JRL
Vol.6
No.2 Hal. 207 - 214
Jakarta, Juli 2010
ISSN : 2085-3866
ANALISIS DAYA DUKUNG LAHAN DAN OPTIMASI PENDAPATAN USAHA TANI DI DAERAH TRANSMIGRASI KURO TIDUR, BENGKULU Daru Mulyono Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB), BPPT Jl. M.H. Thamrin 8, Gedung II, Lantai 17, Jakarta 10340 email:
[email protected] Abstract The objective of the research is to know the cultivation land scale of farmers according to kind of commodities in order to achieve the highest farm income subject to the low land carrying capacity condition. The research use Linear Programming Technique with subject to two main constraints, that are area of cultivation and availability of man power. The research was carried out in Wonoharjo Village, Unit VIII Kuro Tidur Transmigration area, Bengkulu. The method of sampling drawn was random sampling. Number of respondents was 60 farmers who cultivate food crops as well as estate crops. The results of the research show that the highest farm income can be achieved to a high of Rp. 2.279.217,- a year or increase amount of Rp. 511.140,- a year or 28.9 % through intensive cultivation of wetland rice = 0.261 ha, upland rice = 0.188 ha, cassava = 0.120 ha, peanut = 0,101 ha, and coffee = 0.750 ha. Kaywords: Transmigration land income
1.
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peran sangat besar bagi perekonomian nasional, sehingga pemerintah terus berupaya untuk menggalakkan pembangunan sektor pertanian ini. Sektor Pertanian harus terus dipacu sehingga merupakan sektor yang tangguh sebagai penghela terhadap Sektor Industri maupun sektor-sektor lainnya Sektor pertanian yang tangguh adalah sektor pertanian yang dinamis, yang mampu memasok kebutuhan bahan baku untuk industri maupun sebagai
penunjang ekspor, sehingga secara nyata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Termasuk dalam hal ini adalah pembangunan pertanian di daerah transmigrasi (Anonimous, 1983). Pembangunan dalam bidang transmigrasi merupakan bagian integral dari pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu pembangunan di bidang pertanian yang melibatkan mayoritas masyarakat Indonesia termasuk para transmigran perlu mendapatkan perhatian khusus. Usaha pembangunan pertanian terutama di daerah transmigrasi tidak dapat
207Analisis Daya Dukung Lahan...(Daru Mulyono)
dilepaskan dari usaha pelestarian sumberdaya alam yang mempunyai sifat sangat kompleks. Pemanfaatan sumberdaya alam harus diusahakan seefisien dan seoptimal mungkin. Khususnya yang menyangkut mengenai masalah sumberdaya tenaga kerja dan sumberdaya lahan yang merupakan sumberdaya pokok bagi petani. Terutama menganai sumberdaya lahan biasanya para transmigran memperoleh jatah lahan usahanya yang kurang subur, seperti yang terjadi di daerah transmigrasi Kuro Tidur, Bengkulu yang tanahnya tergolong berjenis podzolik merah kuning (PMK). Keadaan seperti tersebut biasa dijumpai pada tanah PMK di Indonesia yang tergolong memiliki kesuburan lahan yang rendah (Anonimous, 1988). Oleh karena itu dengan kondisi tanah yang kurang subur tersebut diperlukan suatu strategi untuk mengatasinya sehingga pendapatan petani bisa mencapai optimal disamping upaya meningkatkan produktivitas tanah melalui berbagai penyuburan lahan maupun pengaturan pola tanam yang tepat (Indrawati G. 1988 dan Silvanita M. 1988). Dengan kondisi sumberdaya lahan yang kurang subur inilah kedua sumberdaya utama yaitu lahan dan tenaga kerja harus diusahakan sebaik dan seefisien mungkin untuk dapat menjamin kehidupan petani yang layak. Jangan sampai terjadi bahwa kedua sumberdaya tersebut, khususnya sumberdaya lahan menjadi terlantar atau tidak terkelola. Menurut penelitian yang dilakukan di daerah transmigrasi Way Abung, Lampung menunjukkan bahwa para transmigran hanya mampu menggarap antara 50-80 % dari jatah lahan yang diberikannya (Wiryokusumo, 1989). Adanya sebagian jatah lahan yang saat ini tidak dapat dikelola tentu merupakan suatu kerugian. Pertama, biaya pembukaan lahan yang cukup tinggi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah, tetapi lahan tidak dapat langsung diusahakan/ menganggur dan sama sekali tidak memberikan hasil. Kedua, adanya kemunduran produktivitas lahan, baik ditinjau dari segi fisika, kimia, maupun 208
biologi tanahnya (Mubyarto, 1980). Oleh karena itu penelitian tentang daya dukung lahan dengan skala luas lahan usahatani menurut jenis komoditas yang dikaitkan dengan potensi tenaga kerja di daerah transmigrasi ini dicoba untuk dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan secara efektif dapat meningkatkan kelompok sasaran yang dituju, yaitu kelompok tani yang berpendapatan rendah menjadi kelompok tani yang berpendapatan tinggi. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: (1). Untuk mengetahui kondisi kesuburan/daya dukung lahan, (2). Untuk mengetahui alokasi skala luas lahan usaha yang paling optimal menurut jenis komoditas yang mampu memberikan pendapatan yang paling tinggi bagi petani, dikaitkan dengan kondisi lahan, luas lahan usaha dan ketersediaan tenaga kerja, (3). Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan (4). Untuk mengetahui sejauh mana kendala yang dihadapi petani dalam usahataninya dan memberikan alternatif saran kebijaksanaan untuk mengatasinya. 2.
Bahan dan Metode
2.1 Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah 60 sampel tanah (masing-masing empat ulangan) yang diambil pada lahan usahatani yang menjadi sampel di Proyek Transmigrasi Kuro Tidur Unit VIII, Desa Wonoharjo, Kecamatan Lais, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. 2.2. Metode Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Proyek Transmigrasi Kuro Tidur Unit VIII, Desa Wonoharjo, Kecamatan Lais, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu. Survai lapangan JRL. Vol. 6 No. 2, Juli 2010 : 207 - 214
dilakukan dari tanggal 6 sampai dengan 28 Juni 2005. Jenis dan Sumber Data Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data dan informasi yang dikumpulkan meliputi: (a). Data Primer, yang dikumpulkan adalah: data struktur ongkos usahatani dan curahan tenaga kerja yang digunakan dalam budidaya tanaman pangan dan perkebunan (dalam setahun terakhir yang diperinci menurut bulan). Data dikumpulkan dengan cara interview/ wawancara langsung dengan petani transmigran sebagai sampel/ responden dengan menggunakan daftar isian/kuesioner. (b). Data Sekunder, yang dikumpulkan dari data yang telah dipublikasikan baik oleh Instansi Teknis maupun Lembaga Penelitian bidang pertanian. Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel terhadap petani transmigran dilakukan dengan metode purposive random sampling. Populasi petani meliputi petani yang bermukim di Desa Wonoharjo, daerah transmigrasi Kuro Tidur Unit VIII, dengan jumlah sampel sebanyak 60 petani sebagai responden. Sebagai unit analisis adalah
rumah tangga petani yang diambil secara purposive yang ditujukan kepada petani yang mata pencaharian utamanya adalah bertani baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan. Analisis Data Data hasil analisis sampel tanah dianalisis tingkat kesuburannya sedangkan data sumberdaya lahan dan tenaga kerja yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan: (a). Teknik Pemrograman Linier (Linear Programming) untuk memaksimumkan pendapatan usahatani (farm income) sebagai fungsi tujuan (objective function). (b). Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis) untuk mengetahui batasan nilai minimum dan maksimum dari Variabel-variabel (Variables) maupun dari Kendala-kendala (Constraints). 3.
Pembahasan
Hasil analisis terhadap sampel tanah menunjukkan bahwa reaksi tanahnya sangat asam, dengan pH = + 4,25, miskin unsur hara, seperti: kalium (K) dengan kadar rata-rata 0,28 me/100mg (kadar sedang antara 0,40-0-0,50 me/ 100mg), kalsium (Ca) dengan kadar rata-rata 3,59 me/100mg (kadar sedang antara 6,00-10,00 me/100mg), magnesium (Mg) dengan kadar rata-rata 0,66 me/100mg (kadar sedang
Tabel 1. Hasil Analisis Sampel Tanah di Lahan Usahatani Transmigran Perla-
pH
KTK
Al
K
Na
Ca
Mg
kuan
(H2O)
(me/100 mg)
(me/100 mg)
(me/100 mg)
(me/100 mg)
(me/100 mg)
(me/100 mg)
A
4,00
15,50
1,86
0,31
0,26
3,38
0,68
B
4,10
16,50
2,55
0,25
0,25
2,41
0,49
C
4,70
18,60
1,82
0,33
0,30
5,40
0,96
D
4,20
18,60
2,43
0,23
0,24
3,18
0,50
Keterangan: Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Jurusan Ilmu-ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 209Analisis Daya Dukung Lahan...(Daru Mulyono)
antara 1,10-1,30 me/100mg), dan natrium (Na) dengan kadar 0,26 me/100mg (kadar sedang antara 0,30-0,70 me/100mg). Sedangkan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) rendah, rata-rata 17,3 me/100mg (nilai sedang antara 18,0-24,0 me/100mg) (Anonimous, 1988). Hasil analisis kimia
tanah dapat dilihat pada Tabel 1. Keadaan seperti tersebut di atas adalah merupakan sifat umum tanah podzolik di Indonesia yang tergolong memiliki kesuburan lahan yang kurang atau lahan sub-optimal. Hal ini merupakan petunjuk bahwa perlu adanya usaha untuk mengelola tenaga kerja
Tabel 2. Model Optimasi Luas Lahan Usaha dan Ketersediaan Tenaga Kerja Sumberdaya Lahan dan Penyerapan Tenaga Kerja
Pemanfaatan Sumberdaya Lahan & Tenaga Kerja X1
X2
X3
X4
X5
Kapasitas Sumberdaya/ <
Kendala
Lahan Usaha I
1
1
1
1
0
<
1,00
Lahan Usaha II
0
0
0
0
1
<
0,75
Januari 1)
35
45
0
60
15
<
34,90 2)
Pebruari
35
60
20
8
15
<
34,90
Maret
50
20
50
8
15
<
34,90
April
75
5
10
10
15
<
34,90
Mei
66
20
1
25
15
<
34,90
Juni
20
20
1
0
15
<
34,90
Juli
35
45
1
0
15
<
34,90
Agustus
35
60
2
0
15
<
34,90
September
50
20
2
0
15
<
34,90
Oktober
75
5
2
0
15
<
34,90
Nopember
66
20
20
0
15
<
34,90
Desember
35
20
0
20
15
<
34,90
Pendapatan Bersih 1.680
875
659
852
2.014
Keterangan: X1 = luas lahan usahatani padi sawah X2 = luas lahan usahatani padi ladang X3 = luas lahan usahatani ubi kayu X4 = luas lahan usahatani kacang tanah X5 = luas lahan usahatani kopi X1, X2, X3, X4, X5, > 0
2) Dihitung dari rata-rata ketersediaan tenaga kerja petani untuk usahatani (Subyanto, 1986).
1)
Keterangan: Fungsi tujuan di sini adalah merupakan pendapatan bersih usahatani yang dihitung dalam setiap pengusahaan komoditi per hektar dalam jangka waktu setahun terakhir.
210
Penyerapan tenaga kerja menurut bulan untuk usahatani. Koefisien Model Optimasi tersebut diperoleh dari besar penyerapan tenaga kerja manusia dalam usahatani per hektar secara intensif.
Fungsi Tujuan : 1.680 X1 + 875 X2 + 659 X3 + 852 X4 + 2.014 X5 = maksimum
JRL. Vol. 6 No. 2, Juli 2010 : 207 - 214
dengan memilih jenis komoditas yang paling sesuai untuk dilakukan sehingga pendapatan petani bisa mencapai optimal disamping upaya meningkatkan produktivitas tanah melalui berbagai penyuburan lahan maupun pengaturan pola tanam yang tepat. Dalam makalah ini dibahas khususnya upaya sebagai strategi untuk mengatasi kendala lahan melalui penerapan Model Optimasi menggunakan teknik Pemrograman Linier (Linear Programming) yang pada dasarnya adalah mengkombinasikan antara kondisi lahan pertanian dan ketersediaan tenaga kerja secara optimal. Gambaran mengenai Model Optimasi luas lahan usaha dan ketersediaan tenaga kerja dengan Teknik Pemrograman Linier di daerah Transmigrasi Kuro Tidur, dideskripsikan pada Tabel 2 (Barizi. 1979). Sebagai dasar analisis untuk mencapai tujuan pendapatan yang setinggi tingginya adalah dengan memperhatikan adanya kendala luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja adalah total luas Lahan Usaha I (tanaman pangan) dan Lahan Usaha II (tanaman perkebunan) yang mampu mereka usahakan/garap secara intensif sebesar 1,420 ha (Hadisasmito R dan Hadiono, 1984). Dengan pengusahaan lahan tersebut, berarti rata-rata setiap keluarga petani transmigran hanya mampu menggarap jatah lahan yang diberikan sebesar 81,14 %. Nilai pendapatan maksimal dalam usahatani tersebut mencapai Rp. 2.279.217,-/th, dengan perincian luas menurut jenis komoditas yang diusahakan adalah: (a). X1 (luas lahan usahatani tanaman padi sawah) = 0,261 ha, (b). X2 (luas lahan usahatani tanaman padi ladang) = 0,188 ha, (c). X3 (luas lahan usahatani tanaman ubi kayu) = 0,120 ha, (d). X4 (luas lahan usahatani tanaman kacang tanah) = 0,101 ha, dan (e). X5 (luas lahan usahatani tanaman kopi) = 0,750 ha. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani yang semula rata-
rata sebesar Rp. 1.768.077,-/th akan dapat meningkat menjadi Rp. 2.279.217,-/th atau naik sebesar Rp. 511.140,-/th atau 28,9 %, bila dikelola secara optimal. Untuk mencapai kondisi yang paling mengun-tungkan/ optimal, maka Lahan Usaha II yang diberikan sebagai lahan usaha tanaman perkebunan harus diusahakan seluruhnya (seluas 0,750 ha) secara intensif. Dalam hal ini komoditas ubi kayu oleh kebanyakan penduduk masih dibutuhkan sebagai makanan tambahan dapat ditanam di Lahan Usaha I sebagai usaha sampingan. Penanaman ubi kayu di sini tidak dimaksudkan untuk diperdagangkan namun hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja yang sudah terbiasa makan/ mengkonsumsi ubi kayu. Pengusahaan tanaman ubi kayu dapat dilakukan pada waktu penggunaan tenaga kerja tidak dalam kondisi kritis, terutama pada bulan: Juni dan Juli, dimana pada bulanbulan tersebut tidak banyak memerlukan curahan tenaga kerja untuk usahatani mereka. Pada kondisi usahatani intensif, pemakaian tenaga kerja manusia untuk usahatani tanaman pangan dan perkebunan mencapai kesibukannya pada bulan: Maret, Mei, Januari, dan Pebruari. Pada bulanbulan inilah pemakaian tenaga kerja manusia merupakan suatu kendala yang sangat berarti dalam usahatani. Artinya bahwa adanya penambahan/pengurangan tenaga kerja manusia akan mempengaruhi terhadap total pendapatan petani. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai opportunity cost (nilai yang menunjukkan besarnya penambahan/ pengurangan terhadap total pendapatan, bila dalam suatu keluarga petani transmigran ada penambahan/pengurangan tenaga kerja sebesar satu Orang-Hari pada bulan yang bersangkutan) terbesar terjadi pada bulan Maret, mencapai sebesar Rp. 12.618,disusul berturut turut pada bulan Mei, sebesar Rp. 11.390,-, bulan Januari, sebesar Rp. 7.660,- dan bulan Pebruari, sebesar Rp. 835,-. Dengan demikian maka pada bulan
211Analisis Daya Dukung Lahan...(Daru Mulyono)
Oktober sebesar 2,86 OH, April sebesar 0,89 OH, dan Nopember sebesar 0,23 OH. Untuk menelaah lebih jauh mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi sebagai akibat terjadinya perubahan pada koefisien-koefisien dalam Model Optimasi tersebut, berikut ini disajikan analisis sensitivitasnya:
Maret terjadi suatu kondisi yang paling kritis dalam pemanfaatan tenaga kerja manusia untuk mencapai pendapatan usahatani yang maksimal. Sebaliknya pada bulan Juni sampai dengan Desember dan April, terjadi keadaan yang kurang membutuhkan curahan tenaga kerja dalam usahatani. Titik terendah kebutuhan tenaga kerja terjadi pada bulan Juni, dimana ada tersisa rata-rata sebesar 14,05 Orang-Hari (OH), disusul kemudian berturut turut bulan Desember sebesar 8,72 OH, September sebesar 6,57 OH, Juli sebesar 5,91 OH, Agustus sebesar 2,96 OH,
a.
Analisis Sensitivitas Terhadap Fungsi Tujuan (Objective Function) Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa koefisien fungsi tujuan untuk usahatani padi ladang sudah mendekati nilai minimumnya.
Tabel 3. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Fungsi Tujuan Variabel
Batasan Nilai (Rp/ha) Minimum
Orisinal
X1 = luas lahan usahatani padi sawah
1.107.469
1.680.000
2.613.688
X2 = luas lahan usahatani padi ladang
834.764
875.000
2.412.967
98.531
659.000
812.228
X4 = luas lahan usahatani kacang tanah
489.658
852.000
906.461
X5 = luas lahan usahatani kopi
487.558
2.014.000
tak terhingga
X3 = luas lahan usahatani ubi kayu
Maksimum
Tabel 4. Hasil Analisis Sensitivitas Nilai Fungsi Kendala Kendala Tenaga Kerja Manusia Menurut Bulan
Minimum
Orisinal
Maksimum
1. Januari
34,38
34,90
53,21
2. Pebruari
28,21
34,90
35,72
3. Maret
29,56
34,90
35,75
4. April
34,00
34,90
tak terhingga
5. Mei
21,76
34,90
35,16
6. Juni
20,36
34,90
tak terhingga
7. Juli
28,99
34,90
tak terhingga
8. Agustus
31,93
34,90
tak terhingga
9. September
212
Batasan Nilai (OH)
28,32
34,90
tak terhingga
10. Oktober
32,04
34,90
tak terhingga
11. Nopember
34,67
34,90
tak terhingga
12. Desember
26,17
34,90
tak terhingga
JRL. Vol. 6 No. 2, Juli 2010 : 207 - 214
Dalam hal ini pengusahaan padi ladang menjadi tidak layak bila nilai produksi ratarata dari usahatani padi ladang sebesar kurang dari Rp. 834.764,-/ha. Dalam kasus dimana pengusahaan tanaman padi ladang mampu memberikan pendapatan melebihi nilai maksimum, dalam hal ini bila lebih dari Rp. 2.412.967,-/ha (dengan catatan usahatani lainnya adalah tetap), maka perlu dilakukan perluasan usaha yang secara signifikan akan mampu meningkatkan pendapatan petani. b.
Analisis Sensitivitas Terhadap Fungsi Kendala (Constraint Function) Dari penggunaan tenaga kerja yang telah diuraian di muka, pada bulan Januari, Pebruari, Maret, dan Mei, merupakan bulanbulan sibuk dalam menyerap tenaga kerja. Pada bulan-bulan tersebut merupakan saat kritis dimana ketersediaan tenaga kerja merupakan kendala yang sangat berarti dalam usahatani. Ini berarti bahwa pada bulan-bulan tersebut ketersediaan tenaga kerja harus dipenuhi agar kegiatan usahatani secara intensif untuk memperoleh pendapatan yang tertinggi dapat dicapai. Pada bulan Januari, adanya penambahan tenaga kerja manusia hingga lebih besar dari 53,21 OH akan mampu mening-katkan luas garapan secara intensif dan pendapatan usahatani secara signifikan. Demikian pula pada bulan Pebruari, Maret, dan Mei, penambahan tenaga kerja secara berturut turut hingga melebihi 35,72 OH, 35,75 OH, dan 35,16 OH akan mampu meningkatkan luas garapan secara intensif dan pendapatan usahatani. Namun, diluar bulan-bulan sibuk tersebut adanya penambahan tenaga kerja manusia sampai tak terhingga pun tidak akan meningkatkan pendapatan petani. 4.
Kesimpulan dan Saran
khusus sebagai suatu strategi untuk mengatasi kendala lahan. Salah satu alternatif upaya adalah melalui penerapan Model Optimasi menggunakan teknik Pemrograman Linier (Linear Programming) guna mencapai pendapatan petani yang optimal. Pengelolaan usahatani yang dilakukan baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan di daerah transmigrasi KuroTidur, Bengkulu menunjukkan masih belum optimal. Hal ini tercermin pada ratarata rendahnya tingkat pendapatan petani yang hanya mencapai Rp. 1.768.077,-/KK/ th. Dengan pengelolaan usahatani yang lebih baik, tingkat pendapatan petani dapat meningkat menjadi Rp. 2.279.217,-/KK/th atau meningkat sebesar Rp. 511.140,-/KK/ th atau sebesar 28,9 %. Rata-rata kemampuan setiap KK petani untuk menggarap lahannya secara intensif adalah 1,420 ha atau sekitar 81 % dari jatah luas lahan garapannya. Dengan pengelolaan yang intensif, luas lahan garapan menurut jenis komoditas yang mampu memberikan penghasilan yang paling tinggi adalah: (a). luas lahan usahatani tanaman padi sawah = 0,261 ha, (b). luas lahan usahatani tanaman padi ladang = 0,188 ha, (c). luas lahan usahatani tanaman ubi kayu = 0,120 ha, (d). luas lahan usahatani tanaman kacang tanah = 0,101 ha, dan (e). luas lahan usahatani tanaman kopi = 0,750 ha. Dari hasil analisis model optimasi usahatani, menunjukkan bahwa kondisi paling kritis akan kebutuhan tenaga kerja terjadi pada bulan Maret. Pada kondisi paling kritis tersebut, adanya pengurangan tenaga kerja sebesar satu OH akan mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar Rp. 12.618,per hari.
4.1 Kesimpulan 4.2 Saran Kondisi lahan di Daerah Transmigrasi Kuro Tidur, Bengkulu menunjukkan kurang subur, sehingga diperlukan suatu upaya
Dari uraian tersebut jelas bahwa kendala utama yang dihadapi dalam
213Analisis Daya Dukung Lahan...(Daru Mulyono)
pengembangan pertanian di daerah transmigrasi Kuro Tidur selain kondisi lahan yang kurang subur juga ketersediaan tenaga kerja. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan usaha penerapan teknologi tepat, khususnya dalam pengolahan lahan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Penerapan teknologi tepat dalam hal ini dilakukan seperti penggunaan traktor tangan yang dapat menghemat penggunaan tenaga kerja manusia. Penggunaan traktor tangan ini dapat dilakukan melalui sistem persewaan yang diusahakan oleh wiraswastawan dengan dukungan dari Pemerintah Daerah/ Dinas Pertanian setempat. Penggunaan traktor tangan ini merupakan suatu jalan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja, sehingga jatah lahan garapan yang diberikan selama ini akan dapat digarap seluruhnya secara intensif, yang akhirnya akan membawa peningkatan pendapatan petani. Daftar Pustaka 1. Anonim. 1983. Gagasan Menuju Terciptanya Citra Sistem Pertanian Yang Tangguh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta. 2. ---------------- 1988. Monitoring and Improving Agrilime Use in Transmigration Area (continuation). Cooperation between PSP2DT Direktorat Jenderal P e r t a n i a n Ta n a m a n P a n g a n , Departemen Pertanian dan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
214
3. Barizi. 1979. Teknik Perencanaan Linear Untuk Penyusunan Rencana di Bidang Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (IPB). Bogor. 4. Hadisasmito R dan Hadiono. 1984. Pengembangan Tanaman Pangan Melalui Program Transmigrasi. Makalah Disampaikan Pada Seminar Pulang Kandang, Alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 5. Indrawati G., 1988. Optimasi Pola Tanam di Lahan Kering Yang Telah Dikapur. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (IPB). Bogor. 6. Mubyarto. 1980. Pembinaan dan Pengembangan Ekonomi Daerah Transmigrasi dan Kaitannya Dengan Ekonomi Wilayah. Seminar Pemantapan Usaha-usaha Pembangunan di Daerah Transmigrasi. 7. Silvanita M., 1988. Analisa Pola Tanam Optimal di Lahan Kering. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 8. Subyanto., 1986. Pemanfaatan Tenaga Kerja Pertanian di Daerah Transmigrasi, Kasus Daerah Transmigrasi Kuro Tidur, Bengkulu Utara. Laporan Penelitian, Deputi Bidang Analisa Sistem, BPP Teknologi. Jakarta. 9. Wiryokusumo H., 1989. Mencari Lintasan Pertumbuhan Optimal Bagi Usahatani Lahan Kering Transmigran. Studi Kasus di Permukiman Baturaja, Martapura, Sumatera Selatan. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Desertasi, tidak dipublikasikan).
JRL. Vol. 6 No. 2, Juli 2010 : 207 - 214