Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
Melihat sekarang, adek luna udah 2 bulan... Udah bisa ikutan senyam-senyum kalo dibecandain... Jadi penasaran... Sebenernya ngerti ga sih bayi ini kalo diajak ngobrol gini... Ternyataa... di artikel comotan dibawah ini dibilangin kalo bayi lagi ngoceh jangan dipotong... Karena nanti bisa jadi ga percaya diri... Hiihihi... Jadi lucu ngebayangin luna yang baru bisa "aaa...uuu..." ga boleh dipotong kalo lagi ngomong :) Atau malah lebih hebatnya lagi disini dibilangin kalo ngajak ngobrol bayi bisa bikin bayi cerdas..... Jadi....Tunggu Apalagi?!?!?! Ayo... Ajak bayi anda bicara !!!!
MENGAJAK BAYI BICARA Ah, bagaimana mungkin? Bayi, kan, belum bisa berbicara. Jangan-jangan nanti dikira enggak waras. Mengapa penting mengajak bayi berbicara? Jangan takut dianggap tak waras kala Anda mengajak si mungil berbicara. Bayi memang belum bisa berkata-kata, tapi tak berarti ia tak mampu untuk diajak berbicara. Para ahli menganjurkan orangtua agar mulai mengajak berbicara anak sejak ia lahir dan jangan pernah berhenti. Biasakan untuk selalu mengomentari apa saja yang Anda lakukan terhadap si bayi. Misalnya, saat mengganti popok, memandikan, menyusui, dan sebagainya. Katakan padanya setiap saat tentang apa saja yang Anda lihat di sekeliling Anda, maupun apa yang sedang Anda lakukan untuk diri sendiri seperti membaca atau bahkan memasak. Pokoknya, ngomonglah apa saja kepada si bayi. Tataplah matanya dan Anda pun akan takjub melihat betapa ia sangat menaruh perhatian selama Anda berbicara. Seringkali ia bereaksi terhadap apa yang Anda katakan, seperti menjerit kesenangan atau cemberut kala ada yang tak disukainya. Tak percaya? Silakan Anda buktikan.
PENDENGARAN TAJAM Belajar berbicara, seperti dikatakan Dr. Adi Tagor, Sp.A., DPH dari RS Pondok Indah Jakarta, merupakan kunci penting untuk mengarahkan si bayi pada kemampuannya berbahasa yang timbul setelah usia setahun sampai tiga tahun. "Tujuannya mendorong perkembangan komunikasi verbal atau linguistic capability anak," jelasnya. Pada tahap awal, bayi memulai "pelajaran" berbicara dengan mendengarkan. Karena itu, Adi
1 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
Tagor menasehati, "Biarkan bayi mendengarkan apa saja yang Anda katakan. Inilah langkah awal untuk memberinya pemahaman. Bila bayi banyak mendengar, ia akan cepat belajar bicara." Kemampuan mendengar suara pada bayi, sudah ada sejak ia masih di kandungan, pada sekitar usia 3-4 bulan kehamilan. "Ada faktor intrinsik yang mengenal irama, kekerasan suara, frekuensi, dan nada-nada suara. Karena itu, bayi bisa menerima sinyal-sinyal meskipun belum mengerti," terangnya. Setelah lahir, pendengaran bayi menjadi sangat peka. Suara menjadi jelas terdengar karena tak terhalang air ketuban maupun dinding perut ibu. Nah, lewat sinyal-sinyal verbal yang dilemparkan (sinyal audio), bayi akan memberi reaksi. "Pada bayi lahir sampai usia 3-6 bulan, ada yang dinamakan refleks Moro. Jika mendengar suara keras, bayi akan bereaksi kaget dengan tangan ke atas. Bila ia tak bereaksi, mesti dicurigai si bayi tuli. Normalnya, reaksi ini menghilang di atas usia 6 bulan," tutur Adi Tagor. Ia pun bukan cuma mampu mendengar dengan jelas setelah lahir, tetapi juga bisa melihat. Kedua indera ini (audio-visual) sangat penting baginya untuk mengembangkan intelektualitasnya. Pada bayi baru lahir, karena matanya belum jelas melihat, maka beri jarak 30 centimeter agar ia bisa melihat ekspresi Anda kala Anda berbicara dengannya. Dalam perkembangan selanjutnya, belajar berbicara sangat penting dalam rangka pengenalan lingkungannya. Sebab itulah saat mengajaknya bicara, berikan pula banyak rangsangan pada semua panca indera bayi. Sambil bicara, misalnya, pegang atau elus tangannya (indera raba-sentuh). Dengan memfungsikan seluruh panca inderanya, bayi akan mengenal keinginannya dan kemudian dapat mengungkapkannya setelah ia mampu berbicara. MENIRU Satu hal penting yang harus diketahui para orangtua, kata Adi Tagor, bayi sangat suka menirukan suara. Dengan mengajaknya banyak bicara, ia akan makin banyak mengenal kata, terutama warna (timbre), nada, dan lagu/intonasi verbal. Semua ini akan sangat membantu perkembangan berbicaranya. Di sisi lain, bayi juga senang bila Anda menirukan apa yang ia katakan. Kala ia bersuara, "Uuu," misalnya, tirukan dan ulangi kepadanya. Begitu pun jika ia bersuara, "Aaa." Permainan menirukan ini akan menjadi dasar bagi bayi untuk menirukan bahasa Anda kelak. Lantaran itu, lulusan FKUI tahun 1963 ini menganjurkan, Anda hendaknya berbicara dengan menggunakan bahasa yang benar, tidak cadel. "Jika bayi menerima sinyal audionya enggak baik atau tak jelas, maka proses keluaran (output) pun akan jelek. Seperti memfotokopi sesuatu dokumen yang jelek," paparnya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang benar dan jelas ucapannya, di kemudian hari Anda tak perlu repot-repot melakukan "pembetulan" kata-kata yang digunakan si kecil. Sebaliknya, si kecil pun tak akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan lingkungannya.
2 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
RANGSANGAN DINI Tapi bagaimana jika si bayi tak juga menunjukkan respon untuk berbicara kala Anda mengajaknya ngobrol? Menurut Adi Tagor, ada beberapa sebab. Boleh jadi karena pendengarannya mengalami gangguan atau malah sama sekali tak bisa mendengar alias tuli. Bisa pula karena perkembangan otaknya (brain development) yang terganggu, sehingga perbendaharaan kosa katanya sangat minim. Kemungkinan lain, ia menderita autisma, yakni ketidakmampuan berkomunikasi dengan lingkungan, asyik dengan dirinya sendiri, dan tertutup terhadap lingkungan. Tapi Anda jangan panik dulu! Sejauh anak menirukan atau tak berhasil menirukan ucapan Anda, kemungkinan besar ia tak mengalami gangguan apapun. Yang penting, ia tetap menunjukkan kemampuannya berkomunikasi dengan lingkungan. Misalnya dengan menggunakan bahasa isyarat (body language), menunjuk sesuatu yang diinginkan atau mendorong sesuatu untuk menjauhkan dari yang tak disukainya. Anda harus mendukung "bahasa khusus" tersebut bahwa kita mengerti apa yang dimaksud si bayi. Tentu saja tanpa melupakan tujuan akhirnya, yaitu percakapan yang sebenarnya. Jadi, manakala si bayi menunjuk pada botol susu, misalnya, jangan langsung membuatkannya susu dan kemudian memberikannya. Lebih baik tanyakan dulu, "Adi mau susu?" Tunggulah responnya. Jika ia mengerti pertanyaan Anda, ia mungkin akan mengangguk atau kembali menunjuk botol susu sambil mengeluarkan suara yang berarti, "Ya, Adi mau susu." Beberapa anak pada tahap ini hanya sulit untuk membentuk kata-kata. Hal ini biasanya akan terus berlanjut sampai masa prasekolah. Kadang sampai masa Taman Kanak-kanak atau kelas satu Sekolah Dasar, bila Anda tak segera mengatasinya. Nah, untuk mencegah keterlambatan berbicara, lakukan rangsangan dini (early stimulation), yakni membawa si bayi berkonsultasi ke klinik tumbuh kembang. Pilihan lain, masukkan ia ke "sekolah". "Bayi usia 6 bulan sudah bisa dimasukkan ke play group dini untuk peer education," ujar Adi Tagor. Anak ditarik pada sebayanya (peer stimulation), sehingga belajarnya akan lebih mudah, karena ada rasa perlu bersaing dan ingin sama dengan teman sebaya.
Pedoman Bicara Dengan Bayi * Jangan Gunakan Kata Ganti Bayi kecil masih sulit memahami "aku", "saya", "kamu", atau "dia". Itu bisa berarti ayah, ibu, atau nenek, atau bahkan dirinya sendiri, tergantung dari siapa yang mengajaknya berbicara. Jadi, sebut diri Anda sebagai "Ibu", "Mama", atau "Bunda", tergantung sebutan yang Anda pakai untuk membahasakan diri Anda kepada si bayi. Begitupun sebutan "Ayah", "Kakek", "Nenek", dan lainnya. Anda dan orang lain pun harus menyebut atau memanggil si bayi dengan
3 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
namanya. * Ajukan Banyak Pertanyaan Penelitian menunjukkan, anak yang orangtuanya banyak berbicara "dengan" mereka dan bukan "kepada" mereka, akan belajar bicara lebih dini. Jadi, beri kesempatan si bayi untuk mengeluarkan suara, apapun jenis suaranya. Salah satunya dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya bisa macam-macam dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Diamkan sebentar setelah Anda mengajukan satu pertanyaan. Tunggu bagaimana reaksinya yang ditunjukkan dengan mengeluarkan berbagai suara. Kala ia merespon, balas kembali. Jikapun ia tak memberi respon, Anda tak usah kecewa. Ajukan saja pertanyaan yang lain. * Gunakan Bahasa/Kata Sederhana Anda boleh menggunakan bahasa bayi seperti "pus" untuk kucing atau "guk guk" untuk anjing, dan lainnya. Yang penting, nantinya Anda menggunakan kata yang sebenarnya. Bahasa bayi, menurut Adi Tagor, tetap bahasa. Hanya artikulasinya lebih sederhana. "Word atau kata bayi tak harus sempurna. Asal ia bisa mengidentifikasikan pada satu benda," terangnya. Jadi, jangan paksa si bayi mengucapkan kata yang sulit. Kata "mama" dan "papa", misalnya, lebih mudah bagi bayi ketimbang "ibu" dan "ayah". Baik dari segi linguistik maupun fungsi susunannya. Berbicaralah lebih lambat dan jelas dengan lagu/intonasi yang menyenangkan. Sehingga, si bayi mendapat kesempatan untuk menangkap kata-kata itu dan memahaminya. "Karena semua panca indera baru mengenal, kita beri dosis pelan-pelan. Bicaralah lembut dan jangan bertengkar di depan bayi. Paling cepat usia 2 minggu bayi sudah punya keinginan berkomunikasi. Reaksinya ketawa, dia menangkap dan mencoba meniru, lalu mengoceh. Malah usia sebulan ia sudah bisa mengoceh," papar Adi Tagor. * Beri Rasa Tenang Bayi memiliki bahasa suara instinctual. Artinya, secara naluri ia bisa tahu suara-suara kasih sayang atau bukan. Umumnya ini berhubungan dengan keras-lembutnya suara. Karena itu, jangan bicara pada bayi dengan mengolok atau mengejek, marah, dan kasar. Tapi berilah pujian dengan tulus. "Kemampuan instinctual sudah ada pada usia 1,5 - 2 bulan. Lewat kedekatan, misalnya dalam gendongan ibu dan lewat suara-suara," terang Adi Tagor. Perasaan ketenangan yang diperoleh saat ini memberi sumbangan pada kemahiran berbahasa atau kemampuan berbahasa yang tumbuh pesat setelah usia setahun. * Gunakan Musik Atau Menyanyi Jangan khawatir bila suara Anda sumbang. Bayi tak akan peduli. Ia akan senang dengan apa pun yang Anda nyanyikan atau musik yang Anda perdengarkan. Umumnya lagu anak-anak bisa diterima oleh bayi. Sambil menyanyi, sertai pula dengan gerakan-gerakan tangan sehingga lebih memberinya makna. Sering-seringlah mengulangi lagu atau pantun anak setiap hari kendati Anda sudah bosan. Selain si bayi memang suka pengulangan, juga akan membantu proses belajarnya. Ia akan terangsang untuk menirukan meski artinya belum ia mengerti. Pengulangan juga akan membantu bayi mengenali suara-suara khusus. "Mengenal orang lewat timbre atau warna suara, artikulasi, lagu-lagu, intonasi, juga bisa membuat si bayi meniru intonasi bahasa itu,"
4 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
kata Adi Tagor. * Pusatkan Pada Kata-kata Tunggal Setelah si bayi makin besar, mulailah memberi tekanan pada kata-kata tunggal. Misal, "Sekarang Mama akan mengganti popok Adit," sambil Anda mengangkat dan menunjukkan popok kepadanya, "Popok, ini popok Adit." Atau saat Anda berkata, "Sekarang Mama mau membuat jus melon untuk Adit," lalu angkat melon itu dan tunjukkan, "Melon. Ini buah melon." Tetaplah berbicara dengan bahasa sederhana, jelas, dan lambat. Beri tekanan pada kata-kata yang sering dipakai dalam hidup bayi sehari-hari. Selalu berhenti sebentar sebelum Anda mengatakan kata selanjutnya, agar bayi punya banyak waktu untuk mengendapkan kata-kata Anda. * Gunakan Buku & Mainan Bayi usia di atas 3 bulan sudah bisa diajak "membaca". Gunakan buku cerita bergambar, ia pasti akan tertarik. Tunjukkan gambar-gambar itu sambil dijelaskan. Lalu tanyakan, "Mana bola?", misalnya. Kelak ia akan mampu menunjukkan gambarnya. Bisa pula dengan menggunakan mainan. Kebanyakan bayi sejak umur 6 bulan suka melihat wajahnya di depan cermin, lalu ia akan mengeluarkan suara-suara dari mulutnya. Beri ia mainan cermin kecil yang pinggirannya terbuat dari plastik. Tapi hati-hati, jangan biarkan ia bermain cermin sendirian. Jika usianya sudah mencapai 12 bulan, Anda dapat memberinya telepon-teleponan atau boneka yang bisa bicara. Ini akan mendorongnya untuk bercakap-cakap. * Kalimat Perintah Penting bagi bayi untuk belajar mengikuti perintah sederhana. Misalnya, "Cium Mama," atau "Lambaikan tangan," atau "Tolong berikan boneka itu pada Mama," dan sebagainya. Tentu ia tak akan segera melakukan perintah Anda. Dengan pengulangan sambil memberi contoh, lama-lama ia akan melakukannya. Tapi kalau ia sudah "mahir", sebaiknya Anda jangan tergoda untuk memperlakukan ia bak "ikan lumba-lumba" yang sudah dilatih dan meminta ia untuk melakukan "pertunjukan" mutakhirnya setiap kali ada pengunjung. Dedeh Kurniasih.
SERING DIAJAK NGOBROL, BAYI JADI CERDAS
Memang, sekalipun tak kerap diajak ngobrol, bayi bisa tumbuh sehat, dan kelak pun bisa
5 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
berprestasi di sekolah. Akan tetapi, kata Lucia RM Royanto, MSi., MSpEd., jika orang tua kerap mengajak anaknya berkomunikasi sejak bayi, tak mustahil nantinya ia lebih sukses dan lebih berprestasi. Malah mungkin ada nilai tambahnya pada si anak. Selain cerdas, ia juga memiliki hubungan yang dekat dengan orang tua, serta kepekaan sosial emosionalnya tinggi. "Banyak, kan, di antara kita yang seperti ini; cerdas, pintar, sukses, tapi berselisih paham terus dengan orang tua, dan tidak punya kepekaan sosial juga emosi?" ujar psikolog dari Fakultas Psikologi UI ini. Tentunya kita tak ingin si kecil kelak menjadi seperti itu, bukan? Seperti diyakini Lusi, setiap orang tua pasti mengiinginkan hal yang lebih dari anaknya. Maksudnya, kalau tumbuh kembang anak bisa dioptimalkan, kenapa tidak? Toh, itu semua untuk kebaikan anak juga. Saran Lusi, orang tua jangan segan-segan mengajak bayinya ngobrol tentang hal apa pun. Juga, rajin-rajinlah mencoba menebak dan mengartikan "kata-kata" dan maksud atau tujuan ucapan si kecil yang sepertinya cuma, "Aeee... oe... oe..." itu. Lusi amat menyayangkan bila ada orang tua yang tidak menanggapi ocehan bayinya atau malah tidak senang mengajak buah hatinya bicara. Alasannya, banyak sekali manfaat bagi bayi yang malah terlewatkan. APA SAJA MANFAATNYA?
Kata Lusi, banyak sekali keuntungan yang bisa dipetik si bayi apabila orang tua rajin mengajaknya mengobrol: 1. Kemampuan berbahasanya semakin berkembang 2. Menambah kedekatan emosional orang tua dan bayi 3. Orang tua jadi mengerti dan memahami bahasa bayinya 4. Jadi cerdas Secara kognitif, dengan adanya respons atau tanggapan yang diberikan orang tua pada ocehan bayinya, maka otak si bayi akan berproses, "Oh, kalau Ayah bilang, 'Makan yuk,' itu artinya aku diajak makan yang enak," misal. Nah, karena proses ini, lambat-laun bayi akan menyerap banyak sekali pengetahuan baru dan mampu membedakan tiap ucapan, juga naik-turunnya nada, hingga akhirnya meniru mengucapkan sesuatu yang punya arti. Itulah mengapa, bayi yang juga senang mengeluarkan suara-suara babbling (bunyi suku kata yang diulang-ulang) untuk mendapatkan respons kita menunjukkan ciri bayi yang cerdas. Bagaimana si bayi tidak cerdas jika terus-menerus menerima stimulus, mengolah, mencerna, menanggapinya, dan mengirimkan feedback ke orang yang sedang berbicara dengannya? 5. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang Dengan seringnya mengajak bayi berbicara, orang tua bisa lebih dini mengetahui kalau-kalau ada masalah pada tumbuh kembang bayinya, semisal si kecil mengidap tunarungu, tunawicara, atau hal lainya yang tentu tidak kita inginkan. Bila hal itu terjadi, sebelum menjadi parah mungkin kita sudah bisa melakukan upaya untuk mengatasinya.
6 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
MENANGGAPI OCEHAN BAYI
Saat menanggapi ocehan bayi, menurut Lusi yang harus orang tua lakukan adalah: * Utarakan ucapan demi ucapan, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan hati-hati. * Ucapkan setiap kata dan kalimat dengan jelas dan sedikit keras, bukan nadanya, lo, tapi volume suaranya. * Gunakan kalimat yang pendek-pendek agar bayi mudah menangkapnya dengan baik, semisal, "Makan, yuk!" atau "Ada apa, Sayang, mau minum susu Bunda?" * Usahakan setiap kata yang kita ucapkan tidak mengandung terlalu banyak huruf konsonan. * Sering-seringlah mengulang kalimat. Contoh, "Mau minum apa, ASI? Yuk, minum di kamar. Ini susunya." * Hindari menggunakan baby talk, seperti, "Yuk, kica mimi cucu, ni cucunya." Karena, bisa merusak perkembangan bahasa anak. Tentunya si bayi akan belajar menggunakan bahasa seperti itu tanpa tahu yang benar seperti apa. * Hindari menggunakan bahasa yang tidak digunakan sehari-hari. Maksudnya, bila kita sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, ya ajak bayi ngobrol dengan bahasa Indonesia. Kalau orang tua mengajak bayinya bicara pakai bahasa Inggris, misal, tapi sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia (kepada pasangan menggunakan bahasa Indonesia, ke babysitter juga bahasa Indonesia), bayi mungkin akan bingung. * Tema obrolan adalah sesuatu yang ditemui sehari-hari, seperti susu, nasi, lemari, motor, sapu, dan lainnya. Sebaiknya pilihlah hanya satu tema tiap kali mengajak bayi bicara untuk menghindari terjadinya kelebihan informasi, yang mungkin menyebabkannya bingung dan stres. * Bicaralah seekspresif mungkin dengan mimik muka dan gerakan tubuh, tapi jangan berlebihan. Mengapa? Karena bayi pasti memerhatikan juga ekspresi dan gerak tubuh lawan bicaranya. Malah di usia 2 bulan, bayi sudah mengenal emosi lawan bicaranya. Selain itu, bayi jadi bisa belajar mengenal ekspresi dan emosi orang lain, serta cara bicara kala sedang sedih, senang, atau sakit, misalnya.
Perlu diketahui pula, meski masih bayi dan belum banyak pengalaman, akan tetapi ia sudah mampu membedakan ketulusan seseorang, apakah benar-benar menyayanginya atau hanya basa-basi. "Ah, dia pasti cuma acting." Tak percaya? Coba saja perhatikan dengan saksama, orang dewasa yang tidak direspons oleh si bayi, bisa jadi termasuk dalam kriteria di atas. JADI AUTIS?
Ada pendapat, jika "omongan" bayi tak direspons, kelak akan membuatnya menjadi anak autis. Menurut Lusi, pendapat tersebut sama sekali tidak benar. Yang mungkin terjadi adalah: * Anak jadi terlambat bisa bicara * Kelak di kemudian hari kalau tidak lekas diperbaiki anak akan bicara tanpa ekspresi * Kurang peka terhadap orang lain
7 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
* Menghambat kecerdasan Belajar bahasa dan bicara adalah awal perkembangan kognitif. Jika orang tua tidak tanggap terhadap ajakan komunikasi bayinya, maka kemampuan otak si kecil yang seharusnya bisa ditingkatkan hingga level cerdas, terabaikan begitu saja. Gazali Solahuddin.
PERKEMBANGAN BAHASA DARI BULAN KE BULAN Usia 0-2 bulan Pada usia ini umumnya waktu bayi "hanya" terpakai untuk tidur. Si kecil menyatakan rasa lapar, ngantuk, dan tak nyaman akibat pipis atau buang air besar lewat tangisan. Namun, di usia ini bayi sudah dapat menangkap suara-suara dari lingkungan sekitarnya sekaligus mulai memberi respons terhadap suara-suara tadi. Tak percaya? Amati saja keseharian si kecil. Ia akan membuka matanya bila diperdengarkan bunyi mainan kerincingan. Ia seolah mencari-cari dari mana suara tersebut berasal. Ini merupakan petanda ia sudah mampu menangkap dan merespons suara. Contoh lain, saat merasa senang/puas usai disusui atau diajak "ngobrol", bayi juga akan mengeluarkan suara-suara tertentu seolah ingin mengatakan "terima kasih" dan menunjukkan perasaan senangnya itu. Namun yang seperti ini biasanya relatif masih sangat jarang. Bisa saja bayi tidak memberi respons alias diam saja terhadap suara yang ditimbulkan. Mungkin saja ada sesuatu yang tak beres pada pendengarannya, sehingga tidak bisa mendengar atau menangkap suara tersebut. Usia 3-5 bulan Di kurun usia ini porsi tidur bayi sudah lebih berkurang. Dengan demikian saat terjaganya jadi lebih panjang. Bayi umumnya sudah merespons ketika diajak bicara atau bercanda dengan mengeluarkan suara-suara vokal seperti "a". Adakalanya si kecil juga mengeluarkan suara-suara seperti orang yang sedang berkumur. Yang pasti, suara-suaranya mulai sering terdengar. Suara-suara tersebut merupakan ekspresi dari rasa senang/gembira yang biasanya dibarengi dengan gerakan anggota tubuhnya. Hal serupa juga akan ditunjukkan saat ia minta sesuatu. Jadi, responsnya sudah lebih kompleks lagi. Sedangkan ketika mendengar bebunyian dari sekitarnya, bayi akan memberi respons dengan menggerakkan mata atau tubuhnya dan berusaha mencari sumber bunyi/suara tadi. Tak heran ketika diajak "ngobrol", ia terlihat begitu serius mengamati sosok yang mengajaknya bicara. Tangisan yang ditunjukkan bayi usia ini pun sudah mulai bervariasi. Ada yang melemah, meninggi, tersedu-sedu, dan sebagainya. Orangtua juga sudah dapat membedakan mana tangisan lapar, marah, kesal, mengantuk, manja, dan lainnya. Pendek kata, bayi sudah mampu
8 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
mengomunikasikan diri dan menunjukkan emosi dengan caranya sendiri. Usia 6-8 bulan Di usia ini bayi mulai mengoceh dengan nada yang terdengar berganti-ganti. Kadang dengan nada rendah, nyaring, melengking, dan sebagainya. Jadi, bunyi suaranya sudah terdengar kian beragam dan terdengar cukup jelas pada beberapa suku kata tertentu. Jika diajak bicara ia akan menunjukkan respons senang lewat senyuman diting-kahi luapan kegembiraan dalam bentuk suara-suara. Selagi ber-main sendirian pun ia gemar mengoceh atau mengeluarkan suara-suara. Makin bertambah usianya, bayi mampu membentuk pengulangan suku kata, di antaranya "ma", "mam", dan "pa". Tak heran kalau bayi usia ini akan lebih mudah mengucapkan panggilan "ma-ma" dan "pa-pa" ketimbang panggilan lainnya seperti "ibu", "bunda", "umi", "ayah", "papi", "bapak", karena masih sulit diucapkan. Selain itu, bayi usia ini juga sudah mulai belajar menirukan suara tertentu, seperti "mam" untuk makan. Usia 9-11 bulan Suku kata yang di usia sebelumnya sudah ditirukan, di usia ini akan semakin sering terdengar diulang-ulang. Contohnya "ma-ma" dan "pa-pa" yang merupakan wujud usahanya dalam proses pembentukan kata. Bayi pun sudah mulai merespons komunikasi orangtuanya dalam bahasa sederhana. Contohnya, ketika namanya dipanggil, ia akan menunjukkan rasa senangnya atau dengan menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Jika ingin sesuatu, ia sudah bisa mengeluarkan suara-suara yang seolah memanggil atau meminta perhatian orang yang dipanggil-nya. Karena belum bisa mengungkapkan maksudnya lewat kata-kata, maka rasa kesal dan kecewa akan diungkapkan dengan suara-suara dan nada-nada tertentu. Masih terbatasnya kemampuan si bayi berbahasa, maka untuk memperkuat ekspresi tadi biasanya ia menggunakan anggota tubuhnya. Di usia ini pun bayi sudah bisa diajarkan untuk menunjuk-kan atau memeragakan lambaian tangan, cium tangan (kiss bye), dan sebagainya. Bentuk-bentuk peniruannya pun semakin banyak, seperti ketika ada orang bersin atau batuk. Begitu juga ketika diminta menunjukkan hal-hal sederhana yang dikenal atau akrab dengan kesehariannya, seperti mata, hidung, rambut dan sejenisnya. Begitu pula bila orangtua melarang sesuatu, bayi akan sejenak memerhatikan wajah orangtuanya kemudian meresponsnya. Di usia ini daya tangkap berbahasanya sudah semakin baik. Keterampilan yang sudah dia kuasainya pun semakin banyak. Usia 12-15 bulan Bayi belajar membuat pengertian dengan merangkaikan suku kata yang sudah sering diucapkannya. Misalnya, suatu kali secara spontan ia bisa mengucapkan kata sederhana, seperti "papa". Sedangkan untuk kata-kata lainnya dia sudah bisa menirukannya meski belum
9 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
tepat dan sempurna, misalnya "adik" jadi "dede". Selain itu, bayi juga sudah mulai bisa menirukan suara-suara yang dikenalkan padanya. Misalnya suara-suara binatang seperti kucing, anjing, burung, ayam jago, cicak, kambing, dan lainnya yang mudah ditemui di sekitarnya. Bayi pun sudah bisa menirukan suara-suara lain yang belum mempunyai artiluas seperti suara "mbem" ketika melihat mobil. Ungkapan bermuatan peno-lakan menggunakan anggota tubuhnya juga sudah bisa ia lakukan. Ini merupakan caranya untuk mengomunikasikan perasaannya, selain lewat suara-suara. Perintah sederhana juga sudah bisa ia lakukan. Contohnya, menunjukkan mana bagian anggota tubuh yang kita tanyakan, seperti mata, hidung, rambut, tangan dan lainnya. BETULKAH BAYI MENGERTI YANG KITA BICARAKAN? Banyak orangtua merasa heran melihat bayi yang seolah mengerti perkataan orang dewasa. Misalnya, "Adek di rumah saja ya enggak usah ikut Ibu pergi." Sebagai tanggapan, si kecil tiba-tiba menangis keras. Apakah ini berarti ia memang betul-betul mengerti isi pembicaraan tersebut? Sebetulnya, kalimat yang diucapkan tadi belumlah seutuhnya dapat ditangkap bayi. Bukankah dia usia ini perkembangan kognisinya belum sempurna. Kalaupun ia memberikan respons seolah-olah mengerti maksud kalimat tadi tak lain karena selama ini bayi belajar dari banyak hal. Ia tak hanya menangkap makna sesuatu dari kata-kata saja melainkan juga lewat pengamatannya sehari-hari, seperti dari gerak-gerik atau bahasa tubuh, nada suara, ataupun kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Jadi, sangat mungkin si bayi bisa menangkap makna ucapan ibu karena ia sudah mengenali kebiasaan ibunya ketika akan pergi meninggalkannya, semisal dari dandanan dan sebagainya.
TIP MENSTIMULASI BAYI BICARA Meski bayi belum dapat menangkap bahasa orang di sekitarnya secara utuh, tetapi jangan pernah berhenti untuk selalu mengajaknya bicara. Mengapa? Tak lain karena kemampuan berbahasanya memiliki tahapan-tahapan. Awalnya ia akan menangkap suara-suara yang didengarnya, kemudian belajar menirukan sampai akhirnya mampu mengucapkannya. Semakin sering mengajaknya bicara, maka akan semakin banyak hal yang dapat ia tangkap dan ini akan semakin merangsangnya bicara. Berikut hal-hal yang disarankan untuk dilakukan para orangtua: * Seringlah mengajak bayi bicara, bahkan sejak usianya belum genap sebulan. * Jika ia mulai mengeluarkan suara-suara, jangan lupa untuk selalu memberinya hadiah seperti ciuman. Baginya, mengeluarkan suara-suara merupakan sesuatu yang menyenangkan.
10 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
* Setiap kali ia menunjukkan kemajuan berbahasa, semisal mengeluarkan suku kata tertentu, kita respons dengan senyuman dan pujian. * Ketika kita panggil namanya ia memberi respons dengan merangkak menghampiri, maka kita angkat dan gendong dia. * Selain mengajaknya bicara, kita bisa perdengarkan suara-suara lain seperti suara radio, teve dan sebagainya. Tentu dalam bahasa ibunya sehingga akan banyak membantunya belajar berbahasa. Ingat, bayi yang banyak mendengar ternyata kemampuan berbicaranya lebih cepat terasah. * Apa pun aktivitas yang kita lakukan bisa kita ceritakan pada si bayi. Anggaplah ia seolah-olah mengerti ucapan kita. Contohnya, saat membuatkan susu, "Sebentar, ya Sayang, mama buatkan susu dulu untuk kamu. Nih, mama isi air dan susunya, lalu mama kocok dan sekarang adek bisa meminumnya." Cara seperti ini akan membuatnya banyak belajar menangkap hal-hal penting yang terkait dengan perkembangan bahasanya. * Tak perlu ragu untuk mengungkapkan pula apa yang ada di benak kita. Ketika sedang mengajak bayi jalan-jalan dan kita melihat tetangga sedang menyiram bunga, ceritakan saja momen tersebut padanya. "Lihat deh, Tante Ina sedang menyiram tanaman supaya subur dan bagus bunganya." * Jika ingin bercerita atau mengajarki bayi mengucapkan kata-kata, gunakan pengucapan yang benar. Kalaupun ia salah saat mengucapkannya, segera luruskan dengan ucapan semestinya. Misalnya, mengucapkan kata "cam" untuk "ikan", tetap saja orangtua harus mengucapkan kata yang sebenarnya. Jika tidak segera diperbaiki, lama-kelamaan ia akan punya konsep yang salah. * Berikan pula stimulasi dengan menyanyikan lagu-lagu, bisa dengan menyanyikannya sendiri atau dari kaset, video, maupun buku-buku bergambar dan sumber lainnya. * Kalau ia kurang memberi respons saat diajak bicara/diperdengarkan suara, segera periksakan ke dokter. Siapa tahu ada masalah serius pada pendengarannya. Dedeh Kurniasih. Ilustrator : Pugoeh Konsultan ahli : Ni Made Taganing K., M. Psi. Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Guna Darma, Depok dan psikolog dari Putra Andika Psychological Services
HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
11 / 12
Ayoo....ajak bayi anda berbicara!! Sunday, 26 October 2008 00:27
Menurut Soedjatmiko ada beberapa hal yang mesti diperhatikan orang tua ketika mengajarkan berbicara pada bayi adalah : - Jangan memaksa si kecil berbicara. - Kalau bayi bersuara walaupun tidak jelas, tetap berikan jawaban seolah-olah ibu/ayah mengerti ucapannya. - Pujilah segera kalau dia seolah berbicara benar. - Jangan menyalahkan kalau ucapannya tidak benar. - Kalau bayi sudah bosan sebaiknya beralihlah ke kegiatan lain yang menarik dan menyenangkan. - Jangan memotong ocehan bayi. Inilah alasannya: (1) Saat mengoceh, bayi sebenarnya sedang berusaha menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Kalau orang tua sampai memotong ocehan bayi, berarti juga memotong ide yang ingin disampaikan bayi. Perlu diketahui, mengoceh merupakan bagian dari latihan mengembangkan pendapat maupun ide. (2) Kalau orang tua sering memotong ocehan bayi, dikhawatirkan si kecil kelak tak memiliki kepercayaan diri yang kuat. Ia akan selalu takut untuk berbicara. (3) Bayi ingin ocehannya diperhatikan dan dihargai. Memotong ocehannya akan membuat si bayi merasa tak dihargai. Jadi, jangan sekali-sekali memotong ocehannya. Hilman Hilmansyah. Ilustrator: Pugoeh (sumber:seluruh artikel dikutip dari www.tabloid-nakita.com)
12 / 12