sebesar
2
biaya bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dana sendiri akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan. Ditinjau dari asalnya menurut Riyanto (2001:214), sumber dana dapat dibedakan menjadi sumber dana perusahaan intern dan sumber dana perusahaan ekstern. Dana intern adalah dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dalam perusahaan yaitu laba yang ditahan dan akumulasi depresiasi. Dana ekstern adalah dana dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan. Metode pemenuhan kebutuhan akan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing). Sedangkan dana dari pemilik, peserta pengambil bagian dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri perusahaan tersebut. Metode pemenuhan dana dengan cara ini disebut metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing). Penentuan proporsi hutang dan modal dalam penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Dalam usaha peningkatan nilai perusahaan, hal yang tidak bisa dipisahkan adalah bagaimana penentuan struktur modal yang dilakukan oleh manajemen dan para pemegang saham perusahaan. Struktur modal adalah bauran atau proposi pendanaan permanen jangka panjang
3
perusahaaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa (Van Horne dan Wachowicz, 2007:232). Dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan struktur modal, manajemen yang kekayaannya tidak terdiversifikasi secara baik mungkin cenderung mengambil keputusan yang menguntungkan mereka dan tidak terlalu berisiko. Hal ini karena pendapatan, masa jabatan dan sebagian dari kekayaan mereka hanya tergantung dari perusahaan yang mempekerjakan mereka. Struktur modal adalah perbandingan nilai hutang dengan nilai modal sendiri yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan akhir tahun. Variabel ini dinyatakan dalam rasio total hutang dan modal sendiri pada neraca akhir tahun. Menurut Kodrat (2009), Struktur modal perusahaan adalah kombinasi dari saham-saham yang berbeda (saham biasa dan saham preferen) atau bauran seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan perusahaan. Sedangkan struktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivanya dan dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi, struktur modal suatu perusahaan hanya sebagian dari struktur keuangannya. Pengertian struktur modal menurut Riyanto (2001:218) adalah perimbangan atau perbandingan antar jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal di proxy dengan
4
Debt to Equity Ratio (DER), yang merupakan perbandingan antara total hutang terhadap modal sendiri. Pemakaian proxy dimaksudkan untuk mempermudah pengukuran karena faktor tersebut tidak dapat diukur secara langsung. Menurut Yusgiantoro (2004:145) struktur modal merupakan faktor penting untuk menentukan keekonomian suatu bisnis, karena menyangkut besarnya biaya modal rata-rata. Besarnya biaya modal rata-rata sangat tergantung dari struktur pinjaman dan modal sendiri. Menurut Moeljadi (2006:236) struktur modal menggambarkan proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Sedangkan rentabilitas modal sendiri (return in equity) menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan. Artinya, rentabilitas modal sendiri dapat menjadi ukuran efesiensi bagi penggunaan modal sendiri yang di operasionalkan dalam perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri, berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan meghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya. Penggunaan variabel DER sebagai proxy dari struktur modal sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007), Chandra (2008), dan Nugroho (2006). Menurut Brigham dan Houston (2001:39) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal perusahaan, antara lain: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas
5
keuangan. Rozikin (2008), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas, tangibility, pajak, ukuran perusahaan, tax shield non hutang, peluang-peluang pertumbuhan, dan volatilitas. Berdasarkan
uraian
di
atas
bahwa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan merupakan topik yang sangat penting dalam rangka menjaga keseimbangan antara profitabilitas dengan konsep kehati-hatian dalam pengelolaan perusahaan itu sendiri. Dengan mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perusahaan,
maka
diharapkan pihak manajemen lebih berhati-hati dalam membiayai investasi-investasi yang dilakukan perusahaan pada masa yang akan datang, serta lebih memahami resiko yang akan timbul sebagai akibat dari keputusan-keputusan pembiayaan yang diambil. Ada Trade off antara peningkatan Earning Per Share (EPS) yang merupakan tujuan dan harapan pemegang saham dengan adanya jaminan yang memadai dari dana-dana yang diinvestasikan oleh pihak kreditur di sisi lain, artinya dari sisi struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Dari kondisi inilah dituntut peran dan kemampuan menajemen dalam menyeimbangkan tujuan-tujuan yang bertolak belakang tersebut agar perusahaan tetap bertahan dan mengalami pertumbuhan secara terus-menerus. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumbersumber dana permanen yang digunakan perusahaan untuk operasionalnya yang akan memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri. Pencarian struktur modal yang optimal merupakan pekerjaan yang sangat sulit,
6
karena adanya konflik yang mengarah kepada biaya agensi. Konflik lama antara pemegang saham dan pemegang obligasi dalam penetapan struktur modal optimal suatu perusahaan. Untuk mengurangi kemungkinan manajemen menanggung resiko berlebihan atas nama pemegang saham, perlu memasukan beberapa batasan protektif dalam kontak obligasi yang bertujuan
membatasi
pengambilan
keputusan
manajemen.
Dalam
kebijakan pembelanjaan, manajer keuangan dihadapkan pada sejumlah alternatif pembiayaan perusahaannya. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mencari dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal perusahaan yang masuk dalam kelompok industri makanan dan minuman yang telah listed di Bursa Efek Indonesia untuk periode waktu rata-rata dari tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009. Dasar pembatasan waktu ini adalah periode dimana hampir semua perusahaan dan juga industri makanan dan minuman masuk dalam pemulihan atau bangkit dari krisis global yang melanda ekonomi dunia. Berdasarkan IDX statistik dari BEI. Bahwa tahun 2006 tercatat sebanyak 19 perusahaan yang termasuk kedalam kelompok industri makanan dan minuman. Sedangkan tahun 2007, perusahaan yang ada pada tahun 2006 termasuk dalam kelompok industri makanan dan minuman hanya tinggal 15 perusahaan. Perusahaan yang hilang adalah perusahaan PT Fast Food Indonesia Tbk, PT Pioneerindo Gourmet International Tbk, PT Sierad Produce Tbk, PT Tunas Baru Lampung Tbk.
7
Selanjutnya pada tahun 2008 perusahaan yang ada pada tahun 2007 termasuk dalam kelompok indsutri makanan dan minuman tinggal 14 perusahaan. Perusahaan yang hilang adalah peurusahaan PT Suba Indah Tbk. Dan selanjutnya pada tahun 2009 perusahaan yang ada pada tahun 2008 termasuk dalam kelompok industri makanan dan minuman tinggal 13 perusahaan. Perusahaan yang hilang adalah PT Sekar Bumi Tbk dan PT Suba Indah Tbk. Tetapi perusahaan PT Ades Waters Indonesia pada tahun 2009 berganti nama menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Seperti ditunjukan di tabel 1.1. Tabel 1.1 Daftar Industri Makanan dan Minuman di BEI Tahun 2006-2009 No 1.
2006 Food and Beverages Ades Waters Indonesia Tbk
2007 Food and Beverages Ades Waters Indonesia Tbk
2008 Food and Beverages Ades Waters Indonesia Tbk
2009 Food and Beverages Akasha Wira Internasional Tbk
2.
Aqua Golden Mississipi Tbk
Aqua Golden Mississipi Tbk
Aqua Golden Mississipi Tbk
Aqua Golden Mississipi Tbk
3.
Cahaya Kalbar Tbk
Cahaya Kalbar Tbk
Cahaya Kalbar Tbk
Cahaya Kalbar Tbk
4.
Davomas Abadi Tbk
Davomas Abadi Tbk
Davomas Abadi Tbk
Davomas Abadi Tbk
5.
Delta Djakarta Tbk
Delta Djakarta Tbk
Delta Djakarta Tbk
Delta Djakarta Tbk
6.
Fast Food Indonesia Tbk
----
----
----
7.
Indofood Makmur Sukses Tbk
Indofood Makmur Sukses Tbk
Indofood Makmur Sukses Tbk
Indofood Makmur Sukses Tbk
8.
Mayora Indah Tbk
Mayora Indah Tbk
Mayora Indah Tbk
Mayora Indah Tbk
9.
Multi Bintang Indonesia Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
Multi Bintang Indonesia Tbk
10.
Pioneerindo Gourmet Int. Tbk
---
----
----
11.
Prasidha Aneka Niaga Tbk
Prasidha Aneka Niaga Tbk
Prasidha Aneka Niaga Tbk
Prasidha Aneka Niaga Tbk
12.
Sekar Bumi Tbk
Sekar Bumi Tbk
Sekar Bumi Tbk
-----
13.
Sekar Laut Tbk
Sekar Laut Tbk
Sekar Laut Tbk
Sekar Laut Tbk
14.
Siantar Top Tbk
Siantar Top Tbk
Siantar Top Tbk
Siantar Top Tbk
15.
Sierad Produce Tbk
----
----
----
16.
Suba Indah Tbk
Suba Indah Tbk
----
----
17.
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
Bersambung pada halaman selanjutnya
8
Tabel 1.1 Daftar Industri Makanan dan Minuman di BEI Tahun 2006-2009 No 18.
2006 Food and Beverages Tunas Baru Lampung Tbk
2007 Food and Beverages
2008 Food and Beverages
2009 Food and Beverages
----
----
----
19.
Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
Sumber: IDX Statistics 2006-2009 Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 perusahaan yang masih bertahan dari tahun 2006-2009. Pada tahun 2009 Ades Waters Indonesia Tbk berubah nama menjadi perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk. Perusahaan yang masih bertahan tersebut dinilai memiliki struktur modal yang cukup kuat untuk mengatasi krisis global dan perdagangan bebas. Perbedaan kondisi perusahaan makanan dan minuman tersebut di atas dipengaruhi faktor-faktor sumber pendanaan perusahaan yang tidak sama, tergantung pada kondisi dan jenis perusahaan.
Keputusan
dalam
penentuan
struktur
modal
sangat
dipengaruhi oleh karakteristik dimana perusahaan tersebut berada dan keunikan dari perusahaan secara individu perusahaan. Apapun keputusan yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap nilai keuangan perusahaan, yang terefleksi pada harga saham perusahaan yang diperdagangkan di bursa. Dengan adanya reaksi harga saham terhadap pemberitahuan perubahan struktur modal menunjukan bahwa perusahaanperusahaan bergerak sedikit atau lebih jauh ke arah struktur modal yang lebih optimal atau seperti yang telah ditargetkan.
9
Perusahaan makanan dan minuman pada periode tahun 2006-2009 menghadapi berbagai macam kondisi ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap kinerja dan struktur modal perusahaan. Tahun 2006 diawali dengan keadaan yang kurang menguntungkan. Kurang menguntungkan ini disebabkan karena kenaikan harga BBM yang pada Oktober 2005 yang telah menggerus daya beli masyarakat Indonesia dan menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi. Bagaimanapun kebijakan tidak populis ini adalah bagai buah simalakama bagi pemerintah karena komitmen untuk mengurangi subsidi BBM adalah salah satu agenda penting yang tidak mudah untuk diterima oleh masyarakat. Walau pada akhirnya bentuk subsidi ini dialihkan ke sektor lain, namun dalam aktivitas sehari-harinya masyarakat merasa diberatkan dengan harga BBM yang terkait dengan pengeluaran rutin mereka. Laju inflasi mencapai 17,1% pada akhir 2005. Tahun 2007 terjadi kenaikkan harga minyak dunia di atas 93 dollar AS perbarel, kenaikan harga minyak dunia dapat mempengaruhi harga bahan bakar minyak bagi industri dalam negeri yang dipastikan menaikkan harga bahan baku, mesin-mesin, biaya produksi, dan jasa transportasi. Tahun 2008 terjadi krisis global yang berpontensi membekukan sektor rill, baik diakibatkan oleh masalah dari sisi supply (terkait bahan baku) maupun demand (terkait pemintaan barang). Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang berdampak pada berkurangnya tingkat konsumsi baik domestik maupun luar negeri dikhawatirkan menyebabkan kelesuan industri makanan dan minuman di Indonesia. Industri makanan dan
10
minuman yang terkena imbas dari krisis tersebut bukan hanya karena produk ekspornya yang terganggu oleh perebutan pasar international, namun juga menjamurnya kompetitor lain yang mengancam pangsa pasar domestik. Kompetitor yang dimaksud berasal dari negara-negara eksportir lain yang mengalihkan pasar mereka ke Indonesia setelah penjualan di negara tujuan ekspornya tidak mampu menyerap seluruh hasil produksi. Jenis komuditas yang diperkirakan akan dialihkan ke Indonesia salah satunya adalah industri makanan dan minuman. Kondisi ini diperparah oleh melemahnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan harga barang mentah impor menjadi cukup mahal. Tahun 2009 krisis global masih berjalan ditambah adanya pemilu yang membuat dunia usaha jadi lesu karena hampir tidak ada proyek perekonomian yang berjalan karena pemerintah terfokus pada pemilu sementara belanja negara semua tersedot pada kampanye pemilu. Krisis ekonomi di Amerika Serikat menyebabkan permintaan pasar di luar negeri menurun drastis sehingga banyak indsutri yang pasarnya di luar negeri permintaannya menurun. Adanya PHK sekitar
40%-50%
di
sektor
industri,
kebijakan
ekonomi
untuk
meningkatkan pendapatan devisa dengan cara mengexspor manusia sebagai TKI dan TKW bukan ekspor barang ini kebijakan ekonomi yang dibuat oleh presiden Indonesia. Fenomena ekonomi antara periode tahun 2006-2009 seperti di atas serta faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menyebabkan perubahan komposisi struktur modal perusahaan makanan dan minuman.
11
Perubahan stuktur modal perusahaan makanan dan minuman pada periode 2006-2009 dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2 Debt to Equty Ratio (DER) Industri Makanan dan Minuaman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2007-2009 No Nama Perusahaan Tahun 2006
2007
2008
2009
1.
PT. Ades Water Indonesia Tbk
-2,08
-1,60
2,56
1,61
2.
PT. Aqua Golden Missisipi Tbk
0,74
0,71
0,73
3.
PT. Cahaya Kalbar Tbk
0,77 0,43
0,89
1,45
0,89
4.
PT. Delta Jakarta Tbk
0,31
0,29
0,34
0,27
6.
PT. Mayora Indah Tbk
0,58
0,73
1,32
1,03
5.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
2,08
2,14
1,73
8,44
7.
PT. Parashida Aneka Niaga Tbk
1,79
2,12
1,62
1,43
8.
PT. Siantar Top Tbk
3,03
0,44
0,72
0,36
9.
PT. Sekar Laut Tbk
0,36
0,89
1,00
0,73
10.
PT. Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
0,53
0,64
0,53
0,45
0,78
-0,77
1,20
1,59
Rata-Rata
Sumber: Data Sekunder diolah Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa besarnya rata-rata debt to equity ratio (DER) pertahun dari tahun 2006-2009 perusahaan makanan dan minuman pada sektor Industri Consumer Goods yang terdaftar di BEI. Debt to equity ratio tahun 2006 adalah sebesar 0,78 menunjukkan bahwah debt to equity ratio (DER) tahun 2006 dibawah 1, berarti perusahaan lebih banyak menggunakan modal sendiri untuk aktivitas investasinya. Debt to equity ratio (DER) untuk tahun 2007 adalah sebesar -0,77 menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) tahun 2006 dibawah 1, berarti perusahaan lebih banyak menggunakan modal
12
sendiri untuk aktivitas investasinya. Dan debt to equity ratio (DER) untuk tahun 2008 sebesar 1,20. Selanjutnya debt to equity ratio (DER) tahun 2009 sebesar 1,59, sehingga ditahun 2008 dan 2009 perusahaan lebih banyak
menggunakan dana dari hutang untuk aktivitas investasinya dari pada modal sendiri. Dengan demikian selama peridode 2006 sampai dengan 2009 terdapat 17% lebih perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada sektor industri consumer goods yang mempunyai debt to equity ratio (DER) lebih dari 1, yang artinya proporsi hutang lebih besar dari pada modal sendirinya. Dengan adanya proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang mempunyai debt to equity ratio (DER) lebih dari 1 akan memiliki resiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki debt to equity ratio (DER) kurang dari 1. Dengan nilai debt to equity ratio (DER) yang berada di atas 1 berarti perusahaan memiliki jumlah hutang yang lebih besar dari pada jumlah modal sendiri dan hal ini tidak sesuai dengan teori struktur modal yang optimal dimana seharusnya jumlah hutang perusahaan tidak boleh lebih besar dari pada modal sendiri. Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya kedalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai debt to equity ratio (DER) tertentu yang besarnya kurang dari 1. Karena jika debt to equity ratio (DER) lebih dari 1 berarti resiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.
13
Bila kita membahas sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai investasi perusahaan, berarti kita membahas mengenai struktur modal perusahaan. Kebutuhan modal perusahaan dapat dipenuhi baik dari sumber intern maupun sumber ekstern. Sumber dana intern adalah sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan, dimana pemenuhan kebutuhan modal tidak diambilkan dari luar perusahaan melainkan dari sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, yaitu dalam bentuk laba yang tidak dibagi atau laba ditahan (retained earning). Laba ditahan adalah bagian dari laba neto sesudah pajak yang tidak dibagikan kepada pemilik perusahaan atau bagian dari laba neto yang ditanamkan kembali di dalam perusahaan. Sumber intern sering di pandang sebagai sumber utama dalam perusahaan untuk membiayai investasi dalam aktiva tetap atau pengeluaran modal, terutama bagi perusahaan yang mempunyai resiko usaha besar. Sumber dana ekstern adalah sumber dana yang diambilkan dari sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Sumber dana ekstern meliputi: (1) hutang dan (2) modal dari pemilik perusahaan. Modal dari pemilik perusahaan didapatkan dengan menjual surat berharga (go public) kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Melalui surat berharga maka masyarakat dapat ikut menjadi
pemilik
perusahaan
dengan
menanamkan
modal
dalam
perusahaan. Dalam perkembangannya, perusahaan lebih mengutamakan kebutuhan dananya dengan mengutamakan pemenuhan dengan sumber
14
dari dalam perusahaan. Tetapi seiring kebutuhan perusahaan yang semakin banyak, perusahaan harus menjalankan aktivitasnya dengan bantuan dana dari luar, baik berupa hutang (debt financing) atau dengan mengeluarkan saham baru (eksternal equity financing). Kalau kebutuhan dana hanya depenuhi dengan hutang saja, maka ketergantungan dengan pihak luar akan semakin besar dan resiko finansialnya semakin besar pula. Sebaliknya bila kebutuhan dana dipenuhi dengan saham saja, biaya akan sangat mahal. Pebandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal. Dalam menentukan sumber dana mana yang akan dipilih, perusahaan harus memperhitungkan dengan matang agar diperoleh kombinasi struktur modal yang optimal. Perusahaan yang mempunyai struktur modal yang optimal, sesuai dengan target dan karakter perusahaan, akan menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal pula. Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal telah banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan Yuhasril (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan farmasi yang telah go public di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil analisis, faktor yang mempengaruhi struktur modal pada industri farmasi,ternyata variabel ROI, dan struktur aktiva yang mempengaruhi dan mempunyai hubungan dengan struktur modalnya, sedangkan variabel deviden POR tidak signifikan mempengaruhi struktur modal perusahaan pada industri farmasi.
15
Hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005). Faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta. Dari hasil analisis, faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sementara risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan secara signifikan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang menguji faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal, penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005).
Adapun
perbedaan
penelitian
sekarang
dengan
peneliti
sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian sebelumnya adalah perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta. 2. Adapun perbedaan dalam variabel independen yang digunakan pada penelitian sekarang dan penelitian sebelumnya. Penelitian sekarang menggunakan variabel independen risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth),
16
likuiditas (liquidity), dan pertumbuhan penjualan (sales growth). Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan. 3. Penelitian terdahulu menggunakan metode random sampling yaitu pemilihan secara acak dengan memberikan kesempatan yang sama bersifat tidak terbatas pada setiap elemen populasi. Sedangkan penelitian
sekarang
menggunakan
purposive
sampling
yaitu
berdasarkan kriteria tertentu. 4. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2005. Berdasarkan uraian di atas, penelitian bermaksud untuk meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Dengan menggunakan beberapa variabel independen yang sama dan variabel independen yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian berjudul Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. B. Perumusan Masalah Dilihat
dari
sisi
perusahaan,
setiap
perusahaan
pasti
membutuhkan dana dan pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber intern ataupun sumber ekstern, namun umumnya perusahaan menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen dari pada modal
17
asing (hutang). Perusahaan dalam memilih struktur modal harus melihat faktor yang berpengaruh sesuai dengan kondisi dari perusahaan itu sendiri. Selain itu dilihat dari sisi investor, hal penting yang dapat mempengaruhi investor dalam menentukan investasi adalah pengharapan mereka untuk memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Masalah perolehan laba di sini menjadi sangat penting karena hal tersebut berhubungan dengan pendapatan atau keuntungan yang nantinya akan diterima oleh investor tersebut yang tercermin dari struktur modal yang dimiliki perusahaan, hal ini dapat dipakai sebagai signal oleh investor mengenai prospek perusahaan di masa mendatang. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain tingkat pertumbuhan, pajak, profitabilitas, struktur aktiva, risiko bisnis, ukuran perusahaan, sikap manajer, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan dan lain sebagainya. Namun hanya variabel risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan asset (asset growth), likuiditas (liquidity), dan pertumbuhan penjualan (sales growth) yang digunakan dalam penelitian ini karena terjadi beberapa perbedaan pengaruh (research gap) antara peneliti satu dengan yang lainnya.
18
Dari penelitian terdahulu yang menunjukkan beberapa research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal antara lain: 1. Resiko bisnis (business risk) dinyatakan berpengaruh signifikan negatif terhadap debt to equity ratio (DER) oleh Prabansari dan Kusuma (2005). Tetapi dinyatakan signifikan positif oleh Rachmawardani (2007). 2. Profitabilitas (profitability) dinyatakan signifikan positif terhadap debt to equity ratio (DER) oleh Prabansari dan Kusuma (2005) tetapi dinyatakan tidak signifikan oleh Medina (2007). 3. Pertumbuhan aktiva (asset growth) dinyatakan berpengaruh secara signifikan positif terhadap debt to equity ratio (DER) oleh Prabansari dan Kusuma (2005) tetapi dinyatakan negatif signifikan oleh Sa’diyah (2007). 4. Likuiditas (liquidity) dinyatakan berpengaruh secara signifikan positif terhadap debt to equity ratio (DER) oleh Cahyadi (2009) tetapi dinyatakan berpengaruh negatif oleh Wijaya dan Hadianto (2008). 5. Pertumbuhan pernjualan (sales growth) dinyatakan berpengaruh tidak signifikan positif oleh Rahmayani (2008) dan Rachmawardani (2007) tatapi dinyatakan berpengaruh negatif oleh Ali Kesuma (2009). Berdasarkan fenomena gap yaitu terdapatnya ketidakkonsistenan arah kenaikan atau penurunan dari data-data penelitian. Berdasarkan hasilhasil penelitian (research gap) juga terlihat adanya kontradiksi sehingga
19
perlu dilakukan penelitian lanjutan. Kontradiksi tersebut adalah risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), likuiditas (liquidity), dan pertumbuhan penjualan (growth sales) yang dinyatakan beberapa peneliti berhubungan positif dengan debt to equity ratio (DER) sedangkan beberapa peneliti lain menyatakan tidak berhubungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal dan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian (research question) adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh resiko bisnis (business risk) terhadap struktur modal (debt equity ratio) untuk periode 2006-2009? 2. Bagaimana pengaruh profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal (debt equity ratio) untuk periode 2006-2009? 3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan aktiva (asset growth) terhadap struktur modal (debt equity ratio) untuk periode 2006-2009? 4. Bagaimana pengaruh likuiditas (liquidity) terhadap struktur modal (debt equity ratio) untuk periode 2006-2009? 5. Bagaimana pengaruh pertumbuhan pernjualan (sales growth) terhadap struktur modal (debt equity ratio) untuk periode 2006-2009? 6. Bagaimanakah pengaruh risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability),
pertumbuhan
aktiva
(asset
growth),
likuiditas
(liquidity), dan pertumbuhan pernjualan (sales growth). Secara bersama-sama terhadap struktur modal (debt equity ratio).
20
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang di ajukan dalam penelitian ini maka tujuan penelitian adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh resiko bisnis (business risk) terhadap struktur modal (debt equity ratio). 2. Menganalisis pengaruh profitabilitas (profitability) terhadap struktur modal (debt equity ratio). 3. Menganalisis pengaruh pertumbuhan aktiva (asset growth) terhadap struktur modal (debt equity ratio). 4. Menganalisis pengaruh likuiditas (liquidity) terhadap struktur modal (debt equity ratio). 5. Menganalisis pengaruh pertumbuhan penjualan (sales growth) terhadap struktur modal (debt equity ratio). 6. Menganalisis pengaruh risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability),
pertumbuhan
aktiva
(asset
growth),
likuiditas
(liquidity), dan pertumbuhan pernjualan (sales growth). Secara bersama-sama terhadap struktur modal (debt equity ratio). D. Manfaat Penelitian Penelitian ini di harapkan mempunyai manfaat antara lain : 1. Bagi para pemakai laporan keuangan (terutama investor dan kreditor) dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang tercermin dalam struktur modal (debt to equity ratio), sehingga dapat digunakan sebagai
21
dasar pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan. 2. Bagi pihak manajemen dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan besarnya sumber dana yang diperlukan ( baik dari pinjaman ataupun ekuitas) dalam membiayai aktivitas operasional perusahaan. 3. Akademisi Agar dapat melakukan penelitian yang lebih spesifik dan dengan variabel-variabel berbeda, sehingga diperoleh pemahaman baru yang baik bagi pengetahuan mahasiswa. 4. Peneliti Diharapkan sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang diperoleh di bangku kuliah.
22
23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Penentuan struktur modal banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori berkaitan dengan pembahasan dan penelitian masalah tersebut sangat banyak dan bermacam-macam cara pandangannya terhadap masalah dan cara pemecahannya. Teori-teori tersebut perlu diimplementasikan ke dalam praktek maupun kasus-kasus tertentu yang berkaitan. Bertolak dari hal inilah mulai diteliti apakah ada penyimpanganpenyimpangan di dalam ukuran yang wajar ataukah tidak wajar. 1. Struktur Modal Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa yang digunakan oleh perusahaan (Prabansari dan Kusuma, 2005). Berdasarkan Modigliani dan Miller mengembangkan teori trade-off dari struktur modal. Mereka menunjukkan bahwa utang bermanfaat karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak, tetapi utang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Menurut teori MM, struktur 23
modal yang optimal berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari utang dan biaya berkaitan dengan kebangkrutan (Brigham dan Houston, 2001:45). Teori alternatif untuk struktur modal berhubungan dengan isyarat yang diberikan kepada investor melalui keputusan suatu perusahaan untuk menggunakan utang atau saham dalam memperoleh modal baru. Penggunaan saham merupakan isyarat negatif, sedangkan penggunaan utang merupakan isyarat positif atau paling tidak merupakan isyarat yang netral. Akibatnya, perusahaan berusaha menghindari penerbitan saham dengan mempertahankan suatu kapasitas cadangan untuk meminjam, dan ini berarti menggunakan lebih sedikit utang pada saat-saat “normal” dari pada yang disarankan oleh teori trade-off Modigliani dan Merton. Pendanaan atas dasar pecking order theory, perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Apabila digunakan dana yang berasal dari eksternal maka urutan pendanaan yang disarankan adalah pertama dari utang, diikuti penerbitan ekuitas baru dan yang terakhir dari laba ditahan (Brealey, Myers, dan Marcus, 2007:364). Struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari kegiatan perusahaan. Sedangkan sumber dana eksternal berasal 24
dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Setiap perusahaan dalam melaksanakan kegiatannya selalu berupaya untuk menjaga keseimbangan finansialnya. Struktur modal berasosiasi dengan profitabilitas. Struktur modal perusahaan merupakan komposisi hutang dengan ekuitas. Dana yang berasal dari hutang mempunyai biaya modal dalam bentuk biaya bunga. Dana yang berasal dari ekuitas mempunyai biaya modal berupa deviden. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya di antara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia. Komposisi hutang dan ekuitas tidak optimal akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan sebaliknya. Brigham dan Houston (2001:39-41) menunjukkan ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam struktur modal. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: a. Stabilitas penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri.
25
b. Struktur aktiva. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan
jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. c. Leverage operasi. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan dengan
leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil. d. Tingkat pertumbuhan. Jika hal-hal lain tetap sama, perusahaan
yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. e. Profitabilitas.
Seringkali
pengamatan
menunjukkan
bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil. f. Pajak. Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk
tujuan perpajakan, dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak yang tinggi. Karena itu, makin tinggi tarif pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. g. Pengendalian. Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi
pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. 26
h. Sikap manajemen. Karena tidak seorang pun dapat membuktikan
bahwa struktur modal yang satu akan membuat harga saham lebih tinggi dari pada struktur modal lainnya, manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tepat. i.
Sikap pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat. Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan.
j.
Kondisi pasar. Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.
k. Kondisi internal perusahaan. Kondisi internal perusahaan juga
berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan. l.
Fleksibilitas keuangan. Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi.
2. Merton Miller (MM-Theory) Pada tahun 1958, Franco Modigliani dan Merton Miller menerbitkan tulisannya pada journal of finance, yang membahas mengenai struktur modal. Teori struktur modal yang dikemukakan oleh
27
Franco Modigliani dan Merton Miller ini kemudian dikenal dengan nama “MM-Theory”. Teori ini mempunyai asumsi sebagai berikut: a. Perusahaan dengan kelas yang sama mempunyai resiko bisnis yang sama dimana resiko bisnis tersebut diukur dengan standar deviasi dari laba sebelum bunga dan pajak (SEBIT). b. Investor mempunyai harapan yang sama atau homogeny terhadap laba dan resiko perusahaan serta memiliki ekspektasi yang sama terhadap EBIT di masa mendatang. c. Surat hutang seperti obligasi dan penyertaan dalam bentuk saham diperdagangkan pada pasar yang sempurna (perfect capital market) dengan kriteria sebagai berikut: 1. Tidak adanya pajak pribadi dan pajak perusahaan. 2. Adanya informasi yang merata dan dapat diakses dengan tanpa biaya. 3. Tidak adanya biaya transaksi. 4. Adanya tingkat bunga pinjaman dan meminjamkan yang sama besarnya yaitu tingkat bunga bebas resiko (risk free rate). 5. Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko (risk free rate), sehingga berapapun jumlah hutang perusahaan tingkat bunga dari hutang tersebut sama. 6. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang. Tahun 1958 Franco Modigliani dan Merton Miller menyatakan pemikirannya bahwa dengan asumsi kondisi pasar sempurna (tidak ada 28
pajak), struktur modal dari suatu perusahaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Karena dari beberapa asumsi tersebut tidak realistik, maka pendapat Franco Modigliani dan Merton Miller hanya dipandang sebagai permulaan munculnya teori struktur modal. 3. Teori Trade-Off Argumen-argumen terdahulu mengarah pada perkembangan yang disebut dengan “teori trade-off dari leverage”, dimana perusahaan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan utang (perlakuan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham & Houston, 2001:33-34). Asumsi dasar yang digunakan dalam teori trade off adalah adanya informasi asimetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu perusahaan dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik. Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah buruk.
Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat
dengan mempertimbangkan kedua intrumen pembiayaan.
29
4. Teori Pengisyaratan Modigliani dan Miller mengasumsikan bahwa investor memiliki informasi yang sama mengenai prospek perusahaan seperti yang dimiliki manajer ini disebut kesamaan informasi (symmetric information). Akan tetapi, dalam kenyataannya manajer mempunyai informasi yang lebih baik dari pada investor luar. Hal ini disebut ketidaksamaan informasi (asymmetric information) dan ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal (Brigham & Houston, 2001:35). Model asymmetric information signaling ini menyatakan bahwa tingkat informasi yang berbeda antara insiders atau pihak manajemen dan Outsiders atau pihak pemodal (pihak manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada pihak pemodal), sedemikian rupa hingga insiders bertindak sebagai penyampai informasi mengenai nilai perusahaan pada outsiders. Model tersebut memprediksi bahwa perubahan bauran antara hutang dan modal sendiri suatu perusahaan memuat informasi mengenai nilai saham. 5. Debt to Equity Ratio (DER) Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). Debt to equity ratio menunjukkan jumlah aktiva yang
30
disediakan oleh kreditor untuk setiap dolar aktiva yang disediakan oleh pemilik perusahaan (Budisantoso, 2001:798). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang); sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Rasio ini merupakan salah satu rasio yang penting karena berkaitan dengan masalah trading on equity, yang dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. (Sugiono, 2009:71) B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Salah satu fungsi manajer keuangan adalah memenuhi kebutuhan dana. Didalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan dihadapkan adanya suatu variasi dalam pembelanjaan, dalam arti kadang-kadang perusahaan lebih baik menggunakan dana yang bersumber dari hutang (debt), tetapi terkadang perusahaan lebih baik jika menggunakan dana yang berasal dari modal sendiri (equity). Oleh karena itu manajer keuangan didalam operasinya perlu berusaha untuk memenuhi suatu sasaran tertentu mengenai perimbangan antara besarnya hutang dan jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan. Struktur modal dalam penelitian ini diukur dari Debt to Equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal 31
sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang, sedangkan total shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan perbandingan utang dan modal. Dalam menentukan perimbangan antara besarnya utang dan jumlah modal sendiri yang tercermin pada struktur modal perusahaan, maka perlu memperhitungkan adanya berbagai faktor yang mempengaruhi debt to equity ratio (DER). Faktor-faktor yang mempengaruhi DER adalah sebagai berikut: 1. Risiko Bisnis (Business Risk) Menurut Brigham dan Houston (2001:7-9), resiko bisnis didefinisikan sebagai “the risk associated with projection of a firm future returns on assets (ROA), or return on equity (ROE) if the firm uses no debt”. Artinya risiko bisnis adalah suatu proyeksi tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) jika perusahaan tidak menggunakan hutang, Brigham dan Houston juga mengatakan bahwa perubahan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: a) variabilitas permintaan (demand variability), b) variabilitas harga jual (sales price variability), c) kemampuan untuk menyesuaikan harga output terhadap perubahan harga input (ability to adjust output prices for changes in input prices), dan d) proporsi biaya tetap (fixed cost proportion).
32
Prabansari
dan
Kusuma
(2005)
dan
Susetyo
(2006)
menunjukkan dalam penelitiannya bahwa variabel risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal secara signifikan. Penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rachmawardani (2007) yang menyatakan bahwa risiko bisnis dinyatakan signifikan positif terhadap struktur modal. 2. Profitabilitas (Profitability) Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efesiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal (Sugiono, 2009:78). Brigham
dan
Houston
(2001:40)
mengatakan
bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Fenomena ini didukung oleh hasil penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian diatas didukung pula oleh 33
penelitian dari Wijaya dan Hadianto (2008) dan Nurrohim (2008) yang menunjukkan bahwa profitabilitas mempengaruhi struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud (2009) juga mendukung hasil penelitian kedua penelitian tersebut. Tetapi bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Susetyo (2006) dan Andriyani (2006) menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. 3. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi, perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan.
34
Perusahaan yang struktur aktivanya fleksibel, cenderung menggunakan leverage yang fleksibel dimana adanya kecenderungan menggunakan leverage yang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Floating cost pada emisi saham biasa adalah lebih tinggi dibanding pada emisi obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), menyatakan bahwa pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap struktur modal. Tetapi hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Sa’diyah (2007) yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan aktiva dinyatakan negatif signifikan terhadap struktur modal. 4. Likuiditas (Liquidity) Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Sugiono, 2009:68). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. 35
Rasio ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi utang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo atau segera dibayar. Penelitian ini pernah dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) dengan pengaruh struktur aktiva, ukuran, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal emiten sektor ritel di Bursa Efek Indonesia, menyatakan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, tetapi likuiditas dinyatakan mempunyai pengaruh positif oleh Cahyadi (2009). 5. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Bagi perusahaan dalam tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi kecenderungan perusahaan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhan penjualannya rendah (Brigham dan Houston, 2001:39). Studi tentang variabel pertumbuhan penjualan (sales growth) dalam perusahaan telah diuji secara empiris oleh peneliti terdahulu yang antara lain telah dilakukan oleh Rachmawardani (2007) dan Rahmayani (2008). Penelitian Rachmawardani (2007) dan Rahmayani 36
(2008) menunjukkan pertumbuhan penjualan (sales growth) tidak berpengauh signifikan terhadap struktur modal. C. Keterkaitan Antara Variabel 1. Risiko Bisnis (Business Risk) dengan Debt to Equity Ratio (DER) Prabansari dan Kusuma (2005), risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Selanjutnya, menurut Brigham dan Houston (2001:7-9), resiko bisnis
didefinisikan sebagai “the risk associated with projection of a firm future returns on assets (ROA), or return on equity (ROE) if the firm uses no debt”. Artinya risiko bisnis adalah suatu proyeksi tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Prabansari dan Kusuma (2005), menyatakan bahwa risko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Tetapi penelitian yang dilakukan oleh Rachmawardani (2007) menyatakan bahwa risiko bisnis
berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa resiko bisnis mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha1: Risiko bisnis (business risk) berpengaruh terhadap struktur modal.
37
2. Profitabilitas (Profitability) dengan Debt to Equity Ratio (DER) Brigham
dan
Houston
(2001:40)
mengatakan
bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Menurut
Rozikin
(2008),
model-model
berbasis
pajak
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang profitable harus meminjam lebih banyak, karena mereka memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk melindungi (shield) pendapatan dari pajak korporasi. Namun, teori pecking order menyatakan perusahaan-perusahaan akan menggunakan laba ditahan terlebih dahulu sebagai dana investasi dan baru kemudian menggunakan obligasi serta equity baru jika diperlukan. Penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005), Wijaya dan Hadianto (2008), dan Nurrohim (2008) menyimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Medina (2007) yang menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. 38
Ha2: Profitabilitas (profitability) berpengaruh terhadap struktur modal. 3. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) dengan Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Menurut Prabansari dan Kusuma (2005), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan yang lambat pertumbuhannya. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’diyah (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan asset mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Tetapi Prabansari dan Kusuma (2005), menyimpulkan bahwa pertumbuhan asset berpengaruh positif terhadap struktur modal. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha3: Pertumbuhan Aktiva (asset growth) berpengaruh terhadap struktur modal. 39
4. Likuiditas (Liquidity) dengan Debt to Equity Ratio (DER) Wijaya dan Hadianto (2008), perusahaan yang terdapat dalam industri retail biasanya lebih banyak menggunakan utang jangka pendek dari pada utang jangka panjang. Hal ini disebabkan, karena aktiva lancar berupa piutang dan persediaan cenderung mendominasi keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Mengingat besarnya proporsi utang jangka pendek dalam struktur modalnya, maka likuiditas merupakan faktor memiliki pengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008), menunjukkan bahwa likuiditas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Tetapi penelitian yang telah dilakukan oleh Cahyadi (2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan likuiditas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha4: Likuiditas (liquidity) berpengaruh terhadap struktur modal. 5. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) dengan Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Yuniningsih (2002), untuk meningkatkan nilai perusahaan, disamping membuat kebijakan deviden, perusahaan juga dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan 40
menggunakan kesempatan investasi sebaik-baiknya. Pertumbuhan perusahaan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan dalam melakukan kegiatannya. Proksi dari pertumbuhan penjualan adalah penjualan tahun ke t dikurangi penjualan tahun t-1 dibagi penjualan t-1. Variabel pertumbuhan penjualan dalam perusahaan telah diuji secara empiris oleh peneliti terdahulu antara lain telah dilakukan oleh Rachmawardani (2007) dan Rahmayani (2008) yang menunjukkan pertumbuhan penjualan (sales growth) tidak berpengauh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan peneilitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007) menujukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan postif terhadap nilai perusahaan. Tetapi penelitian yang dialakukan oleh Ali Kesuma (2009) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Ha5: Pertumbuhan penjualan (sales growth) berpengaruh terhadap struktur modal. D. Penelitian Terdahulu Prabansari dan Kusuma (2005) menganalisis lima faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan, yaitu ukuran 41
perusahaan (size), risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (assets growth), profitabilitas (profability), dan struktur kepemilikan (ownership structure). Hasil penelitian ini adalah ukuran perusahaan (size), pertumbuhan aktiva (assets growth), kemampulabaan (profability), dan struktur kepemilikan (ownership structure) terbukti berpengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan risiko bisnis (business risk) terbukti berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan secara signifikan. Yuhasril
(2006)
menguji
hubungan
karakteristik
khusus
perusahaan yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Variabel yang digunakan adalah ROI, rasio aktiva tetap, dan deviden POR. Hasil penelitian menyatakan bahwa ROI dan rasio aktiva tetap yang mempengaruhi dan mempunyai hubungan dengan struktur modalnya. Sedangkan variabel deviden POR tidak signifikan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Susetyo (2006) menggunakan resiko bisnis, struktur aktiva, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen untuk menguji pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap struktur modal. Kesimpulan yang didapat adalah variabel risiko bisnis dan variabel profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal dan pengaruh tersebut adalah negatif, sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap struktur modal. 42
Dalam kaitannya dengan struktur modal, penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2006) dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas sebagai variabel bebas terhadap struktur modal sebagai variabel terikat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal. Rozikin (2008) menguji determinan-determinan struktur modal. Dalam
penelitiannya
mengukur
determinan-determinan
dengan
menggunakan faktor-faktor profitabilitas, tangibility, pajak, ukuran perusahaan, tax shield non hutang, peluang-peluang pertumbuhan, dan volatilitas. Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel yang lainnya tidak ditemukan dampak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) dalam pengaruh struktur aktiva, ukuran, likuiditas, dan profitabilitas terhadap struktur modal emiten sektor ritel di bursa efek Indonesia: sebuah pengujian hipotesis pecking order. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan tidak berpenagruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal. Dan variabel likuiditas merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap struktur modal. 43
Nurrohim (2008) dalam penelitiannya pengaruh profitabilitas, fixed asset ratio, kontrol kepemilikan dan struktur aktiva terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil dari penelitiannya menyimpulkan bahwa profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak signifikan terhadap struktur modal. Mas’ud (2009) dalam penelitiannya faktor-faktor penentu struktur modal serta dampaknya terhadap nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia dan bursa efek
Malaysia)
dengan
menggunakan
profitability,
size,
growth
opportunity, asset structure, cost of financial distress, dan tax shield effects sebagai variabel independen. Dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitability, asset structure, cost of financial distress, dan tax shield effects berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan size dan growth opportunity tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian-penelitian diatas dapat diringkas dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan 1. Faktor1. objek 1.menggunakan Faktor penelitian variabel yang terdahulu dependen yang mempenga pada sama yaitu ruhi perusahaan struktur modal. struktur manufaktur, Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun) Prabansa ri dan kusuma (2005)
Judul
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan
44
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan modal sedangkan 2. Penelitian perusahaan penelitian terdahulu manufaktur sekarang pada dengan go public industri penelitian di Bursa makanan dan sekarang Efek minuman. menggunakan Jakarta 2. Penelitian dua variabel terdahulu independen dilakukan pada yang sama tahun 2005, yaitu risiko sedangkan bisnis dan penelitian profitabilitas. sekarang dilakukan pada tahun 2010. Yuhasril Analisis 1.penelitian 1. penelitian 2. (2006) faktorterdahulu terdahulu dan faktor yang dilakukan pada penelitian mempenga tahun 2006, sekarang ruhi sedangkan sama-sama struktur penelitian meneliti modal sekarang faktor-faktor perusahaan dilakukan pada yang farmasi tahun 2010. mempengaruhi yang telah 2. variabel struktur modal. go publik independen 2. metode di bursa yang digunakan analisis yang efek oleh peneliti digunakan jakarta terdahulu hanya penelitian tiga variabel terdahulu dan independen penelitian yaitu ROI, sekarang Rasio aktiva menggunakan tetap, dan regresi linear deviden POR. berganda. Sedangkan, peneliti Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun)
Judul
Hasil Penelitian Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan risiko bisnis mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ROI dan struktur aktiva mempengaruhi dan mempunyai hubungan dengan struktur modal, Sedangkan variabel deviden POR tidak signifikan mempengaruhi struktur modal pada perusahaan farmasi.
45
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan Sedangkan peneliti sekarang menggunakan lima variabel independen yaitu risiko bisnis, profitailitas, pertumbuhan aktiva, likuiditas dan pertumbuhan penjualan. 3. Arief Faktor1. penelitian 1. variabel Susetyo faktor yang terdahulu dependennya (2006) mempengar dilakukan sama yaitu uhi struktur pada tahun struktur modal. modal pada 2006, 2. metode perusahaan sedangkan sampling yang manufaktur penelitian digunakan sama go public di sekarang yaitu purposive BEJ periode dilakukan sampling. 2000-2003 pada tahun 3. penelitian 2010. sekarang 2.Objek dengan penelitian penelitian terdahulu terdahulu pada menggunakan perusahaan dua variabel manufaktur, independen sedangkan yang sama yaitu penelitian risiko bisnis dan sekarang profitabilitas. dilakukan pada industri makanan dan minuman. Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun)
Judul
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini mempunyai kesimpulan bahwa risko bisnis dan profitabilitas mempunyai pengaruh negatif secara signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
46
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan 4. Pengaruh 1. penelitian 1. objek ukuran terdahulu penelitian perusahaan, dilakukan terdahulu struktur pada tahun dengan aktiva dan 2006, penelitian profitabilitas sedangkan sekarang sama terhadap penelitian yaitu pada struktur sekarang perusahaan modal pada dilakukan makanan dan perusahaan pada tahun minuman yang makanan 2010. terdaftar di dan 2. variabel bursa efek minuman independen indonesia. yang yang 2. variabel terdaftar di digunakan dependen yang Bursa Efek hanya tiga digunakan Indonesia variabel penelitian independen, terdahulu juga sedangkan digunakan penelitian penelitian sekarang sekarang, yaitu menggunakan struktur modal. lima variabel independen. 5. Khoirur Determinan- 1. penelitian 1. penelitian Rozikin determinan terdahulu terdahulu (2008) struktur dilakukan dengan modal pada tahun penelitian 2008, sekarang samasedangkan sama untuk penelitian mengetahui sekarang faktor-faktor dilakukan Yang pada tahun mempengaruhi 2010. struktur modal. 2.objek 2. penelitian penelitian terdahulu terdahulu dengan untuk semua penelitian perusahaansekarang perusahaan menggunakan Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun) Lusiana Noor Andriy ani (2006)
Judul
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya profitabilitas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan Variabel independen lainnya tidak ditemukan dampak signifikan terhadap struktur modal.
47
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan yang ada di variabel Indonesia, independen yang penelitian sama yaitu sekarang profitabilitas. hanya pada industri makanan dan minuman. 6. Veronica Pengaruh 1. penelitian 1. penelitian Wijaya struktur terdahulu terdahulu dengan dan Bram aktiva, dilakukan penelitian Hadianto ukuran, pada tahun sekarang (2008) likuiditas, 2008, menggunakan dan sedangkan variabel profitabili penelitian dependen yang tas sekarang sama yaitu terhadap dilakukan struktur modal. struktur pada tahun 2. penelitian modal 2010. terdahulu dan emiten 2. objek penelitian sektor penelitian sekarang ritel di terdahulu menggunakan bursa dilakukan dua variabel efek pada emiten independen yang indonesia sektor ritel di sama yaitu bursa efek likuiditas dan indonesia, profitabilitas. sedangkan penelitian Sekarang dilakukan pada industri makanan dan minuman di bursa efek indonesia. Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun)
Judul
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Dan variabel likuiditas merupakan variabel yang mempunyai pengaruh terbesar terhadap struktur modal.
48
Tabel 2.1 (Lanjutan) Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan 7. Pengaruh 1. penelitian 1. metode profitabilita terdahulu sampling yang s, fixed dilakukan digunakan Asset ratio, pada tahun purposive kontrol 2008, sampling. kepemilikan sedangkan 2. menggunakan dan struktur penelitian variabel Aktiva sekarang independen yang terhadap dilakukan sama yaitu struktur pada tahun profitabilitas dan modal 2010. struktur aktiva. 2.objek penelitian terdahulu dilakukan pada perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 8. Masdar Faktor1. penelitian 1. metode sampel Mas’ud faktor terdahulu yang digunakan (2009) penentu dilakukan pada sama yaitu struktur tahun 2009, menggunakan modal sedangkan purposive terhadap penelitian sampling. nilai sekarang 2. menggunakan perusahaan dilakukan pada variabel (studi pada tahun 2010. independen yang perusahaan 2.objek sama yaitu manufaktur penelitian profitabilitas. Bersambung pada halaman selanjutnya No.
Peneliti (tahun) Hasa Nurrohim KP (2008)
Judul
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa profitabilitas dan kontrol kepemilikan mempunyai pengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan fixed asset ratio dan struktur aktiva tidak signifikan terhadap struktur modal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, asset structure, dan cost of financial distress berpengaruh signifikan pada perusahaan manufaktur baik
49
Tabel 2.1 (Lanjutan) No.
9.
Peneliti (tahun)
Mugiharta (2009)
Metedologi Penelitian Perbedaan Persamaan yang terdahulu pada terdaftar perusahaan di bursa manufaktur yang efek terdaftar di bursa indonesia efek indonesia dan bursa dan bursa efek efek malaysia, malaysia) sedangkan penelitian sekarang pada industri makanan dan minuman yang hanya terdaftar di bursa efek indonesia. Judul
Analisis 1. penelitian 1. adanya kepemilik terdahulu persamaan an saham dilakukan pada variabel manajem tahun 2009, dependen yang en dan sedangkan digunakan yaitu faktorpenelitian struktur modal. faktor sekarang pada 2. metode yang tahun 2010. sampling yang berpengar 2. adanya digunakan uh perbedaan purposive terhadap variabel sampling. debt to independen equity yang ratio di digunakan Bursa yaitu Efek kepemilikan Jakarta manajemn, deviden payout ratio, dan ROI.
Hasil Penelitian di bursa efek indonesia dan bursa efek malaysia. Sedangkan size dan growth opportunity berpengaruh signifikan di bursa efek indonesia tetapi tidak signifikan di bursa efek malaysia. Dan tax shield effect signifikan di bursa efek malaysia tetapi tidak signifikan di bursa efek indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajemen, price earning ratio, dan ROI menunjukkan hasil yang signifikan terhadap DER sedangkan variabel deviden payout ratio, pertumbuhan asset, dan pertumbuhan penjulan tidak signifikan terhadap DER. 50
E. Kerangka Pemikiran Berdasarkan penjelasan diatas, kerangka pemikiran dari pola hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan Sektor Consumer Goods di BEI
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya
Resiko Bisnis (X1)
Profitabilitas
(X2)
Struktur Modal (DER)
Pertumbuhan Aktiva (X3)
Likuiditas (X4)
Pertumbuhan Penjualan (X5)
Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Berganda
Uji R2
Uji F
Uji t
Kesimpulan
51
52
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pusat referensi pasar modal (capital market reference centre) dan dapat diakses melalui website www.idx.co.id. Ruang lingkup dari penelitian ini membahas variabel bebas pengaruh risiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), likuiditas (liquidity), pertumbuhan penjualan (sales growth) dan struktur modal sebagai variabel terikat (dependent variable). B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan. Data-data yang diperlukan adalah data perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan laporan keuangan yang diperoleh dari pusat referensi pasar modal (capital market reference centre) dan dapat diakses melalui website www.idx.co.id dan IDX statistic.
52
Tabel 3.1. di bawah ini menjelaskan data yang diperlukan dan sumber pengumpulan data tersebut. Tabel 3.1 Data dan Sumber Data Data Yang Diperlukan a.Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia b.Laporan keuangan tahunan
Sumber Data a.IDX statistic
b. www.idx.co.id
C. Metode Penentuan Sampel Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:115) populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:115) sampel yaitu populasi (disebut dengan sensus) atau meneliti sebagian dari elemenelemen populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan makanan dan minuman yang go-public di BEI tahun 20062009. 2. Financial report perusahaan tersedia di Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Centre) dan dapat diakses melalui website www.idx.co.id empat tahun secara berturut-turut selama 2006-2009. 53
3. Tersedia laporan keuangan tahunan selama tahun 2006- 2009. Tabel 3.2 dibawah ini menjelaskan proses seleksi sampel: Tabel 3.2 Proses Seleksi Sampel No 1
Keterangan jumlah Perusahaan makanan dan minuman di BEI tahun 13 2006-2009 2 Tersedia laporan keuangan tahunan selama tahun 10 2006-2009 Sumber: www.idx.co.id Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 13 perusahaan yang masih bertahan dari tahun 2006-2009. Pada tahun 2009 Ades Waters Indonesia Tbk berubah nama menjadi perusahaan Akasha Wira Internasional Tbk. Tetapi hanya 10 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2006-2009. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, akhirnya diperoleh 10 perusahaan makanan dan minuman yang go-public sebagai sampel penelitian ini, seperti ditampilkan tabel 3.3. Tabel 3.3 Sampel Penelitian No
Perusahaan
1
PT. Ades Water Indonesia Tbk
2
PT. Aqua Golden Missisipi Tbk
3
PT. Cahaya Kalbar Tbk
4
PT. Delta Jakarta Tbk
Bersambung pada halaman selanjutnya 54
Tabel 3.3 (Lanjutan) No
Perusahaan
5
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk
6
PT. Mayora Indah Tbk
7
PT. Parashida Aneka Niaga Tbk
8
PT. Siantar Top Tbk
9
PT. Sekar Laut Tbk
10
PT. Ultra Jaya Milk Ind. Tbk
Sumber: IDX statistic D. Metode Pengumpulan Data Data
yang
dikumpulkan
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan metode : 1. Metode Studi Pustaka, yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi dan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti buku, jurnal dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. 2.
Metode Dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan makanan dan minuman sektor consumer goods yang terdaftar di BEI periode tahun 2006-2009.
E. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini dilakukan pengujian variabel-variabel menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan perangkat lunak SPSS.
55
1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian. Ukuran yang yang digunakan dalam deskriptif antara lain berupa: frekuensi, tedensi sentral (rata-rata, median, modus), dispersi (deviasi standar dan varian), dan koefisien korelasi antar variabel penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002:170). 2. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskesdatisitas, karena data yang digunakan lebih dari satu tahun. a. Uji Normalitas Data Menurut Ghozali (2006:147) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki konstribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Peneliti yang menggunakan metode yang lebih handal untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, yaitu dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan
data
sesungguhnya
akan
mengikuti
garis 56
diagonalnya. Menurut Ghozali (2006:149) dalam pada dasarnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola disribusi normal, maka model regresi terebut memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 3. Uji statistik lain yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik KolmogorovSmirnov (K-S). b. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2006:95).
57
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006:95-96): 1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 95%) maka hal ini indikasi adanya multikolinearitas. 3. Multikolinearitas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah mempunyai nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), (Ghozali, 2006:99). Problem autolorelasi mungkin terjadi pada data time series (data runtut waktu), sedangkan pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi jarang terjadi (Wijaya, 2010:54).
58
Salah satu cara untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. 1. Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson sebagai berikut (Singgih, 2004:218): a. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2, berarti autokorelasi negatif. d. Uji Heteroskesdatisitas Uji Heteroskesdatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskesdatisitas, dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas (Ghazali, 2006:125) Menurut Ghozali (2006:125-126) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas, antara lain adalah: 1. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskesdatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada 59
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya). 2. Dasar analisis : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka
mengindikasikan
telah
terjadi
heteroskesdatisitas. b.
Jika tidak ada pola yang jelas, secara titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas.
F. Analisis Regresi Berganda Dalam analisis ini digunakan regresi berganda baik secara parsial maupun simultan dengan formula : 0+ß 1X 1+ß 2X 2+ß 3X 3+ß 4X 4+ß 5X 5+ß 6X 6+ß 7X 7+ß 8X 8+€ YY= =ß0ß+ß 1X 1+ß 2X 2+ß 3X 3+ß 4X 4+ß 5X 5+ß 6X 6+ß 7X 7+ß 8X 8+€
Ket:
Y = struktur modal ß0 = konstanta ß1,ß2,ß3,ß4,ß5,ß6,ß7,ß8 = koefisien perubahan nilai X1 = business risk X2= profitability X3= asset growth X4= liquidity X5= sales growth 60
€=error term (residual) 1. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) 2
Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu 2
(Ghozali, 2006:87). Jika nilai R mendekati 1 (satu), maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi 2
variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika R mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variabel independen menerangkan variabel dependen amat terbatas. Sedangkan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan masing-masing variabel bebas 2
2
terhadap variabel terikatnya digunakan (r ) parsialnya. Selain R untuk menguji determinasi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) 2
akan dilakukan dengan melihat pada koefisien korelasi parsial r , nilai 2
r
varibel bebas yang paling tinggi akan menunjukkan tingkat
hubungan dan pengaruh yang dominan terhadap variabel terikat. 2. Uji F (Uji simultan) Uji statistik F dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah keseluruhan variabel
independen mempunyai
pengaruh secara
bersama-sama terhadap satu variabel dependen. Menurut Ghozali (2006:88), dapat disimpulkan bahwa jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 ditolak, namun jika nilai signifikan < 0,05 maka H0 diterima. 61
3. Uji T (Uji parsial) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat digunakan tingkat signifikan 5% (Ghozali, 2005:88-89). G. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Struktur modal Struktur modal dalam penelitian ini akan diproksikan dengan debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Rumus :
DER = TL Equity Dimana :
………………………………………..(1)
DER
= Total Debt to Total Equity Ratio
TL
= Total Liabilities
Equity = Total Equity
62
1. Risiko Bisnis (Business Risk) Menurut Houston dan Brigham (2001:7-9), resiko bisnis didefinisikan sebagai “the risk associated with projection of a firm future returns on assets (ROA), or return on equity (ROE) if the firm uses no debt”. Artinya risiko bisnis adalah suatu proyeksi tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Pengukuran risiko bisnis dalam penelitian ini menggunakan nilai varian dari ROE (return on equity) selama 4 tahun berturut-turut. Rumus : ROE = Laba bersih ……………………………….(2) Total Ekuitas 2. Profitabilitas (Profitability) Brigham
dan
Houston
(2001:40)
mengatakan
bahwa
perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan utang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Ukuran dari profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan gross profit margin yang dapat dihitung sebagai berikut : Rumus : Gross profit margin =
Laba Kotor …………….(3) Penjualan bersih
3. Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) Prabansari dan Kusuma (2005), pertumbuhan aktiva adalah perubahan (peningkatan atau penurunan) total aktiva yang dimiliki
63
oleh perusahaan. Pertumbuhan aktiva dihitung sebagai persentase perubahan aktiva pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Rumus : Asset Growth= (Asset tahun t – Asset tahun t-1)….(4) Asset tahun t 4. Likuiditas (Liquidity) Rasio ini bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Sugiono, 2009:68). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio. Rumus : Current ratio = Total aktiva lancar ………………..(5) Total kewajiban lancar 5. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Pertumbuhan
penjualan
merupakan
kenaikkan
jumlah
penjualan dari tahun tertentu ke tahun berikutnya. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi membutuhkan tambahan asset untuk mendukung pertumbuhan penjualan. Perusahaan dengan penjualan yang stabil atau tinggi akan dimungkinkan mengadakan pembiayaan proporsi utang yang lebih besar sesuai dengan kemampuan pembiayaan perusahaan tersebut (Aziz Wirdiyanto, 2009). Secara matematis diformulasikan sebagai berikut: Rumus: PP = Penjualan t – Penjualan t-1 ............................(6) Penjualan t-1
64
65
66
Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel Variabel
Konsep
Risiko Bisnis (Risk Business) X1
Ketidakpastian perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
Profitabilitas (Profitability) X2
Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
Sub variabel
Indikator
Sumber data Sekunder
Skala ukuran Rasio
Alat analisis
Sekunder
Rasio
Regresi berganda
Pertumbuhan Asset = (Asset tahun t – Asset tahun t-1) / Asset tahun t
Sekunder
Rasio
Regresi berganda
Current Ratio
Sekunder
Rasio
Regresi berganda
ROE = Laba bersih -
Total ekuitas Gross Profit Margin
-
=
Laba kotor
Regresi berganda
Penjualan bersih Pertumbuhan Aktiva (Asset Growth) X3 Likuiditas X4
Pertumbuhan asset dihitung sebagai persentase perubahan asset pada tahun tertentu terhadap tahun sebelumnya. Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
Bersambung pada halaman selanjutnya
65
-
= Total Aktiva Lancar -
Total Kewajiban Lancar
Variabel
Konsep
Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) X5
Pertumbuhan penjualan merupakan kenaikkan jumlah penjualan dari tahun tertentu ke tahun berikutnya
Debt to Equity Ratio (DER) Y
Rasio antara Total Liabilities dengan Equity
66
Tabel 2.2 (Lanjutan) Sub Indikator variabel Pertumbuhan Penjualan = Penjualan t – Penjualan t
Sumber data Sekunder
Skala ukuran Rasio
Alat analisis
Sekunder
Rasio
Regresi berganda
-1
Regresi berganda
Penjualan t-1 DER = TL Equity
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir dalam masa kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal saat itu didirikan oleh pemerintahan Hindia Belanda untuk kepentingan kolonial atau VOC. Meskipun
pasar
modal
telah
ada
sejak
tahun
1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yank diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II. Perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagai mana mestinya. Pemerintah Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasat modal mengalami pertumbuhan seiring dengan insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
67
Secara singkat tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Desember Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh 1912 Pemerintah Hindia Belanda. 1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan 1925 – 1942 Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di 1939 Semarang dan Surabaya ditutup. Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang 1942 – 1952 Dunia II. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek 1956 semakin tidak aktif. 1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum. Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai 10 Agustus HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini 1977 juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih 1977 – 1987 instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi 1987 perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal 1988 – 1990 diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek 2 Juni 1988 (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES Desember 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go 1988 public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Bersambung pada halaman selanjutnya 68
Tabel 4.1 (Lanjutan) Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola 16 Juni oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek 1989 Surabaya. Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan 13 Juli 1992 Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan 22 Mei 1995 sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 10 November 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai 1995 diberlakukan mulai Januari 1996. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek 1995 Surabaya. Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) 2000 mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak 2002 jauh (remote trading). Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek 2007 Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa 02 Maret 2009 Efek Indonesia: JATS-NextG. Sumber : www.idx.co.id 2. Perusahaan Makanan dan Minuman Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor produktif. Pasar modal juga dapat dikatakan sebagai wadah monopoli kepemilikan perusahaan karena setelah perusahaan go public dan memanfaatkan modal kemudian pemegang surat berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik. Dalam daftar perusahaan yang go public diBursa Efek Indonesia (BEI) terdapat Industri Barang Kosumsi (comsumer goods industry). Perusahaan yang tergabung dalam Consumer Goods 69
Industry tahun 2006 sebanyak 39 perusahaan, tahun 2007 36 perusahaan, tahun 2008 35 perusahaan, dan tahun 2009 35 perusahaan. Objek dalam penelitian ini adalah kategori perusahaan makanan dan minuman yang merupakan bagian dari Industri Barang Konsumsi. Jumlah perusahaan makanan dan minuman pada tahun 2006 sebanyak 19 perusahaan, tahun 2007 15 perusahaan, tahun 2008 14 perusahaan dan tahun 2009 13 perusahaan. dari ketegori ini perusahaan yang tersisa adalah 10 perusahaan makanan dan minuman dengan kriteria: (1) Perusahaan yang masih konsisten terdaftar di BEI dari tahun 2006-2009. (2) Perusahaan yang menyediakan laporan keuangan lengkap dari tahun 2006-2009. Perusahaan makanan dan minuman yang menjadi objek penelitian ini, sampel dalam penelitian ini sebanyak 10 perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Daftar Perusahaan Makanan dan Minuman 1 PT. ADES WATER INDONESIA 2 PT.AQUA GOLDEN MISSISIPI 3 PT.CAHAYA KALBAR TBK 4 PT.DELTA JAKARTA 5 PT.MAYORA INDAH TBK 6 PT.MULTI BINTANG INDONESIA 7 PT.PRASHIDA ANEKA NIAGA 8 PT.SEKAR LAUT TBK 9 PT.SIANTAR TOP TBK 10 PT.ULTRA JAYA MILK & TRANDING COMPANY Sumber : IDX Statistic
70
B. Hasil Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan sampel perusahaan yang diperoleh dari IDX Statistic dari tahun 2006 sampai dengan 2009. Deskripsi variabel dalam statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, maximum, mean, dan standar deviasi dari satu dependen yaitu struktur modal (debt to equity ratio) dan 5 variabel independen
yaitu
(profitability),
resiko
bisnis
pertumbuhan
aktiva
(business (asset
risk),
profitabilitas
growth,),
likuiditas
(liquidity) dan pertumbuhan penjualan (sales growth). Distribusi statistik deskriptif untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini: Tebel 4.3 Uji Statistik Deskristif Descriptive Statistics Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
SM
40
-2.0764
8.4405
1.074102 1.5137211
RB
40
-.2930
3.2356
.230663
.5162215
PF
40
-.2365
.5255
.114333
.1369601
PA
40
-.9165
.5440
.078660
.2210562
LK
40
.0731
7.8186
2.865280 2.1725371
PP
40
-.3917
12.7912
.499572 2.0135911
Valid N (listwise)
40
Sumber: Data sekunder yang diolah Tabel 4.3 menyajikan informasi bahwa jumlah data yang menjadi objek penelitian adalah 40. Jumlah tersebut adalah 10 71
perusahaan makanan dan minuman yang masih bertahan dan terdaftar serta memiliki laporan keuangan lengkap pada periode tahun 20062009. a. Stuktur modal (debt to equity ratio) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pangamatan, variabel struktur modal yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) yang merupakan rasio total kewajiban dan total ekuitas. Perusahaan menunjukkan sampel struktur modal terbesar adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2009 yaitu sebesar 8.4405 dan sampel data dengan struktur modal terkecil adalah PT Ades Water Indonesia Tbk pada tahun 2006 yaitu sebesar -2.0764 dari seluruh struktur modal yang dimiliki perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 1.074102. Standar deviasi dari struktur modal adalah 1.5137211. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman dari struktur modal yang diteliti selama periode tahun 2006-2009. b. Resiko Bisnis (business risk) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pengamatan, variabel resiko bisnis (business risk) yang diukur dengan menggunakan return on equity (ROE) merupakan rasio total laba bersih dan total ekuitas. Perusahaan menunjukkan sampel resiko bisnis terbesar adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 72
2009 yaitu sebesar 3.2356 dan sampel data resiko bisnis terkecil adalah PT Ades Water Indonesia Tbk tahun 2008 yaitu sebesar 0.2930 dari seluruh resiko bisnis perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata resiko bisnis yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 0.230663. Standar deviasi dari resiko bisnis adalah 0.5162215. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman resiko bisnis yang diteliti selama periode tahun 2006-2009. c. Profitabilitas (Profitability) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pengamatan, variabel profitabilitas (profitability) variabel yang diukur dengan menggunakan gross profit margin (GPM). GPM merupakan rasio total laba kotor dan total penjualan bersih. Perusahaan menunjukkan sampel profitabilitas terbesar adalah PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2006 yaitu sebesar 0.5255 dan sampel data profitabilitas terkecil adalah PT Ades Water Indonesia Tbk tahun 2006 yaitu sebesar -0.2365 dari seluruh profitabilitas perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 0.114333. Standar deviasi dari profitabilitas adalah 0.1369601. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman profitabilitas yang diteliti selama periode tahun 2006-2009. 73
d. Pertumbuhan Aktiva (asset growth) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pengamatan,
variabel
pertumbuhan
aktiva
(asset
growth)
merupakan rasio perumbuhan aktiva tahun sekarang dan tahun sebelumnya. Perusahaan menunjukkan sampel pertumbuhan aktiva terbesar adalah PT Mayora Indah Tbk tahun 2008 yaitu sebesar 0.5440 dan sampel data pertumbuhan aktiva terkecil adalah PT Ades Water Indonesia Tbk tahun 2007 yaitu sbesar -0.9165 dari seluruh pertumbuhan aktiva perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata pertumbuhan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 0.078660. Standar deviasi dari pertumbuhan aktiva adalah 0.2210562. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman pertumbuhan aktiva yang diteliti selama periode tahun 2006-2009. e. Likuiditas (liquidity) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pengamatan, variabel likuiditas perusahaan (liquidity) yang diukur dengan current ratio yang meruapakan rasio total aktiva lancar dan total kewajiban lancar. Perusahaan menunjukkan sampel likuiditas perusahaan terbesar adalah PT Aqua Golden Missisipi Tbk pada tahun 2008 sebesar 7.8186 dan sampel data dengan likuiditas terkecil adalah PT Ades Water Indonesia Tbk tahun 2007 yaitu sebesar 0.0731 dari seluruh likuiditas perusahaan yang dimiliki 74
perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata likuiditas perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 2.865280. Standar deviasi dari likuiditas perusahaan adalah
2.1725371.
Nilai
tersebut
menunjukkan
besarnya
keragaman likuiditas perusahaan yang diteliti selama periode tahun 2006-2009. f. Pertumbuhan Penjualan (sales growth) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat selama periode pengamatan, variabel pertumbuhan penjualan (sales growth) merupakan rasio penjualan tahun sekarang dan tahun sebelumnya. Perusahaan menunjukkan sampel pertumbuhan penjualan terbesar adalah PT Mayora Indah Tbk tahun 2008 yaitu sebesar 12.7912 dan sampel data pertumbuhan penjualan terkecil adalah
PT
Cahaya Kalbar Tbk tahun 2009 yaitu sebesar -0.3917dari seluruh pertumbuhan penjualan perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel. Untuk besar rata-rata pertumbuhan penjualan yang dimiliki oleh perusahaan dari banyaknya jumlah data yang diteliti adalah 0.499572. Standar deviasi dari pertumbuhan penjualan adalah 2.0135911. Nilai tersebut menunjukkan besarnya keragaman pertumbuhan penjualan yang diteliti selama periode tahun 20062009.
75
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghazali.2006:147). Pengujian ini menggunakan uji normalitas dengan normal probability plot of standardized residual, yang hasilnya sebagai berikut: Gambar 4.1 Uji Normalitas Grafik P-Plot
Sumber: Data sekunder yang diolah Plot dapat dilihat pada gambar 4.1. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa titik –titik data berada disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah terdistribusi normal atau sudah memenuhi asumsi normalitas. 76
Uji statistik lain yang dapat digunakan dalam untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji Kolmogorov-Smirnov yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.4 Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
40
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .41710785
Absolute
.090
Positive
.090
Negative
-.051
Kolmogorov-Smirnov Z
.567
Asymp. Sig. (2-tailed)
.905
a. b.
Test distribution is Normal Calculated from data
Sumber: Data sekunder yang diolah Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.567 dengan signifikan pada 0.905 lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti Ha diterima dan menunjukkan bahwa data residiual terdistribusi normal. b. Uji Multikolonieritas Multikolonieritas menunjukkan bahwa model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghazali.2006:95). Multikolinearitas dilihat dari besaran VIF 77
(Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang bebas dari problem multikolonieritas apabila nilai VIF < 10 dan tolerance > 0.10, maka data tersebut dikatakan tidak ada multikolonieritas. Hasil uji multikolonieritas terhadap data untuk pengujian hipotesis ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Uji Multikolonieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
a.
Tolerance
VIF
RB
.645
1.552
PF
.658
1.520
PA
.905
1.104
LK
.750
1.333
PP
.799
1.252
Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan variabel independen memiliki nilai tolerance mendekati 1 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel yang nilainya lebih dari 95 %. Hasil perhitungan
nilai
Variance
Inflantion
Factor
(VIF)
juga
menunjukkan hal yang sama nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga
10.
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
78
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya), (Ghozali, 2006:99). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson sebagai berikut (Singgih, 2004:218): a. Angka D-W di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. b. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka D-W di atas +2, berarti autokorelasi negatif. Tabel 4.6 Uji Autokorelasi b
Model Summary Adjusted R Model 1
R .833
R Square a
Square
.694
Std. Error of the DurbinEstimate
.649
.44673
Watson 1.177
a. Predictors: (Constant), PP, RB, PA, LK, PF b. Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji autokorelasi yang terdapat pada tabel 4.6. Nilai Durbin Watson pada penelitian ini sebesar 1.177 dengan klasifikasi bila nilai Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak terdapat
79
autokorelasi (Singgih, 2004:218). Dengan ini data yang diolah menunjukkan tidak ada gejala autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menujukkan bahwa varians tidak sama untuk semua pengamatan. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas (Wijaya, 2010:56). Model regresi yang baik adalah yang homoskesdasitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:125). Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Grafik Scatterplot
Sumber: Data sekuder yang diolah Gambar 4.2 diatas terlihat dalam grafik scatterplot bahwa titik-titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah
80
angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskesdatisitas sehingga model regresi layak dipakai. 3. Uji Regresi Berganda Analisis regresi bertujuan menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen) (Wijaya, 2010:25). Selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Ghozali, 2006:86). Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.406
.272
RB
.571
.086
PF
-.291
PA
Beta
t
Sig.
1.494
.144
.783
6.631
.000
.085
-.403
-3.448
.002
-.177
.058
-.302
-3.035
.005
LK
-.355
.081
-.480
-4.388
.000
PP
.148
.061
.259
2.440
.020
a. Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah
81
Dari tabel 4.7 di atas adalah hasil dari regresi berganda, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 0.406 + 0.571 RB - 0.291 PF - 0.177 PA- 0.355 LK + 0.148 PP Persamaan regresi diatas memiliki makna: a. Resiko bisnis (Business risk) mempunyai koefisien dengan arah positif sebesar + 0.571. Jika variabel independen ukuran perusahaan meningkat sebesar 1 persen maka struktur modal perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0.571 persen. b. Profitabilitas (profitability) mempunyai pengaruh dengan arah negatif sebesar -0.291. Jika variabel independen profitabilitas meningkat sebesar 1 persen maka struktur modal perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0.291 persen. c. Pertumbuhan Aktiva (asset growth) mempunyai pengaruh dengan arah negatif sebesar -0.177. Jika variabel independen pertumbuhan aktiva meningkat sebesar 1 persen maka struktur modal perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0.177 persen. d. Likuditas (liquidity) mempunyai pengaruh dengan arah negatif sebesar -0.355. Jika variabel independen pertumbuhan aktiva meningkat sebesar 1 persen maka struktur modal perusahaan akan mengalami penurunan sebesar 0.355 persen. e. Pertumbuhan penjualan (sales growth) mempunyai pengaruh dengan arah positif sebesar +0.148. Jika variabel independen
82
pertumbuhan penjualan meningkat sebesar 1 persen maka struktur modal perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0.148 persen. 4. Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Dalam regresi linier berganda terdapat nilai koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R2) dalam regersi linier berganda bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran atau kontribusi dari beberapa variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi tersebut dalam menjelaskan nilai variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi dari 0 sampai dengan 1 (Wijaya, 2010:26). Tabel 4.8 Uji Determinasi (R2) b
Model Summary
Model 1
R .833
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Durbin-
Square
Estimate
Watson
.694
.649
.44673
1.177
a. Predictors: (Constant), PP, RB, PA, LK, PF b. Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.8 di atas besarnya nilai adjusted R square sebesar 0.649 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 64.9 %, sedangkan sisanya 35.1 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. Semakin besar adjusted R2 akan semakin baik bagi
83
model penelitian, karena variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen secara lebih baik. b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunya pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Tabel 4.9 Uji Simultan (Uji Statistik F) b
ANOVA Model
Sum of Squares
1Regression
Mean Square
15.413
5
6.785
34
22.198
39
Residual Total
df
F
3.083 15.447
Sig. .000
a
.200
a. Predictors: (Constant), PP, RB, PA, LK, PF b. Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 15.447 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi SM (Struktur Modal) atau dapat dikatakan bahwa RB (Risiko Bisnis), PF (Profitabilitas), PA (Pertumbuhan Aktiva), LK (Likuiditas), dan PP (Pertumbuhan Penjualan) secara bersamasama berpengaruh terhadap SM (Struktur Modal).
84
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006:88). Tabel 4.10 Uji Parsial (Uji Statistik t) Coefficients
Model 1
a.
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.406
.272
RB
.571
.086
PF
-.291
PA
Beta
t
Sig.
1.494
.144
.783
6.631
.000
.085
-.403
-3.448
.002
-.177
.058
-.302
-3.035
.005
LK
-.355
.081
-.480
-4.388
.000
PP
.148
.061
.259
2.440
.020
Dependent Variable: SM
Sumber: Data sekunder yang diolah Berdasarkan tabel 4.10 diketahui tingkat signifikansi untuk variabel independen resiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), Likuiditas (liquidity), dan pertumbuhan penjualan (sales growth). Dari hasil estimasi regresi pada tabel 4.10 adalah seabagai berikut: 1.
Pengaruh Resiko Bisnis (RB) terhadap Struktur Modal Resiko bisnis, dari hasil estimasi regresi diperoleh nilai t hitung = 6.631 dengan probabilitas sebesar 0.000 < 0.05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka diperoleh 85
adanya pengaruh yang signifikan positif dari variabel resiko bisnis terhadap struktur modal (DER). Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawardani (2007) yang menunjukkan pengaruh yang positif antara risiko bisnis terhadap struktur modal (DER). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara resiko bisnis terhadap struktur modal (DER) Artinya jika resiko bisnis semakin besar, maka perusahaan akan memiliki rasio hutang yang semakin besar pula. Risiko bisnis perusahaan makanan dan minuman di Indonesia cukup mempengaruhi penggunaan hutang, besarnya biaya bunga akan menambah penggunaan hutang, dalam arti bahwa besarnya biaya bunga perusahaan makanan dan minuman di Indonesia ditutup dengan hutang, sehingga akan memperbesar risiko keuangan perusahaan. Resiko bisnis yang tinggi juga bisa membuat investor berhati-hati dalam menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. 2. Pengaruh Profitabilitas (PF) Terhadap Struktur Modal Profitabilitas, dari hasil estimasi diperoleh nilai t hitung = -3.448 dengan probabilitas sebesar 0.002 < 0.05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka diperoleh adanya 86
pengaruh yang signifikan negatif dari variabel profitabilitas terhadap struktur modal (DER). Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) yang menunjukkan signifikan positif pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal (DER). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Medina (2007) yang menyatakan tidak signifikan pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teoritis yang mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian atau profitabilitas yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal (Brigham dan Houston, 2001:40). 3. Pengaruh Pertumbuhan Aktiva (PA) terhadap Struktur Modal Pertumbuhan aktiva, dari hasil estimasi diperoleh nilai t hitung = -3.035 dengan probabilitas 0.005 < 0.05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka diperoleh adanya pengaruh yang signifikan negatif dari variabel pertumbuhan 87
aktiva terhadap struktur modal (DER). Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sa’diyah
(2007)
yang
menunjukkan
signifikan
negatif
pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal (DER). Namun tidak konsisten dengan penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan positif pengaruh pertumbuhan aktiva terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teoritis yang mengatakan perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal. Diperoleh dari penjualan saham biasa bukan dari penerbitan surat hutang. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat juga sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar, yang cenderung mengurangi keinginannya menggunakan utang (Brigham dan Houston, 2001:40). 4. Pengaruh Likuiditas (LK) Terhadap Struktur Modal Likuiditas, dari hasil estimasi diperoleh nilai t hitung = 4.388 dengan probabilitas 0.000 < 0.05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka diperoleh adanya pengaruh yang signifikan negatif dari variabel likuiditas terhadap struktur modal (DER). Hal ini berarti Ha1 diterima. 88
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) yang menunjukkan signifikan negatif pengaruh likuiditas terhadap struktur modal (DER). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi (2009) yang menunjukkan signifikan positif pengaruh likuiditas terhadap struktur modal (DER). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teoritis yang mengatakan likuditas dengan cara melihat aktiva lancar meningkat mampu melunasi hutang jangka pendek perusahaan (Sugiono, 2009:68). 5. Pengaruh
Pertumbuhan
Penjualan
(PP)
Terhadap
Struktur Modal Pertumbuhan pernjualan, dari hasil estimasi diperoleh nilai t hitung = 2.440 dengan probabilitas 0.020 < 0.05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka diperoleh adanya pengaruh yang signifikan positif dari variabel pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal (DER). Hal ini berarti Ha1 diterima. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2008) dan Rachmawardani (2007) yang menunjukkan tidak signifikan pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap struktur modal (DER).
89
Hasil penelitian ini sesuai dengan teoritis, menurut Brigham dan Houston (2001:39) perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil atau tinggi lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman (hutang) dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil atau rendah. 5. Variabel Yang Dominan Mempengaruhi Struktur Modal Berdasarkan dari tabel 4.10 lima variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi struktur modal. Variabel resiko bisnis dengan nilai Beta = 0.571, variabel profitabilitas dengan nilai Beta = -0.291, variabel pertumbuhan aktiva dengan nilai Beta = -0.177. Variabel likuiditas dengan nilai Beta = -0.355. Dan variabel pertumbuhan penjualan dengan nilai Beta = 0.148. Pengaruh resiko bisnis ternyata lebih dominan mempengaruhi struktur modal dengan nilai Beta = 0.571.
90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah melalui tahap pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan yang terakhir interpretasi hasil analisis mengenai pengaruh resiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), likuditas (liquidity), dan pertumbuhan penjualan (sales growth) terhadap struktur modal (debt to ratio equity), dengan menggunakan data yang terdistribusi normal, tidak terdapat multikolinearitas, bebas autokorelasi dan tidak adanya heterokedastisitas, maka dihasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis data secara parsial bahwa variabel resiko bisnis (business risk) berpengaruh signifikan positif dengan nilai t hitung = 6.631 dan nilai probabilitas 0.000 < 0.05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawardani (2007) yang menunjukkan signifikan positif pengaruh resiko bisnis (business risk) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) yang menunjukkan singnifikan negatif pengaruh resiko bisnis (business risk) terhadap struktur modal (debt to equity ratio).
91
2. Hasil analisis data secara parsial bahwa variabel profitabilitas (profitability) berpengaruh signifikan negatif dengan nilai t hitung = 3.448 dan nilai probabilitas 0.002 < 0.05. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) yang
menunjukkan
signifikan
positif
pengaruh
profitabilitas
(profitability) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Medina (2007) yang
menunjukkan
tidak
singnifikan
pengaruh
profitabilitas
(profitability) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). 3. Hasil analisis data secara parsial bahwa variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) berpengaruh signifikan negatif dengan nilai t hitung = 3.035 dan nilai probabilitas 0.005 < 0.05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sa’diyah (2007) yang menunjukkan signifikan negatif pertumbuhan aktiva (asset growth) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Prabansari
dan
Kusuma
(2005)
yang
menunjukkan signifikan positif pengaruh pertumbuhan aktiva (asset growth) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). 4. Hasil analisis data secara parsial bahwa variabel likuiditas (likuidity) berpengaruh signifikan negatif dengan nilai t hitung = -4.388 dan nilai probabilitas 0.000 < 0.05. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Hadianto (2008) yang menunjukkan signifikan negatif likuiditas (likuidity) terhadap struktur modal (debt to 92
equity ratio). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyadi (2009) yang menunjukkan singnifikan positif pengaruh likuiditas (likuidity) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). 5. Hasil analisis data secara parsial bahwa variabel pertumbuhan penjualan (sales growth) berpengaruh signifikan positif dengan nilai t hitung = 2.440 dan nilai probabilitas 0.020 < 0.05. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2008) dan Rachmawardani (2007) yang menunjukkan tidak signifikan pengaruh pertumbuhan penjualan (sales growth) terhadap struktur modal (debt to equity ratio). 6. Hasil analisis data secara simultan menunjukkan bahwa variabel resiko bisnis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), likuiditas (liquidity) dan pertumbuhan pernjualan (sales growth) secara bersama-sama mempengaruhi struktur modal (debt to equity ratio) dengan nilai probabilitas 0.000 < 0.05. 7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (asset growth), profitabilitas (profitability), likuiditas
(likuidity)
dan
pertumbuhan
penjulaan
(sales
growth)
mempengaruhi struktur modal secara bersama-sama hanya terbatas sebesar 64.9% sisanya 35.1% dijelaskan oleh variabel lain.
93
B. Keterbatasan Penelitian Setelah melakukan analisis data dan interpretasi hasil, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain : 1. Penelitian ini hanya mengambil jangka waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009, sehingga data yang diambil ada kemungkinan kurang mencerminkan kondisi perusahaan dalam jangka panjang.
2. Penelitian ini hanya terbatas untuk sampel perusahaan makanan dan minuman pada sektor consumer goods sehingga kurang mewakili seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Implikasi Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pihak manajemen perusahaan makanan dan minuman sektor consumer goods sebaiknya sebelum menetapkan kebijakan struktur modalnya agar terlebih dahulu memperhatikan variabel resiko binis (business risk), profitabilitas (profitability), pertumbuhan aktiva (asset growth), likuiditas (liquidity) dan pertumbuhan penjulalan (sales growth).
Dengan
memperhatikan
variabel-variabel
tersebut,
perusahaan dapat memutuskan besarnya struktur modal yang sesuai sehingga dihasilkan kebijakan struktur modal yang optimal bagi perusahaan. 2. Investor nampaknya perlu memperhatikan nilai struktur hutang perusahaan dengan tetap mempertimbangkan dampak positif maupun
94
negatifnya. Dalam hal ini investor nampaknya perlu mencermati dari struktur hutang yang dimiliki perusahaan serta pemanfaatannya agar hutang yang dimiliki perusahaan dapat memiliki komposisi yang ideal dengan kemampuan dan tingkat pertumbuhan perusahaan. 3. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan dalam bidang keuangan dan pasar modal khususnya untuk mengetahui lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. 4. Bagi akademisi, dapat digunakan sebagai bahan referensi yang dapat membantu dalam penelitian sejenis serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan. D. Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menambah jumlah sampel dengan tidak hanya pada perusahaan makanan dan minuman pada sektor industri consumer goods saja. 2. Meneliti variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap struktur modal, misalnya menggunakan faktor manajemen seperti kondisi internal perusahaan, sikap manajemen, pengendalian, pajak dan struktur kepemilikkan. 3. Menggunakan periode penelitian yang lebih panjang untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independen tersebut terhadap struktur modal. Selain itu, harus mempertimbangkan kestabilan kondisi perekonomian yang berhubungan dengan rentang 95
waktu penelitian tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketepatan model yang akan dihasilkan. 4. Melihat perubahan laba suatu perusahaan karena laba merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang dihasilkan emiten, dan disusun berdasarkan norma atau standar akuntansi keuangan, sehingga tidak dapat dihindarkan adanya tindakan manajemen laba. Para investor sebaiknya berhati hati dalam pengambilan keputusan bisnis, tidak hanya terfokus pada informasi laba, tetapi juga mempertimbangkan informasi non keuangan, seperti keberadaan mekanisme internal perusahaan. 5. Melihat kualitas laba perusahaan karena kulitas laba perusahaan bisa mempengaruhi stuktur modal. Kualitas laba bisa dilihat dengan cara metode penyusutan aktiva tetap, metode pencatatan persediaan, manajemen laba, komite audit dan sebagainya.
96
97
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Lusiana Noor. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEJ”, Skripsi Fakultas Ekonomi Akuntansi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2006. Brealey, Richard A, Stewart C. Myers, dan Alan J. Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi Kelima, Jilid 1, Penerbit Erlangga, 2007. Brigham, Eugene F dan Joel F. Houston. “Manajemen Keuangan”, Buku 2, Penerbit Erlangga, 2001. Budisantoso, A Totok. “Akuntansi Manajerial”, Buku 2, Penerbit Salemba Empat, 2001. Cahyadi, Bramantio. “Studi Empiris Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009. Chandra, Teddy. “Pendekatan-Pendekatan dalam Penelitian Struktur Modal Perusahaan”, Jurnal Eksekutif, Vol. 3, No. 2, Agustus 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi 4, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. “Metedologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Kodrat, David Sukardi. “Peranan Struktur Modal Terhadap Profitabilitas”, Jurnal Eksekutif, Vol. 6, No. 1, Februari 2009. Kesuma, Ali. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 1, Maret 2009. 97
Mas’ud, Masdar. “Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Serta Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 7, No. 1, Februari 2009. Medina, Ricca. “Analisis Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Struktur Modal Pada Industri Makanan dan Minuman yang Go Public di BEJ”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007. Moeljadi. “Manajemen Keuangan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif”, Jilid 1, Penerbit Bayumedia Publishing, Malang, 2006. Mugiharta. “Analisis Kepemilikan Saham Manajemen dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Debt to Equity Ratio di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi, 2009. Nugroho, Asih Suko. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Properti yang Go Public di BEJ”, Tesis Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. Nurrohim KP, Hasa. “Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan, dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Moddal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”, Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 10, No. 1, Januari 2008. Prabansari, Yuke dan Hadri Kusuma. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta”, Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen, Edisi Khusus on Finance, 2005. Rachmawardani, Yulinda. “Analisis Pengaruh Aspek Likuiditas, Risisko Bisnis, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Perusahaan”, Tesis Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang, 2007. Rahmayani, Haningdita Noor. “Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Karakteristik Keuangan Terhadap Keputusan Pendanaan”, Thesis Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008.
98
Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi 4, Cetakan Ketujuh, BPFE UGM, Yogyakarta, 2001. Rozikin, Khoirur. “Determinan-Determinan Struktur Modal”, Jurnal Kompak, Vol. 1, No. 2, Juli 2008. Sa’diyah, Anisa’u. “Pengaruh Asset Tangibility, Size, Growth, Profitability, dan Earning Volatility Terhadap Leverage Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ: Dengan Pengujian Pecking Order Theory atau Static Trade Off”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007. Singgih, Santoso. “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004. Sugiono, Arief. “Manajemen Keuangan”, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2009. Sujoko dan Ugy Soebiantoro. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 9, No. 1, Maret 2007. Van Horne, James C dan John M. Wathowicz, JR. “Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan”, Buku 2, Edisi 12, Salemba Empat, Jakarta, 2001. Wijaya, M. Sienly Veronica dan Bram Hadianto. “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran, Likuiditas, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Emiten Sektor Ritel di BEI: Sebuah Pengujian Hipotesis Pecking Order”, Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 7, No. 1, Mei 2008. Wijaya, Tony. “Analisis Multivariat”, Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010. Yuniningsih. “Interdependensi antara Kebijakan Deviden Payout Ratio, Financial Leverage, dan Investasi pada Perusahaan yang Listed di BEJ”, Jurnal Bisnis Ekonomi, Vol. 9, No. 2, Hal. 164-182. Yusgiantoro, Purnomo. “Manajemen Keuangan Internasional”, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
99
100
LAMPIRAN 1
DATA RASIO PERHITUNGAN STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIOLAH DALAM SPSS
2006
2007
2008
2009
-2,076411546
-1,66002
2,564973602
1,613450798
0,766719615
0,7443329
0,709217033
0,732044481
0,433390288
0,8892495
1,448885102
0,885097259
0,314841011
0,2869454
0,335371746
0,272451343
0,580153355
0,7256772
1,322231274
1,026055986
2,075506019
2,1445558
1,734924952
8,440539436
1,792431723
2,1198909
1,621949352
1,433967714
3,025136504
0,8945543
0,996716774
0,728971092
0,362846096
0,4428853
0,72450795
0,356509036
0,531636667
0,638257
0,532003281
0,451637984
DATA RASIO PERHITUNGAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIOLAH DALAM SPSS 2006
2007
2008
2009
0,3598387
-0,0785423
-0,2364716
0,1293905
0,0610693
0,0490846
0,0506107
0,0495129
0,1160062
0,0674335
0,021452
0,0586742
0,4578981
0,151474
0,1747453
0,2403258
0,2373339
0,074185
0,0701362
0,1054878
0,5254995
0,134019
0,2368449
0,2923353
0,1485162
0,0154942
0,0589686
0,0988786
0,1896903
0,0087162
0,0235286
0,0449156
0,1627525
0,0387405
0,0058899
0,0635228
0,2614087
0,0347028
0,0197256
0,0495129
101
LAMPIRAN 2 DATA RASIO PERHITUNGAN PERTUMBUHAN AKTIVA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIOLAH DALAM SPSS
2006
2007
2008
2009
0,1104536
-0,91647
0,0349853
-0,0363646
0,0858736
0,1210768
0,1255801
0,1432185
-0,1445324
0,2877813
-0,014727
-0,061403
0,0736855
0,036965
0,17884
0,088972
0,0639794
0,2187481
0,5440
0,1106741
0,0609192
0,0186719
0,5138887
0,0553183
0,4645778
0,0126299
-0,0163101
0,2323053
0,0035405
0,1286038
0,1001984
-0,0239669
-0,0208453
0,1068618
0,2112322
-0,1244984
-0,0042758
0,0910663
0,2772297
0,0079724
DATA RASIO PERHITUNGAN LIKUIDITAS PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIOLAH DALAM SPSS
2006
2007
2008
2009
0,1171328
0,0731285
0,5138825
2,4837402
7,182183
7,0915814
7,8185807
6,3352327
3,4707182
1,3566458
7,350685
4,8944652
3,8045752
4,1725686
3,7893857
4,7036217
3,9093274
2,9311311
2,188688
2,29044
0,528408
0,5912062
0,9352555
0,6588664
7,0794649
2,2239899
2,7829415
1,5626789
1,7417103
1,5309525
1,705173
1,8901744
2,6924687
1,7689422
1,2263839
1,6884828
1,1845235
2,3716103
1,8539441
2,1163181
102
LAMPIRAN 3 DATA RASIO PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PENJUALAN PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG DIOLAH DALAM SPSS
2006
2007
2008
2009
-0,06057697
0,0126047
-0,015256672
0,037794692
0,065546061
0,1594296
0,194337082
0,17249595
0,624595976
0,5278736
1,402253085
-0,391667922
-0,072727111
0,1657422
0,531911777
0,099308405
0,155510127
0,4346543
12,79123252
0,222511225
0,045023944
0,0983153
0,354650521
0,21921366
0,54214442
0,1542969
0,188403661
-0,169335499
0,159284616
0,2223632
0,320924114
-0,117566996
-0,134783922
0,0816222
0,040095532
0,0043465
0,173517554
0,3490894
0,209271103
0,184441654
103
LAMPIRAN 4
HASIL UJI SPSS 16.0 Statistik Deskriptif dan Grafik Normal P-P Plot Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
SM
40
-2.0764
8.4405
1.074102 1.5137211
RB
40
-.2930
3.2356
.230663
.5162215
PF
40
-.2365
.5255
.114333
.1369601
PA
40
-.9165
.5440
.078660
.2210562
LK
40
.0731
7.8186
2.865280 2.1725371
PP
40
-.3917
12.7912
.499572 2.0135911
Valid N (listwise)
40
Uji Normalitas Data
104
LAMPIRAN 5
Hasil Uji SPSS 16.0 Kolmogorov-Smirnov dan Multikolonieritas Kolmogorov_Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
40
Normal Parameters
a
Mean
.0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
.41710785
Absolute
.090
Positive
.090
Negative
-.051
Kolmogorov-Smirnov Z
.567
Asymp. Sig. (2-tailed)
.905
UJi Multikolonieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
RB
.645
1.552
PF
.658
1.520
PA
.905
1.104
LK
.750
1.333
PP
.799
1.252
105
LAMPIRAN 6
Hasil Uji SPSS 16.0 Uji Autokorelasi dan Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi b
Model Summary Adjusted R Model 1
R .833
R Square a
Std. Error of the Durbin-
Square
.694
Estimate .649
.44673
Watson 1.177
a. Predictors: (Constant), PP, RB, PA, LK, PF b. Dependent Variable: SM
Uji Heteroskedastisitas
106
LAMPIRAN 7 Hasil Uji SPSS 16.0 Uji Simultan (F) dan Uji Parsial (t) Uji Simultan (F) b
ANOVA Model
Sum of Squares
1Regression Residual Total
df
Mean Square
15.413
5
6.785
34
22.198
39
F
3.083 15.447
Sig. .000
a
.200
UJi Parsial (t) Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.406
.272
RB
.571
.086
PF
-.291
PA
Beta
t
Sig.
1.494
.144
.783
6.631
.000
.085
-.403
-3.448
.002
-.177
.058
-.302
-3.035
.005
LK
-.355
.081
-.480
-4.388
.000
PP
.148
.061
.259
2.440
.020
107