809
Adaptasi dan pemeliharaan ikan hias gurame... (Tutik Kadarini)
ADAPTASI DAN PEMELIHARAAN IKAN HIAS GURAME COKLAT (Sphaerychthys ophronomides) DENGAN PENAMBAHAN DAUN KETAPANG Tutik Kadarini, Siti Subandiyah, Sulasy Rohmy, dan Eni Kusrini Balai Riset Budidaya Ikan Hias Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui sintasan dan pertumbuhan ikan gurame coklat pada media pemeliharaan yang diberi daun ketapang. Ikan uji yang digunakan berasal dari Kalimantan Tengah dan diadaptasikan di laboratorium. Wadah yang digunakan akuarium ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm dengan volume air 40 L. Ikan ditebar padat penebaran 15 ekor/wadah dengan ukuran ikan rata-rata 3,05–3,14 cm dan bobot ratarata 0,51–0,57 g/ekor. Media pemeliharaan yang diberi daun ketapang kering dengan jumlah yang berbeda sekaligus sebagai perlakuan yaitu 0, 10, 20, dan 30 g/40 L masing-masing diulang 3 kali. Jenis pakan berupa cacing tubifex, blood worm (Chironomus sp.), dan jentik nyamuk (Culex sp.) yang diberikan diselang-seling secara adsatiation. Parameter yang diamati adalah sintasan, pertumbuhan (bobot, panjang), dan perkembangan gonad. Kualitas air (suhu, pH, amonia, alkalinitas, oksigen, dan karbondioksida) sebagai data penunjang. Hasil penelitian menunjukkan media yang terbaik untuk pemeliharaan gurame coklat adalah media dengan daun ketapang kering 10 g/40 L. Sintasan tertinggi sebesar 55%, panjang total 3,8–4,7 cm, pertumbuhan mutlak (panjang) 1,33 cm, pertumbuhan mutlak (bobot) 0,89 g dan mencapai TKG III.
KATA KUNCI:
gurame coklat, sintasan, ikan, dan gonad
PENDAHULUAN Gurame coklat (Sphaerychthys ophronomides) adalah salah satu ikan hias air tawar komoditas ekspor dan merupakan ikan asli dari Kalimantan dan Sumatera. Ikan gurame coklat yang berasal dari Kalimantan mempunyai garis vertikal lebih dari satu dan harganya lebih mahal dibandingkan gurame coklat dari Sumatera. Selama ini produksi gurame coklat masih mengandalkan hasil tangkapan alam. Jika hal ini berlangsung terus-menerus, maka bukan tidak mungkin akan mengalami kepunahan. Menurut informasi dari para eksportir ikan hias, gurame coklat termasuk kelompok ikan hias yang sangat rentan dan sensitif sehingga mudah sekali kena penyakit. Hal ini menyebabkan gurame coklat memerlukan waktu cukup lama untuk beradaptasi dalam media pemeliharaan dan memiliki sintasan yang rendah. Hingga saat ini, upaya budidaya juga belum dapat dilakukan. Adaptasi adalah kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Lingkungan hidup ikan gurame coklat di alam adalah perairan yang berwarna coklat. Daun ketapang sudah dikenal sebagai salah satu bahan alami yang dapat menurunkan pH dan mengubah air menjadi berwarna kecoklatan seperti kondisi habitat asal gurame coklat. Selain itu, daun ketapang juga mengandung antibiotik. Dengan penambahan daun ketapang diharapkan ikan dapat hidup dengan sintasan tinggi, tumbuh, dan berkembang biak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah daun ketapang yang optimal untuk meningkatkan sintasan, pertumbuhan, dan kematangan gonad. METODOLOGI RISET Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Depok. Wadah yang digunakan akuarium ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 12 buah dengan volume air 40 L. Ikan ditebar dengan padat penebaran 15 ekor/wadah dengan ukuran ikan panjang total rata-rata 3,05 cm (berkisar 2,53–3,25) dan bobot rata-rata 0,51 g/ekor. Media pemeliharaan diberi daun ketapang dengan jumlah yang berbeda sekaligus sebagai perlakuan sebagai berikut 0, 10, 15, dan 20 g/wadah masing-masing diulang 3 kali. Jenis pakan berupa cacing tubifex (Tubifex sp.), blood worm (Chironomus sp.), dan jentik nyamuk (cuk atau Culex sp.) diberikan diselang-seling secara adsatiation. Frekuensi pemberian 2 kali sehari yaitu pukul 9.00 dan 15.00. Parameter yang diamati panjang dan bobot, sintasan, TKG, dan analisis kualitas air (suhu, pH, amonia, alkalinitas, oksigen, dan
810
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
karbondioksida). Korelasi tingkat perkembangan gonad dengan bobot dan panjang dianalisis dengan analisis regresi. HASIL DAN BAHASAN Media Pemeliharaan Gurame coklat di alam hidup pada perairan yang berwarna kecoklatan, untuk meniru kondisi tersebut maka dalam pemeliharaan di laboratorium menggunakan daun ketapang kering yang direndam dalam air. Daun ketapang kering (warna kecoklatan) lebih baik dibanding yang masih hijau dikarenakan daun ketapang masih hijau bila direndam dalam air akan terjadi pembusukan yang dapat menurunkan kualitas air. Untuk lebih jelasnya gambar daun ketapang dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil rendaman daun ketapang kering selain air berwarna kecoklatan juga mengandung antibiotik yaitu tannin dan flavanoid. Hasil analisis daun ketapang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis daun ketapang Parameter Tannin Flavanoid
Komposisi (%) 0,1073 0,5428
Gambar 1. Daun ketapang masih segar (kiri) dan kering (kanan) Sintasan dan Pertumbuhan Rata-rata sintasan ikan gurame coklat selama penelitian dari yang tertinggi sampai terendah adalah pada perlakuan daun ketapang 10 g/40 L, 20 g/40 L, 30 g/40 L, dan kontrol, yaitu 55%, 35%, 28%, dan 20% (Tabel 2). Pertumbuhan adalah pertambahan bobot dan panjang dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuahan bobot mutlak gurame coklat selama penelitian tertinggi pada perlakuan media ketapang 10 g/40 L, yaitu rata-rata 0,89 g dan terendah perlakuan kontrol rata-rata 0,75 g. Pertumbuhan panjang mutlak tertinggi sebesar 1,33 cm pada perlakuan daun ketapang 10 g/40 L dan terendah 0,77 cm pada perlakuan kontrol atau tanpa daun ketapang (Tabel 2). Kelebihan daun ketapang dalam media menyebabkan warna air menjadi coklat tua. Selain kekentalan meningkat, ikan mengalami kesulitan dalam mencari makanan. Selain itu, menurut Ashry (2007), kelebihan daun ketapang pada media pemeliharaan menyebabkan ikan mengalami stres. Sedangkan media tanpa daun ketapang (kontrol) memiliki sintasan paling rendah (20%). Hal ini disebabkan media tidak mendapatkan suplai antibiotik yang berasal dari daun ketapang. Kondisi ini dapat menyebabkan ikan mudah terserang jamur.
811
Adaptasi dan pemeliharaan ikan hias gurame... (Tutik Kadarini) Tabel 2. Rata-rata sintasan dan pertumbuhan ikan gurame coklat Parameter Sintasan (%) Panjang total awal (cm) Panjang total akhir (cm) Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Bobot awal (g) Bobot Akhir (g) Pertumbuhan bobot mutlak (g) TKG
Perlakuan dosis daun ketapang Kontrol
10 g/40 L
20 g/40 L
30 g/40 L
20 3,14 3,91 0,77 0,56 1,31 0,75 TKG I
55 3,12 4,45 1,33 0,57 1,46 0,89 TKG III
35 3,12 4,33 1,21 0,54 1,39 0,85 TKG II
28 3,05 4,21 1,16 0,51 1,33 0,82 TKG I
Adaptasi ikan dari alam ke lingkungan budidaya biasanya memerlukan waktu lama. Ikan gurame coklat memerlukan waktu melakukan adaptasi awal untuk hidup, pertumbuhan termasuk perkembangan gonad. Ikan gurame coklat adalah salah satu ikan yang sangat sensitif dibanding ikan lain sehingga eksportir biasanya menampung ikan ini bila ada pesanan dari konsumen. Tingkat Kematangan Gonad Selama pemeliharaan, bagi ikan yang bertahan hidup selanjutnya akan tumbuh termasuk mengalami perkembangan gonad yang terjadi secara bertahap. Setelah ikan beradaptasi baik dengan lingkungan dan pakan selanjutnya akan berkembang biak. Kematangan gonad merupakan tahap awal dalam berkembang biak ikan. Tahap tingkat kematangan gonad tergantung jenis ikan. Tingkat kematangan gonad yang digolongkan dalam lima tahap, yaitu TKG I, II, III, IV, dan V baik ikan jantan maupun betina. Dari pengamatan perkembangan gonad secara periodik, pada perlakuan penambahan ketapang sebanyak 10 g/40 L, ikan telah mencapai TKG III sedangkan perlakuan lain masih TKG I dan II (Tabel 2). Hal ini tampaknya berkaitan dengan panjang ikan. Ikan yang telah mencapai TKG III memiliki panjang 3,91–4,33 cm. Sebagai perbandingan, ikan gurame coklat yang memijah di alam memiliki panjang total ± 5 cm. Umur pertama kali matang gonad tiap spesies ikan tidak sama, bahkan ikanikan pada spesies yang sama juga akan berbeda bila berada pada kondisi dan letak geografis yang berbeda (Nasution, 2004). Menurut Miller (1984), organ testis dan ovarium pada kebanyakan ikan teleostei berupa sepasang organ yang terletak di rongga tubuh dan mengisi sepertiga dari rongga tubuh. Perkembangan gonad bisa dilihat dari warna ovaria. Pada tahap awal biasanya berwarna putih susu dan setelah berkembang akan berubah warna menjadi kuning atau merah. Hasil pengamatan ikan gurame coklat yang telah didomestikasi selama ± 4 bulan pertumbuhan panjang total berkisar 3,8–4,7 dan bobot berkisar 1,26–1,46 g dari bobot awal 0,45–0,8 g dengan panjang total 2,5–3,8 cm. Tingkat perkembangan gonad secara morfologis dan histologis ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1)
TKG I dan II
Secara morfologis perkembangan gonad TKG I dan II ovari masih terbungkus selaput (peritonium). Butiran berwarna putih susu belum terlihat mata telanjang. Secara histologis, menurut Hardjamulia et al. (1995), pada oosit stadia II tidak terdapat granula kuning telur. Menurut Guiguen et al. (1994), oosit stadia II dinamakan fase awal vitelogenesis (Gambar 2). 2)
TKG III
Secara morfologis perkembangan gonad III ovari terbungkus peritonium, butir-butir terlihat jelas dengan mata telanjang, ovari berwarna kuning kemerahan. Secara histologis oosit ber-granula kuning telur (Gambar 3). Menurut Bowers (1992), stadia ini merupakan tahap pembentukan globul kuning
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
812
Gambar 2. Kondisi ikan dari Kalimantan dan histologi telur TKG III
Gambar 3. Kondisi ikan dari Kalimantan dan histologi telur TKG III telur yang dinamakan fase akumulasi kuning telur. Menurut Hardjamulia et al. (1995), pada akhir oosit stadia III hampir seluruh sitoplasma terisi granula kuning telur. Perkembangan gonad setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tingkat kematangan gonad yang terendah pada media daun ketapang 0 dan 20 g/40 L. Rendahnya tingkat kematangan gonad dikarenakan porsi energi yang seharusnya untuk pertumbuhan (gonad) dipakai untuk proses osmoregulasi. Ikan gurame coklat yang stres ditandai dengan reaksi ikan yang berenang dengan cepat ke arah tidak tentu waktu akuarium dibuka/tutup. Bahkan reaksi tersebut kadang berlangsung cukup lama. Tingkat perkembangan gonad pada setiap perlakuan disajikan dalam Tabel 3. Fekunditas dan Diameter telur Fekunditas adalah jumlah telur ikan betina sebelum dikeluarkan pada waktu akan memijah (Effendi, 1997). Nikolsky (1963) menyatakan bahwa jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak, dan fekunditas total. Fekunditas mempunyai keterkaitan dengan umur, panjang atau bobot individu, dan spesies ikan. Bagenal (1978) menyatakan bahwa pertambahan bobot dan panjang ikan cenderung meningkatkan fekunditas secara linier. Fekunditas total yaitu jumlah oosit (bobot gonad) dalam ovari dibagi bobot ikan dikalikan 100%. Bobot ikan gurame coklat berkisar 1,26–1,46 g dan bobot gonad berkisar 0,0075–0,0125 g. Jadi fekunditas total ikan gurame coklat berkisar 0,6%–0,86%. Telur yang masih berkembang dalam ovarium disebut oosit. Ukuran oosit gurame coklat TKG III berkisar 0,550–1,020 mm.
813
Adaptasi dan pemeliharaan ikan hias gurame... (Tutik Kadarini) Tabel 3. Tingkat perkembangan gonad pada setiap perlakuan Perkembangan gonad Belum berkembang TKG I TKG II TKG III
Daun ketapang (g/40 L air) 0
10
15
20
+ +
+ + + +
+ + +
+ +
Hubungan TKG dengan Panjang dan Bobot Menurut Woynarovic & Horvarth (1980), derajat kematangan gonad ikan juga dipengaruhi oleh umur maupun ukuran baik panjang dan bobot, semakin dewasa dan makin besar ikan makin tinggi derajat kematangan gonadnya sampai umur dan ukuran maksimum. Ikan gurame coklat mulai memijah pada ukuran berkisar 4,5–5,5 cm. Hasil analisis regresi hubungan tingkat perkembangan gonad dengan panjang dan bobot membentuk garis linier dengan R2= 98% yang berarti panjang dan bobot semakin meningkat seiring dengan perkembangan gonad. Analisis regresi menunjukkan perbedaan yang nyata untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 4.
Gambar 4. Respons TKG dengan panjang total (kiri) dan TKG dengan bobot (kanan) Siklus Reproduksi Dalam proses reproduksi sebelum terjadi pemijahan ukuran gonad akan bertambah besar dan berat. Bobot gonad akan mencapai maksimum saat ikan akan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Effendie, 1997). Umumnya ikan akan terusmenerus memijah setelah pertama kali matang gonad, namun tergantung kepada daur pemijahannya, ada yang satu tahun sekali, beberapa kali dalam satu tahun (Reay, 1984). Reproduksi dipengaruhi beberapa faktor antara lain musim, suhu, oksigen, dan hormon yang memicu agar organ reproduksi dapat berfungsi. Diameter telur (oosit) TKG III berkisar antara 0,26–1,02 mm (dominan 0,58 mm) (Gambar 5). Keragaman ukuran telur ikan gurame coklat pada TKG III menunjukkan bahwa ikan ini tergolong jenis ikan yang memijah secara partial (partial spawner). Dalam proses pemijahan telur ikan tidak dikeluarkan semua secara serentak karena adanya perbedaan besar ukuran (tingkat kematangan telur berbeda dalam satu individu ikan). Menurut Nagahama (1983), ovarium yang memiliki oosit pada semua tingkat perkembangan menunjukkkan ikan memijah dalam waktu dan musim yang panjang. Kualitas Air Pengelolaan kualitas air dalam pemeliharaan ikan gurame coklat sangat diperlukan dikarenakan ikan gurame coklat sangat sensitif terhadap fluktuasi lingkungan. Kualitas air sangat berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan gurame, karena untuk beradaptasi dengan lingkungan baru
814
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
Gambar 5. Ukuran oosit bervariasi pada TKG III ikan gurame coklat agak sulit sehingga medianya dibuat sesuai ikan hidup di alam. Hasil analisis kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis kualitas air ada parameter yang belum optimal untuk hidup ikan gurame coklat yaitu pH di alam sekitar 4,5–5,5 dan suhu di alam 27°C– 29°C (hasil survai di Kalimantan Tengah). Sedangkan hasil analisis parameter suhu 25°C–28°C dan pH 6,5 menyebabkan banyak ikan yang mati. Penambahan daun ketapang tidak banyak pengaruh terhadap penurunan pH tetapi diperlukan sebagai antibiotik karena ikan gurame mudah kena jamur. Selain itu, daun ketapang membuat warna media menjadi kecoklatan. Sedangkan di alam ikan gurame coklat selain hidup di air yang berwarna coklat dengan nilai pH rendah. Tabel 4. Hasil analisis kualitas air selama penelitian Parameter
Hasil analisis
Suhu (°C) pH CO2 (mg/L) O2 (mg/L) Alkalinitas (mg/L) Hardness (mg/L) NH3 (mg/L) NO2 (mg/L)
25–28 6,5–7 7,9–98 5,4–6,3 32,5–33,98 38,8–40,54 0,07–0,0914 0,0046–0,0064
KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan media yang terbaik untuk pemeliharaan gurame coklat adalah media dengan penambahan daun ketapang kering 10 g/40 L sintasan 55%; pertumbuhan panjang total 1,33 cm; pertumbuhan bobot mutlak berkisar 0,89 g; dan kematangan gonad mencapai TKG III. DAFTAR ACUAN Ashry, N. 2007. Pemanfaatan Ekstrak Daun Ketapang Terminalia cattapa Untuk Pencegahan dan Pengobatan Ikan patin Pangasionodon hypophthalmus yang terinfeksi Aeromonas hydrophila. Bowers, M.J. 1992. Annual reproductive cycle of oocyt and embryos of yellowtail rockfish Sebastes flavidus. Effendie, M.I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta, 163 hlm. Hardjamulia, A., Suhenda, N., & Wahyudi, E. 1995. Perkembangan oosit dan ovari ikan semah. Tor douronensis di Sungai Selabung. Danau Ranau, Sumatera Selatan. J. Pen. Perik. Indonesia, 1(3): 36– 46. Guiguen, Y., Cauty, C., Fostier, A., & Jalabert, B. 1994. Reproducctive cycle and sex inversion of the seabass, Lates calcarifer reared in the sea cages in French Polynesa: Histological and morphometric description Enviromental Biology of Fishes, 39: 231–247. Miller, P.J. 1984. The Tokology of gobioid fishes. In G.W. Pott, G.W. & Wootton, R.J. (eds). Fish reprodukction, Strategies and tactics. Academic. Press. Harcourt Brace Jovanovich Publishers, London, p. 223–244.
815
Adaptasi dan pemeliharaan ikan hias gurame... (Tutik Kadarini)
Nagahama, Y. 1983. The functional morphology of teleost gonads. In Hoar, W.S., Randal, D.J., & Donalson, E.M. (eds). Academic Press. New York. Fish Physiology, IXa: 223–276. Nikolsky, G.V. 1963. The ecology of fishes. Academy Press, New York, 432 pp. Nasution, S.H. 2004. Distribusi dan Perkembangan gonad ikan Endemik rainbow selebensisi (Telmatherina celebensis Boulenger) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Reay, P.J. 1984. Reproductive tactics: A non-event in aguaculture. In Potts G.W. & Wootton, R.J. (eds) Academic Press. Harcourt Brace Jovanovich Publishers, London, p. 325–346