Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU BAGI MASYARAKAT PERKOTAAN DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI KOTA BANDA ACEH Yusmawar
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. email;
[email protected]
Abstract This study aimed to analyze the benefits of open green space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh. The samples in this study were 100 people around the green open space. The model used is a Qualitative Descriptive Analysis using the method of collecting data obtained directly from respondents through interviews and using a literature review on the results of research that has been done. The results showed that most people in urban areas say get the full impact of the benefits of green open spaces. Green open space is very influential for the society means that people can feel the benefits of green open space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh, one of her people can feel the benefit of air, plants that clean, could increase household incomes and other facilities. Most other people say have not received the benefits of green open space for the community, because it does not take advantage of the resence of green open space for urban communities in terms of social and economic aspects in Kota Banda Aceh to improve welfare. Kota Banda Aceh Government expected to be able to increase the presence of green space, creating Kota Banda Aceh as the city center with the quality of a clean and healthy environment. Keywords: Green Open Space, Descriptive Qualitative, Social and Economic Aspects. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 100 orang masyarakat di sekitar ruang terbuka hijau tersebut. Model yang digunakan adalah Analisis Deskriptif Kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yang didapat secara langsung dari responden melalui wawancara serta menggunakan kajian pustaka atas hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat di perkotaan mengatakan mendapatkan dampak dari manfaat ruang terbuka hijau tersebut. Ruang terbuka hijau sangat berpengaruh bagi masyarakat artinya masyarakat bisa merasakan manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh, salah satu nya masyarakat bisa merasakan manfaat udara, tanaman-tanaman yang bersih, bisa meningkatkan pendapatan masyarakat dan fasilitas lainnya. Sebagian masyarakat lain mengatakan belum menerima manfaat ruang terbuka hijau bagi masyarakat tersebut, karena tidak memanfaatkan keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi di Kota Banda Aceh untuk meningkatkan kesejahteraan. Diharapkan Pemerintahan Kota Banda Aceh dapat meningkatkan keberadaan RTH sehingga menciptakan Kota Banda Aceh sebagai pusat kota dengan kualitas lingkungan yang sehat dan bersih. Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau, Deskriptif Kualitatif, Aspek Sosial dan Ekonomi.
290
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 PENDAHULUAN Masalah perkotaan pada saat ini menjadi masalah yang cukup rumit untuk diatasi. Perkembangan perkotaan saat ini membawa penurunan kualitas lingkungan hidup atau membawa dampak negatif pada beberapa aspek lingkungan, sosial dan aspek ekonomi. Besarnya tekanan ekonomi akibat persaingan warga kota dengan pendatang juga kerap menyebabkan permasalahan-permasalahan lingkungan ini diabaikan. Kota yang berkembang secara ekonomi tetapi menurun secara ekologi, akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem, seperti meningkatnya suhu udara dan pencemaran lingkungan yang pada gilirannya akan menimbulkan biaya (cost) pembangunan yang tinggi. Kota Banda Aceh terjadi pertambahan jumlah penduduk setiap tahun nya, hal ini bisa mengakibatkan terjadinya densifikasi penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk mengakomodasi kepentingannya. Menurunnya kualitas permukiman di perkotaan bisa dilihat dari kemacetan yang semakin parah. Perkembangan kota terjadi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk, perubahan sosial, ekonomi dan budaya serta interaksinya dengan kota lain di daerah sekitar. Secara fisik perkembangan suatu kota dapat dicirikan dari penduduknya yang makin bertambah, bangunanbangunan yang semakin rapat dan padat dan wilayah terbangun terutama permukiman yang cenderung luas, serta semakin lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial ekonomi kota (Branch, 1996). Berikut data Jumlah Penduduk dan Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Banda Aceh tahun 2011-2014 yang di ambil dari Badan Pusat Statistik`Provinsi Aceh. Tabel 1. Jumlah Penduduk (jiwa) dan Luas Ruang Terbuka Hijau (Ha) Kota Banda Aceh pada Tahun 2011-2014 Tahun
Jumlah Penduduk (jiwa)
Luas RTH (Ha)
2011
228.562
1.421,57
2012
238.784
1084,33
2013
249.282
552,72
2014
249.499
469,09
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan jumlah penduduk di Kota Banda Aceh yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bisa di lihat bahwa jumlah penduduk menurut kecamatan di Kota Banda Aceh dari tahun 2011 sampai tahun 2014 terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk berbanding terbalik dengan luas RTH yang dimiliki Kota Banda Aceh dari tahun 2011 hingga 2014. Semakin tinggi jumlah dan persentase penduduk di suatu daerah akan menjadi tinggi beban pembangunan. Pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Banda Aceh sebanyak 228,562 jiwa dengan luas Ruang Terbuka Hijau sebesar 1421,57 Ha, Jumlah Penduduk terus meningkat setiap tahunnya hingga mencapai 249,499 jiwa pada tahun 2014. Dengan peningkatan penduduk yang ada di kota Banda aceh maka permintaan terhadap lahan pemukiman pun terus meningkat dan menyebabkan luas Ruang Terbuka Hijau mengalami penurunan setiap tahunnya menjadi 469,09 Ha pada tahun 2014. (Saiful Bahri, 2012) menyebutkan bahwa standar luas minimal RTH yang dibutuhkan di Kota Banda Aceh berdasarkan luas wilayah seluas 1.840,77 ha terdiri dari 1.227,2 ha RTH publik dan 613,6 ha RTH privat, sedangkan berdasarkan kebutuhan oksigen penduduk, kendaraan bermotor dan ternak dibutuhkan RTH seluas 1.605,82 ha tahun 2011, 1.838,31 ha 291
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 tahun 2014 dan 2.148,58 ha tahun 2018. Kondisi eksisting RTH yang ada di Kota Banda Aceh seluas 1.474,79 ha yang terdiri dari 676.27 ha RTH Publik dan 798,52 ha RTH Privat, sehingga belum memenuhi standar kecukupan minimal kebutuhan RTH ditinjau berdasarkan luas wilayah dan kebutuhan oksigen. Secara agregat, diketahui luas RTH tersebut tergolong memadai mengingat masih lebih besar dari tingkat kebutuhan RTH minimal berdasarkan ketentuan Imendagri No. 14 Tahun 1988 sebesar 40 % dari luas wilayah kota. Keberadaan RTH memberikan banyak manfaat terutama manfaat sosial dan ekonomi, penilaian terhadap manfaat sosial ekonomi RTH belum mendapat perhatian. Melihat hal tersebut maka diperlukan penelitian tentang pemanfaatan RTH dari aspek sosial ekonomi yang meliputi pemanfaatan RTH oleh masyarakat kota yang dapat berdampak Terhadap pendapatan, ekologi, kesehatan, polusi, inovasi, dan pendidikan. Pentingnya penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa RTH merupakan ekosistem yang memberikan manfaat sosial ekonomi. Hal ini sangat penting karena menyangkut keputusan pengembangan RTH bagi kepentingan masyarakat Kota Banda Aceh. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah Bagaimana Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Aspek Sosial Ekonomi Terhadap Masyarakat di Kota Banda Aceh. TINJAUAN PUSTAKA Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut (Prof. Dr. Sumarmi, 2010). Keberadaan Ruang Terbuka Hijau merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk lingkungan kota yang nyaman dan sehat. Ruang terbuka hijau kota memiliki banyak fungsi antara lain sebagai arearekreasi, sosial budaya, estetika, fisikkota, ekologis dan memiliki nilai ekonomisyang cukup tinggi bagi manusia maupunbagi pengembangan kota, Akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk serta berbagai aktifitas kota menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kotadan menurunnya kualitas lingkunganhidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami sehingga fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat dipenuhi. 1. Manfaat Ruang Terbuka Hijau Dari Aspek Sosial Ekonomi Menurut (Zhou, 2012) manfaat sosial dari ruang terbuka hijau, yang mencakup rekreasi peluang, kesenangan estika, menyesuaikan kesejahteraan psikologisndan kesehatan fisik, meningkatkan ikatan sosial, dan memberikan kesempatan pendidikan. Untuk menganalisis evaluasi yang ada dan mengukur teknik ruang terbuka hijau perkotaan, kertas menunjukkan bahwa pengukuran tunggal hanya mengevaluas aspek-aspek tertentu dari ruang terbuka hijau, yang mungkin tidak selalu cocok untuk komprehensif menilai manfaat sosial dari kedua penyedia dan konsumen perspektif. Mengingat keterbatasan ini, kertas menawarkan sebuah model yang terintegrasi untuk mengukur ruang terbuka hijau yang mungkin berhubungan dengan keterbatasan saat ini. secara umum terdapat tiga manfaat RTH yaitu manfaat secara lingkungan,sosial dan ekonomis. Manfaat secara lingkungan dijabarkan dalam tiga hal yaitu ekologis (memelihara stabilitas iklim), mengontrol polusi dan konservasi keragaman alam (Menurut (Haq, 2011). Ruang terbuka hijau,memiliki manfaat dan peran khusus pada masing-masing kawasan yang ada pada setiap perencanaan tata ruang kabupaten/kota, yang direncanakan dalam bentuk penataan tumbuhan, tanaman, dan vegetasi, agar dapat berperan dalam mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural, sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi ekonomi 292
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 dan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagai berikut. a. Manfaat ekologis; RTH diharapkan dapat memberi kontribusi dalam peningkatan kualitas air tanah, mencegah terjadinya banjir, mengurangi polusiudara, dan pendukung dalam pengaturan iklim. b. Manfaat sosial budaya; RTH diharapkan dapat berperan terciptanya ruang untuk interaksi sosial,sarana rekreasi, dan sebagai penanda (tetenger/landmark) kawasan. c. Manfaat arsitektural/estetika; RTH diharapkan dapat meningkatkan nilai keindahan dan kenyamanan kawasan, melalui keberadaan taman, dan jalur hijau. d. Manfaat ekonomi; RTH diharapkan dapat berperan sebagai pengembangan sarana wisata hijau perkotaan, sehingga menarik minat masyarakat / wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. 2. Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Secara kualitas, RTH perlu di bangunan dan di kembangkan untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar penghuninya. Faktor-faktor pertimbangan itu mencakup pertimbangannya: a) fisik atau dasar eksistensi lingkungan dengan membuat bentuk-bentuk geografis sesuai geotopograsinya: b) sosial untuk mendorong penghuninya bersosialisasi; c) ekonomi, untuk memberi peluang pengembangan sumber produk yang bisa di jual (misal, bahan makanan berupa bunga, buah, dedaunan/sayur mayur, bahkan untuk di panen umbi atau akarnya; d) budaya, sebagai ruang untuk mengeksprasikan seni-budaya masyarakat; e) kebutuhan akan terlayaninya hak-hak dari segi manusia ( penduduk) untuk mendapatkan lingkungan yang aman (tersemasuk dari segi pentingnya kesehatan), nyaman, indah dan lestari yaitu fungsional dan estetis. Penelitian ini menjelaskan manfaat serta peluang ruang terbuka hijau berdasarkan pengamatan kritikal dari beberapa kota yang berbeda. Peranan penting yang dimiliki ruang terbuka hijau guna pembangunan yang berkelanjutan meliputi aspek budaya, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Ruang terbuka hijau perkotaan dapat menjadi sebuah alat yang komprehensif untuk proteksi pembangunan berkelanjutan jangka panjang serta memperbaiki kualitas udara dan kehidupan, meningkatkan nilai properti sesuai dengan ramah lingkungan dan karakteristik estetika, dan mengurangi biaya energi dari pendinginan bangunan. Ruang terbuka hijau perkotaan juga dapat memelihara rekreasi dan relaksasi yang tersedia bagi masyarakat perkotaan maupun wisatawan asing. METODOLOGI PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada masyarakat yang melakukan aktivitas diruang tebuka hijau di Kota Banda Aceh yang ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi. 1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung dengan menggunakan wawancara berdasarkan kuisioner kepada responden, metode ini digunakan unutk melakukan komunikasi langsung (melakukan wawancara) dengan objek yang diselidiki, baik di dalam situasi yang sebenarnya (dilapangan atau loksai). 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data primer dilakukan dengan mewawancarai 100 responden dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan. Penyebaran Kuisioner dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. 293
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 3. Metode Pengambilan Sampel Metode penentuan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan Purposive Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang dapat dilakukan secara sengaja dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian. 4. Metode dan Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif serta menggunakan survei. Tujuan penelitian deskriptif kuantitatif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematik, sifat-sifat serat fakta-fakta yang akurat antara hubungan masalah yang diselidiki (Azahra dan Khadiyanto,2013). 5. Definisi Operasional Variabel a. Manfaat sosial, adalah bentuk pemanfaatan RTH oleh warga kota secara langsung seperti, sebagai sarana rekreasi, tempat bermain dan berolah raga, tempat santai, pendidikan, berdagang, dan tempat komunikasi sosial. b. Manfaat ekonomi, adalah kesediaan membayar warga kota untuk mempertahankan keberadaan RTH jenis tertentu. c. Ruang terbuka hijau umum, adalah RTH yang terdapat di sekitar pemukiman penduduk; dapat berupa hutan kota, sempadan sungai, sempadan pantai, lereng/bukit/gunung, jalur hijau jalan dan perkarangan. HASIL PENELITIAN Banda Aceh merupakan salah satu dari 23 kabupaten/kota di NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) dengan luas daerah sekitar 61,36 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan propinsi Aceh yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh besar di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan Timur.Kota Banda Aceh terletak antara 2o- 6o Lintang Utara dan 95o – 98o Lintang Selatan dengan ketinggian 1,5-2,5 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Banda Aceh merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Krueng Aceh dan Krueng Daroy.Kota Banda Aceh baru terdiri atas 2 kecamatan yakni Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Baiturrahman dengan luas wilayah 11,08 km . Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 1983 tentang perubahan batas wilayah Kota madya Daerah Tingkat II Banda Aceh, Kota Banda Aceh mengalami pemekaran sehingga luas wilayah menjadi 61,36 Km2 yang dibagi ke dalam empat kecamatan, yaitu: Kecamatan Kuta Alam, Kecamatan Baiturrahman, Kecamatan Meuraxa, dan Kecamatan Syiah Kuala (BPS, 2015) Tabel 1. Jumlah responden menurut kecamatan Nama Kecamatan Meuraxa Jaya baru Banda raya Baiturrahman Lueng bata Kuta alam Kuta raja Syiah kuala
Jumlah
Persentase(%)
8 10 9 14 10 20 5 14
8.0 10.0 9.0 14.0 10.0 20.0 5.0 14.0
Ulee kareng 10 Total 100 Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
10.0 100.0
294
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 Berdasarkan Tabel 1 di atas responden dalam penelitian ini sebanyak 100 orang. Dari Sembilan Kecamatan yang ada di Banda Aceh. Kecamatan meuraxa diambil 8 responden, Jaya baru 10 responden, Bandar raya 9 responden, baiturrahman 14 responden, lueng bata 10 responden, kuta alam 20 responden, kuta raja 5 responden, syiah kuala 14 responden, dan ule kareng 10 responden. Dari 100 responden dapat diketahui gambaran karakteristik responden yang diteliti diantaranya: nama, usia, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, alamat, pekerjaan, pendapatan, aspek sosial dan aspek ekonomi terhadap pemanfaatan ruang terbuka hijau di wilayah Banda Aceh. Tabel 2. Berdasarkan Pendapat Responden Setelah Adanya Ruang Terbuka Hijau Jumlah
persen
Sangat Baik
56
56.0
Baik
38
38.0
Tidak Baik
6
6.0
100
100.0
Total
Tabel 2 di atas dapat menjelaskan pendapat responden terhadap adanya ruang terbuka hijau di perkotaan, responden yang berpendapat sangat baik sebanyak 56 orang atau 56,0 persen karena ruang terbuka hijau dapat memberikan banyak manfaat untuk masyarakat dan untuk ke indahan kota. Sedangkan responden yang mengatakan baik sebanyak 38 orang atau 38,0 persen di karenakah penggunaan lebih bersifat terbuka sebagai tempat tumbuhan tanaman dan responden yang mengatakan tidak baik sebanyak 6 orang atau 6,0 persen karena bisa menyebabkan ketimpangan sosial.Berdasarkan tingkat pendapatan responden setelah adanya ruang terbuka hijau dapat di lihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Tingkat Pendapatan Berdasarkan dampak pada pendapatan setelah adanya ruang terbuka hijau Meningkat Biasa Saja Total
Jumlah 11 89 100
Persen 11.0 89.0 100.0
Tabel 3 menjelaskan setelah adanya ruang terbuka hijau tingkat pendapatan responden meningkat, responden yang memiliki tingkat pendapatan meningkat sebanyak 11 orang atau 11,0 persen.Selain itu, responden yang memperoleh tingkat pendapatan biasa saja sebanyak 89 orang atau 89,0 persen.berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya ruang terbuka hijau di perkotaan tidak terjadi perubahan tingkat pendapatan yang dirasakan responden. Tabel 4. Kualitas Infrastruktrur ruang terbuka hijau
sangat baik Baik Total
Jumlah 58 42 100
Persen 58.0 42.0 100.0
Tabel 4 menjelaskan bahwa dari 100 responden yang di teliti, 58 orang atau 58,0 persen responden mengatakan pengaruh infrastruktur setelah adanya pengembangan ruang terbuka hijau 295
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 sangat baik. Responden yang mengatakan baik setelah adanya pengembangan ruang terbuka hijau terhadap infrastruktur sebanyak 42 orang atau 42,0 persen. Dari urain diatas, dapat dikatakan pengembangan ruang terbuka hijau memberikan pengaruh yang positif terhadap infrastruktur. Penelitian ini menunjukkan bahwa 58 persen dari 100 responden mengatakan keberadaan raung terbuka hijau ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini terlihat secara signifikan pada penghasilan/pendapatan yang mereka terima, dilihat dari data lapangan bahwa dampak yang sangat di rasakan yaitu pada responden dengan umur 20-30 yang sebelumnya pendapatan yang di terima tidak sebesar saat ini. Secara umum masyarakat sekitar dapat merasakan dampak secara langsung dan tidak langsung dari ada ruang terbuka hijau tersebut. Dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat sekitar bahwa adanya lapangan kerja baru yang dapat menyerapkan tenaga kerja sehingga dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti pemanfaatan ruang terbuka kurang di perhatikan oleh masyarakat, kualitas yang kurang sangat tidak membantu dalam menjaga ruang kota. Dapat dilihat bahwa keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator yang mendukung tingkat kesejahteraan masyarakat, seperti tingkat pendapatan, tingkat kunjungan, infrastruktur, dan lapangan kerja. Dapat disimpulkan bahwa responden yang mengatakan meningkat artinya responden yang sudah ada pekerjaan setelah adanya pemanfaatan ruang terbuka hijau di perkotaan yang dulunya responden sebagai pengangguran. Sedangkan responden yang berpendapat biasa saja artinya responden yang sudah ada pekerjaan di tempat lain sebelum adanya ruang terbuka hijau. Dari 64 0rang atau 64,0 persen responden mengatakan fasilitas untuk ruang terbuka hijau belum memadai dan 36 0rang atau 36,0 persen mengatakan fasilitas untuk ruang terbuka hijau sudah memadai. Dapat di simpulkan bahwa sebagian besar responden berpendapat bahwa fasilitas untuk ruang terbuka hijau belum memadai. Oleh karena itu harus di perhatikan lebih untuk pemanfaatan ruang terbuka hijau dan ditingkatkan lagi untuk melestarikan lahan penghijauan. Hasil penelitian ini masyarakat sekitar dapat merasakan dampak secara langsung dan tidak langsung dari adanya ruang terbuka hijau di perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa 58 persen dari 100 responden mengatakan keberadaan ruang terbuka hijau bagi masyarakat perkotaan di lihat dari aspek sosial dan ekonomi memberikan pengaruh yang baik terhadap kemanfaatan ruang terbuka hijau atau penghijauan kota. Hal ini terlihat secara signifikan pada pemanfaatan/pendapatan yang mereka terima, di lihat dari data lapangan bahwa dampak yang sangat di rasakan yaitu pada responden dengan rentang umur 20-30 yang menerima pengaruh baik setelah adanya ruang terbuka hijau. Perkembangan wilayah Kota Banda Aceh dalam periode waktu sepuluh tahun terakhir menunjukkan bahwa perdagangan semakin meluas dalam waktu sekitar sepuluh tahun luas kawasan perdagangan dan jasa ini semakin meluas yaitu menjadi dua kali lipat luas sebelumnya. Perluasan kawasan perdagangan dan jasa ini mulai menyebar ke berbagai daerah di pinggiran atau di luar daerah yang sejak dulu menjadi pusat kegiatan dan kawasan perdagangan.
296
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 Kerangka Pemikiran. RTH
Eksternalitas positif
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Manfaat ruang terbuka hijau di Kota Banda Aceh mengalami kecenderungan menurun di bandingkan dengan perkotaan lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor, seperti faktor rendahnya perhatian pemerintah terhadap perawatan fasilitas, pelayanan penghijau tanaman atau lahan danKurangnya tanam-tanam terhadap hutan kota selayaknya ruang terbuka hijau atau penghijauan. Hutan kota belum optimal berfungsi sebagai rauang terbuka hijau karena kondisi tanaman yang tidak terpilihara dengan baik. Pemfaatan penggunaan ruang terbuka hijau mengakibatkan menurunya mutu lingkungan hidup di Kota Banda Aceh. Walaupun keberadaan ruang terbuka hijau memberikan banyak manfaat terutama manfaat sosial dan ekonomi, penelian terhadap manfaat sosial ekonomi ruang terbuka hijau belum di perhatian.Terlihat bahwa luas RTH aktual Kota Banda Aceh saat ini belum dapat memenuhi luas kebutuhan RTH, baik berdasarkan luas wilayahnya maupun berdasarkan jumlah penduduknya. Sehingga sangat perlu untuk melakukan pengembangan RTH dengan terlebih dahulu mengetahui potensi sediaannya. Saran Diharapkan Pemerintahan Kota Banda Aceh dapat meningkatkan keberadaan RTH sehingga menciptakan Kota Banda Aceh sebagai pusat kota dengan kualitas lingkungan yang sehat dan bersih dan Pengolaan serta instansi-instansi terkait perlu di perhatikan faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan pengembangan ruang terbuka hijau dan perlu adanya tambahan seperti: tanaman, pohon, wahana permainan, tempat shalat dan lain sebagiannya. Kepedulian atau kesadaran tinggi masyarakat di daerah perkotan juga sanagat di butuhkan, serta masyarakat juga ikut menjaga kelestarian yang ada pada RTH. DAFTAR PUSTAKA Branch, M. (1996). Perencanaan Kota Komprehensiif. BPS. (2011-2014). Jumlah Penduduk Aceh Menurut Kabupaten/Kota. Kota Banda: Badan Pusat Statistik. BPS. (2011-2014). Jumlah Penduduk Aceh Menurut Kabupaten/Kota. Kota Banda: Badan Pusat Statistik. 297
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 290-298 Ernawati, r. (2015). optimalisasi fungsi ekologis ruang terbuka hijau publik . Surabaya. Xiaolu Zhou, Md. Masud Parves Rana. 2012. “Social benefits of urban A conceptual framework of valuation and green space accessibility measurements”. Management of Environmental. Saiful Bahri, D. S. (2012). Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau. 1(1). Prof. Dr. Sumarmi, M. (2010). Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Malang. Haq, S. M. (2011). Urban Green Spaces and an Integrative Approach. Of Environmental Protection.
298