Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Inkuiri Pada Mata Pelajaran Ips Dikelas Viib Smp Negeri 11 Kota Gorontalo Delpita Naus1, Dra. Hj. Salma Bowtha, M.Pd2, Roy Hasiru, S.Pd.,M.Pd3 Jurusan Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Delpita Naus, NIM 911 410 170. “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. Skripsi. Dibawah Bimbingan Ibu Dra. Hj. Salma Bowtha, M.Pd Dan Bapak Roy Hasiru, S.Pd, M.Pd. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo 2014 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hipotesis penelitian adalah “jika menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPS, maka hasil belajar siswa pada kelas VIIb SMP Negeri 11 kota gorontalo akan meningkat”, dengan indikator penelitian : dimana bila siswa memperoleh nilai atau hasil belajar mengalami ketuntasan yaitu 75 akan meningkat dari 48% menjadi 75%. Hasil belajar yang belum sesuai target yang diharapkan antara lain disebabkan oleh beberapa aspek kegiatan guru yang belum terlaksana secara optimal pada siklus I. setelah dilakukan perbaikan dan penyempurnaan aspek-aspek kegiatan belajar mengajar, pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan pada hasil pengamatan pelaksanaan siklus II yang menunjukkan bahwa dari 27 siswa dikelas VIIb Negeri 11 Kota Gorontalo tahun 2013/2014 yang dikenai tindakkan memperoleh nilai 75 keatas terdapat 23 orang siswa (85,2%) dengan rata-rata 80,44%. Berdasarkan data analisis nilai yang diperoleh dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Pembelajaran Inkuiri
1
Delpita Naus. Mahasiswa. jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 2
Dra. Hj. Salma Bowtha M.Pd. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. 3 Roy Hasiru S.Pd., M.Pd. Dosen Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo.
Interaksi edukatif merupakan interaksi belajar mengjar, yakni berupa proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai berupa substansi sebagai medium antara guru dan siswa. Dalam mencapai hasil pembelajaran interaksi edukatif, guru harus berusaha agar siswa belajar secara optimal. Guru diharapkan dapat menerapkan gaya mengajar yang modern dan tidak harus terlena dengan gaya mengjar tradisionl. Guru dalam perannya harus memahami prinsip-prinsip eduktif, menyiapkan materi pembelajran memilih mtode, model, alat pendekatan dan menggunakan efaluasi setelah akhir kegiatan pengajran yang dilaksanakan dengan pendekatan tersistem. Materi pembelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu mampu mengaitkan bagian-bagian dalam proses. Tanpa suatu pola pelajaran dapat terpecah-pecah dan siswa sulit untuk memusatkan perhtiannya. Titik pusat perhatian dapat tercipta melalui upaya guru dalam merumuskan masalah yang hendak dicapai dengan memusatkan perhatiannya yang hendak dijawab dan ditemukan. Mengingat tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidik dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, maka guru perlu mengatur strategi atau memilih metode pembelajaran sebaik mungkin untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai dan terlaksana dengan baik serta bisa meningkatkan mutu pembelajaran sesuai yang diharapkan. Kenyataan yang ditemukan di lapangan dari dulu hingga sekarang, sebagian besar guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah dalam penyajian materi
pelajaran. Karena metode tersebut dianggap lebih banyak memberikan informasi sesuai dengan tuntutan kurikulum. Sehingga sebagian besar yang terjadi sekarang bahwa salah satu kelemahan siswa khususnya pada mata pelajaran IPS, dimana mereka takut mengemukakan pendapat, lebih senang diam atau melakukan aktifitas lain yang tidak berhubungan dengan mata pelajaran IPS, hal ini disebabkan oleh guru. Karena dalam proses pembelajaran terkadang guru belum bisa menentukan metode atau model pembelajaran yang sesuai Hal ini berdampak pada peningkatan hasil belajar yang terjadi di kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo mengalami penurunan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dan keterangan dari guru IPS di kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo, bahwa hasil belajar siswa pada pelajaran IPS lebih didominasi oleh guru, artinya siswa hanya menerima penyampaian materi dari guru tanpa mereka tahu lebih jelasnya tentang materi tersebut. Hal ini terlihat pada data tahun 2011/2012 dengan jumlah siswa 19 orang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Siswa yang mendapat nilai 75 keatas adalah (37%) 7 orang dan yang mendapat nilai 75 kebawah adalah (63%) 12 orang. Pada tahun 2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 11 orang dan 14 orang perempuan. Siswa yang mendapat nilai 75 keatas (48% ) 12 orang dan yang mendapat nilai 75 kebawah (52%) 13 orang. Sebab yang penulis temukan bahwa pelajaran IPS termasuk materi yang dirasakan sulit untuk diajarkan guru kepada siswa tersebut, sehingga siswa juga merasakan kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan. Oleh sebab itu dalam proses belajar mengajar guru diharapkan dapat menggunakan metode pemebelajaran yang dapat menciptakan
suasana yang dapat memotivasi siswa untuk lebih aktif sehingga suasana belajar lebih menarik dan akhirnya dapat menigkatkan hasil belajar siswa. Untuk mengantisipasi hal tersebut guru dituntut berkreasi dalam menentukan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa tidak bosan dalam mempelajari pelajaran yang diberikan oleh guru, serta mengingat banyak siswa yang cenderung mencari kenyataan, kebenaran, dan rasa keingintahuan yang besar, maka seorang guru harus meggunakan strategi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran, sehingga siswa lebih termotivasi dalam menerima mata pelajaran. Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran IPS yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan metode pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Metode pembelajaran yang akan peneliti coba untuk melakukannya adalah metode pembelajaran inkuiri. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melakukan suatu penelitian dengan formulasi judul “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo”
KAJIAN TEORI Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor (www.depdiknas.go.id) dan selanjutnya menurut Gronlund (www,depdiknas go.id) hasil belajar adalah suatu hasil yang diharapkan dan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rumusan perilaku tertentu. Demikian pula menurut Davidoff (www depdiknas.go.id), hasil belajar merupakan wujud perubahan perilaku yang terjadi atas suatu obyek tertentu sebagai akibat dari proses belajarnya. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah menerima pengalaman belajarnya. Taksonomi merupakan usaha pengelompokan yang disusun secaca berururtan berdasarkan ciri-ciri tertentu, taksonomi pembelajaran, (www. depdiknas. go. id) terdiri dari: 1. Ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi. 2. Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan interaksi. 3. Ranah psikomotor yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak.
Sependapat dengan uraian di atas, Gegne Jan Briggs (www.depdiknas.go id) mengemukakan bahwa hasil belajar marupakan kemampnan internal (capahilit) yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu. Sedangkan Dimiyati (1994: 26) mengemukakan bahwa hasil belajar yaitu sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pengajaran dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai. Menurut Sudjana (1985:56) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut : a. Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar mengajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. b. Menumbuhkan keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya dia tau kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana harusnya. c. Hasil belajar yang tercapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama di ingatannya, membentuk perilaku, bermanfaatnya untuk memperoleh aspek lain dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya. d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif) yang mencakup ranah kognitif, (pengetahuan atau wawasan) afektif dan psikomotor.
e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau memilih hasil yang dicapainya maupun memilih dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupnn menilai dan mengendalikan proses dari usaha belajarnya. Hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajar. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam belajar memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil dari usaha yang dilakukan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) “Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa terdiri dari factor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal terdiri dari: sikap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi, rasa percaya diri, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Sedangkan faktor eksternal meliputi: lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan sosial”. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang di kategori kedalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.
METODE PENULISAN Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain, Hatch dan Farhadi ( dalam Sugiyono 2009:68 ). Selanjutnya kidder ( dalam Sugiono 2009: 69 ) menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas, dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Untuk memudahkan dalam mengajukan hipotesis, maka peneliti menetapkan variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel input 2. Variabel proses 3. Variabel output Prosedur Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap : (1). Tahap persiapan, (2). Tahap pelaksanaan tindakan, (3). Tahap pengamatan dan evaluasi, dan (4). Tahap analisis dan reflesi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMP Negeri 11 Kota Gorontalo. Kelas yang dikenai tindakan adalah kelas VIIb dengan jumlah siswa 27 orang yang mencakup 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus 2 dilaksanakan karena hasil belajar pada siklus 1 belum memenuhi standar yang telah ditetapkan. Pada siklus 2 kegiatan
yang
dilaksanakan
merupakan
upaya
perbaikan
langkah-langkah
pembelajaran dan peningkatan kemampuan siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Dalam penelitian ini yang menjadi indikator kinerja adalah jumlah siswa yang memiliki hasil belajar tinggi mencapai 75% atau lebih. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa. Telah diketahui dari latar belakang yang telah ditampilkan sebelumnya, bahwa kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo hasil belajarnya paling rendah. Berdasarkan permasalahan dari latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan tindakan melalui siklus I untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Setelah diadakan tindakan pada siklus I, hasil penelitian tindakan kelas ini diperoleh data pengamatan proses belajar mengajar menunjukkan dari 19 aspek pengamatan kegiatan guru, terdapat 5 aspek (26,3%) mencapai kategori sangat baik, 5 aspek (26,3%) mencapai kategori baik, 8 aspek (42,1%) mencapai kategori cukup dan 1 aspek (5,3%) mencapai kategori kurang. Sedangkan 5 aspek pengamatan kegiatan
siswa, 1 aspek (20%) yang mencapai kategori sangat baik, 2 aspek (40%) mencapai kategori baik, dan 1 aspek (20%) mencapai kategori cukup, dan 1 aspek (20%) mendapatkan kategori kurang. Ini berarti pada siklus I masih ada beberapa aspek baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang masih harus perlu disempurnakan. Selain pengamatan terhadap aspek-aspek, dilakukan juga tindakan analisis hasil evaluasi yaitu data hasil belajar siswa siklus I. untuk mengukur kemampuan siswa, diberikan 5 soal berbentuk essay dimana tiap soal memiliki skor yang bervariasi dengan skor maksimum 100. Setelah diadakan evaluasi, menunjukkan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa belum mencapai ketuntasan belajar, dimana dari 27 orang siswa ada 10 orang siswa atau 37,03% yang mendapat nilai 75 keatas, 3 orang atau 11,11% yang mendapat nilai 75 dan 14 orang siswa atau 51,85% yang mendapat nilai 75 kebawah dengan rata-rata kelas mendapat nilai 67,29 dan daya serap 67,29%. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan atau belum mencapai kriteria ketuntasan sehingga perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Setelah diadakan siklus I dan belum mencapai indikator kinerja, maka dilakukan siklus II. Setelah siklus II dilaksanakan, diperoleh data pengamatan proses belajar mengajar siklus II menunjukkan bahwa dari 19 aspek kegiatan guru terdapat 16 aspek (84,2%) mencapai kriteria sangat baik, 3 aspek (15,8%) mencapai kriteria baik, dan tidak ada aspek yang mendapatkan kriteria cukup dan kurang. Berikutnya untuk aspek pengamatan kegiatan siswa menunjukkan dari 5 aspek, terdapat 4 aspek (80%) mencapai kriteria sangat baik, 1 aspek (20%) mencapai kriteria baik, dan untuk aspek
yang mendapat kriteria cukup dan kurang tidak ada. Ini berarti siklus II sudah ada perbaikan yang dilaksanakan. Data hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar atau terjadi peningkatan, dimana dari 27 orang siswa ada 23 orang siswa atau 85,2% yang mendapatkan nilai 75 keatas dan sisanya yaitu 4 orang siswa atau 14,8% yang mendapat nilai 75 kebawah dengan rata-rata kelas mendapat nilai 80,44 dengan daya serap siswa 80,44%. Dengan demikian, analisis tes pada siklus I dan II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dikelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo pada pelajaran IPS khususnya materi sumberdaya alam di Indonesia dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri. Peningkatan ini nampak terutama dari perolehan siswa, dimana pada siklus I jumlah siswa yang tuntas 13 orang siswa atau 48,14% menjadi 23 orang siswa atau 85,18% pada siklus II. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini, yaitu “jika menggunakan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPS, maka hasil belajar siswa pada kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo akan meningkat” dapat diterima.
SIMPULAN Berdasarkan dengan hasil data yang diperoleh serta pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Melalui Metode pembelajaran Inkuiri, maka hasil belajar siswa di kelas VIIb SMP Negeri 11 Kota Gorontalo 2013/2014 pada mata pelajaran IPS dapat meningkat SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Metode pembelajaran inkuiri hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam mata pelajaran IPS. Karena secara riil melalui penelitian ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Perlu adanya bimbingan secara rutin kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran inkuiri sehingga setiap guru memiliki kemampuan yang baik dalam menerapkan metode pembelajaran ini. 3. Perlu dukungan fasilitas pembelajaran IPS yang representatif guna mendukung implementasi metode pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo Sutarjo, Pembelajaran Nilai Karakter (konstruktivisme dan VCT sebagai inovasi pendekatan pembelajaran afektif). Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2012 Alma Buchari, Guru Propesional Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta, 2009 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Ciputat, Quantum Teaching, 2005. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rienika Cipta, 2005. Bahri Djamarah, Syaiful, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis, Rineka Cipta, 2010. Dimiyanti dan Mudjino, 2002. Belajar dan pembelajaran, Jakarta : Rineke cipta Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru), Bandung, PT Rajagrafindo Persada, 2007. Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, CV Pustaka Setia, 2011. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta, 2010 (Edisi Kedua). Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Bandung, Kencana,
Slameto, 1995. Belajar Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineke Cipta Soemanto, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara Sabri, Ahmad, 2005. Strategi Mengajar. Padang Sudjana, Nana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Sound dan Trowbridge, 1973. Teaching Sicience by Inquiry in the Scondary School. Columbus: Charles E. Marvil Publishing Company. Sudrajat,
Akhmad.
2008.
Hakekat
Belajar.
Online
tersedia
di
http:///akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/. Di akses februari 2013. Widyatmoko,
Arif.
2008.
Belajar
Penemuan.
Online
http:///wordpress.com/2008/07/29/belajar-penemuan/. maret 2013
tersedia
di
Diakses