Jurnal CIVILLa
Vol 1 No 1 Maret 2016
ISSN No. 2503 - 2399
ANALISA PENYEBAB TERJADINYA ASPAL BLEEDING PADA JALAN LARAS LIRIS LAMONGAN Muhamad Syaroni1) , Zulkifli Lubis2) 1) 2)
Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan Dosen dpk Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, email :
[email protected]
ABSTRACT The damage this type of obesity (bleeding) is a type of damage predictable due to some or all of the aggregate in asphalt mixture blanketed too thick, one of which is the result of an excess of the aggregate percentage of asphalt in the mix. To review the damage this type of obesity, in addition to looking for levels of asphalt mixture of the roughness example bleeding, conducted an experiment in the laboratory to also look for other causes too-thick asphalt film on aggregate by varying the temperature of the asphalt so obtained will it affect the characteristics of the mixture. From the results of the study of aspalt mixture with asphalt temperature variation in the lab showed a lower temperature asphalt, giving a density of asphalt, unfilled cavities, Stability as well as the increasingly low quotient Marshall and value in the mix that is increasingly high. With the above parameters are tendency as well as thick asphalt film on aggregate 10.4 micron, for asphalt in temperatures that do not meet the requirements, the asphalt is indicated as lubricant rather than as Binder and filler mixed paved space. This can occur either because quality control is not running properly so that the temperature of the heated asphalt is not controlled. Key Words: Bleeding, Asphalt, the Temperature Levels.
ABSTRAK Kerusakan jenis kegemukan (bleeding) merupakan suatu jenis kerusakan yang diprediksi disebabkan sebagian atau seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal terlalu tebal, salah satunya adalah akibat dari kelebihan prosentase aspal terhadap agregat di dalam campuran. Untuk mengkaji kerusakan jenis kegemukan, selain mencari kadar aspal campuran dari contoh perkerasan yang bleeding, dilakukan juga percobaan di laboratorium untuk mencari penyebab lain terlalu tebalnya film aspal pada agregat dengan memvariasikan temperatur aspal sehingga diperoleh pengaruhnya terhadap karakteristik campuran. Dari hasil kajian campuran beraspal dengan variasi temperatur aspal di laboratorium menunjukkan makin rendah temperatur aspal, memberikan kepadatan,rongga terisi aspal, Stabilitas serta Kuesien Marshall yang semakin rendah dan nilai dalam campuran yang semakin tinggi. Dengan kecenderungan parameter diatas serta tebal film aspal pada agregat 10,4 micron , untuk aspal pada temperatur yang tidak memenuhi persyaratan, diindikasikan aspal bersifat sebagai pelumas bukan sebagai pengikat dan pengisi ruang kosong dalam campuran beraspal. Hal tersebut dapat terjadi salah satunya karena pengendalian mutu yang tidak berjalan dengan semestinya sehingga temperatur aspal yang dipanaskan tidak terkontrol. Kata Kunci : Bleeding, Kadar Aspal, Temperatur. .
7
Jurnal CIVILLa
I.
Vol 1 No 1 Maret 2016
PENDAHULUAN Jaringan jalan raya yang merupakan prasarana transportasi darat memegang peranan yang sangat penting dalam sektor perhubungan, terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa maupun orang. Yang lebih efisien dan murah adalah melalui darat. Keberadaan jalan raya sangatlah diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi, pertanian, dan sektor lainnya. Mengingat manfaatnya yang begitu penting maka sektor pembangunan dan pemeliharaan jalan menjadi prioritas untuk diteliti dan dikembangkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaannya Jalan dikatakan mampu memberi rasa aman dan nyaman bagi para penggunanya jika memenuhi dua kriteria utama, yaitu kriteria berlalu lintas dan kriteria kekuatan atau struktural perkerasan jalan. Dipandang dari segi kenyamanan dan keamanan pengguna jalan, konstruksi perkerasan perlu memenuhi syarat-syarat berikut ini , permukaan yang rata, tidak berlubang, tidak melendut, dan tidak bergelombang, permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat beban yang bekerja di atasnya, permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip, permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari. Dipandang dari kemampuan memikul dan menyebarkan beban, jalan harus memenuhi syarat-syarat berikut ini, ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban atau muatan lalu lintas ke tanah dasar, kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah meresap ke lapisan di bawahnya, permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan, kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan deformasi yang berarti. Untuk itu diperlukan perencanaan struktur perkerasan yang kuat, tahan lama dan mempunyai daya tahan tinggi terhadap deformasi plastis yang terjadi. Kerusakan jalan di Indonesia umumnya disebabkan oleh pembebanan 1 yang terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (PDF) berlebih, banyaknya arus kendaraan yang lewat (repetisi beban) sebagai akibat pertumbuhan jumlah kendaraan yang cepat terutama kendaraan komersial, air yang dapat berasal dari air hujan dan sistem drainase jalan yang tidak baik, material konstruksi perkerasan, sifat material dan sistem pengolahan bahan yang tidak baik, iklim Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi, kondisi tanah dasar yang tidak stabil, akibat sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau sifat tanah dasarnya yang memang kurang baik, proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi merupakan gabungan penyebab yang saling kait mengait. Dalam mengevaluasi kerusakan jalan perlu
ISSN No. 2503 - 2399 ditentukan jenis kerusakan (distress type) dan penyebabnya, tingkat kerusakan (distress severity), jumlah kerusakan (distress amount). Sehingga dapat ditentukan jenis penanganan yang paling sesuai. Menurut Manual Pemeliharaan Jalan Nomor 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas retak (cracking), distorsi (distortion), cacat permukaan (disintegration), pengausan (polished aggregate), kegemukan (bleeding atau flushing), penurunan pada bekas penanaman utilitas. Suatu penelitian tentang bagaimana kondisi permukaan jalan dan bagian jalan lainnya sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi permukaan jalan yang mengalami kerusakan tersebut. Penelitian awal terhadap kondisi permukaan jalan tersebut yaitu dengan melakukan survei secara visual atau visual inspection dilakukan dengan pengamatan dan menganalisis untuk mengukur kondisi kerusakan permukaan jalan tersebut berdasarkan jenis dan tingkat kerusakannya untuk digunakan sebagai dasar dalam melakukan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Survey secara visual meliputi penilaian kondisi dari lapisan permukaan, apakah masih baik, kritis, atau rusak. Penilaian kenyamanan kendaraan dengan menggunakan jenis kendaraan tertentu. Penilaian dikelompokkan menjadi nyaman, kurang nyaman, tidak nyaman. Penilaian bobot kerusakan yang terjadi, baik kualitas maupun kuantitas. Di sekitar Jalan Laras Liris Lamongan, mengalami kerusakan bleeding, pada beberapa ruas jalan tersebut. Kerusakan bleeding jalan ini cukup mengganggu kenyamanan berkendara. Penelitian ini terbatas pada kerusakan permukaan jalan yaitu kegemukan / jembul (bleeding), Survei dilakukan hanya pada ruas Jalan Laras Liris Lamongan, mulai dari pertigaan gang Ronggohadi Kelurahan Tumenggungan ke selatan sampai Perempatan Pasar Baru Lamongan yang mengalami kerusakan bleeding pada area jalan tertentu. Kerusakan jenis kegemukan (bleeding) merupakan suatu jenis kerusakan yang diprediksi disebabkan sebagian atau seluruh agregat dalam campuran terselimuti aspal terlalu tebal, salah satunya adalah akibat dari kelebihan prosentase aspal terhadap agregat di dalam campuran. pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal yang mengakibatkan permukaan jalan menjadi licin, khususnya pada temperatur tinggi aspal menjadi lunak dan menimbulkan jejak roda. Disamping hal tersebut, kerusakan jenis kegemukan diprediksi juga karena terlalu tingginya kekentalan (viskositas) aspal keras saat pencampuran dengan agregat akibat dari tidak berjalannya pengendalian mutu di unit pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant) sehingga temperatur aspal tidak terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kondisi jalan yang terjadi, mencari dan
8
Jurnal CIVILLa
Vol 1 No 1 Maret 2016
menentukan penanganan atau pemeliharaan berdasarkan kerusakan yang terjadi. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan kesimpulan-kesimpulan dari hasil evaluasi dan analisis di lapangan yang nantinya akan dapat memberikan manfaat serta masukan kepada instansi teknis terkait, agar dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan didapat hasil yang optimal dan efisien. II.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PT. Cahaya Indah Madya Pratama, dengan menggunakan metode pengujian eksperimen berdasarkan pada pedoman perencanaan campuran beraspal panas dengan metode Marshall menurut American Association of State Highway and Transportation Official (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010. Seperti telah disampaikan di bab I bahwa jenis campuran beraspal panas yang dipilih untuk penelitian ini adalah Asphalt Concrete Wearing Course (ACWC). Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah seperti gambar bagan alir penelitian pada gambar 3.1. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer (diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan) dan data sekunder (diperoleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian). Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada ruas Jalan Laras-Liris Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan sepanjang 1 km dari Jln. Jaksa Agung Suprapto ke utara (samping sungai kaliotik) sampai perempatan Pasar Baru Lamongan. Teknik Pengumpulan Data Agar mendapatkan data yang tepat pada saat melaksanakan studi lapangan, diperlukan teknik pengumpulan data yang baik untuk data primer ataupun sekunder. Teknik pengumpulan data dalam studi lapangan untuk menggali data primer antara lain : (1) Observasi lapangan, (2) wawancara/interview, dan (3) dokumentasi. Sedangkan untuk menggali data sekunder dapat dilakukan dengan cara pendekatan kepada petugas/instansi yang terkait guna mendapatkan data-data ataupun dokumen yang terkait dengan proyek seperti gambar kerja, time schedule, spesifikasi tekniks, dan dokumen lainnya. Kemudian data-data yang telah diperoleh tersebut dianalisis untuk menjawab semua permasalahan yang ada. Observasi Lapangan Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek penelitian dan melakukan proses pencatatan atau dokumentasi secara tertulis. Data yang diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Untuk penyusunan proposal
ISSN No. 2503 - 2399 penelitian ini, pengamatan diprioritaskan pada kerusakan bleeding (kegemukan/jembul) yang terjadi pada ruas jalan Laras-Liris Lamongan. Wawancara/Interview Wawancara atau interview merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan interaksi secara langsung dan mengajukan pertanyaan seputar permasalahan yang diamati lalu dijawab langsung oleh pihak yang terkait di lapangan (pelaksana, pengawas lapangan, laborat, operator, dan lain-lain). Kemudian dicatat pada buku yang telah disediakan. Wawancara atau interview dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung mengenai permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah metode tanya jawab. Wawancara atau interview dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat data-data yang ada di lapangan. Dokumentasi Bentuk dokumentasi dalam hal ini yaitu pengambilan berupa gambar-gambar atau foto-foto kerusakan yang terjadi pada perkerasan jalan sehingga mampu melengkapi kajian teori. Analisis Data Analisis data dilaksanakan secara sistematis dan intensif yang terdiri dari dua tahap : (1) analisis di lapangan pada waktu sedang mengumpulkan data, dan (2) analisis setelah selesai mengumpulkan data. Dalam studi lapangan, hasil data yang telah diperoleh di lapangan dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data, kemudian data diolah sedemikian rupa kemudian dianalisis dan selanjutnya didepenelitiankan. Analisis data dalam studi lapangan kali ini menggunakan analisis data secara kualitataif yang memiliki cirri-ciri mengumpulkan data yang lebih banyak dan rinci tentang percakapan dan perilaku orang atau tempat tertentu (Bogdan & Biklen, 1982). Dalam hal ini analisis data secara kualitataif akan memadukan antara hasil studi lapangan dengan teoriteori pada sumber dan literature yang ada tentang pelaksanaan pembangunan jalan. Analisis data ini dibatasi oleh topik dan fokus yang menuntut data deskriptif kualitatif, sehingga metode ini tepat apabila digunakan dalam studi lapangan ini. Analisis data dalam studi lapangan ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, melainkan hanya studi yang bersifat deskriptif yang berupaya memaparkan data sebanyak mungkin mengenai fokus masalah yang diteliti. III. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Untuk mencapai dan memperlancar proses analisa bahan penelitian ini, saya bekerja sama dengan tim laboratorium PT. CAHAYA INDAH MADYA PRATAMA, untuk mencari tahu sebab dari analisa yang saya kerjakan dalam mendalami perkerasan yang mengalami bleeding. Mencoba melihat ke belakang Dinas PU Bina Marga benar-benar serius untuk memperbaiki jalan maupun struktur dari jalan Laras-Liris. Desain yang
9
Jurnal CIVILLa
Vol 1 No 1 Maret 2016
digunakan oleh Dinas PU Bina Marga selaku pemilik proyek yaitu dengan melakukan pemancangan sebelum dilakukannya peningkatan jalan tersebut. Karena jalan yang dulunya sedikit sempit merupakan jalan yang mengalami penurunan kondisi jalan yang sedikit parah karena di samping jalan merupakan sungai yang ada di dalam Kota Lamongan. Sebelum melakukan proses penelitian, terlebih dahulu kami melakukan beberapa kegiatan yakni survei lapangan dan pengujian di laboratorium. Survei lapangan yakni melakukan pengambilan sampel perkerasan dengan tes Core Drill, setelah itu melakukan pengujian di laboratorium yakni extract centrifuge, dan extract reflux untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan bleeding pada perkerasan aspal. Pengambilan sampel perkerasan dengan Core Drill Pengujian core drill adalah salah satu metode NDT (Non Destructive Test). Hal ini berguna untuk mendapatkan kuat tekan material beton ataupun aspal pada struktur yang telah dilaksanakan. Core Drill Machine adalah sebuah alat yang mampu mengebor sebuah beton, beton bertulang ataupun aspal. Core drill ini menggunakan mata bor yang biasa di sebut dengan Diamond drill bit. Ukuran dari mata bor atau diamond drill bit ini juga bervariasi, mulai dari 1" s/d 8". Konsumsi power dari core drill machine ini juga ada yang 1350W s/d 3000w tergantung besar dari core drill tersebut. Sample yang diperoleh dari uji Core Drill ( atau biasa disebut corring ) ini berbentuk silinder. Dari sample tersebut, kita dapat mengetahui secara tepat susunan struktur dari suatu konstruksi jalan, jenis perkerasan, tebal perkerasan, komposisi, persentase susunan dan untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan. Alat yang diperlukan untuk uji core drill yakni Mesin Core Drill, air dan aspal penutup. Pengujian di Laboratorium Extract centrifuge Maksud dan tujuan percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar aspal dalam campuran menggunakan cairan pengurai yang disebut Trichloroethene (TCE). Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut, pertama-tama sebelum memasukkan aspal ke alat centrifuge extractor aspal lebih dahulu di oven agar panas dapat melumerkan aspal yang tadinya padat menjadi leleh. Masukkan material yang telah diextract berikut bowl dan kertas saringan tersebut ke dalam oven pada suhu 110ºC sampai kering. Bila menggunakan trichloroethylene, keringkan langsung dalam oven/plat pemanas. Keringkan dalam oven pada suhu 110ºC sampai kering. Dan tunggu sampai kering. Lalu hitung dan cari kadar aspal yang terkandung pada benda uji yang telah diextract . Berikut ini hasil perhitungan dari hasil extract sentrifuge yang telah dilakukan.
ISSN No. 2503 - 2399 Berat Aspal Sebelum = 500,0 Berat Aspal Sesudah = 466,6 Aspal + Mineral = 33,4 Filter Sebelum = 18,6 Filter Sesudah = 23,1 Mineral = 4,5 Filter Pembuangan Sebelum = 4,2 Filter Pembuangan Sesudah = 4,5 Mineral = 0,3 Berat Aspal = 28,6 Prosentase Aspal = 5,720 Extract Refluk Uji extract refluk adalah pemisahan campuran dua atau lebih bahan dengan cara menambahkan pelarut yang dapat melarutkan salah satu bahan yang ada dalam campuran tersebut dengan menggunakan pendingin yang akan mengubah uap pelarut menjadi cairan, dan akan melarutkan aspal pada benda uji Maksud dan tujuan uji extract refluk sama seperti extract sentrifuge, extract refluk dapat mengurai aspal pada material hingga sangat bersih. Peralatan uji extract refluk yakni oven yang dapat diatur pada temperatur 110 °C ± 5 °C, wadah untuk memanaskan benda uji, timbangan untuk menimbang berat benda uji yang akan di extract, pelat pemanas listrik, dengan pengatur kecepatan pemanasan, tabung refluks gelas (sesuai gambar 20) terdiri atas dua kerucut, air, pompa air dan piringan pendingin berikut dengan selangnya. Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut, pertama-tama persiapan benda uji. Tahapan persiapan benda uji adalah, panaskan contoh uji pada temperatur 110 °C ± 5 °C, sampai berbentuk curah minimal berat benda uji 500 ons siapkan paling sedikit dua buah benda uji. (250=500/2). Prosedur pengujian yang harus dilakukan yakni, timbang berat kertas saring, dengan ketelitian 0,5 gram, masukkan benda uji ke dalam rangka yang telah diberi kertas saring berbentuk kerucut, bila digunakan dua rangka, benda uji dibagi menjadi dua bagian dengan berat yang sama. Benda uji harus terletak di bawah ujung atas dari kertas saring. Untuk memulihkan aspal gunakan pelarut trichloroethylene (TCE) murni atau methylene chloride murni. Untuk penentuan kadar aspal saja, gunakan trichloroethylene teknis. Trichloroethylene murni, methylene chloride murni atau trichloroethylene teknis merupakan bahan beracun oleh sebab itu diharuskan mengikuti petunjuk keamanan penggunaannya. Bila digunakan dua rangka, tempatkan rangka atas pada rangka di bawahnya, tuangkan pelarut kedalam tabung gelas yang sudah berisi rangka kerucut dan benda uji, dengan permukaan pelarut berada di bawah ujung kerucut rangka atas, letakkan kasa asbes di atas pelat pemanas listrik dan letakkan tabung gelas di atasnya, atur pemanasan sehingga pelarut yang terkondensasi membasahi rangka yang berisi benda uji, jaga jangan sampai pelarut berlebih masuk ke dalam penyaring pada kerucut, teruskan
10
Jurnal CIVILLa
Vol 1 No 1 Maret 2016
ekstraksi, sampai pelarut yang menetes pada ujung kerucut berwarna jernih, matikan pelat pemanas listrik dan biarkan tabung cukup dingin untuk dipegang, lepaskan pendingin dan pindahkan dari tabung, pindahkan rangka kerucut dari dalam tabung, biarkan kering di udara, setelah itu keringkan di dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C , setelah kering agregat ditimbang. Hasil extract untuk menentukan kadar aspal Berat Mix sebelum = 250,0 250,0 Berat Mix sesudah = 234,9 234,7 Mix + Mineral = 15,1 15,3 Filter sebelum = 4,2 4,2 Filter sesudah = 5,1 5,4 Mineral = 0,9 1,2 Berat Aspal = 14,2 14,1 Kadar Prosentase Aspal = 5,671 5,640 Rata-rata = 5,655 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar Dari hasIl penelitian yang saya lakukan melalui tes core drill, dan melakukan extract sentrifuge maupun extract reflukx, maka dari sini saya dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1.Berdasarkan dari hasil uji extract, kadar aspal pada campuran hotmix optimumnya 5,8%, tercatat dari hasil extract yang muncul masih di batas toleransi yakni 5,6%. Kegemukan (bleeding), selain diprediksi terjadi karena penyebab yang umum, yaitu akibat dari kelebihan prosentase aspal terhadap agregat di dalam campuran ternyata juga dapat terjadi karena terlalu halusnya material yang tercampur dalam kandungan campuran beraspal. 2.Berdasarkan hasil uji laboratorium , campuran pada kadar aspal optimum 5,8% dengan variasi temperatur aspal dapat dikemukakan bahwa nilai VIM dan VFB tidak memenuhi persyaratan, masing-masing untuk temperatur aspal s/d 1100C dan 900C, sedangkan untuk aspal dengan temperatur lebih tinggi dari 1100C, semua parameter memenuhi persyaratan. 3.Dengan tebal film aspal yang menyelimuti permukaan agregat 10,4 mikron serta kecenderungan parameter di atas, untuk aspal pada temperatur yang tidak memenuhi persyaratan, diindikasikan aspal bersifat, sebagai pelumas bukan sebagi pengikat dan pengisi ruang kosong di dalam campuran beraspal. Saran Dalam hal ini saya sebagai penyusun laporan memberikan saran-saran selama saya melakukan
ISSN No. 2503 - 2399 berbagai tes extract di laboratorium Cahaya Indah Madya Pratama, antara lain : 1. Untuk lapis perkerasan jalan yang mengalami bleeding, diusahakan untuk pihak terkait agar melakukan tindakan perbaikan. Perbaikan dilakukan dengan mengangkat lapis aspal dan kemudian memberi lapisan penutup berupa campuran panas yang sejenis dan punya kadar aspal yang sama atau minimal menaburkan agregat panas yang kemudian ditaburi aspal lalu dipadatkan dengan 1 tandem. 2 2. Untuk pihak terkait harus lebih memperhatikan dan memberikan penanganan yang sesuai prosedur suatu proyek demi kenyamanan dan pelayanan terhadap masyarakat umum. DAFTAR PUSTAKA Austroads,1987. Superior Performning Asphalt Pavement. Sydney. Asphalt Institute Manual Series No. 2 (MS-02), second edition Mix Design Method for Asphalt concrete and other Hot Mix Types. Asphalt Institute Manual Series No. 4 (MS-04), The Asphalt Handbook, 1989. Asphalt Institute Superpave Series No.2 (SP-02), 1996, Superpave Mix Design. Austroads, 1987, A Guide to the visual Assessment of Pavement Condition, Sydney. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikai Beraspal, 2005, Seksi 6.3 Campuran Beraspal Panas, Jakarta Departemen Pekerjaan Umum Revisi II, 2010. Campuran Beraspal Panas Divisi 6 Seksi 6.3. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum, 2010. Job Mix Formula. Surabaya : Direktorat Jenderal Bina Marga. Shell Bitumen, 1995. The Shell Bitumen Hand Book, Published By Shell Bitumen. East Molesey Serrey Sukirman S, 1999 , Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung Sukirman, S., 2007. Beton Aspal Cmpuran Panas. Jakata : Yayasan Obor Indonesia.
11