ANALISIS BAHAYA DAN KAJIAN RISIKO KERJA PADA LAB SAVORY IFF – PT ESSENCE INDONESIA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan
Oleh: WILLIAM KRISTIANDI 14.I1.0094
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017
ANALISIS BAHAYA DAN KAJIAN RISIKO KERJA PADA LAB SAVORY IFF – PT ESSENCE INDONESIA Oleh: William Kristiandi NIM: 14.I1.0094 Program Studi: Teknologi Pangan Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji pada tanggal: 7 Juni 2017
Semarang, 12Juli 2017
Comment [DNH1]: Disesuaikan dengan tanggal pengumpulan berkas akhir laporan KP
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata
Pembimbing Lapangan
Pembimbing Akademik
Alexander Hahn
Dea N. Hendryanti, S. TP
Dekan
Dr.V. Kristina Ananingsih, S. T., MSc
i
Comment [DNH2]: Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya penulis akhirnya dapat menyelesaikan laporan kerja praktek, yang berjudul “Analisis Bahayadan KajianRisiko Kerjapada Lab Savory PT International FlavorsFragrances (INDONESIA)”.Kerja Praktek dan Laporan Kerja Praktek ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi kelengkapan akademis yang bertujuan untuk mencapai program kesarjanaan strata satu (S1) program studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Kerja Praktek ini dilaksanakan selain untuk menambah wawasan dan pengalaman kerja, juga bertujuan untuk melengkapi pengetahuan dengan penerapan ilmu yang telah diterima secara langsung dalam perkuliahan. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelasaikan laporan kerja praktek ini baik secara langsung maupun tidak langsung, khususnya kepada: 1.
Dr. V. Kristina Ananingsih, S. T., MSc selaku Dekan Fakultas
Comment [DNH3]: Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc.
Teknologi Pertanian 2.
Dea N. Hendryanti, S. TP selaku pembimbing akademik.
3.
Alexander Hann selaku pembimbing lapangan
4.
Rosana Hardjosasmito selaku pembimbing lapangan.
5.
Purnama Sari selaku pembimbing lapangan.
Selain itu juga, kepada teman-teman yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian laporankerja praktek ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik.Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran, dan usul guna penyempurnaan laporan kerja praktek ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
ii
Comment [DNH4]: Sebaiknya ditambahkan juga untuk Dekan Fakultas Teknologi Pertanian.
Semarang, 12Juli 2017
Penulis
iii
Comment [DNH5]: Disesuaikan dengan tanggal pengumpulan berkas final K
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ……….………......……………………………….………..i KATA PENGANTAR ……………….......…………………….....................…………..ii DAFTAR ISI ……………………..............………..………..……………..…………...iii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………....vi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………..vii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………………viii 1.
2.
3.
4.
5.
6.
PENDAHULUAN..................................................................................................... 1 1.1.
Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2.
Tujuan ................................................................................................................ 1
Profil perusahaan ....................................................................................................... 2 2.1.
Sejarah Perusahaan ............................................................................................ 2
2.2.
Visi dan Misi Perusahaan .................................................................................. 2
2.3.
Sertifikasi Perusahaan ........................................................................................ 3
2.4.
Produk ................................................................................................................ 4
Proyek penelitian ....................................................................................................... 5 3.1.
Gambaran Umum Penelitian .............................................................................. 5
3.2.
Definisi dari Beberapa Istilah dalam HIRA ....................................................... 5
3.3.
Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 5
Metodologi Penelitian ............................................................................................. 10 4.1.
Prosedur Identifikasi Bahaya dan Penilian Risiko dan Pengendalian ............. 10
4.2.
Petunjuk Pengisian Tabel HIRA ...................................................................... 10
HASIL ANALISIS BAHAYA DAN KAJIAN RISIKO KERja ............................ 15 5.1.
Hasil Analisis Risiko Crative Lab ................................................................... 15
5.2.
Hasil Analisis Risiko Lab Application Savory ................................................ 23
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 32 iv
7.
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 38 7.1.
Kesimpulan ...................................................................................................... 38
7.2.
Saran ................................................................................................................ 38
8.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 39
9.
lAMPIRAN ............................................................................................................. 40
v
DAFTAR TABEL Tabel 1. Nilai Kemungkinan .......................................................................................... 11 Tabel 2. Nilai Keparahan (S) .......................................................................................... 12 Tabel 3. Kategori Risiko (Level) .................................................................................... 13 Tabel 4. Tabel HIRA Creative Lab ................................................................................ 15
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Grafik Jumlah Potensi Bahaya Sebelum dan Sesudah Pengendalian di Lab Creative Savory .............................................................................................................. 22 Gambar 2. . Grafik Jumlah Potensi Bahaya Sebelum dan Sesudah Pengendalian di Lab Application Savory ......................................................................................................... 31
vii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 (1/2) ................................................. 40 Lampiran 2. SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 (2/2) ................................................. 41 Lampiran 3 ISO 14001:2004 :4.3.1 ................................................................................ 42 Lampiran 4. OHSAS 18001:2007 : 4.3.1 (1/2) .............................................................. 43 Lampiran 5. OHSAS 18001:2007 : 4.3.1 (2/2) .............................................................. 44
viii
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia yang sudah semakin maju dan berkembang saat ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat.Dengan perkembangan teknologi yang cepat, masyarakat dituntut untuk menyesuaikan diri serta mengembangkan pengetahuannya mengenai teknologi. Sebagai
mahasiswa
Program
Studi
Teknologi
Pangan
Universitas
Katolik
Soegijapranata Semarang, mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas terhadap teknologi dan globalisasi terutama dalam ilmu teknologi seputar bidang pangan. Untuk memenuhi tuntuntan tersebut maka diadakan program Kerja Praktek (KP). KP sendiri merupakan mata kuliah dalam Program Studi Teknologi Pangan yang dilakukan pada semester V / VI selama minimal 20 hari kerja. Dengan KP ini, mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
diharapkan
dapat menerapkan segala teori dasar yang telah diperoleh selama perkuliahan, serta mampu mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja nantinya. 1.2. Tujuan Dalam program kerja praktek ini memiliki beberapa tujuan-tujuan yang ingin dicapai.Yang pertama adalah untuk menerapkan teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan.Yang kedua juga untuk menambah wawasan baik dalam perencanaan, aktivitas maupun pengendalian dalam industri pangan.Dalam menjalani program KP mendapatkan gambaran dan belajar mengenali dunia kerja.Diharapkan pula dalam dapat berlatih untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut.
1
2. PROFIL PERUSAHAAN P.T. IFF adalah salah satu perusahan terbaik dalam inovasi dan produksi dari flavor dan fragrances yang telah digunakan oleh bermacam-macam produk yang berada di pasaran, mulai dari fragrances murni dan pengarum ruangan, hingga sabun mandi dan cuci serta macam produk. Hingga tahun 2016 tercatat pada posisi ketiga dalam sepuluh besar industri
flavor
dunia
menurut
leffingwell
&
associates(http://www.leffingwell.com/top_10.htm). P.T. IFF berpusat di New York City dengan total 30 cabang perusahaan yang tersebar di seluruh dunia mulai dari sales, produksi dan fasilitas pengembangan dan penelitian.Perusahaan ini telah berdiri sejak 1909 dan sekarang mempunyai pekerja lebih dari 6800 orang.Untuk di Indonesia total karyawan berjumlah 270 orang dengan jam kerja 40 jam per minggu (8 jam per hari). Perusahaan ini juga telah tarcatat dalam New York Stock Exchange serta anggota dari S&P 500 Index, Global Flavor and Fragrance Company, Creator of Innovative Flavor and Fragrance Solutions. 2.1. Sejarah Perusahaan P.T. International Flavors and Fragrances yang berlokasi pada jalan Oto Iskandardinata No. 74, Jakarta – Indonesia ini pertama kali dibuka pada 30 Maret 1955 dengan nama NV Essence Indonesia. Pada tahun 1964 perusahaan NV Essence Indonesia kemudian di nasionalisasi oleh pemerintah Jakarta dengan nama PD. Gandarasa Jaya. Kemudian 4 tahun beselang pada tahun 1968 perusahan dikembalikan ke pemilik semula Polak & Schwarz yang selanjutnya diambil alih oleh IFF hingga kini. Hingga saat ini perusahaan ini memiliki bagian produksi seperti Liquid Compounding Plant, Powder Plant, Emulsions, Spray Dry. 2.2. Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan International Flavors and Fragrences(PT Essence Indonesia) memiliki visi : “We are the catalyst for discoveries that spark the senses and transform the everyday”. Atau yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Kami adalah katalisator untuk penemuan yang memicu indra dan mengubah kehidupan sehari-hari”
2
3
Dari visi perusahaan diata kemudian dikembangkan menjadi sebuah misi.Misi dari perusahaan ini adalah “Memanfaatkan sumber daya global dalam kreasi, inovasi teknologi, riset konsumen, sensori dan manufaktur sehingga diperoleh sistem flavor dan fragrance yang lebih disuka konsumen”.Melalui misi ini diharapkan perusahaan dapat memecahkan masalah yang tepat guna bagi sasarannya serta terus menumbuhkan hasil yang bermanfaat tinggi bagi para pemegang sahamnya. Untuk mempertahankan dan menjamin mutu yang baik maka dibuatlah kebijakankebijakan mutu. Kebijakan mutu ini dibuat sebagai tekad dalam mempertahakan dan terus mengembangkan sebagai perusahaan utama dalam bidangbidang flavor dan fragrance di Indonesia dan Asia Pasifik. Adapun kebijkan-kebijakan tersebut meliputi: -
Memberikan barang dan jasa yang bermutu secara konsisten sehingga memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.
-
Meningkatkan kerjasama dengan para pelanggan dan pemasok
-
Mengupayakan
partisipasi
karyawan
dalam
mencapai
tujuan,
dengan
menyediakan sarana, proses, dan suasana kerja yang layak dan sesuai, agar dapat mendorong kreativitas dan inovasi untuk secara terus-menerus memperbaiki sistem di perusahaan. -
Menjaga komitmen mutu, dengan memastikan bahwa sistem mutu perusahaan memenuhi persyaratan ISO 9002 di Indonesia.
2.3. Sertifikasi Perusahaan IFF – PT Essence Indonesia Jakarta telah memperoleh berbagai sertifikat yang menunjukkan kualitas dari sistem pengawasan mutu. Sertifikat yang telah diperoleh antara lain : Dinyatakan beroperasi sebagai sistem manajemen lingkungan yang telah sesuai dengan ketentuan ISO 14001 : 2004 melingkupi manufaktur flavor dan penjualan, pemasaran, pengembangan produk, distribusi flavors dan fragrances. Dinyatakan beroperasi sebagai sistem manajemen keamanan dan kesehatan pekerja yang telah sesuai dengan ketentuan OHSAS 18001 : 2007, melingkupi
4
manufaktur flavor dan penjualan, pemasaran, pengembangan produk, distribusi flavors dan fragrances. Dinyatakan beroperasi sebagai sistem manajemen kualitas yang telah sesuai dengan ketentuan ISO 9001 : 2008 yang melingkupi manufaktur flavor dan penjualan, pemasaran, pengembangan produk, distribusi flavors dan fragrances. Dinyatakan beroperasi sebagai sistem manajemen keamanan pangan yang telah sesuai dengan ketentuan FSSC 22000, yaitu susunan sertifikasi sistem keamanan pangan, termasuk ISO 22000:2005, ISO 22002-1:2009 dan persyaratan tambahan dari FSSC 22000. LPPOM – MUI : menyatakan kehalalan produk dan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi flavor (perasa, perasa daging sapi, perasa buah-buahan dan ekstrak bumbu, perasa ikan, perasa rokok dan emulsi). Penghargaan dari Indonesia Council of Ulama – The Assessment Institute for foods, Drugs and Cosmetics yang menyatakan PT Essence Indonesia memiliki mutu tinggi dalam mencapai sertifikat halal pada kategori flavor house. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) yang menunjukkan analisis pengawasan batas kritis bahaya. 2.4. Produk Produk-produk yang dihasilkan terbagi dalam dua kategori yaitu produk flavor dan produk fragrance.Pada produk-produk flavor yang dijual ditargetkan kepada perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang akan digunakan dalam produkproduk mereka. Mulai dari minuman karbonasi, permen, susu, minuman serbuk, hingga ke produk makanan seperti biscuit, snack, dan lain-lain.Pada produk fragrance umumnya ditargetkan pada perusahaan yang memproduksi produk-produk kebutuhan konsumen seperti sabun, parfum, ditergen, pengharum ruangan dan produk-produk kecantikan.
3. PROYEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Penelitian Dalam penilitian ini memiliki tujuan untuk pengelolaan risiko keamaan dan keselamatan secara administratif. Adapun cara yang dilakukan dengan mengidentifikasi bahaya dari setiap kegiatan pada creative dan application Lab, menganalisa potensi risiko, dan yang terakhir menenntukan pengendalian yang diperlukan untuk memperkecil risiko. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan tabel Hazard Analysis and Risk Assement atau yang disingkat sebagai HIRA. Prosedur, analisis, serta penentuan pengendalian yang akan dilakukan mengacu pada standar ISO 14001:2004 :4.3.1, OHSAS 18001:2007 : 4.3.1, dan SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 untuk standar lokal. 3.2. Definisi dari Beberapa Istilah dalam HIRA
3.3. Tinjauan Pustaka Hazard Identification and Risk Analysis (HIRA) atau Analisis Bahayadan KajianRisiko Kerja adalah sebuah metode untuk mengelola keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia yang dimiliki. Dibutuhkannya sistem atau metode pengelolaan ini sangat dibutuhkan dikarenakan sebuah kecelakaan kerja kuat kaitannya dengan kesalahan manusia atau ”human error”. Terdapat dua pandangan mengenai ”human error” yaitu pandangan lama dan pandangan baru. Pandangan pertama berpendapat bahwa kecelakaan sepenuhnya terjadi karena kesalahan manusia itu sendiri. Untuk menjelaskan kecelakaan yang terjadi maka investigasi harus dilakukan dengan mencari titik kesalahannya seperti mencari kesalahan manusia pada pengukuran yang tidak akurat, kesalahan pengambilan keputusan ataupun kesalahan penilaian. Pandangan kedua atau pandangan baru dimana kesalahan manusia berada bukan pada manusia tetapi lebih dalam berada dalam sistem yang ada. Untuk dapat menjelaskan sebuah kecelakaan atau kesalahan bukan dengan mencari dimana letak kesalahan seseorang, melainkan mencari bagaimana suatu pengukuran dilakukan dan tindakan atau kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada waktu itu dengan mempertimbangkan keadaan disekitarnya. Hal inilah yang memperkuat dibutuhkannya sebuah panduan atau standar dari setiap kegiatan atau pekerjaan yang dilkakukan (Dekker & Dekker, 2006).
5
6
Untuk mengendalikan bahaya dan potensi-potensinya maka diperlukanlah identifikasi bahaya dan analisis risiko dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam setiap aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan.Secara teoritikal, analisis bahaya (Risk analysis) adalah penggunaan sistematis dari informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi bahaya dan memperkirakan dampak bahaya tersebut terhadap individu atau manusia, property, ataupun lingkungan. Terdapat tiga tahap utama dalam analisis bahaya yaitu yang terdiri dari: a. Identifikasi potensi bahaya b. Analisa frekuensi kejadian terjadi c. Analisa konsekuensi dari bahaya(Rausand, 2011). Dalam menentukan standar analisa bahaya digunakanlah standar internasional yaitu ISO 1401: 2004: 4.3.1 yang didalamnya ditetapkan 2 hal utama untuk perencaan manjemen untuk lingkungan kerja. Dalam menjalankan kegiatan manejemen keselamatan kerja pihak perusahaan harus membentuk, mengimplementasikan dan menjaga prosudeur yaitu yang pertama untuk mengidentifikasi aspek lingkungan dari aktivitas, produk, dan jasa didalam sebuah sistem manejmen lingkungan kerja yang dapat di control dan dapat mempengaruh Bahwa hal itu dapat mempengaruhi perkembangan atau perubahan rencana, atau aktivitas, produk dan layanan. Yang kedua untuk menentukan aspek yang memiliki atau dapat berdampak secara signifikan terhadap lingkungan.Kemudian dari kedua hal tersebut harus selalu diperbarui data serta perkembangannya.Terakhir perusahaan haruslah memastikan bahwa aspek lingkungan secara signifikan diperhitungkan dalam membangun, menerapkan dan memelihara sistem pengelolaan lingkungannya.(“Environmental management systems — Requirements with guidance for use,” 2004) Secara lebih runtut mengenai perencanaan identifikasi bahaya, pengendalianya serta menentukan kontrol dijelaskan lebih rinci dalam standar OHSAS 18001:2007 : 4.3.1. Didalam peraturan yang dijadikan dasar pengelolaan ini terdapat beberapa hal yang dijelaskan secara rinci yaitu prosedur pelaksanaan HIRA dan metodelogi yang harus dilakukan. Dalam melaksanakan HIRA ada beberapa prosedur yang harus diperhitungkan seperti: a. Menentukan aktivitas sebagai rutin dan tidak rutin
7
b. Menentukan apakah kegiatan atau aktivitas dapat diakses oleh semua orang c. Perilaku manusia atau pekerja, kemampuanya serta faktor-faktor manusia lainnya d. Mengidentifikasi bahaya yang bisa terjadi diluar kemampuan tempat kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan dari seseorang yang bekerja disana e. Bahaya yang tercipta didalam lingkungan kerja yang disebabkan oleh sebuah aktivitas pekerjaan yang masih dibawah kontrol perusahaan. Lebih baik lagi apabila bahaya yang dapat timbul ini dikaji lebih didalam aspek lingkungan f. Infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, baik yang disediakan perusahaan maupun disediakan pihak luar g. Perubahan ataupun rencana perubahan didalam perusahaan, aktivitasnya, atau berupa material h. Modifikasi pada sistem manajemen OH&S, termaksud perubahan temporer, dan dampaknya terhadap kegiatan kerja, proses, serta aktivitas i. Kewajiban hukum yang berlaku terkait dengan penilaian risiko dan pelaksanaan kontrol yang perlu dilakukan j. Design dari area kerja, proses, instalasi, mesin dan peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja, termaksud kemampuan mereka dalam adaptasi terhadap kemampuan sumber daya manusianya Didalam melaksanakan HIRA, tedapat sebuah metodelogi dimana perusahaan harus: a. Didefinisikan sehubungan dengan ruang lingkup, alam, dan waktu yang tepat untuk melaksanakannya dimana sikap yang baik harus lebih proaktif daripada reaktif b. Memberikan perlakuan yang sewajarnya terhadap identifikasi, prioritasi, dan dokumentasi dari bahya serta aplikasi pengontrolan Untuk pengelolaan perubahan, organisasi harus mengidentifikasi bahaya dan risiko OH&S yang terkait dengan perubahan dalam pengaturan, sistem manajemen OH&S, atau kegiatannya, sebelum pengenalan perubahan tersebut. Setelah dilakukanya identifikasi dan metodeloginya, perusahaan harus menetapkan kontrol dari hasil analisa ini. Dalam menentukan kontrol atau merencanakan sebuah perubahan dari kontrol yang ada perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko sesuai dengan hirarki atau prioritas sebagai berikut:
8
a. Eliminasi b. Subtitusi c. Kontrol secara teknis d. Peringatan/tanda bahaya dan atau tindakan administrative lainnya e. Perlengkapan perlindungan diri (“Occupational
health
and
safety
management
systems
–
Requirements
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ASSESSMENT SERIES,” 2007) Dalam perarutran SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 menjelaskan tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dimana dalam peraturan ini berisi persyaratan atau kepada siapa peraturan ini mengikat serta hal apa saja yang wajib dijalankan dalam program SMK3. Secara lebih jelasnya ada 5 hal yang harus dijalankan sebagai bagian dari SMK3 yaitu: a. Penetapan Kebijakan K3 b. Perencanaan K3 c. Pelaksanaan Rencana K3 d. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 e. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 (Pemerintah Republik Indonesia., 2012) Adapun beberapa istilah yang akan ditemukan beserta artinya adalah sebagai berikut: a. K3L
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja
b. Bahaya
: Sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi mencelakakan
kepada manusia atau sakti penyakit atau kombinasi dari semuanya ataupun berbahaya terhadap pencemaran lingkungan hidup. c. Risiko
: Kombinasi dari kemungkinan terjadinya suatu keadaan
bahaya/aspek atau paparan dan konsekuensi kecelakaan, sakit penyakit atau pencemaran lingkungan hidup yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. d. Penilaian Risiko: Proses evaluasi resiko dari suatu bahaya dengan melihat kecukupan pengendalian yang ada saat ini, dan memutuskan apakah resiko dapat diterima atau tidak.
9
e. K3L
: Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja
f. Bahaya
: Sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi mencelakakan
kepada manusia atau sakti penyakit atau kombinasi dari semuanya ataupun berbahaya terhadap pencemaran lingkungan hidup. g. Risiko
: Kombinasi dari kemungkinan terjadinya suatu keadaan
bahaya/aspek atau paparan dan konsekuensi kecelakaan, sakit penyakit atau pencemaran lingkungan hidup yang dapat disebabkan oleh kejadian atau paparan tersebut. h. Penilaian Risiko: Proses evaluasi resiko dari suatu bahaya dengan melihat kecukupan pengendalian yang ada saat ini, dan memutuskan apakah resiko dapat diterima atau tidak. i. B3: Bahan Berbahata dan Beracun
10
4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Prosedur Identifikasi Bahaya dan Penilian Risiko dan Pengendalian 1) Identifikasi bahaya pada semua proses, produk, dan jasa di setiap kegiatan kerja. Hal tersebut meliputi: a) Penentuan sumber bahaya, tindakan bahaya atau kondisi bahaya. b) Penentuan potensi bahaya, risiko atau sakut penyakit. c) Penentuan kondisi kegiatan yang dilakukan apakah rutin, non-rutin atau dalam kondisi emergency. d) Penentuan dampak dari resiko apakah kepada kesehatan (Health), keselamatan kerja (Safety), atau kepada lingkungan (Enviroment) 2) Melakukan penilaian resiko untuk Likelihood, Severity, RFN. 3) Tentukan pengendalian yang dilakukan untuk menurunkan nilai RFN. 4) Tentukan resiko sisa berdasarkan pengendalian yang telah dilakukan meliputi Likelihood, Severity, RFN. 5) Tentukan tingkat resiko berdasarkan skala yang telah ditetapkan 6) Review hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian dari risiko apabila telah sesuai dengan kriteria atau hasil penilaian berada dibawah tingkat III (moderate). Apabila telah sesuai dengan kriteria lanjutkan ke tahap 7. Apabila belum sesuai dengan kriteria yang ada ulangi tahap 3 dengna meninjau ulang pengendalian risiko. 7) Jalankan pengendalian risiko yang telah ditetapkan. 8) Periksa dan tinjau kembali efektifitas risiko. 9) Tambahkan catatan dari kejadian dilapangan. 4.2. Petunjuk Pengisian Tabel HIRA 1) No: isi dengan nomor urut dengan kode area 2) Proses, produk, dan jasa: isi dengan aktifitas pekerjaan, dapat berupa aktifitas, produk, dan jasa. 3) H/S/E: diisi dengan faktor yang menjadi akibat dari risiko yaitu H untuk kesehatan (Health), S untuk keselamatan (Safety), atau E untuk lingkungan (Enviroment). 4) Kondisi: diisi dengan kondisi dari aktifitas produk dan jasa diantaranya •
R- Rutin (K3): bahaya yang actual terjadi atau potensi terjadi akbit adanya aktifitas, produk dan jasa yang rutin dilakukan.
11
•
NR- Non-Rutin (K3): bahaya yang actual terjadi atau potensi terjadi akbit adanya aktifitas, produk dan jasa yang tidak rutin dilakukan atau aktifitas yang tidak biasa atau sesekali dilakukan.
•
N- Normal (L): aspek yang biasa timbul akibat adanya aktifitas, produk, dan jasa yang dilakukan.
•
AN- Abnormal (L): aspek yang tidak biasa timbul akibat adanya aktifitas produk dan jasa.
•
Kondisi emergency atau keadaan darurat (K3L): bahaya actual atau berpotensi terjadi di luar aktifitas rutin, tidak rutin, normal, dan abnormal yang menimbulkan resiko dan berdampak fatal terhadap manusia, bangunan dan lingkungan, contoh : kebakaran, ledakan, banjir, gempa, keracunan, kecelakaan, pencemaran, dan kebocoran gas.
5) Potensi/Aktua Dampak-Risiko: diisi dengan akibat atau dampak dari timbulnya aspekbahaya actual ataupun potensi risiko yang ditimbulkan baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 6) Likelihood (kemungkinan): diisi dengan kemungkinan terjadinya aspek bahaya dengan berdasarkan kriteria pada tabel 1. Nilai Kemunkinan. Tabel 1. Nilai Kemungkinan Nilai Kemunkinan
Keterangan
1
Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu
Rare/Jarang Sekali
kondisi khusus/luar biasa dalam rentang waktu lebih dari 1 bulan 2
Unlikely/Kecil
Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa
Kemunkinannya
kondisi tertentu dalam rentang waktu setiap bulan
3
Moderate/Sedang
Suatu kejadian yang mungkin terjadi setiap hari
4
Likely/Mungkin
Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada semua
Terjadi
kondisi dalam rentang waktu setiap 4 jam
12
5
Almost Certain/Hampir Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada semua Pasti
kondisi setiap jam
7) Severity (Keparahan): diisi dengan nilai tingkat keparahan yang dapat dilihat dari tabel 2. Nilai Keparahan
Tabel 2. Nilai Keparahan (S) Nilai Keparahan 1
2
Cidera Pada Manusia (CM)
Negligible/ Tidak Tidak ada cidera, tidak ada pencemaran, kerugian Signifikan
material sangat kecil
Minor/ Minor
Memerlukan perwatan P3K, on-site release langsung dapat ditangani, pencemaran segera dapat ditangani, kerugian material sedang
3
Moderate/ Sedang
Memerlukan perawatan medis (klinik dan bantuan luar), on site release dapat ditangani dengan bantuan pihak luar, pencemaran terjadi dan memerlukan bantuan, kerugian material cukup besar
4
Critical/ Mayor
Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh sebagian,
off-site
release
tanpa
efek
merusak,
pencemran terjadi dan berdampak kepada lingkungan, kerugian material besar 5
Catastropic/
Menyebabkan cacat tetap total dan kematian, off-site
Bencana
release bahan toksik dan efeknya merusak, pencemaran terjadi dan meluas, kerugian material sangat besar
13
8) Tingkat Risiko Awal: Menentukan Tingkat Risiko Awal (RFN) dengan rumus RFN = nilai L x nilai S 9) Pengendalian yang ada saat ini (ECM): menentukan apakah perusahaan memiliki pengendalian untuk mengelola aspek K3L. 10) Risiko Sisa: menentukan apakah pengendalian yang ada saat ini (ECM) sudah efektif untuk pengendalian aspek K3L dengan penilain risiko kembali pada point 6(Likelihood/ Kemungkinan) dan point 7 (Severity/ Keparahan) dengan rumus RFN= LxS. 11) Pengendalian risiko atau tambahan pengendalian risiko: Menentukan kategori dan cara pengendalian yang diperlukan untuk menurunkan tingkat risiko yang dihasilkan. Pertimbangan hirarki pengendalian harus berada pada tingkat Kategori Risiko II yaitu Acceptable(risiko yang mampu ditanggung oleh perusahaan). Adapun kategori secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3. Kategori Risiko (Level). Tabel 3. Kategori Risiko (Level) Tingkat Kategori Jenis Risiko Risiko
Tindakan dan waktu yang dibutuhkan
Risiko
1 –4
I
Trivial
Tidak diperlukan tindakan.
5–7
II
Acceptable
Tidak diperlukankan tindakan tambahan. Memerlukan pemantauan untuk memastikan pengendalian yang ada dipelihara.
8 – 10
III
Moderate
Harus
melakukan
tindakan
untuk
menurunkan tingkat risiko. Pengukuran dan pengurangan risiko harus diterapkan dalam waktu tertentu (12 bulan). 11 - 16
IV
Significant
Harus
melakukan
tindakan
untuk
menurunkan tingkat risiko. Pengukuran dan pengurangan risiko harus diterapkan dalam waktu tertentu (6 bulan).
14
17 - 36
V
Unacceptable Pekerjaan tingkat
sebaiknya risiko
dilakukan
diturunkan.
sampai
Penggunaan
sumberdaya dapat dipertimbangkan untuk dialokasikan dalam menurunkan risiko. Bila risiko melibatkan pekerjaan yang sedang berlangsung, perlu diambil tindakan segera. Jika
risiko
tidak
mungkin
diturunkan
sekalipun dengan sumberdaya yang tidak terbatas, pekerjaan dihentikan dan tidak boleh dilakukan (dalam waktu 7 hari, minimum pengendalian
administrative
harus
dilakukan).
12) Jika masih terdapat resiko sisa >=”8” atau kategori resiko >= “III” atau “Moderate” maka diperlukan pengendalian adminitratif berupa Job Safety & Enviroment Analysis (JSEA). 13) Dari hasil pengendalian risiko maka dibuat Program Penerepan Pengendalian Risiko dan menilai efektivitas penerapan dan lakukan tinjauan apakah tingkat risiko/dampak dapat diturunkan. 14) Lakukan Risk Assement kembali.
5. HASIL ANALISIS BAHAYA DAN KAJIAN RISIKO KERJA 5.1. Hasil Analisis Risiko Crative Lab Tabel 4.Tabel HIRA Creative Lab
No.
1
Proses, Produk dan Jasa
Menimbang
Referen si WI
WI-CA03-FL
Sumber Bahaya, Tindakan Bahaya atau Kondisi Bahaya
E/ H/ S
Kabel terbuka
Potensi Bahaya
Potensi Risiko/Sakit Penyakit
Kondis i R,NR, E, AB
S
Listrik Statis
Tersetrum
Membersihkan Sisa Powder
H
Debu
Powder bertebangan
H
Bubuk Powder
Penilaian Risiko
Pengendalian yang dimiliki saat ini (jika ada)
Risiko Sisa
Remark
S
R F N
Level
L
AB
1
5
5
Acceptable
Acceptable
Gangguan Pernafasan
R
5
1
5
Acceptable
Acceptable
Powder
iritasi mata
R
5
1
5
Acceptable
Acceptable
H
Powder
Gangguan Pernafasan
R
5
1
5
Acceptable
Masker
1
1
1
Trivial
Terjadi Tumpahan cairan
S
Lantai Basah
Tergelincir
R
5
1
5
Acceptable
Lap, APD
1
1
1
Trivial
Cairan Tumpah
H
Paparan B3
Gangguan Pernafasan
R
5
1
5
Acceptable
Lap, APD
2
1
2
Trivial
Cairan Tumpah
H
Paparan B3
Iritasi Kulit
R
5
2
1 0
Moderate
APD
2
2
4
Trivial
15
L
S
R F N
Level
16
3
Pemanasan dengan Hotplate
WI-CA01-FL
4
Pengadukan dengan stirrer
Timbangan pada Bibir Meja
S
Timbanga n Terjatuh
Memar
AB
2
1
2
Trivial
Meletakan timbangan jauh dari bibir meja
1
1
1
Trivial
Bahan Berbau Keras
H
Gas Beracun
Ganguan Penafasan
NR
5
2
1 0
Moderate
Robot Fan, APD
1
2
2
Trivial
Kabel terbuka
S
Listrik Statis
Tersetrum
AB
1
5
5
Acceptable
Plate Panas tersentuh
H
Plate Panas
Luka Bakar Ringan
R
4
1
4
Trivial
Sarung Tangan, SOP
1
1
1
Trivial
Hot Plate Berada pada Ujung Meja
S
Hotplate Terjatuh
Memar
AB
2
1
2
Trivial
Meletakan hotplate jauh dari meja
1
1
1
Trivial
H
Cairan Panas
Luka Bakar Ringan
Trivial
Menutup gelas saat pemanasan, SOP, Sarung tangan
1
1
1
Trivial
Memutar Stirer Teralu Cepat
R
4
1
4
Acceptable
17
Tutup Blender Tidak Rapat
4
Homogenisasi dengan Blender
WI-CA08-FL
Kabel Membelit Benda Sekitar
Kabel Instalasi Listrik
H
Debu
S
Benda Terbelit Terjatuh
E
Arus Pendek
Gangguan Pernafasan
Tertimpa, Paparan
Kebakaran
AB
NR
E
5
5
4
1
5
Acceptable
Masker, Memastikan tutup sudah rapat sebelum memulai aktivitas
1
1
1
Trivial
1
2
2
Trivial
1
5
5
Acceptable
2
1 0
Moderate
Pengecekan kabel sebelum menggunakan, Melihat dan mengenali lingkungan sekitar area kerja
5
2 0
Unacceptab le
Pengecekan alat sebelum digunakan, Maintenance instalasi listrik
Menjauhkan bahan terutama yang berbahaya dari area sekitar kabel blender
18
5
H2S detector
R07 H2S Detector
Tingkat H2S Tinggi
E
Gas H2S
Gangguan Pernafasan
E
5
2
1 0
Moderate
Gas yang terbuang ke lingkungan
E
Gas Beracun
Pencemaran Udara
R
5
1
5
Acceptable
E
5
2
1 0
R
4
2
8
6
Lemari Asam
R01 Lemari Asam
Gas Beracun
H
Gas Beracun
Gangguan pernafasan, Pencemaran udara di lingkungan kerja
8
Homogenisasi dengan Lab Mixer
WI-CA14-FL
Mengangkat Bahan Sebelum Mixer Berhenti Beroperasi
H/ S
Paparan B3
Paparan Bahan, Tumpahan
Saluran Pembuangan harus dijaga agar berjalan dengan baik, Penggunaan ruang asam
2
2
4
Trivial
Acceptable
Moderate
Maintenance saluran pembuangan udara agar dapat mengeluarkan gas beracun dengan baik, APD
2
2
4
Trivial
Moderate
Mematikan mixer sebelum menjauhkan wadah mixing.
1
2
2
Trivial
19
9
Menambahkan Bahan Pengadukan Padatan
WI-CA02-FL
Posisi Head Mixer Teralu Rendah
H/ S
Head Mixer Menyentu h Wadah dan Pecah
Paparan Bahan, Tumpahan, dan Pecahan Kaca
Posisi Head Mixer Teralu Tinggi
H/ S
Paparan B3
Paparan Bahan, Tumpahan
R
4
2
Menambahkan Bahan dengan Tangan langsung
H
Paparan B3
Iritasi Kulit
R
6
2
R
4
2
Moderate
Mengatur agar posisi head mixer tidak menyentuh dasar wadah
1
2
1
Trivial
8
Moderate
Mengatur agar posisi head mixer sepenuhnya terendam
1
2
2
Trivial
1 2
Significant
Penggunaan sarung tangan
1
1
1
Trivial
8
Trivial
Trivial
20
10
11
Pengadukan Larutan
Mengayak
WI-CA01-FL
Pengadukan dengan Bahan yang Teralu Banyak
WI-CA02-FL
S
Paparan B3
Iritasi Kulit
R
6
2
1 2
Significant
Penggunaan sarung tangan, Menyesuaikan wadah dengan banyaknya bahan agar memiliki ruang lebih
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
H
Debu
Gangguan Pernafasan
R
5
1
5
Acceptable
Masker, Memastikan mengayak di dekat saluran pembuangan udara
S
Genangan Air
Tergelincir
AB
4
1
4
Trivial
Maintenance, Lap
Debu Bertebangan 12
Refrigerator/Freezer
R02 Freezer
Freon Freezer/Refrige rator bocor
21
13
Menata/Mengambil Raw Material di Kulkas
R02 Freezer
Pengambilan Barang Berlebih
S
Bahan Terjatuh
Paparan B3, Genangan liquid, Tumpahan Powder
R
6
1
6
Acceptable
Tray untuk pengambilan beberapa barang sekaligus atau mengeluarkan tray raw material terlebih dahulu untuk pengambilan beberapa raw material bersamaan.
1
1
1
Trivial
22
Pada tabel diatas dapat dilihat secara lengkap hasil idintifikasi dan analisa risiko yang ada pada Lab Creative Savory. Dari hasil analisa risiko sebelum pengendalian terlihat penyimpulan data melalui kolom level yang beragam dengan data tertinggi pada Acceptable. Kemudian setelah diadakannya pengendalian nilai analisa menurun dan tidak ditemukanya kesimpulan data diatas kategori II atau Acceptable dengan dominasi data pada Trivial.Untuk mempermudah penampilan kesimpulan dapat dilihat pada figure. 1. Comment [DNH6]: Ubah warna untuk diagram batang ‘sesudah pengendalian’ supya lbh mudah dilihat
20
15
10
5
0 A
Gambar 1.Grafik Jumlah Potensi Bahaya Sebelum dan Sesudah Pengendalian di Lab Creative Savory
23
5.2. Hasil Analisis Risiko Lab Application Savory Table 1. Tabel HIRA Application Lab 9
1
2
Proses, Produk dan Jasa
Menimbang
Memasak dengan Kompor
Referensi WI
WI-CA03-FL
Sumber Bahaya, Tindakan Bahaya atau Kondisi Bahaya
E / H / S
Potensi Bahaya
Bubuk Powder
H
Powder
Cairan Tumpah
S
Lantai Licin
Potensi Risiko/ Sakit Penyak it Ganggu an Pernafa san Tergeli ncir
Kondisi R,NR,E, AB
Penilaian Risiko Level
L
S
RFN
Risiko Sisa
Remark Level
L
S
RFN
R
5
1
5
Acceptable
Masker
1
1
1
Trivial
R
5
1
5
Acceptable
Lap, APD
2
1
2
Trivial
1
1
1
Trivial
3
2
6
Accept able
1
1
1
Trivial
Timbangan di Ujung Meja
S
Terjatuh
Memar
AB
2
1
2
Trivial
Kompor
E
Kebakaran
Kebaka ran
E
5
3
15
Unaccepta ble
Memindahkan Masakan
S
Tertumpah
Luka Bakar Ringan
R
5
1
5
Significant
R03 Kompor
Pengendali an yang dimiliki saat ini (jika ada)
Sepatu safety, Menjauhka n posisi timbangan dari bibir meja Mematikan api etelah memasak, Instalasi pembuang an udara, Penyediaa n APAR APD
24
Sedang
3
4
Memasak dengan Deep Fryer
Memasak
WI-CA11-FL
R04 Saluran Pembuan gan Modena
Kebocoran Gas
E
Gas
Kebaka ran, Ledaka n
Penggorengan dengan Bahan Berkadar Air Tinggi
S
Paparan Minyak Panas
Luka Bakar Ringan
Asap
Ganggu an Pernafa san
Asap
Mata
Pengaturan Suhu yang Teralu Tinggi
Membuat Mie dengan Noodle Maker
R08 Noodle Maker
2
6
12
R
6
1
6
R
6
1
6
Acceptable
1
6
6
Accept able
Acceptable
SOP, APD
1
1
1
Trivial
Moderate
Mengatur suhu sesuai dengan resep
1
1
1
Trivial
Trivial
Trivial
Timbul Asap
E
Asap
Ganggu an Pernafa san
R
5
1
5
Moderate
Pengeceka n saluran pembunga n udara
1
1
1
Mesin
H
Terjepit
Memar
R
4
1
4
Trivial
SOP
3
1
3
Trivial
H
Aliran Listrik
Tersetr um
Mesin 5
H
E
Pengeceka nsaluran, Pelaporan bila tercium bau khas gas
Instalasi Listrik Mesin
E
Arus Pendek
Kebaka ran
R
E
4
3
5
5
20
15
Trivial
Significant
SOP, APD
1
5
5
Accept able
Acceptable
Maintenan ce saluran instalasi listrik, Mencabut aliran listrik
1
5
5
Accept able
Matikan semua alat yang dapat menimbulkan percikan api bila terjadi kebocoran
25
Mesin
6
7
Sealing
Oven
S
R05 Sealer
Instalasi Listrik Mesin
Terjepit
Luka Bakar Ringan
Aliran Listrik
Tersetr um
R
4
1
4
Trivial
1
1
1
Trivial
H
Aliran Listrik
Shock
NR
3
3
9
Acceptable
Memindahkan Tray
S
Tray Panas
Luka Bakar Ringan
R
2
1
2
Trivial
Mesin
H
Asap
Ganggu an Pernafa san
NR
4
2
8
Acceptable
WI-CA09-FL (revisi)
mesin apabila tidak digunakan SOP, Menyediak an ruang antara roller dengan tangan
Trivial
Trivial SOP, Maintenan ce pada instalasi alat SOP, Mengguna kan sarung tangan anti-panas SOP, Pengeceka n saluran pembuang an udara, Mengetahu i waktu yang dibutuhkan untuk memangga ng bahan
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
2
1
2
Trivial
26
8
9
10
Sterilisasi
Membuka Tutup Retort
Granulasi
WI-CA18-FL
WI-CA18-FL
R09 Granulat or
Retort
S
Panas
Membuka Tutup Retort yang Berat
S
Tutup Retort yang Berat, Retort yang Bergeser Berpotensi Terjatuh
Tabung Granulasi
H
Panas
Tabung Granulasi Terjatuh
E
Pecahan Kaca, Debu
Granule
H
Debu
Luka Bakar Ringan
R
4
1
4
Trivial
SOP Mengguna kan pengungkit seperti obeng untuk membuka celah dari tutup retort, Memastika n saat membuka posisi rertort jauh dari bibir meja, APD, SOP. SOP, Mengguna kan sarung tangan anti-panas
1
1
1
Trivial
2
2
4
Trivial
1
1
1
Trivial
Memar
NR
4
3
12
Acceptable
Luka Bakar Ringan
R
5
1
5
Acceptable
E
4
2
8
Acceptable
APD
3
1
3
Trivial
R
5
1
5
Acceptable
Masker
1
1
1
Trivial
Luka Gores, Tergeli ncir Ganggu an Pernafa san
27
11
Vacuum Sealing
(WI sama dengan di Bev.)
Mesin
Kabel Instalasi Listrik
12
13
14
Homogenisasi/Me nghaluskan
Mengambil Air dari Dispenser
Mixing
WI-CA08-FL
R10 Dispense r WI-CA15-FL
Tabung Blender Bocor/Terlepa s
H
E
H
Terjepit
Memar
R
4
1
4
Trivial
SOP
1
1
1
Trivial
1
5
5
Accept able
1
1
1
Trivial
Arus Pendek
Kebaka ran
E
4
5
20
Acceptable
Pengeceka n alat sebelum digunakan, Maintenan ce instalasi listrik
Tumpahan, Debu
Tergeli ncir, Ganggu an Pernafa san
AB
4
1
4
Trivial
SOP, APD, Masker
1
2
2
Trivial
Kabel Membelit Benda Sekitar
S
Benda Terbelit Terjatuh
Pengisian Berlebih
H
Tertumpah Air Panas
Tumpahan Air
S
Bahan Mixing
S
Genangan Air Bahan Teralu
Tertim pa, Papara n
Luka Bakar Ringan Tergeli ncir Terjatu h,
NR
5
2
10
Acceptable
Pengeceka n kabel sebelum mengguna kan, Melihat dan mengenali lingkungan sekitar area kerja
R
5
1
5
Moderate
SOP, APD
1
1
1
Trivial
AB
4
1
4
Trivial
Lap
1
1
1
Trivial
NR
3
1
3
Trivial
Membagi dalam
1
1
1
Trivial
Menjauhkan bahan terutama yang berbahaya dari area sekitar kabel blender
28
Memasukan Bahan yang akan Dipanaskan 16
17
18
Pemanasan dengan Waterbath
Slow Cooking
Rice Cooking
WI-CA12-FL
R06 Slow coocker, Rice cooker
R06 Slow coocker, Rice cooker
Air Teriisi dengan Jauh Melebihi Batas
H
S
Berat
Kesele o
Kontak dengan Air Panas
Luka Bakar Ringan
NR
3
1
3
Trivial
Air Tumpah saat Bahan dimasukan
Genang an Air, Papara n atau Kontak dengan Air Panas
NR
3
1
3
Trivial
R
4
1
4
Trivial
Membuka Slow Cooker
H
Uap Panas
Luka Bakar Ringan, Iritasi
Memindahkan Isi Slow Cooker
S
Kontak dengan Bidang Panas
Luka Bakar Ringan
R
3
1
3
Trivial
Uap Panas
Luka Bakar Ringan, Iritasi
R
4
1
4
Trivial
Membuka Rice Cooker
H
batch atau meminta bantuan pada sesama rekan kerja SOP, Sarung tangan anti-panas
SOP, Menjauhka n wajah dari benda saat akan membuka SOP, Mengguna kan sarung tangan anti-panas/ sodet SOP, Menjauhka n wajah dari benda saat akan
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
29
membuka
21
Pemanasan dengan Micorwave
Homogenisasi dengan Food Processor
WI-CA08-FL
23
Tumbler (mixing and coating)
WI-CA10-FL
25
Refrigerator/Freez er
Mengayak
S
Pemanasan dengan AlFoil
Plate Panas
H
Kontak Bidang Panas
Memasukan/ Mengeluarkan Bahan Sebelum Belati Berhenti Sempurna
H
Bidang Tajam
Drum
H
Tumpahan Oil Freon Freezer/Refrig erator bocor
R02 Freezer
WI-CA02-FL
Debu Bertebangan
Ledaka n, Kerusa kan Alat Luka Bakar Ringan, Terjatu h
AB
2
4
8
Significant
SOP
1
4
4
Trivial
R
4
1
4
Trivial
SOP, Sarung tangan anti-panas
1
1
1
Trivial
Luka Iris
R
3
1
3
Trivial
SOP
1
1
1
Trivial
Kontak/Pap aran Panas
Luka Bakar Ringan
R
4
1
4
Trivial
SOP, Sarung tangan
1
1
1
Trivial
S
Tergelincir
Memar
R
4
1
4
Trivial
SOP, Lap
1
1
1
Trivial
S
Genangan Air
Tergeli ncir
AB
4
1
4
Trivial
Maintenan ce, Lap
1
1
1
Trivial
Acceptable
Masker, Memastika n mengayak di dekat saluran pembuang an udara
1
1
1
Trivial
R11 Microwa ve
22
24
Gelombang Mikro
H
Debu
Ganggu an Pernafa san
R
5
1
5
Menghindari pemanasan menggunakan microwave dengan Al-foil
30
26
Mengambil Material
R02 Freezer
Pengambilan Barang Berlebih
Menambahkan Bahan dengan Tangan langsung
30
31
Menambahkan Bahan
Pengadukan
WI-CA03-FL
WI-CA03-FL
Menambahkan Bahan dengan Wajah yang didekatkan
Pengadukan dengan Bahan yang Teralu Banyak
Acceptable
Tray/troli untuk pengambil an beberapa barang sekaligus, pengambil an barang seperlunya
1
1
1
Trivial
Acceptable
Penggunaa n sarung tangan
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
1
1
1
Trivial
0
Trivial
S
Bahan Terjatuh
Papara n B3, Genang an liquid, Tumpa han Powder
H
Material yang Dapat Menimbulk an Iritasi
Iritasi Kulit
H
Terpercik ke Mata
Iritasi Mata, Ganggu an pengeli hatan
R
6
2
12
Acceptable
S
Material yang Dapat Menimbulk an Iritasi
Iritasi Kulit
R
6
2
12
Acceptable
S
Tumpahan Liquid
Lantai Licin
R
5
1
5
Acceptable
R
6
1
6
R
6
2
12
Menjauhka n wajah saat menambah kan bahan, penggunaa n safety google bila diperlukan. Penggunaa n sarung tangan, Menyesuai kan wadah dengan banyaknya bahan agar memiliki ruang lebih\
31
Pada tabel diatas dapat dilihat secara lengkap hasil idintifikasi dan analisa risiko yang ada pada Lab Application Savory. Dari hasil analisa risiko sebelum pengendalian terlihat penyimpulan data melalui kolom level yang beragam dengan data tertinggi oleh Trivial. Kemudian setelah diadakannya pengendalian nilai analisa menurun dan tidak ditemukanya kesimpulan data diatas kategori II atau Acceptable dengan dominasi data oleh level Trivial. Untuk mempermudah penampilan kesimpulan dapat dilihat pada figure. 2.
40 35 30 25 20 15 10 5 0
Gambar 2.. Grafik Jumlah Potensi Bahaya Sebelum dan Sesudah Pengendalian di Lab Application Savory
Comment [DNH7]: Ubah warna untuk diagram batang ‘sesudah pengendalian’ supya lbh mudah dilihat
6. PEMBAHASAN Dalam penyusunan tabel HIRA baik pada lab creative maupun pada lab applicationkeduanya telah memiliki prosedur kerja masing-masing alat yang ada di
Comment [DNH8]: italic
dalam lab.Hal ini sangat membantu didalam penyusunan list aktivitas, produk ataupun jasa yang ada selama dinamika di dalam kedua lab tersebut. Hanya pada beberapa alat baru yang belum memilki prosedur kerja karena sedang dalam proses pendataan administrative.Walaupun belum tersedianya prosedur kerja dari perusahaan, buku manual dari setiap alat tersimpan dengan baik begitupula dengan bimbingan secara lisan serta pengawasan dari pembimbing lapangan untuk alat-alat yang dianggap memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Dari list aktivitas di atas kemudian dimulai dengan mengidentifikasi bahaya mulai dari potensi, sumber, hingga dampak atau akibat dari bahaya tersebut secara umum (Kesehatan/ Healthy, Keselamatan/ Safety, dan Lingkungan/ Enviroment) dan dampak secara spesifiknya.Selanjutnya dilakukan perhitungan RFN dengan terlebih dahulu menentukan nilai kemungkinan terjadi (likelihood) dan nilai keparahan (severity).Dari nilai tersebut kemudian dikalikan untuk mendapatkan kategori atau level. Penentuan dari level ditentukan dari range nilai RFN yang dihasilkan dengan kategori yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila nilai RFN >= 8 atau pada kategori ketiga, maka diwajibkan adanya pengendalian dengan menggunakan alat kelengkapan pribadi, pembenaran SOP, maupun perawatan ataupun pengawasan akan alat-alat lain yang berhubungan dengan aktivitas tersebut. Pengendalian ini dilakukan bukan hanya untuk aktivitas atau kegiatan dengan RFN pada kategori III atau lebih namun juga untuk semua aktivitas ataupun kegiatan yang dapat dikurangi nilai RFN-nya agar semakin meminimalisir risiko yang ada. Kemudian setelah di lakukan pengendalian apabila belum memenuhi syarat yang ada maka akan diperlukan analisa lebih lanjut ataupun tindkan pengendalian lebih lanjut.Mengenai sumber dan potensi bahaya serta pengendalian yang diberikan dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 1 dan 2. Dengan melakukan penyusunan tabel HIRA seperti yang telah dijelaskan diatas maka telah menjalankan 2 aspek yang diungkapkan dalam ISO 1401: 2004: 4.3.1 yaitu aspek identifikasi dan kemudian penentuan signifikansi terhadap lingkungan kerja serta pengendaliannya(“Environmental management systems — Requirements with guidance 32
Comment [DNH9]: paragraf ini terlalu panjang. Pisah menjadi 2 – 3 paragraf berdasarkan gagasan utamanya
33
for use,” 2004).Kedua hal ini telah sangat jelas diimplementasikan dalam identifikasi
Comment [DNH10]: italic
sumber bahaya, potensi serta dampaknya terhadap lingkungan, keselamatan, ataupun kesehatan.Kemudian diikuti oleh penilaian RFN untuk menentukan signifikansinya dari tingkat seberapa mungkin potensi terjadi dikalikan dengan tingkat keparahan yang dihasilkan. Sesuai dengan yang diatur dalam SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 menggenai manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang dianut sebagai standarisasi lokal telah dijalan pula dengan baik dimulai dari sisi adminstratifnya. Pada tiga point awal yaitu Penetapan Kebijakan K3, Perencanaan K3, Pelaksanaan Rencana K3 dalam standar SMK3 telah dijalankan dengan baik. Dimulai dengan pembuatan dokumen yang menjadi prosedur utama pengerjaan HIRA kemudian dilanjutkan dengan identifikasi serta perencanaan pengendalian yang akan dilakukan dan yang terakhir pelaksanaannya yang ditunjukan dengan menurunnya angka potensi resiko. Setelah ketiga poin tersebut dijalankan dengan baik diharapkan dua poin terahir yaituPemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 serta Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3 juga dapat dijalankan agar mutu manejemen risiko yang ada tetap baik (Pemerintah Republik Indonesia., 2012). Dari hasil pengamatan berupa grafik yang ada dari kedua lab dengan membandingkan potensi bahaya sebelum dan sesudah terlihat penurunan level yang signifikan. Penurunan ini sebagai hasil dari berhasilnya pengedalian yang diberikan untuk potensi bahaya yang ada. Adapun hal ini sesuai dengan standar yang ada pada OHSAS 18001:2007 : 4.3.1. dimana untuk mengurangi potensi bahaya setelah dilakukannya identifikasi dapat melakukan hal seperti eliminasi hal yang menyebabkan bahaya, subtitusi, kontrol teknis, peringatan atau tindakan administrative lainnya, dan yang terakhir adalah perlengkapan perlindungan diri (“Occupational health and safety management systems – Requirements OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ASSESSMENT SERIES,” 2007). Contoh-contoh pengendalian yang dilakukan dimulai baik dari perbaikan standar oprasi kerja (SOP), eliminasi tindakan berbahaya, kontrol teknis hingga pernggunaan alat pelindung diri.Dari pengendalian-pengendalian ini pada akhirnya dapat menurunkan risiko yang ada.
Comment [DNH11]: italic
34
Secara lebih mendetail penurun terjadi secara signifikan pada kedua lab. Dengan total potensi sebanyak 28 pada lab Creative Savory tercatat sebelum pengendalian Trivial sebanyak 6 potensi, Acceptable sebanyak 11potensi, Moderate sebanyak 8 potensi, Significant sebanyak 2potensi, dan Unacceptable hanya 1 potensi. Setelah dilakukannya pengendalian maka terjadi penurunan secara signifikan yaitu tidak ada potensi yang mencapai level significant atau lebih tinggi dari itu. Secara lebih mendetail tercatat trivial sebanyak 22 potensi, sedangkan dari Acceptable tercatat 6 potensi bahaya.Pada Lab Application memiliki jumlah potensi yang lebih besar yang berjumlah total 47 potensi.Secara mendetail potensi yang tercatat sebelum adanya pengendalian adalah Trivial tercatat sebanyak 21 potensi, kemudian potensi terbesar muncul pada Acceptable yaitu sebanyak 19,Moderate sebanyak 3 potensi, dilanjutkan dengan Significant sebanyak 3, dan Unacceptable dengan potensi terkecil sebanyak 1 potensi. Kemudian setelah diadakannya pengendalian terjadi penurunan secara signifikan dimana tidak adanya yang mencapai level Significant atau lebih tinggi. Secara detail terdapat 40 potensi tercatat dalam leveltrivial setelah dilakukan pengendalian dan 5 potensi dalam levelAcceptable setelah dilakukannya pengendalian. Bila kita membandingkan dari sisi jumlah potensi yang ada terlihat bahwa lab application memiliki jumlah potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan dengan creative savory.Perbandingan bahaya yaitu sebesar 45 potensi tercatat dalam lab application dan hanya tercatat 27 potensi di dalam lab creative savory.Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya alat ataupun mesin yang ada di lab application jika dibandingkan dengan lab creative. Maka dengan semakin banyaknya alat akan meningkatkan jumlah aktivitas yang kemudian juga akan diiringi oleh potensi yang ada dalam tiap aktivitasnya. Dalam proses analisis bahaya tercatat paling tidak satu potensi bahaya yang tegolong dalam levelUnaccaptable dimana dalam proses analisis kali ini merupakan golongan tertinggi yang didapatkan. Sesuai dengan prosedur yang ada danOHSAS18001:2007 : 4.3.1 pada potensi bahaya dalam golongan ini harus segera ditindak lanjuti. Dalam hal ini yang tercatat dalam hasil analisis berasal dari sumber bahaya berupa arus pendek dimana berpotensi menyebabkan kebakaran yang dampaknya terhadap lingkungan kerja.Oleh karena itu potensi bahaya ini penting untuk dicermati serta pengendalian
35
yang dilakukan harus tetap dikontrol.Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suardi (2005) dimana salah satu bentuk pengendalian risiko adalah pengawasan. Di level significant sendiri terdapat potensi bahaya dari pemanasan microwave dengan adanya alumunium foil. Dalam identifikasi bahaya yang ada ini menghasilkan kesimpulan dengan nilai yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena pada lapisan konduktor tipis dapat mengalirkan aliran gekombang mikro dan dapat dengan mudah terbebani oleh arus ini dan memanas dengan cepat dan bahkan karena sangat cepatnya dapat menimbulkan api. Ditambah lagi dengan adanya kerutan-kerutan pada alumunium foil yang dapat membentuk sudut-sudut tajam maka dapat menimbulkan percikan yang dapat menyebabkan kebakaran hingga mungkin ledakan (Ahvenainen & Heiniö, 1992). Selain potensi risiko dari arus pendek, risiko lain yang sering muncul dalam kedua lab ini adalah paparan dari B3. Walaupun risiko ini tidak menghasilkan kesimpulan analisis pada tingkat yang memerlukan penanganan segera, potensi paparan B3 terjadi dari aktivitas-aktivitas rutin yang dilakukan. Menurut Harjanto, Suliyanto, & Sukesi, Endang, (2011) paparan B3 dapat meyebabkan iritasi, keracunan, ledakan, dan kebakaran yang dapat berdampak mulai dari kesehatan dan keselamatan pekerja hingga kerusakan lingkunga. Dalam hal ini potensi paparan B3 terbesar yang paling memungkinkan terjadi dari bahan yang bersifiat iritan bahkan korosif hingga bahan yang mudah menguap atau volatile. Bahan-bahan yang termaksud dalam kategori tersebut meliputi bahan-bahan kimia untuk membuat flavor hingga flavor dengan konsentrasi tinggi yang memiliki kepekatan tinggi (hearth product). Sebagai bentuk pengedaliaanya diperlukan pengendalian administratif berupa peringatan pada label botol/kemasan dan penggunaan alat perlengkapan diri untuk menghindari kontak langsung dengan bahan. Hal serupa juga dilakukan oleh Harjanto, Suliyanto, & Sukesi, Endang, (2011) sebagai saran pengendalian risiko terhadap B3. Dari potensi bahaya B3 ini pula dapat menimbulkan penarikan kesimpulan yang berbeda.Seperti pada contoh penimbangan dan penuangan bahan. Kedua kegiatan ini memiliki potensi yang kurang lebih sama namun dari hasil identifikasi dan analisa memberikan penarikan kesimpulan yang berbeda dimana pada aktivitas penuangan bahan menghasilkan penarikan kesimpulan dengan level yang lebih tinggi. Seperti yang
36
telah ada pada standar OHSAS (Occupational health and safety management systems, 2007) menjelaskan dimana dalam analisa risiko serta perhitungan untuk penarikan kesimpulan, frekuensi kemungkinan sebuah potensi bahaya terjadi menjadi salah satu kunci dalam perhitungan tersebut. Dikarenakan aktivitas penuangan dilakukan dengan frekuensi yang tinggi, hal inilah yang membuat hasil analisa dan penarikan kesimpulan dari
penuangan
bahan
memiliki
level
yang
lebih
tinggi
dari
pada
penimbangan.Penjelasan serupa juga dapat menjadikan alasan mengapa pada aktivitasaktivitas kecil lainya seperti memindahkan masakan dengan tingkat keparahan yang kecil dapat memiliki penarikan kesimpulan tinggi dikarenakan frekuensi aktivitas yang dilakukan sangat tinggi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besar tidaknya resiko berada pada alat yang digunakan. Seperti contoh pada mesin noodle makeryang cukup sering digunakan dengan adanya potensi terkena aliran listrik, menyebabkan tingkat keparahan yang cukup signifikan.Hal ini disebabkan oleh besarnya aliran listrik yang digunakan dan besarnya kemungkinan seseorang untuk terkena aliran listrik.Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa selain dari aktivitas itu sendiri, potensi risiko yang ada dapat disebabkan oleh mesin atau peralatan itu sendiri.Untuk mengendalikanya dibutuhkan kabel grounding atau mengalirkan listrik ke tanah untuk mengurangi resiko aliran listrik masuk kedalam tubuh kita serta penggunaan APD yang lengkap. Contoh lain berada pada blender yang berbeda pada ke dua lab ini. Pada lab creative menggunakan hand blender atau blender dengan skala kecil yang penggunaanya tidak diletakan pada meja dan pada lab application menggunakan blender yang biasa diletakan di meja. Dari kedua conton ini, hand blender memiliki potensi resiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan blender yang diletakan di meja. Risiko yang lebih besar itu disebabkan oleh kabel yang tersambung dengan listrik besar kemungkinannya untuk melilit atau menarik barang disekitarnya pada saat mengangkat ataupun menggunakan hand blender ini. Berbeda dengan hand blender, blender meja tidak akan dipindahkan ataupun digerakan dari meja sehingga kemungkinan akan merusak barang lain semakin kecil. Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa cara penggunaan alat yang dapat menimbulkan potensi risiko yang lebih besar apabila alat yang digunakan dipindahkan ataupun
berpotensi
merusak
alat
ataupun
barang
lain
selama
aktivitas
Comment [DNH12]: italic
37
berlangsung.Untuk mengendalikan risiko ini maka diperlukan SOP serta penggunaan alat secara sadar.
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan •
Pengendalian dan manejmen risiko yang dilakukan telah sesuai dengan standar ISO 14001:2004 :4.3.1, OHSAS 18001:2007 : 4.3.1, SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1.
•
Tiga tahap utama dalam analisis dari analisis masalah adalah Identifikasi potensi bahaya, analisa risiko, dan pengendalian risiko.
•
Untuk mempermudah membuat daftar aktivitas atau kegiatan disarankan menggunakan prosedur kerja ataupun buku manual yang ada untuk tiap alat yang ada di lab.
•
Pengendalian risiko dari hasil analisis pada kedua lab sudah sangat baik dilihat dari nilai sisa yang tidak mencapai kategori III.
•
Penilaian dan analisa risiko sangat bergantung frekuensi atau kemungkinan risiko itu terjadi dan tingkat keparahan yang ditimbulkan dari potensi risiko tersebut.
•
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi penilaian diluar frekuensi dan tingkat keparahan adalah spesifikasi alat, cara penggunaan alat, dan hal-hal lain yang dihindari untuk mencegah keruskan alat atau bahkan yang dapat menimbulkan kecelakaan.
7.2. Saran •
Peletakan lembar prosedur kerja untuk beberapa alat dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dapat diletakan di dekat atau disektiar alat dan dapat dengan mudah terbaca.
•
Selain dari cara penggunaan alat, dapat juga menambahkan pengaturan umum atau standar dari alat tersebut.
38
8. DAFTAR PUSTAKA
Ahvenainen, R., & Heiniö, R.-L. (1992). Factors affecting the suitability of aluminiumfoil trays for microwave oven heating: Comparison with plastic trays. Packaging Technology and Science, 5(5), 255–264. https://doi.org/10.1002/pts.2770050506 Dekker, S., & Dekker, S. (2006). The field guide to understanding human error. Ashgate. Environmental management systems — Requirements with guidance for use. (2004). Reference Number ISO, 14001. Retrieved from www.iso.org Harjanto, N. T., Suliyanto, & Sukesi, Endang, I. (2011). Manajemen Bahan Kimia Berbahaya Dan Beracun Sebagai Upaya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan. No. 08/ Tahun IV. Oktober 2011 ISSN 1979-2409, 4(8), 54–67. Occupational health and safety management systems. (2007). OHSAS 18001:2007. In Occupational
health
and
safety
management
systems
–
Requirements
OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ASSESSMENT SERIES. Retrieved from
http://www.aims.org.pk/wp-content/uploads/2014/08/OHSAS-18001-2007-
Standards.pdf Pemerintah, P., Indonesia, R., Penerapan, T., Manajemen, S., Dan, K., Kerja, K., … Kerja, T. (2012). www.bpkp.go.id. Rausand, M. (2011). Risk Assessment. Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. https://doi.org/10.1002/9781118281116
39
9. LAMPIRAN Lampiran 1. SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 (1/2)
40
41
Lampiran 2. SMK3 PP. No. 50 Tahun 2012 : 2.1 (2/2)
42
Lampiran 3 ISO 14001:2004 :4.3.1
43
Lampiran 4. OHSAS 18001:2007 : 4.3.1 (1/2)
44
Lampiran 5. OHSAS 18001:2007 : 4.3.1 (2/2)